• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2017"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KESEHATAN

KABUPATEN KLUNGKUNG

TAHUN 2017

DINAS KESEHATAN

KABUPATEN KLUNGKUNG

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa,

sehingga “Profil Kesehatan Kabupaten Klungkung tahun 2017 “dapat diselesaikan..

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung merupakan salah satu produk sistem informasi kesehatan bertujuan untuk memberikan informasi kesehatan yang menggambarkan tingkat pencapaian indikator kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung Tahun 2017.

D

Daallaamm Penyusunan dan analisa Profil Kesehatan Kabupaten Klungkung ini

dilakukan dengan cara menghimpun laporan-laporan unit pelaksana kegiatan dan selanjutnya data tersebut dianalisis secara deskriptif, komparatif dan kecenderungan antar waktu dalam lima tahun,,tteennttuunnyyaaPPrrooffiillKKeesseehhaattaanniinniiddiihhaarraappkkaannddaappaattmmeennjjaaddii b

baahhaann mmaassuukkaann ddaann bbaahhaann ppeerrttiimmbbaannggaann ddaallaamm ppeennyyuussuunnaann rreennccaannaa kkeerrjjaa,,kkeebbiijjaakkaann a

attaauuppuunnddaallaammppeennggaammbbiillaannkkeeppuuttuussaannddiibbiiddaannggkkeesseehhaattaannddiittaahhuunnmmeennddaattaanngg..

Dalam kesempatan yang baik ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada lintas sektor dan lintas program terkait atas kerjasama yang baik sehingga Profil Kesehatan Kabupaten Klungkung Tahun 2017 ini dapat diselesaikan. Saran dan masukan yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini..AAkkhhiirrkkaattaa semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk penyusunan perencanaan dan pengambilan kebijakan dalam mensukseskan pembangunan kesehatan yang berwawasan lingkungan di Kabupaten Klungkung

Semarapura, 030 Maret 2017

Kepala Dinas KesehatanKKaabbuuppaatteennKKlluunnggkkuunngg

Dr. Ni Made Adi Swapatni

P

PeemmbbiinnaaUUttaammaaMMuuddaa//IIVVCC NIP. 19630624 198803 2 007

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ...iii

DAFTAR GRAFIK ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN PROFIL KESEHATAN ... 2

C. SISTEMATIKA ... 3

BAB II SITUASI WILAYAH ... 5

A. KONDISI GEOGRAFIS ... 5

B. KONDISI DEMOGRAFI ... 6

C. KONDISI SOSIAL EKONOMI ... 8

BAB III DERAJAT KESEHATANMASYARAKAT ... 10

A. MORTALITAS ... 10

B. MORBIDITAS ... 14

C. STATUS GIZI ... 20

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN ... 22

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR ... 22

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN ... 33

C. PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR ... 36

D. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR ... 40

E. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT ... 41

F. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN ... 42

G. KEADAAN PRILAKU MASYARAKAT ... 42

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ... 45

A. SARANA KESEHATAN ... 45

B. TENAGA KESEHATAN ... 46

C. ANGGARAN KESEHATAN ... 47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

A. KESIMPULAN ... 49

B. SARAN ... 50

(4)

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Spot Map Wilayah Kabupaten Klungkung ... 5 Gambar 2. Piramida penduduk menurut umur di Kabupaten Klungkung Tahun 2017 ... 6

(5)

iv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Kepadatan Penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Klungkung tahun 2017 ... 8 Grafik 2. Angka beban Ketergantungan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten

Klungkung tahun 2017 ... 9 Grafik 3. Trend angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Klungkung tahun 2012 s.d 2017 per 1000 kelahiran hidup ... 11 Grafik 4. Trend Angka Kematian Balita (AKABA) di Kabupaten Klungkung tahun 2012 s.d 2017 per 1000 kelahiran hidup ... 12 Grafik 5. Trend angka kematian ibu maternal (MMR) di Kabupaten Klungkung tahun 2012 s.d 2017 Per 100.000 Kelahiran Hidup ... 13 Grafik 6. Umur Harapan Hidup (Eo) di Kabupaten Klungkung tahun 2012 – 2016 ... 13 Grafik 7. Angka Prevalensi Kasus Pneumonia Balita di Kabupaten Klungkung Tahun 2012 s.d 2017 ... 14 Grafik 8. Angka Anual Parasit Insiden Malaria di Kabupaten Klungkung Tahun 2012 s.d 2017 ... 15 Grafik 9. Prevalensi TB per 100.000 penduduk di Kabupaten Klungkung Tahun 2012 s.d 2017 ... 16 Grafik 10. Angka Insiden TB baru per 100.000 penduduk di Kabupaten Klungkung Tahun 2013 s.d 2017 ... 16 Grafik 11. Trend prevalensi kasus kusta per 10.000 penduduk Di Kabupaten Klungkung tahun 2012 – 2017 ... 18 Grafik 12. Insiden demam berdarah dengue (DBD) dan angka bebas jentik (ABJ) di Kabupaten Klungkung tahun 2013 – 2017 per 100.000 penduduk ... 19 Grafik 13. Prevalensi Kasus Bayi BBLR di Kabupaten Klungkung Tahun 2013 - 2017 ... 21 Grafik 14. Prevalensi Kasus Bayi BBLR per puskesmas di Kabupaten Klungkung Tahun 2017 ... 21 Grafik 15. Pencapaian K1 di Kabupaten Klungkung Tahun 2017 ... 24 Grafik 16. Pencapaian K4 di Kabupaten Klungkung Tahun 2017 ... 25 Grafik 17. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Klungkung Tahun 2017 ... 25 Grafik 18. Cakupan Pelayanan Ibu Nifas (KF3) di Kabupaten Klungkung Tahun 2017 ... 27 Grafik 19. Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan di Kabupaten Klungkung Tahun 2017 ... 27 Grafik 20. Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal di Kabupaten Klungkung Tahun 2017 28

(6)

v Grafik 21. Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap (KN3) di Kabupaten Klungkung Tahun 2017 ... 29 Grafik 22. Cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Klungkung Tahun 2017 ... 30 Grafik 23. Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita di Kabupaten Klungkung Tahun 2017 31 Grafik 24. Cakupan Peserta KB Aktif yang memakai Alkon di Kabupaten Klungkung tahun 2017. ... 32 Grafik 25. Cakupan Peserta KB Baru yang memakai Alkon di Kabupaten Klungkung tahun 2017. ... 32 Grafik 26. Trend Pencapaian BOR dan LOS Rumah Sakit di Kabupaten Klungkung tahun 2012-2017 ... 33 Grafik 27. Trend Pencapaian BOR Rumah Sakit di Kabupaten Klungkung tahun 2017 ... 34 Grafik 28. Trend penemuan penderita TB paru, di Kabupaten Klungkung tahun 2012 s.d 2017 ... 38 Grafik 29. Presentase Rumah Sehat di Kabupaten Klungkung Tahun 2017 ... 40 Grafik 30. Presentase penduduk akses terhadap air minum di Kabupaten Klungkung Tahun 2017 ... 41 Grafik 31. Presentase penduduk dengan akses sanitasi yang layak di Kabupaten Klungkung Tahun 2017 ... 41 Grafik 32. Sepuluh penyakit terbanyak di Kabupaten Klungkung tahun 2017 ... 43

(7)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai PDRB Kabupaten Klungkung pada Tahun 2013-2017 (juta)... 8 Tabel 2. Cakupan Kepesertaan Jaminan Kesehatan di Kabupaten Klungkung tahun 2017 ... 36 Tabel 3. Jumlah Sarana kesehatan di Kabupaten Klungkung Tahun 2017 ... 45 Tabel 4. Realisasi Ratio Tenaga Kesehatan di sarana pelayanan kesehatan Kabupaten

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai pedoman pembangunan di Kabupaten Klungkung telah ditetapkan Visi pembangunan Kabupaten Klungkung 2013 – 2018 yaitu “ Klungkung Yang Unggul Dan Sejahtera”. Guna mencapai visi tersebut telah ditetapkan 11 misi yang akan dijalankan oleh pemerintah daerah. Dua misi diantara sebelas misi yang ditetapkan merupakan misi untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan dibidang kesehatan yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia Kabupaten

Klungkung

2. Mewujudkan pemerintahan yang baik berdasarkan prinsip good coorporate

governance

Dalam implementasi Visi dan Misi tersebut, sangat dibutuhkan adanya data dan informasi kesehatan. Menurut WHO, dalam Sistem Kesehatan selalu harus ada Subsistem Informasi yang mendukung subsistem lainnya. Tidak mungkin subsistem lain dapat bekerja tanpa didukung dengan Sistem Informasi Kesehatan. Sebaliknya Sistem Informasi Kesehatan tidak mungkin bekerja sendiri, tetapi harus bersama subsistem lain. Ini tercermin pula dalam SKN 2009, dimana terdapat Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan yang menaungi pengembangan Sistem Informasi kesehatan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memlihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain itu pada pasal 168 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan, yang dilakukan melalui system informasi dan melalui kerjasama lintas sektor, dengan ketentuan lebih lanjut akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan pada pasal 169 disebutkan pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan.

(9)

2

Kesehatan adalah hak dasar setiap orang yang sangat berharga. Kesehatan juga menjadi salah satu kunci utama dalam menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) disamping pendidikan dan tingkat pendapatan masyarakat. Upaya pembangunan kesehatan yang diinginkan adalah pembangunan kesehatan yang dapat berkontribusi positif terhadap pencapaian masyarakat yang sehat dan produktif.

Dalam mewujudkan masyarakat sehat dan produktif pembangunan kesehatan

diarahkan guna tercapainya masyarakat yang mandiri dan mampu mengatasi gangguan kesehatan baik karena penyakit maupun bencana alam serta dapat mengakses pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Pembangunan Kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan yang meliputi promosi, preventif, kuratif dan rehabiltatif.

Salah satu keluaran dari penyelenggaraan system informasi kesehatan kabupaten adalah Profil Kesehatan Kabupaten Klungkung, yang merupakan paket penyajian data/informasi kesehatan yang relatif lengkap, berisi data/informasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan informasi terkait lainnya yang diukur keberhasilan pelaksanaan pembangunan kesehatan tersebut melalui berbagai indikator antara lain indikator Standar pelayanan Minimal (SPM) di Bidang Kesehatan.

Profil Kesehatan Kabupaten pada intinya memuat berbagai data dan informasi yang akan menggambarkan tingkat pencapaian indikator kinerja sesuai dengan target SPM Nomor 43/Permenkes/2016. Informasi kesehatan tersebut sangat bermanfaat sebagai dasar penyusunan perencanaan dan kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan kesehatan di Kabupaten Klungkung pada tahun berikutnya.

B. TUJUAN PROFIL KESEHATAN

Profil Kesehatan Kabupaten Klungkung adalah salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan yang merupakan tulang punggung bagi pelaksanaan pembangunan daerah berwawasan kesehatan di Kabupaten Klungkung. Penyusunan profil Kesehatan Kabupaten Klungkung ini bertujuan untuk :

1. Menyediakan data dan informasi kesehatan dalam penyusunan rencana

pembangunan daerah, memberikan analisis-analisis yang mendukung penyediaan dana dan landasan pengembangan sumber daya.

(10)

3

2. Tersedianya data/informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan dalam

rangka evaluasi tahunan kegiatan-kegiatan dan pemantauan pencapaian indikator kinerja sehingga dapat diberikan gambaran tentang kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten Klungkung.

Penyusunan dan analisa Profil Kesehatan Kabupaten Klungkung ini dilakukan dengan cara menghimpun laporan-laporan unit pelaksana di Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung, Rumah Sakit Umum Klungkung, Pusat Perbekalan Kesehatan dan Puskesmas serta sektor/unit kerja terkait lainnya.

C. SISTEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan sistematika penyajiannya.

BAB II GAMBARAN UMUM

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Klungkung. Selain uraian tentang letak geografis, adminitratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misalnya kependudukan, ekonomi dan pendidikan.

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat.

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat serta pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan. Bab ini juga mengakomodir indikator standar pelayanan minimal (SPM) yang sudah dicapai pada masing-masing program kesehatan tahun 2017.

(11)

4 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang sarana dan prasarana kesehatan, tenaga kesehatan dan sumber pembiayaan kesehatan.

BAB VI KESIMPULAN

Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu ditelaah dan dilakukan analisis lebih lanjut di tahun yang bersangkutan. Selain keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka upaya meningkatkan derajat kesehatan.

LAMPIRAN

Pada lampiran dimuat sebanyak 81 tabel yang berisikan data pencapaian indikator program dan indikator pencapaian kinerja Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan.

(12)

5

BAB II

SITUASI WILAYAH

A. KONDISI GEOGRAFIS

Kabupaten Klungkung merupakan kabupaten dengan wilayah geografis terkecil dari sembilan kabupaten/kota di wilayah Provinsi Bali. Kabupaten Klungkung wilayahnya terbagi menjadi dua bagian yaitu Klungkung Daratan dan Klungkung Kepulauan. Secara administrasi Kabupaten Klungkung mewilayahi 4 kecamatan dengan

59 desa/kelurahan dengan luas wilayah kurang lebih 315 Km2. Kecamatan terluas

adalah Kecamatan Nusa Penida yang berada di Klungkung Kepulauan dengan luas

wilayah dua pertiga dari luas Kabupaten Klungkung (202,84Km2 ) sedangkan tiga

kecamatan dengan luas wilayah 112,16 Km2 berada di Klungkung Daratan yaitu

Kecamatan Klungkung, Banjarangkan dan Kecamatan Dawan. Gambar 1. Spot Map Wilayah Kabupaten Klungkung

Secara geografis, Kabupaten Klungkung terletak pada posisi titik ordinat :1150 21’ 28” - 1150 37’ 43” Bujur Timur, dan 0080 27’ 37” - 0080 49’ 00” Lintang Selatan dengan batas-batas di sebelah Utara Kabupaten Bangli, sebelah Timur Kabupaten Karangasem, sebelah Selatan Samudra Hindia dan sebelah Barat Kabupaten Gianyar.

Seperti daerah tropis lainnya, Kabupaten Klungkung memiliki 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada Bulan September sampai

PUSK NUSA PENIDA I PUSK NUSA PENIDA III

PUSKESMAS DAWAN I PUSK BANJARANGKAN II

PUSK KLUNGKUNG I PUSK KLUNGKUNG II

PUSK NUSA PENIDA II PUSK BANJARANGKAN I PUSKESMAS DAWAN II KABUPATEN GIANYAR KABUPATEN BANGLI KABUPATEN KARANGASEM SAMUDERA HINDIA 9 0 9 18 Miles N E W S

WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG Puskesmas PUSK BANJARANGKAN I PUSK BANJARANGKAN II PUSK KLUNGKUNG I PUSK KLUNGKUNG II PUSK NUSA PENIDA I PUSK NUSA PENIDA II PUSK NUSA PENIDA III PUSKESMAS DAWAN I PUSKESMAS DAWAN II

(13)

6

dengan April dengan puncaknya sekitar Oktober dan Desember. Namun demikian terdapat perbedaan curah hujan yang sangat menjolok antara wilayah kepulauan Nusa Penida dengan wilayah Klungkung Daratan. Perbedaan curah hujan ini berpengaruh terhadap pemanfaatan lahan pertanian yang berdampak langsung terhadap perkonomian masyarakat disamping kemungkinan berpengaruh terhadap pola penyakit yang berkaitan dengan vektor seperti penyakit deman berdarah dengue dan malaria.

B. KONDISI DEMOGRAFI

1. Struktur Penduduk Menurut Golongan Umur

Komposisi penduduk di Kabupaten Klungkung pada tahun 2017 menurut kelompok umur menunjukkan bahwa penduduk berusia muda (0-14 tahun) sebesar 23,28 %, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 66,18 %, dan berusia tua (≥ 65 tahun) sebesar 10,54 %. Hal ini dapat digambarkan melalui piramida penduduk sebagai berikut.

Gambar 2. Piramida penduduk menurut umur di Kabupaten Klungkung Tahun 2017

Sumber : BPS Klk, 2017 -10000 -5000 0 5000 10000 0-4 05-09 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+ Perempu… Laki-laki

(14)

7

Struktur penduduk memberikan gambaran bahwa derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Klungkung sudah cukup baik. Proporsi penduduk produktif (kelompok umur 15-64 tahun) cukup tinggi dengan dasar piramida menjorok ke dalam.

Gambar piramida menunjukkan bahwa pembangunan kesehatan telah berhasil mengendalikan angka kematian bayi dan meningkatkan umur harapan hidup yang terlihat dari peningkatan proporsi usia lanjut, namun disisi lain akan membawa dampak pada meningkatnya penyakit degeneratif (non communicable disease).

2. Sex Ratio Penduduk

Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari perkembangan ratio jenis kelamin yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Klungkung tahun 2017, rata-rata ratio jenis kelamin penduduk Kabupaten Klungkung sebesar 97,77. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.

3. Kepadatan Penduduk

Berdasarkan data proyeksi BPS Jumlah penduduk di Kabupaten Klungkung tahun 2017 adalah 177.400 jiwa (BPS Klk, 2017) dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 563 jiwa per kilometer persegi, dimana wilayah yang memiliki tingkat kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Klungkung dengan kepadatan 2003 jiwa per kilometer persegi sedangkan wilayah dengan kepadatan paling rendah terdapat di Kecamatan Nusa Penida yaitu 224 jiwa per kilometer persegi. Penyebaran penduduk tidak merata di empat kecamatan, yaitu 74,34 % berada di Klungkung daratan (Banjarangkan, Dawan dan Klungkung), sedangkan 25,66 % berada di Kepulauan Nusa Penida.

(15)

8

Grafik 1. Kepadatan Penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Klungkung tahun 2017

Sumber : BPS Klk, 2017

C. KONDISI SOSIAL EKONOMI

Kemampuan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah bisa dilihat dari besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Nilai PDRB Kabupaten Klungkung baik harga berlaku maupun konstan dari tahun 2012 - 2016 terus meningkat. Hal ini menunjukan terjadi pertumbuhan ekonomi dan kemampuan ekonomi secara total dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2016 nilai PDRB berdasarkan harga berlaku mencapai 6.412.460.000, sementara atas dasar harga konstan mencapai 4.813.030.000. Berikut nilai PDRB Kabupaten Klungkung dari tahun 2013-2017.

Tabel 1. Nilai PDRB Kabupaten Klungkung pada Tahun 2013-2017 (juta)

Tahun Nilai PDRB Nilai PDRB

Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan

2013 3.727,87 1.551,11

2014 4.899,88 4.280,45

2015 5.676,42 4.536,26

2016 6.412,46 4.813,03

2017 7.119,52 5.114,69

Perekonomian Kabupaten Klungkung masih didominasi oleh sektor pertanian dan pariwisata. Berikut sektor pembentuk PDRB Tahun 2017.

856 2003 924 224 563 0 500 1000 1500 2000 2500

BANJARANGKAN KLUNGKUNG DAWAN NUSA PENIDA KABUPATEN

(16)

9

1. Angka Beban Ketergantungan (Dependency Ratio)

Angka beban ketergantungan digunakan untuk mengetahui beban tanggungan ekonomi suatu daerah. Tingginya ratio beban tanggungan ini merupakan faktor penghambat pembangunan ekonomi suatu daerah, karena sebagian pendapatan yang diperoleh oleh golongan produktif terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan golongan tidak produktif.

Daerah dengan usia penduduk tidak produktif semakin besar maka beban tanggungan ekonomi penduduk usia produktif semakin tinggi.

Grafik 2. Angka beban Ketergantungan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Klungkung tahun 2017

Sumber : BPS Klk, 2017

Angka beban ketergantungan (dependency ratio) penduduk di Kabupaten Klungkung pada tahun 2017 sebesar 51,53 %. Hal ini menunjukan bahwa pada tahun 2017, sebanyak 100 orang produktif menanggung 51 orang tidak produktif. Ratio beban tanggungan tertinggi adalah di Kecamatan Banjarangkan (54,80 %) sedangkan beban tanggungan terendah terdapat di Kecamatan Klungkung (47,77 %).

0 20 40 60 80 100 54,80 47,77 51,49 52,09 51,53 Angka Beban Ketergantungan

(17)

10

BAB III

DERAJAT KESEHATANMASYARAKAT

Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan. Indikator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi morbiditas, mortalitas dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat di Indonesia digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka morbiditas beberapa penyakit.

Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya. Derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Klungkung Tahun 2017 dapat digambarkan sebagai berikut.

A. MORTALITAS

Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKB,AKABA,AKI

1. Angka kematian Bayi (AKB)

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berumur tepat satu tahun. Angka kematian bayi digunakan sebagai indikator untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB disamping mengetahui kondisi lingkungan dan sosial ekonomi.

Secara umum AKB di Kabupaten Klungkung berfluaktif selama kurun waktu tahun 2012 - 2017 dan masih berada dibawah target provinsi yaitu 7/1.000 LH. Angka Kematian Bayi meningkat dari 6,8 per 1000 kelahiran hidup (20 kasus) pada tahun 2012 menjadi 8,89 per 1000 kelahiran hidup (26 kasus) pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 7,91 per 1000 kalahiran hidup (23 kasus). Namun tahun 2015 AKB menurun menjadi 6,1 per 1000 kelahiran hidup (18 kasus). Namun selama kurun tiga tahun kebelakang AKB kecenderungan berfluaktif. AKB di Kabupaten

(18)

11

Klungkung pada tahun 2016 sebesar 7,67 per 1000 kelahiran hidup (22 kasus) dan mengalami penurunan menjadi 6,74 per 1000 kelahiran hidup (19 kasus) pada tahun 2017, dan masih di bawah target yaitu 7/1.000 LH. Adapun penyebab kematian bayi yaitu Kelainan bawaan, Asfiksia, BBLR, Persalinan Normal, Gagal jantung, dan Sepsis.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi di kabupaten Klungkung meliputi : Audit kematian maternal dan perinatal , pelayanan kesehatan bayi seperti imunisasi, MTBS/MTBM serta pembinaan/ bimtek PWS KIA.

Gambaran AKB di Kabupaten Klungkung Tahun 2012 sampai dengan 2017 dapat terlihat pada grafik berikut.

Grafik 3. Trend angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Klungkung tahun 2012 s.d 2017 per 1000 kelahiran hidup

Sumber : Seksi Kesga dan Gizi klk, 2017

2. Angka kematian Balita (AKABA)

Angka kematian balita menggambarkan kejadian kematian pada fase antara kelahiran sampai sebelum umur 5 tahun. AKABA di Kabupaten Klungkung juga telah berada dibawah target Provinsi Bali (30 per 1000 kelahiran hidup). Angka Kematian Balita di Kabupaten Klungkung dalam tiga tahun terakhir kecendrungan meningkat. AKABA pada tahun 2015 sebesar 7,8 per 1000 kelahiran hidup (5 kasus), tahun 2016 naik menjadi 8,37 per 1000 kelahiran hidup (2 kasus) dan tahun 2017 meningkat menjadi 8,51 per 1000 kelahiran hidup (5 kasus), ini berarti angka kematian balita melebihi target yaitu sebesar 8/1.000 LH. Adapun penyebab kematian balita meliputi ;

6,8 8,89 7,91 6,1 7,67 6,74 0 2 4 6 8 10 2012 2013 2014 2015 2016 2017

(19)

12

Kelainan bawaan, Asfiksia, BBLR, Persalinan Normal, Gagal jantung, Sepsis,

Hidrocepalus, Emboli Jantung, kanker usus, Leukimia.

Adapun Upaya –upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi di Kabupaten Klungkung meliputi: Audit kematian maternal dan perinatal, serta pembinaan/ bimtek PWS KIA, peningkatan pelayanan kesehatan anak balita di tiap puskesmas, melaksanakan promosi kesehatan di masyarakat.

Trend angka kematian balita selama kurun waktu 2012 – 2017 dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 4. Trend Angka Kematian Balita (AKABA) di Kabupaten Klungkung tahun 2012 s.d 2017 per 1000 kelahiran hidup

Sumber : Seksi Kesga dan Gizi klk, 2017

3. Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka kematian ibu mengacu pada jumlah kematian ibu terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan masa nifas. Kematian Ibu maternal di Kabupaten Klungkung masih merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian.

Kejadian AKI di Kabupaten Klungkung dari tahun 2012 - 2017 mengalami fluktuasi, namun pada tahun 2013 dapat ditekan hingga tidak terjadi kematian ibu. Pada tahun 2014 kembali terjadi peningkatan kematian ibu sebesar 68,78 per 100.000 kelahiran hidup (2 kasus). Tahun 2015 sedikit menurun menjadi 67,80 per 100.000 kelahiran hidup (2 kasus) dan pada tahun 2016 menurun menjadi 34,86 per 100.000 kelahiran hidup (1 kasus), namun pada tahun 2017 terjadi peningkatan menjadi 70,95 per 100.000 kelahiran hidup (2 kasus), dan masih berada di bawah target AKI yaitu 95/100.000 LH.

Adapun upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) di kabupaten Klungkung meliputi ; Pemantapan pelaksanaan P4K untuk bidan puskesmas

7,4 10,6 9,63 7,8 8,37 8,51 0 2 4 6 8 10 12 2012 2013 2014 2015 2016 2017

(20)

13

dan bidan pustu, Pelacakan kasus efek samping, komplikasi dan kegagalan KB, Meningkatkan cakupan dan kualitas ANC, Meningkatkan sarana dan Sumber daya manusia yang memadai di fasilitas kesehatan. Optimalkan PWS KIA, Kelas Ibu hamil, Peningkatan KIE dan deteksi resiko tinggi penyakit pada WUS untuk mencegah kasus komplikasi pada ibu hamil.

Kecendrungan angka kematian ibu di Kabupaten Klungkung 2012-2017 dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik 5. Trend angka kematian ibu maternal (MMR) di Kabupaten Klungkung tahun 2012 s.d 2017 Per 100.000 Kelahiran Hidup

Sumber : Seksi Kesga dan Gizi klk, 2017.

4. Umur harapan hidup

Salah satu pilar penting dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah bidang kesehatan yang diukur dengan indikator umur harapan hidup (Eo). Umur harapan hidup (UHH) dalam satu dekade cenderung meningkat secara signifikan. Umur Harapan Hidup terus meningkat dari 69,66 pada tahun 2012 menjadi 70,28 pada tahun 2016. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat terus meningkat.

Grafik 6. Umur Harapan Hidup (Eo) di Kabupaten Klungkung tahun 2012 – 2016

Sumber : BPS Provinsi Bali. 135,2 0 68,78 67,8 34,86 70,95 0 20 40 60 80 100 120 140 160 2012 2013 2014 2015 2016 2017 69,66 69,84 69,91 69,91 70,28 65,00 66,00 67,00 68,00 69,00 70,00 71,00 72,00 73,00 74,00 75,00 2012 2013 2014 2015 2016

(21)

14

B. MORBIDITAS

Morbiditas merupakan angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas yang terjadi di masyarakat menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.

1. Penyakit menular

a. Penyakit ISPA

Penyakit ISPA pada umumnya berada pada urutan pertama pada daftar sepuluh penyakit terbanyak dan menjadi salah satu penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Pengendalian penyakit ISPA lebih difokuskan pada penanganan dini terhadap penderita pneumonia balita yang ditemukan melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Dalam kurun waktu tiga tahun (2012-2014) prevalensi pneumonia cenderung fluktuatif, pada tahun 2012 sebesar 3,42 % (635 kasus), naik menjadi 4,55% (849 kasus) tahun 2013, dan mengalami penurunan pada tahun 2014 menjadi 4,25% (956 kasus). Namun tahun 2015 terjadi peningkatan menjadi 5,08% (889 kasus) dan pada tahun 2016 mengalami penurunan lagi menjadi 2,65% (469 kasus). Tahun 2017 angka prevalensi pneumonia pada balita menurun dibandingkan dengan tahun 2016 yaitu sebesar 2,25% (400 kasus). Cakupan penanganan dan penemuan penderita pneumonia pada anak balita sudah mencapai 100,0 %.

Angka prevalensi pneumonia pada anak balita selama 2012-2017 seperti tabel berikut.

Grafik 7. Angka Prevalensi Kasus Pneumonia Balita di Kabupaten Klungkung Tahun 2012 s.d 2017 3,42 4,55 4,25 5,08 2,65 2,25 0 5 10 2012 2013 2014 2015 2016 2017

(22)

15 Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Klk, 2017

b. Penyakit Malaria

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menyebar melalui gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi parasit. Infeksi malaria bisa terjadi hanya dengan satu gigitan nyamuk. Jika tidak ditangani dengan benar, penyakit ini bisa menyebabkan kematian.

Angka kesakitan malaria di Kabupaten Klungkung dalam 5 tahun terakhir dibawah target Anual Parasit Insident (API) malaria <1 per 1000 penduduk. API malaria pada tahun 2017 sebesar 0,01 per 1000 penduduk. Kasus yang diketemukan terjadi di wilayah Puskesmas Dawan I sebanyak 1 kasus dan di wilayah Puskesmas Nusa Penida III sebanyak 1 kasus.

Grafik 8. Angka Anual Parasit Insiden Malaria di Kabupaten Klungkung Tahun 2012 s.d 2017

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Klk, 2017

c. Penyakit Tb BTA (+)

Penyakit TB paru sebagai salah satu penyakit yang menjadi target untuk diturunkan selain malaria dan HIV/AIDS. Angka Prevalensi TB di Kabupaten Klungkung kurun waktu 2012-2017 berfluktuasi namun selama 3 tahun (periode tahun 2012 s/d 2014) cenderung meningkat yaitu berturut pada tahun 2012 sebesar 35 per 100.000 penduduk (66 kasus), pada tahun 2013 sebesar 50,94 per 100.000 penduduk (95 kasus) dan pada tahun 2014 sebesar 56,64 per 100.000 penduduk (99 kasus), namun

1 1 1 1 1 1 0,01 0,01 0,02 0,01 0,01 0,01 0 1 2 2012 2013 2014 2015 2016 2017

(23)

16

pada tahun 2015 sampai tahun 2016 mengalami penurunan masing-masing sebesar 42,12 per 100.000 penduduk (74 kasus) dan sebesar 38,48 per 100.000 penduduk (68 kasus). Sedangkan pada tahun 2017 Angka Prevalensi TB di Kabupaten Klungkung meningkat sebesar 68,77 per 100.000 penduduk (122 kasus). Hal ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 9. Prevalensi TB per 100.000 penduduk di Kabupaten Klungkung Tahun 2012 s.d 2017

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Klk, 2017

Sedangkan Angka insident kasus baru tuberkulosis di Kabupaten Klungkung periode 2013-2016 mengalami penurunan namun kemudian tahun 2017 kasus tersebut meningkat menjadi 45,66 per 100.000 penduduk (81 kasus), seperti terlihat pada tabel berikut.

Grafik 10. Angka Insiden TB baru per 100.000 penduduk di Kabupaten Klungkung Tahun 2013 s.d 2017

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Klk, 2017

35 50,94 56,64 42,12 38,48 68,77 0 20 40 60 80 100 2012 2013 2014 2015 2016 2017 50,41 47,48 36,99 26,03 45,66 0 20 40 60 80 100 2013 2014 2015 2016 2017

(24)

17

Pada Tahun 2017, jumlah penderita TB paru positif sebanyak 81 orang sudah mendapat paket pengobatan TB dengan strategi DOTS, dimana angka keberhasilan pengobatan 95,92 % dan penederita TB sudah 100% mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar SPM.

d. Penyakit IMS dan HIV/AIDS

Upaya penanggulangan PMS, HIV/AIDS ditujukan pada penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya preventif melalui penemuan penderita dan dilanjutkan dengan konseling (VCT).

Hasil pelaksanaan surveilans HIV/AIDS pada pendonor darah pada tahun 2017 menunjukan dari 3483 pemeriksaan sampel darah (screening terhadap HIV) sebesar 0,09 % sampel darah terinfeksi HIV (3 orang dari 3483 sampel darah yang diperiksa).

Jika dibandingkan dengan tahun 2016 jumlah kasus HIV/AIDS di Kabupaten Klungkung mengalami peningkatan dari 15 kasus menjadi 36 kasus. Dari 36 kasus yang terlaporkan tersebut, terdiri dari 28 kasus HIV dan 8 kasus AIDS. Penderita kasus HIV/AIDS sebagian besar terjangkit pada kelompok umur produktif yaitu kelompok umur 20-49 tahun.

e. Penyakit Kusta

Indonesia sudah mencapai eleminasi penyakit kusta pada tahun 2000, namun demikian di Kabupaten Klungkung penyakit kusta masih menjadi masalah kesehatan. Angka prevalensi penderita kusta di Kabupaten Klungkung dalam kurun waktu 2012-2014 mengalami fluktuatif, terjadi peningkatan menjadi 0,51 per 10.000 penduduk (9 kasus) pada tahun 2015. Prevalensi Kusta tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 0,34 per 10.000 penduduk (6 kasus) dan pada tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 0,73 per 10.000 penduduk (13 kasus) dan masih berada dibawah target <1/10.000 penduduk.

(25)

18

Grafik 11. Trend prevalensi kasus kusta per 10.000 penduduk Di Kabupaten Klungkung tahun 2012 – 2017

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Klk, 2017

2. Penyakit menular yang dapat dicegah dengan PD3I

PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat dikendalikan /diberantas dengan mengoptimalkan program imunisasi. Penyakit yang termasuk kelompok PD3I adalah Difteri, Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum, Campak, dan Polio. Kasus PD3I yang diketemukan di Kabupaten Klungkung pada tahun 2017 adalah kasus suspek campak sebanyak 3 kasus yang terdapat di Puskesmas Banjarangkan I, Klungkung II, dan Nusa Penida III serta suspek AFP sebanyak 2 kasus yang dijumpai di Puskesmas Banjarangkan II.

Upaya yang dilakukan dalam penemuan kasus lumpuh layuh (AFP) adalah dengan melakukan surveilans epidemiologi aktif terhadap kasus AFP pada kelompok umur < 15 tahun. Jika dibandingkan dengan tahun 2016 sudah terjadi penurunan kasus dari 3 kasus (AFP rate 7,18 per 100.000) menjadi 2 kasus (4,74 per 100.000) pada tahun 2017.

3. Penyakit menular berpotensi KLB.

a. Penyakit diare

Salah satu penyakit yang berpotensi terjadinya KLB adalah penyakit diare. Pada tahun 2017 persentase penemuan dan penanganan penyakit diare sebesar 80,2 % ( 3.840 kasus ) dan masih dibawah target sasaran penemuan dan penanganan penyakit diare yaitu sebanyak 4.790 sasaran.

b. Angka Insiden penyakit DBD

Secara umum morbiditas DBD masih menyebar secara sporadis dibeberapa desa. Angka insiden penyakit DBD selama kurun waktu tahun 2013 - 2017 terlihat berfluktuatif. Mengingat penyakit DBD merupakan penyakit yang bersifat siklus 5

0,43 0,64 0,29 0,51 0,34 0,73 0 1 2 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Prevalensi Target

(26)

19

tahunan dimana jumlah kasus pada tahun 2017 mengalami penurunan yang signifikan jika dibandingakan dengan tahun-tahun sebelumnnya. Insiden rate penyakit DBD tahun 2017 sebesar 123,45 per 100.000 penduduk (219 kasus). Angka kematian/case fatality

rate (CFR) DBD sebesar 0,46% (1 kasus) dan sudah dibawah target yaitu sebesar 1%.

Masih adanya kejadian penyakit DBD disebabkan karena seiring dengan rendahnya angka bebas jentik yaitu sebesar 89,75% dari target 95%. Upaya yang dilakukan untuk menurunkan kejadian DBD yaitu dilakukan Penyemprotan/fogging sarana nyamuk secara berkala.

Grafik 12. Insiden demam berdarah dengue (DBD) dan angka bebas jentik (ABJ) di Kabupaten Klungkung tahun 2013 – 2017 per 100.000 penduduk

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Klk,, 2017

c. Penyakit Cikungunya

Pada tahun 2016 penyakit Cikungunya ditemukan sebanyak 26 kasus dan seluruh kasus yang ditemukan telah dilakukan penanganan sehingga tidak terdapat kematian. Sedangkan tahun 2017 penyakit Cikungunya ditemukan meningkat sebanyak 50 kasus dan juga tidak terdapat kematian oleh karena penyakit cikungunya.

d. Penyakit Rabies

Penyakit ini disebabkan virus rabies dan ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies antara lain anjing, kucing, kera. Tahun 2016 terdapat kasus gigitan hewan penular rabies di Kabupaten Klungkung sebanyak 1104 kasus gigitan dan yang klinis rabies senayak 1 kasus dan meninggal. Tahun 2017 terdapat kasus gigitan hewan penular rabies di Kabupaten Klungkung sebanyak 1790 kasus gigitan dan yang mendapat vaksin VAR sebanyak 1308. Dari kasus gigitan tersebut tidak ditemukan kasus klinis rabies.

142,64 117,92 256,7 885,1 123,45 93,45 93,89 93,41 94,64 94,64 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 2013 2014 2015 2016 2017 IR DBD ABJ

(27)

20

C. STATUS GIZI

Kegiatan pemantauan pertumbuhan balita di Kabupaten Klungkung dilakukan secara rutin setiap bulan di 293 posyandu dengan sistem lima meja dibantu oleh kader posyandu.

1. Pemantauan pertumbuhan balita

Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan melalui pengukuran berat badan balita baik di posyandu maupun di sarana kesehatan. Indikator yang digunakan adalah tinggi badan per umur (BB/U). Hasil pemantauan pertumbuhan balita pada tahun 2017 berdasarkan laporan SKDN menunjukkan bahwa dari 10.684 balita yang ditimbang (menurut indikator BB/U) sebanyak 0,33% balita dengan Gizi lebih, sebanyak 97,12 % balita dengan Gizi Baik, sebanyak 1,97 % balita dengan Gizi Kurang dan sebesar 0,58 % balita dengan Gizi buruk.

Dalam penentuan status gizi buruk sebagai tindaklanjutnya dipergunakan indicator BB/TB dimana berdasarkan indikator tersebut terdapat 15 orang balita gizi

buruk dimana seluruh kasus tersebut (100%) sudah di mendapatkan

penanganan/intervensi/perawatan dengan pemberian paket PMT penyuluhan dan PMT pemulihan melalui fasilitas pelayanan kesehatan.

2. Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah

Prevalensi BBLR di Kabupaten Klungkung berfluktuatif dari tahun 2013 sampai tahun 2017. Pada tahun 2013 kasus BBLR 3,8% (112 kasus) kemudian menurun tahun 2014 menjadi 3,5% (102 kasus), kemudian pada tahun 2015 kejadian BBLR meningkat menjadi 4,37% (129 kasus). Namun Tahun 2016 kasus BBLR mengalami penurunan jika dibandingkan tahun sebelumnya menjadi sebesar 3,2% (92 kasus) dan mengalami peningkatan pada tahun 2017 menjadi 4,36% (123 kasus). Seluruh kasus BBLR (100%) tersebut sudah mendapat penanganan.

(28)

21

Grafik 13. Prevalensi Kasus Bayi BBLR di Kabupaten Klungkung Tahun 2013 - 2017

Sumber : Seksi Kesga dan Gizi klk, 2017

Jika ditinjau berdasarkan wilayah kerja puskesmas, Presentase kasus BBLR tertinggi pada tahun 2017 terdapat di Puskesmas Banjarangkan II (10,1%) sedangkan persentase kasus BBLR terendah di Banjarangkan I (2,5%).

Grafik 14. Prevalensi Kasus Bayi BBLR per puskesmas di Kabupaten Klungkung Tahun 2017

Sumber : Seksi Kesga dan gizi Klk, 2017

3. Kecamatan Bebas Rawan Gizi

Hasil pengamatan melalui kegiatan SKPG (sistem kewaspadaan pangan dan Gizi) pada kecamatan menunjukkan bahwa semua (100%) kecamatan di Kabupaten Klungkung bebas rawan gizi. Walaupun demikian sistem kewaspadaan pangan dan gizi tetap dilaksanakan sebagai upaya deteksi dini terhadap kerawanan gizi di masyarakat.

3,8 3,5 4,37 3,2 4,36 0 1 2 3 4 5 2013 2014 2015 2016 2017 BA I BA II KLK I KLK II DW I DW II NP I NP II NP III KAB 2016 2,3 5,2 1,5 0,8 4,5 3,5 6,5 0 5,2 3,2 2017 2,5 10,1 5,3 3,4 3,4 3,3 4,9 2,9 4,7 4,36 0 2 4 6 8 10 12

(29)

22

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat meliputi upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan dan pengendalian penyakit menular maupun tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman.

Upaya kesehatan perorangan adalah setiap upaya kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan perorangan. Berikut ini diuraikan upaya kesehatan yang dilakukan selama tahun 2017.

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi.

Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat serta untuk mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan masyarakat Pemerintah telah memberlakukan adanya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mulai 1 Januari 2014. Sedangkan bagi penduduk yang tidak mempunyai jaminan kesehatan serta terdaftar sebagai penduduk Kabupaten Klungkung diberlakukan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) yang dimulai sejak bulan Januari tahun 2010. Selanjutnya per 1 Januari 2017 Jamkesda terintegrasi ke JKN, sehingga Kabupaten Klungkung mendapat kuota yang ditanggung pemerintah Provinsi dan daerah (dana sharing) sebanyak 19907

(30)

23

jiwa. Per 1 Nopember 2017 seluruh masyarakat Kabupaten Klungkung yang belum mempunyai jaminan kesehatan ditanggung pemerintah Kabupaten Klungkung menuju Klungkung Universal Health Coverage (UHC) di tahun 2018.

Berikut diuraikan upaya pelayanan kesehatan dasar yang telah dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan selama tahun 2017.

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Pelayanan Kesehatan Ibu dan bayi baru lahir secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua fasilitas kesehatan dari posyandu sampai rumah sakit pemerintah maupun swasta.

Dalam tujuan pembangunan nasional, pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 115 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2017. Bila dibandingkan dengan target angka kematian ibu di Propinsi Bali 100 per 100.000 kelahiran hidup, angka kematian ibu di Kabupaten Klungkung pada tahun 2017 sebesar 70,95 per 100.000 kelahiran hidup (2 kasus). Walaupun demikian kesehatan ibu dan anak masih memerlukan perhatian supaya tidak terdapat peningkatan jika dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk itu perlu upaya-upaya menekan angka kematian ibu yang terkait dengan kehamilan, kelahiran dan nifas sehingga kematian ibu dapat dicegah.

a. Pelayanan antenatal (K1 dan K4).

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional kepada ibu hamil selama masa kehamilan sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan kunjungan ibu hamil K1 dan K4. Pemantauan pelayanan ANC dilakukan pada pelayanan K1 sebagai gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 sebagai gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali kunjungan dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester keempat. Angka ini dapat dipakai untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil.

(31)

24

Grafik 15. Pencapaian K1 di Kabupaten Klungkung Tahun 2017

Sumber : Seksi Kesga dan gizi Klk, 2017

Cakupan pencapaian ANC pada tahun 2017 yaitu kunjungan baru Bumil (K1) untuk Kabupaten Klungkung sebesar 109,9% yang berarti sudah mencapai target 100%. Terdapat 7 (tujuh) puskesmas yang telah mencapai target yaitu Puskesmas Klungkung I, Klungkung II, Dawan I, Dawan II, Nusa Penida I, Nusa Penida II dan Nusa Penida III, sedangkan 2 (dua) puskesmas yang belum mencapai target yaitu Puskesmas Banjarangkan I, Banjarangkan II. Pencapaian K1 paling tinggi di Puskesmas Dawan I (118,1 % ) dan terendah di Puskesmas Banjarangkan I dan Banjarangkan II (99,5 %).

Sedangkan cakupan pencapaian K4 tahun 2017 di Kabupaten Klungkung sebesar 104,5 % yang berarti sudah diatas target 95 %. Puskesmas yang telah mencapai target adalah Puskesmas Banjarangkan II, Klungkung I, Klungkung II, Dawan I, Dawan II, Nusa Penida II dan Nusa Penida III, sedangkan puskesmas lainnya belum mencapai target.

Pencapaian K4 tertinggi di Puskesmas Klungkung II (117,3 %) dan terendah di Puskesmas Banjarangkan I (91 %). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

91 98,1 110,6 117,3 112,9 108,7 94 105,9 100,8 104,5

BA I BA II KLK I KLK II DW I DW II NP I NP II NP III KAB

K1

(32)

25

Grafik 16. Pencapaian K4 di Kabupaten Klungkung Tahun 2017

Sumber: Seksi Kesga dan gizi Klk, 2017

b. Pertolongan persalinan oleh Tenaga kesehatan

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) di Kabupaten Klungkung pada tahun 2017 sebesar 104,7 % sehingga sudah diatas target yaitu 90%. Semua puskesmas sudah mencapai target. Pencapaian Pn tertinggi di Puskesmas Klungkung II sebesar 119,0 % dan pencapaian terendah di Puskesmas Banjarangkan I sebesar 90,0 %. Tingginya angka persalinan oleh tenaga kesehatan profesional tidak terlepas dari optimalisasi aspek pembinaan dan promosi kesehatan.

Grafik 17. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Klungkung Tahun 2017

Sumber: Seksi Kesga dan gizi Klk, 2017

BA I BA II KLK I KLK II DW I DW II NP I NP II NP III KAB 2017 91 98,1 110,6 117,3 112,9 108,7 94 105,9 100,8 104,5 0 20 40 60 80 100 120 140 Ax is T it le

2017

90,0 98,5 103,7 119,0 105,1 112,8 104,5 104,6 108,5 104,7 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0 BA I BA II KLK I KLK II DW I DW II NP I NP II NP III KAB Series1

(33)

26

Upaya peningkatan cakupan persalinan yang dilakukan melalui pelaksanaan program unggulan kesehatan ibu, diantaranya Kemitraan Bidan Dukun, peningkatan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan melalui program jaminan persalinan, revitalisasi bidan koordinator melalui pelaksanaan supervisi fasilitatif untuk peningkatan mutu dan kualitas tenaga penolong persalinan serta peningkatan kualitas surveilans kesehatan ibu melalui pelaksanaan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA).

c. Pelayanan kesehatan ibu nifas (KF3)

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu : kunjungan nifas pertama (KF-1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari, kunjungan nifas ke-2 (KF2) dilakukan pada hari ke -4 sampai dengan hari ke-28 setelah persalinan, dan kunjungan nifas ke-3 (KF3) dilakukan dalam waktu hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 setelah persalinan.

Pelayanan kunjungan nifas didefinisikan sebagai kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan baik di dalam gedung maupun di luar gedung fasilitas kesehatan (termasuk bidan di desa/polindes/poskesdes) dan kunjungan rumah. Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi: 1) pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu, 2) pemeriksaan tinggi fundus uteri, 3) pemeriksaan lochia dan pengeluaran per vaginam lainnya, 4) pemeriksaan payudara dan anjuran asi ekslusif 6 bulan, 5) pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali dan 6) pelayanan KB pasca persalinan.

Cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2017 adalah 104,7 %, ini menunjukan bahwa cakupan KF3 sudah mencapai target standar pelayanan minimal bidang kesehatan sebesar 90 %. Cakupan KF3 tertinggi di Puskesmas Klungkung II (119%) dan terendah di Puskesmas Banjarangkan I (90,0 %). Namun semua puskesmas sudah mencapai target standar pelayanan minimal bidang kesehatan sebesar 90 %. Cakupan pelayanan kesehatan pada ibu nifas dapat dilihat pada grafik berikut.

(34)

27

Grafik 18. Cakupan Pelayanan Ibu Nifas (KF3) di Kabupaten Klungkung Tahun 2017

Sumber: Seksi kesga dan gizi klk, 2017

d. Penanganan komplikasi obstetrik dan neonatal

Komplikasi kebidanan adalah penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Komplikasi kebidanan antara lain ketuban pecah dini, perdarahan per vagina, hipertensi kehamilan, ancaman persalinan premature, infeksi berat dalam kehamilan, distosia dan infeksi masa nifas.

Cakupan penanganan komplikasi kebidanan yang dicapai tahun 2017 sebesar 81,19 % dan sudah memenuhi target program kesga bidang kesehatan yaitu 80 %.

Puskesmas dengan cakupan tertinggi di Puskesmas Nusa Penida III (147,18 %) dan terendah di Puskesmas Nusa Penida II (22,06 %). Terdapat 5 (lima) puskesmas yang telah memenuhi target yaitu Puskesmas Banjarangkan I, Banjarangkan II, Dawan I, Nusa Penida I dan Nusa Penida III. Sementara 4 (empat) puskesmas yang lainnya belum memenuhi target yaitu Puskesmas Klungkung I, Klungkung II, Dawan II dan Nusa Penida II. Cakupan penanganan komplikasi kebidanan tahun 2017 dapat dilihat pada grafik.

Grafik 19. Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan di Kabupaten Klungkung Tahun 2017

Sumber: Seksi Kesga dan gizi Klk, 2017

90,0 98,5 103,7 119,0 105,1 112,8 104,5 104,6 108,5 104,7 0,0 50,0 100,0 150,0 BA I BA II KLK I KLK II DW I DW II NP I NP II NP III KAB Series1 86,90 140,10 43,31 52,41 92,02 68,90 98,57 22,06 147,18 81,19 50,00 100,00 150,00 200,00 BA I BA II KLK I KLK II DW I DW II NP I NP II NP III KAB Series1

(35)

28

Penanganan neonatus risti/komplikasi meliputi: asfiksia, tetanus neonaturum, sepsis, BBLR (BB lahir <2.500gram), sindrom gangguan pernafasan dan kelainan neonatal yang mendapat pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan rumah sakit. Cakupan penanganan komplikasi neonatal tahun 2016 seperti pada tabel dibawah ini.

Grafik 20. Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal di Kabupaten Klungkung Tahun 2017

Sumber: Seksi Kesga dan gizi Klk, 2017

Pada tahun 2017 cakupan penanganan komplikasi neonatus di Kabupaten Klungkung baru mencapai 59,70 %, sementara target standar pelayanan minimum bidang kesehatan yang harus dicapai adalah 80 %. Ini berarti bahwa pada tahun 2017 cakupan penanganan komplikasi neonatal masih belum mencapai target. Baru terdapat 1 (satu) Puskesmas yang telah mencapai target yaitu Puskesmas Banjarangkan II, sedangkan puskesmas lainnya masih dibawah target.

e. Kunjungan neonatal (KN3)

Neonatus atau bayi baru lahir (0-28 hari) merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan dan memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir.

Terkait hal tersebut, tahun 2008 ditetapkan perubahan kebijakan dalam pelaksanaan kunjungan neonates dari semula 2 kali (satu kali pada minggu pertama dan

68,10 109,90 51,90 58,20 60,80 34,60 58,70 59,10 47,40 59,70 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 BA I BA II KLK I KLK II DW I DW II NP I NP II NP III KAB

(36)

29

satu kali pada 8 – 28 hari), menjadi 3 kali(dua kali pada minggu pertama). Dengan perubahan ini, jadwal kunjungan neonatus dilaksanakan pada umur 6-48 jam, umur 3-7 hari dan umur 8-28 hari. Tahun 2017 cakupan kunjungan neonatus lengkap (KN3) di Kabupaten Klungkung sebesar 108,2 % yang berarti sudah mencapai diatas target 90%. Semua puskesmas sudah memenuhi target yaitu seperti terlihat pada grafik berikut.

Grafik 21. Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap (KN3) di Kabupaten Klungkung Tahun 2017

Sumber: Seksi Kesga dan gizi Klk, 2017

f. Pelayanan Kesehatan pada Bayi

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar tenaga kesehatan minimal 4 kali dalam setahun, yaitu satu kali pada umur 29 hari – 3 bulan, 1 kali pada umur 3 – 6 bulan, 1 kali pada umur 6 – 9 bulan, dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan.

Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pemberian imunisasi dasar, stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan kesehatan bayi. Indikator ini merupakan penilaian terhadap upaya peningkatan akses bayi memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi. Pada tahun 2017 cakupan pelayanan kesehatan bayi sebesar 106,6 % yang berarti bahwa telah memenuhi target 90 %. Terdapat 1 (satu) puskesmas yang belum memenuhi target yaitu puskesmas Klungkung II sebesar 85,4%. Seperti pada tabel berikut.

BA I BA II KLK I KLK II DW I DW II NP I NP II NP III KAB Series1 97,4 105,3 109,7 110,3 108,4 117,3 107,5 107,3 115,1 108,2 0 20 40 60 80 100 120 140

(37)

30

Grafik 22. Cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Klungkung Tahun 2017

Sumber : Seksi Kesga dan gizi Klk, 2017

g. Pelayanan Kesehatan pada anak balita

Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak umur 12 – 59 bulan sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun dan pemberian vitamin A sebanyak 2 kali setahun (Februari dan Agustus).

Pada tahun 2017 cakupan kesehatan anak balita di Kabupaten Klungkung sudah mencapai target yaitu sebesar 90,7 %. Namun demikian masih terdapat 3 (tiga) puskesmas yang belum mencapai target (masih dibawah 90 %) yaitu Puskesmas Banjarangkan II, Klungkung II dan Nusa Penida I sehingga perlu lebih ditingkatkan lagi upaya promosi agar balita lebih aktif lagi datang ke posyandu untuk memantau pertumbuhan dan perkembangannya .

101 105,9 102,6 85,4 110,8 125,5 103,8 164,5 102,2 106,6 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

(38)

31

Grafik 23. Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita di Kabupaten Klungkung Tahun 2017

Sumber : Seksi Kesga dan gizi Klk, 2017

h. Pelayanan Kesehatan pada siswa SD dan setingkat

Pelayanan kesehatan pada anak sekolah diberikan melalui program UKS, dan UKGS dalam bentuk kegiatan pemeriksaan kesehatan/skrining yang dilaksanakan di sekolah atau rujukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pada tahun 2017 cakupan pemeriksaan kesehatan (skrining) siswa SD/MI kelas 1 sebanyak 100 % dan sudah mencapai target 100%. Cakupan SD/MI yang diperiksa kesehatannya (UKGS) sebanyak 96,0 % dimana cakupan murid SD/MI yang mendapat pemeriksaan kesehatan gigi dan mendapat perawatan 82,6 %.

i. Pelayanan kesehatan usila.

Pada tahun 2017 cakupan pelayanan usila (usia 60 tahun keatas) sebesar 89,53% sehingga sudah mencapai target 70 %.

2. Pelayanan Keluarga Berencana

Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang menggunakan alat/metode kontrasepsi (KB aktif), cakupan peserta KB yang baru menggunakan alat/metode kontrasepsi dan jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor. Cakupan current user aktif bermanfaat untuk mengetahui mutu pelayanan kesehatan, mengetahui partisipasi masyarakat dalam program Keluarga berencana (KB). Cakupan pelayanan KB aktif Tahun 2017 sebesar 88,3 % meningkat

96 85,2 100 72,9 100 100,5 73,6 99,6 100 90,7 0 20 40 60 80 100 120 140

(39)

32

jika dibandingkan dengan tahun 2016 yaitu sebesar 85,40 %. Ini berarti cakupan KB aktif di Kabupaten Klungkung sudah mencapai target 70 %.Proporsi KB aktif menurut metode kontrasepsi yang sedang digunakan pada tahun 2017 dapat dilihat pada gambar berikut.

Grafik 24. Cakupan Peserta KB Aktif yang memakai Alkon di Kabupaten Klungkung tahun 2017.

Sumber: Seksi Kesga dan gizi, 2017

Dari tabel diatas terlihat bahwa peserta KB Aktif sebagian besar menggunakan metode kontrasepsi IUD (41%), suntik (38%), kemudian pil (8 %), Implan (6,7%), MOW (2,7 %), kondom(2,6 %) dan MOP (0,5 %).

Sedangkan cakupan peserta KB baru sebesar 2,86%, sebagian besar menggunakan metode kontrasepsi suntik (50,5%), kemudian IUD (25 %), pil (11 %), MOW (6%), implant (4,7%), Kondom (4,5 %), dan MOP (0,5%).

Grafik 25. Cakupan Peserta KB Baru yang memakai Alkon di Kabupaten Klungkung tahun 2017.

Sumber: Seksi Kesga dan gizi, 2017

41% 0% 3% 7% 3% 38% 8% IUD MOP MOW IMPLAN KONDOM SUNTIK PIL 25% 0% 4% 5% 4% 51% 11% IUD MOP MOW IMPLAN KONDOM SUNTIK PIL

(40)

33

3. Pelayanan Imunisasi

Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi umur 0-1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi untuk wanita subur.ibu hamil (TT) dan imunisasi pada anak sekolah dasar. Kegiatan imunisasi sudah berjalan dengan baik dengan trend cakupan kegiatan terus meningkat.

Hal ini tercermin dari pencapaian cakupan Universal Child Immunisation (UCI) sebesar 100% seluruh desa. Suatu desa/kelurahan telah mencapai target UCI apabila > 80% bayi di desa/kelurahan tersebut mendapat imunisasi lengkap. Disamping itu cakupan pencapaian imunisasi campak pada bayi dan persentase bayi diimunisasi dasar lengkap masing-masing sebesar 114,14 %.

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN

1. Pelayanan kesehatan rujukan di RS

Salah satu program pelayanan rujukan adalah upaya kesehatan perorangan yang bertujuan untuk meningkatkan akses, keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan yg aman melalui sarana kesehatan perseorangan (puskesmas, rumah sakit, fasilitas lainnya). Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan kesehatan di rumah sakit biasanya dapat dilihat berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan.

Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan rumah sakit adalah pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI), rata-rata lama hari perawatan (LOS), pasien keluar meninggal (GDR) dan pasien keluar meninggal< 48 jam perawatan (NDR).

Grafik 26. Trend Pencapaian BOR dan LOS Rumah Sakit di Kabupaten Klungkung tahun 2012-2017

Sumber: Seksi Progsimas, Klk, 2017

50,8 66,85 43,8 51 62,64 40 3 4 4 4 4 4 0 10 20 30 40 50 60 70 80 2012 2013 2014 2015 2016 2017 BOR LOS

(41)

34

Dari gambar diatas tahun 2012 terlihat bahwa angka BOR di rumah sakit masih dibawah angka ideal yang diharapkan (60-85%) namun pada tahun 2013 angka BOR menunjukkan pencapaian maksimal pada kurun waktu lima tahun. Pada Tahun 2014 BOR rumah sakit di Kabupaten mengalami penurunan dan meningkat kembali di tahun 2015 dan tahun 2016 BOR rumah sakit di kabupaten sudah mencapai angka ideal yaitu 62,64, namun di tahun 2017 BOR rumah sakit mengalami penurunan menjadi 40,0. Kemungkinan disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhi angka BOR suatu rumah sakit, diantaranya semakin meningkatnya jumlah tempat tidur yang tersedia sedangkan masyarakat yang mencari pelayanan tidak terlalu tinggi. Pencapaian BOR di semua rumah sakit se- Kabupaten Klungkung seperti tabel berikut:

Grafik 27. Trend Pencapaian BOR Rumah Sakit di Kabupaten Klungkung tahun 2017

Sumber : Seksi Progsimas klk, 2017

Dari tabel diatas menunjukan bahwa BOR tertinggi adalah RSU Klungkung dan terendah di Rumah Sakit Permata Hati. Hal ini disebabkan oleh karena RSU Klungkung merupakan rumah sakit rujukan pemerintah di kawasan Bali Timur.

Indikator lamanya hari perawatan (LOS) selama lima tahun terakhir cenderung stabil berkisar 3-4 hari walaupun masih dibawah angka ideal (6-9 hari). Ditinjau rata-rata lama hari perawatan (LOS) di rumah sakit 4 hari dimana untuk RSU Klungkung rata-rata 4 hari, RSU Bintang 3hari dan RS Anak dan Ibu Permata Hati rata-rata 3 hari.

2013 2014 2015 2016 2017 RSU Klungkung 65,51 59,34 60,1 81,3 63,01 RSAI Permata Hati 88,93 46,54 35,4 32,6 19,9 RSU Bintang 54,56 20,3 36,6 36 31,4

0 50 100

(42)

35

2. Jaminan Kesehatan.

Sejak 1 Januari 2014 pemerintah telah memberlakukan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah yang diselenggarakan oleh Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS).

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah. Paling lambat tahun 2019 seluruh penduduk di Indonesia sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan yang dilakukan secara bertahap.

Kepesertaan BPJS Kesehatan terdiri dari:

1. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan Kesehatan adalah peserta jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iurannya dibayari pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan dan diatur melalui peraturan pemerintah.

2. Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan yang terdiri atas :

a. Pekerja penerima upah dan keluarganya, yaitu PNS, Anggota TNI/Polri, pejabat negara, pegawai pemerintah non pegawai negeri, pegawai swasta, dan pegawai lain yang memenuhi kriteria pekerja penerima upah.

b. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu pekerja mandiri dan pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja bukan penerima upah.

c. Bukan pekerja dan anggota keluarganya, yaitu Investor, pemberi kerja, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan, dan yang memenuhi kriteria bukan pekerja.

Cakupan kepesertaan Jaminan Kesehatan di Kabupaten Klungkung tahun 2017 sudah mencapai 99,84 % sesuai dengan tabel berikut:

(43)

36

Tabel 2. Cakupan Kepesertaan Jaminan Kesehatan di Kabupaten Klungkung tahun 2017

No Jenis Kepesertaan Jumlah %

A Peserta Jaminan Kesehatan Nasional :

177.112 99,84

1. Peserta PBI APBN 53.019 29,89

2. Peserta Bukan PBI :

a. Pekerja Penerima Upah (PPU): 26.991 15,21

b. Bukan Penerima Upah/ Mandiri 20.138 11,35

c. Bukan Pekerja (PU) : 3.536 1,99

B. PBI APBD 73.428 41,39

JUMLAH 177.400 99,84

Sumber: Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat klk, 2017

C. PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR

Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular di Kabupaten Klungkung dilaksanakan melalui pelaksanaan surveilans epidemiologi dengan penemuan kasus secara dini dilanjutkan dengan penanganan secara cepat dan tepat melalui pengobatan penderita.

a. Pelaksanan surveilans epidemiologi.

Kegiatan surveilans epidemiologi menyediakan informasi epidemiologi penyakit baik terhadap penyakit menular maupun new emerging disease yang sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi dalam memprediksi dan mendeteksi dini terhadap peningkatan penderita atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan epidemis penyakit. Kegiatan Surveilan epidemiologi terhadap vektor penyakit dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik berkala (Pokja Jumantik) dan pola penyebaran kasus serta perubahan iklim baik untuk vektor penularan DBD (demam berdarah dengue), vektor malaria, cikungunya dan penyakit baru (new emerging disiase). Pemantauan jentik berkala oleh petugas kesehatan maupun juru pemantau jentik (Jumantik) untuk memantau nyamuk aedes aegypti, sedangkan petugas Juru Malaria Desa (JMD) untuk mengawasi perkembangan jentik nyamuk malaria dan tempat perindukannya (lagoon). Surveilance epidemiologi juga dilakukan pada kasus rabies dan Flu burung di desa yang terjangkiti.

Gambar

Gambar 1. Spot Map Wilayah Kabupaten Klungkung
Gambar 2. Piramida penduduk menurut umur di Kabupaten Klungkung  Tahun 2017
Tabel 1. Nilai PDRB Kabupaten Klungkung pada Tahun 2013-2017 (juta)
Grafik  2.  Angka  beban  Ketergantungan  penduduk  menurut  kecamatan  di    Kabupaten  Klungkung tahun 2017
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran yang menerapkan

Sifat-sifat dasar operator akan disajikan sebagai dasar untuk pengembangan lanjutan, yang sebelumnya sebagian sudah disajikan di dalam beberapa tulisan antara

Deng dan para ahli lainnya itu berpendapat bahwa ide mengenai „kedaulatan negara‟ harus didasarkan bukan pada hak dari setiap negara untuk melakukan

Hasil dari penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa minyak dedak padi yang memiliki nilai viskositas yang tinggi bisa diturunkan dengan dicampurkan

Keterampilan Kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi.. produktivitas

Kompresor adalah alat mekanik yang berfungsi untuk meningkatkan tekanan fluida mampu mampat, yaitu gas atau udara.tujuan meningkatkan tekanan dapat untuk

Penerapan Desain Arsitektur Tropis dalam Komplek Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan..

Serangan Rogue DHCP yang terjadi pada suatu jaringan akan mengakibatkan pertukaran data yang terjadi pada jaringan tersebut akan melambat atau bahkan akan merusak suatu sistem