• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. terbagi menjadi 2 metode, yaitu: a. Melalui Surat Setoran Pajak (SSP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. terbagi menjadi 2 metode, yaitu: a. Melalui Surat Setoran Pajak (SSP)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

58

A. Pembahasan Masalah

1. Prosedur Pembayaran Pajak

Metode pembayaran/penyetoran pajak kepada negara saat ini terbagi menjadi 2 metode, yaitu:

a. Melalui Surat Setoran Pajak (SSP)

Pembayaran/penyetoran pajak melalui mekanisme Surat Setoran Pajak (SSP), Wajib Pajak dapat mengambil formulir SSP yang di sediakan oleh Kantor Pelayanan Pajak terdekat ataupun membuat sendiri formulir SSP tersebut sesuai dengan bentuk dan format formulir yang berlaku saat itu. Formulir SSP yang diisikan haruslah rangkap 4 (empat) dan jika diperlukan dapat menjadi rangkap 5 (lima). adapun peruntukannya yaitu lembar ke-1 untuk arsip Wajib Pajak, lembar ke-2 untuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), lembar ke-3 untuk dilaporkan Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak, lembar ke-4 untuk kantor penerima pembayaran, dan apabila diperlukan dibuat lembar ke-5 untuk arsip Wajib Pungut (bendahara pemerintah/BUMN). Kemudian WP mengisi data isian yang telah disediakan di SSP meliputi NPWP, nama WP, alamat WP, Kode Akun Pajak, Kode Jenis Pajak, Masa Pajak, dan jumlah uang yang disetor setelah

(2)

Pendaftaran Peserta E-Billing Pembuatan Kode Billing Pembayaran Berdasarkan Kode Billing

semuanya lengkap terisi dibawa ke tempat pembayaran yang ditunjuk Kementrian Keuangan (Bank – Bank yang ditunjuk/Kantor Pos).

Kemudian oleh petugas Bank/Kantor Pos dimasukkan/ diinput dalam sistem pembayaran yang terkoneksi dengan MPN (Modul Penerimaan Negara), yang kemudian hasil dari input data isian isian SSP oleh petugas penerima masuk dalam penerimaan negara dengan ditandai keluarnya NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara) di dalam dalam bukti penerimaan, setelah itu langkah terakhir, WP melaporkan SSP ke Kantor Pelayanan Pajak bersamaan dengan pelaporan SPT pajak.

b. Melalui e-Billing

Mekanisme pembayaran pajak melalui e-Billing dapat dilakukan dengan mudah, kapan saja, dan dimana saja. berikut langkah – langkahnya :

Gambar 3.1 Mekanisme e-Billing

1) Langkah - langkah registrasi menjadi peserta e-Billing :

a) Buka situs e-Billing melalui internet dngan alamat http://sse.pajak.go.id untuk mendaftarkan User ID dan Personal Identification Number (PIN).

(3)

Gambar 3.2

Pendaftaran peserta e-Billing

b) Masukkan data berupa NPWP, alamat e-mail yang valid untuk konfirmasi, dan kode capcha yang tertera.

Gambar 3.3

Pengisian data peserta e-Billing

c) Kemudian WP akan menerima konfirmasi aktivasi melalui e-mail yang telah dimasukkan pada tahap sebelumnya. Pada e-mail tersebut akan tertera link aktivasi e-Billing serta PIN dan User ID untuk login selanjutnya.

(4)

Gambar 3.4

Konfirmasi peserta e-Billing

d) Kemudian klik link aktivasi untuk mengaktifkan akun e-Billing dan WP dapat mulai menggunakan sistem aplikasi tersebut.

2) Langkah - langkah pembuatan Kode Billing :

Kode Billing yaitu kode yang WP peroleh setelah memasukkan data transaksi perpajakan secara elektronik yang digunakan sebagai kode pembayaran pajak di Bank, Kantor Pos, mesin ATM atau Internet Banking. Berikut tahapan pembuatan Kode Billing :

a) Akses situs e-Billing (http://sse.pajak.go.id) lalu masukkan NPWP dan PIN untuk melakukan login.

Gambar 3.5 Login e-Billing

(5)

b) Field NPWP, Nama, Alamat dan Kota akan secara otomatis terisi dengan data WP

c) Masukkan detail informasi pembayaran berupa NOP (jika terdapat pembayaran pajak terkait transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan kegiatan membangun sendiri), Jenis Pajak, Jenis Setoran, Masa Pajak, Tahun Pajak, nomor Surat Ketetapan Pajak (bila ada), dan nilai rupiah pembayaran, bila sudah pilih simpan.

Gambar 3.6

Pengisian detail pembayaran pajak melalui e-Billing d) Kemudian muncul konfirmasi apakah data yang

dimasukkan sudah sesuai apa belum, jika terdapat kesalahan WP dapat mengkoreksinya kembali dengan memilih “Edit Pengisian SSP”, jika sudah sesuai pilih “Terbitkan Kode Billing” untuk menerbitkan ID Billing.

(6)

Gambar 3.7

Pengecekan detail pembayaran

e) Setelah sistem menerbitkan ID Billing WP dapat mencetaknya sebagai referensi pembayaran di Bank, mesin ATM, ataupun melalui internet banking. ID Billing tersebut berlaku selama 2 x 24 jam sejak diterbitkan oleh sistem

.

Gambar 3.8 Cetak kode ID Billing

3) Langkah- langkah melakukan pembayaran dengan berdasarkan kode ID Billing :

Pembayaran dengan kode ID Billing dapat dilakukan dengan beberapa cara, dapat melalui loket Bank atau Kantor Pos, Mesin ATM, dan melalui internet banking. Untuk pembayaran melalui Mesin ATM dan internet banking langkah – langkahnya bisa berbeda setiap Bank tergantung kebijakan

(7)

Bank masing – masing. Untuk pembayaran melalui loket Bank dan Kantor Pos berikut langkahnya :

a) Tunjukkan kode ID Billing anda kepada petugas loket teller Bank atau Kantor Pos.

b) Setelah menginput kode ID Billing dan menerima uang setoran pajak, petugas akan melakukan konfirmasi untuk memastikan pembayaran sesuai dengan yang dimaksud. c) Kemudian teller akan memproses transaksi dan WP akan

mendapatkan Bukti Penerimaan Negara (untuk ATM dan internet banking struk pembayaran sebagai Bukti Penerimaan Negara) yang dapat digunakan sebagai sarana pelaporan dan keperluan administrasi lain di Kantor Pelayanan Pajak.

Dilihat dari perbandingan kedua mekanisme pembayaran pajak diatas, dapat disimpulkan bahwa:

1) Proses pembayaran pajak melalui mekanisme SSP yang masih menggunakan sistem manual sehingga membutuhkan tenaga lebih untuk melakukan, akibatnya Wajib Pajak menjadi malas untuk membayarkan pajaknya.

2) Langkah – langkahnya melalui mekanisme SSP yang cukup panjang sehingga menyita banyak waktu Wajib Pajak, terlebih jika antrian loket di Bank/Kantor Pos yang panjang membuat WP mengurungkan niatnya membayar pajak.

(8)

3) Kesalahan yang terkadang sering terjadi jika menggunakan mekanisme SSP yang diakibatkan oleh kesalahan petugas loket Bank/Kantor Pos yang salah memasukkan data Kode Jenis Pajak ataupun Kode Jenis Setoran sehingga WP harus melakukan pemindahbukuan yang sebabkan bukan dari kesalahan WP sendiri, dengan menggunakan e-Billing meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh petugas loket Bank/Kantor Pos, karena Wajib Pajak dapat memantau sendiri data yang dimasukkan sudah benar apa tidak.

4) Penggunaan kertas/lembar formulir SSP yang cukup banyak menambah isu pencemaran lingkungan sedangkan pemerintah mencanangkan program go green, hal ini yang cukup disorot oleh Lembaga Lingkungan Hidup yang dipandang tidak sejalan dengan program Pemerintah, hal tersebut berbeda dengan menggunakan sistem e-Billing dapat menghemat penggunaan kertas sehingga mengurangi dampak pencemaran lingkungan yang berarti sesuai dengan program go green yang dicanangkan oleh pemerintah.

5) Langkah – langkah/proses pembayaran pajak melalui SSP yang sudah sejak dahulu diterapkan membuat WP sudah mengerti urutan langkah – langkah pembayarannya, sedangkan e-Billing memerlukan waktu bagi WP untuk memahami mekanismenya.

(9)

2. Pengaruh e-Billing di KPP Pratama Demak

Dampak diberlakukannya e-Billing per 1 Januari 2016 dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 3.1

Penerimaan Pembayaran Pajak di KPP Pratama Demak Periode Oktober – Desember 2015 dan Periode Januari – Februari

2016 Kode Jenis

Setoran

2015 2016

Oktober November Desember Januari Februari Maret

100 3417 4359 8143 2908 2652 3636 101 2 2 4 2 3 14 102 - 1 - 2 - 2 103 23 17 32 19 22 18 104 328 460 554 294 346 387 199 3 3 2 3 4 8 200 63 87 379 10 43 184 300 104 54 118 34 23 36 310 74 39 44 14 3 12 405 7 4 2 - - - 408 - - - 1 - - 409 231 239 959 17 10 16 410 5 4 5 6 5 3 416 - - 6 1 - 1 417 3 4 4 4 4 3 419 2 7 8 7 12 23 420 1391 1698 3479 1558 2094 3786 499 - - 1 - - - 500 - - 2 - 8 1 501 - - - 1 - 1 511 1 - - - - - 900 1243 1861 5214 1182 685 699 910 - - - 13 35 111 920 - - - 24 192 431 930 - - 2 17 10 31 TOTAL 7538 9501 20049 6709 6566 10122 Melalui SSP 6588 8478 18143 5445 3938 5829 Melalui e-Billing 950 1023 1906 1264 2628 4293 Persentase e-Billing 12,60 % 10,76 % 9,50 % 18,84 % 40,02 % 42,41 %

Sumber : KPP Pratama Demak

Berdasarkan Tabel 3.1 diatas dapat dilihat bahwa pembayaran pajak melalui e-Billing mengalami peningkatan dengan seiringnya waktu berjalan dan membuat pembayaran pajak melalui mekanisme SSP

(10)

berkurang, hal ini tidak terlepas dari peranan aktif Kantor Pelayanan Pajak Pratama Demak yang telah mensosialisasikan langkah – langkah pembayaran pajak melalui sistem e-Billing kepada Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Demak. Namun begitu, sedikit banyak juga dipengaruhi oleh aturan yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pajak tentang batas akhir berlakunya SSP sampai dengan 30 Juni 2016 dan mulai diterapkannya e-Billing sebagai bukti pembayaran pajak kepada kas negara satu – satunya yang sah per 1 Juli 2016 membuat Wajib Pajak mau tidak mau harus mengikuti aturan yang berlaku saat ini dengan mulai beralih menggunakan sistem pembayaran pajak dengan sistem e-Billing disamping kelebihan dan kekurangan yang masih dimiliki sistem e-Billing tersebut. Dari data tersebut dapat dilihat peningkatan penggunaan e-Billing terjadi pada bulan Januari – Februari dimana terjadi peningkatan lebih dari 2(dua) kali lipat, hal ini dapat terjadi dikarenakan pihak KPP Pratama Demak yang melakukan sosialisasi secara besar – besaran dengan mengundang WP dan Instansi Pemerintah di Kabupaten Demak serta melakukan sosialisasi langsung dengan terjun langsung ke masyarakat sehingga pada bulan Februari banyak WP yang mulai beralih menggunakan e-Billing. Sedangkan untuk bulan Februari – Maret justru peningkatan terjadi tidak signifikan yaitu hanya berkisar 2,39 % saja, hal ini diakibatkan masih banyaknya WP yang belum mengerti bagaimana cara pengoperasian e-Billing melalui internet dan minimnya koneksi internet di lingkungan WP tersebut, sehingga masih

(11)

terdapat banyak WP yang memilih menggunakan SSP dibanding e-Billing meskipun pihak KPP Pratama Demak sendiri sudah gencar melalukan sosialisasi e-Billing baik di kantor maupun di lingkungan masyarakat.

B. Temuan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis, Metode pembayaran/penyetoran pajak yang saat ini diberlakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak dibawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia yaitu pembayaran pajak melalui Surat Setoran Pajak (SSP) dan pembayaran pajak melalui sistem e-Billing. Kedua metode pembayaran pajak tersebut meskipun memiliki fungsi dan tujuan yang sama yaitu sebagai bukti pembayaran pajak kepada kas negara dan memudahkan Wajib Pajak untuk membayarkan pajaknya, namun begitu, masih terdapat kekurangan yang dimiliki ke-2 (dua) metode tersebut tanpa mengesampingkan kelebihan yang juga dimiliki oleh masing – masing metode tersebut. Temuan yang didapatkan sebagai berikut :

1. Banyaknya Wajib Pajak yang masih belum mengerti internet, sehingga Wajib Pajak tersebut belum bisa menggunakannya secara langsung mekanisme e-Billing meskipun dapat dilakukan oleh orang lain atau dipandu langkah demi langkah.

(12)

2. Sistem e-Billing yang sering down, hal ini membuat Wajib Pajak tidak bisa mengakses situs e-Billing beberapa saat dan harus menunggu sistem pulih kembali.

3. Koneksi internet yang tidak merata di Indonesia, hal ini berdampak pada terhambatnya pembayaran pajak bagi Wajib Pajak yang bertempat tinggal di daerah yang minim koneksi internet sehingga Wajib Pajak tersebut merasa kesulitan bila akan membayarkan pajaknya melalui e-Billing.

4. Pembayaran pajak yang masih harus antri sehingga masih menyita waktu Wajib Pajak, hal ini meskipun sudah difasilitasi dengan adanya mesin ATM dan internet banking yang juga dapat menerima pembayaran pajak, namun di beberapa daerah yang minim mesin ATM dan koneksi internet, pembayaran melalui loket Bank/Kantor Pos masih menjadi andalan Wajib Pajak.

5. Kurang optimalnya penggunaan fasilitas penunjang pembayaran pajak melalui Billing seperti sedikitnya penggunaan fasilitas e-Banking.

6. Pembayaran Pajak melalui e-Billing dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa keterbatasan waktu dan tempat.

7. Mempercepat/menghemat waktu pembayaran, hanya memerlukan

gadget Wajib Pajak bisa membayarkan pajaknya dengan mekanisme e-Billing.

Gambar

Gambar 3.5  Login e-Billing
Gambar 3.8  Cetak kode ID Billing

Referensi

Dokumen terkait

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder yang di dapat dari data penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa yang diterbitkan dan

Penelitian ini tentang iklan apartemen di Jawa Pos yang dikemas dalam bentuk advertorial dengan struktur teks bahasa yang lebih menarik sehingga masyarakat

Profil keterampilan bertanya siswa yang diukur dalam penelitian ini yaitu: (1) kuantitas pertanyaan (jumlah pertanyaan yang dijukan siswa), (2) tata cara bertanya siswa, yang

tentang apa yang dilanggar oleh Tergugat dan jadwal angsuran nasabah alat bukti (P.5), merupakan bukti bahwa telah terjadi akad pembiayaan Murabahah bil Wakalah (akad

Selanjutnya, Abram seperti dikutip Albanese (2006) mengatakan blog dapat digunakan untuk membuat folksonomies dan message board. Blog juga dapat menciptakan context, pembelajaran,

Jumlah pengunjung /wisatawan yang datang dijadikan sampel penelitian (responden) yang dipilih secara acak, kemudian melalui lembar pernyataan (kuisioner) mereka

Hasil penelitian persentase bobot usus tertinggi pada perlakuan penambahan tepung daun sirsak dengan level 10 %, hal ini membuktikan bahwa level 10% merupakan level optimal

Globalisasi ekonomi yang sedang berlangsung dengan cepat pada beberapa dekade ke depan, di satu fihak akan memberikan kesempatan yang amat besar kepada perguruan tinggi