• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA KARANGAN NARASI PENGALAMAN PRIBADI SISWA KELAS X SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA KARANGAN NARASI PENGALAMAN PRIBADI SISWA KELAS X SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA KARANGAN NARASI

PENGALAMAN PRIBADI SISWA KELAS X SMA GAMA YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2016/2017

HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Jenilda Rosana Louis

NIM: 131224081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

(2)

i

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA KARANGAN NARASI

PENGALAMAN PRIBADI SISWA KELAS X SMA GAMA YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2016/2017

HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Jenilda Rosana Louis

NIM: 131224081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

(3)
(4)
(5)

iv

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menguatkan dan menolongku serta memberi

harapan dalam hidupku.

Bapak Abraham Jeffry Louis dan Ibu Marleni Ros Rasmawati Lailena yang selalu

mendoakan, mendukung, selalu memberikan perhatian, serta memenuhi segala

kebutuhan.

Kedua adikku Xanan Maurits Louis dan Leonard Louis yang selalu memberikan

doa, dukungan serta semangat

(6)

v

MOTO

Apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan

menerimanya;

(Matius 21:22)

Janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai

kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari;

(Matius 6:34)

Belajarlah dari hari kemarin, jalani hari ini, berharaplah untuk hari esok yang

penting jangan berhenti bertanya.

(Albert Einstein)

Bersyukurlah ketika kamu mendapatkan sesuatu yang baik dan jangan berhenti

untuk mencoba ketika kamu mendapatkan kegagalan

(Jenilda Rosana Louis)

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

Louis, Jenilda Rosana. 2017. Analisis Penggunaan Konjungsi pada Karangan

Narasi Pengalaman Pribadi Siswa Kelas X SMA GAMA Yogyakarta

Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi: Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

Penelitian ini mengkaji penggunaan konjungsi pada karangan narasi

pengalaman pribadi yang ditulis siswa kelas X SMA GAMA Yogyakarta tahun

ajaran 2017/2018. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan konjungsi yang

digunakan dan yang salah penggunaannya dalam karangan narasi siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian

ini berupa kalimat yang mengandung konjungsi yang diambil dari 32 karangan.

Analisis data dimulai dengan membagi data menjadi tiga kelompok, yaitu

koordinatif, subordinatif, dan antarkalimat. Selanjutnya konjungsi setiap

kelompok dicermati satu per satu lalu menjelaskan dan menghitung penggunaan

konjungsi yang salah dalam karangan narasi siswa. Setelah itu membetulkan

penggunaan konjungsi yang salah dalam karangan narasi siswa.

Dari analisis data dapat ditarik kesimpulan: pertama, konjungsi yang

digunakan dalam karangan narasi siswa meliputi konjungsi koordinatif, konjungsi

subordinatif, dan konjungsi antarkalimat. Konjungsi koordinatif meliputi dan

(240 kali), atau (14 kali), tapi/tetapi (19 kali), sedangkan (4 kali), lalu (19 kali),

kemudian (6 kali), selanjutnya (1 kali). Adapun yang termasuk konjungsi

subordinatif adalah sebagai berikut: karena (94 kali), jika (2 kali), untuk

(33 kali), agar (3 kali), ketika (9 kali), saat (15 kali), sebelum (13 kali), sesudah

(8 kali), setelah (99 kali), meskipun (1 kali), walaupun (6 kali), sampai (26 kali),

hingga (2 kali), sehingga (3 kali). Selanjutnya, diperoleh analisis data penggunaan

konjungsi antarkalimat sebagai berikut: konjungsi jadi (8 kali), konjungsi setelah

itu (2 kali), konjungsi sesudah itu (3 kali), dan konjungsi apalagi (1 kali). Kedua,

ditemukan 89 kesalahan penggunaan konjungsi. Kesalahan itu terdiri dari

penggunaan dan (58 kesalahan), penggunaan atau (1 kesalahan), penggunaan

namun 10 kesalahan, penggunaan lalu 7 kesalahan, penggunaan kemudian

6 kesalahan, penggunaan sehingga (1 kesalahan), dan terdapat pendobelan

penggunan konjungsi (6 kesalahan).

Berdasarkan hasil penelitian di atas, diharapkan agar penelitian ini menjadi

bahan pertimbangan bagi guru dalam mengajarkan penggunaan konjungsi pada

karangan narasi pengalaman pribadi siswa. Peneliti berharap mahasiswa Program

Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia lebih cermat dalam menggunakan

konjungsi. Peneliti juga berharap peneliti lain meneliti hal yang sama ataupun

yang sejenis agar hasil penelitian dapat berkontribusi dalam dunia pendidikan.

(10)

ix

ABSTRACT

Louis, Jenilda Rosana. 2017. Analysis of Conjunction Use in the Narrative Handbook

of Personal Experience of Grade X of SMA GAMA Yogyakarta Year of

Teaching 2016/2017. Thesis: Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

This research examined the use of conjunctions in narrative essay about

personal experiences written by tenth grade students of SMA GAMA Yogyakarta,

academic year 2017/2018. The purpose of this research was to describe the

conjunctions used and misused in students’ narrative essay. This research was a

qualitative descriptive research. This research data was in form of sentences

which contained conjunction taken from 32 essays. The data analysis begun by

dividing the data into three groups, namely coordinate, subordinate, and

inter-sentences. Next, the conjunctions of each group were examined one by one and

then explained and calculated the misuse of conjunctions in the student narrative.

After that, the researcher corrected the misuse of conjunctions in the student

narrative.

The conclusion from the data analysis were: first, the conjunctions used in

the student narrative text included coordinate conjunctions, subordinate

conjunctions, and inter-sentence conjunctions. Coordinate conjunctions included

‘and’ (240 times), ‘or’ (14 times), ‘but’ (19 times), ‘whereas’ (4 times), ‘then’

(19 times),

‘after that’ (6 times), ‘next’ (1 time). The subordinate conjunctions

were as follows:

‘because’ (94 times), ‘if’ (2 times), ‘to’ (33 times), ‘in order to’

(3 times),

‘when’ (9 times), ‘when’ (15 times), ‘before’ (13 times), ‘afterwards’

(8 times),

‘after’ (99 times), ‘eventhough’ (1 time), ‘although’ (6 times), ‘until’

(26 times), ‘up to’ (2 times), ‘so that’ (3 times). Furthermore, data analysis of

inter-sentences conjunctions usage were as follows: conjunctions

‘so’ (8 times),

conjunctions

‘after that’ (2 times), conjunctions ‘later’ (3 times), and conjunctions

‘even’ (1 time). Second, there were 89 conjunctions misuse found. The misuse

were consisted of the use of ‘and’ (58 errors), the use of ‘or’ (1 error), the use of

‘but’ (10 errors), the use of ‘then” (7 errors), the use of ‘after that (6 errors), the

use of ‘so that’ (1 error) usage, and there were some double-used of conjunctions

(6 errors).

Based on the results above, it is expected that this research becomes a

consideration for teachers in teaching the use of conjunctions on the narrative

essay about students’ personal experience. The researcher hopes that the students

of Indonesian Literature Education Study Program will be more precise in using

conjunctions. The researcher also expects other researchers can study the similar

topic so that the results of this research can give contribution in the education

field.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan berkat-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis

Penggunaan Konjungsi pada Karangan Narasi Pengalaman Pribadi Siswa Kelas

X SMA GAMA Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017 dapat peneliti selesaikan

dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak

mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini.

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia.

3. Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku dosen pembimbing, terima kasih atas

bimbingan, dukungan, dan kesabaran yang telah diberikan selama proses

penyusunan skripsi ini.

4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing, terima kasih

atas bimbingan, dukungan dan kesabaran yang yang telah diberikan

selama proses penyusunan skripsi ini.

5. A. Danang Satria Nugraha, M.A., selaku triangulator, terima kasih karena

telah memeriksa analisis data penelitian skripsi.

6. Bapak Bambang selaku guru SMA GAMA Yogyakarta yang sudah

membantu dalam memperoleh data.

7. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia untuk

ilmu dan inspirasi selama perkuliahan.

8.

Kedua orang tua, bapak Abraham Jeffry Louis dan Ibu Marleni Ros

Rasmawati Lailena serta adik Xanan Mourits Louis dan Leonard Louis

(12)
(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGA AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Definisi Istilah ... 4

1.6 Sistematika Penyajian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 8

2.2 Konjungsi ... 10

2.2.1 Macam Konjungsi ... 11

2.2.2 Fungsi Konjungsi ... 13

2.2.2.1 Konjungsi Koordinatif ... 14

a. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Penambahan ... 14

(14)

xiii

c. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Pertentangan ... 16

d. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Penegasan ... 17

e. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Penyamaan ... 19

f. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Urutan Kejadian ... 20

g. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Pembetulan ... 21

h. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Pembatasan ... 21

2.2.2.2 Konjungsi Subordinatif ... 22

a. Konjungsi yang Menyatakan Sebab ... 23

b. Konjungsi yang Menyatakan Syarat ... 24

c. Konjungsi yang Menyatakan Tujuan ... 25

d. Konjungsi yang Menyatakan Kesewaktuan ... 27

e. Konjungsi yang Menyatakan Penyungguhan ... 29

f. Konjungsi yang Menyatakan Perbandingan ... 30

g. Konjungsi yang Menyatakan Batas Akhir ... 31

h. Konjungsi yang Menyatakan Pengandaian ... 32

2.2.2.3 Konjungsi Korelatif ... 33

2.2.2.4 Konjungsi Antarkalimat ... 33

a. Konjungsi Antarkalimat yang Menyatakan Kesimpulan ... 34

b. Konjungsi Antarkalimat yang Menyatakan Pertentangan... 34

c. Konjungsi Antarkalimat yang Menyatakan Penambahan ... 35

d. Konjungsi Antarkalimat yang Menyatakan Urutan ... 36

e. Konjungsi Antarkalimat yang Menyatakan Penegasan ... 37

2.2.3 Konjungsi dan Preposisi ... 38

2.2.4 Rangkuman ... 41

2.3 Kesalahan dan Kekeliruan Berbahasa ... 42

2.4 Karangan ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 47

3.1 Jenis Penelitian ... 47

3.2 Sumber Data dan Data ... 48

3.3 Instrumen Penelitian ... 48

(15)

xiv

3.5 Analisis Data ... 50

3.6 Triangulasi Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Deskripsi Data ... 53

4.2 Analisis Data ... 53

4.2.1 Pemakaian Konjungsi pada Karangan Narasi Siswa ... 54

4.2.2 Kesalahan Pemakaian Konjungsi ... 70

4.3 Pembahasan Hasil ... 76

BAB V PENUTUP ... 80

5.1 Kesimpulan ... 80

5.2 Implikasi ... 81

5.3 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN ... 86

BIOGRAFI PENULIS ... 145

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Analisis Penggunaan Konjungsi...87

Tabel 2. Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi...137

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Izin Penelitian

Lampiran 2: Surat Izin Trianggulasi

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak terlepas dari bahasa karena bahasa merupakan

alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pikiran dan perasaan baik

secara lisan maupun tulisan. Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi,

bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama,

berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Abdul Chaer, 2011: 1). Sebagai sebuah

sistem bahasa terbentuk oleh aturan, kaidah, atau pola-pola tertentu, baik dalam

bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun kalimat.

Bloomfield (dalam Sumarsono, 2014: 18) menyatakan bahwa bahasa

adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer)

yang dipakai oleh anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi.

Bahasa adalah sebuah sistem artinya bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen

yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan (Mulyati, 2015: 2). Manusia

yang berbahasa akan mengeluarkan bunyi-bunyi yang berurutan dalam

membentuk suatu struktur tertentu. Bunyi-bunyi itu merupakan lambang yang

memiliki makna.

Slamet (2014: 45) menyatakan bahwa kemampuan menulis merupakan

kemampuan berbahasa yang bersifat produktif; artinya, kemampuan menulis ini

merupakan kemampuan yang menghasilkan; dalam hal ini menghasilkan tulisan.

(19)

Jadi, kegiatan menulis merupakan kegiatan menghasilkan tulisan. Menulis

merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis

dengan tujuan memberi tahu, meyakinkan, dan menghibur (Nurjamal dkk, 2001:

69). Hasil dari sebuah proses kreatif menulis disebut dengan istilah karangan.

Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks karena

ketika menulis seseorang memerlukan ide yang akan ditulis lalu berpikir secara

kritis untuk menyampaikan ide itu dalam bentuk tulisan yang runtut.

Kompleksitas tulisan itu disebabkan oleh faktor-faktor yang mesti terwujud,

yakni: sistematika tulisannya, ejaan, diksi, dan lain-lain, bahkan kemampuan

menulis atau mengarang harus dapat merangkum ketiga keterampilan berbahasa

lainnya (Nurjamal dkk, 2001: 72).

Keterampilan menulis sangat penting dalam pembelajaran di sekolah

karena menulis dapat memudahkan para pelajar untuk berpikir secara kritis. Ide

yang ada dapat dituangkan melalui tulisan berdasarkan pengalaman yang pernah

dialami. Hasil tulisan yang baik akan menghasilkan karangan yang baik.

Terdapat empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai, salah satu

keterampilan yang kompleks adalah menulis. Keterampilan menulis harus dimiliki

oleh siswa agar dapat menulis dengan baik. Guru perlu memperhatikan pemakaian

konjungsi yang digunakan oleh siswa sehingga tidak terjadi kesalahan dalam

penulisan. Konjungsi bertugas sebagai kata penghubung untuk menghubungkan

kata dengan kata, klausa dengan klausa atau kalimat dengan kalimat agar

menghasilkan tulisan yang baik.

(20)

Berkaitan dengan pemakaian konjungsi peneliti akan menganalisis

karangan siswa kelas X dengan judul “Analisis Penggunaan Konjungsi pada

Karangan Narasi Pengalaman Pribadi Siswa Kelas X SMA GAMA Yogyakarta

Tahun Pelajaran 2016/2017.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas, rumusan masalah

pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Konjungsi apa saja yang digunakan dalam karangan narasi pengalaman

pribadi siswa kelas X SMA GAMA Yogyakarta?

b. Kesalahan penggunaan konjungsi apa sajakah yang terdapat pada karangan

narasi pengalaman pribadi siswa kelas X SMA GAMA Yogyakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah

dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Mendeskripsikan konjungsi yang digunakan dalam karangan narasi

pengalaman pribadi siswa kelas X SMA GAMA Yogyakarta.

b. Mengidentifikasi, menjelaskan, dan membetulkan kesalahan penggunaan

konjungsi dalam karangan narasi pengalaman pribadi siswa kelas X SMA

GAMA Yogyakarta.

(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru, mahasiswa, dan penulis

lain. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam mengajarkan

bahasa Indonesia khususnya pemakaian konjungsi dalam membuat kalimat yang

baik dan benar. Bagi mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa PBSI tentang penggunaan

konjungsi dalam karangan siswa. mahasiswa diharapkan mendapat contoh

penggunaan konjungsi yang baik dan benar, memperkaya wawasan dalam

memahami jenis-jenis konjungsi, fungsi konjungsi yang terdapat dalam karangan

siswa. Bagi peneliti lain, sekiranya menjadi pertimbangan dalam melakukan

penelitian yang sama agar mendapatkan hasil yang lebih baik dari penelitian saat

ini dan juga bermanfaat bagi pendidikan di masa depan.

1.5 Definisi Istilah

Untuk memberikan gambaran mengenai judul dan keseluruhan isi dan

penelitian ini, penulis memberikan beberapa istilah dalam penelitian ini.

a. Bahasa

Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer,

digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

mengidentifikasi diri (Abdul Chaer, 2011: 1).

(22)

b. Konjungsi

Konjungsi adalah kategori kata yang bertugas menghubungkan kata

dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat,

bahkan juga paragraf dengan paragraf (Abdul Chaer, 2011: 103).

c. Konjungsi Intrakalimat

Konjungsi intrakalimat berfungsi menghubungkan kata dengan kata, frasa

dengan frasa, atau klausa dengan klausa yang berada di dalam sebuah kalimat

(Abdul Chaer, 1990: 53).

d. Konjungsi Koordinatif

Konjungsi Koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua satuan

bahasa (kata, frasa, klausa atau kalimat) dalam kedudukan yang setara (Abdul

Chaer, 2011: 115).

e. Konjungsi Subordinatif

Konjungsi Subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah

satuan bahasa secara tidak sederajat. (Abdul Chaer, 2011: 103).

f. Konjungsi Korelatif

Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah kata,

dua buah frasa, atau dua buah klausa yang memiliki status yang sama (Abdul

Chaer, 2011: 124).

(23)

g. Konjungsi Antarkalimat

Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang digunakan untuk

menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat lain yang berada dalam satu

paragraf (Abdul Chaer, 2008: 103).

h. Karangan Narasi

Karangan narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan

suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau

mengalami sendiri peristiwa itu (Keraf, 1981: 135-136).

i. Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran

atau tulisan sang pelajar (Tarigan & Djago, 1988: 141).

(24)

1.6 Sistematika Penyajian

Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab 1 adalah Pendahuluan yang

berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II adalah Landasan Teori,

berisi penelitian terdahulu dan kajian teori. Bab III adalah Metodologi penelitian,

berisi

jenis

penelitian,

sumber

data,

instrumen

penelitian,

teknik

pengumpulan data, teknik analisis data serta triangulasi data. Bab IV adalah

hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi deskripsi data dan hasil penelitian

yang meliputi konjungsi yang dipakai dan kesalahan yang terdapat

dalam karangan narasi pengalaman pribadi siswa, serta pembahasan Bab

V

adalah

penutup,

yang

berisi

kesimpulan,

implikasi

dan

saran.

(25)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian yang sejenis dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Lintang Akhlakulkharomah (2014) dan penelitian yang dilakukan

oleh Sarlyn Esthy Andini Haning (2015). Penelitian Lintang Akhlakulkharomah

berjudul “Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas X di

MA Darul Ma’Arif Tahun 2013/2014”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui

konjungsi apa saja yang digunakan pada karangan deskripsi siswa di MA Daruf

Ma‟ Arif tahun pelajaran 2013/2014. Adapun hasil penelitiannya yaitu:

penggunaan konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif, dan konjungsi korelatif

menunjukkan bahwa dari 10 karangan siswa terdapat 55 kalimat yang didalamnya

mengandung konjungsi. Penggunaan konjungsi koordinatif sebanyak 61 kali,

penggunaan konjungsi subordinatif sebanyak 68 kali dan penggunaan konjungsi

korelatif tidak ditemukan. Total penggunaan konjungsi 129 penggunaan lalu

terdapat 37 yang tidak tepat dan 92 konjungsi yang tepat.

Penelitian Sarlyn Esthy Andini Haning (2015) berjudul “Pemakaian

Konjungsi pada kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja edisi November 2015”.

Tujuan penelitian ini adalah: mendeskripsikan konjungsi yang digunakan pada

kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja edisi November tahun 2015 dan

mengidentifikasi kesalahan-kesalahan penggunaan konjungsi pada kolom Tajuk

(26)

Surat Kabar Harian Jogja edisi November tahun 2015. Adapun hasil

penelitiannya: jenis-jenis konjungsi intrakalimat yang digunakan oleh siswa

dalam paragraf yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi konjungsi subordinatif,

konjungsi intrakalimat yang salah digunakan dalam kolom Tajuk Surat Kabar

Harian Jogja yaitu terdapat 34 kesalahan penggunaan konjungsi dan hasil

penggunaan konjungsi koordinatif sebanyak 454 kali dan penggunaan konjungsi

subordinatif sebanyak 801 kali.

Penelitian yang telah dilakukan oleh kedua peneliti memiliki persamaan

dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Persamaannya yaitu

sama-sama mengkaji pemakaian konjungsi, sedangkan perbedaannya terletak pada

kedalaman analisis yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu penggunaan

konjungsi intrakalimat, antarkalimat, serta korelatif dalam karangan narasi siswa

dan terdapat perbedaan objek penelitian.

Kedua penelitian terdahulu di atas memberikan gambaran bahwa

penelitian yang dilakukan oleh peneliti masih perlu untuk diteliti lebih lanjut

karena sering terjadi kesalahan dalam pemakaian konjungsi. Selain itu, penelitian

ini akan mendeskripsikan pemakaian konjungsi pada karangan narasi siswa tahun

2016/2017 serta menemukan kesalahan-kesalahan yang sering terjadi.

Kebaruan penelitian ini adalah kedalaman materi penelitian yang

mencakup konjungsi intrakalimat dan konjungsi antarkalimat. Dua peneliti

sebelumnya hanya berfokus pada konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif,

konjungsi korelatif, dan konjungsi antarkalimat yang di bahas secara sepintas.

(27)

Selain itu, peneliti juga mencari berbagai contoh-contoh penggunaaan konjungsi

di surat kabar kompas dan kumpulan cerpen agar menambah wawasan mengenai

penggunaan konjungsi. Peneliti akan memperkenalkan penggunaan karangan

narasi kepada pembaca. Kedua penelitian sebelumnya hanya berfokus pada tajuk

rencana dan karangan deskripsi. Namun, peneliti saat ini akan menganalisis

penggunaan konjungsi pada karangan narasi siswa.

2.2 Konjungsi

Ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk konjungsi. Abdul Chaer

(2011: 103) menyebutnya konjungsi. Ia mengatakan bahwa konjungsi adalah

kata-kata yang digunakan untuk menghubungkan kata-kata dengan kata-kata, klausa dengan

klausa, atau kalimat dengan kalimat, bahkan juga paragraf dengan paragraf.

Ramlan (2008: 39) yang juga menggunakan istilah konjungsi, menyatakan bahwa

konjungsi adalah kata yang berfungsi menghubungkan kata/frasa/klausa dengan

kata/frasa/klausa lain. Alwi, dkk., (2003: 296) menyebutnya konjungtor, yaitu

kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan

kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Kridalaksana (1994: 102)

menyatakan bahwa konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan

satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua

satuan lain atau lebih dalam konstruksi.

Dalam penelitian ini, peneliti lebih menitikberatkan pada pendapat dari

Chaer yang mengatakan bahwa konjungsi adalah kategori kata yang bertugas

(28)

menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan

klausa, kalimat dengan kalimat, bahkan juga paragraf dengan paragraf

(Chaer, 2011: 103). Ada juga konjungsi yang digunakan terdiri dari kata

dengan frasa atau frasa dengan kata yang sejalan dengan pendapat dari Ramlan

(2008: 39) yang menyatakan bahwa konjungsi adalah kata yang berfungsi

menghubungkan kata/frasa/klausa dengan kata/frasa/ klausa lain

2.2.1 Macam Konjungsi

Konjungsi memiliki banyak macam. Ramlan (2008: 39) menggolongkan

konjungsi menjadi konjungsi yang setara dan konjungsi yang tidak setara.

Konjungsi setara (koordinatif) adalah konjungsi yang menghubungkan klausa

setara, yaitu klausa inti dengan klausa inti atau klausa bawahan dengan klausa

bawahan. Konjungsi ini selalu terletak di antara klausa yang dihubungkan.

Konjungsi tidak setara (subordinatif) adalah konjungsi yang menghubungkan

klausa yang tidak setara, maksudnya menghubungkan klausa inti dengan klausa

bawahan.

Apabila dilihat dari posisinya, konjungsi dapat dibagi atas konjungsi

intra-kalimat dan konjungsi ekstra-intra-kalimat (Kridalaksana, 1994: 102-103). Konjungsi

intra-kalimat adalah konjungsi yang menghubungkan satuan-satuan kata dengan

kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Konjungsi ekstra-kalimat

terbagi lagi atas: konjungsi intratekstual yaitu konjungsi yang menghubungkan

(29)

kalimat dengan kalimat atau paragraf dengan paragraf. Ekstratekstual, yaitu

konjungsi yang menghubungkan dunia di luar bahasa dengan wacana.

Apabila dilihat dari satuan bahasa yang dihubungkan, konjungsi dibedakan

menjadi intrakalimat dan antarkalimat (Chaer, 2011: 103). Konjungsi intrakalimat

berfungsi menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa

dengan klausa yang berada di dalam sebuah kalimat (Chaer, 1990: 53). Konjungsi

antarkalimat adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat

yang satu dengan kalimat yang lain yang berada dalam satu paragraf

(Chaer, 2008: 103).

Apabila dilihat dari kedudukannya, dapat dibedakan adanya konjungsi

koordinatif, konjungsi subordinatif, dan konjungsi korelatif (Chaer, 2011: 103).

Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua satuan bahasa

(kata, frasa, klausa atau kalimat) dalam kedudukan yang setara. Artinya,

kedudukan kedua bagian kalimat yang dihubungkan itu sama derajatnya; tidak ada

yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah (halaman 115). Konjungsi

subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah satuan bahasa

secara tidak sederajat. Artinya, satuan bahasa yang satu punya kedudukan yang

lebih tinggi dari satuan bahasa yang lain (halaman 103). Konjungsi korelatif

adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah kata, dua buah frasa, atau dua

buah klausa yang memiliki status yang sama (halaman 124).

Apabila dilihat dari perilaku sintaksisnya, konjungsi dapat dibedakan

menjadi empat, yaitu konjungsi koordinatif, konjungsi korelatif, konjungsi

(30)

subordinatif, dan konjungsi antarkalimat (Alwi Hasan, dkk., 2003: 296).

Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau

lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama.

Konjungsi korelatif, yaitu konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa,

atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri

atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang

dihubungkan. Konjungsi subordinatif, yaitu konjungsi yang menghubungkan dua

klausa, atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama. Salah

satu klausa itu merupakan klausa bawahan, Selain ketiga konjungsi itu, ada pula

konjungsi antarkalimat, yaitu konjungsi yang menghubungkan satu kalimat

dengan kalimat yang lain.

Dari berbagai pendapat tentang macam konjungsi di atas, peneliti akan

menggunakan macam konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif, konjungsi

korelatif dan konjungsi antarkalimat dari Abdul Chaer.

2.2.2 Fungsi Konjungsi

Konjungsi memiliki fungsinya masing-masing. Ramlan (2008: 39)

menggolongkan fungsi konjungsi menjadi dua, yaitu konjungsi yang setara dan

konjungsi yang tidak setara. Kridalaksana (1994: 102-103) membedakan fungsi

konjungsi menjadi dua, yaitu konjungsi intra-kalimat dan konjungsi

ekstra-kalimat.

(31)

Alwi Hasan, dkk., (2003: 296) membedakan fungsi konjungsi menjadi

empat, yaitu konjungsi koordinatif, konjungsi korelatif, konjungsi subordinatif,

dan konjungsi antarkalimat. Chaer (2011: 103) membedakan fungsi konjungsi

menjadi konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif, konjungsi korelatif dan

antarkalimat. dari keempat pandangan di atas memiliki persamaan dan perbedaan

mengenai fungsi konjungsi. Maka, fungsi konjungsi yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah pendapat Chaer yang menyatakan bahwa fungsi konjungsi

dibagi menjadi konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif, konjungsi korelatif

dan antarkalimat.

2.2.2.1 Konjungsi Koordinatif

Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah

satuan bahasa (kata, frasa, klausa, atau kalimat) dalam kedudukan yang setara

(Chaer, 2011:115). Konjungsi koordinatif yang memiliki kedudukan setara atau

sederajat memiliki fungsi sebagai berikut.

a. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Penambahan

Konjungsi koordinatif yang menyatakan penambahan digunakan untuk

menggabungkan dua bagian kalimat (kata, frasa, atau klausa) yang kedudukan

setara atau sederajat (Chaer, 2011: 116). Anggota konjungsi ini adalah dan dan

serta. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

(1) Di Facebook dan instagram, pengguna internet juga menyebarkan

berbagai pesan untuk melawan teror. (Kompas 26/5/2017).

(2) Suara dan mata telah lama hilang dari kerongkongan dan hati. (Cerpen

Menebang Pohon Silsilah 2013: 32).

(32)

(3) Harimau putih dan badak bercula satu termasuk binatang langkah.

(4) Taufan menelpon ibunya dan mengabarkan akan membawa buah duren

besar, sekitar pukul 01.00, selepas tugas. (Kompas 26/5/2017).

Pada kalimat (1) konjungsi dan menghubungkan kata facebook dengan kata

instagram; pada kalimat (2) konjungsi dan menghubungkan kata suara dengan

kata mata, kata kerongkongan dengan kata hati; (3) konjungsi dan

menghubungkan frasa harimau putih dengan frasa badak bercula satu; sedangkan

pada kalimat (4) konjungsi dan menghubungkan klausa Taufan menelpon ibunya

dengan klausa Taufan mengabarkan akan membawa buah duren besar.

Konjungsi serta dapat digunakan sebagai pengganti konjungsi dan, seperti

dalam kalimat berikut.

(5) Memiliki 5.300 tempat tidur serta di dukung oleh lebih dari 2400 dokter

spesialis dan dokter umum. Kompas (26/5/2017).

Pada kalimat (5) konjungsi serta digunakan sebagai pengganti konjungsi

dan juga memiliki makna kesertaan.

b. Konjungsi Koordinatif yang menyatakan Pemilihan

Konjungsi koordinatif yang menyatakan „pemilihan‟ atau „alternatif‟

digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat (kata, frasa, atau klausa)

dengam kedudukan setara dan bermakna „pemilihan‟ (Chaer, 2011: 116). Anggota

konjungsi ini ada satu, yaitu konjungsi atau. Berikut contoh penggunaannya

dalam kalimat.

(33)

(6) Ibu-ibu rumah tangga membawa tenong atau bakul berbentuk bulat dari

bambu berisi nasi beserta sayur dan lauk-pauk dalam kegiatan Nyadran

Gedhe. Kompas (26/5/2017).

(7) Bila perlu, tempatkan beberapa poster idola baik itu berupa tokoh kartun

atau tokoh idola anggota keluarga. Kompas (26/5/2017).

(8) Untuk menyelesaikan perkara itu, kamu yang datang ke rumahku atau

aku yang datang ke rumahmu?

(9) Ia terus mendengarkan sambil mengelap bingkai foto, kotak musik atau

koleksi miniatur rumahnya. (Cerpen Klub Solidaritas Suami Hilang

2013: 68).

Pada kalimat (6) konjungsi atau menghubungkan kata tenong dengan frasa

bakul berbentuk bulat sebagai dua hal yang harus dipilih; pada kalimat

(7) menghubungkan frasa tokoh kartun dengan frasa tokoh idola; pada kalimat

(8) konjungsi atau menghubungkan klausa kamu yang datang ke rumahku dan

aku yang datang ke rumahmu sebagai dua hal yang harus dipilih; pada kalimat

(9) konjungsi atau menghubungkan frasa kotak musik dan koleksi miniatur.

c. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Pertentangan

Konjungsi koordinatif yang menyatakan pertentangan digunakan untuk

menghubungkan dua bagian kalimat (kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa

dengan klausa) dengan kedudukan setara dan bermakna „pertentangan‟

(Chaer, 2011: 117). Anggota konjungsi ini adalah tetapi, sedangkan, dan

sebaliknya.

Konjungsi tetapi digunakan untuk menyatakan pertentangan antara dua

bagian kalimat (induk kalimat dan anak kalimat) atau antara kata dengan kata

dalam satu frasa. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

(34)

(10) Dalam sebuah rumah, anak tidak hanya sebagai penghangat suasana,

tetapi juga penyemarak kehidupan berumah tangga. Kompas

(26/5/2017).

(11) Garam impor itu seharusnya dijual untuk konsumsi industri, tetapi

ditimbun dan dijual ke pasaran. Kompas (26/5/2017).

(12) Aku sudah membisikkan semuanya ke papa, tapi tak ada yang tahu

persis papa sebenarnya tahu atau tidak apa yang aku bisikkan. (Cerpen

Piutang-Piutang Menjelang Ajal 2013: 86).

Konjungsi sedangkan digunakan untuk menyatakan pertentangan antara

dua bagian kalimat setara. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

(13) Terkait kerja samanya dengan Pollux Properties, BPJ akan

memberikan banyak variasi pilihan bunga yang kompetitif. Untuk

bunga fix 2 tahun, BPJ akan memberikan bunga 8,99 persen

sedangkan untuk 3 tahun, BPJ menawarkan bunga 9,5 persen. Kompas

(26/5/2017).

(14) Kalau melihat selisih harga formula (harga keekonomian) dengan apa

yang ditetapkan pemerintah, premium sekitar Rp 400 per liter di

bawah harga formula sedangkan solar Rp 1.150 per liter di bawah

formula. Kompas (26/5/2017).

Konjungsi sebaliknya digunakan untuk menyatakan „pertentangan‟ atau

kebalikan klausa kedua terhadap klausa pertama dari sebuah kalimat majemuk

setara. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

(15) Di rumah ia suka bermain bersama adiknya, sebaliknya di sekolah ia

selalu memarahi adiknya.

(16) Kami berdua senang untuk jalan-jalan bersama sebaliknya di rumah

kami masing-masing sibuk memegang HP.

d. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Penegasan

Konjungsi koordinatif yang menyatakan penegasan atau penguatan

digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat (klausa dan klausa) dengan

(35)

kedudukan setara dan menyatakan penegasan. Anggota konjungsi ini adalah

bahkan, apalagi, dan lagipula.

Konjungsi bahkan digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa atau

dua buah kalimat setara di mana klausa (kalimat) kedua menegaskan kelakuan

atau tindakan pada klausa pertama. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

(17) Orang lain menyumbang minimal Rp 30.000,-. Dia Cuma Rp 10.000,

bahkan itu pun diberikan dengan perasaan terpaksa.

(18) Hidup ini penuh dengan perjuangan, bahkan kita perlu berusaha untuk

mendapatkan sesuatu yang berharga.

Konjungsi apalagi digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa

atau kalimat setara di mana klausa (kalimat) kedua menegaskan hal yang

dikatakan pada klausa (kalimat) pertama. Berikut contoh penggunaannya dalam

kalimat.

(19) Lalu lintas di Yogyakarta sangat ramai, apalagi pada jam-jam sibuk di

pagi atau sore hari.

(20) Sekarang hawa di Yogyakarta sangat dingin, apalagi pada malam hari.

Konjungsi lagipula digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa

atau kalimat di mana klausa atau kalimat kedua berupa alasan tambahan untuk

menegaskan keadaan atau hal yang dikemukakan pada klausa atau kalimat

pertama. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

(21) Mari kita makan di restoran itu. Masakannya terkenal enak. Harganya

cukup murah, lagipula pelayanannya sangat baik.

(22) Ria, anakmu yang cantik itu, jangan kamu nikahkan dulu. Dia masih

ingin sekolah. Umurnya juga belum cukup, lagipula dia sudah memiliki

kekasih hati.

(36)

e. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Penyamaan

Konjungsi

yang

menyatakan

penyamaan

digunakan

untuk

menghubungkan dua bagian kalimat untuk menyatakan adanya kesamaan antara

kedua bagian kalimat itu (Chaer, 2011: 120). Anggota konjungsi ini adalah

kata-kata adalah, ialah, yaitu, dan yakni.

Konjungsi adalah digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat di

mana bagian pertama merupakan maujud yang sama dengan maujud bagian

kedua. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

(23) Agung adalah pemilik Bale Kuda Stable yang menawarkan wisata

petualangan berkuda di Kabupaten Sleman, DIY. Kompas (26/5/2017).

(24) Uli adalah sosok di balik pasar buku murah terbesar di Indonesia yang

tahun ini merupakan pergelaran ke dua kalinya. Kompas (26/5/2017).

(25) Ibukku adalah perempuan pemilik jiwa yang hangat. (Cerpen Kota

Tanpa Kata dan Air Mata 2013: 61).

(26) Dona Manuela perempuan Argentina tinggi gempal berumur enak

puluh lima adalah pendiri perkumpulan. (Cerpen Kota Tanpa Kata dan

Air Mata 2013: 61).

Konjungsi ialah secara terbatas dapat digunakan untuk menggantikan

konjungsi adalah. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

(27) Siloam ialah salah satu anak perusahaan dari PT Lippo Karawaci Tbk

(LPKR), yang bila dinilai dari aset total dan pendapatan merupakan

perusahaan properti terkemuka dan terbesar di Indonesia. Kompas

(26/5/2017).

(28) Buku ialah teman diperjalanan, terutama kalau tidak ada teman.

Kompas (26/5/2017).

Konjungsi yaitu untuk menghubungkan menyamakan digunakan di antara

dua bagian kalimat yang maujudnya sama. Berikut contoh penggunaannya dalam

kalimat.

(37)

(29) Bagi mereka Wi-Fi atau kuota internet yaitu senjata vital untuk menjadi

manusia yang melek informasi di zaman digital ini. Kompas

(26/5/2017).

(30) Laki-laki takluk dengan tiga hal yakni harta, takhta, dan wanita.

Sekarang menjadi empat yaitu harta, takhta, wanita, dan kuota. Kompas

(26/5/2017).

Konjungsi yakni secara bebas dapat digunakan untuk menggantikan

konjungsi yaitu. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

(31) Apabila ingin puas menjelajah dengan kuda, wisatawan bisa memilih

paket lengkap, yakni menjelajah sungai, persawahan, hingga berkuda

di pinggir Selokan Mataram, saluran irigasi panjang nan legendaris

yang dibangun pada masa pendudukan Jepang di Yogyakarta. Kompas

(26/5/2017).

(32) Laki-laki takluk dengan tiga hal yakni harta, takhta, dan wanita.

Kompas (26/5/2017).

(33) Ada dua konsorsium di sini, yakni konsorsium bank syariah dan

konsorsium bank umum. Kompas (26/5/2017).

f. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Urutan Kejadian

Konjungsi yang menyatakan urutan waktu kejadian digunakan untuk

menghubungkan dua buah klausa atau lebih berdasarkan urutan mana yang lebih

dahulu dan mana yang kemudian (Chaer, 2011: 122). Anggota konjungsi ini

adalah lalu, kemudian, dan selanjutnya. Berikut contoh penggunaannya dalam

kalimat.

(34) Bagi Uli, buku memberikan inspirasi. Banyak kisah seseorang dari

yang bukan siapa-siapa lalu meraih sukses. Kompas (26/5/2017).

(35) Pemerintah mengadakan 100 kendaraan, lalu diborong oleh perusahaan

besar. Kompas (26/5/2017).

(36) Di toilet kau berpapasan dengan perempuan lain. rambutnya kelabu

berpotongan bop. Usianya mungkin sekitar delapan puluh. Ia

tersenyum ramah, lalu menegurmu dalam bahasa yang sedikit kaku.

(Cerpen Klub Solidaritas Suami Hilang 2013: 69).

(38)

(37) Pelayan menyodorkan daftar makanan, lalu berdiri dengan tegap dan

amat sopan menunggu. (Cerpen Percakapan 2013: 100)

(38) Kapal selam nuklir mengusung reaktor nuklir untuk menghasilkan

panas yang diperoleh dari fusi atom uranium, panas ini, kemudian

didorong dan di salurkan ke ketel uap yang berisi air. Kompas

(26/5/2017).

(39) Dari arah Kota Yogyakarta wisatawan bisa menyusuri jalan Godean

hingga perempatan Munggur, selanjutnya berbelok ke utara melewati

jalan Sidomoyo-Cembongan hingga menemukan petunjuk arah tempat

itu. Kompas (26/5/2017).

g. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Pembetulan

Konjungsi koordinatif yang menyatakan pembetulan digunakan untuk

menghubungkan dua buah klausa untuk menyatakan pembetulan atau koreksi

terhadap hal yang disebutkan pada klausa pertama (Chaer, 2011: 122). Anggota

konjungsi ini adalah kata melainkan.

Konjungsi melainkan digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa.

Klausa pertama berisi pernyataan yang disertai adverbia bukan; klausa kedua

berisi ralat atau pembetulan terhadap klausa pertama. Berikut contoh

penggunaannya dalam kalimat.

(40) Saya bukan mau melawan bapak, melainkan ingin memberitahu

kejadian yang sebenarnya.

(41) Uang adik di bank, bukan 10 juta, melainkan 15 juta yang di tabung

untuk kuliah di Yogyakarta.

(42) Menurut Jahel, intruktur fotografi dari foto Ruta London, gambar yang

bagus bukan dari orang berpengalaman, melainkan dari seseorang

yang tahu bagaimana caranya menggunakan kamera. Kompas

(26/5/2017).

h. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Pembatasan

Konjungsi koordinatif yang menyatakan pembatasan digunakan untuk

menghubungkan dua buah klausa; klausa pertama menyatakan suatu tindakan atau

(39)

keadaan, dan klausa kedua menyatakan pembatasan terhadap klausa pertama itu

(Chaer, 2011: 123). Anggota konjungsi ini adalah kata kecuali dan hanya.

Konjungsi kecuali digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa.

Klausa pertama menyatakan suatu keadaan atau tindakan; klausa kedua

menyatakan pembatasan atau perkecualian. Berikut contoh penggunaannya dalam

kalimat.

(43) Semua telah siap untuk berangkat ke pantai, kecuali adikku yang

paling kecil masih tidur.

(44) Ayahku telah mengirim uang bulanan kecuali mama yang belum

mengirim uang kos untukku.

Konjungsi hanya digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa.

Klausa pertama memberikan pertanyaan tentang keadaan atau hal; klausa kedua

menyatakan pembatasan terhadap klausa pertama. Berikut contoh penggunaannya

dalam kalimat.

(45) Ada pula yang mengatakan bahwa nitrogen membuat sepeda motor

menjadi ringan. Ini tak sepenuhnya benar sebab nitrogen hanya lebih

ringan 5 persen dari udara biasa. Kompas (26/5/2017).

(46) Dengan uranium, kapal selam nuklir milik AL AS dapat beroperasi

hingga 25 tahun tanpa mengisi bahan bakar, yang diganti biasanya

hanya komponen baterai yang sudah rusak. Kompas (26/5/2017).

2.2.2.2 Konjungsi Subordinatif

Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah

satuan bahasa secara tidak sederajat (Chaer, 2011:103). Konjungsi subordinatif

yang tidak Setara atau tidak sederajat memiliki fungsi sebagai berikut.

(40)

a. Konjungsi yang Menyatakan Sebab

Konjungsi yang menyatakan sebab digunakan untuk menghubungkan dua

bagian kalimat dengan makna menyatakan sebab terjadinya keadaan atau

peristiwa pada induk kalimat atau klausa utama dan yang dinyatakan oleh anak

kalimat atau klausa bawahan (Chaer, 2011: 104). Anggota konjungsi ini adalah

konjungsi karena, sebab, gara-gara, dan lantaran.

Konjungsi karena digunakan untuk menyatakan „sebab‟ ditempatkan pada

awal anak kalimat (klausa bawahan). Lalu, karena klausa bawahan ini bisa

berposisi sebagai klausa pertama maupun klausa kedua, maka konjungsi karena

dapat berposisi pada awal kalimat maupun pada tengah kalimat. Berikut contoh

penggunaannya dalam kalimat.

(47) Uli tidak menargetkan jumlah penjualan, tetapi lebih pada jumlah

pengunjung karena bertujuan menyebarkan virus gemar membaca

atau menambah minat baca. Kompas (26/5/2017).

(47a) Karena bertujuan menyebarkan virus gemar membaca atau menambah

minat baca, Uli tidak menargetkan jumlah penjualan, tetapi lebih pada

jumlah pengunjung. Kompas (26/5/2017).

(48) RCEP diharapkan menjadi perjanjian perdagangan bebas terbesar di

dunia karena mencakup separuh populasi dunia, yakni mencakup

10 negara ASEAN serta Cina, Australia, India, Selandia Baru, Korea

Selatan, dan Jepang. Kompas (26/5/2017).

(48a) Karena mencakup separuh popolasi dunia, yakni mencakup 10 negara

ASEAN serta Cina, Australia, India, Selandia Baru, Korea Selatan,

dan Jepang, RCEP diharapkan menjadi perjanjian perdagangan bebas

terbesar di dunia. Kompas (26/5/2017).

(49) Aku selalu suka kereta api karena aku mencintai setiap stasiun yang

aku lewati. (Cerpen Kota Tanpa Kata dan Air Mata 2013: 59).

(49a) Karena aku mencintai setiap stasiun yang aku lewati, Aku selalu suka

kereta api. (Cerpen Kota Tanpa Kata dan Air Mata 2013: 59).

(41)

Konjungsi sebab digunakan untuk menghubungkan menyatakan „sebab‟

secara umum dapat menggantikan posisi konjungsi karena. Berikut contoh

penggunaannya dalam kalimat.

(50) Mereka berusaha untuk mengejar sebab mobil itu sangat laju.

(51) Rumah itu akan di jual sebab mereka memerlukan uang yang banyak.

b. Konjungsi yang Menyatakan Syarat

Konjungsi yang menyatakan syarat digunakan untuk menghubungkan dua

bagian kalimat dengan makna menyatakan „syarat‟ untuk terjadinya atau

berlangsungnya suatu keadaan atau kejadian pada induk kalimat (klausa utama)

yang disyaratkan pada anak kalimat atau klausa bawahan (Chaer, 2011: 105).

Anggota konjungsinya adalah kalau, jika, jikalau, bila, apabila, bilamana, dan

asal.

Konjungsi kalau digunakan untuk menyatakan syarat ditempatkan pada

awal anak kalimat (klausa bawahan). Lalu, karena posisi anak kalimat dapat

mendahului induk kalimat, maka konjungsi kalau bisa berada pada awal kalimat

atau pun pada tengah kalimat. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

(52) Premium sekitar Rp 400 per liter di bawah harga formula, sedangkan

solar Rp 1.150 per liter di bawah formula kalau melihat selisih harga

formula (harga keekonomian) dengan apa yang ditetapkan pemerintah.

Kompas (26/5/2017).

(52a) Kalau melihat selisih harga formula (harga keekonomian) dengan apa

yang ditetapkan pemerintah, premium sekitar Rp 400 per liter di

bawah harga formula, sedangkan solar Rp 1.150 per liter di bawah

formula. Kompas (26/5/2017).

(53) Maka keputusannya tak dapat digugat oleh siapapun, kalau seorang

profesor menerima mahasiswa S-3 untuk bekerja di laboratoriumnya

sebagai kandidat doktor. Kompas (26/5/2017).

(42)

(53a) Kalau seorang profesor menerima mahasiswa S-3 untuk bekerja di

laboratoriumnya sebagai kandidat doktor, maka keputusannya tak

dapat digugat oleh siapapun. Kompas (26/5/2017).

Konjungsi jika dan jikalau dapat digunakan secara umum untuk

menggantikan konjungsi kalau. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

(54) Mungkin saja Rani sudah menjadi gelandangan di jalan, jika bukan

Susi yang membantu.

(55) Dia bisa menjadi orang sukses jikalau ia mau berusaha.

Konjungsi bila, apabila, dan bilamana sebenarnya juga dapat dipakai

untuk menggantikan konjungsi kalau. Berikut contoh penggunaannya dalam

kalimat.

(56) Margarin akan mencair bila dipanaskan.

(57) Margarin akan mencair apabila dipanaskan.

(58) Margarin akan mencair bilamana dipanaskan.

c. Konjungsi yang Menyatakan Tujuan

Konjungsi yang menyatakan tujuan digunakan untuk menghubungkan dua

bagian kalimat dengan makna menyatakan tujuan perbuatan atau tindakan

yang disebutkan pada induk kalimat atau klausa utamanya (Chaer, 2011: 106).

Anggota konjungsinya adalah untuk, agar, supaya, guna, bagi, dan demi.

Konjungsi untuk digunakan untuk menyatakan „tujuan‟ ditempatkan pada

awal anak kalimat (tak bersubjek). Lalu, karena posisi anak kalimat dapat

mendahului induk kalimat, maka konjungsi untuk dapat berposisi pada awal

kalimat dan dapat juga di tengah kalimat. Berikut contoh penggunaannya dalam

kalimat.

(43)

(59) Mobilisasi dana bisa dilakukan untuk membangun infrastruktur dasar

dan lanjutan, serta meningkatkan akses masyarakat berpenghasilan

rendah. Kompas (26/5/2017).

(59a) Untuk membangun infrastruktur dasar dan lanjutan, serta

meningkatkan akses masyarakat berpenghasilan rendah, mobilisasi

dana bisa dilakukan. Kompas (26/5/2017).

Konjungsi agar digunakan untuk menyatakan tujuan, ditempatkan pada

awal anak kalimat (bersubjek), lalu, karena anak kalimat (klausa bawahan) dapat

berposisi mendahului induk kalimat, maka konjungsi agar dapat berada pada awal

kalimat atau tengah kalimat. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

(60) Kita perlu menjaga kebersihan sungai agar terbebas dari bencana

banjir.

(60a) Agar terbebas dari bencana banjir, kita perlu menjaga kebersihan

sungai.

Konjungsi supaya dapat digunakan sebagai pengganti konjungsi agar.

Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

(61) Kita harus hidup hemat supaya bisa pergi jalan-jalan ke Eropa.

(61a) Supaya bisa pergi jalan-jalan ke Eropa, kita harus hidup hemat.

Konjungsi demi digunakan untuk menyatakan „tujuan‟ dan bisa sebagai

pengganti konjungsi untuk. Namun, konjungsi demi juga bisa berarti „tekad‟.

Konjungsi demi juga bisa berposisi pada awal kalimat, sebagai anak kalimat yang

mendahului induk kalimat. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

(62) Kami semakin terpacu untuk terus menciptakan produk-produk

unggulan demi meningkatkan kualitas kehidupan keluarga di

masyarakat. Kompas (26/5/2017).

(62a) Demi meningkatkan kualitas kehidupan keluarga di masyarakat,

kami semakin terpacu untuk terus menciptakan produk-produk

unggulan. Kompas (26/5/2017).

(63) Saya harus rajin belajar demi mengejar cita-cita menjadi seorang guru

profesional.

(44)

(63a) Demi mengejar cita-cita menjadi seorang guru profesional, saya

harus rajin belajar.

d. Konjungsi yang Menyatakan Kesewaktuan

Konjungsi

yang

menyatakan

kesewaktuan

digunakan

untuk

menghubungkan dua bagian kalimat dengan makna menyatakan bahwa

perbuatan pada klausa yang satu terjadi atau berlangsung dalam waktu yang

disebutkan oleh klausa kedua (Chaer, 2011: 109). Anggota konjungsinya adalah

ketika, waktu, sewaktu, saat, tatkala, selagi, sebelum, sesudah, setelah, sejak, dan

semenjak.

Konjungsi ketika digunakan untuk menyatakan saat yang bersamaan antara

kejadian, tindakan, atau peristiwa yang terjadi pada klausa yang satu dengan

klausa yang lain pada sebuah kalimat majemuk bertingkat (subordinatif).

Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

(64) Kepala Kepolisian Resor Kota Jayapura Ajun Komisaris Besar Tober

Sirait beserta ajudannya, Brigadir Dua Nyoman, terkena lemparan

batu di kepala dan dada ketika hendak berkoordinasi dengan massa

untuk menghentikan aksi penutupan jalan. Kompas (26/5/2017).

(64a) Ketika hendak berkoordinasi dengan massa untuk menghentikan aksi

penutupan jalan, Kepala Kepolisian Resor Kota Jayapura Ajun

Komisaris Besar Tober Sirait beserta ajudannya, Brigadir Dua

Nyoman, terkena lemparan batu di kepala dan dada. Kompas

(26/5/2017).

(65) Kawanan kelelawar mulai bubar keluar sarang, ketika burung-burung

terbang pulang. (Cerpen Trilogi 2013: 91).

(65a) Ketika burung-burung terbang pulang, kawanan kelelawar mulai

bubar keluar sarang. (Cerpen Trilogi 2013: 91).

(45)

Konjungsi sebelum digunakan untuk menyatakan suatu kejadian, tindakan,

atau peristiwa terjadi sebelum terjadinya, kejadian, atau peristiwa. Berikut contoh

penggunaannya dalam kalimat.

(66) Seekor kuda harus dipersiapkan secara khusus, sebelum bisa diajak

menjelajahi sungai. Kompas (26/5/2017).

(66a) Sebelum bisa diajak menjelajahi sungai, seekor kuda harus

dipersiapkan secara khusus. Kompas (26/5/2017).

(67) Kuda betina bernama Putri sempat bermain air lebih dulu, sebelum

berjalan di tengah sungai. Kompas (26/5/2017).

(67a) Sebelum berjalan di tengah sungai, kuda betina bernama Putri sempat

bermain air lebih dulu. Kompas (26/5/2017).

Konjungsi sesudah dan setelah digunakan untuk menyatakan satu

kejadian, peristiwa, atau hal terjadi setelah terjadinya kejadian, peristiwa hal lain.

Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

(68) Secara resmi, kewenangan polisi dalam menindak perbuatan persiapan

aksi terorisme akan jelas setelah pembahasan RUU ini disetujui rapat

Paripurna DPR dan diundangkan pemerintah. Kompas (26/5/2017).

(68a) Setelah pembahasan RUU ini disetujui rapat Paripurna DPR dan

diundangkan pemerintah, secara resmi, kewenangan polisi dalam

menindak perbuatan persiapan aksi terorisme akan jelas. Kompas

(26/5/2017).

(69) Ia tak pernah pulang lagi, setelah meninggalkan Malang di tahun

60-an.

(69a) Setelah meninggalkan Malang di tahun 60-an, Ia tak pernah pulang

lagi.

(70) Ia berangkat bertugas setelah pamit dengan semua anggota keluarga.

Kompas (26/5/2017).

(70a) Setelah pamit dengan semua anggota keluarga, ia berangkat bertugas.

Kompas (26/5/2017).

Konjungsi sejak dan semenjak digunakan untuk menyatakan saat/ mulai

terjadinya satu kejadian atau peristiwa. Berikut contoh penggunaannya dalam

kalimat.

(46)

(71) Sri Astuti, warga Kediri, mengatakan sudah 44 tahun menunggu

sertifikat lahan milik keluarganya sejak dahulu keluarga saya belum

memiliki sertifikat. Kompas (26/5/2017).

(71a) Sejak dahulu keluarga saya belum memiliki sertifikat, Sri Astuti,

warga Kediri, mengatakan sudah 44 tahun menunggu sertifikat lahan

milik keluarganya. Kompas (26/5/2017).

(72) Dia terus menangis ketakutan sejak trauma dengan kejadian itu.

(72a) Sejak trauma dengan kejadian itu, dia terus menangis ketakutan.

Konjungsi selagi digunakan untuk menyatakan durasi waktu yang

bersamaan terjadinya tindakan, perbuatan, atau peristiwa yang terjadi pada klausa

pertama dan klausa kedua. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

(73) Kami menunggu di ruang keluarga selagi ibu menyiapkan menu buka

puasa.

(73a) Selagi ibu menyiapkan menu buka puasa, kami menunggu di ruang

keluarga.

e. Konjungsi yang Menyatakan Penyuguhan

Konjungsi

yang

menyatakan

penyuguhan

digunakan

untuk

menghubungkan dua bagian kalimat dengan makna menyatakan „penyuguhan‟

suatu tindakan meskipun bertentangan dengan tindakan lain (Chaer, 2011: 111).

Anggota konjungsi ini adalah meskipun, biarpun, walaupun, sungguhpun,

sekalipun, dan kendatipun.

Konjungsi meskipun digunakan untuk menyatakan kesungguhan atas suatu

tindakan yang dilakukan oleh klausa yang satu meskipun bertentangan dengan

klausa yang lain. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

(74) Dia tetap berusaha untuk bekerja meskipun terkadang sudah tidak

mampu untuk berjalan.

(74a) Meskipun terkadang sudah tidak mampu untuk berjalan, dia tetap

berusaha untuk bekerja.

(47)

Konjungsi biarpun, walaupun, sungguhpun, sekalipun, dan kendatipun

dapat digunakan untuk menggantikan konjungsi meskipun tanpa perbedaan

semantik. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

(75) Dia berusaha menghindar biarpun di kejar hutang.

(76) Dia berusaha menghindar walaupun di kejar hutang.

(77) Dia berusaha menghindar sungguhpun di kejar hutang.

(78) Dia berusaha menghindar sekalipun di kejar hutang.

(79) Dia berusaha menghindar kendatipun di kejar hutang.

f. Konjungsi yang Menyatakan Perbandingan

Konjungsi

yang

menyatakan

perbandingan

digunakan

untuk

menghubungkan dua bagian kalimat dengan makna yang menyatakan bahwa

perbuatan, tindakan, atau peristiwa yang terjadi pada klausa pertama sama atau

mirip seperti yang terjadi pada klausa kedua (Chaer, 2011: 112). Anggota

konjungsinya adalah seperti, sebagai, bagai, laksana, dan seumpama.

Konjungsi seperti digunakan untuk menyatakan „persamaan‟ antara klausa

pertama dan klausa kedua. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

(80) Dia makan dengan cepat seperti di kejar maling.

(80a) Seperti di kejar maling, dia makan dengan cepat.

(81) Warna-warna perak yang terpantul di ujung-ujung genting seperti

mengisahkan ingatan dari sebuah masa. (Cerpen Kota Tanpa Kota dan

Air Mata 2013: 58).

(81a) Seperti mengisahkan ingatan dari sebuah masa, warna-warna perak

yang terpantul di ujung-ujung genting. (Cerpen Kota Tanpa Kota dan

Air Mata 2013: 58).

(82) Baju gamis dengan gemerlap keemasan bersulam bunga mawar seperti

sangat mengerti tentang arti kata sepi. (Cerpen Kota Tanpa Kota dan

Air Mata 2013: 59).

(82a) Seperti sangat mengerti tentang arti kata sepi, baju gamis dengan

gemerlap keemasan bersulam bunga mawar. (Cerpen Kota Tanpa

Kota dan Air Mata 2013: 59)

Gambar

Tabel 1. Analisis Penggunaan Konjungsi..............................................................87  Tabel 2
Tabel 1. Analisis Penggunaan Konjungsi

Referensi

Dokumen terkait

“ Pembuatan Peta Zona Nilai Tanah Untuk Menentukan Nilai Jual Objek Pajak Berdasarkan Harga Pasar Menggunakan Aplikasi SIG (Studi Kasus Kecamatan Tingkir, Kota

Ketua, dan Pemilihan Sekretaris Senat Universitas NegeriMalang, pada pasal2 ayat 3 disebutkan bahwa anggota senat UM terdiri itas:.. (a) Rektor dan Wakil Rektor,

Keuntungan basis dari bahan ini adalah penampilan yang baik, mudah dalam pembuatannya, permukaan akhir yang baik, dan ikatan kimia yang sangat baik. Namun disamping keuntungan,

(2) Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana BOS untuk Sekolah Indonesia di Luar Negeri Tahun Anggaran 2014 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab pelaksanaan perkawinan melalui wali hakim di KUA Kecamatan Lubuk Kilangan Padang adalah putus wali, wali

This paper presents an optimized look-up table (i.e. voltage vector selection) and a Constant Frequency Torque Controller (CFTC) proposed in [7] to achieve constant

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK; (2) tidak ada