• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN DAN LAMBANG BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS DI-C SLB-E NEGERI PEMBINA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN DAN LAMBANG BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS DI-C SLB-E NEGERI PEMBINA MEDAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

SLB-E NEGERI PEMBINA MEDAN Surantha Mendha

Surel : Surantha.menddha@gmail.com ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengenal bilangan dan lambang bilangan dengan bermain playdough di kelas D1c tunagrahita sedang SLB-E Negeri Pembina Medan. Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas 1 tunagrhita sedang di SLB-E Negeri Pembina Medan yang berjumlah 8 orang yang terdiri dari 4 siswa perempuan dan 4 siswa laki-laki. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data kuantitatif berupa test dan data kualitatif berupa observasi. Hasil observasi menunjukkan bahwa pada siklus I guru (peneliti) sudah dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas DI-C SLB-E Negeri Pembina Medan dalam mengenal bilangan dan lambang bilangan dengan bermain playdough dengan baik dan pada siklus II guru (peneliti) dapat meningkatkan kemampuan siswa dengan lebih baik dengan bermain playdough pada pembelajaran matematika dalam mengenal konsep bilangan dalambng bilangan pada pembelajaran.

Kata Kunci : Tunagrhita sedang, Bermain playdoug

PENDAHULUAN

Bermain merupakan suatu aktivitas yang khas dan sangat berbeda dengan aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka mencapai suatu hasil akhir. Bagi anak suatu permainan adalah alat untuk menjelajahi dunianya, dari yang tidak ia kenali sampai pada yang ia ketahui, dan dari yang tidak dapat diperbuatnya sampai ia mampu melakukannya. Menurut Suyadi (2010) menjelaskan bahwa “Permainan dimaksud bukan sebagai mainan semata, melainkan permainan yang dapat menstimulasi minat belajar anak”.

Pendidikan Anak Tunagrahita Sedang atau yang sering disebut dengan anak C1 bermain merupakan

salah satu bentuk pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pengembangan pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku agama), bahasa dan dilalui oleh anak yang kemampuannya jauh di bawah rata-rata. Oleh sebab itu, pendidik harus memberikan stimulasi positif, menyediakan lingkungan dan memfasilitasi anak guna pengembangan tersebut. Peneliti akan mencoba untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak tunagrhita sedang pada pengenalan konsep bilangan dan lambang bilangan, yang

(2)
(3)

mana dalam kurikulum standar pendidikan untuk kelas satu SLB tunagrhita dalam pembelajran matematika anak sudah harus diperkenalkan konsep bilangan dan lambang bilangan 1-10 dijelaskan bahwa konsep bilangan merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan selanjutnya. Menurut Wahyudi dan Dwi (2005:104) bahwa “pemikiran dan keahlian matematika untuk anak-anak meliputi mencocokan, mengelompokan, mengatur, berhitung, memisahkan, mengukur dan membandingkan”. Anak juga belajar melalui pengalamannya dengan bentuk, ukuran, angka dan simbol-simbol angka. Dari berbagai macam metode bermain yang digunakan untuk merangsang kemampuan anak dalam mengenal bilangan dan lambang bilangan seperti bermain sempoa, kartu angka, puzzle dan bermain congklak, peneliti akan meneliti peningkatan kemampuan mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan pada anak melalui kegiatan bermain dengan media playdough.

Anggraini (2013:27) menyatakan sebagai berikut : Permainan playdough adalah salah satu aktifitas yang bermanfaat untuk perkembangan otak anak. Dengan

bermain playdough, anak tak hanya memperoleh kesenangan, tapi juga bermanfaat untuk meningkatkan perkembangan otaknya. Dengan media playdough anak bisa menciptakan berbagai bentuk angka mulai dari nol, satu sampai sepuluh, anak juga dapat membuat bentuk – bentuk geometri atau bentuk benda lain dan menghitung berapa banyak benda yang dibuat dalam bentuk yang sama.

Bermain dengan media Playdough dapat memberikan penglaman secara langsung kepada anak, dimana anak langsung membentuk sendiri media playdough menjadi angka-angka dan bentuk lain yang anak sukai. Pestalozzi dalam Badru Zaman (2009: 1.6) berkeyakinan, bahwa “segala bentuk pendidikan adalah berdasarkan pengaruh panca indra, dan melalui pengalaman – pengalaman tersebut potensi–potensi yang dimiliki oleh seorang individu dapat dikembangkan”. Cara belajar yang terbaik untuk mengenal berbagai konsep adalah dengan melalui berbagai pengalaman, antara lain dengan merasakan dan menyentuhnya. Sedangkan menurut Immanuella F. R, dkk menjelaskan bahwa berkreasi dengan media playdough merupakan kegiatan paling populer dan dapat mencerdaskan anak. Selain mengasah imajinasi, kemapuan motorik halus, berfikir logis dan sistematis, juga merangsang indera perabanya. Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan pada semester

(4)

satu (ganjil) Tahun Pelajaran 2013/2014, yakni observasi dalam proses pembelajaran kelas D-1C Tunagrahita sedang di SLB-E Negeri Pembina Medan diperoleh data bahwa guru belum kreatif dalam menciptakan media dan alat pembelajaran, metode yang guru terapkan dalam kegiatan pembelajaran masih monoton, stimulasi, motivasi dan penguatan yang masih kurang, menghubungkan materi dengan kegiatan sehari-hari yang masih harus diperbaiki. Sedangkan observasi yang dilakukan pada anak D-1C SLB-E Negeri Pembina Medan yang berjumlah 8 orang anak, bahwa pada saat kegiatan mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan diperoleh data anak belum menunjukkan kemajuan dan tidak sesuai dengan indikator yang di harapkan. Berdasarkan data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman anak tentang konsep bilangan dan lambang bilangan masih rendah dan belum sepenuhnya dimengerti oleh anak, ini dapat dilihat dari hasil pengamatan bahwa melalui kegiatan berhitung 1-10 dan pada saat anak menuliskan angka misalnya anak menuliskan angka 1-10 tetapi tidak berurutan seperti satu, tiga, empat, tujuh, enam, lima, delapan, sembilan, sepuluh. Anak hanya mampu menyebutkan angka 1-10 tetapi belum tahu bagaimana penulisan angka khususnya angka 2 ke atas, belum mampu mencocokan jumlah benda sesuai dengan lambang bilangannya serta membandingkan banyak sedikit

atau sama masih memerlukan bantuan guru. Dengan masalah tersebut peneliti ingin meningkatkan kemampaun mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan melalui penerapan metode bermain dengan media playdough.

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka rumusan umum permasalahan penelitian ini adalah “ Apakah bermain Playdough dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan pada anak tunagrahita sedang di kelas D1-C SLB-E Negeri Pembina Medan?”

Tujuan umum penelitian tidakan kelas (PTK) ini adalah “untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan pada anak tunagrahita sedang dengan bermain playdough di kelas D-1C SLB-E Negeri Pembina Medan”.

METODE PENELITIAN

Di dalam sebuah kegiatan penelitian, subyek penelitian adalah merupakan sesuatu yang kedudukannya sangat pokok, karena data tentang variabel yang diamati dan diteliti oleh peneliti berada pada subyek penelitian tersebut. Menurut Suharsini Arikunto (1989: 98) subyek penelitian adalah benda, keadaan atau orang tempat data melekat yang dipermasalahkan. Subjek penelitian ini adalah anak tunagrahita sedang kelas D-1C SLB-E Negeri Pembina Medan, yang berjumlah 8 orang, laki-laki 4 orang dan 4 perempuan.

(5)

Adapun tempat penelitian dilakukan diklea D-1C SLB-Negeri Pembina Medan

Pemilihan tempat tersebut didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :

a. SLB-E Negeri Pembina Medan merupakan tempat tugas mengajar bagi peneliti

b. Untuk memasukkan unsur-unsur pembaruan dalam system pembelajaran anak tuna grahita kelas D1C SLB-E Negeri Pembina Medan

c. Untuk meningkatkan profesionalitas guru di SLB- Negeri Pembina Medan

Penelitian ini dilaksanakan yaitu dari bulan Februari sampai bulan Mei.

Data penelitian tindakan yang dikumpulkan berupa informasi-informasi tentang kemampuan anak dalam mengenal konsep dan lambang bilangan.

Kemampuan anak dalam menganal lambang bilangan tersebut meliputi penguasaan-penguasaan :

a. Mengenal konsep bilangan. b. Mengenal lambang bilangan. c. Menyebutkan lambang bilangan

1-10.

d. Mencocokan bilangan dengan lambang bilangan.

Metode pengumpulan data merupaan usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilaksanakan secara sistematis dengan prosedur yang standar”. Suharsimi Arikunto (2002 : 1997).

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi

dan wawancara yang dilakukan terhadap sumber data. Sedangkan alat untuk pengumpul data menggunakan kamera dan dokumen resmi data anak yang terlibat dalam penelitian

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimana pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu : (1)perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam 2 siklus dan setiap siklus mengikuti pola yang sama.

Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti menentukan langkah – langkah pengembangan seperti : (1) Bekerjasama bersama observer menetapkan urutan materi pembelajaran dan cakupannya, (2) Membuat RPP, (3) Membuat dan melengkapi media, (4) Menyiapkan lembar observasi , (5) Mendesain alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b. Pelaksanaan tindakan kelas

Pada tahap ini, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang telah ditetapkan bersama. Pembukaan :

(6)

Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan oleh pendidik adalah: (1) membuat satuan kegiatan harian, (2) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran( RPP), (3) membuat skenario penerapan metode bermain dengan media playdough, (4) menyiapkan media pembelajaran.

Pada tahap ini pendidik melakukan segala yang direncanakan. Semua perencanaan dilakukan di depan kelas, langkah-langkahnya adalah;

a. pendidik membuka

pembelajaran dengan salam, do’a dan nyanyian. Kemudian guru menjelaskan terlebih dahulu tentang kegiatan yang akan dilakukan yaitu bermain dengan media playdough,

b. mengadakan interaksi pembelajaran yang terdiri atas memberikan kepada peserta didik untuk bertanya, membahas materi, melibatkan peserta didik untuk lebih aktif, menggunakan media pembelajaran dengan penjelasan dan sumber pembelajaran dalam rangkah mencapai tujuan,

c. peserta didik disuruh untuk istirahat untuk bermain kemudian makan,

d. menutup pembelajaran yang terdiri dari atas evaluasi akhir, pembahasan singkat, menarik kesimpulan refleksi dan tindak lanjut. Pelaksanaan tindakan dilakukan selama beberapa pertemuan sesuai dengan skenario.

Sementara kegiatan pembelajaran berlangsung pengamat mengamati pelaksanaan kegiatan bermain dengan media playdough. Hal yang diamati yaitu semua prilaku (kemampuan) anak dalam mengikuti kegiatan. Setelah mengamati pada kegiatan akhir / penutup dilakukan evaluasi / penilaian. Aspek-aspek yang dinilai yaitu kemampuan anak dalam mengenal angka 1-10, menyebutkan bilangan dan lambang bilangan yang dibuat, mengurutkan bilangan 1-10 dan mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan. Kemampuan anak dinilai dalam bentuk %.

Setelah data observasi dianalisis, guru melakukan refleksi diri terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini, tim observer dan guru berusaha untuk dapat mengetahui kemampuan anak didik dalam pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil tersebut digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya. Siklus II

Pelaksanaan siklus II dan seterusnya dilakukan dengan melakukan sedikit perubahan pada bagian-bagian tertentu saja yang didasarkan pada refleksi siklus I sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Langkah-langkah yang akan dilakukan pada siklus II : a. Tahap perencanaan

Diskusi dengan peneliti dan teman sejawat tentang permasalahan baru yang timbul pada siklus I, hasil refleksi pada siklus I dijadikan dasar

(7)

menyusun rencana perbaikan pembelajaran di RPP pada siklus II.

b. Tahap pelaksanaan tindakan Pada tahap ini, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan. Guru melaksanakan kegiatan dengan media sama dengan siklus I bedanya pada siklus I anak mengerjakan tugas sesuai perintah, contoh dan bantuan guru, pada siklus II anak melakukan kegiatan individu dengan membuat sendiri yang diperintahkan yakni membentuk bilangan dari playdough tanpa bantuan guru dan membentuk bentuk lain sebanyak mungkin.

c. Tahap Pengamatan / Observasi Penilaian yang diobservasi adalah tentang kreativitas anak dan keterlibatan anak pada saat pembelajaran. Pada penilaian ini dilihat perubahan yang terjadi pada anak saat siklus I dan pada siklus II. Cara penilaian berdasarkan kemampuan anak masing-masing pada siklus I dan ke II bukan pada kemampuan kelompoknya.

d. Tahap Refleksi

Setelah data observasi dianalisis, guru melakukan refleksi diri terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini, tim observer dan guru berusaha untuk dapat mengetahui kemampuan anak didik dalam pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II. Hasil tersebut digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus

berikutnya apakah perlu melakukan siklus III atau cukup berhenti pada siklus II saja.

Paizaluddin dan Ermalinda (2013:113) Observasi atau pengamatan adalah proses pengambilan data dalam penelitian di mana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Teknik ini digunakan untuk mengamati dari dekat dalam upaya mencari dan menggali data melalui pengamatan secara langsung dan mendalam terhadap subjek dan objek yang diteliti. Observasi dilakukan pada saat guru mengajar di kelas D1C SLB-E Negeri Pembina Medan. Lembar observasi terdiri dari lembar observasi anak dan lembar observasi guru kelas yang digunakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, observasi terhadap anak ini bertujuan untuk mengetahui atau melihat bagaimana aktivitas atau kegiatan anak selama mengikuti kegiatan pembelajaran mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan melalui metode bermain dengan media playdough.

Mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku dan sebagainnya. Lexy J. Meleong dalam Paizaluddin dan Ermalinda (2013:135) menyatakan bahwa “dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan”. Dokumentasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi daftar nama-nama peserta

(8)

didik, foto tentang berjalannya kegiatan penelitian dan data-data yang mendukung lainnya. Data yang diperoleh dari dokumen ini bisa digunakan untuk melengkapi bahkan untuk memperkuat data dari hasil observasi.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis rata-rata skor dan persentase. Kegiatan analisis data ini dilakukan untuk menganalisis proses dan hasil belajar anak pada saat kegiatan bermain dengan media playdough berdasarkan lembar penilaian pada kemampuan anak tunagrahita sedaang kelas D1CSLB -E Negeri Pembina Medan. Data tes dianalisis dengan menggunakan nilai rata-rata individu anak, dan kriteria ketuntasan belajar anak.

a. Nilai rata. Nilai akhir rata-rata anak dihitung dengan menggunakan rumus :

𝑥̅ =∑ 𝑋 𝑁 (Suharsimi, 2002 :264) Keterangan :

𝑥̅ = Nilai Akhir Rata-rata anak ΣX = Jumlah Nilai akhir anak N = Jumlah anak

b. Persentase ketuntasan belajar secara klasikal atau perorangan . Ketuntasan belajar secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus : 𝑃 = 𝑛 𝑁𝑥100% (Suharsimi, 1987) Keterangan : P = Tingkat Kemampuan

n = jumlah anak yang diperoleh dari data

N = Jumlah anak 100% = Nilai Konstan

Tindakan akan dihentikan bila kriteria keberhasilan tindakan telah tercapai. Kriteria keberhasilan tindakan akan ditetapkan berdasarkan ketuntasan belajar yang ditetapkan oleh sekolah tersebut dan berdasarkan pertimbangan peneliti. Adapun kriteria keberhasilan tindakan tersebut adalah : Indikator keberhasilan tercapai apabila hasil belajar anak meningkat pada setiap siklus yakni dengan kriteria Baik sekali (BS) Baik (B). Sedangkan untuk ketuntasan belajar klasikal telah tercapai jika ≥75% .

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Deskripsi hasil data meliputi data tentang rencana pelaksanaan penataan dan refleksi pada tindakan perbaikan siklus I yaitu :

a. Rencana. Kegiatan pada rencana perbaikan disusun berdasarkan pertimbangan akademis, sarana, prasarana, dan fasilitas, pengolahan kelas dengan penataan ruang berada di depan papan tulis, meja kursi disusun menjadi empat kelompok. Kegiatan mengenal konsep dan lambang bilangan dengan menggunakan media Paydough lembar observasi dan instrumen lain yang dibutuhkan

b. Pelaksanaan. Proses pembelajaran dilaksanakan guru

(9)

dengan langkah-langkah sebagai berikut : Anak-anak diajak mengambil Playdough yang diperintahkan. Guru memberikan contoh kepada anak dalam kegiatan ini yaitu membentuk Playdough menjadi angka 1-10. Anak-anak melakukan sesuai dengan penjelasan guru. Guru mendampingi anak-anak dalam pelaksananaan kegiatan inti. Setiap kegiatan yang dilakukan anak selalu diberikan penghargaan oleh guru.

c. Pengamatan. Pengamat/ obsever sebagai pengamat dalam kegiatan pembelajaran menemui hal-hal yang terjadi dalam kegiatan perbaikan pembelajaran yaitu : Kegiatan pembelajaran berlangsung tertib. Ada 3 orang anak sudah berkembang sesuai harapan. Ada 1 orang anak mulai berkembang. Ada 3 anak belum berkembang. Ada 1 anak berkembang sangat baik

d. Refleksi. Kegiatan pembelajaran pada siklus I masih terdapat

kelemahan yaitu kurangnya media yang digunakan sehingga perlunya perbaikan pada siklus selanjutnya Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menyiapkan RPP media Playdough sangat mudah membuatnya sehingga guru dapat membuatnya sendiri kapan saja untuk melaksanakan kegiatan bermain dengan media Playough. Namun terdapat ada kelemahan yaitu kurangnya media Playdough sehingga siswa tidak dapat memilikinya semua dan anak-anak merasa enggan untuk memegang media Playdough karna takut tangannya kotor. Dengan demikian diputuskan akan dilakukan perbaikan yang akan dilakukan pada siklus

selanjutnya dengan

pertimbangan keberhasilan dan kegagalan dalam proses kegiatan siklus I. dan berdasarkan analisis dalam penelitian pembelajaran yang dilakukan anak tertulis pada tabel berikut ini :

Tabel Hasil Penilaian Siklus I

No Indikator Hasil Pengamatan

Rata-rata % BSB BSH MB BB JLH 1.  Menge nal angka 1-10 - 4 6 9 37 1,9 48% 2.  Menye butkan bilang an dan lamba - 8 6 5 42 2.2 55%

(10)

ng bilang an 3. Mengu rutkan bilang an 1-10 - 3 10 6 35 1,8 46 % 4. Mencocokan bilangan dengan lambang bilangan - 4 8 7 35 1,8 46% Jumla h rata-rata 1,9 48,7% Keterangan

BSB : berkembang sangat baik nilai 4 BSH : berkemang sesuai harapan nilai 3 MB : mulai berkembang nilai 2

BB : belum berkembang nilai 1

Dari hasil refleksi diatas peneliti memutuskan melaksanakan perbaikan pembelajaran pada Siklus II dengan cara sebagai berikut :

a. Kegiatan pembelajaran akan saya laksanakan dengan memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti anak

b. Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi

c. Penggunaan media sesuai dan mencukupi untuk semua anak d. Pengelolaan waktu yang tepat e. Memotivasi anak dalam proses

pelaksanaan pembelajaran f. Memberikan penghargaan

terhadap hasil karya anak

Deskripsi hasil data meliputi data tentang rencana pelaksanaan

pengamatan dan refleksi pada tindakan perbaikan siklus II yaitu :

a. Rencana. Kegiatan dilaksanakan didalam dan luar kelas, rencana perbaikan disusun berdasarkan pertimbangan akademis, sarana, prasaran dan fasilitas. Pengelolaan kelas dengan penataan ruang dan meja kursi disusun menjadi empat kelompok. Pada kegiatan bertumpu kepada kegaitan perbaikan yang perinciannya dibuat oleh guru dan ditetapkan menjadi hasil refleksi.

Pembahasan

Dalam perbaikan siklus I ada beberapa temuan yang menjadi perhatian peneliti, teman sejawat ataupun supervisor yaitu :

(11)

a. Proses kegiatan belajar berlangsung menyenangkan Kegiatan yang dipilih peneliti

menyenangkan bagi anak agat tidak mengalami kejenuhan b. Ada beberapa anak yang berebut

playdogh

c. Ada anak yang tidak mau melakukan kegiatan sama sekali. Hal ini terjadi karena kurang maksimalnya guru memotivasi anak.

Tabel Hasil Persentase Penilaian Siklus I

NO Aspek yang dinilai Jumlah Anak

BB MB BSH BSB

1 Megenal angka 1-10 9 6 4 -

Persentase 47% 32% 21% -

2 Menyebutkan bilangan dan lambang bilangan

5 6 8 -

Persentase 26% 32% 42% -

3 Mengurutkan lambang bilangan 1-10 6 10 3 -

Persentase 34% 52% 16% -

4 Mencocokan bilangan dengan lambang bilangan 7 8 4 - Persentase 37% 42% 21% Keterangan BB : belum berkemang MB : mulai berkembang

BSH : berkembang sesuai harapan BSB : berkembang sangat baik Grafik capaian penilaian pada siklus I

Menurut data dari penilaian grafik terlihat bahwa kemampuan mengenal angka 1-10 mencapai 48%

menyebutlkan bilangan dan lambang bilangan 55% , mengurutkan lambang bilangan 46% sedangkan mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan 46% dan jika di rata-ratakan capaian peridikator mencapai 48,75% maka penelitian perlu dilanjutkan ke siklus II.

Hal-hal penting yang akan dibahas pada siklus II adalah :

a. Proses kegiatan belajar berlangsung menyenangkan. Kegiatan yang dipilih oleh peneliti, menyenangkan bagi anak, penggunaan metode yang 40%

60% 48% 55% 46% 46%

mengenal angka 1-10 menyebutkan bilangan dan lambang bilangan

mengurutkan lamabang bilangan 1-10

(12)

bervariasi sangat diperhatikan oleh peneliti

b.

Sebagian besar anak dapat melaksanakan kegiatan. Hal ini disebabkan karena peneliti selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada anak yang belum berpartisipasi dalam kegiatan sikus ini

Grafik capaian kemampuan anak pada siklus II

Secara keseluruhan pelaksanaan perbaikan pada siklus II telah berhasil perolehan kriteria nilai mengenal angka 76% menyebutkan bilangan dan lambang bilangan 73% mengurutkan lamang bilangan 1-10 mencapai 65% sedangkan mencocokan bilangan dengan lambang bilangan 69% dan jika di rata-rataka kemampuan yang di peroleh sudah mencapai 70,75% maka penelitian dihentikan.

Dengan demikian melalui bermain playdogh untuk mengenal

konsep bilangan dan lambang bilangan , minat anak dapat digali dan ditingkatkan dengan optimal.

Hal ini terbukti dari hasil tahapan siklus yang memperlihatkan bahwa Pencapaian kemampuan mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan dengan bermain playdogh di kelas D1C SLB-E Negeri Pembina Medan mengalami perkembangan rata-rata pada siklus I adalah 47,75 , dan pada siklus II adalah 70,75 yang dapat dilihat dari grafik dibawah ini:

Grafik perbandingan capaian kemampuan anak pada siklus I dan II

SIMPULAN

Dari penelitian yang dilakukan di kelas D1C SLB-E Negeri Pembina Medan,dapat disimpulkan bahwa dalam mengenal konsep bilangan dengan menggunakan playdogh dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak serta dapat meningkatkan kreativitas anak 55% 60% 65% 70% 75% 80% 76% 73% 65% 69%

mengenal lambang bilangan 1-10 menyebutkan bilangan dan lambang bilangan

mengurutkan lambang bilangan 1-10

mencocokan bilangan dengan lambang bilangan 0% 1000% 2000% 3000% 4000% 5000% 6000% 7000% 8000% 4875% 7075% Siklus I Siklus II

(13)

melalui media-media belajar yang sangat bervariasi dan mudah dibuat sendiri sehingga anak lebih termotivasi untuk bermain sambil belajar.

DAFTAR RUJUKAN

Azhar, Arsyad. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Iskandar. 2008. Metodelogi Penelitian Sosial (kuantitatif, kualitatif). Jakarta : Gaung Persada Prees.

Jamaris dan Ahmad Susanto. 2011. Karakteristik Kemampuan

Berbahasa. Jakarta:

Kencana Prenada.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Jakarta: Balai Pustaka. S.Wojowasito. 2011. Kamus Umum

Inggris-Indonesia. Jakarta: Hasta.

Saeful, Abdul Rahman. 2003. Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Depdiknas.

Sumantri, Sutjihati. 2006. Psicologi Anak Luar Biasa. Jakarta: PT. Rafika Adita.

Gambar

Tabel  Hasil Penilaian Siklus I
Tabel Hasil Persentase Penilaian Siklus I
Grafik perbandingan capaian  kemampuan anak pada siklus I dan II

Referensi

Dokumen terkait

Lembar observasi guru adalah suatu cara untuk mengungkapkan sikap atau perilaku guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Lembar observasi kegiatan guru. Hasil yang

Aspek-aspek yang diamati terhadap aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi adalah: pada kegiatan awal meliputi: 1) memberi salam dan berdoa;

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penggunaan media flashcard pada kegiatan pembelajaran berdampak positif terhadap kemampuan mengenal lambang bilangan, karena

Pada tindakan 3 pembelajaran permainan ular tangga modifikasi berlangsung dengan tertib dan anak terlihat sangat antusias saat melakukannya. Kemampuan konsep blangan

Berdasarkan hasil tes Akhir/pos-test dengan menggunakan kegiatan bermain pancing menunjukan peningkatan yang signifikan setelah anak tunagrahita ringan diberi

Setelah dilakukan tahap evaluasi terhadap enam ahli guna mengetahui tingkat kelayakan permainan Mathematic Tower untuk digunakan dalam pembelajaran kognitif

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan wawancara pada guru kelas VA dan observasi diperoleh informasi bahwa aspek yang dievaluasi meliputi siswa dalam mengenali

iv SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ilmi Tahirah NIM : 105451103517 Program Studi : Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Dengan Judul :