DD KLAMIDIASIS I. Definisi
Klamidiasis adalah infeksi PMS (penyakit menular seksual) yang sangat umum menyerang manusia. Penyakit yang juga dikenal dengan nama Uretritis Non-Gonore atau Uretritis Non-Spesifik (UNS) ini disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Istilah Chlamydia trachomatis hanya ditemukan pada manusia.
Klamidia bukan merupakan penyebab vaginitis, tetapi dapat mengerosi daerah serviks, sehingga dapat menyebabkan keluarnya cairan mukopurulen. Cairan ini mungkin dianggap pasien berasal dari vagina. Chlamidya dapat berkembang biak di selaput lendir dari alat kelamin dan alat reproduksi manusia, seperti leher rahim, rahim, saluran indung telur dan saluran kencing. Penyakit ini dapat pula menyebabkan gangguan pada mata (konjungtivitis). Infeksi ini dapat diobati dengan mudah tapi jika tidak ditangani dapat menyebabkan masalah kesehatan dan kesuburan.
II. Epidemiologi
Sering ditemukan infeksi Chlamydia pada wanita dewasa yang seksual aktif, dan berhubungan erat dengan usia muda pertama kali kontak seksual serta lamanya waktu aktivitas seksual. Pada wanita urban, ditemukan 15% infeksi endoserviks yang disebabkan oleh Chlamydia, sedangkan pada wanita hamil dengan sosio-ekonomi rendah ditemukan sebanyak lebih dari 20%.
Pada pria sering menimbulkan radang pada saluran kemih khususnya urethritis. Pada wanita klamidia lebih sering menyebabkan servisitis yaitu infeksi leher rahim dan penyakit peradangan pelvis bahkan menyebabkan infertilitas
III. Etiologi
Terdapat 3 spesies yang patogen terhadap manusia yaitu : a. C.pneumoniae
Penyebab penyakit saluran pernapasan termasuk pneumonia dan merupakan penyebab arteri koroner.
b. C.psittaci
Penyebab Psittacosis pada manusia, Ornitosis pada burung, pneumonitis pada kucing. c. C.trachomatis
Menyebabkan infeksi kelamin, konjungtivitis.
Masa inkubasi berkisar antara 1-3 minggu sampai menyebabkan infeksi genital menular seksual dan infeksi neonatal.
IV. Gambaran Klinik
Kebanyakan klamidia tidak menimbulkan gejala atau gejalanya hanya samar-samar. Kondisi tanpa gejala in dapat berlangsung dalam hitungan minggu atau bulan.
Gejala infeksi pada wanita
Perubahan cairan vagina (keputihan abnormal : banyak, encer, bau) Rasa perih dan terbakar saat buang air kecil
Perdarahan abnormal di luar periode menstruasi atau setelah berhubungan seks Nyeri saat berhubungan seks (dyspareunia)
Nyeri perut Nyeri panggul Demam ringan
Pembengkakan di dalam vagina atau sekitar anus
Bila tidak segera ditangani, Klamidia dapat menyebabkan penyakit radang panggul yaitu terjadinya nyeri panggul kronis akibat infeksi pada uterus dan saluran tuba. Lebih lanjut penyakit radang panggul dapat menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik
Gejala infeksi pada pria. Kemerahan pada penis
Keluar cairan dari uretra berwarna bening/putih susu. Umumnya pagi hari dapat juga berupa bercak di celana dalam
Pembengkakan testis sampai sekitar anus
Pada pria bila tidak ditangani segera dapat menyebabkan infeksi di testis, rasa sakit dan bengkaknya salah satu atau bahkan kedua testis/buah zakar serta mengurangi kesuburan. Klamidia dapat juga menyebabkan peradangan sendi pada pria. Hal ini dikenal sebagai artritis reaktif dan kadang-kadang disertai dengan peradangan pada saluran kencing dan mata, yang dikenal sebagai Sindrom Reiter. Hal ini lebih mungkin terjadi pada pria daripada wanita
Penting untuk mengetahui apakah telah melakukan hubungan seksual dengan istri pada waktu keluhan sedang berlangsung, mengingat hal ini dapat menimbulkan penularan secara fenomena pingpong karena dapat menularkan infeksi ke pasangannya tanpa disadari.
V. Faktor Resiko Infeksi C. trachomatis pada wanita Usia muda < 25 tahun
Pasangan terkena urethritis Berganti-ganti pasangan
Swab endoserviks yang menimbulkan perdarahan
Pemakaian kontrasepsi oral : dapat menyebabkan ektopi serviks Servisitis : banyak ditemukan pada pasien dengan ektopi serviks VI. Patogenesis
Chlamydia merupakan bakteri gram negatif, bentuk sferis, tidak bergerak, tidak dapat menghasilkan energi sendiri sehingga hidup intrasel. Chlamydia berkembang melalui 3 stadium, yaitu badan elementer yang infeksius, badan inisial, dan badan intermedier. Badan elementer masuk ke dalam sel dengan cara fagositosis. Dalam waktu 8 jam badan elementer berkembang menjadi badan inisial yang tidak infeksius. Empat jam berikutnya, badan inisial membelah secara biner, membentuk badan intermedier dan kemudian menjadi badan elementer yang siap menginfeksi sel lainnya.
Pematangan badan inisial menjadi badan elementer disertai dengan peningkatan sintesis DNA dan RNA. Pada waktu sel hospes pecah, badan elementer tersebar keluar dan menimbulkan infeksi pada sel hospes baru. Siklus perkembangan Chlamidya makan waktu 24-48 jam. Chlamydia tahan terhadap fagositosis, tidak terpengaruh oleh enzim lisosom,dan dapat menghambat sintesis DNA sel hospes.
Chlamidya trachomatis menyerang epitel silindris mukosa serviks. Gejala awal mulai timbul dalam 3-12 hari setelah terinfeksi.
VII. Diagnosis
a) Anamnesis
Berdasarkan penilitian WHO untuk menggali faktor resiko jika ada jawaban “ya” untuk satu atau lebih pertanyaan berikut maka pasien beresiko tinggi.
Jumlah pasangan seksual >1 orang dalam 1 bulan terakhir Berhubungan seksual dengan orang beresiko tinggi
Berhubungan seksual dengan PSK dalam 1 bulan terakhir
Dari anamnesis juga kita dapatkan informasi dari keluhan pasien yang menunjukkan gejala-gejala Klamidiasis.
b) Pemeriksaan Fisis
Pasien perempuan diperiksa dengan berbaring pada meja ginekologi dalam posisi litotomi. Lakukan inspeksi dan palpasi pada mons pubis, labia dan perineum. Periksa daerah genitalia luar dengan memisahkan kedua labia, perhatikan adakah kemerahan, pembengkakan, luka/lecet, massa, atau sekret dan darah. Jika ada sekret deskripsikan warna, jumlah, konsistensi dan bau.
Pada pasien laki-laki dapat dilakukan sambil berdiri atau duduk. Perhatikan daerah penis dari pangkal penis hingga gland penis dan daerah skrotum. Periksa apakah ada tanda inflamasi, lesi, sekret atau darah.
Baik pada pasien perempuan dan laki-laki juga perlu diperiksa daerah inguinal untuk memeriksa apakah ada pembesaran kelenjar getah bening.
c) Pemeriksaan Penunjang
Metode skrining penting untuk menegakkan diagnosis penyakit Klamidia yang asimtomatik (dimulai di Amerika Serikat dan direkomendasikan di Inggris). Namun para ahli masih belum menemukan kesepakatan apakah skrining penting untuk laki-laki atau tidak. NAAT dan DNA strand displacement amplification (SDA) sekarang menjadi tes-tes
andalan. NAAT untuk Klamidia dapat dilakukan dengan mengambil sampel spesimen yang dikumpulkan dari leher rahim (perempuan) atau uretra (laki- laki). Tes PCR Swab genital dilakukan pada vagina, serviks, anus atau urin.
Kultur
Hingga awal 19980, metode utama diagnosis Klamidia dengan inokulasi dibantu dengan sentrifugasi bahan klinis pada sel hidup yang rentan pada kultur jaringan diikuti inklusi Chlamidya setelah melewati masa inkubasi yang sesuai. Namun sekarang kultur sel kurang sensitif.
Kerugian : membutuhkan persyaratan khusus dalam teknik pembiakan maupun transport specimen agar kultur sel dapat dibiakkan dengan baik sehingga tidak praktis dan hanya sesuai untuk sampel invasive dalam jumlah kecil serta cukup mahal
Tes Deteksi Antigen
Umumnya menggunakan lipopolisakarida (LPS) Chlamidya sebagai sarana untuk mendeteksi badan elementer Chlamidya pada specimen genital. Tes ini paling banyak digunakan adalah Direct Flourescent Antibodi Assay (DFA) dan Tes Enzyme Immunoassays (EIA)
Tes Deteksi Asam Nukleat
1) Nucleid Acid Hybridization Test
Seluruh pemeriksaan diagnostic Klamidia berdasar asam nukleat bergantung pada hibridisasi tetapi yang dimaksudkan disini adalah metode pemeriksaan yang tidak melibatkan amplifikasi terlebih dahulu dari asam nukleat target.
2) Nucleid Acid Amplification Test (NAAT)
Menerapkan prinsip identifikasi sekuensi asam nukleat spesifik (DNA atau RNA) pada specimen yang diperiksa dan menggunakan enzim spesifik menghasilkan banyak kopian sekuensi yang dapat terdeteksi. Pemeriksaan ini memungkinkan deteksi tinggi untuk C. trachomatis pada individu simptomatis. Metode ini menungkinkan penggunaan sampel klinis non invasive seperti urin atau vaginal swab. Kerugian : lebih mahal daripada pemeriksaan lainnya.
Antibodi Chlamidya digunakan sebagai penanda bermanfaat pada penelitian epidemiologi riwayat infeksi Chlamidya. Namun pengukuran antibody ini banyak bermasalah seperti tidak ada standar yang disetujui secara umum. Pada beberapa individu respon antibody Chlamidya setelah infeksi mungkin terlambat atau bahkan tidak ada. Bila dijumpai antibody umumnya bertahan lama setelah infeksi hilang.
VIII. Tatalaksana
P e n ya k i t k l a m i d i a d a p a t d i s e m b u h k a n d e n g a n a n t i b i o t i k
s e c a r a efektif setelah terdeteksi. Centers for Disease Control (CDC – US) menyediakan pedoman untuk perawatan klamidia sebagai berikut:
Azitromisin 1 gram oral sebagai dosis tunggal Doksisiklin 2 X 100 mg selama 7 - 14 hari
Tetrasiklin 4 X 500 mg selama 5 – 7 hari
Eritromisin 4 X 500 mg selama 5 – 7 hari. Eritromisin adalah obat
alternatif dan obat pilihan bagi bayi baru lahir dan untuk wanita hamil atau yang diduga hamil
IX. Prognosis
Deteksi dini dan pengobatan segera yang tepat dan sampai tuntas memberikan prognosis yang baik dan mengurangi resiko komplikasi jangka panjang seperti infertilitas akibat penyakit radang panggul (PRP) dan Sindrom Reiter pada laki-laki.
X. Komplikasi
Apabila infeksi C. trachomatis ini dibiarkan seringkali menjadi lebih berat dan menimbulkan komplikasi seperti :
Wanita dengan klamidia beresiko 5x lebih besar terkena HIV/AIDS
Wanita lebih rentan terkena Penyakit Radang Panggul (PRP) yaitu istilah umum untuk infeksi rahim, saluran tuba dan ovarium. PRP dapat menyebabkan jaringan parut di dalam organ reproduksi sehingga beresiko 20% menjadi infertile,
18% terjadi nyeri pelvis kronik, 9 % mengalami kehamilan ektopik yang mengancam jiwa dan radang leher rahim
Trias Sindrom Reiter (lebih banyak pada pria). Sindrom ini terdiri dari dari 3 gejala yaitu uretriris, konjungtivitis dan artritis.
Pada ibu hamil beresiko janin nya akan terkena kongjungtivitis neonatal, pneumonia dan gangguan pertumbuhan pada 3 bulan pertama kehidupan.
XI. Upaya preventif
Melakukan skrining Klamidiasis pada wanita muda agar bisa mendeteksi lebihdini penyakit klamidia dan melakukan pengobatan lebih lanjut
Tidak bergonta-ganti pasangan, setia pada satu pasangan
Tidak berhubungan seksual secara vaginal, anal maupun oral dengan orangyang terinfeksi
Menggunakan kondom lateks secara konsisten dan benar dari awal kontak seksual sampai tidak ada lagi kontak kulit
Selalu menjaga kebersihan organ kelamin dan membersihkan kelamin dengan cara yang tepat.
M e n c u c i t a n g a n d a n d a e r a h k e l a m i n s e t e l a h b e r h u b u n g a n s e k s d e n g a n menggunakan sabun desinfektan. Tangan harus dicuci sebelum menyentuh wajah kita sendiri atau bagian tubuh lainnya.
Tidak melakukan hubungan seksual dahulu selama masa pengobatan sampai dinyatakan sembuh total oleh dokter untuk mencegah penyebaran infeksi Klamidiasis.
Referensi :
Mandal, B.K, dkk. 2008. Lecture Notes “Penyakit Infeksi”. Jakarta: Erlangga
Harris JRW, Foster SM., 1991, Genital Chlamydial Infection; Clinical Aspects,Diagnosis, Treatment and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases andAIDS, 219, Churcill Livingstone, New York.
Domeika M. 2009. Guidelines for The Laboratory Diagnosis of Chlamidya trachomatis Infections in East European Countries. Journal of The European Academy of Dermatology and Venerology
Djuanda, Adhi. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Badan Penerbit FKUI Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual 2011