90
UPAYA KANTOR KESYAHBANDARAN DAN OTORITAS PELABUHAN KHUSUS BATAM DALAM PENINGKATAN PELAYANAN
PENERBITAN SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR Oktavia Budiawati1*, Cahya Fajar Budi Hartanto2 1 Program Studi Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga dan
Kepelabuhan,
2 Program Studi Nautika, Politeknik Bumi Akpelni Jl. Pawiyatan Luhur II/17, Bendan Dhuwur, Semarang.
*Email: oktviabudiawati@gmail.com
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Khusus Batam dalam meningkatkan pelayanan proses penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB). Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung ke lapangan, wawancara dengan pihak terkait, dan studi pustaka. Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan hasilnya disajikan secara deskriptif. Berdasarkan penelitian, ditemukan tiga permasalahan utama yakni kurangnya ketelitian petugas dalam pemeriksaan administrasi kelengkapan dan keabsahan SPB, adanya kerusakan dan kurangnya sarana-prasarana, serta tidak disiplinnya petugas dalam jadwal jam masuk kantor sehingga menghambat jam buka pelayanan. Peneliti merekomendasikan adanya peningkatan peran Kepala Bidang dalam pemeriksaan lebih lanjut terhadap dokumen, segera diadakannya perbaikan dan pengajuan penambahan sarana-prasarana yang dibutuhkan terutama yang terkait dengan teknologi, serta peningkatan kedisiplinan yang merupakan salah satu dari enam indikator pelayanan publik.
Kata kunci: KSOP, Pelayanan, Surat Persetujuan Berlayar PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan atau disebut juga negara maritim. Banyaknya pulau dan luasnya perairan, membuat Indonesia membutuhkan transportasi di laut juga. Angkutan laut sangat membantu untuk membawa barang yang cukup besar dibandingkan dengan angkutan darat dan juga memudahkan transportasi antar pulau, perdagangan antar pulau, dan sebagainya. Kini, seiring program poros maritim, maka semakin banyak armada kapal yang terus dibuat dan pelabuhan baru yang dimiliki Indonesia. Kapalpun dituntut untuk dapat beroperasi lancar dengan adanya pengawasan dan keselamatan kapal yang mengacu pada standar layak laut. Apabila kapal tidak mempunyai standar layak laut maka kapal tidak boleh berlayar.
Pada implementasi pengawasan tersebut, pemerintah dibantu oleh otoritas pelabuhan atau biasa disebut Syahbandar yang ditempatkan di kota-kota terpilih
untuk melakukan pengawasan dengan sebutan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP). Syahbandar adalah pegawai atau pejabat pemerintah yang mengepalai urusan pelayaran di pelabuhan. Pemerintah dengan Syahbandar harus mempunyai kerjasama yang bagus. Sebagai contoh misalnya pada kapal-kapal yang akan bergerak seperti labuh, sandar dan sebagainya dimana syahbandar akan mengawasi untuk lalu lintas, keselamatan berlayar, dan mengevaluasi apabila ada dokumen kapal yang sudah tidak berlaku. Kewenangan dan aturan Syahbandar wajib ditaati oleh owner atau perusahaan pelayaran. Dengan kerjasama ini, aturan akan berlaku dan secara otomatis angkutan laut akan bergerak dengan porsi yang aman karena adanya perlindungan dari pemerintah melalui syahbandar.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mengidentifikasi masalah yang mungkin timbul dan dapat
91 mempengaruhi kegiatan, antara lain kurangnya ketelitian petugas dalam pemeriksaan administrasi kelengkapan dan keabsahan SPB, adanya kerusakan dan kurangnya sarana-prasarana di KSOP Khusus Batam, serta tidak disiplinnya petugas dalam jadwal jam masuk kantor sehingga menghambat jam buka pelayanan.
LANDASAN TEORI
Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP)
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan, KSOP adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jendral Perhubungan Laut. KSOP mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan keamanan di pelabuhan serta pengaturan, pengendalian dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan pada pelabuhan yang diusahakan secara komersial. Dalam pelaksanaan tugasnya, KSOP menyelenggarakan fungsi:
1. Pelaksanaan pengawasan dan pemenuhan kelaiklautan kapal, sertifikasi keselamatan kapal, pencegahan pencemaran dari kapal dan penetapan status hukum kapal. 2. Pelaksanaan pemeriksaan manajemen
keselamatan kapal.
3. Pelaksanaan pengawasan keselamatan dan keamanan pelayaran terkait dengan kegiatan bongkar muat barang berbahaya, barang khusus, limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), pengisian bahan bakar, ketertiban embarkasi dan debarkasi penumpang, pembangunan fasilitas Pelabuhan, pengerukan dan reklamasi, laik layer dan kepelautan, tertib lalu lintas kapal
di perairan pelabuhan dan alur pelayaran, pemanduan dan penundaan kapal, serta penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB).
4. Pelaksanaan pemeriksaan kecelakaan kapal, pencegahan dan pemadaman kebakaran di perairan pelabuhan, penanganan musibah laut, pelaksnaan perlindungan lingkungan maritim dan penegakan hukum di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran. 5. Pelaksanaan koordinasi kegiatan pemerintahan di pelabuhan yang terkait dengan pelaksanaan pengawasan dan penegak hukum di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran.
6. Pelaksanaan penyusun Rencana Induk Pelabuhan, Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan, serta pengawasan penggunaannya, pengusulan tarif untuk ditetapkan Menteri.
7. Pelaksanaan penyediaan, pengaturan dan pengawasan penggunaan lahan daratan dan perairan Pelabuhan, penahan gelombang, kolam Pelabuhan, alur pelayaran dan jaringan jalan serta Sarana Bantu Navigasi Pelayaran.
8. Pelaksanaan penjaminan dan pemeliharaan kelestarian lingkungan di pelabuhan, keamanan dan ketertiban, kelancaran arus barang di pelabuhan.
9. Pelaksanaan pengaturan lalu lintas kapal keluar masuk pelabuhan melalui pemanduan kapal, penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan serta pemberian konsensi atau bentuk lainnya kepada Badan Usaha Pelabuhan.
10. Penyiapan bahan penetapan dan evaluasi standar kinerja operasi pelayanan jasa kepelabuhanan.
11. Pelaksanaan urusan keuangan, kepegawaian dan umum, hukum dan hubungan masyarakat serta pelaporan. Kantor KSOP mempunyai peran sebagai penegak hukum dalam bidang
92 keselamatan dan keamanan pelayaran dan pengelolaan urusan administrasi, kepegawaian keuangan, hukum, dan hubungan masyarakat. Keselamatan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material, konstruksi, bangunan, permesianan dan kelistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian. Keselamatan dan keamanan pelayaran meliputi keselamatan dan keamanan angkutan di perairan dan perlindungan lingkungan maritim yang perlu dilaksanakan dengan cermat melalui struktur terkait sebagai pemangku kepentingan. Adapun kelaiklautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat, pemuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang dan/ atau awak kapal, status hukum kapal, manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu. Kelaiklautan kapal dibuktikan dengan kelengkapan persyaratan administrasi dan teknis. Persyaratan administrasi berupa sertifikat-sertifikat keselamatan seperti surat kebangsaan, surat ukur, sertifikat keselamatan, sertifikat konstruksi kapal, sertifikat keselamtan perlengkapan kapal, sertifikat radio dan ijazah yang dimiliki, serta persyaratan teknis seperti perlengkapan alat pendukung keselamatan di laut harus terlebih dahulu dipenuhi agar kapal mendapatkan status laik laut. Kelaiklautan kapal sangat erat kaitannya dengan keselamatan pelayaran.
Pentingnya peran Syahbandar dalam pengawasan kelaiklautan kapal dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dimana
yang dimaksud dengan Syahbandar adalah pejabat pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh Menteri dan memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran. Berdasarkan pengertian tersebut, ada unsur yang berhubungan langsung satu sama lainnya yaitu adanya penguasaan laut, dermaga dan kapal. Sarana dan prasarana harus diatur dan ditata sedemikian rupa sehingga dapat menunjang kelancaran, keamanan dan keselamatan lalu lintas angkutan laut. Pengguna jasa angkutan laut yang menggunakan kapal yang tidak laiklaut, dapat menimbulkan kerugian pada barang yang diangkut hingga kehilangan nyawa penumpang maupun awak kapal. Untuk menghindari terjadinya hal tersebut, maka diadakanlah pemeriksaan oleh Syahbandar berupa:
1. Pemeriksaan tahunan, setiap 12 bulan diperiksa saat kapal di atas galangan. 2. Pemeriksaan besar, dilakukan setiap 4
tahun sekali bersama dengan waktu dok tahunan.
3. Pemeriksaan kerusakan atau perbaikan dilakukan pada waktu terjadi sesuatu kerusakan yang memengaruhi kesempurnaan kapal. 4. Pemeriksaan tambahan, dilakukan
apabila diperlukan dispensasi misalnya akan mengangkut penumpang, membawa muatan berbahaya dan lain-lain.
Kondisi laiklaut harus selalu dipertahankan antara lain dengan perawatan oleh awak kapal sendiri terhadap bangunan kapal, mesin kapal, alat-alat keselamatan dan penolong lainnya sehingga semuanya dalam keadaan siap digunakan setiap waktu diperlukan.
93 Untuk kapal asing yang hendak masuk wilayah perairan Indonesia wajib mengikuti prosedur pemeriksaan kapal guna dapat melanjutkan pelayaran yang sebelunya dilakukan. Pengawasan Kapal Asing (Port State Control) dilakukan oleh seksi Kesyahbandaran. Hasil pemeriksaan kapal asing yang dimaksud di atas dibagi menjadi seaworthy, sub standart, dan
unsafe. Tindak lanjut atau keputusan dari seaworthy adalah memberikan clearance out (izin untuk meninggalkan pelabuhan),
pada kondisi sub standart perlu klarifikasi dengan pihak operator kapal, dan untuk kondisi unsafe diperlukan tindakan perbaikan (Corrective Action) bahkan dapat dicegah untuk berlayar. Kapal yang dinyatakan laiklaut dapat melakukan pelayaran ke pelabuhan tujuan. Apabila kapal dinyatakan unsafe atau tidak laiklaut dalam melakukan pelayaran diharuskan untuk memperbaiki setiap sistem ataupun perlengkapan kapal yang dinyatakan rusak atau tidak laiklaut guna melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan dalam pelayaran. Terdapat sedikit perbedaan terhadap pemeriksaan kapal asing yang akan berlabuh dengan kapal berbendera Indonesia. Pada kapal asing pemeriksaan dilakukan di perairan zona tambahan, yaitu laut yang terletak pada sisi luar dari 12 mil laut. Artinya zona tambahan berada di luar zona laut teritorial suatu negara. Hal ini juga untuk mencegah segala ancaman yang terjadi di atas kapal tersebut seperti yang kita ketahui baru-baru ini telah munculnya pandemi
CoViD-19. Perlunya untuk melakukan pengawasan dan pengecekan agar suatu negara tersebut tidak terkontaminasi dengan adanya virus tersebut.
Surat Persetujuan Berlayar (SPB)
Setiap kapal yang hendak berlayar harus memiliki Surat Persetujuan Berlayar (SPB) yang diterbitkan oleh Syahbandar. Untuk kapal perang dan/ atau kapal negara, kapal pemerintah tidak diperlukan sepanjang tidak dipergunakan untuk
kegiatan niaga. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 82 Tahun 2014 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar, yang dimaksud dengan SPB adalah dokumen Negara yang dikeluarkan oleh Syahbandar kepada setiap kapal yang akan berlayar. Melihat dari pengertian tersebut, maka Syahbandar memiliki kewenangan untuk menerbitkan SPB. Penerbitan SPB merupakan suatu kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Syahbandar terhadap kapal yang akan berlayar berdasarkan surat pernyataan Nahkoda (Master Sailing Declaration). Sebelum kapal berlayar diperlukan surat pernyataan yang dibuat oleh Nahkoda yang menerangkan bahwa kapal, muatan, dan awak kapalnya telah memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim untuk berlayar ke pelabuhan tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa kapal dalam keadaan laik laut atau keadaan kapal telah memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat, pemuatan, kesejahteraan awak kapal dan Kesehatan penumpang, status hukum kapal, manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu. Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran menerangkan bahwa setiap kapal yang berlayar wajib memiliki SPB yang dikeluarkan oleh Syahbandar. SPB akan dianggap tidak berlaku apabila kapal dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah SPB diterbitkan kapal tidak segera bertolak dari pelabuhan. SPB dapat ditunda penerbitannya oleh Syahbandar apabila ternyata kapal tidak memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal atau terdapat pertimbangan cuaca buruk yang
94 dapat mengganggu keselamatan dan keamanan pelayaran. Dasar hukum SPB, antara lain: Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Permenhub Nomor PM 82 Tahun 2014 tentang Surat Persetujuan Berlayar, PP Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan, Surat Keputusan Dirjenla Nomor PY 66/1/2002 dan Nomor PY 65/1/1986, SOLAS, International Load
Line Convention, Collision Regulation,
dan STCW.
Pada PM 82 Tahun 2014 dijelaskan bahwa fungsi SPB merupakan suatu proses pengawasan yang dilakukan oleh Syahbandar terhadap kapal yang akan berlayar meninggalkan pelabuhan untuk memastikan bahwa kapal, awak kapal dan muatannya secara teknis administratif telah memenuhi persyatan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan kepelabuhanan dan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim. Sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 01 Tahun 2010 yang dirubah menjadi Peraturan Menteri Perhubungan PM 23 Tahun 2014, maka: 1. Dalam proses penerbitan SPB pemilik
atau operator kapal mengajukan permohonan secara tertulis kepada Syahbandar dengan melampirkan: Surat Pernyataan Nahkoda (Master
Sailing Declaration) dan dokumen
muatan serta bukti-bukti pemenuhan kewajiban kapal lainnya.
2. Setelah itu pihak Syahbandar akan melakukan pemeriksaan administratif
kelaiklautan kapal dan pemeriksaan fisik di atas kapal. Setelah pemeriksaan administratif telah terpenuhi maka pemeriksaan fisik dapat dilakukan.
3. Pemeriksaan fisik dilakukan oleh pejabat pemeriksa kelaiklautan kapal di atas kapal guna meneliti kondisi nautis-teknis dan radio kapal serta pemuatan dan stabilitas kapal.
4. Syahbandar mengeluarkan SPB berdasarkan hasil pemenuhan persyaratan administratif dan teknis kelaiklautan kapal.
5. Penandatangan SPB hanya dapat dilimpahkan kepada pejabat Syahbandar satu tingkat di bawahnya yang memiliki kompetensi dan kualifikasi di bidang kesyahbandaran. 6. SPB hanya berlaku 24 jam dari waktu
tolak yang ditetapkan dan hanya dapat digunakan untuk 1 kali pelayaran. 7. SPB yang telah ditandatangani oleh
pejabat Syahbandar segera diserahkan kepada pemilik atau operator kapal atau badan usaha yang ditunjuk mengageni kapal untuk diteruskan kepada Nahkoda kapal.
8. Setelah Surat Persetujuan Berlayar diterima di atas kapal, Nahkoda kapal wajib segera menggerakkan kapal untuk berlayar meninggalkan pelabuhan sesuai dengan waktu tolak yang telah ditetapkan.
Beberapa nama perusahaan pelayaran yang mengurus SPB di KSOP Khusus Batam, dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Perusahaan Pengurus SPB di KSOP Khusus Batam
No Nama Kapal Nama Perusahaan Keterangan
1 MT. Cosmic 19 PT. Pelayaran Nasional Bintang Nusatara Milik
2 MT. Medan PT. Jaticatur Niaga Trans Keagenan
3 KM. Tasik Mas PT. Totalindo Lintas Samudra Keagenan
4 MT. Plaju PT. Pertamina Trans Kontinental Milik
5 MT. Sinar Busan PT. Pertamina Trans Kontinental Milik 6 KM. Tanto Subur I PT. Pilar Kalimantan Lines Keagenan 7 MT. Janesia Asphalt V PT.Pelayaran Tri Daya Laju Keagenan
95
8 MT. Mex De Ocean 8 PT. Pelayaran Majesty Excelindo Keagenan
9 MT. Lucas PT.Pelita Arsaka Bahari Keagenan
10 MT. Pusaka Abadi PT. Pelayaran Majesty Excelindo Keagenan 11 MT. Meditran PT.Pertamina Trans Kontinental Milik 12 MT. Balongan PT. Pertamina Trans Kontinental Milik 13 TK. Cahaya Alam Iv PT. Cahaya Perdana Transalam Keagenan 14 MT. Almerat PT. Pelayaran Rickmus Samudera Keagenan
15 MT. KSM PT. Asta Samudera Keagenan
16 MT. Asta Chaisun Ii PT. Asta Samudera Keagenan
17 MT. Riskita PT. Cahaya Perdana Transalam Keagenan 18 KM. Pesona Anambas PT. Kepri Samudra Jaya Keagenan
19 SV. Winposh Regent PT. Snepac Shipping Keagenan
20 LCT.Prima Jaya PT. Tasnim Marine Persada Keagenan
Sumber: KSOP Khusus Batam
Pada wilayah kerja KSOP Khusus Batam, sebelum kapal memasuki pelabuhan, pemilik kapal mengadakan komunikasi atau kontak dengan perusahaan atau agen yang ditunjuk untuk memberitahukan kedatangan kapal kepada agen tersebut agar melayani kapal yang akan bersandar di pelabuhan kepada KSOP Khusus Batam untuk permohonan ijin olah gerak paling lambat 1-2 hari sebelum kapal tersebut tiba di pelabuhan yang dituju. Setelah itu pihak agen yang ditunjuk mengajukan permohonan olah gerak kapal tersebut kepada pihak instansi terkait. Apabila permohonan yang dilakukan telah mendapat persetujuan oleh pihak instansi atau disini adalah KSOP Khusus Batam, setelah kapal tiba di pelabuhan pihak agen yang telah ditunjuk oleh pemilik kapal melaporkan kapal dengan menyertakan SPB tiba dari pelabuhan keberangkatan dan dokumen-dokumen kapal lainnya. Setelah semua persyaratan terpenuhi, petugas terkait mencatat kedatangan kapal pada buku register PPK-27 adalah GT atau PPK-29 kemudian dokumen yang telah diregister diserahkan kepada seksi Status Hukum dan Sertifikasi Kapal untuk dibuatkan memorandum. Selanjutnya dokumen tersebut diserahkan kembali kepada pihak
seksi Keselamatan Berlayar, patroli dan penjagaan untuk disimpan dan kemudian diserahkan kembali pada saat kapal akan berlayar. Adapun dokumen yang menjadi persyaratan register kapal: Kapal Original, SPB Datang, Manifest dari Bea Cukai,
Crew List Datang, Crew List Imigrasi,
Ship Condition (Kondisi Kapal),
Memorandum. Proses penerbitan SPB dilakukan di KSOP setelah kapal memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Permasalahan dikarenakan adanya beberapa alasan yang terjadi pada proses SPB antara lain habisnya masa berlaku sertifikat-sertifikat kapal dalam format memorandum kelaiklautan kapal, tidak dilampirkannya manifest dalam laporan LK3, dan tidak sesuainya dokumen muatan/ penumpang dengan keadaan manifest sesungguhnya.
Kajian Penelitian yang Relevan
Untuk menguatkan penelitian ini, selain melakukan pembahasan dan pengamatan langsung di Kantor KSOP Khusus Batam, peneliti juga mengambil berbagai referensi dan sumber pembahasan yang relevan di antaranya sebagaimana ditampilkan berikut ini: 1. Irfak Saeful (2007), dalam artikel
96 dalam Kedatangan dan Keberangkatan Kapal Keagenan di PT. Suri Adidaya Kapuas Cabang Semarang” menyimpulkan bahwa sebelum kapal tiba di pelabuhan, perusahaan telah mempersiapkan dokumen-dokumen sebagai kelengkapan proses Clearance
In/Out dan semua prosedur keagenan
sudah dilakukan.
2. Cahyo Sudrajat (2015), dalam artikel berjudul “Prosedur Kegiatan Clearance
In/ Out pada PT. Tri Elang Jaya
Maritime Cabang Lampung”
menyimpulkan dalam penelitian tersebut bahwa diperlukan dokumen-dokumen dalam proses Clearance In/
Out kapal dan prosedur kegiatan Clearance In/ Out.
3. Firman Nur Faodzi (2016), dalam artikel berjudul "Peranan PT. Admiral Lines Cabang Panjang dalam Memperlancar Kegiatan Operasional
Kapal di Pelabuhan Panjang” menyimpulkan bahwa proses
Clearance In/ Out, dokumen-dokumen
yang diperlukan dan instansi terkait juga membutuhkan peranan pentingnya pengetahuan proses-proses tersebut dari agen untuk memperlancar kegiatan.
4. Siti Malikhatun (2017), dalam artikel berjudul “Tugas dan Tanggung Jawab Syahbandar dalam Kegiatan Pengangkutan Laut” menyimpulkan
bahwa tugas dan tanggung jawab Syahbandar sangat penting dalam keamanan dan keselamatan pelayaran berdasarkan hukum Indonesia. Sebagai bidang keamanan dan keselamatan berlayar, Syahbandar memiliki tugas utama mengoordinir, mengawasi dan bertanggungjawab atas segala aktivitas di pelabuhan.
97
Gambar 1. Kerangka Berpikir HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Data
KSOP Khusus Batam resmi menggantikan Kanpel Batam, sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 93 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Khusus Batam tanggal 20 September 2018. Terwujudnya reorganisasi tersebut, bakal menguatkan peran penting Kementerian Perhubungan dalam hal ini Ditjen Perhubungan Laut yang mempunyai tugas menyediakan dan memelihara sarana bantu navigasi pelayaran, melaksanakan pengawasan dan pembinaan keamanan dan ketertiban di pelabuhan (Port Security Committee
Officer). Keberadaan organisasi KSOP
Khusus Batam yang dipimpin jabatan
Struktural Eselon II.b atau jabatan Pimpinan Tinggi Pratama, dalam peraturan Menteri Perhubungan PM Nomor 93 Tahun 2018 merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut. Tugasnya ialah melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran, koordinasi kegiatan pemerintahan di pelabuhan serta pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan pada pelabuhan yang diusahakan secara komersial di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam. KSOP Khusus Batam memiliki wewenang UPAYA KANTOR KESYAHBANDARAN DAN OTORITAS PELABUHAN
BATAM DALAM PENINGKATAN PELAYANAN PENERBITAN SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR
PERMASALAHAN
1. Kurangnya ketelitian petugas dalam pemeriksaan administrasi dan kelengkapan dan keabsahan dokumen.
2. Adanya kerusakan dan masih kurangnya sarana-prasarana di KSOP Khusus Batam.
3. Tidak disiplinnya petugas dalam jadwal jam masuk kerja yang menghambat jam buka pelayanan.
SOLUSI
1. Peran kepala bidang untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut dalam proses administrasi kelengkapan dan keabsahan dokumen.
2. Mengajukan dan memperbaiki sarana-prasarana yang kurang di KSOP Khusus Batam.
3. Pentingnya kedisiplinan dan mengetahui indikator pelayanan publik pada KSOP Khusus Batam.
KONDISI YANG SEHARUSNYA
1. Petugas lebih teliti dalam melaksanakan pemeriksaan dokumen. 2. Produktifnya proses pembuatan SPB tanpa hambatan teknologi. 3. Disiplin dan taat pada aturan yang sudah ditetapkan.
98 menyusun sistem dan prosedur penjaminan dan pemeliharaan kelestarian lingkungan di pelabuhan, menetapkan Rencana Induk Pelabuhan (RIP), serta DLKr dan DLKp Pelabuhan, menyusun dan menetapkan tarif atas pelaksanaan tugas berdasarkan Keputusan Bersama, serta menyusun sistem dan prosedur kelancaran arus barang di pelabuhan. Terbitnya PM 93/2018 adalah tindak lanjut dari Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Perhubungan dan Kepala BP Batam yang disaksikan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi di Jakarta, hari Selasa tanggal 14 November 2017 dan merupakan penjabaran dari amanat Pasal 81, 82, dan 88 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. KSOP Khusus Batam memiliki visi: “Terwujudnya pelayanan transportasi laut dan penyelenggaraan kepelabuhanan di wilayah kerja KSOP Batam yang aman, nyaman dan selamat”. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka dicanangkan misi : 1)
Meningkatkan pelaksanaan pengamanan dan pengawasan di daerah lingkungan kepentingan Pelabuhan Batam; 2) Menjamin kelancaran arus penumpang dan barang; 3) Meningkatkan koordinasi dan konsolidasi dengan instansi terkait; 4) Mendorong terpenuhinya fasilitas Pelabuhan dan fasilitas keselamatan pelayanan; 5) Menciptakan sistem pelayanan terpadu dan transparan yang bebas dari praktek KKN; serta 6) Menciptakan disiplin pegawai melalui sistem evaluasi dan pengawasan secara berjenjang di lingkungan KSOP Khusus Batam. Struktur organisasi KSOP Khusus Batam adalah sebagaimana Gambar 2.
Permasalahan
Kurangnya Ketelitian Petugas dalam
Pemeriksaan Administrasi
Kelengkapan dan Keabsahan SPB
SPB merupakan suatu proses pengawasan yang dilakukan oleh Syahbandar terhadap kapal yang akan berlayar meninggalkan pelabuhan. Untuk
memastikan bahwa kapal dan seluruh awak kapal beserta muatan kapal telah memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan pelayaran maka sebelum diterbitkannya SPB diadakannya pemeriksaan administrasi maupun pemeriksaan fisik di atas kapal. Untuk mendapatkan SPB tentunya kapal harus memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal yang juga membutuhkan pemeriksaan fisik di atas kapal kapal maupun pemeriksaan administrasi dengan bukti sertifikat dan dokumen yang menunjukkan kelaiklautannya kapal tersebut. Dalam hal tersebut jika kurangnya ketelitian dalam pemeriksaan administrasi bisa menjadikan agen menjadi lalai terhadap persyaratan-persyaratan dokumen yang harus dibawa. Setiap pegawai di KSOP Khusus Batam di bidang keselamatan berlayar sudah bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan yang disyaratkan pemerintah. Namun, tetap sering terjadinya kelalaian dalam hal pemeriksaan administrasi seperti kurangnya dokumen yang sudah menjadi persyaratan dalam proses penerbitan SPB. Karena bidang keselamatan berlayar yang ada di KSOP Khusus Batam hanya melakukan satu kali pemeriksaan saja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran Kepala Bidang untuk pemeriksaan lebih lanjut dalam pemeriksaan administrasi kelengkapan dan keabsahan SPB berperan sangat penting agar tidak terjadi kelalaian dari agen maupun dari pihak Syahbandar sendiri.
Adapun sertifikat dan dokumen yang harus dilampirkan pada saat pemeriksaan administrasi yaitu:
1. Dokumen yang berkaitan dengan pemeriksaan administrasi penerbitan surat persetujuan berlayar: Laporan Kedatangan Kapal (LK2), Nomor
99 Register Kapal, Laporan kedatangan dan keberangkatan kapal (LK3), Dokumen Kapal, Permohonan SPB, Surat Pernyataan Nahkoda (Master
Sailing Declaration), Memorandum
Pemeriksaan, Clearance Bea Cukai,
Clearance Imigrasi, Clearance
Karantina, SPB Datang (Last Port
Clearance), Crew List Datang, Crew List Berangkat, Permohonan Pandu
Datang, Permohonan Pandu Berangkat, PNBP Rambu, SPKK Badan Pengusaha (BP) Batam, SPKBM (Surat Pernyataan Kerja Bongkar Muat), dan ID Card Perusahaan Pelayaran.
2. Pemeriksaan Teknis Kelaiklautan Kapal untuk memverifikasi keadaan atau kondisi kelengkapan peralatan yang disebutkan dalam sertifikat yang meliputi: Kondisi Nautis, Kondisi Teknis, Kondisi Radio Kapal, Pemuatan, Stabilitas Kapal.
Adanya Kerusakan dan Kurangnya Sarana-Prasarana di KSOP Khusus Batam
Sarana dan prasarana merupakan pendukung utama dalam pelayanan baik yang sudah sesuai standar maupun yang belum sesuai standar. Sarana dan prasarana yang belum sesuai standar seperti adanya kekurangan dan kerusakan pada sarana maupun sarana bisa menghambat proses pelayanan maupun proses penerbitan Surat Persetujuan Berlayar. Dari hasil yang telah dibahas sebelumnya ditemukan adanya kekurangan dan kerusakan pada sarana dan prasarana yaitu:
1. Kerusakan komputer yang mengakibatkan kekurangannya komputer untuk proses penerbitan Surat Persetujuan Berlayar.
2. Kerusakan pada Pelabuhan yang tidak segera diperbaiki sehingga
mengakibatkan kapal harus bergatian masuk ke pelabuhan.
Dapat disimpulkan bahwa yang harus lebih ditingkatkan adalah dalam hal pelayanannya sehingga pengguna jasa dapat secara puas dengan pelayanan yang diberikan. Melakukan pengajuan dan perbaikan pada komputer yang rusak dan perbaikan pada pelabuhan agar segera dilakukan agar kapal tidak harus secara bergantian untuk masuk ke pelabuhan. Sarana dan prasarana yang ada di bidang penjagaan dan patroli sudah cukup lengkap, rata-rata keadaan atau kondisi sarana prasarana yang ada sudah cukup baik. Hal ini tentunya dapat menunjang dalam pemberian pelayanan jasa kepada pengguna jasa, namun ada beberapa prasarana yang harus ditingkatkan dan diperbaiki lagi yaitu ruang tunggu pengguna jasa. Peningkatan sarana dan prasarana bertujuan agar pelayanan yang diberikan kepada pengguna jasa menjadi lebih optimal lagi.
Tidak Disiplinnya Petugas dalam Jadwal Jam Masuk Kantor yang Menghambat Jam Buka Pelayanan
Ada 6 indikator dalam Pelayanan Penerbitan SPB pada KSOP Khusus Batam, yaitu:
1. Proses Pelayanan
KSOP Khusus Batam merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan Kementrian Perhubungan yang berkewajiban memberikan pelayanan publik dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, KSOP Khusus Batam harus memperhatikan peningkatan kualitas pelayanan publik dengan menyususn Standar Pelayanan Publik (SPP). Standar Pelayanan Publik tersebut wajib dimiliki oleh setiap unit pelayanan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pelayanan yang berfungsi sebagai kontrol dalam setiap pelayanannya khususnya bagi KSOP di bagian keselamatan berlayar,
100 penjagaan dan patroli yang menyediakan pelayanan publik di bidang keamanan dan keselamatan berlayar. Dalam hal ini prosedur pelayanan penerbitan surat persetujuan berlayar yang diberikan oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Khusus Batam sudah dilakukan sesuai standar prosedur yang telah ditetapkan, prosedur yang ada juga sudah dimengerti oleh masyarakat yang akan mengurus SPB tersebut, jadi dalam prosedur pelayanan yang diberikan sudah baik dalam pelaksanaanya dan masyarakat sebagai pengguna jasa mengerti dan jelas terhadap prosedur yang diberikan. Disiplin pegawai juga sangat berpengaruh dalam proses pelayanan. Jam buka pelayanan dibuka pada jam 08.00 pagi sampai jam 17.00 sore dan buka setiap hari. Namun, peneliti mendapati pihak Syahbandar beberapa kali terlambat sehingga berpengaruh pada jam buka pelayanan yang mengakibatkan pengguna jasa harus menunggu untuk proses penerbitan SPB dan/ atau melakukan register kapal.
2. Proses Penerbitan SPB
Dalam proses penerbitan SPB peneliti seirng mendapati petugas Syahbandar yang memproses penerbitan tidak melakukan pemeriksaan secara rinci, seperti tidak melakukan pemeriksaan fisik di atas kapal dan hanya melakukan pemeriksaan fisik hanya melalui dokumen kapal. Berikut proses penerbitan SPB di KSOP Khusus Batam.
a. Pemilik kapal atau agen yang sudah ditunjuk untuk mengurus SPB memasukkan surat permohonan penerbitan SPB dan
surat laporan kedatangan dan keberangkatan kapal (LK3) ke staff bidang seksi keselamatan berlayar dan ke staff bidang LALA (lalu lintas dan angkutan laut) secara online agar bisa melanjutkan pengajuan SPB secara
online melalui web resmi dari
KSOP Khusus Batam.
b. Setelah melakukan register, agen harus membawa dokumen-dokumen kapal secara fisik untuk diserahkan kepada pengawas bidang seksi keselamtan berlayar untuk dilakukan pemeriksaan kelengkapan, validitas surat dan dokumen-dokumen kapal yang terkait.
c. Selanjutnya staff bidang LALA (lalu lintas dan angkutan laut) akan memproses laporan kedatangan dan keberangkatan kapal (LK3) secara online dan diteruskan ke staff bidang seksi keselamatan berlayar untuk menindak lanjuti proses permohonan penerbitan SPB.
d. Setelah semua memenuhi persyaratan, kemudian surat permohonan yang telah diberikan nomor register diserahkan kepada pemroses SPB untuk diproses dan dicetak (print out).
e. SPB kemudian diteliti untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam pengetikan SPB dan kemudian ditanda tangani oleh kepala seksi bidang keselamatan berlayar KSOP Khusus Batam. f. Terakhir SPB diparaf oleh
pengawas bidang seksi keselamatan berlayar sebagai tanda bahwa persyaratan dan dokumen-dokumen kapal telah memenuhi persyaratan.
g. Setelah selesai diparaf Surat Persetujuan Berlayar bisa diberikan kepada agen.
101
Gambar 3 menunjukkan alur proses penerbitan SPB tersebut:
Gambar 3. Alur Proses Penerbitan SPB
3. Waktu Penyelesaian
Pelayanan penerbitan SPB yang diberikan oleh KSOP Khusus Batam belum berjalan baik dan belum menyelesaikan tugasnya sesuai dengan standar waktu yang ada. Karena keberhasilan dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa dapat juga dilihat dari petugas yang memberikan pelayanan, dimana dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa petugas seharusnya berupaya untuk selalu memberikan pelayanan yang cepat kepada pangguna jasa. Permasalahan waktu pelayanan terjadi karena terhambatnya pada proses clearance karantina dan Laporan Kedatangan dan Keberangkatan Kapal (LK3) dan juga keterlambatan agen dalam menggumpulkan arsip sehingga pihak syahbandar akan menunda proses penyelesaian surat persetujuan berlayar sebagai sanksi nya.
4. Produk Pelayanan
Produk pelayanan yang utama dalam pelayanan penerbitan SPB yaitu SPB itu sendiri, namun KSOP juga memberikan pelayanan untuk produk pelayanan lainnya seperti:
a. Pengesahan Perjanjian Kerja Laut,
Sign On dan Sign Off serta Sijil
Awak Kapal,
b. Penerbitan Surat Izin Menggandeng,
c. Penerbitan Surat Persetujuan Olah Gerak Kapal dalam Kolam Bandar, d. Pengesahan Laporan Kedatangan
dan Keberangkatan Kapal (LK3), e. Perpanjangan Masa Berlaku Buku
Pelaut,
f. Penerbitan Surat Perwira Kapal, g. Penerbitan Surat Persetujuan
Bongkar Muat Barang Berbahaya, h. Penerbitan Surat Persetujuan
Bunker.
Produk pelayanan penerbitan surat persetujuan berlayar sudah sesuai dengan ketentuan yang ada yaitu SPB yang ditanda tangani oleh pihak yang AGEN Membawa permohonan : 1. Surat permohonan SPB. 2. Memorandum. 3. Dokumen kapal. 4. LK3 & manifest. 5. Crew list datang &
berangkat. 6. Last Port of Call. 7. Copy pembayaran VTS,
rambu & PUP. 8. Master Sailing
Declaration.
Petugas Syahbandar
Mengecek dan menerbitakan SPB
Ditandatangani Kepala Seksi Bidang Keselamatan Berlayar
Diparaf oleh pengawas
SPB siap diberikan kepada Agen
102 berwenang dan juga usaha yang dilakukan oleh pegawai KSOP Khusus Batam dalam memberikan pelayanan agar produk pelayanan yang diberikan berguna untuk pengguna jasa.
5. Kompetensi Petugas Pelayanan
Setiap pegawai di KSOP Khusus Batam di bidang keselamatan berlayar sudah bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan yang disyaratkan pemerintah. Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan mereka dalam menjalankan tugas dan bagian yang mereka kerjakan. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan mereka dalam memberikan pelayanan serta pemahaman tentang bagian dan tanggungjawab mereka masing-masing.
6. Faktor Pendukung dan Penghambat Standar Pelayanan Penerbitan SPB di KSOP Khusus Batam
Terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambatnya standar pelayanan penerbitan SPB, yaitu : a. Dalam memberikan pelayanan
proses penerbitan SPB, pihak KSOP Khusus Batam tentunya tidak terlepas dari segala aspek yang mendukung keberhasilan proses pelayanan yang diberikan. Ini tidak lain dalam usaha mencapai kualitas pelayanan publik yang secara optimal harus diterima oleh pengguna jasa. Faktor pendukung pelayanan penerbitan SPB di KSOP Khusus Batam adalah sebagai berikut: 1) Kualitas dan proses
penyelenggaraan layanan publik KSOP Khusus Batam dapat diamati, dirasakan dan dinilai secara langsung oleh pengguna jasa. Karena pelayanan publik merupakan tanggung jawab pemerintah maka kualitas pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh KSOP Khusus Bata mini menjadi salah satu indicator dari kualitas suatu pemerintahan yang ingin dicapai.
2) Berdasarkan kegiatan yang dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia serta peralatan sarana dan lokasi Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Khusus Batam yang stategis, merupakan faktor lain yang mendukung proses pelayanan penerbitan surat persetujuan berlayar pada KSOP Khusus Batam, tentunya hal ini sangat berguna bagi pihak KSOP Khusus Batam dalam memberikan pelayanan kepada para pengguna jasa dalam upaya mencapai kualitas pelayanan publik yang optimal. 3) Selain itu faktor sumber daya
manusia (pegawai) KSOP Khusus Batam yang kompeten dalam memberikan pelayanan penerbitan surat persetujuan berlayar menjadi alasan proses penerbitan berjalan dengan lancar. Karena sumber daya manusia di KSOP Khusus Batam sangat kompeten dan cekatan.
b. Selain faktor pendukung, juga terdapat faktor penghambat yang menjadi kendala-kendala dalam proses pelayanan yang baik. Tentunya kendala-kendala yang dihadapi akan sangat berpengaruh pada penilaian pihak yang diberikan pelayanan (pengguna jasa) dan akan berpengaruh pada penilaian pengguna jasa terhadap kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh pihak KSOP Khusus Batam. Beberapa faktor penghambat dalam pelayanan penerbitan SPB di KSOP Khusus Batam yaitu:
103 1) Sarana dan prasarana yang
belum memadai seperti kerusakan pada komputer yang bisa menghambat proses penerbitan surat persetujuan berlayar, kerusakan dan kurangnya fasilitas yang memadai di pelabuhan yang mengakibatkan kapal harus bergantian dan mengantri untuk masuk ke pelabuhan.
2) Dari pengguna jasa sendiri masih ditemukan adanya pengguna jasa yang belum mengerti mengenai prosedur pelayanan penerbitan SPB baik dari syarat-syaratnya maupun prosedur yang harus dilalui. Dan masih banyak pengguna jasa yang terlambat memberikan arsip sehingga pihak KSOP Khusus Batam bisa menunda proses penerbitan SPB.
3) Adapun faktor penghambat lainnya yaitu faktor cuaca buruk. Cuaca buruk menjadi faktor permasalahan yang tidak dapat dihindarkan, karena berhubungan dengan kuasa alam. Cuaca buruk juga berpengaruh terhadap dunia pelayaran, khususunya dalam lingkup keagenan. Contoh beberapa dampak dari cuaca buruk dalam keagenan seperti keterlambatan ship depature karena harus menunggu cuaca benar-benar aman untuk kapal dapat meninggalkan kolam Pelabuhan. Sebelumnya KSOP juga telah menghimbau operator dan nahkoda kapal agar wajib memantau kondisi cuaca minimal enam jam sebelum kapal berlayar dan melaporkan hasilnya kepada syahbandar pada saat mengajukan permohonan surat persetujuan berlayar. Selain itu KSOP
Khusus Batam masih menggunakan cara tradisional dalam melihat dan menentukan jarak pandang, dengan cara melihat ke arah Negara Singapura sebagai penentu jarak pandang. Apabila Negara Singapura tidak terlihat dari KSOP Khusus Batam yang berarti cuaca sedang tidak dalam kondisi baik. Akibat dari cuaca buruk yang menyebabkan kapal tidak jadi berlayar membuat pihak agen harus mengajukan ulang penerbitan SPB jika sudah melebihi batas waktu yang ditentukan yaitu 24 jam. Agen harus melaporkan ke KSOP sehingga SPB akan diganti atau diterbitkan yang baru sesuai dengan jadwal, tanggal dan jam yang berbeda. Catatan: SPB berlaku 24 jam setelah waktu diterbitkan; SPB hanya digunakan dan berlaku untuk satu kali pelayaran; Pemeriksaan kelaiklautan kapal dapat dilakukan oleh petugas kesyahbandaran;
Penandatanganan SPB dapat dilakukan oleh pejabat atau petugas.
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh wawancara dengan narasumber maupun studi kepustakaan dan pengamatan langsung di lapangan pelaksanaan penelitian di KSOP Khusus Batam. Maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kurangnya ketelitian dalam pemeriksaan administrasi bisa mengakibatkan agen menjadi lalai terhadap persyaratan-persyaratan dokumen yang seharusnya dibawa dan/ atau diserahkan pada pihak KSOP Khusus Batam. Kepala Bidang berperan sangat penting untuk
104 melakukan pemeriksaan lebih lanjut dalam pemeriksaan administrasi untuk proses penerbitan SPB.
2. Terdapatnya kerusakan dan kekurangan sarana-prasarana yang dapat menghambat proses pelayanan seperti kerusakan pada komputer dan kerusakan pada pelabuhan yang tidak segera diperbaiki yang mengakibatkan kapal harus secara bergantian untuk masuk ke pelabuhan.
3. Pelayanan penerbitan SPB yang diterbitkan oleh KSOP Khusus Batam sudah dilakukan sesuai standar prosedur yang telah ditetapkan dan dimengerti oleh pihak pengguna jasa dan/ atau agen yang akan mengurus SPB. Namun, masih terdapatnya pelayanan yang tidak sesuai seperti jam masuk petugas yang terlambat sehingga mengakibatkan jam buka pelayanan menjadi terganggu.
Sebagai bahan pertimbangan untuk kemajuan KSOP Khusus Batam, maka peneliti ingin memberikan saran sebagai berikut :
1. Peran Kepala Bidang sangat penting untuk melakukan pemeriksaan administrasi lebih lanjut agar agen dan petugas tidak lalai dalam melakukan proses administrasi penerbitan SPB.
2. Mengajukan, memperbaiki dan meningkatkan sarana dan prasarana yang terdapat kerusakan maupun kekurangan seperti kerusakan pada Pelabuhan dan jika setelah diperbaiki perlu juga untuk melakukan tindakan perawatan terhadap Pelabuhan agar tetap layak untuk digunakan.
3. Meningkatkan kedisiplinan untuk datang tepat waktu sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan di prosedur pelayanan agar jam buka pelayanan tidak terganggu dan agen tidak perlu menunggu lama untuk melakukan register kapal maupun penerbitan SPB.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, 2002, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Faoezi, F.N., 2016, Peranan PT. Admiral
Lines Cabang Panjang dalam
Memperlancar Kegiatan
Operasional Kapal di Pelabuhan Panjang.
Laksana, 2008, Manajemen
Pemasaran, Graha Ilmu,
Yogyakarta
Malikhatun, S., 2017, Tugas dan Tanggung
Jawab Syahbandar dalam
Kegiatan Pengangkutan Laut.
Saeful, I., 2007, Peran Perusahaan
Pelayaran dalam Kedatangan dan Keberangkatan Kapal Keagenan di PT. Suri Adidaya Kapuas Cabang Semarang.
Sinambela, Lijan Poltak, dkk., 2001,
Reformasi Pelayanan Publik. Bumi
Aksara, Jakarta
Soewarno, 2007, Pengantar Studi Ilmu
Administrasi dan Manajemen.
Gunung Agung, Jakarta Sudardja, A., 2000. Strategi
Pembelajaran. FIP UNY,
Yogyakarta.
Sugono. 2008, Kamus Besar Bahasa
Indonesia. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Sulistiyani. 2009, Manajemen Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sudrajad, C. 2015, Prosedur Kegiatan
Clearence In/ Out Kapal pada PT. Tri Elang Jaya Maritime Cabang Panjang Bandar Lampung.
Sutedja, 2007, Panduan Layanan
Konsumen, PT Grasindo, Jakarta.
Widjaja, A. 2001, Internal Auditing (Suatu
Pengantar). Harvarindo, Jakarta.
Menhub RI, 2001, Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor 36 Tahun 2012 Tentang Orgnisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan. Jakarta:
Menteri Perhubungan
Menhub RI, 2007, Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Sistem dan
105
Prosedur Pelayanan; Jakarta:
Menteri Perhubungan
Menhub RI, 2010, Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor 01 Tahun
2010 Tentang Tata Cara
Penerbitan Surat Persetujuan
Berlayar (Port Clearence).
Jakarta: Menteri Perhubungan Menhub RI, 2014, Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor 23 Tahun
2014 Tentang Tata Cara
Penerbitan Surat Persetujuan
Berlayar (Port Clearence).
Jakarta: Menteri Perhubungan Menhub RI, 2018. Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 93 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan. Jakarta: Menteri
Perhubungan
Menhub RI. 2014. Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 82 tahun
2018 Tentang Tata Cara
Penerbitan Surat Persetujuan
Berlayar. Jakarta: Menteri
Perhubungan
Republik Indonesia. (2008).
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran. Jakarta: Sekretariat Negara.