• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika, yaitu daerah kawasan Nigeria di Afrika Barat. Setelah Columbus menemukan benua Amerika dan terbukanya perjalanan ke kawasan Asia, tanaman kelapa sawit menyebar ke berbagai kawasan baru mulai dari Eropa sampai berbagai negara beriklim tropis, terutama di kawasan yang terletak antara 10°Lintang Utara dan 10°Lintang Selatan. Secara umum kawasan Asia tersebut terdapat beberapa negara penghasil utama tanaman kelapa sawit seperti Malaysia, Indonesia dan Thailand (Setyamidjaja, 2006).

Menurut Lubis dan Widanarko (2011) klasifikasi tanaman Kelapa Sawit adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Viridiplantae Infra kingdom : Streptophyta

Divisi : Tracheophyta

Sub divisi : Spermatophyte

Kelas : Magnioliopsida

Ordo : Arecaceae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Tanaman kelapa sawit menurut pertumbuhannya dibagi atas pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar (radix) batang (caulis) dan daun (folium). Bagian akar kelapa sawit terdapat akar primer (akar yang tumbuh secara vertikal), akar sekunder (akar yang tumbuh dari akar primer dan tumbuh mendatar ataupun ke bawah), akar tertier (tumbuh dari akar skunder) dan akar kuarter (akar-akar cabang dari

(2)

5

akar tertier dengan diameter 0,2-0,5 mm). Bagian batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus ke atas dengan berbentuk silindris.Batang ujung pada kelapa sawit terdapat titik tumbuh yang membentuk daun-daun. Bagian daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar. Pangkal pelepah daun terdapat duri-duri atau bulu-bulu halus sampai kasar dan panjang pangkal tersebut mencapai 9 m (Setyamidjaja, 2006).

Bagian generatif kelapa sawit meliputi bunga (flos) dan buah (fructus). Bunga kelapa sawit termasuk berumah satu (pada satu batang terdapat bunga betina dan bunga jantan yang letaknya terpisah). Namun, terkadang pada kondisi alam tertentu terdapat bunga betina dan bunga jantan yang letaknya tidak terpisah (hermaprodit). Tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga dan pecah ketika bunga tersebut menjelang matang. Bunga betina terletak dalam tandan bunga yang muncul pada ketiak daun dan bunga betina setelah dibuahi nantinya akan menjadi buah atau biasa disebut Tandan Buah Segar (TBS). Buah kelapa sawit tersusun atas kulit buah (exocarp), daging buah (mesocarp), cangkang (endocarp) dan inti sawit atau kernel, endosperm (Setyamidjaja, 2006).

2.2 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Syarat Tumbuh Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik dengan lama penyinaran matahari berkisar antara 5 sampai 7 jam perhari dengan suhu 24 sampai 28 °C dan kelembaban optimum sekitar 80 % sampai 90 %. Selain itu, kelapa sawit juga membutuhkan air yang cukup. Kekurangan air pada kelapa sawit akan menghambat penyerapan unsur hara. Sumber air untuk kelapa sawit yang paling banyak digunakan adalah air hujan, air permukaan dan air tanah. Air yang ada didalam tanah terdapat dua macam yaitu lengas tanah dan air tanah (ground water). Curah hujan yang efektif untuk tanaman kelapa sawit berkisar antara 1300 sampai 1500 mm/tahun atau rata–rata 108 sampai 125 mm/bulan-1atau 3.6 sampai 4 mm/hari. Keadaan tanah yang ideal dan mendukung bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah apabila jumlah udara dan

(3)

6

air yang tersedia langsung di dalam tanah dalam keadaan seimbang.Kelapa sawit tumbuh baik pada ketinggian 0 sampai 500 mdpl (Risza, 2010).

2.3 Tandan Buah Segar (TBS)

Buah tanaman kelapa sawit merupakan bagian utama dalam budidaya tanaman kelapa sawit. Bunga dihasilkan dari setiap ketiak daun. Bunga yang terbentuk adalah bunga tunggal, namun pada beberapa buah ditemukan beberapa bunga hermaprodit. Perkembangan bunga betina terjadi selama 35 bulan (Corley dan Tinker, 2016). Bunga betina berkembang menjadi buah dan siap dipanen terjadi selama 4,5 sampai 6 bulan setelah antesis (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005).

Varietas kelapa sawit dapat dibedakan berdasarkan ketebalan cangkang, varietas dura memiliki ketebalan cangkang 2-5 mm, sementara varietas tenera 1-2,5 mm, sedangkan varietas pisifera tidak memiliki cangkang. Berikut adalah tabel ketebalan cangkang beberapa varietas pada Tabel 2.1 :

Tabel 2.1. Perbedaan Beberapa Varietas Berdasarkan Cangkang Dan Mesokarp Varietas Cangkang (mm) Mesocarp (mm) Cangkang (% Buah) Mesocarp (% Buah) Inti (% Buah) Dura 2 - 5 2 – 6 25 – 50 20 - 65 4 - 20 Tenera 1 - 2,5 3 – 10 3 – 20 60 - 90 3 - 15 Pisifera - 5 – 10 - 92 - 97 3 - 10 Sumber : Lubis (2008).

Tanaman kelapa sawit yang telah berbuah akan menghasilkan tandan berkisar 20 hingga 22 tandan setiap tahun. Umur tanaman kelapa sawit yang semakin tua akan menyebabkan penurunan produksi tandan menjadi 12 hingga 14 tandan setiap tahun (Kiswanto dkk., 2008). Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) mengatakan bahwa karakteristik buah tergantung varietas kelapa sawit. Karakteristik yang menjadi perbedaan antar varietas pada umumnya antara lain warna buah, bentuk buah, bobot buah, panjang dan diameter buah.

(4)

7

Jumlah buah setiap tandan pada tanaman yang cukup tua pada umumnya mencapai 4000 buah. Panjang buah antara 2-5 cm dengan bobot sekitar 20-30 gram per buah.

Jumlah dan ukuran buah pada tandan bergantung pada hasil dan efisiensi polinasi. Secara normal sekitar 30 – 60% bunga akan berkembang menjadi buah dengan rasio buah dan tandan mencapai 60 – 70% bobot tandan. Jumlah buah pada tandan memiliki kolerasi positif dengan bobot tandan. Semakin banyak jumlah buah pada tandan maka bobot tandan buah semakin meningkat. Bobot dan ukuran mesokarp juga memiliki kolerasi positif terhadap bobot buah. Mesokarp yang tebal dan bobot yang tinggi akan meningkatkan bobot buah pada tandan buah (Corley dan Tinker, 2016).

2.4 Kematangan Buah (Fraksi Panen)

Tandan buah segar adalah bunga betina tanaman kelapa sawit yang telah berkembang dan siap dipanen. Pemanenan tandan buah segar berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang menjadi acuan dalam pemanenan tandan buah segar adalah perubahan warna buah dan sifat fisik buah. Kematangan buah juga dapat dilihat dari jumlah buah yang lepas pada permukaan tandan buah (Siregar, 2005).

Tabel 2.2. Fraksi, jumlah buah lepas, dan derajat kematangan buah Fraksi Jumlah Buah Lepas

(% dari permukaan tandan) Derajat Kematangan

0 0 Sangat Mentah 0 1 - 12,5 Mentah 1 12,5 – 25 Kurang Matang 2 25 – 50 Matang 1 3 50 – 75 Matang 2 4 75 – 100 Lewat Matang 1

5 Buah bagian dalam ikut lepas Lewat Matang 2 Sumber: Siregar (2005)

Tandan buah yang matang akan mengalami perubahan fisik. Perubahan fisik dapat dilihat sejak proses antesis sampai periode buah siap dipanen. Menurut

(5)

8

Corley dan Tinker (2016) tandan buah yang siap dipanen dapat berukuran panjang sekitar 50 cm atau lebih dan lebar lebih dari 35 cm. Bobot tandan buah bergantung umur tanaman. Tanaman kelapa sawit yang berumur 3 tahun memiliki bobot tandan sekitar 5 kg. Tanaman kelapa sawit yang berumur lebih dari 15 tahun akan memiliki bobot tandan lebih dari 30 kg. Produksi tandan setiap tanaman akan menurun seiring pertambahan umur tanaman.

Kematangan tandan buah segar kelapa sawit diamati melalui perubahan fisik buah. Perubahan fisik yang dapat diamati adalah perubahan warna, kelunakan, dan aroma buah. Perubahan warna terjadi pada kondisi buah matang. Perubahan warna terjadi akibat aktivitas air dan karoten (Iqbal dkk., 2014). Perubahan warna buah yang umum terjadi adalah dari hitam ke orange yang disebabkan oleh karoten pada buah (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2006). Produksi etilen dan degradasi enzim pada buah yang matang berhubungan dengan aktivitas enzim lipase (Ebongue et al., 2011). Kadar pH berhubungan dengan jenis dan kandungan asam yang terdapat pada buah. Kandungan pH juga berhubungan dengan proses respirasi, pematangan buah, dan aktivitas enzim lainnya. Asam-asam yang terdapat pada buah buahan berfungsi sebagai cadangan energi untuk aktivitas pematangan (Novaliana, 2008).

Perlakuan suhu dan lama penyimpanan dapat mempengaruhi kecepatan reaksi metabolisme yang disebabkan oleh respirasi dan transpirasi (Muchtadi, 1992). Soliman and Enas (2009) menyatakan bahwa aplikasi giberelin dengan konsentrasi 50 ppm pada dua periode yang berbeda dapat mempertahankan penyusutan bobot buah kurma. Kematangan dan penyimpanan tandan buah segar sangat mempengaruhi mutu hasil. Penyimpanan tandan yang kurang baik merupakan salah satu penyebab nilai Deterioration of Bleachebility Index (DOBI) dan kandungan karoten rendah. Kematangan tandan buah segar mempengaruhi kadar minyak dan asam lemak bebas dalam buah (Nasution, 2001). Menurut Corley dan Tinker (2003) terjadinya pelukaan pada buah dalam proses panen angkut menyebabkan peningkatan kadar ALB berlipat

(6)

9

ganda dalam waktu yang sama. Terjadinya penundaan waktu menyebabkan kadar ALB meningkat (Budiyanto dkk., 2005).

Menurut Pahan (2010) mutu hasil sangat berpengaruh pada kelapa sawit dilihat dari kandungan asam lemak bebas dan kadar minyak. Menurut Sunarko (2007) kandungan asam lemak bebas pada hasil olahan tidak boleh melebihi angka 5%. Siregar (2005) mengatakan untuk mendapatkan kadar minyak dan asam lemak bebas yang baik, saat tandan buah tiba di pabrik pengolahan kandungan asam lemak bebas tidak boleh lebih dari 2,6%. Dalam kondisi buah utuh, buah kelapa sawit yang tepat matang hanya mengandung asam lemak bebas sekitar 0,1%.

2.5 Hormon Giberelin

Giberelin merupakan zat pengatur tumbuh yang mulanya berasal dari cendawan Giberella fujikuroi yang menyebabkan tanaman padi mati rebah sebelum dewasa. Salisbury dan Ross (1995) menyebutkan pada tahun 1926, Eichi Kurosawa menemukan bahwa cendawan tersebut mengeluarkan senyawa kimia yang kini disebut giberelin.

Penggunaan giberelin dalam budidaya buah buahan bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi. Ahmed dkk. (2010) menyatakan penggunaan giberelin pada kurma dapat meningkatkan bobot dan jumlah buah pada tandan buah, meningkatkan panjang dan diameter buah, dan menurunkan tingkat kerontokan buah pada tandan. Penggunaan giberelin pada penanganan pascapanen buah kurma digunakan untuk mempertahankan mutu fisik dan kimia buah. Harris (2000) mengatakan bahwa pengukuran pH berhubungan dengan total asam pada kondisi terdisosiasi.

Penggunaan giberelin dalam penanganan pascapanen buah telah dimanfaatkan pada beberapa komoditas buah-buahan dan sayuran. Giberelin berfungsi dalam mempertahankan mutu fisik komoditas buah dan sayuran. Wibawati (2016) mengatakan bahwa aplikasi giberelin pada cabai dapat

(7)

10

mempertahankan bobot dan mempertahankan laju susut bobot. Penghambatan ini terjadi berkaitan dengan kemampuan giberelin menghambat aktivitas α amilase dan peroxidase.

Giberelin mampu mempengaruhi kesegaran buah. Kays (1991) menyatakan bahwa giberelin mampu menghambat peran etilen dalam kematangan buah. Giberelin juga mampu menunda kehilangan klorofil, peningkatan karotenoid, serta penundaan kelunakan pada beberapa buah seperti jeruk dan aprikot. Kassem and Emara (2010) menyatakan aplikasi giberelin pada kurma sebelum periode panen dapat meningkatkan kualitas fisik buah, mempertahankan kualitas kimia buah, dan meningkatkan umur simpan buah. . Kadar air pada buah berhubungan dengan waktu penyimpanan buah. Perlakuan giberelin dapat menurunkan kadar air dan menambah waktu simpan buah (Qanytah, 2004). Kadar air pada buah berhubungan dengan tingkat kematangan buah. Semakin matang umur buah maka kadar air buah akan meningkat (Hassan et al., 2009).

Giberelin dapat menurunkan jumlah kerontokan buah pada permukaan tandan buah. Giberelin menurunkan kerontokan buah pada 1-7 HSP. Perlakuan waktu aplikasi giberelin dapat menurunkan jumlah kerontokan buah. Perlakuan waktu aplikasi sebelum panen memiliki nilai kerontokan buah lebih tinggi dibandingkan perlakuan waktu aplikasi setelah panen. Konsentrasi larutan giberelin dapat menurunkan jumlah kerontokan buah pada tandan permukaan tandan buah segar (Siregar, 2017).

Gambar

Tabel  2.1.  Perbedaan  Beberapa  Varietas  Berdasarkan  Cangkang  Dan  Mesokarp  Varietas  Cangkang  (mm)  Mesocarp (mm)  Cangkang (% Buah)  Mesocarp (% Buah)  Inti      (% Buah)  Dura  2 - 5  2 – 6  25 – 50  20 - 65  4 - 20  Tenera  1 - 2,5  3 – 10  3 –
Tabel 2.2. Fraksi, jumlah buah lepas, dan derajat kematangan buah  Fraksi  Jumlah Buah Lepas

Referensi

Dokumen terkait

Karena bernilai positif, maka berarti kelompok pertama (Eksperimen) memiliki Mean lebih tinggi dari pada kelompok kedua (kontrol). Dari hasil penelitian ini telah ditemukan

Unit Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Industri pupuk X mempunyai unit penanggulangan kebakaran yaitu bagian Keselamatan dan Pemadam Kebakaran (KPK). Unit

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin melakukan sebuah penelitian dengan judul Pengaruh Program Islamic Social Reporting (ISR) Terhadap Citra Perushaan

Implementasi open boundaries juga memudahkan penerapan SPH untuk kasus-kasus yang lebih kompleks baik pada bidang teknik maupun bidang lainnya.. Diharapkan metode

Hubungan masyarakat merupakan komunikasi 2 arah antara organisasi dengan public secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan

Dengan adanya dampak komplain yang serius tersebut serta 12,5% kasus belum bisa diselesaikan dengan penjelasan, maka manajemen komplain pasien yang efektif dan efisien di Rumah

Hasil penelitian telah didapat dan disimpulkan, bahwa Realisasi Kinerja pendapatan daerah pemerintahan Kabupaten Minahasa dilihat dari sisi pendaptan dengan menggunkan

rangka untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut, selain peranan sistem tebang pilih tanam indonesia (TPTI) pada hut an alam, maka pembangunan hutan tanaman