• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN. A. Tingkat Pengetahuan Bidan mengenai Universal Precaution. responden (83%) memiliki nilai pengetahuan baik mengenai universal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PEMBAHASAN. A. Tingkat Pengetahuan Bidan mengenai Universal Precaution. responden (83%) memiliki nilai pengetahuan baik mengenai universal"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user BAB V PEMBAHASAN

A. Tingkat Pengetahuan Bidan mengenai Universal Precaution

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa terdapat 30 responden (83%) memiliki nilai pengetahuan baik mengenai universal precaution. Pengetahuan bagi bidan merupakan salah satu tolok ukur dalam pembentukan sikap mengenai universal precaution. Hal ini sesuai dengan teori dari Notoatmodjo (2010) bahwa pengetahuan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pendidikan, informasi, dan pengalaman.

Informasi yang didapatkan seperti pada tabel 4.1 yaitu dari pendidikan regular yang ditempuh selama DIII Kebidanan dan atau DIV Kebidanan. Dari dua strata tersebut individu dapat menyerap informasi atau ilmu pengetahuan mengenai universal precaution walaupun mayoritas pada strata diploma tiga. Hal ini tidak mengurangi bahwa semakin adanya usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan baik dari dalam atau luar pendidikan regular maka akan semakin banyak informasi yang akan diserap. Apabila informasi tersebut diaplikasikan dengan baik akan menambah pengalaman dan akan memudahkan apabila timbul situasi-situasi baru atau permasalahan baru yang harus dapat dipecahkan (Notoatmodjo (2010), Jihad dan Haris (2008)).

Pada karakteristik lama kerja responden, menunjukkan lama kerja yang ≤ 5 tahun sebanyak 20 responden (55%) dan yang ≥ 5 tahun sebanyak 16 responden (45%). Hasil ini tidak terpaut jauh, akan tetapi hal ini dapat menjadi

(2)

indikator pengetahuan universal precaution responden masuk dalam kategori cukup.

B. Sikap Bidan mengenai Universal Precaution

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 sikap bidan atau responden yang telah diteliti mengenai universal precaution diketahui bahwa bidan atau responden yang memiliki sikap baik yaitu sebanyak 28 responden (72%), hal ini dapat dipengaruhi dari beberapa faktor selain dari faktor pendidikan regular yaitu dari faktor pengalaman yang ada pada tabel 4.1 pada karakteristik lama kerja yaitu sebanyak 55% yang ≤ 5 tahun dan ≥ 5 tahun sebanyak 45%, dimana responden telah melakukan banyak tindakan medis sesuai dengan prosedur medis dan pencegahan infeksi (universal precaution) serta seringnya mengatasi problematika khususnya dibidang pencegahan infeksi sehingga muncul adanya respon perasaan terhadap universal precaution (afeksi), pemikiran tentang pentingnya melaksanakan universal precaution dan bersama-sama menjaga lingkungan terhadap paparan infeksi (kognisi), dan respon kecenderungan perilaku baik berupa konatif verbal ataupun non verbal pada diri sendiri atau berupa ajakan kepada orang lain (konasi) terhadap universal precaution ini (Azwar, 2013).

Kecenderungan sikap universal precaution yang ditunjukkan responden tersebut berkaitan dengan fungsi pengetahuan dari sikap, yaitu responden memiliki dorongan untuk ingin mengerti dan paham tentang pentingnya universal precaution ini. Hal tersebut dengan adanya pengalaman-pengalamannya pula mengenai universal precaution, sehingga memunculkan

(3)

sikap yang positif atau sikap yang baik walaupun terdapat minoritas yang memiliki sikap yang cukup (Wawan dan Dewi, 2010). Sikap responden yang cukup ini akan berubah seiring berjalannya waktu dan adanya pengaruh untuk berubah dari lingkungan atau teman kerja.

C. Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Bidan mengenai Universal

Precaution

Pada tabel 4.4 menunjukkan sebanyak 23 responden (64%) memiliki pengetahuan yang baik ditunjukkan dengan sikap yang baik pula. Hal ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2010), yang menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya kecenderungan tindakan seseorang (overt behavior).

Sebelum ada kecenderungan tindakan, individu yang memperkaya pengetahuannya tentang universal precaution ini maka akan muncul rasa awareness atau kesadaran dalam diri untuk terpacu atau ingin belajar, menambah ilmu, wawasan, dan sadar apabila hal ini dilakukan akan memberikan dampak positif pada dirinya seperti timbulnya rasa semangat dan tertarik (interest) untuk mencari sumber informasi-informasi tentang universal precaution ini. Jadi semakin seseorang memiliki pengetahuan atau wawasan atau ilmu pengetahuan yang bagus atau tinggi (kognitif) mengenai universal precaution. Hal ini dapat membentuk perasaan (afektif) dari rasa ketetarikannya tersebut sehingga muncul evaluasi dalam diri agar memiliki sikap (konasi) atau kecenderungan untuk melakukan universal precaution yang baik pula.

(4)

Walaupun dalam hal ini masih terdapat 10 responden (28%) menunjukkan bahwa memiliki pengetahuan cukup dan sikap yang cukup. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seperti dikarenakan kurangnya kewaspadaan dari individu tersebut karena pengetahuannya yang memang kurang atau daya upaya untuk merubah sikapnya (konasi) yang juga kurang, akibat kurangnya sarana prasarana yang mendukung atau belum mengikuti pelatihan pencegahan infeksi atau Kesehatan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS).

Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan DIII Kebidanan sebanyak 32 responden (89%) dan pendidikan DIV Kebidanan sebanyak 4 responden (11%). Walaupun pendidikan terakhir DIII Kebidanannya secara kuantitas lebih banyak, akan tetapi hal ini tidak mengurangi sikap bidan atau responden untuk menambah pengetahuan dan informasinya tentang universal precaution agar tetap memiliki sikap dan kecenderungan perilaku terhadap universal precaution ini, dimana gunanya untuk menjaga keamanan, keselamatan saat bekerja, serta menjaga kualitas dalam pelayanan medis.

Adapun pengalaman yang sudah banyak, sehingga responden dapat menganalisis berbagai permasalahan-permasalahan yang dihadapi (Jihad dan Haris, 2008). Adanya pengalaman dari masa kerja juga dapat menambah pengetahuan dan mempengaruhi sikap responden terhadap universal precaution ini. Hal ini juga sejalan dengan teori dari Wawan dan Dewi, (2010) bahwa fungsi daripada sikap salah satunya yaitu fungsi instrumen, dimana dari

(5)

pengalaman dan adanya informasi yang didapat dari pengetahuan universal precaution akan memudahkan individu untuk mencapai tujuannya dalam menyikapi dirinya untuk melakukan universal precaution dan adanya fungsi pertahanan ego juga dapat mempertahankan individu masing-masing untuk tetap memiliki sikap universal precaution.

Kembali pada tabel 4.4 juga dihasilkan ada satu (3%) responden yang memiliki pengetahuan cukup dan dua (5%) responden memiliki sikap yang cukup. Hal ini dapat terjadi karena masih sedikitnya pengalaman kerja atau ≤ 5 tahun bekerja di rumah sakit dan juga dikarenakan dari usia sekitar 21 -30 tahun. Dimana usia juga dapat menjadi tolok ukur kematangan individu dalam berfikir, memiliki rasa ketertarikan, dan juga tolok ukur untuk menimbang-nimbang informasi mengenai universal precaution yang diterimanya baik atau tidak, sehingga mempengaruhi diri responden untuk mengambil sikap universal precaution pula (Azwar, 2013)

Setelah data penelitian tersebut diolah, selanjutnya dilakukan pengujian data untuk menguji antara pengetahuan dengan sikap bidan mengenai universal precaution dengan menggunakan uji Somers’d dengan hasil nilai p = 0,000 hal ini menunjukkan bahwa kurang dari 0,05 dan nilai r = 0,810 yang menyatakan bahwa angka tersebut berada diantara 0,8 – 1,000 yang menunjukkan bahwa arah positif dan kekuatan korelasi antara kedua variabel sangat kuat.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Somers’d diperoleh hasil nilai p = 0,000 (p<0,05). Ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap bidan mengenai universal

(6)

precaution. Hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi pengetahuan responden mengenai universal precaution maka semakin baik pula sikapnya, begitu pun sebaliknya (Notoatmodjo, 2010). Koefisien korelasi menunjukkan bahwa kekuaran hubungan antara variabel adalah kuat. Hal ini dapat terjadi karena faktor pengetahuan yang didapatkan responden selama pendidikan, pengalaman pribadi, dan anggapan bahwa universal precaution ini adalah hal yang penting untuk diterapkan (Azwar, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuktikan bahwa hipotesis diterima yaitu terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap bidan mengenai universal precaution di ruang kebidanan RSUD Karanganyar. Sikap ini dapat terbentuk oleh stimulus pengetahuan, sehingga akan terbentuk perhatian (afeksi), jika stimulus mendapatkan perhatian maka akan terbentuk pemikiran (kognitif) dalam menerima pengetahuan tersebut (acceptance) sehingga terbentuk sikap mengenai universal precaution.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sunarto (2012) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap mahasiswa dengan pelaksanaan tindakan universal precaution pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta. Selain itu penelitian oleh Ratih Juwita Parwitasari (2010) juga menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap dan perilaku tenaga medis mengenai universal precaution pada penanganan pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

(7)

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam pelaksanaanya yaitu peneliti harus mencari waktu yang tepat agar mendapatkan responden yang mencukupi incidental sampling selama jadwal penelitian, dikarenakan kesibukan waktu responden sebagai tenaga medis yang juga memiliki prioritas tanggungjawab untuk memberikan pelayanan medis di tempat kerjanya. Akan tetapi, hal tersebut tidak mempengaruhi kualitas responden dalam mengisi kuisioner saat penelitian, sehingga hubungan antar variabel dalam penelitian ini dapat kuat.

Akan tetapi pada penelitian ini juga memiliki keterbatasan karena faktor luar yaitu peneliti kesulitan memantau tim pengendali infeksi di rumah sakit sehingga tidak dapat mengetahui program pengendalian infeksi yang ada di rumah sakit, akan tetapi dari adanya data pelatihan yang ada pada tabel 4.1 dapat menjadi masukan untuk memfasilitasi pelatihan yang berkenaan mengenai universal precaution atau pengendalian infeksi.

Referensi

Dokumen terkait

Mean untuk kategori renewable adalah 1,00 yang berarti seluruh hotel berbintang tiga yang diteliti tudak pernah melakukan renewable atau mendapatkan sumber air lainnya

Permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah pembagian beban kerja yang tidak merata sehingga hal yang harus dilakukan ialah menentukan jumlah stasiun kerja pada lini

Setelah dilakukan pendataan kebutuhan masyarakat sasar, dilakukan sosialisasi kegiatan pengabdian masyarakat diversifikasi olahan pangan berbahan dasar sayuran organik

40,7 Milyar untuk melaksanakan 49 kegiatan berupa kegiatan penelitian/perekayasaan, kajian untuk merumuskan kebijakan nasional pengembangan mektan, pengembangan model mekanisasi

Dari hasil penelitian yang telah diperoleh dan dijabarkan sebelumnya, maka dapat diper- oleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan posi- tif antara kepribadian extrovert-introvert

Melihat kondisi potensi kelurahan yang begitu memadai dan berjalan dengan baik, serta memanfaatkan teknologi informasi yang ada, meyakinkan penulis untuk membangun

Kotler dan Keller (2009: 5) menyatakan bahwa manajemen pemasaran sebagai ilmu dan seni memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan

Feministit ovat kiinnittäneet huomiota myös siihen, että paradoksaalisesti nainen on kuitenkin myös hyvin arvostettu, mutta vain rooleissa, jotka eivät vaaranna miehistä