VII. IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBANGUNAN PERDESAAN 7.1. Program Nasional -PNPM di Kabupaten Bogor PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai. Sedangkan tujuan umum yang ingin dicapai dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri ini adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri sedangkan tujuan khususnya: 1. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.
2. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar,
representatif dan akuntabel. 3. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor). 4. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.
5. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya. 6. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal. 7. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat. 7. 1.1. PNPM Mandiri Perdesaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan atau Rural PNPM) merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri Perdesaan dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998. PNPM Mandiri Perdesaan sendiri dikukuhkan secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia pada 30 April 2007 di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Program pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan sebagai program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Dalam pelaksanaannya, program ini memusatkan kegiatan bagi masyarakat Indonesia paling miskin di wilayah perdesaan. Program ini menyediakan fasilitasi pemberdayaan masyarakat/ kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM) kepada masyarakat secara langsung. Besaran dana BLM yang dialokasikan sebesar Rp 750 juta sampai Rp 3 miliar per kecamatan, tergantung jumlah penduduk. Dalam PNPM Mandiri Perdesaan, seluruh anggota masyarakat diajak terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah binaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Kementerian Dalam Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari
alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana pinjaman dari sejumlah lembaga pemberi bantuan dibawah koordinasi Bank Dunia. Prinsip Pokok PNPM Mandiri Pe rdesaan Dalam pelaksanaannya, PNPM Mandiri Perdesaan menekankan prinsip- prinsip pokok SiKOMPAK, yang terdiri dari: Transparansi dan Akuntabilitas. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan, sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan
dipertanggung- gugatkan, baik secara moral, teknis, legal maupun
administratif.
Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan
kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat, sesuai
dengan kapasitasnya.
Keberpihakan pada orang/masyarakat miskin. Semua kegiatan yang
dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung. Otonomi. Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola. Partisipasi/Pelibatan Masyarakat. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong-royong menjalankan pembangunan.
Prioritas Usulan. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan
pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas. Kesetaraan dan Keadilan Gender. Laki- laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar- pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.
Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Bertumpu pada pembangunan manusia. Setiap kegiatan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia seutuhnya. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin. Prinsip tersebut selain memiliki filosofi yang mencerminkan prinsip-prinsip program dalam arti harfiah, juga ingin mengajak masyarakat untuk kompak bersatu padu dalam mendukung upaya penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. Melalui SiKOMPAK ini diharapkan kemandirian desa dapat terwujud. Cara Kerja PPK/ PNPM-Pe rdesaan PNPM Mandiri Perdesaan dilaksanakan melalui upaya-upaya pemberdayaan dan partisipasi masyarakat di wilayah perdesaan melalui tahapan kegiatan berikut: Sosialisasi dan penyebaran informasi program. Baik secara langsung melalui forum- forum pertemuan maupun dengan mengembangkan/memanfaatkan media/saluran informasi masyarakat di berbagai tingkat pemerintahan. Proses partisipatif pemetaan Rumahtangga Miskin (RTM) dan pemetaan sosial. Masyarakat diajak untuk bersama-sama menentukan kriteria kurang mampu dan bersama-sama pula menentukan rumahtangga yang termasuk kategori miskin/sangat miskin (RTM). Masyarakat juga difasilitasi untuk membuat peta sosial desa dengan tujuan agar lebih mengenal kondisi/situasi sesungguhnya desa mereka, yang berguna untuk mengagas masa depan desa, penggalian gagasan untuk menentukan kegiatan yang paling dibutuhkan, serta mendukung pelaksanaan kegiatan pembangunan dan pemantauannya. Perencanaan partisipatif di tingkat dusun, desa dan kecamatan. Masyarakat memilih fasilitator desa atau Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) (satu laki–laki dan satu perempuan) untuk mendampingi proses sosialisasi dan perencanaan. KPMD ini kemudian mendapat peningkatan kapasitas untuk menjalankan tugas dan fungsinya dalam mengatur pertemuan kelompok,
termasuk pertemuan khusus perempuan, untuk melakukan penggalian gagasan berdasarkan potensi sumberdaya alam dan manusia di desa masing- masing, untuk menggagas masa depan desa. Masyarakat kemudian bersama-sama membahas kebutuhan dan prioritas pembangunan di desa dan bermusyawarah untuk menentukan pilihan jenis kegiatan pembangunan yang prioritas untuk didanai. PNPM Mandiri Perdesaan sendiri menyediakan tenaga konsultan pemberdayaan dan teknis di tingkat kecamatan dan kabupaten guna memfasilitasi/ membantu upaya sosialisasi, perencanaan dan pe laksanaan kegiatan. Usulan/ gagasan dari masyarakat akan menjadi bahan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes). Seleksi dan prioritas kegiatan di tingkat desa dan kecamatan. Masyarakat melakukan musyawarah di tingkat desa dan kecamatan untuk memutuskan usulan kegiatan prioritas yang akan didanai. Musyawarah ini terbuka bagi segenap anggota masyarakat untuk menghadiri dan memutuskan jenis kegiatan yang paling prioritas/ mendesak. Keputusan akhir mengenai kegiatan yang akan didanai, diambil dalam forum musyawarah antar-desa (MAD) di tingkat kecamatan, yang dihadiri oleh wakil–wakil dari setiap desa dalam kecamatan yang bersangkutan. Pilihan kegiatan adalah open menu untuk semua investasi produktif, kecuali yang tercantum dalam daftar larangan (negative list). Dalam hal terdapat usulan masyarakat yang belum terdanai, maka usulan tersebut akan menjadi bahan kajian dalam forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Masyarakat melaksanakan kegiatan mereka. Dalam forum musyawarah, masyarakat memilih anggotanya sendiri untuk menjadi Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) di setiap desa untuk mengelola kegiatan yang diusulkan desa yang bersangkutan dan mendapat prioritas pendanaan program. Fasilitator Teknis PNPM Mandiri Perdesaan akan mendampingi TPK dalam merancang sarana/ prasarana (bila usulan yang didanai berupa pembangunan infrastruktur perdesaan), penganggaran kegiatan, verifikasi mutu dan supervisi. Para pekerja yang terlibat dalam pembangunan sarana/ prasarana tersebut berasal dari warga desa penerima manfaat.
Akuntabilitas dan laporan perkembangan. Selama pelaksanaan kegiatan, TPK harus memberikan laporan perkembangan kegiatan minimal dua kali dalam pertemuan terbuka desa, yakni sebelum program mencairkan dana tahap berikutnya dan pada pertemuan akhir, dimana TPK akan melakukan serah terima kegiatan kepada desa, serta badan operasional dan pemeliharaan kegiatan atau Tim Pengelola dan Pemelihara Prasarana (TP3) Penyaluran dan Pencairan Dana PNPM Mandiri Perdesaan menyediakan dana langsung dari pusat (APBN) dan daerah (APBD) yang disalurkan ke rekening kolektif desa di kecamatan. Masyarakat desa dapat mempergunakan dana tersebut sebagai hibah untuk membangun sarana/prasarana penunjang produktivitas desa, pinjaman bagi kelompok ekonomi untuk modal usaha bergulir, atau kegiatan sosial seperti kesehatan dan pendidikan. Setiap penyaluran dana yang turun ke masyarakat harus sesuai dengan dokumen yang dikirimkan ke pusat agar memudahkan penelusuran. Warga desa, dalam hal ini TPK atau staf Unit Pengelola Kegiatan (TPK) di tingkat kecamatan mendapatkan peningkatan kapasitas dalam pembukuan, manajemen data, pengarsipan dokumen dan pengelolaan uang/dana secara umum, serta peningkatan kapasitas lainnya terkait upaya pembangunan manusia dan pengelolaan pembangunan wilayah perdesaan. Dalam pelaksanaannya, pengalokasikan dana Bantuan Langsung bagi Masyarakat (BLM) PNPM Mandiri Perdesaan dilakukan melalui skema pembiayaan bersama (cost sharing) antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, seperti yang telah berhasil dilakukan dalam PPK III (2005-2007) dan PNPM-PPK (2007). Besarnya cost sharing ini disesuaikan dengan kapasitas fiskal masing- masing daerah, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 73/ PMK.02/2006 per 30 Agustus 2006. 7.1.2. Cakupan Wilayah dan Hasil PNPM Mandiri Pe rdesaan di Kabupaten Bogor Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Kabupaten Bogor dimulai pada tahun 2003 di 43 desa di empat kecamatan, pada tahun 2007 bertambah empat kecamatan baru dengan jumlah desa sebanyak 50 desa kemudian tahun anggaran 2008 bertambah satu kecamatan baru dengan
jumlah delapan desa, tahun anggaran 2009 bertambah tiga belas kecamatan baru dengan jumlah desa 131 desa dan satu kecamatan fase out yaitu Kecamatan Ciampea (13 desa), tahun 2010 bertambah empat kecamatan yaitu Kecamatan Sukamakmur, Babakan Madang, Pamijahan dan Cigudeg. Secara umum lokasi kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Bogor te rsebar di 243 desa di wilayah 23 Kecamatan. Kegiatan tahun anggaran 2011, untuk penyaluran dana dari Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) ke TPK baru mencapai 61 persen sedangkan pelaksanaan kegiatan fisik rata-rata mencapai 69,3 persen. Dalam kegiatan ekonomi, kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Bogor telah mampu memberikan kontribusi bagi peningkatan ekonomi masyarakat perdesaan. Berdasarkan laporan UPK pada bulan November 2011 rata-rata persentase pengembalian pinjaman Usaha Ekonomi Produktif (UEP) sebesar 86,9 persen dengan persentase terendah di Kecamatan Tenjo sebesar 78,6 persen sedangkan rata-rata persentase pengembalian dana simpan pinjam khusus perempuan (SPP) sebesar 91,4 persen dengan pengembalian terendah pinjaman SPP di Kecamatan Tenjo sebesar 77,5 persen. Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Bogor pada bulan Nopember 2011 dilaksanakan di 243 desa di 23 kecamatan. Untuk perencanaan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan tahun anggaran 2012 rata-rata kecamatan sudah melaksanakan tahapan musyawarah desa perencanaan. Adapun kegiatan pada bulan Desember 2011 adalah memfasilitasi penanganan masalah khusus di Kecamatan Cigudeg, Leuwisadeng dan Leuwiliang, monitoring pelaksanaan kegiatan, pelaksanaan work shop penyusunan modul RBM, pembinaan UPK, fasilitasi pencairan BLM, pelaksanaan kegiatan Saba Desa gubernur serta rapat koordinasi kabupaten. Perkembangan Hasil Kegiatan Bulan Nope mber 2011 1. Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Bogor berjalan sesuai tahapan kegiatan dan prinsip-prinsip PNPM Mandiri Perdesaan dengan didukung partisipasi masyarakat yang cukup baik.
2. Desentralisasi terlihat dari adanya pendelegasian wewenang kepada institusi- institusi pelaku PNPM Mandiri Perdesaan seperti PJOK, UPK,TPK, Tim Khusus, KPMD dan lain- lain. 3. Dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi SPP dan UEP, dana perguliran merupakan dana pinjaman untuk penambahan modal usaha kecil seperti warung, kerajinan dan lain- lain. 7.1.3. Program Simpan Pinjam Khusus Pere mpuan (SPP) Kegiatan ekonomi Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) adalah kegiatan yang dilakukan kaum perempuan dengan mengelola dana simpanan dan dana pinjaman. Secara umum alokasi dana SPP maksimal 25 persen dari BLM di setiap kecamatan. Tujuan umum dari kegiatan ekonomi SPP adalah mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan sosial dasar, memperkuan kelembagaan kegiatan perempuan. Sasaran dari kegiatan ekonomi SPP adalah masyarakat miskin produktif yang memerlukan pendanaan kegiatan usaha melalui kelompok simpan pinjam perempuan yang ada di masyarakat. Kinerja kegiatan ekonomi SPP PNPM Mandiri Perdesaan disajikan pada Tabel 37. Kelompok yang berhak menerima dana SPP ini adalah kelompok: Beranggotakan perempuan yang memiliki ikatan pemersatu dan saling mengenal minimal satu tahun. Mempunyai kegiatan simpan pinjam dengan aturan pengelolaan dana simpan pinjam yang telah disepakati Telah mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai sumber dana pinjaman yang diberikan. Kegiatan pinjaman masih berlangsung dengan baik Mempunyai organisasi kelompok dan administrasi sederhana. Dana hanya boleh digunakan untuk kegiatan SPP baik oleh kelompok lama maupun kelompok baru,sesuai ketentuan pengelolaan dana bergulir.
Tabel 37 Tingkat Pengembalian Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP)
Kabupaten Bogor 2011
Alokasi Tunggakan Tingkat
No Kecamatan Pin jaman
(juta Rp) SPP (juta Rp) Pengembalian (%) 1 Nanggung 3.208,25 314,13 84,3 2 Leuwiliang 5.129,06 419,73 89 3 Leuwisadeng 5.213,30 185,97 95 4 Pamijahan 8.944,35 310,15 95,8 5 Tenjolaya 5.112,95 53,37 98,5 6 Dramaga 3.245,50 124,41 94,3 7 Tamansari 3.663,50 538,91 78,4 8 Cijeruk 1.981,55 115,19 91,9 9 Megamendung 3.532,50 45,23 98 10 Babakan Madang 6.903,40 355,80 92,7 11 Sukamakmur 6.209,10 1.015,63 82,1 12 Cariu 921,50 1,40 99,7 13 Tanjungsari 4.211,00 16,28 99,4 14 Jonggol 4.513,75 375,33 88,3 15 Kelapanunggal 2.472,00 226,80 86,3 16 Ciseeng 3.169,00 110,95 94,7 17 Gunung Sindur 3.259,50 47,25 97,8 18 Ru mpin 3.124,00 208,74 89,4 19 Cigudeg 5.916,37 660,83 86,4 20 Sukajaya 1.266,00 2,82 99,5 21 Jasinga 4.380,60 159,88 95,5 22 Tenjo 2.393,00 494,57 77,5 23 Parung Panjang 2.325,35 15,15 99 24 Ciampea 2.160,40 118,91 93,8 Total Kabupaten Bogor 93.255,93 5.917,45 91,97 Sumber: BPMPD Kabupaten Bogor. Jika dilihat dari alokasi pinjaman yang telah digulirkan di 24 kecamatan berjumlah Rp 93.255.930.000, dana tersebut cukup besar dan jika dilihat dari tingkat pengembaliannya mencapai 91,97 persen program SPP ini berjalan cukup baik, tetapi yang mesti dikaji lebih mendalam apakah memang program ini telah mampu mengentaskan kemiskinan perdesaan secara signifikan dan berkontribusi besar dalam meningkatkan pembangunan perdesaan. 7.1.4. Program Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Kegiatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) di empat Kecamatan selain kegiatan SPP seperti dalam Tabel 38. Jika dilihat dari persentase tingkat pengembalian modal usaha yang telah digulirkan sebesar 86,18 persen pada Tabel 38, maka kegiatan ini cukup berjalan baik dan lancar tetapi memang perlu kajian lebih mendalam apakah kegiatan UEP ini telah mampu menumbuhkan dan menguatkan usaha ekonomi produktif rakyat dan tumbuh kemandirian dalam mempertahankan usaha tersebut dalam jangka panjang.
Tabel 38 Tingkat Pengembalian Usaha Ekonomi Produktif (UEP)
Kabupaten Bogor Tahun 2011
Tingkat
No Kecamatan Tunggakan UEP Pengembalian
(%) 1 Pamijahan 64.322.033 96,50 2 Babakan Madang 311.905.300 83,20 3 Sukamakmur 190.635.030 86,40 4 Tenjo 266.823.800 78,60 Total Kabupaten Bogor 833.686.163 86,18 Sumber: BPMPD Kabupaten Bogor. Adapun jenis-jenis kegiatan yang dibiayai melalui BLM PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana sarana dasar yang dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin. 2. Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan, termasuk kegiatan pelatihan pengembangan ketrampilan masyarakat (pendidikan non formal). 3. Kegiatan peningkatan kapasitas/ketrampilan kelompok usaha ekonomi terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal (tidak termasuk penambahan modal). 4. Penambahan permodalan simpan SPP Satu hal yang penting adalah bahwa pelaksanaan kegiatan yang didanai melalui PNPM Mandiri Perdesaan harus didukung dengan swadaya sebagai wujud partisipasi dan kepedulian masyarakat atas pembangunan di desanya. Ketentuan Dasar PNPM Mandiri Perdesaan Kegiatan yang akan dibiayai melalui dana BLM diutamakan untuk kegiatan yang memenuhi kriteria: 1. Lebih bermanfaat bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin. 2. Berdampak langsung dalam peningkatan kesejahteraan. 3. Dapat dikerjakan oleh masyarakat. 4. Didukung oleh sumber daya yang ada. 5. Memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan.
Tabel 39 Alokasi Dana BLM dan Cost Sharing APBD Kabupaten Bogor 2011 No Kecamatan BLM (juta Rp) DOK. Perencanaan (juta Rp) DOK. Pelatihan (juta Rp) APBD (juta Rp) 1 Babakan Madang 360,00 46,00 48,72 300,00 2 Jonggol 2.000,00 51,00 72,37 500,00 3 Cariu 1.000,00 51,00 53,45 250,00 4 Sukamakmur 480,00 53,50 59,55 500,00 5 Gunung Sindur 2.000,00 51,00 53,45 400,00 6 Leuwiliang 2.400,00 51,00 58,18 600,00 7 Pamijahan 480,00 51,00 77,10 500,00 8 Ru mpin 2.000,00 53,50 73,30 500,00 9 Jasinga 2.400,00 58,50 91,05 600,00 10 Parung Panjang 2.000,00 53,50 64,80 500,00 11 Nanggung 2.000,00 58,50 68,55 500,00 12 Cigudeg 480,00 51,00 77,10 500,00 13 Tenjo 2.400,00 46,00 48,72 600,00 14 Megamendung 2.000,00 51,00 58,18 500,00 15 Cijeruk 2.400,00 48,50 54,30 600,00 16 Dramaga 2.000,00 51,00 53,45 500,00 17 Tamansari 2.000,00 48,50 49,05 500,00 18 Klapanunggal 1.200,00 48,50 54,30 300,00 19 Ciseeng 2.000,00 51,00 53,45 500,00 20 Sukajaya 2.400,00 48,50 54,30 600,00 21 Tanjungsari 1.600,00 53,50 59,55 400,00 22 Leuwisadeng 2.400,00 46,00 43,99 400,00 23 Tenjolaya 1.600,00 48,50 38,55 400,00 Total Kabupaten Bogor 39.600,00 1.170,50 1.365,46 10.950,00 Sumber: BPMPD Kabupaten Bogor Dana BLM yang digunakan untuk membangun prasarana/sarana penunjang produktivitas desa sifatnya hibah, sedangkan yang dimanfaatkan sebagai dana bergulir bagi kelompok ekonomi, sifatnya pinjaman yang harus dikembalikan. Dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi pelaksanaan kegiatan di lapangan melibatkan dukungan dan kontribusi pemerintah daerah dalam berbagai aspek. Kontribusi pemda dalam hal pendanaan, diwujudkan dalam Dana Daerah Untuk urusan Bersama (DDUB) sesuai kapasitas fiskal masing- masing daerah yang diatur dalam Peraturan Menkeu No 73/PMK.02/2006 jo No.168/PMK.07/2009. Untuk tahun anggaran 2011 kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Bogor dilaksanakan di 23 Kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 243 desa, dengan alokasi BLM dan cost sharing untuk masing- masing kecamatan tertera dalam Tabel 39. Sampai dengan akhir bulan Nopember 2011 sudah dicairkan BLM sebesar Rp 39.600.000.000, Dana Operasional Kegiatan (DOK) perencanaan sebesar Rp 1.170.500.000, DOK Pelatihan sebesar
Rp 1.365.460.000, DDUB atau Sharing Cost sebesar Rp 10.950.000.000, sehingga jumlah dana yang sudah dicairkan ke UPK sebesar Rp 53.085.960.000. Perkembangan kegiatan SPP dan UEP menunjukkan kemajuan yang tidak signifikan. Beberapa UPK masih terjadi adanya penumpukan dana di rekening UPK, sehingga perkembangan UPK menjadi lambat. Upaya yang dilakukan adalah pembinaan kepada UPK untuk segera melaksanakan perguliran dana kepada kelompok pemanfaat sesuai dengan sasaran kegiatan. Permasalahan yang dihadapi antara lain masih adanya kasus penyelewengan dana PNPM baik dari pengurus fungsional UPK, maupun program yang realisasinya menyalahi RAB, sehingga perlu peningkatan pengawasan dan pengendalian baik di tingkat
kecamatan maupun tingkat kabupaten. Selanjutnya permasalahan teknis
pelaksanaan pelestarian dan perawatan sarana-prasarana yang telah dibangun kurang maksimal. Rasa tanggung jawab masyarakat untuk memelihara hasil- hasil kegiatan masih kurang. 7.1.5. Analisis kesesuaian Local Specific Program PNPM PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Bogor dimulai pada tahun 2003 dan tahun 2010 bertambah empat kecamatan yaitu Kecamatan Sukamakmur, Babakan Madang, Pamijahan dan Cigudeg. Hal yang menarik adalah Kecamatan Cigudeg adalah kecamatan yang paling tinggi jumlah desa Swadayanya yaitu sebelas desa Swadaya di Kabupaten Bogor Kawasan Barat pada tahun 2011 dan Kecamatan Sukamakmur adalah kecamatan yang paling tinggi jumlah desa Swadayanya yaitu lima desa Swadaya di Kabupaten Bogor Kawasan Timur pada tahun 2011, PNPM Mandiri Perdesaan baru memprioritaskan pada tahun 2010, tujuh tahun setelah PNPM Mandiri Perdesaan ada di Kabupaten Bogor. Maka diharapkan pada tahun-tahun berikutnya pemetaan profil desa hasil dari penelitian ini dapat membantu menentukan desa yang menjadi prioritas. PNPM Mandiri Perdesaan yang telah di implementasikan di Kabupaten Bogor adalah program BLM, SPP di 23 kecamatan yang meliputi 243 desa dan UEP dengan lokasi empat kecamatan. Terdapat 61 desa Swadaya dari 243 desa di 23 kecamatan yang merupakan lokasi PNPM Mandiri Perdesaan dilaksanakan yang seharusnya menjadi prioritas dalam PNPM Mandiri Perdesaan berdasarkan pengolahan data Podes 2011 Kabupaten Bogor seperti tertera dalam Tabel 40.
Desa Swadaya yang berjumlah 61 desa tersebut didominasi tipologi
persawahan dan permasalahan kategori mula atau kebutuhan dasar, dengan
pemetaan klasifikasi, tipologi dan kategori seperti diatas dapat dijadikan data
dasar dalam merumuskan program-program PNPM Mandiri Perdesaan untuk
tahun-tahun selanjutnya yang sesuai dengan tipologi persawahan dan
permasalahan kebutuhan dasar mengingat begitu pentingnya untuk
memprioritaskan dan mempertahankan tipologi persawahan dalam memperkuat
program revitalisasi pertanian demi ketahanan dan kemandirian pangan
kabupaten Bogor, misalnya saja diterapkan Smallholder Agribusiness
Development Initiative (SADI) atau Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis Perdesaan (PNPM AP) yang merupakan program percepatan penanggulangan kemiskinan dengan meningkatkan pendapatan petani perdesaan melalui peningkatan produksi dan akses pemasaran hasil pertanian, akses permodalan dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dengan menggunakan mekanisme kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan. Kegiatan PNPM AP terutama berkaitan dengan bagaimana memecahkan permasalahan dan mengembangkan potensi pertanian perdesaan, mulai aspek perencanaan produksi, proses produksi, pasca produksi sampai dengan pemasaran hasil pertanian. Pendekatan yang digunakan adalah partisipatif dan berbasis pada kelompok tani atau kelembagaan yang telah ada di masyarakat, sehingga PNPM AP diharapkan mampu meningkatkan mutu usulan kegiatan dalam proses perencanaan pembangunan secara partisipatif khususnya dalam bidang pengembangan potensi pertanian perdesaan berikut upaya mengatasi masalah yang dihadapi. Tabel 40 Local Specific PNPM Mandiri Perdesaan pada desa Swadaya di Kabupaten Bogor Tahun 2011
No Kawasan Kecamatan Desa Klasifikasi Tipologi Kategori 1 Barat Cigudeg Sukaraksa Swadaya Persawahan Mula 2 Barat Cigudeg Sukamaju Swadaya Persawahan Mula 3 Barat Cigudeg Banyu Res mi Swadaya Persawahan Mula 4 Barat Cigudeg Warga Jaya Swadaya Persawahan Mula 5 Barat Cigudeg Cinta Manik Swadaya Persawahan Mula 6 Barat Cigudeg Banyu Wangi Swadaya Persawahan Mula 7 Barat Cigudeg Banyu Asih Swadaya Persawahan Mula 8 Barat Cigudeg Tegalega Swadaya Persawahan Madya 9 Barat Cigudeg Batu Jajar Swadaya Persawahan Mula 10 Barat Cigudeg Bangun Jaya Swadaya Persawahan Mula 11 Barat Cigudeg Arga Pura Swadaya Persawahan Mula 12 Barat Sukajaya Cisarua Swadaya Persawahan Mula 13 Barat Sukajaya Kiara Sari Swadaya Persawahan Mula
Tabel 40 Local Specific PNPM Mandiri Perdesaan ... (Lanjutan)
No Kawasan Kecamatan Desa Klasifikasi Tipologi Kategori 14 Barat Sukajaya Sipayung Swadaya Persawahan Madya 15 Barat Sukajaya Sukamulih Swadaya Persawahan Mula 16 Barat Sukajaya Pasir Madang Swadaya Persawahan Mula 17 Barat Sukajaya Cileu ksa Swadaya Persawahan Mula 18 Barat Jasinga Pangradin Swadaya Persawahan Mula 19 Barat Jasinga Jugala Jaya Swadaya Persawahan Mula 20 Barat Jasinga Neglasari Swadaya Persawahan Mula 21 Barat Jasinga Barengko k Swadaya Persawahan Mula 22 Barat Jasinga Wirajaya Swadaya Persawahan Mula 23 Barat Nanggung Pangkal Jaya Swadaya Persawahan Mula 24 Barat Nanggung Cibitung Kulon Swadaya Persawahan Madya 25 Barat Nanggung Malasari Swadaya Persawahan Mula 26 Barat Nanggung Bantar Karet Swadaya Persawahan Mula 27 Barat Pamijahan Cibitung Kulon Swadaya Persawahan Madya 28 Barat Pamijahan Gunung Picung Swadaya Persawahan Mula 29 Barat Pamijahan Purwa Bakti Swadaya Persawahan Mula 30 Barat Pamijahan Cibunian Swadaya Persawahan Mula 31 Barat Leuwisadeng Kalong 1 Swadaya Persawahan Madya 32 Barat Leuwisadeng Kalong 2 Swadaya Perindustrian/jasa Mula 33 Barat Leuwisadeng Wangun Jaya Swadaya Persawahan Mula 34 Barat Tenjo Tapos Swadaya Persawahan Mula 35 Barat Tenjo Singabangsa Swadaya Persawahan Mula 36 Barat Ru mpin Cipinang Swadaya Persawahan Mula 37 Barat Ru mpin Kertajaya Swadaya Persawahan Mula 38 Barat Leuwiliang Karehkel Swadaya Perladangan Mula 39 Barat Leuwiliang Pabangbon Swadaya Persawahan Mula 40 Barat ParungPanjang Go rowong Swadaya Perindustrian/jasa Mula 41 Barat Cibungbulang Ciju jung Swadaya Perladangan Mula 42 Tengah Taman Sari Sukaluyu Swadaya Perindustrian/jasa Mula 43 Tengah Taman Sari Sukares mi Swadaya Persawahan Mula 44 Tengah Sukaraja Gunung Geulis Swadaya Perladangan Mula 45 Tengah Sukaraja Sukatani Swadaya Perladangan Mula 46 Tengah Citeureup Tangkil Swadaya Perladangan Mula 47 Tengah Citeureup Hambalang Swadaya Persawahan Mula 48 Tengah Rancabungur Candali Swadaya Persawahan Mula 49 Tengah Megamendung Sukakarya Swadaya Perladangan Mula 50 Tengah Ciseeng Kuripan Swadaya Perladangan Mula 51 Tengah Cijeruk Tajur Halang Swadaya Perladangan Mula 52 Tengah Caringin Pasir Buncir Swadaya Persawahan Mula 53 Tengah Babakan Madang Bojong Koneng Swadaya Perladangan Mula 54 Timur Sukamakmur Sukaharja Swadaya Perladangan Mula 55 Timur Sukamakmur Wargajaya Swadaya Persawahan Mula 56 Timur Sukamakmur Sirnajaya Swadaya Persawahan Mula 57 Timur Sukamakmur Cibadak Swadaya Persawahan Mula 58 Timur Sukamakmur Sukares mi Swadaya Persawahan Mula 59 Timur Jonggol Cibodas Swadaya Persawahan Mula 60 Timur Jonggol Balekambang Swadaya Persawahan Mula 61 Timur Jonggol Weninggalih Swadaya Persawahan Mula Sumber: Pengolahan Podes 2011.
PNPM AP mendukung perluasan model PNPM Mandiri Perdesaan terutama
bagi kegiatan pengembangan ekonomi produksi pada tingkat rumah tangga.
Masyarakat perdesaan dibantu untuk mengidentifikasi kendala-kendala utama dan
masyarakat petani di perdesaan akan mendapatkan bantuan teknis dari tenaga ahli
sesuai dengan usulan dari masyarakat melalui mekanisme kompetisi.
PNPM AP merupakan program pemerintah dengan dana yang berasal dari grant pemerintah Australia, Nomor TF057097. Dalam pelaksanaannya, PNPM AP akan bekerjasama dengan dua komponen lain dalam pilot proyek SADI, yaitu International Finance Corporation (IFC) yang akan memberikan dukungan dalam hal akses terhadap pasar dan keuangan dan Australian Center for International Agricultural Research (ACIAR) yang akan mendukung dengan mensuplai hasil- hasil penelitian adaptive untuk memecahkan masalah yang dihadapi petani. Tujuan Umum PNPM AP adalah mempercepat penanggulangan kemiskinan dengan cara meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan kapasitas kelompok petani miskin, produktifitas serta akses pemasaran hasil pertanian perdesaan. Tujuan khusus PNPM AP adalah: 1. Meningkatkan kemampuan petani miskin dalam memenuhi ketersediaan sarana produksi pertanian. 2. Mendorong peningkatan jumlah dan mutu produksi pertanian petani miskin. 3. Meningkatkan pendapatan petani miskin dengan mengurangi hambatan pasca panen sampai dengan pemasaran hasil pertanian. 4. Meningkatkan kinerja kelembagaan masyarakat tani melalui peningkatan kapasitas organisasi kerja kelompok tani. 5. Mendorong kemitraan kelompok tani dengan sektor perbankan/lembaga keuangan dan swasta. Sasaran Program: 1) Petani miskin; 2) Kelompok tani kecil (smallholder agribusiness); 3) Kelembagaan masyarakat tani dan pemerintahan lokal. Sementara PNPM AP masih dalam bentuk pilot program, pada tahun anggaran 2008, telah dilaksanakan di 24 kecamatan, 8 kabupaten yang ada di 4 provinsi di wilayah Indonesia Timur, yaitu : Sulawesi Selatan, Sulawes i Tenggara, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Khusus di Nusa Tenggara Timur lokasi pilot program terdapat di Kabupaten Ngada (masing- masing di Golewa, Aimere, dan Riung Barat) dan Timor Tengah Selatan (masing- masing di Mollo Utara, Amanuban Selatan dan Kuan Fatu).
7.2. Program Regional - Teknologi Tepat Guna Teknologi merupakan salah satu faktor pendorong perubahan di bidang ekonomi maupun sosial budaya masyarakat. Sebab itu alih Teknologi Tepat Guna (TTG) menempati peran penting. Dalam rangka peningkatan akses masyarakat terhadap teknologi, khususnya TTG melalui instruksi menteri dalam negeri nomor 24 tahun 1998 tentang operasionalisasi Posyantekdes, Menteri Dalam Negeri mengistruksikan kepada Gubernur, Bupati/Walikota dan Camat di seluruh Indonesia untuk (1) melaksanakan operasional Posyantekdes, (2) memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Posyantekdes, serta meningkatkandan memantapkan koordinasi keterpaduan pelaksanaannya dengan dinas/instansi terkait yang ada di daerah, (3) menetapkan
pola pembinaan, (4) mengalokasikan dana dari APBD provinsi dan
kabupaten/kota serta dana lainnya yang sah dan tidak mengikat dan (5) melaporkan hasil pelaksanaannya. Istilah- istilah yang perlu di pahami dalam pendoman umum ini adalah sebagai berikut: 1. Teknologi tepat guna selanjutnya disebut TTG adalah teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dapat mejawab permasalahan masyarakat, tidak merusak lingkungan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara mudah serta mengasilkan nilai tambahan dari aspek ekonomi dan aspek lingkungan hidup. 2. Posyantekdes/Posyantek adalah lembaga fungsional di wilayah kecamatan yang berfungsi memberikan pelayanan teknis,informasi dan orientasi berbagai jenis TTG yang di butuhkan masyarakat. 3. Pemasyarakatan TTG adalah rangkaian kegiatan alih TTG dalam rangka penerapan berbagai jenis TTG kepada masyarakat pengguna TTG. 4. Pengembangan TTG adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas TTG dalam bentuk design, fungsi dan manfaat TTG. 5. Kerjasama TTG adalah kesepakatan antara dua pihak atau lebih untuk bekerja sama dalam rangka alih TTG dalam semangat yang kooperatif demi pencapaian tujuan yang sama.
Maksud program TTG adalah mempercepat pemanfaatan teknologi tepat guna, sedangkan tujuannya adalah: 1. Menjembatani masyarakat pemanfaat TTG dengan sumber TTG. 2. Memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan teknis, pelayanan informasi dan promosi berbagai jenis TTG. 3. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi antar pemangku kepentingan dalam rangka pemanfaat TTG. Hasil dari TTG Kabupaten Bogor antara lain adalah : 1. Alat penghancur sampah organik. 2. Alat penghancur plastik. 3. Pupuk. 4. Benih padi. 5. Kompor serbaguna. 6. Sabun dan pupuk. 7. Alat pemotong serba guna. 7.3. Program Lokal - Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai lembaga ekonomi desa lahir ketika negeri ini memasuki era reformasi. Hadirnya lembaga ini bersamaan
dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. Dalam undang- undang tersebut disebutkan bahwa desa
dapat memiliki badan usaha sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Diketahui, keberadaan perdesaan di Indonesia, kini bukan lagi sebagai unsur
pelaksana daerah, tetapi sudah menjadi kesatuan masyarakat hukum, di mana
dengan undang-undang tersebut, telah memberikan keleluasaan bagi perdesaan di
Indonesia untuk mengatur kehidupan masyarakatnya dengan semangat
desentralisasi. Dalam hal lembaga ekonomi desa, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 melakukan perubahan mendasar, seperti yang dinyatakan pada Pasal 213 ayat (1) bahwa desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Dapat dimaknai bahwa badan usaha yang didirikan di desa merupakan milik bersama antara pemerintah desa dan masyarakat (bersifat komunal), bukan dimiliki oleh orang perorangan atau pribadi. BUMDes lebih
mencerminkan unsur kebersamaan dalam menjalankan usa hektar, karena lebih sesuai untuk kehidupan masyarakat di pedesaan yang umumnya memiliki kultur, gotong royong, persaudaraan, rasa sosial yang tinggi, dan tidak sekedar memuja kehidupan kebendaan (materialism). Oleh karenanya, BUMDes sebagai lembaga ekonomi desa, dapat diartikan sebagai lembaga ekonomi alternatif untuk meningkatkan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat perdesaan. BUMDes merupakan usaha desa yang didirikan dan dikelola oleh pemerintah desa bersama masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Dalam pasal 213 ayat (1-3) dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2004 menyatakan bahwa Desa dapat menderikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Pendirian badan usaha tersebut berpedoman pada peraturan perundang-undangan, ini merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari keaslian otonomi desa. Sejalan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa, telah banyak pemerintah Kabupaten menganalisis pembentukan BUMDes melalui Peraturan Daerah kabupaten yang bersangkutan. Hal ini didasarkan atas kebutuhan dan potensi desa, sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dasar pembentukan BUMDES di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pasal 213 UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 2. Pasal 78, 79, 80 dan 81 PP Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 tentang BUMDes 4. Perda Nomor 9 Tahun 2006 tentang Desa 5. Peraturan Bupati Nomor 22 Tahun 2007 tentang pembentukan dan pengelolaan BUMDES 6. Surat Menteri Dalam Negeri Tanggal 17 Januari Nomor 412.6/287/SJ perihal Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro / Usaha Ekonomi Masyarakat Maksud dan tujuan mendirikan BUMDes adalah sebagai wadah usaha desa yang dapat menampung seluruh kegiatan peningkatan pendapatan masyarakat, baik yang berkembang menurut adat istiadat/budaya setempat maupun kegiatan perekonomian yang diserahkan dan dikelola oleh masyarakat dari program/proyek pemerintah dan pemerintah daerah. Dengan BUMDes maka akan mendorong
berkembangnya kegiatan perekonomian masyarakat desa, meningkatkan
kreativitas dan peluang usaha ekonomi produktif (berwirausaha) anggota
masyarakat desa/kelurahan yang berpenghasilan rendah dan mendorong
berkembangnya usaha mikro untuk penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat di desa/kelurahan dan terbebas dari pengaruh rentenir. Idealnya BUMDes didirikan di wilayah desa adalah untuk mencari keuntungan (profit oriented). Sekalipun demikian, badan usaha ini berbeda dengan lembaga bisnis pada umumnya, seperti: Perseroan Terbatas (PT), Perbankan, ataupun Koperasi, karena memiliki karakteristik khusus yakni, dimiliki oleh desa dan dikelola bersama masyarakat desa. Ciri ini yang menjadi faktor pembeda utama dengan lembaga bisnis lain yang dimiliki oleh perorangan, kelompok, pemerintah daerah. Selain itu, meskipun BUMDes beroperasi untuk memperoleh keuntungan (profit), secara ideal dalam menjalankan usahanya diwarnai oleh budaya lokal, yaitu falsafah bisnis yang berakar dari budaya lokal (local wisdom), seperti member base dan self help, dengan tujuan untuk menghindari timbulnya kapitalisasi di perdesaan yang dikawatirkan dapat mengikis nilai- nilai (values) yang selama ini dihormati dan menjadi pedoman perilaku dalam bermasyarakat. Pendirian BUMDes sebagai suatu usaha yang mencari keuntungan, harus didasarkan pada kebutuhan obyektif di lapangan. Artinya, inisiasi pendirian BUMDes bisa dari siapapun. Namun, apakah BUMDes perlu didirikan di suatu desa, harus didasarkan pada potensi usaha yang prospektif di desa tersebut. Makna potensi adalah terdapat permintaan dari produk (barang atau jasa) yang akan ditawarkan melalui BUMDes. Pendekatan pasar atau melihat dari sisi permintaan lebih disarankan dari pada menciptakan pasar baru atau melihat dari sisi penawaran karena risikonya sangat besar. BUMDes merupakan lembaga ekonomi tergolong baru yang kemungkinan akan dijalankan dan dikelola oleh orang-orang yang masih minim pengalaman (less sense of business) dalam menjalankan usaha yang berorientasi mencari keuntungan. Oleh karena itu, informasi pasar perlu dicari dan disepakati terlebih dahulu sebelum BUMDes didirikan. Dengan demikian, jawaban kapan BUMDes didirikan adalah tergantung dari akurasi informasi pasar yang menunjukkan adanya peluang usaha
dalam melayani kebutuhan masyarakat terhadap barang atau jasa. Jika memang belum ditemukan peluang usaha yang dapat dijalankan BUMDes, maka pendiriannya perlu dipertanyakan. Melalui cara seperti itu, BUMDes diharapkan akan mampu beroperasi mandiri dan kinerjanya dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai suatu badan usaha yang mencari keuntungan atas dasar orientasi pasar, perlu diciptakan permintaan yang memungkinkan dapat dikelola BUMDes. Ini merupakan peluang (opportunity). Namun harus tetap memperhatikan sumberdaya yang dimiliki, seperti permodalan, tenaga kerja, peralatan mesin, dan ketersediaan bahan baku. Secara umum BUMDes dapat mengelola usaha antara lain di bidang pertanian, perikanan, peternakan, perdagangan dan jasa (persewaan, transportasi, keuangan). Singkatnya, jenis usaha yang dapat dijalankan BUMDes adalah didasarkan pada permintaan pasar dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki. BUMDes mempunyai tujuan terlayaninya masyarakat di desa/kelurahan dalam mengembangkan usaha ekonomi produktif dan tersedianya beragam media usaha dalam menunjang perekonomian masyarakat desa sesuai dengan potensi desa dan kebutuhan masyarakatnya. Pada dasarnya peran BUMDes dalam pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat dapat dilihat dalam dua hal : Sebagai perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan. Rata-rata investasi yang diserap usaha mikro bukanlah usaha yang bersifat padat modal. Sebagai media pengembangan jiwa kewirausahaan dan potens i usaha mikro milik masyarakat desa yang produktif. Pemberdayaan usaha mikro secara langsung akan mendorong pengembangan potensi usa hektar, peningkatan produktifitas dan pendapatan yang pada gilirannya akan meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan para pengusaha mikro di desa. Secara garis besar, strategi pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat melalui BUMDes dilakukan dengan : Menciptakan iklim usaha kondusif bagi pengembangan usaha mikro di desa yang mencakup aspek regulasi dan perlindungan usa ha. Dengan demikian usaha mikro di desa diharapkan mampu tumbuh dan berkembang secara sistematik, mandiri dan berkelanjutan.
Menciptakan sistem penjaminan untuk mendukung kegiatan ekonomi produktif usaha mikro. Menyediakan bantuan teknis dan pendampingan seca ra manajerial guna meningkatkan status dan kapasitas usaha. Menata dan memperkuat lembaga keuangan mikro untuk memperluas jangkauan layanan keuangan bagi usaha mikro dan kecil secara cepat, tepat mudah dan sistematis. Kegiatan BUMDes meliputi : a. Usaha Jasa 1) Jasa keuangan mikro 2) Jasa transportasi 3) Jasa komunikasi 4) Jasa konstruksi 5) Jasa energi b. Usaha Penyalur Sembako 1) Beras 2) Gula 3) Garam 4) Minyak goreng 5) Kacang kedelai 6) Bahan pangan lainnya yang dikelola warung desa / lumbung desa 7.3.1 Analisis Kesesuaian Local Specific Program BUMDes Perkembangan BUMDes di Kabupaten Bogor tahun 2011 masih dalam skala kecil dan pilot project di beberapa lokasi desa seperti dalam Tabel 41. Pada Tabel 41 tersebut lokasi BUMDES dianalisis berdasarkan hasil olahan Podes 2011, sehingga akan terlihat karakter perdesaan dimana lokasi BUMDes dilaksanakan. Desa-desa yang dipilih untuk pilot project BUMDes adalah perdesaan klasifikasi Swakarya bahkan ada desa Swasembada yaitu Desa Cibereum Kecamatan Cisarua, sebaliknya perdesaan Swadaya sementara tidak dipilih menjadi lokasi BUMDes dengan pertimbangan syarat BUMDes didirikan jika adanya peluang usaha dalam melayani kebutuhan masyarakat terhadap barang atau jasa yang nantinya diharapkan akan mampu beroperasi secara mandiri dan
kinerjanya dapat dipertanggungjawabkan, sehingga desa Swakarya dan
Swasembada lebih siap memenuhi syarat untuk mencapai keberhasilan program
BUMDes Klasifikasi Kategori Tipologi
Tabel 41 Local Specific Program BUMDes Kabupaten Bogor Tahun 2011
Kawasan Kecamatan Desa Jumlah
Barat Cibungbulan Situ udik 1 Swakarya Lanjut Persawahan
Barat Cibungbulan Cibatok satu 1 Swakarya Madya Persawahan
Barat Tenjolaya Situdaun 1 Swakarya Madya Perladangan
Tengah Citeureup Tarikolot 1 Swakarya Madya Perindustrian/Jasa
Tengah Kemang Tegal 1 Swakarya Madya Perladangan
Tengah Bojonggede Cimanggis 1 Swakarya Madya Perindustrian/Jasa
Tengah Ciawi Banjarwaru 2 Swakarya Lanjut Perindustrian/Jasa
Tengah Cisarua Tugu Selatan 1 Swakarya Madya Perindustrian/Jasa
Tengah Cisarua Cibeureum 2 Swasembada Lanjut Perindustrian/Jasa
Tengah Megamendung Sukamanah 1 Swakarya Madya Perladangan
Tengah Caringin Ciherangpondoh 1 Swakarya Madya Perladangan
Tengah Dramaga Sukawening 1 Swakarya Madya Perladangan
Tengah Dramaga Cikarawang 1 Swakarya Madya Perladangan
Tengah Tamansari Sukamatri 1 Swakarya Madya Perindustrian/Jasa
Tengah Cigombong Ciburayut 1 Swakarya Madya Persawahan
Timur Jonggol Sukanegara 1 Swakarya Madya Persawahan
Timur Sukamakmur Sukamakmur 1 Swakarya Madya Persawahan
Timur Cariu Mekarwangi 1 Swakarya Madya Persawahan Sumber: Pengolahan Podes 2011. 7.4. Program Lokal - GUMBIRA Program GUMBIRA dirancang dengan latar belakang pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bogor pada tahun 2010 baru mencapai 72,30, sedangkan target IPM Kabupaten Bogor sebesar 72,34 pada tahun 2011. Jika dicermati komponennya, maka indek yang terendah adalah indek daya beli masyarakat Kabupaten Bogor pada tahun 2010 sebesar 62,28 point dengan tingkat kemampuan daya beli sebesar Rp 628.340 per kapita per bulan (Sumber data Petunjuk Teknis Program Gumbira tahun 2011). Rendahnya indeks daya beli masyarakat Kabupaten Bogor terjadi karena lambannya pembangunan ekonomi di perdesaan. Sebagai implikasinya maka pemberdayaan ekonomi perdesaan memiliki nilai strategis dalam konteks pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Mengedepankan pembangunan ekonomi perdesaan di Kabupaten Bogor didukung oleh beberapa alasan : 1. Kawasan perdesaan di Kabupaten Bogor memiliki potensi ekonomi yang cukup besar, namun belum menunjukan pertumbuhan ekonomi yang optimal, kondisi ini terjadi karena keterbatasan akses dan pelayanan. 2. Telah terdapat sejumlah kelompok masyarakat yang terbentuk oleh program lain sehingga dapat menjadi peluang untuk menggerakan kegiatan ekonomi. 3. Secara subtansi wilayah perdesaan Kabupaten Bogor memiliki keunggulan komperatif dalam berbagai produk pertanian dan non pertanian, namun rantai
pemasaran kurang efisien dan nilai tambah komoditi tersebut masih relatif kecil, sehingga masih banyak peluang untuk mengatasi permasalahan ini. 4. Desentralisasi membuka peluang bagi pemerintah Kabupaten Bogor untuk mengatasi masalah pembangunan perdesaan dengan melaksanakan program sendiri, mulai dari pemberdayaan masyarakat, introduksi teknologi dan infrastruktur perdesaan. Pengertian Program GUMBIRA berasal dari bahasa sunda atau sama dengan bahasa Indonesia yang mempunyai makna suka cita, bahagia, senang. GUMBIRA juga merupakan singkatan dari Gerakan untuk Membangun Bogor inisiatif Masyarakat. GUMBIRA mempunyai makna : 1. Gerakan adalah suatu usaha bersama dari seluruh masyarakat berlandaskan musyawarah mufakat untuk tujuan bersama. 2. Membangun adalah suatu upaya/aktifitas dalam peningkatan perubahan kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik yang hasilnya dapat diukur berdasarkan IPM. 3. Bogor adalah wilayah administrasi Kabupaten Bogor yang meliputi 40 kecamatan terdiri dari 428 desa/kelurahan. 4. Inisiatif adalah wujud peran serta seluruh masyarakat dalam melakukan
perubahan pembangunan baik dari mekanisme proses perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan. 5. Masyarakat adalah suatu individu atau kumpulan dari individu yang berkedudukan di Kabupaten Bogor dan mempunyai kepedulian serta komitmen untuk melakukan berbagai perubahan pembangunan ke arah yang lebih baik di wilayahnya. Tujuan Program GUMBIRA 1. Tujuan Umum Memberdayakan ekonomi pedesaan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat perdesaan secara mandiri. 2. Tujuan Khusus Mengembangkan inisiatif masyarakat dalam membangun perekonomian perdesaan. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.
Meningkatkan kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui kebijakan, programdan penganggaran yang berpihak kepada kebutuhan masyarakat. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah dan swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat,
dan kelompok peduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya
pemberdayaan ekonomi perdesaan. Meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam pemberdayaan ekonomi wilayahnya. Meningkatkan modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat. Sasaran Program GUMBIRA Lokasi sasaran GUMBIRA meliputi seluruh desa/kelurahan di wilayah kecamatan di Kabupaten Bogor. Pada tahun 2011 dialokasikan 6 kecamatan masing- masing satu desa sebagai desa penerima bantuan. Kelompok sasaran yang dituju adalah kelompok usaha masyarakat, kelembagaan masyarakat di perdesaan dan pemerintahan lokal. Kriteria desa calon penerima bantuan program GUMBIRA adalah : 1. Bertempat di wilayah kecamatan dengan IPM rendah dan atau merupakan desa tertinggal. 2. Terdapat kelompok-kelompok usaha ekonomi produktif (memiliki potensi SDM dan SDA).
3. Memiliki rencana program pengembangan ekonomi di wilayah
desa/kelurahan. Alokasi dana untuk program GUMBIRA sebesar Rp 500.000.000 per desa, dengan rincian sebagai berikut : 1. Biaya operasional TKPG Desa sebesar Rp 25.000.000 (5%) dari total anggaran per desa 2. Biaya kegiatan fisik sebesar Rp 250.000.000 (50%) dari total anggaran/desa. 3. Biaya kegiatan ekonomi (permodalan) sebesar Rp 225.000.000 (45%) dari total anggaran per desa.
Penerima bantuan program GUMBIRA, berdasarkan hasil verifikasi lapangan dapat dipilih 6 desa dari 12 desa yang dikompetisikan sebagai calon penerima bantuan program GUMBIRA adalah sebagai berikut : 1. Tahun 2011 : a. Desa Pasarean Kecamatan Pamijahan b. Desa Leuwi Batu Kecamatan Rumpin c. Desa Cihowe Kecamatan Ciseeng d. Desa Cibanon Kecamatan Sukaraja e. Desa Sukmajaya Kecamatan Tajurhalang f. Desa Balaikambang Kecamatan Jonggol 2. Tahun 2010 : a. Desa Sukamakmur Kecamatan Sukamakmur b. Desa Ciherang Pondok Kecamatan Caringin c. Desa Tegal Kecamatan Kemang d. Desa Karehkel Kecamatan Leuwi Liang e. Desa Tarikolot Kecamatan Citeureup f. Desa Situdaun Kecamatan Tenjolaya 7.4.1. Analisis Kesesuaian Local Specific Program GUMBIRA Lokasi desa yang dipilih sebagai tempat dilaksanakannya pilot project program GUMBIRA pada tahun 2010 hanya ada dua desa Swadaya yaitu desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang dan Desa Balaikambang Kecamatan Jonggol, selebihnya adalah desa Swakarya begitu juga dengan tahun 2011. Tabel 42 Local Specific Program GUMBIRA Kabupaten Bogor Tahun 2011 Kawasan Kecamatan Desa Klasifikasi Kategori Tipologi Barat Leuwi Liang Karehkel Swadaya Madya Perladangan Barat Tenjolaya Situdaun Swakarya Madya Perladangan Barat Pamijahan Pasarean Swakarya Madya Persawahan Barat Jonggol Balaikambang Swadaya Mula Persawahan Tengah Caringin Ciherang Pondok Swakarya Madya Perladangan Tengah Kemang Tegal Swakarya Madya Perladangan Tengah Citeureup Tarikolot Swakarya Madya Perindustrian/Jasa Tengah Ru mpin Leuwi Batu Swakarya Mula Persawahan Tengah Ciseeng Cihowe Swakarya Mula Persawahan Tengah Sukaraja Cibanon Swakarya Mula Perladangan Tengah Tajurhalang Sukmajaya Swakarya Madya Perindustrian/Jasa Timur Sukamakmur Sukamakmur Swakarya Madya Persawahan Sumber: Pengolahan Podes 2011. Salah satu syarat kriteria desa calon penerima bantuan program GUMBIRA adalah bertempat di wilayah kecamatan dengan IPM rendah dan atau merupakan desa tertinggal tetapi ketika di konfrontir ke hasil analisis pengolahan Podes 2011 desa Swadaya pada Tabel 42, yang dianalogikan desa tertinggal hanya dua desa Swadaya yaitu Desa Karehkel dan Desa Balaikambang yang lainnya adalah desa
Swakarya yang dianalogikan desa berkembang atau maju, tetapi mungkin pertimbangan lokasi yang diambil pemerintah daerah Kabupaten Bogor dengan melihat kriteria desa yang terdapat kelompok usaha ekonomi produktif (memiliki potensi SDM dan SDA) dan memiliki rencana program pengembangan ekonomi di wilayah desa/kelurahan. Tabel 43 Rekapitulasi Program GUMBIRA Kabupaten Bogor Tahun 2011
No Kegiatan Jumlah Satuan
A. Kegiatan fisik 1. Betonisasi jalan desa 9 unit 2. Pengaspalan jalan 3 unit 3. Pembangunan Gedung gedung pakan 1 unit 4. Pembuatan saung peternakan 1 unit 5. Pembangunan Gedung serbaguna 1 unit B. Kegiatan Ekonomi I Pertanian 1. Pertanian padi sehat 1 Kelo mpok 2. Usaha simpan Pinjam pertanian 1 Kelo mpok 3. Pengembangan pisang raja Bu lu kuning 1 Kelo mpok 4. Pengembangan Jambu Biji Merah 3 Kelo mpok 5. Budidaya Jamur Tiram 1 Kelo mpok 6. Usaha pertanian pepaya 1 Kelo mpok II Perikanan 1. Budidaya Ikan Gurame 3 Kelo mpok 2. Budidaya Ikan Nila 2 Kelo mpok 3. Budidaya Ikan Mas 4 Kelo mpok 4. Budidaya Perikanan Lele 5 Kelo mpok III Peternak an 1. Peternakan Do mba 4 Kelo mpok 2. Peternakan Kamb ing 5 Kelo mpok IV Jasa 1. Usaha produk keripik pisang 1 Kelo mpok 2. Usaha produk emping melinjo 5 Kelo mpok 3. Usaha kerajinan Anyaman Bambu dan Anyaman Tikar 5 Kelo mpok 4. Usaha produk aneka kue 4 Kelo mpok 5. Usaha simpan pinjam konveksi 3 Kelo mpok 6. Usaha simpan Pinjam karet limbah 1 Kelo mpok 7. Usaha simpan pinjam pengrajin Mute 2 Kelo mpok 10. Usaha kerip ik pisang 2 Kelo mpok 11. Usaha kerip ik singkong 2 Kelo mpok 15. Usaha Industri ru mah tangga (jelly) 1 Kelo mpok V Pelatihan 1. Pelatihan budidaya jamur Tiram 1 Kegiatan 2. Pelatihan budidaya Ikan Gurame 1 Kegiatan 3. Pelatihan usaha produk emping 1 Kegiatan 4. Pelatihan produk aneka kue 1 Kegiatan 5. Pelatihan pertanian dan perikanan 1 Kegiatan 6. Pelatihan UMKM 1 Kegiatan 7. Pelatihan perikanan ikan lele dan ikan mas 1 Kegiatan 8. Pelatihan pertenakan do mba 1 Kegiatan 9. Pelatihan Industri ru mah tangga (jelly) 1 Kegiatan 10. Pelatihan pertanian pepaya 1 Kegiatan Sumber: BPMPD Kabupaten Bogor
Rekapitulasi kegiatan program GUMBIRA tahun 2011 seperti dalam Tabel 43, program yang dijalankan memiliki kesesuaian dengan tipologi perdesaan lokasi program GUMBIRA yang sebagian besar bertipologi persawahan, dan sebagian lain bertipologi perladangan dan perindustrian/jasa, pro gram-program yang dijalankan antara lain memperkuat infrastruktur perdesaan dan penguatan sektor pertanian, perikanan, peternakan dan jasa. Program-program seperti inilah yang diharapkan mampu meningkatkan klasifikasi desa dari desa Swadaya menjadi Swakarya dan desa Swakarya menjadi Swasembada dengan tetap mempertahankan tipologi persawahan sebagai basis dari perdesaan tersebut. 7.5. Program Lokal - Pembangunan Infrastruktur Perdesaan
Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan dalam rangka penerapan otonomi daerah dan pemberdayaan desa/kelurahan, pemerintah Kabupaten Bogor telah melaksanakan program pembangunan dengan pendekatan dari bawah ke atas (bottom up). Program yang pendekatannya dari bawah ini terakomodasi dalam kegiatan pemberian bantuan infrastruktur di desa dan kelurahan, dimana masyarakat terlibat mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan. Melalui program ini masyarakat adalah pemeran utama pembangunan dengan menggali potensi ya ng ada di masyarakat. Hal-hal yang mendasar dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah mendorong untuk memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat, serta memberikan kewenangan kepada masyarakat agar menjadi mampu dan mandiri serta mengikut sertakan dalam perencanaan pelaksanaan dan pemeliharaan pembangunan. Dalam rangka otonomi daerah, pemberian bantuan infrastruktur di desa dan kelurahan diharapkan menjadi media untuk pembelajaran dan pengembangan kemampuan aparat pemerintah dan masyarakat, membangun kesadaran terhadap perubahan arah dan nafas pembangunan, serta mewujudkan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan. Pengertian Program
Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun
desa/kelurahan berupa pemberian bantuan infrastruktur di desa dan kelurahan
pelaku utama pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampa i dengan pemeliharaan. Pemberian bantuan infrastruktur di desa dan kelurahan adalah stimulan berupa bantuan keuangan yang diberikan oleh pemerintah daerah dalam rangka peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Panitia Pelaksana Kegiatan (PPK) adalah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) atau anggota masyarakat yang dipilih melalui musyawarah yang ditetapkan dengan keputusan desa/kelurahan untuk menge lola dan melaksanakan pemberian bantuan infrastruktur di desa dan kelurahan. Tim Koordinasi Pelaksana Program (TKPP) adalah SKPD terkait yang ditetapkan dengan keputusan Bupati sebagai pengelola dan pengendali pelaksanaan program. Maksud dan Tujuan Maksud dari program ini adalah terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana infrastruktur di desa dan kelurahan. Tujuannnya adalah : 1. Meningkatkan partisipasi dan kemampuan masyarakat dalam pengambilan keputusan pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan.
2. Membangkitkan dan mengembangkan swadaya masyarakat dengan
mendayagunakan potensi desa/kelurahan. 3. Meningkatkan pemeliharaan prasarana dasar pendidikan, kesehatan, dan ekonomi sesuai kebutuhan masyarakat. Dasar Hukum 1. Peraturan Bupati Bogor Nomor 24 Tahun 2009 tanggal 30 Maret 2009 tentang Tata Cara Pemberian Bantuan Infrastruktur di Desa dan Kelurahan. 2. Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Bantuan Infrastruktur di Desa dan Kelurahan Tahun 2010. 3. Keputusan Bupati Bogor Nomor 147/256/Kpts/Per-UU/2011 tanggal 07 Juni 2011 Tentang Penetapan Desa/Kelurahan dan Besarnya Bantuan Dana Infrastruktur di Desa dan Kelurahan. Prinsip-Prinsip Pemberian Bantuan Infrastruktur Di Desa Dan Kelurahan a. Transparansi Pengelolaan pemberian bantuan infrastruktur di desa dan kelurahan dilakukan secara transparan (terbuka) dan diketahui oleh masyarakat luas. Salah satu
aspek penting dalam transparansi adalah kepercayaan dari para pelaku, bahwa transparansi akan sangat berpengaruh pada keberhasilan kegiatan pemberian bantuan infrastruktur perdesaan. b. Partisipasi Partisipasi kegiatan pemberian bantuan infrastruktur di desa dan kelurahan adanya keterlibatan masyarakat secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemeliharaan dan pengembangannya. Salah satu wujud partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan tentang alokasi dana kegiatan melalui musyawarah desa. c. Desentralisasi Desentralisasi bermakna sebagai pemberian kewenangan kepada masyarakat atau lebih mendasar adalah sejauh mana masyarakat memperoleh kembali hak-haknya yang otonom untuk mengelola kegiatan pemberian Bantuan Infrastruktur di Desa dan Kelurahan secara mandiri dan partisipatif. d. Akuntabilitas Akuntabilitas dimaksudkan bahwa kegiatan dapat dipertanggungjawabkan oleh dan kepada masyarakat secara administratif, teknis dan moral. Jenis Kegiatan Jenis kegiatan yang didanai oleh Bantuan Infrastruktur di Desa dan Kelurahan adalah : a. Jalan Desa/kelurahan. b. Jembatan. c. Posyandu. d. Pondok Pesantren. e. Madrasah Diniyah (MD). f. Madrasah Ibtidaiyah (MI) / Sekolah Dasar (SD) Swasta. g. Madrasah Tsanawiyah (MTs) / Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta. h. Sarana Air Bersih (SAB). i. Saluran pada Jaringan Irigasi Desa. ( JIDES ). j. Saluran pada Jaringan Irigasi Tersier Usaha Tani ( JITUT ). k. Jalan Lingkungan. l. Mandi, Cuci, Kakus ( MCK ).