• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEREKAYASAAN DENSITOMETER DIGITAL BERBASIS MATLAB UNTUK MENDUKUNG UNNES BERWAWASAN KONSERVASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEREKAYASAAN DENSITOMETER DIGITAL BERBASIS MATLAB UNTUK MENDUKUNG UNNES BERWAWASAN KONSERVASI"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PENGEMBANGAN PENELITIAN BERBASIS KONSERVASI

PEREKAYASAAN DENSITOMETER DIGITAL

BERBASIS MATLAB UNTUK MENDUKUNG

UNNES BERWAWASAN KONSERVASI

Oleh:

Prof.Dr.rer.nat. Wahyu Hardyanto, M.Si-NIP 196011241984031002 Prof. Dr. Susilo, M.S - NIP 195208011976031006

Drs. Mosik, M.S - NIP 195807241983031001 Drs. Hadi Susanto, M.Si - NIP 195308031980031003

Dibiayai oleh:

DIPA Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Nomor: DIPA-042.01.2.400899/2016

Tanggal 07 Desember 2015

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)

Perekayasaan Densitometer Digital Berbasis Matlab Untuk

Mendukung Unnes Berwawasan Konservasi

ABSTRAK

Latar belakang: Pada penelitian Hibah Bersaing tahun 2010 tentang rancang bangun sistem pencitraan radiografi digital (RD) untuk pengembangan layanan RS Daerah dalam pelaksanaan otonomi dareh dan desentralisasi telah dikembangkan sistem radiografi digital (RD) menggunakan kamera digital DSLR tanpa film, maaka diperoleh radiograf digital jenis image berupa file jenis JPEG atau BMP yang sekarang sedang dikembangkan di lab fisika medik Unnes Semarang. Penelitian ini dilakukan pengembangan uji radiodiagnostik dalam rangka menentukan nilai karakteristik stepwedge standar menggunakan sistem RD dibanding dengan sistem Computed Radiography (CR) se bagai gold standarad dengan teknik radiografi sinar-X dibandingkan de. Tujuan penelitian ini adalah mencari hubungan antara DO pada file radiograf stepwedge menggunakan RD dan CR.

Metode: Penelitian ini membandingkan pengukuran densitas optis (DO) stepwedge menggunakan densitometer digital rekayasa sendiri dari file radiograf menggunakan RD terhadap pengukuran DO stepwedge yang sama menggunakan densitometer staandar dari file radiograf menggunkan CR. Pengambilan data DO stepwedge dilakukan di lab fisika medik Unnes dan di lab radiografi Poltekes Widya Husada Semarang, dimana densitometer standar ada, sedang pengambilan file radiograf dilakukan di Bagian Radiologi RS Dr. Kariadi Semarang. Untuk mendapatkan gambaran sinar-X, pemotretan stepwedge dilakukan dengan menggunakan RD diperoleh file dengan ukuran pixel sebesar 8 bit, sedangkan dengan CR diperoleh file dengan ukuran 12 bit. Dari kedua kelompok data dibandingkan menggunakan grafik dengan perhitungan DO = log Io/Ix. Hasil: Pengukuran kedua cara tersebut dapat digrafikkan untuk menunjukkan bahwa dua cara ini mempunyai hubungan antara nilai-nilai pengukuran densitas optis dan tingkat keabuan terhadap ketebalan step. Persamaan kedua grafik mempunyai pola kecenderungan yang sama dan dapat dinyatakan secara matematis sebagai persamaan plynomial.

Simpulan: Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa dengan metode pengukuran DO pada sistem RD ini dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk pengukuran

stepwedge menggunakan perangkat lunak berbasis Matlab rekayasa sendiri, sesuai

dengan pengukuran DO menggunakan densitometer stadar pada sistem CR. Kata kunci: densitas optis; system RD, system CR, densitometer

(4)

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tersusun laporan penelitian yang berjudul

”Perekayasaan Densitometer Digital Berbasis Matlab Untuk Mendukung Unnes

Berwawasan Konservasi”.

Penelitian ini dapat terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan FMIPA UNNES Semarang.

2. Ketua Jurusan Fisika FMIPA UNNES Semarang.

3. Kepala Laboratorium Fisika FMIPA UNNES Semarang. 4. Rekan Fisikawan Medik di RS Dr Kariadi Semarang. 5. Rekan Radiografer di RS Dr Kariadi Semarang.

6. Mahasiswa group Fisika Medik dan group Fisika Instrumentasi yang banyak membantu dalam menyelasaikan laporan ini

Semoga jasa baik yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan pahala dari Alloh SWT. Penulis juga menyadari bahwa laporan penelitian ini belum sempurna, karena itu penulis mengharap saran dan kritik demi penyempurnaan laporan ini. Penulis juga berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, 28 Oktober 2016 Penulis

(5)

Daftar Isi

Halaman Judul ... i

Halaman Lembar Identitas dan Pengesahan ... ii

Abstrak ………..……….. iii

Kata Pengantar ……….………….. iv

Daftar Isi ………..……… v

Daftar Tabel ……….….. vi

Daftar Ganbar ………..………..….. vii

Daftar Lampiran ……….. viii

BAB I Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian BAB II Kajian Teori ... 4

BAB III Metode Penelitian ... 7

3.1 Tempat Penelitian 3.2 Bahan Penelitian 3.3 Peralatan Sistem dan RD CR. 3.4 Perangkat Luak Berbasis Matlab 3.5 Tata Laksana Penelitian 3.6 Analisis Data BAB IV Hasil Dan Pembahasan ... 14

4.1 Hasil 4.2 Pembahasan BAB V Penutup ... 18 Simpulan Saran Daftar Pustaka ... 19 Lampiran ... 20

(6)

Daftar Tabel

Tabel 1. Pembacaan data DO radiograf stepwedge dengan densitometer …………... 27

Tabel 2. Pembacaan data GL radiograf stepwedge dgn. Software berbasis Matlab … 28

Daftar Gambar

Gambar 1. Berkas sinar datang Io dan sinar yang diteruskan I1 atau I2 ...,,... 05

Gambar 1. Kegiatan pembuatan stepwedge di Lab Fisika FMIPA UNNES ...,.,... 07

Gambar 2. Pemotretan stepwedge dengan sistem CR di Divisi Radiologi RSDK ..,,... 07

Gambar 3. Sepwedge Aluminium buatan sendiri ...,,.... 08

Gambar 4. Skema pesawat Sistem Computed Radiography ...,,... 08

Gambar 5: Bagian Scanner pada Sistem CR ...,.,... 08

Gambar 6: Alat ukur densitas optik, Densitometer ………,…,..… 09

Gambar 7. Skema pencitraan obyek (stepwedge) menggunakan sistem CR ...,... 11

Gambar 8. Pengambilan data foto radiograf menggunakan densitometer ………...… 13

Gambar 9. Diagram alir pengambilan data radiograf ……… 13

Gambar 10. Radiograf stepwedge menggunakan system CR ………...… 14

Gambar 11. Grafik DO vs Step ………. ………... 16

Gambar 12. GL vs Step ……… 17

Gambar 13. Pembuatan stepwedge di lab Fisika ..……… 20

Gambar 14. Kegiatan finishing pembuatan stepwedge ……… 20

Gambar 15. Pemrotetan dengan system CR di RSDK Semarang ……… 20

Gambar 16. Pemakaian baju proteksi radiasi untuk mengambil data di RSDK …..… 20

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Foto Kegiatan Penelitian tahun 2011 ... 20

Lampiran 2. Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Terapan tahin anggaran 2011 ... 21

Lampiran 3. Artikel ”Rancang Bangun Stepwedge Aluminium Dengan Teknik Radio-grafi Sinar-X” ... 31

(7)

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Aplikasi teknologi sinar-X telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang, salah satunya dalam bidang kesehatan atau medik dibagian radiologi. Unit pelayanan radiologi merupakan salah satu instalasi penunjang medik, yaitu sarana penunjang bagi paramedik atau dokter dalam melakukan diagnosa maupun terapi terhadap suatu gejala gangguan kesehatan terhadap pasien di rumah sakit. Salah satu peralatan penunjang medik di instalasi radiologi adalah pesawat rontgen yang menggunakan radiasi pengion untuk mendiagnosa suatu penyakit dalam bentuk gambaran anatomi tubuh yang digambarkan dalam film radiografi. Dalam proses pembentukan gambaran sinar-X menghasilkan radiasi yang menimbulkan efek luminisensi pada bahan pembentuk lapisan film setelah sinar-X melewati bahan yang ditembusnya dan menimbulkan efek menghitamkan film setelah dilakukan pemrosesan film di kamar gelap (Fosbinder, 2001).

Dengan kemampuan tersebut maka sinar-X dimanfaatkan untuk menggambarkan keadaan pada bagian dalam suatu objek. Sinar-X yang melewati suatu bahan akan mengalami perubahan intensitas tergantung pada densitas obyek yang dilewatinya, dimana akan ditimbulkan perbedaan kehitaman (kontras) pada film, perbedaan kontras ini membentuk suatu gambar yang merupakan bentuk dari objek yang dilewati sinar-X tersebut (Susilo dkk., 2010). Berdasarkan hal tersebut, sinar-X dapat dimanfaatkan dalam dunia kedokteran untuk menampilkan citra bagian tubuh untuk dapat dilakukan diagnosis mengenai suatu penyakit (Rowlands, 2002).

Sinar-x dapat menembus masuk hampir semua obyek dan mampu menghasilkan perubahan kimia pada film fotografi, maka citra radiograf dapat digunakan untuk diagnosis kelainan tulang. Radiograf (citra karena paparan sinar-x) merupakan hasil fotografik yang dihasilkan oleh sinar-x yang menembus objek atau tubuh dan dicatat oleh film radiograf analog atau file radiograf digital. Perkembangan selanjutnya, dengan menggunakan media intensifying screen (pengubah sinar-x menjadi sinar tampak) yang diikuti pemotretan radiograf berbasis pendaran melalui pencatatan citra menggunakan kamera digital DSLR, maka diperleh citra digital jenis image berupa file jenis JPEG atau BMP, kemudian disebut dengan sistem radiografi digital (RD), seperti yang sedang dikembangkan di lab fisika medik Unnes Semarang.

(8)

Prinsip dari sistem radiografi adalah memanfaatkan perbedaan penyerapan sinar-x pada bagian-bagian obyek atau tulang dan jaringan lainnya (Jiang et al, 2001). Pada tulang padat, sinar-x yang diserap lebih banyak sehingga sinar yang datang ke film radiograf menjadi berkurang, mengakibatkan gambaran jaringan tulang menjadi lebih putih dibanding dengan jaringan lemak atau lainnya. Oleh karena itu gambaran kelainan tulang yang densitas optisnya berbeda dengan tulang normal ditampilkan berbeda pula pada film radiograf atau layar tampilan gambar (Gonzales, 2004).

Densitas optis (DO) atau kerapatan citra menjelaskan tentang tingkat kegelapan atau penghitaman citra sinar-x. DO adalah logaritma dari rasio intensitas cahaya yang masuk pada film terhadap intensitas cahaya yang diteruskan melalui film. Densitas optis didefinisikan sebagai logaritma sebab mata mempunyai suatu tanggapan logaritmis terhadap perubahan kecerahan. DO diukur dengan menggunakan densitometer optis. Citra dalam radiologi diagnostik mempunyai DO dengan rentang dari 0,2 sampai 3,0, pada umumnya informasi yang bermanfaat dalam rentang 0,5 sampai 1,5 (Fosbinder 2001).

Untuk aplikasi tersebut pada unit radiologi ini perlu di perhatikan mengenai kualitas dan skala densitas dari radiografnya. Nilai densitas optik radiograf diperlukan untuk mengetahui kualitas radiograf tersebut. Alat untuk mengukur skala densitas dari suatu film rontgen disebut densitometer optis. Telah dibuat densitometer berbasis mikro-kontroller dalam beberapa penelitian (Sijabat A, 2010; Sumardi J, 2006). Oleh karena itu kiranya perlu dibangun densitometer versi lain, yaitu densitometer digital berbasis Matlab.

Berdasarkan keperluan kegiatan uji kualitas radiografi maka perlu dilakukan penelitian dan realisasi pembuatan suatu alat densitometer digital berbasis Matlab yang berkualitas dan mempunyai ketelitian yang baik.

1.2 Perumusan Masalah.

Untuk kepentingan kendali mutu dalam penanganan sistem Radiografi Diagnostik seperti yang terdapat pada lab fisika medik Unnes perlu beberapa alat ukur keluaran sistem radiografi tersebut, antara lain densitometer digital. Karena pentingnya densitometer digital ini menjadi sangat penting untuk mengadakan alat ukur tersebut,

Permasalahan yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah

(9)

b. Apakah rekayasa perangkat lunak berbasis Matlab dapat menampilkan model densitometer digital yang dibangun?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

a. Merekayasa densitometer digital berbasis Matlab sebagai pengganti densitometer optis yang mahal untuk pengembangan Lab Fisika Medik umumnya.

b. Membangun perangkat lunak hasil rekayasa berbasis program aplikasi Matlab sebagai prototype densitometer digital berbasis Matlab.

c. Mengetahui nilai densitas optis (DO) pada ROI file radiograf yang dipilih dan dibandingkannya dengan DO pada ROI film radiograf hasil pengukuran densitometer optis standard.

1.4 Manfaat dan Luaran Penelitian 1.4.1 Manfaat Penelitian:

a. Memberikan informasi mengenai adanya perangkat lunak hasil rekayasa berbasis Matlab sebagai fungsi perhitungan densitometer digital.

b. Memberikan informasi bahwa dengan densitometer digital berbasis Matlab yang sesuai densitometer optis standard memberikan kelengkapan instrumentasi pada unit radiografi di lab fisika medik Unnes.

1.4.2 Luaran Penelitian:

a. Prototipe densiometer digital berbasis Matlab untuk mengukur skala kehitaman radiograf sesuai dengan pengukuran densitometer optis standard.

b. Perangkat lunak berbasis Matlab yang ikut menentukan kinerja prototype densitometer digital yang dibangun.

c. Publikasi ilmiah tentang hasil penelitian rancang bangun densitometer digital berbasis Matlab pada Journal Nasional Terakreditasi.

(10)

BAB II KAJIAN TEORI

Film radiografi biasanya tersusun atas tujuh lapisan. Lapisan dasarnya berupa

cellulose triacetate atau polyester. Pada kedua sisi lapisan dasar ini terdapat lapisan

gelatin yang dikeraskan untuk melindungi emulsi (a), lapisan emulsi yang terbuat dari campuran kristal perak halida dan gelatin (b), serta lapisan sangat tipis yang disebut substratum (c), yang menyebabkan lapisan emulsi melekat pada lapisan dasar.

Lapisan emulsi bersifat sensitif terhadap radiasi sinar-X. Pada saat radiasi mengenai film radiografi, partkel perak halida akan berubah menjadi perak metalik. Banyaknya pembentukan partikel perak metalik berbanding lurus terhadap intensitas radiasi yang mengenainya. Tampang lintang film radiografi mengenai film sendiri bergantung pada materi yang berada di antara film tersebut dan sumber radiasi, dalam hal ini adalah tubuh pasien yang diperiksa (Garmer et al, 2000). Akibatnya, gambaran organ dalam tubuh pasien akan terproyeksi pada citra yang terdapat dalam film radiografi yang digunakan.

Setelah proses pencucian film tersebut menggunakan zat kimia khusus, maka pada film tersebut akan terbentuk citra tembus cahaya. Ketika film tersebut ditempatkan di depan suatu layar terang untuk pemeriksaan, akan terbentuk citra dari area yang memiliki tingkat kecemerlangan (brightness) yang berbeda bergantung dari kepadatan lokal lapisan emulsi yang berubah. Kepadatan fotografis (dinotasikan dengan D) didefinisikan sebagai x o I I D log

dengan Ix adalah intensitas cahaya yang menembus film radiograf dan Io adalah

intensitas cahaya yang digunakan sebagai sumber. Hubungan antara kepadatan fotografis pada film dan paparan radiasi yang menyebabkannya ditunjukkan secara skematis seperti pada Gambar 1.

(11)

Berkas sinar-X yang digunakan pada sistem radiografi konvensional di lab fisika medik atau RS pada umumnya dianggap homogen. Citra yang dihasilkan pada dasarnya adalah pemetaan dari berkas yang diteruskan Ix(Susilo dkk., 2012). Karena berkas yang

baru datang Ii, oleh karena itu berkas yang diteruskan adalah tergatung pada ketebalan x.

Untuk jelasnya intensitas berkas yang diteruskan ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Berkas sinar datang dan diteruskan tergantung tebal obyek (Susilo dkk. 2011) Densitas optis (DO) atau kerapatan citra menjelaskan tingkat kegelapan atau penghitaman citra sinar-x. DO adalah logaritma dari rasio intensitas cahaya yang masuk pada film terhadap intensitas cahaya yang diteruskan melalui film.

Densitas optis didefinisikan sebagai logaritma sebab mata mempunyai suatu tanggapan logaritmis terhadap perubahan kecerahan. DO diukur dengan menggunakan densitometer optis. Citra dalam radiologi diagnostik mempunyai DO dengan rentang dari 0,2 sampai 3,0, pada umumnya informasi yang bermanfaat dalam rentang 0,5 sampai 1,5 (Fosbinder 2001).

Untuk melakukan pengukuran densitas film hasil radiografi, digunakan densitometer. Densitometer adalah alat untuk mengukur tingkat kehitaman film hasil radiografi. Film radiograf stepwedge adalah film standar yang berisi rekaman benda uji dengan tingkat ketebalan stepwedge yang berbeda-beda. Alat bantu pencahayaan adalah sumber penerangan yang mempunyai penyebaran cahaya merata di sepanjang permukaan tempat pembacaan film (Balza A, 2008)

Komponen utama penyusun densitometer optis adalah rangkaian sensor cahaya, rangkaian penguat, rangkaian pengkonversi tegangan analog menjadi digital (ADC), rangkaian kendali utama untuk mengontrol pengambilan data densitas optis serta rangkaian penampil LCD. Densitometer dengan obyek film ini disebut densitomter analog.

Densitometer digital yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengukur densitas atau tingkat kehitaman dari data radiograf digital yang diperoleh dari hasil ekspos obyek dengan sinar-X, sehingga data radiograf tersebut sudah berupa data digital. Dengan rekayasa densitometer berbasis Matlab, maka dengan perhitungan algoritma

(12)

komputer akan diperoleh nilai densitas optis (DO) seperti yang dilakukan pada densitometer optis analog yang telah ada.

Dengan menggunakan densitometer digital ini, penggunaan film tidak diperlukan lagi karena data radiograf sudah berupa file yang merupakan data digital. Dampaknya adalah bahwa pencucian film tidak diperlukan lagi, sehingga limbah radiografi bisa ditiadakan, juga tak perlu mencetak hasil radiograf pada kertas atau film. Sifat kegiatan ini tentunya akan mendukung terwujutnya tata kelola kampus Unnes berwawasan konservasi, karena sesuai dengan pilar-pilar konservasi, antara lain: peniadaan limbah cairan pencuci film, kebijakan nirkertas, energi bersih, dan kaderisasi konservasi.

(13)

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan metode penelitian pembuatan prototype densitometer digital berbasis Matlab untuk pegukuran densitas optis suatu citra radiograf digital

stepwedge sesuai standar yang ditentukan.

Penelitian ini akan dilakukan di dua tempat, yaitu: untuk rekayasa densitometer digital, dilakukan pada lab fisika medik, sedangkan pengukuran densitas optis (DO) pada film radiograf analog dilakukan di bagian radiologi RS Paru Ariowiraan Salatiga, namun pengukuran DO dari file radiograf digital tetap dilakukan di lab fisika medik Unnes.

3.2 Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan untuk penelitian adalah: a. Stepwedge aluminium standart (Gambar 3)

Gambar 3. Stepwedge alumnium standart

Adapun spesifikasi stepwedge aluminium adalah sebagai berikut: - GAMMEX Model 117, Rad Aluminum Stepwedge

- Construction-6061 Aluminum Alloy Steps

- Eleven (11) steps, 3.2 mm high and 12.7 mm deep - Dimensions - 14x6 cm (5.5x2.4 in)

- Weight- 450 g

3.3 Peralatan Penelitian.

Peralatan yang digunakan dalam pengukuran densitas optis (DO), adalah: a. Sistem Radiografi Konvensional sebagai generator sinar-X untuk memapari obyek.

(14)

b. Sistem Computed Radiography (CR), berfungsi membuat file radiograf digital suatu obyek (stepwedge).

c. Densitometer optik, berfungsi mengukur DO dari film radiograf obyek, juga digunakan sebagai pembanding densitomter digital berbasis Matlab.

d. Densitometer digital berasis Matlab, berfungsi mengukur DO dari file radiograf obyek atau stepwedge, yang akan diuji atau dibandingkan dengan densitometer optis standard.

3.4 Pemodelan Densitometer Digital Berbasis Matlab.

Densitas optis atau DO untuk film radiograf diukur menggunakan densitometer optis, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Densitometer Optis pada Politekes Negeri Semarang

Sedang untuk file radiograf digital diukur menggunakan densitometer digital berbasis Matlab. Kedua pengukuran dengan obyek yang sama (stepwedge) akan dibandingkan. Prinsip kerja densitometer digital berasis program aplikasi Matlab yang aan dibangun dapat dijelaskan dengan algoritma densitometer digital (Gambar 5).

(15)

Gambar 5. Algoritma densitometer digital berbasis Matlab 3.5 Tata Laksana Penelitian

a. Prinsip Pengukuran

Instrumen dari densitometer optik ini digunakan untuk mengukur densitas optis (DO) atau tingkat kegelapan pada ROI (region of interest) film radiograf, yang merupakan metode untuk memperoleh nilai DO suatu film radiograf. Sedang densitometer digital berbasis Matlab digunakan untuk mengukur densitas optis pada file radiograf digital, yang merupakan altenatif metode untuk memperoleh nilai DO suatu file radiograf. Untuk jelasnya pengukuran DO dari film radiograf dan file radiograf dapat dijelaskan secara skematis seperti ditunjukkan pada Gambar 6.

(16)

Gambar 6. Skema pengukuran DO menggunakan kedua densitometer. b. Analisis Pengukuran DO pada densitometer

Adapun faktor-faktor yang berpengaruh langsung pada pengukuran DO adalah tingkat kegelapan pada film radiograf dan tingkat keabuan (grey level) pada file radiograf. Tingkat kegelapan untuk film radiograf dinyatakan sebagai tingkatan gelap sampai terang secara kualitatif, sedang grey level untuk file radiograf dinyatakan secara kuantitaif dari angka 0 sampai 255 untuk menyatakan tingkatan gelap sampai terang.

(17)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengukuran DO menggunakan Densitometer.

Gambar 7. Radiograf stepwedge menggunakan CR dengan factor eksposi 65 kV, 1.6 mAs

Tabel 1. Optimasi tegangan tabung Data eksposi menggunakan CR

Arus - waktu tabung : 1,6 mAs Jarak sumber – film : 90 cm

No Tegangan tabung (kV) Jumlah step terlihat Kulaitas kontras radiograf

1 40 3 jelek 2 45 3 jelek 3 50 3 jelek 4 55 4 agak baik 5 65 10 sangat bagus 6 70 5 Baik

Tabel 2. Pembacaan stepwedge menggunakan densitometer

Data Eksperimen Stepwedge:

kV = 50

mA = 200

mAs = 5

(18)

Step Pembacaan dengan Densitometer Tebal StepKeterangan 1 2 3 4 5 Rata2 1 1.24 1.26 1.30 1.33 1.32 1.29 Tipis (gelap) 2 0.85 0.94 0.96 0.96 0.98 0.94 3 0.61 0.66 0.67 0.69 0.68 0.66 4 0.42 0.44 0.44 0.45 0.49 0.45 5 0.30 0.29 0.32 0.32 0.36 0.32 6 0.24 0.26 0.26 0.26 0.29 0.26 7 0.23 0.23 0.23 0.24 0.25 0.23 8 0.21 0.22 0.22 0.22 0.24 0.22 9 0.20 0.21 0.21 0.21 0.21 0.20 10 0.20 0.20 0.21 0.21 0.22 0.20 11 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21 Tebal (terang)

Gambar 8. Grafik DO vs Step menggunakan densitometer

Data awal tentang stepwedge dapat direkam dengan menggunakan format DICOM, dimana format ini merupakan format standard bawaan CR. Dengan format DICOM pula data nilai mentah (raw value) dapat dicatat dengan cara meletakkan kursor pada pixcel pada posisi tertentu. Data Dicom ini mempunyai ukuran 12 bit, sehingga nilai mentahnya sebanyak 212= 4096, sehingga mempunayi resolusi lebih bagus dari pada GL kepunyaan Radiografi Digital lab fisika sebesar 8 bit.

(19)

4.2 Pengukuran DO menggunakan Raw Value (nilai mentah) menggunakan Format DICOM pada CR.

Pengukuran Raw Value (RW) atau nilai mentah dapat dilakukan dengan menggunakan nilai pixel pada file radiograf dari pemotretan stepwedge menggunakan CR yang mempunyai format DICOM. Pada format DICOM ini mempunyai format data 12 bit atau ada 212= 4096 tingkat keabuan.

Tabel 3. Pembacaan RV pada stepwedge dengan CR Data Eksperimen Stepwedge:

kV = 50

mA = 200 mAs = 5 FFD = 100 cm Ei = 1650

Pembacaan data Raw Value pada Stepwedge dengan CR

Step Pembacaan dengan CR Keterangan obyek

1 2 3 4 5 Rata2 Step

1 1,270 1,260 1,300 1,305 1,273 1,282 1 tipis;

2 1,860 1,877 1,817 1,719 1,790 1,813 2 citra gelap pada radiograf 3 2,458 2,246 2,486 2,517 2,381 2,418 3 4 2,784 2,943 3,077 2,998 3,001 2,961 4 5 2,534 3,544 3,506 3,500 3,521 3,321 5 6 3,590 3,596 3,770 3,675 3,680 3,662 6 7 3,755 3,871 3,860 3,893 3,840 3,844 7 8 3,827 3,934 3,931 3,934 3,907 3,907 8 9 3,893 4,014 4,009 3,993 3,977 3,977 9 10 3,887 3,864 3,940 3,968 3,915 3,915 10 tebal;

11 3,922 3,975 3,968 4,011 3,981 3,971 11 citra terang pada radiograf Pembacaan data Raw Value pada keadaan tanpa obyek dgn CR

Step Pembacaan dengan CR

1 2 3 4 5 Rata2

- 588 588 592 586 596 590 udara

Untuk menghitung DO menggunakan data mentah (raw value) RV, ditabelkan data rata-rata RV sebagai berikut:

(20)

Tabel 4. Menghitung DO melalui RV menggunakan CR berbasis Matlab

Step RV Step RV Bg DO DO Trans

1 1282 590 -0.33704 0.56296 2 1813 590 -0.48755 0.41245 3 2418 590 -0.61260 0.28740 4 2961 590 -0.70059 0.19941 5 3321 590 -0.75042 0.14958 6 3662 590 -0.79287 0.10713 7 3844 590 -0.81393 0.08607 8 3907 590 -0.82099 0.07901 9 3977 590 -0.82870 0.07130 10 3915 590 -0.82188 0.07812 11 3971 590 -0.82805 0.07195

Data RV step menyatakan raw value undakan stepwedge yang dapat dinyatakan dengan grafik RV vs Step, seperti ditunjukkan pada Gambar x. Step 1 s.d 11 menggambarkan undakan step dari paling tipis dengan tebal 3 mm, dengan kenaikan 3 mm setiap step, sampai step yang paling tebal yaitu pada step ke 11 atau tebalnya adalah 33 mm. Dari Gambar x terlihat bahwa pada step ke-4 s.d step ke-8 merupakan garis yang mendekati linear, ini disebabkan karena pusat penyinaran diposisikan pada step ke 6 (tengah-tengah antara step ke-1 s.d step ke-11). Intensitas sinar-X pada jarak yang sama dari tengah penyinaran ini menurun secara gradual berbanding terbalik dengan jarak kuadrat (~ 1/r2), dimana r adalah jarak tengah penyinaran ke penggir. Intensitas penyinaran yang tidak simetris ini juga dipengaruhi oleh efek Hell, yang menyatakan bahwa intensitas penyinaran kearah katoda lebih besar dibanding intensitas penyinaran kearah anoda. Oleh karena itu grafik nilai mentah step (RV step) vs Step dinyatakan sebagai persamaan polynomial orde 3, yaitu: y = 0,909x3– 57,79x2+ 842,2x + 433,0, dengan R2= 0,997.

(21)

Nilai mentah “RV Step” dan “RV Bg (Background)” dapat diubah menjadi nilai Densitas Optis (DO) dengan menggunakan persamann DO, yaitu:

DO = log (Io/Ix)

Dengan memasukkan nilai RV Bg pada Io dan RV Step pada Ix pada setiap step, maka akan diperolen nilai-nilai DO yang sama dengan log(Io/Ix) pada setiap step juga. Analog untuk step ke-1 s.d step ke-11 akan diperoleh nilai DO untuk setipa step. Perhitungan DO ini dapat dinyatakan sebagai grafik DO vs Step, seperti ditunjukkan pada Gambr 9. Dari gambar tersebut, diperoleh persamaan:

y = -0,000x3+ 0,023x2-0,22x – 0,138, dengan R2= 0,999

Gambar 10. Grafik DO vs Step menggunakan data RV dengan format DICOM.

Agar grafik yang diperoleh menggunakan data RV dengan format DICOM sesuai dengan hasil pengukuran stepwedge menggunakan alat ukur DO berupa densitometer, maka grafik pada Gambar 10 perlu ditranslasikan dengan mengalikan nilai-nilai RV pada kolom DO pada Gambar 10 dengan suatu factor pekalian 3. Hasil perkalian ini bisa dinyatakan sebagai grafik DO (trans) vs Step, seperti ditunjukkan pada Gambar 11.

(22)

Gambar 11. Grafik DO (trans) vs Step menggunakan format DICOM pada CR.

Dari grafik DO (trans) vs Step menggunakan data RV pada format DICOM (Gambar 11) diperoleh grafik yang sesuai dengan grafik DO vs Step menggunakan densitometer (Gambar 8).

4.3 Pengukuran DO menggunakan Densiometer berbasis Matlab menggunakan Radiografi Digital (Radig).

Gambar 12. Radiograf stepwedge menggunakan Radig dengan factor eksposi 65 kV, 1.6 mAs

(23)

Gambar 13. Tampilan masukan data menggunakan Matlab.

Tampilan program aplikasi pengukuran radiograf stepwedge berbasis Matlab hasil rekayasa sendiri menggunakan system Radig dapat ditabelkan, seperti ditunjukkan pada Tabel 5. Software aplikasi pengukuran DO pembuatannya dipandu dengan flowchart, seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Sedang software Matlab ini dapat ditunjukkan dengan syntax program, seperti ditunjukkan pada Lampiran 1.

Hasil pengukuran DO menggunakan Radig dapat ditunjukkan seperti pada Gambar 14 berikut.

Tabel 5. Pengukuran Intensitas mula-mula Iovs Intensitas Keluaran Ix, sehingga diperoleh nilai DO (log(Io/Ix)) dan Operasi Translasi.

Step Io Ix log(Io/Ix) Translasi + 3

1 9.030 31.953 -0.549 2.451 2 1.225 39.107 -1.504 1.496 3 0.850 57.221 -1.828 1.172 4 0.590 80.985 -2.138 0.862 5 0.552 103.878 -2.274 0.726 6 0.499 126.747 -2.405 0.595 7 0.561 146.487 -2.417 0.583 8 0.589 161.331 -2.438 0.562 9 0.636 175.758 -2.442 0.558 10 0.739 184.716 -2.398 0.602

(24)

Grafik GL (Grey Level) terhadap Step bisa ditunjukka pada Gambar 14. Grafik ini sesuai dengan grafik RV vs Step (Gambar xx) pada pegukuran DO menggunakan densitometer.

Gambar 14. Grafik GL dari Ixvs Step

Dengan menggunakan rumusan DO = log(Io/Ix), diperoleh grafik DO vs Step, seperti ditunjukkan pada Gambar 15. Gmabr 15 ini juga sesuai dengan Gambar 9 pada grafik RV step vs Step.

Gambar 16. Grafik DO vs Step

Agar grafik yang diperoleh menggunakan data GL dengan format JPEG sesuai dengan hasil pengukuran stepwedge menggunakan alat ukur DO berupa densitometer, maka

(25)

pada Gambar 16 dengan suatu factor tertentu. Hasil perkalian ini bisa dinyatakan sebagai grafik DO (trans) vs Step, seperti ditunjukkan pada Gambr 17.

Gambar 17. Grafik DO vs Step, setelah dilakukan operasi translasi

Pengukuran Grey Level (GL) dengan menggunakan software berbasis Matlab dilakukan di Laboratorium Fisika pada FMIPA UNNES Semarang. Pengukuran ini dilakukan dengan cara meng-copy file dari server pada unit computer Lab setelah dilakukan eksposi pada stepwedge menggunakan system Radiografi Digital lab Fisika Medik. Untuk analisis data dengan software rekayasa sendiri, sehingga bisa dilakukan dengan PC dimana saja.

(26)

BAB V PENUTUP Simpulan

Dari pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

a. Densitometer digital berbasis Matlab rekayasa sendiri sebagai pengganti densitometer optis yang mahal untuk pengembangan Lab Fisika Medik umumnya.

b. Telah dibangun perangkat lunak hasil rekayasa berbasis program aplikasi Matlab sebagai prototype densitometer digital berbasis Matlab.

c. Dapat diketahui nilai densitas optis (DO) pada ROI file radiograf yang dipilih dan dibandingkannya dengan DO pada ROI film radiograf hasil pengukuran densitometer optis standard.

Saran

Kegiatan ini memberikan alternatif lain berupa metode pengukuran densitas optis pada citra digital yang bisa digunakan sebagai metode baru dalam praktikum pengukuran densitas optis untuk pembelajaran radiografi digital.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Penelitian Hibah Terapam FMIPA Unnes yang membiayai riset ini dengn surat kontrak No.: DIPA-042.01.2.400899/2016 tanggal 07 Desember. Juga kami ucapkan terima kasih kepada Ka Bagian Radiologi RS Paru Ariawan Salatiga dr. Lilik Lestari, Sp.Rad, Rudi Setiawan, S.Si, M.Si atas bantuannya dalam penelitian ini.

(27)

Daftar Pustaka

Arifin Sijabat. Rancang bangun densitometer berbasis mikrokontroler Atmega 8535, laporan skrepsi, Fisika FMIPA Undip Semarang, 2010.

Balza Achmad, Viktorinus Hardianto dan Agus Arif. Densitometer film radiografi portable berbasis mikrokontroler. Media Elektrik, Volume 2 Nomor 2, Juni 2008. Fosbinder, R. A. and Kelsey, C. A. 2001. Essential of radiologic science. McGraw-Hill,

Medical Publishing Division, New York.

Garmer M, Hennigs S, Jager H, Schrick F, Loo T, Jacobs A. Digital radiography versus conventional radiography in chest imaging. AJR 2000;174:75-80.

Gonzales R.C, Woods R.E, Edins S.L, 2004. Digital image processing Using Matlab. Person Practice Hall, Upper Saddel River, NJ 07458.

Jiang Y, Nishikawa RM, Schmidt RA, Toledano AY, Doi K. Potential of

computer-aided diagnosis to reduce variability in radiologists’ interpretations of

mammograms depicting micro-calcifications. Radiology 2001; 220:787–794. Joko Sunardi, Nugroho Tri Sanyoto, Theresia Lestari. Rancang bangundensitometer

digital berbasis mikrokontroler. Seminar Nasional II, SDM Teknologi Nuklir Yogyakarta, 21-22 Desember 2006, ISSN 1978-0176

Rowlands J. The physics of computed radiography. Phys Med Biol 2002;47:R123-66. Susilo, Maesadi Tjokro Nagoro, Kusminarto, Wahyu Setia Budi. Kajian Fisika

Indeks-keabuan dengan Teknik Radiografi Digital pada Pemeriksaan Tulang Metastatik. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Vol 8, No 1, Januari 2012. ISSN 1693-1246 Susilo, Maesadi Tjokro Nagoro, Kusminarto, Wahyu Setia Budi. Uji diagnostik

pemeriksaan osteosklerotik tulang dengan sistem radiografi digital. Media Medika Indonesiana; vol: 45, No. 3; No. ISSN: 0126-1762; Desember 2011; Halaman: 139-212.

Susilo, Sunarno, Lilik Lestari, Wahyu Setia Budi. Rancang bangun sistem pencitraan radiografi digital untuk pengembangan layanan RS Daerah dalam pelaksanaan Otonomi Daerah dan Desentralisasi, Laporan Penelitian Hibah Strate-gis Nasional, DP2M Dikti, 2010.

Susilo, Wahyu S. B., dan Kusminarto. Aplikasi perangkat lunak berbasis Matlab untuk pengukuran radiografi digital. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Acceptance

(28)

Lampiran 1

Riwayat Hidup Ketua

1. Nama dan gelar akademik : Prof. Dr.rer.nat Wahyu Hardyanto, M.Si.

2. NIP : 196011241984031002

3. Tempat dan Tanggal Lahir : Boyolali , 24 Nopember 1960 4. Jurusan/Fak/Perguruan Tinggi : Fisika/FMIPA/Unnes Semarang

Alamat kantor : Kampus Sekaran Gunungpati Semarang

Telepon : 024 6925172

Fax : 024 6925172

E-mail : [email protected]

5. Pendidikan Terakhir : Technical University (TU) Freiberg, Germany. 6. Bidang keahlian yg ditekuni : Computer Modeling

Publikasi Hasil Penelitian

No. Judul Tulisan Nama Jurnal,

No. Vol Tahun

7 Pemngembangan Aplikasi Multimedia Interaktif

Prosiding Seminar Nasional, Pengembangan Bembelajaran Inovatif

2007

8 Introducing probability and uncertainty in groundwater modeling with

FEMWATER-LHS

Journal of Hydrology Vol.: 332 Hal.: 206-213

2007

9 Laboratorium Sains Virtual sebagai Sebuah Solusi Pembelajaran Sains Berbasis Eksperimen.

Prosiding Seminar Nasional, Pendidikan MIPA: Virtual Lab dalam IPA

2010

10 ICT and Institutional Learning: Unnes’

experience

Prosiding Seminar Nasional Seminar Nasional Cakrawala Pembelajaran Berkualitas di Indonesia

2012

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Unggulan.

Semarang, 20 Oktober 2016

Prof. Dr. rer. Nat. Wahyu Hardyanto, M.Si. NIP. 196011241984031002

(29)

Riwayat Hidup Anggota Peneliti 1

1. Nama dan gelar akademik : Dr. Susilo, M.S

2. NIP : 1952080119760301006

3. Tempat dan Tanggal Lahir : Blora, 1 – 8 – 1952

4. Jurusan/Fak/Perguruan Tinggi : Fisika/FMIPA/Unnes Semarang

Alamat kantor : Kampus Sekaran Gunungpati Semarang

Telepon : 024-8508034

Fax : 024-8508034

E-mail : [email protected]

5. Pendidikan Terakhir : S3 Ilmu Kedokteran 6. Bidang keahlian yg ditekuni : Fisika Medik Pengalaman Penelitian:

Institusi Kedudukan/Jabatan Periode

Penelitian DIPA Unnes Semarang

Sistem Radiografi digital untuk pemeriksaan tulang, sebagai ketua.

2009 Penelitian Hibah

Strate-gis Nasional, DP2M Dikti.

Rancang bangun sistem pencitraan radiografi digital untuk pengembangan layanan RS Daerah dalam pelaksanaan Otonomi Daerah dan Desentralisasi, sebagai ketua.

2009 dan 2010 Penelitian Terapan,

DI-PA Unnes Semarang

Rancang bangun stepwedge aluminium dengan teknik Radiografi Sinar-X, sebagai Ketua.

2011 Penelitian Terapan,

DI-PA Unnes Semarang

Rancang bangun sistem grounding untuk pengembangan lab Fisika Unnes, sebagai ketua

2012 Publikasi yang relevan:

Susilo, Wahyu Setia Budi, Kusminarto. Analisis Homogenitas Bahan Acrylic dengan Teknik Radiografi Sinar-X. Jurnal Fisika. Vol 1, No 1, Mei 2011, ISSN 2088-1509, hal 29-34.

Sudartono, Sunarno, Susilo. Rancang bangun system pengenalan pola sidik jari meng-gunakan metode Minutiae. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, vol 7, No 1, Januari 2011, ISSN 1693-1246, hal 47-51.

Susilo, Maesadi Tjokro Nagoro, Kusminarto, Wahyu Setia Budi. Kajian Fisika Indeks-keabuan dengan Teknik Radiografi Digital pada Pemeriksaan Tulang Metastatik. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Vol 8, No 1, Januari 2012. Terakreditai B, ISSN 1693-1246.

Daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Semarang, 20 Oktober 2016

(30)

Riwayat Hidup Anggota Peneliti 2 1. Nama dan gelar akademik : Drs. Mosik, M.S

2. NIP : 195807241983031001

3. Tempat dan Tanggal Lahir : Purwokerto, 24 – 7 - 1958 4. Jurusan/Fak/Perguruan Tinggi : Fisika/FMIPA/Unnes Semarang

Alamat kantor : Kampus Sekaran Gunungpati Semarang

Telepon : 024-8508034

Fax : 024-8508034

E-mail : [email protected]

5. Pendidikan Terakhir : S2 Fisika ITB 6. Bidang keahlian yg ditekuni : Fisika Modern

Pengalaman Penelitian:

1. Judul: Perkuliahan Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Pemahaman Fisis mata Kuliah Fisika Kuantum, Program: DIPA Tahun: 2007, Status: Ketua Tim: Drs. Aryono Adhi, M.Si.

2. Judul: Rancang Bangun Sistem Grounding Untuk Pengembangan Laboratorium Fisika UNNES Semarang. Program: DIPA Tahun: 2012, Status: Ketua Tim: Dr. Supriyadi, M.S, dan Dr. Susilo, M.S.

Publikasi Ilmiah

1. Munif, Mosik. 2009. Penerapan Model Experiental Learning Dalam Proses Pembelajaran Ipa Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kls V Sd. JPFI No./Vol.: VOL. 5 NO. 2 JULI 20. ISSN: 1963-1246

2. Ikmalul H, Mosik. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dengan Media Vcd Untuk Mengetahui Adanya Miskonsepsi Fisika. Prseding Seminar Nasional Fisika 2010. No./Vol.: 2 OKTOBER 2010.ISSN: ISBN 978-602-97835-0 3. Mosik, P Maulana. 2010. Usaha Mengurangi Terjadinya Miskonsepsi Fisika Melalui

Pembelajaran Dengan Pendekatan Konflik Kognitif. JPFI, No./Vol.: VOL.6 NO.2 JULI 2010.

4. Setyowati, Bambang Subali, Mosik. 2011. Implementasi Pendekatan Konflik Kognitif dalam Pembelajaran Fisika untuk menumbuhkan Kemampuan berpikir Kritis siswa SMP kelas VII. JPFI No./Vol.: Vol. 7 No 2 Juli 201ISSN: 1693-1246

Daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Semarang, 20 Oktober 2013

(31)

Riwayat Hidup Anggota Peneliti 3

1. Nama dan gelar akademik : Drs. Hadi Susanto, M.Si

2. NIP : 195308031980031003

3. Tempat dan Tanggal Lahir : Blora dan 3 Agustus 1953. 4. Jurusan/Fak/Perguruan Tinggi : Fisika/FMIPA/Unnes Semarang

Alamat kantor : Kampus Sekaran Gunungpati Semarang Telepon / HP : 024-8508034 / 08156618120

Fax : 024-8508034

E-mail : [email protected]

5. Pendidikan Terakhir : S2 Fisika ITB Bandung 6. Bidang keahlian yg ditekuni : Fisika Dasar

Kegiatan Penelitian :

No Tahun Judul Penelitian Sumber

Dana 1 2009 Penerapan Model Pembelajaran Problem Based

Learning pada Mata Kuliah Fisika Dasar II untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa

Sebagai: Ketua

DIPA UNNES 2 2007 Implementasi Problem Solving Laboratory Sebagai

Model Kegiatan Lab. Fisika Berbasis Inquiri Pada Matakuliah Praktikum Fisika Dasar untuk Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa Fisika

Sebagai: Ketua

DIPA UNNES

c. Kegiatan Publikasi Ilmiah

No Judul Volume/No

mor

Nama Jurnal/Publikasi 1 Pembelajaran Sains dengan

Pendekatan Ketrampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa No./Vol.: N0.2Vol.7, 106-110 2011, ISSN: 1693-1246 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia

2 Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik melalui Penerapan Metode Think Pair Share pada materi pokok bahasan Bunyi siswa kelas VIII SMP

No.2 Vol 6,74-78, 2010, ISSN: 1693-1246

Jurnal Pendidkan Fisika Indonesia

Daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Semarang, 20 Oktober 2013

(32)

Lampiran 2

SURAT PERNYATAAN KETUA/ANGGOTA PENELITI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Prof. Dr.rer.nat Wahyu Hardyanto, M.Si

NIP : 196011241984031002

Pangkat/golongan : Pembina Tk. I / IVB Jabatan Fungsional : Profesor

Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian saya dengan judul Perekayasaan Densitometer Digital Berbasis Matlab Untuk Mendukung Unnes Berwawasan Konservasi yang diusulkan dalam skema Penelitian Peningkatan Bidang Konservasi FMIPA Unnes untuk tahun anggaran 2016 bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga / sumber dana lain.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.

Semarang, 20 Oktober 2016 Mengetahui,

Dekan FMIPA UNNES Yang Menyatakan

Prof. Dr. Zaenuri, S.E., M.Si., Akt. Prof. Dr.rer.nat Wahyu Hardyanto, M.Si

(33)

Lampiran 3:

function varargout = Image_Analysis_DO(varargin)

% IMAGE_ANALYSIS_DO M-file for Image_Analysis_DO.fig

% IMAGE_ANALYSIS_DO, by itself, creates a new IMAGE_ANALYSIS_DO or raises the existing

% singleton*. %

% H = IMAGE_ANALYSIS_DO returns the handle to a new IMAGE_ANALYSIS_DO or the handle to

% the existing singleton*. %

% IMAGE_ANALYSIS_DO('CALLBACK',hObject,eventData,handles,...) calls the local

% function named CALLBACK in IMAGE_ANALYSIS_DO.M with the given input arguments.

%

% IMAGE_ANALYSIS_DO('Property','Value',...) creates a new IMAGE_ANALYSIS_DO or raises the

% existing singleton*. Starting from the left, property value pairs are

% applied to the GUI before Image_Analysis_DO_OpeningFcn gets called. An

% unrecognized property name or invalid value makes property application

% stop. All inputs are passed to Image_Analysis_DO_OpeningFcn via varargin.

%

% *See GUI Options on GUIDE's Tools menu. Choose "GUI allows only one

% instance to run (singleton)". %

% See also: GUIDE, GUIDATA, GUIHANDLES

% Edit the above text to modify the response to help Image_Analysis_DO % Last Modified by GUIDE v2.5 31-Oct-2016 21:11:57

% Begin initialization code - DO NOT EDIT gui_Singleton = 1;

gui_State = struct('gui_Name', mfilename, ...

'gui_Singleton', gui_Singleton, ...

'gui_OpeningFcn', @Image_Analysis_DO_OpeningFcn, ...

'gui_OutputFcn', @Image_Analysis_DO_OutputFcn, ...

'gui_LayoutFcn', [] , ...

'gui_Callback', []);

if nargin && ischar(varargin{1})

gui_State.gui_Callback = str2func(varargin{1});

end

if nargout

[varargout{1:nargout}] = gui_mainfcn(gui_State, varargin{:});

else

gui_mainfcn(gui_State, varargin{:});

end

(34)

% --- Executes just before Image_Analysis_DO is made visible.

function Image_Analysis_DO_OpeningFcn(hObject, eventdata, handles,

varargin)

% This function has no output args, see OutputFcn. % hObject handle to figure

% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA)

% varargin command line arguments to Image_Analysis_DO (see VARARGIN) % Choose default command line output for Image_Analysis_DO

handles.output = hObject;

set([handles.axes1,handles.axes2,handles.axes3,handles.axes4,handles.axes5 ],'XTick',[],'YTick',[],'box','on')

% Update handles structure guidata(hObject, handles);

% UIWAIT makes Image_Analysis_DO wait for user response (see UIRESUME) % uiwait(handles.figure1);

% --- Outputs from this function are returned to the command line.

function varargout = Image_Analysis_DO_OutputFcn(hObject, eventdata,

handles)

% varargout cell array for returning output args (see VARARGOUT); % hObject handle to figure

% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA) % Get default command line output from handles structure

varargout{1} = handles.output;

function edit2_Callback(hObject, eventdata, handles)

% hObject handle to edit2 (see GCBO)

% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA) % Hints: get(hObject,'String') returns contents of edit2 as text

% str2double(get(hObject,'String')) returns contents of edit2 as a double

% --- Executes during object creation, after setting all properties.

function edit2_CreateFcn(hObject, eventdata, handles)

% hObject handle to edit2 (see GCBO)

% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB

% handles empty - handles not created until after all CreateFcns called % Hint: edit controls usually have a white background on Windows.

(35)

if ispc && isequal(get(hObject,'BackgroundColor'), get(0,'defaultUicontrolBackgroundColor'))

set(hObject,'BackgroundColor','white');

end

function edit3_Callback(hObject, eventdata, handles)

% hObject handle to edit3 (see GCBO)

% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA) % Hints: get(hObject,'String') returns contents of edit3 as text

% str2double(get(hObject,'String')) returns contents of edit3 as a double

% --- Executes during object creation, after setting all properties.

function edit3_CreateFcn(hObject, eventdata, handles)

% hObject handle to edit3 (see GCBO)

% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB

% handles empty - handles not created until after all CreateFcns called % Hint: edit controls usually have a white background on Windows.

% See ISPC and COMPUTER.

if ispc && isequal(get(hObject,'BackgroundColor'), get(0,'defaultUicontrolBackgroundColor'))

set(hObject,'BackgroundColor','white');

end

% --- Executes on button press in pushbutton1.

function pushbutton1_Callback(hObject, eventdata, handles)

% hObject handle to pushbutton1 (see GCBO)

% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA) img=getappdata(handles.figure1,'img');

axes(handles.axes1) rect = getrect; gh=find(rect); hold on

rectangle('Position',rect,'EdgeColor','r','LineWidth',1) imcb=imcrop(img,rect); mb=mean2(imcb); set(handles.edit2,'string',mb) sdb = std2(imcb); set(handles.edit4,'string',sdb) axes(handles.axes2) imshow(imcb) axes(handles.axes4) imhist(imcb)

setappdata(handles.figure1,'imcb',imcb) setappdata(handles.figure1,'mb',mb) setappdata(handles.figure1,'sdb',sdb)

(36)

function pushbutton2_Callback(hObject, eventdata, handles) % hObject handle to pushbutton2 (see GCBO)

% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA) img=getappdata(handles.figure1,'img');

axes(handles.axes1) rect = getrect; gh=find(rect); hold on

rectangle('Position',rect,'EdgeColor','b','LineWidth',1) imcf=imcrop(img,rect); mf=mean2(imcf); set(handles.edit3,'string',mf) axes(handles.axes3) imshow(imcf) axes(handles.axes5) imhist(imcf)

setappdata(handles.figure1,'imcf',imcf) setappdata(handles.figure1,'mf',mf)

function edit4_Callback(hObject, eventdata, handles)

% hObject handle to edit4 (see GCBO)

% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA) % Hints: get(hObject,'String') returns contents of edit4 as text

% str2double(get(hObject,'String')) returns contents of edit4 as a double

% --- Executes during object creation, after setting all properties.

function edit4_CreateFcn(hObject, eventdata, handles)

% hObject handle to edit4 (see GCBO)

% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB

% handles empty - handles not created until after all CreateFcns called % Hint: edit controls usually have a white background on Windows.

% See ISPC and COMPUTER.

if ispc && isequal(get(hObject,'BackgroundColor'), get(0,'defaultUicontrolBackgroundColor'))

set(hObject,'BackgroundColor','white');

end

% --- Executes on button press in pushbutton3.

function pushbutton3_Callback(hObject, eventdata, handles)

% hObject handle to pushbutton3 (see GCBO)

% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA) [filename,path]=uigetfile('*.jpg','Load Image');

if isequal(filename,0)

return end

(37)

img=imcomplement(img); axes(handles.axes1) imshow(img)

setappdata(handles.figure1,'img',img)

% --- Executes on button press in pushbutton4.

function pushbutton4_Callback(hObject, eventdata, handles)

% hObject handle to pushbutton4 (see GCBO)

% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA) %% Hitung DO

mb=getappdata(handles.figure1,'mb'); % Background mf=getappdata(handles.figure1,'mf'); % Foreground sdb=getappdata(handles.figure1,'sdb');

DO=log10(mb/mf); % Persamaan DO set(handles.edit5,'string',DO)

function edit5_Callback(hObject, eventdata, handles)

% hObject handle to edit5 (see GCBO)

% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA) % Hints: get(hObject,'String') returns contents of edit5 as text

% str2double(get(hObject,'String')) returns contents of edit5 as a double

% --- Executes during object creation, after setting all properties.

function edit5_CreateFcn(hObject, eventdata, handles)

% hObject handle to edit5 (see GCBO)

% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB

% handles empty - handles not created until after all CreateFcns called % Hint: edit controls usually have a white background on Windows.

% See ISPC and COMPUTER.

if ispc && isequal(get(hObject,'BackgroundColor'), get(0,'defaultUicontrolBackgroundColor'))

set(hObject,'BackgroundColor','white');

end

% --- Executes on button press in pushbutton5.

function pushbutton5_Callback(hObject, eventdata, handles)

% hObject handle to pushbutton5 (see GCBO)

% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA) img=getappdata(handles.figure1,'img');

axes(handles.axes1) imshow(img)

Gambar

Gambar 2. Berkas sinar datang dan diteruskan tergantung tebal obyek (Susilo dkk. 2011) Densitas  optis  (DO)  atau  kerapatan  citra  menjelaskan  tingkat  kegelapan  atau penghitaman citra sinar-x
Gambar 3. Stepwedge alumnium standart
Gambar 4. Densitometer Optis pada Politekes Negeri Semarang
Gambar 5. Algoritma densitometer digital berbasis Matlab 3.5 Tata Laksana Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Variabel pengembangan organisasi terdapat 24 pernyataan yang diajukan. Masing-masing pertanyaan sudah diberi jawaban oleh peneliti serta skor penilaian. Arminareka Cabang

Dalam membuat rangkaian timbangan dengan menggunakan load cell sebagai sensor untuk mendapatkan nilai pengukuran yang akurat belum maksimal karena pergeseran

Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti perlu mengkaji ulang untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum

Kehidupan informan sebagai personal trainer di panggung depan merupakan hasil pengelolaan pesan dan kesan yang di bentuk dan dirancang sedemikian rupa agar memenuhi

Tegangan geser didapat dengan menghitung gaya geser (G) yang didapat dari pembacaan maksimum load ring dial setelah dikalikan dengan nilai kalibrasi prooving ring (LRC)..

Mikrograf yang diperoleh bagi sampel dengan x = 0.15, 0.20 dan 0.25, seperti dalam Rajah 2, menunjukkan apabila x meningkat, butiran berbentuk rod yang berselirat dengan

Sejalan dengan hal tersebut, Silva (2015) menjelas- kan bahwa secara spesifik, perawat menangani banyak situasi penuh tekanan sepanjang hari, banyak di an- taranya menyebabkan

Keunggulan silika yang berbahan baku limbah pertanian padi dibandingkan silika yang diperoleh dari deposit batuan (kuarsa) adalah (1) silika dari sekam ataupun jerami