• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini hendak mengkaji ekonomi politik dalam industri tambak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini hendak mengkaji ekonomi politik dalam industri tambak"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tulisan ini hendak mengkaji ekonomi politik dalam industri tambak udang, dengan fokus kajian mengurai bagaimana pola relasi bisnis politik antara pemerintah daerah (birokrat dan politisi lokal) dan investor dengan mengambil studi kasus pembangunan industri tambak udang di Desa Lapa Daya Kabupaten Sumenep. Adanya relasi bisnis politik di tingkat lokal tak bisa dilepaskan dari hadirnya otonomi daerah sebagai bentuk tata kelola pemerintahan di Indonesia yang baru pasca runtuhnya rezim orde baru yang totaliter nan sentralistik. Dengan adanya otonomi di tingkat daerah memungkinkan aktor-aktor lokal dapat mengambil keuntungan dengan tampil sebagai pejabat publik serta membangun aliansi dengan pengusaha yang mempunyai kepentingan bisnis di daerah tersebut. Hal ini dilakukan guna menciptakan atau mempertahankan kepentingan atas dominasi ekonomi politik di tingkat lokal.

Hadirnya Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang membawa semangat otonomi daerah semakin memberikan ruang luas bagi pemerintah daerah dalam membuat kebijakan maupun mengelola wilayahnya. Undang-undang ini memberi hak terhadap setiap daerah dalam mengatur kebijakan-kebijakan daerah yang mendukung program pembangunan berkelanjutan guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,

(2)

2 keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semangat otonomi daerah semakin ditegaskan oleh pemerintahan Joko Widodo melalui visi yang termaktub dalam sembilan poin yang dikenal sebagai Nawacita. Salah satu poin tersebut mengatakan ‘membangun

indonesia dari pinggiran’.1

Artinya, pemerintahan Jokowi menginginkan pembangunan tidak melulu terpusat pada daerah tertentu, melainkan harus menyebar. Yang menjadi titik fokus dari pembangunan di sini adalah bagaimana daerah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Atau dengan kata lain adanya visi serta regulasi tersebut pemerintah pusat berkeinginan untuk membuat daerah yang selama ini terpinggirkan dalam pembangunan ekonomi untuk terlibat

aktif dan menjadi sokoguru dalam kegiatan pembangunan nasional2.

Salah satu upaya pemerintah daerah dalam membangun perekonomian nasional adalah memanfaatkan sumber daya yang ada di daerah. Pemanfaatan sumber daya yang ada di suatu daerah, termasuk sumber daya alam di era otonomi daerah kini menjadi kewenangan daerah sepanjang pengelolaannya dilaksanakan secara adil dan selaras. Masuknya investor-investor luar ke suatu daerah memberikan tawaran yang sangat menarik bagi pemerintah daerah dalam mewujudkan dan mendukung program pembangunan wilayahnya dan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Maka dari itu pemerintah daerah sebisa mungkin harus memaksimalkan potensi yang ada di daerahnya agar akumulasi

1

‘’ Inilah Sembilan Agenda Prioritas Jokowi JK’’. Diakses dari

http://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.Nawa.Cita.9.Agenda.Prioritas.Jokowi-JK, Diakses pada 23 November 2016

2

‘’Paket Kebijakan Ekonomi Dorong Investasi Daerah’’. Diakses dari

http://economy.okezone.com/read/2016/08/17/320/1466273/paket-kebijakan-ekonomi-dorong-investasi-daerah diakses pada 24 November 2016

(3)

3 kapital tidak melulu di pusat. Keinginan pemerintah pusat seperti mendapat angin segar, mengingat daerah-daerah pinggir di indonesia kini mulai menyambut baik adanya visi tersebut. Terbukti banyak daerah yang berbenah baik dari segi infrastruktur maupun dari segi birokrasi, seolah menandakan daerah siap menjadi tempat untuk akumulasi kapital baru para pemilik modal.

Kabupaten Sumenep merupakan salah satu daerah yang berbenah dalam pembangunan perekomomiannya. Dengan semangat desentralisasi ekonomi memungkinkan Kabupaten Sumenep menjadi kian otonom dalam mengelola potensi lokal sebagai basis pertumbuhan bagi ekonominya. Salah satu strategi pemerintah kabupaten (pemkab) Sumenep untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah membuka keran investasi selebar-lebarnya, dengan harapan dapat menarik pajak kepada para investor tersebut sehingga berdampak pada meningkatnya pemdapatan asli daerah. Pemkab Sumenep kini mulai gencar mempromosikan segala bentuk potensi dan sumber daya alamnya. Para investor pun diajak untuk menanamkan modalnya di kabupaten ujung timur madura ini.

Kultur birokrasi yang semula rigid kini dipangkas guna memudahkan perijinan-perijinan yang diajukan oleh investor. Terbukti dengan adaya usaha

reformasi birokrasi dalam Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT)3. Ini

menjadi penting mengingat BPPT merupakan institusi pemerintahan yang berperan sebagai ujung tombak jika ada investor yang menginginkan untuk berinvestasi di Sumenep. Beberapa aspek yang direformasi antara lain reformasi kelembagaan yang semula struktur kelembagaan terlihat gemuk, kini

3

Beri Pelayanan Prima BPPT Sumenep Anggarkan Rp. 450 Juta-. Koran Madura, 3 November 2016

(4)

4 dirampingkan, komitmen akuntabilitas juga dijalankan, terbukti dengan budaya organisasi yang sangat profesional dibanding SKPD lain. Jika dahulu Pemkab Sumenep tidak menggunakan e-government sebagai medium agar pelayanan publik lebih efisien, kini, tepatnya pada bulan April 2016, Pemkab melalui BPPT telah mempercantik website dan membuka pelayanan perizinan via online

Sistem perizinan online dilakukan agar birokrasi sebagai aktor yang menjalankan pelayanan publik dapat compatible dengan tuntutan investor yang

menginginkan birokrasi yang efisien4. Upaya-upaya yang dilakukan pemkab kini

mulai menuai hasil, banyak investor yang mulai tertarik untuk melakukan aktivitas akumulasi kapitalnya di Sumenep. Akan tetapi, kebanyakan para investor yang datang tidak untuk melakukan akumulasi kapital di bidang pariwisata (seperti mendirikan resort ataupun wahana permainan), yang ada mereka malah lebih tertarik untuk mengembangkan lokasi tersebut sebagai lokasi tambak udang.

Setidaknya berdasar data dari BBPT Kab. Sumenep ada empat perusahaan tambak udang yang kini mulai melakukan aktivitas produksi di Sumenep. Keempat perusahaan tersebut ialah CV. Madura Marina Lestari yang beroprasi di Kecamatan Gaputra dengan total investasi sebesar Rp. 1.450.000.000,00,- CV Lombang Sejahtera di Kecamatan Batang-batang dengan total investasi sebesar Rp. 500,000.000,00.-, PT. Samudera Inti Laut di Kecamatan Dungkek dengan total investasi sebesar Rp. 3.250.000.000,00,-. Kemudian ada UD Widya Mandiri

di Kecamatan Dasuk dengan total investasi sebesar Rp. 7.793.630.000,00-5.

4 RB Imam Thantauwi, Soesilo Zauhar, Stefanus Pani Rengu (2014), Jurnal Administrasi Publik FIA

UB Volume.2, Malang

5

BPPT Pastikan Hanya Empat Perusahaan Tambak Udang Yang Kantongi Ijin. Radar Madura, 9 Agustus 2016.

(5)

5 Dari keempat perusahaan tambak udang tersebut, pembangunan tambak udang di Desa Lapa Daya dianggap menimbulkan banyak masalah. Berdasarkan laporan investigasi majalah Fajar Instika (2016), pelbagai permasalahan pun muncul seiring dengan munculnya pembangunan industri tambak udang di antaranya, pembangunan industri tambak udang di dalam Peraturan Bupati (PERBUP) 64 Tahun 1991 Lombang dan Lapa Daya merupakan Zona Hijau yang keberadaanya dilindungi oleh Undang-Undang. Sebagai zona hijau dan kawasan wisata yang membentang sepanjang 12 km dari desa Jangkong hingga Lapa Daya, maka di area ini tidak boleh dibangun apapun yang bertentangan dengan peruntukan tata ruang dan tata wilayah sebagaimana yang sudah diatur dalam PERBUP.

Lalu, pembangunan industri tambak udang di Desa Lapa Daya menimbulkan dampak lingkungan yang akut. Limbah dari proses produksi di tempat tersebut ternyata mengeluarkan bau yang tak sedap. Di samping itu limbah

(6)

6 yang dibuang langsung ke laut telah mencemari dan menurunkan kualitas air laut

sehingga mengganggu mata pencaharian warga sebagai nelayan.6 Ironisnya

pemerintah daerah sendiri cenderung melakukan pembiaran dalam menanggapi permasalahan ini. Diamnya pemerintah daerah terhadap permasalahan yang diakibatkan oleh pembangunan industri tambak udang di Desa Lapa Daya mengundang perlawanan dari masyarakat. Ratusan masyarakat yang tergabung dalam aliansi bernama BATAN (Badan Ajaga Tanah Ajaga Na’poto) beberapa kali melakukan aksi demonstrasi terhadap bupati. BATAN menilai dengan banyaknya lahan rakyat yang dimiliki investor akan berdampak buruk terhadap generasi selanjutnya. Pasalnya dengan banyaknya tanah yang dikuasai investor, maka akan sangat berdampak pada kondisi sosial masyarakat sekitar. Mereka secara otomatis akan terasing di daerahnya sendiri. Mereka pun menuntut agar pemerintah kabupaten bersikap tegas terhadap pembangunan industri tambak

udang yang dianggap meresahkan tersebut7. Sialnya, hingga sekarang pemerintah

kabupaten tidak bersikap seperti apa yang diinginkan masyarakat. Alih-alih bersikap tegas, pemerintah kabupaten melalui Kepala BPPT Sumenep, Abd Majid bersikukuh tidak ada yang salah dengan apa yang terjadi di Desa Lapa Daya.

Ketidaktegasan Pemkab terkait permasalahan yang ditimbulkan oleh industri tambak udang dinilai BATAN sangat sarat dengan kepentingan. Hal ini dibuktikan dengan mudahnya Pemkab memberi perizinan terhadap usaha tambak udang di Desa Lapa Daya, meskipun dalam praktiknya pembangunan industri

6

Lihat, "Investor Borong Tanah Sumenep; Penduduk Diancam, Ditakuti, dan Ditipu". Majalah Fajar. Instika: Sumenep. Edisi September 2016

7

Sugiarto. 2017. Sumenep Darurat Agraria, BATAN Demo Geruduk Pemkab. Diakses dari

http://beritajatim.com/politik_pemerintahan/292666/darurat_agraria,_warga_sumenep_demo_ tolak_investor.html diakses pada 3 Mei 2017.

(7)

7 tambak udang di sana telah menimbulkan kontroversi baik dari segi prosedur

perizinan maupun dari segi proses produksi di lapangan8. Ringkasnya,

berdasarkan permasalahan yang ada BATAN menilai ada relasi bisnis dan politik antara Pemkab Sumenep dan Investor tambak udang di balik lancarnya pembangunan tambak udang di Desa Lapa Daya. Relasi pemerintah daerah dan pengusaha dapat terjalin karena keduanya memiliki kekuatan untuk mempengaruhi satu sama lain melalui penggunaan kewenangan publik yang dimiliki oleh pemerintah daerah ataupun modal finansial yang dimiliki oleh pengusaha. Maka dari itu menjadi penting untuk melakukan suatu penelitian yang mendalam guna mengungkap relasi bisnis politik antara pemerintah dan investor dalam konteks pembangunan industri tambak udang di pesisir utara Sumenep.

B. Rumusan Permasalahan

Untuk membuktikan adanya relasi bisnis dan politik dalam pembangunan industri tambak udang di Desa Lapa Daya diperlukan penelitian yang komprehensif Maka dari itu pertanyaan penelitian yang hendak dijawab melalui penelitian adalah; Bagaimana relasi bisnis dan politik dalam pembangunan industri tambak udang di Desa Lapa Daya?

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak keluar dari apa yang hendak diteliti, maka perlu diberi batasan masalah sejauh mana penelitian ini akan mengkaji relasi dan bisnis politik dalam pembangunan industri tambak udang di Desa Lapa Daya. Untuk itu

8

Purnomo. Adi. 2017. BATAN soroti penguasaan lahan oleh Investor tambak udang di Sumenep. Diakses dari http://www.metrotvnews.com/jawa-timur/BATAN-sumenep-soroti-penguasaan-lahan-oleh-investor diakses pada 3 Mei 2017

(8)

8 batasan masalah penelitian ini meliputi; relasi bisnis dan politik dalam proses pembebasan lahan dan proses perizinan semata.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitan ini adalah

1. Untuk mengetahui latar belakang kemunculan pembangunan industri tambak udang di Sumenep.

2. Mengungkap relasi bisnis politik antara pemerintah daerah dan investor dalam konteks pembangunan industri tambak udang .

E. Manfaat Penelitan 1. Manfaat Teoritik

Secara teoritik penelitian ini menambah khasanah pengetahuan dalam ilmu Manajemen dan Kebijakan Publik terutama tentang pola bekerjanya relasi kuasa dalam memuluskan suatu kebijakan. Dalam konteks penelitian ini adalah menganalisis dinamika, pola serta perilaku aktor yang terlibat dalam pembangunan industri tambak udang. Selain itu, penelitian ini ingin menambah kajian governance dan kebijakan publik dari tinjauan ekonomi politik yang jarang dilakukan dalam penelitian bidang studi Manajemen dan Kebijakan Publik.

2. Manfaat Praktis

Secara praksis, penelitian ini berupaya mengungkap siasat dan siapa saja aktor birokrasi yang mendapat keuntungan dan berkepentingan dalam pembangunan tambak udang di Desa Lapa Daya Sumenep. Sebagai bentuk kontribusi penulis dalam melihat permasalahan yang ada di Kabupaten asal penulis.

Gambar

Gambar 1. Peta RTRW Sumenep: Sumber Perda RTRW Kab. Sumenep  No.13 Tahun 2013

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian materi teleedukasi menggunakan video tentang mencuci tangan disertai dengan melakukan uji pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian materi mampu

merupakan sebuah virus melainkan sebuah celah atau bug pada protokol SSL yang memanfaatkan fasilitas heartbeat yang ada pada OpenSSL dan menyebabkan kebocoran

Hanya mengisi Nip, nama peserta, tanggal lahir, jenis kelamin, agama, alamat, dan no.telepon kemudian klik tombol save Nip Pegawai:(terisi) Nama Peserta:(terisi)

Untuk industri pangan, jaminan mutu (Quality Assurance) dari bahan baku merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi agar kegiatan industri tidak terganggu dan keamanan

Gagasan merupakan proses permulaan yang memiliki beberapa tahap yaitu pengenalan dan pembatasan masalah yang dilakukan dengan interview atau wawancara. Dalam proses

Darmawan Saptadi, SP.MP Izmi Yulianah, SP., MP Dr.Ir.. Andy Soegianto,

Teknik analisa yang digunakan adalah sebagai berikut : analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat ketrampilan masing masing kelompok, analisis

1 Ekonomi Moneter Indikator Moneter Pelemahan Nilai Tukar Rupiah 35.689 2 Ekonomi Moneter Indikator Moneter Tingkat Inflasi Relatif Rendah 29.665 3 Ekonomi Moneter Indikator