1 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KISAH NABI IBRAHIM AS
DAN KELUARGANYA DI DALAM AL-QUR`AN
Sutan Botung Hasibuan
Dosen Tetap STAI Barumun Raya Sibuhuan e-mail: [email protected]
Abstrak: Pendidikan karakter bukanlah hal baru tapi sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an
dan dicontohkan oleh Nabi Ibrahim dan keluarganya, 1) Karakter Nabi Ibrahim AS yang dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an harus di jadikan sebagai teladan seperti yang dilakukan oleh keluarga dan sebahagian umatnya, 2) Karakter kelemah lembutan Nabi Ibrahim AS dalam berdakwah, menyampaikan kebenaran kepada ayahnya harus dijadikan teladan dalam menyampaikan kebenaran, 3) Karakter Siti Sarah dalam menghadapai semua ujian dari Allah SWT merupakan karakter mulia dan dia merupakan sosok istri salehah yang harus diikuti oleh para wanita. 4) Nabi Ismail merupakan sosok anak yang patuh dan hormat, karakternya yang patuh dan hormat harus dapat diajarkan kepada setiap anak agar mereka menjadi orang yang patuh dan hormat seperti Nabi Ismail AS
Abstract: Character education is not new but has been explained in the Qur'an and is modeled by the Prophet Ibrahim and his family, 1) The character of the Prophet Ibrahim AS described by Allah in the Qur'an must be made as an example as the family and some of his people, 2) The weak character of the Prophet Ibrahim AS in preaching, conveying truth to his father must be exemplary in conveying the truth, 3) Siti Sarah character in the face of all the tests of Allah SWT is a noble character and she is a figure of a salehah wife to be followed by women. 4) The Prophet Ismail is an obedient and respectful child, his obedient and respectful character must be taught to each child so that they become obedient and respectful as the Prophet Ismail AS.
Kata Kunci : Pendidikan Karakter, Kisah Nabi Ibrahim AS dan Keluarganya, Al- Qur`an
A. Pendahuluan
Al-Qur’an merupakan samudra yang sangat luas, dari samudra itu berantai-rantai, cabang ilmu pengetahuan, sebagaimana samudra bercabang-cabang pada sungai dan parit-parit.1 Perkataan yang paling benar adalah kalam Allah
1
2
yaitu Al-Qur’an, dan petunjuk yang paling baik adalah petunjuk yang dibawa Rasulullah SAW.2
Salah satu kisah Nabi dalam penanaman pendidikan karakter yang diabadikan Al-Qur’an adalah kisah Nabi Ibrahim dan keluarganya, dimana proses penanaman nilai-nilai dan pembentukan karakter terdapat dalam kisah panjangnya Nabi Ibrahim dan keluarganya. Contoh sempurna bagi manusia yang selalu berzikir dan bersyukur adalah Nabi Ibrahim AS.3
Dalam pendidikan akhlak mulia, karakter Nabi Ibrahim AS diwakili oleh praktek shalat. Perintah shalat dalam Al-Qur’an biasanya menggunakan kata “dirikanlah” bukan “kerjakanlah”.4
Tampak jelas bahwa karakter khas Nabi Ibrahim tenang tapi dinamis, ketenangan diperlukan dalam proses berfikir dan merasa. ketenangan juga yang diperlukan untuk memahami sesuatu.5 Banyak lagi karakter dalam diri Nabi Ibrahim yang harus kita contoh mulai dari karakter keteladanan dalam diri Nabi Ibrahim, karakter mulia pada diri Siti Hajar dan karakter patuh dan hormat pada diri Isma’il AS.
Nabi Isma’il dan Ishaq keduanya adalah dua orang yang suci, baik dan taat kepada Allah SWT.6 Pendidikan Karakter bukan hal yang baru, dalam al-Qur’an sudah dijelaskan bagaimana nilai-nilai karakter yang ditanamakan oleh Nabi Ibrahim dalam keluarganya yang bisa kita jadikan pedoman dalam hidup ini. Maka akan di diuraikan dibawah ini.
B. Karakter Keteladanan dalam Diri Nabi Ibrahim
Keteladanan merupakan hal yang sangat urgen bagi penunjang baik dan buruknya anak. “keteladanan” berasal dari kata “teladan” yang diberi imbuhan depan ke-, dan akhiran–an. Teladan merupakan sesuatu yang dapat ditiru atau baik untuk dicontoh (perbuatan, kelakuan, sifat, dan sebagainya).
Nabi Ibrahim AS adalah salah satu Nabi Allah SWT yang kedudukannya sangat tinggi dan mulia, Nabi Ibrahim juga mempunyai julukan bapaknya para ambiya (Nabi). Ada beberapa macam sifat atau keteladanan Nabi Ibrahim AS, yang
2
Imad Zaki al-Barudi, Tafsir al-Qur’an Wanita, (Jakarta: Pena Pundit Aksara, 2007) hal. 4
3
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalir Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2008), cet. 2, hal. 107
4
Hamka Abdul Aziz, Pendidik an Karak ter Berpusat Pada Hati, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2011), cet. 1, hal. 174
5
Ibid.,
6
3
pantas untuk kita Teladani, dimana dalam shalatpun harus memberikan sholawat kepada Nabi Ibrahim as.7 Firman Allah SWT.
Artinya: Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif dan seka -kali bukanlah Dia Termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, lagi yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus.8( QS An-Nahl 16 : 120-121) Ayat ini menyatakan dengan menggunakan kata pengukuhan bahwa sesungguhnya Ibrahim adalah umat yakni sosok yang penuh dengan keutamaan dan keteladanan lagi patuh dengan sepenuh hati kepada Allah, dan hanif yakni selalu cenderung kepada kebenaran lagi konsisten melaksanakannnya, dan sekali-kali bukanlah dia sejak dahulu lagi secara terus menerus bukanlah dia termasuk orang-orang musyrik yakni beliau tidak pernah mempersekutukan Allah SWT. Dia Nabi suci itu adalah seorang yang selalu mensyukuri nikmat-nikmat-Nya dengan ucapan dan perbuatnnya. Karena kesyukurannya itulah maka Allah telah memilihnya dengan pemelihan sempurna sebagai imam, Nabi dan Rasul dan membimbinganya ke jalan yang lebar dan lurus.9
Kata ummah terambil dari kata amma-ya’ummu yang berarti menuju, menumpu dan meneladani. Dari akar kata yang sama lahir antara lain umm yang berarti ibu dan imam yang maknanya pemimpin, karena keduanya menjadi teladan, tumpuan pandangan dan harapan. Nabi Ibrahim AS, walau seorang diri namun manyatu dalam kepribadian beliau sekian banyak sifat terpuji yang tidak dapat terhimpun kecuali melalui umat, yakni sekelompok atau sekian banyak manusia, karena itu beliau dinamai oleh ayat ini ummah, dan dari sini beliau menjadi imam yakni pemimpin yang sangat perlu diteladani. Sementara ulama memahami kata
7
Keteladanan Nabi Ibrahim as, 2012, http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/12/11/07/md3uuy-quantum-kara kter-di-za man-nabi-ibrahim-as(diakses 26 Januari 2019)
8
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2010), hal. 281
9
4
ummah di sini dalam arti imam, pemimpin yang diteladini. Ada juga yang memahaminya dalam arti beliau sendiri telah menjadi umat tersendiri, karena ketika beliau diutus hanya beliau sendiri yang mengesakan Allah SWT.10
Kata ijtabahu terambil dari kata jibayah yakni pada mulanya berarti dihimpun. Makna ini kemudian berkembang sehingga dipahami oleh banyak ulama dalam arti dipilih oleh Allah dan dijadikan khusus bagi-Nya, pilihan itu menjadikan beliau mendapat kedudukan Nabi dan Rasul.11
Kata hanif biasa diartikan lurus atau cenderung kepada sesuatu. Kata ini pada mulanya digunakan untuk menggambarkan telapak kaki dan kemiringannya kepada telapak pasangannya. Yang kanan condong ke arah kiri, dan yang kiri condong kea rah kanan. Ini menjadikan manusia dapat berjalan dengan lurus, kelurusan itu menjadikan si pejalan tidak mencong ke kiri, tidak pula ke kanan. Ajaran Nabi Ibrahim as adalah hanif, tidak bengkok ke arah kiri atau ke kanan, tidak kepada ajaran Yahudi, tidak juga Nasrani, ajarannya adalah moderasi.12 Diantara sifat utama karakter keteladanan Nabi Ibrahim, yaitu :
1. Sebagai uswatun hasanah (contoh suru teladan yang baik).
Sifat utama dari keteladanan Nabi Ibrahim AS yang pertama adalah pemimpin atau keteladanan yang baik. Keteladanan yang baik hanya untuk 2 (dua) Nabi saja, yaitu Nabi Ibrahim AS dan Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana Firman Allah SWT.
10 Ibid., 11 Ibid., 12 Ibid., hal. 3825
Artinya: Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. kecuali Perkataan Ibrahim kepada bapaknya "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu siksaan Allah". Ibrahim berkata: "Ya Tuhan Kami hanya kepada Engkaulah Kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah Kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah Kami kembali.13(QS Al- Mumtahanah 60 : 4) Ayat di atas menyatakan sungguh telah terdapat buat kamu wahai orang-orang beriman suri tauladan yang baik pada sikap, tingkah laku dan kepribadian Nabi Ibrahim dan orang-orang beriman yang bersama dengannya atau para Nabi sebelum Nabi Ibrahim AS. Teladan itu antara lain ketika mereka berkata dengan tegas kepada kaum mereka yang kafir “Sesungguhnya kami tanpa sedikit keraguan pun berlepas diri dari kamu walaupun kamu adalah keluarga kami dan tentu saja kamipun berlepas diri apa yang kamu sembah selain Allah karena itulah yang menjadi sebab keberpisahan kami dengan kamu.14
Kami mengingkari, menolak lagi tidak merestui kekafiran kamu. Kalau dahulu perselisihan dan perbedaan kita masih terpendam di dalam lubuk hati, kini hal itu telah demikian kuat dan kini telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian akibat penolakan kamu menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan kehendak kamu mengembalikan kami kepada kekufuran. Kebencian an permusuhan buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah Yang Maha Esa semata-mata, tetapi ucapan Ibrahim kepada orang tuanya, yaitu “sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagimu karena hanya itu yang dapat kulakukan dan aku tidak memiliki sesuatu apapun untukmu
13
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya., hal. 549
14
6
atas hal yang bersumber dari kuasa Allah yang dapat dijatuhkan-Nya kepadamu.15
Ucapan Nabi Ibrahim ini jangan kamu teladani karena Nabi Ibrahim mengatakannya sebelum dia mengetahui bahwa orang tuannya tetap bersikeras memusuhi Allah, setelah Nabi mulia itu mengetahui ia pun berlepas diri.16
Penjelasan di atas penulis memahami bahwa memang dalam diri Nabi Ibrahim itu sudah merupakan contoh suri tauladan yang baik, karena sudah di jamin oleh Allah SWT, terlebih dari itu bisa di lihat bagaimana Ibrahim terus berusaha agar ayahnya tetap menjadi orang yang selamat, walaupun akhirnya Nabi Ibrahim berlepas diri karena ayahnya tetap memusuhi Allah SWT.
2. Nabi Ibrahim tidak pernah di sentuh oleh kemusyrikan.
Nabi Ibrahim tidaklah termasuk orang musyrik sebagaimana firman Allah SWT.
Artinya: Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif dan sekali–kali bukanlah Dia Termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuha.17( QS An-Nahl 16 : 120)
Dan sekali-kali bukanlah dia sejak dahulu lagi secara terus menerus– bukanlah dia- termasuk orang-orang musyrik yakni beliau tidak pernah mempersekutukan Allah SWT.18
Ayat 120 yang lalu menafikan kemusyrikan atas Nabi Ibrahim AS. dengan menyatakan lam yaku min al musyrikin yang maknanya bukanlah dia termasuk orang-orang musyrik. Firman Allah SWT dalam ayat yang lain :
15 Ibid., 16 Ibid., 17Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, hal. 281
18
7
Artinya : Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif dan bukanlah Dia Termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan.19 ( QS An-Nahl 16 : 120)
Sedangkan ayat ini menafikan kemusyrikan beliau dengan redaksi wa ma kana min al-musyrikin. Kedua redaksi ini mengandung makna yang berbeda namun saling melengkapi. Hal demikian karena kata lam digunakan untuk menafikan sesuatu dan dalam saat yang sama mengubah masa yang ditunjuk oleh bentuk mudhari’ (kata kerja masa kini) mengubahnya menjadi masa lalu. Di sisi lain kata kerja masa kini itu mengandung juga makna kesinambungan. Makna ini tidak dipengaruhi oleh kehadiran lam itu, sehingga masih tetap dikandungnya. Dari sini lam yang mendahului satu kata kerja masa kini mengandung makna tidak pernah sekaligus bersinambung secara terus menerus. Yakni sejak dahulu hingga kini.20
Seterusnya bisa di lihat bagaimana ketika Nabi Ibrahim bersikap terhadap orang tua dan bangsanya, dalam sikap yang tegas dan terus terang, terhadap kemusyrikan mereka. Firman Allah SWT dalam QS 6 : 74.
Artinya: Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya Azar, “Pantaskah engkau menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.21( QS Al-An’am 6 : 74.)
Ayat ini memberi contoh lagi jelas menyangkut pengalaman Nabi Ibrahim dalam membuktikan kesesatan kepercayaan kaum musyrik.22 ini adalah fitrah yang berbicara melalui lidah Ibrahim, karena saat itu ia belum sampai dengan kesadaran dan daya tangkapnya kepada Tuhannya, namun fitrahnya yang
19
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya.,
20
Ibid., hal. 383
21
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, hal. 137
22
8
bersih secara elementer mengingkari jika berhala-berhala yang disembah oleh kaumnya itu adalah tuhan-tuhan.23
Jelaslah bahwa yang dipercayai kaumnya itu adalah kesesatan nyata yang dirasakan fitrah Ibrahim AS pada pandangan pertamanya, ini adalah contoh sempurna Fitrah yang telah sempurna yang diberikan Allah kepada manusia. Ia juga contoh yang sempurna tentang fitrah ketika ia menghadapi kesesatan yang nyata, kemudian fitrah itu mengingkarinya, serta menegaskan kalimat yang benar dan membelanya ketika masalahnya adalah akidah.24
Redaksi yang diucapkan Ibrahim kepada ayahnya, padahal Nabi Ibrahim seorang yang lembut, akhlaknya amat bagus, dan perangainya amat halus, seperti yang disebutkan sifat-sifatnya dalam al-Qur’an. Namun yang dibicarakan disini adalah masalah akidah, sedangkan akidah berada di atas ikatan anak bapak, dan di atas perasaan lembut dan toleran. Sementara Nabi Ibrahim adalah panutan yang Allah perintahkan kaum muslimin untuk menjadikannya sebagai ikutan.25
Ucapan Nabi Ibrahim yang diabadikan pada ayat di atas kelihatannya cukup tegas, bahkan agak kasar lebih-lebih kalau kata Azar dipahami dalam arti makian atau bermakna pendurhaka sebagaimana dipahami oleh sementara ulama. Perhatikan juga bagaimana beliau menyatakan bahwa orang tuanya dan kaumnya dalam kesesatan yang nyata. Ini dapat dijadikan juga sebagai indikator bahwa mitra bicara beliau di sini bukan ayah kandungnya.26 Bukankah Al-Qur’an memerintahkan untuk tetap hormat dan berbuat baik kepada ibu bapak walaupun dia musyrik :
23
Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, hal. 14
24
Ibid., hal. 146
25
Ibid.,
26
9
Artinya: Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.27(Q.S. Luqman 31 : 15)
Dari penjelasan di atas bisa dipahami, walaupun bapak dari Nabi Ibrahim AS adalah produsen dari berhala, tapi Nabi Ibrahim AS tidak mengikuti tuhan bapaknya, Ibrahim terjaga dari kemusyrikan, karena fitrah sempurna yang di berikan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim AS sekali-kali, tidaklah ia termasuk orang-orang yang musyrik.
3. Nabi Ibrahim selalu bersyukur atas nikmat yang di berikan oleh Allah SWT. Sifat utama yang lain dari keteladanan Nabi Ibrahim AS adalah Selalu bersyukur atas nikmat Allah. Sebagaimana Firman Allah SWT :
Artinya: Dia Ibrahim yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus.28( QS An-Nahl 16 : 121)
Dia Nabi suci itu adalah seorang yang selalu mensyukuri nikmat-nikmat-Nya dengan ucapan dan perbuatan. Karena kesyukurannya itulah maka Allah telah memilihnya dengan pemilihan sempurna sebagai imam, Nabi dan Rasul dan membimbingnya ke jalan yang lebar dan lurus. Dan kami anugrahkan kepadanya kebaikan yakni keyamanan hidup dan nama baik sehingga selalu diagungkan dan dikenang di dunia. Dan sesungguhnya dia diakhirat nanti benar-benar termasuk kelompok orang-orang yang shaleh yakni yang mantap kesalehannya sehingga memperoleh pula kebahagiaan ukhrawi.29
27
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya hal. 412
28
Ibid.,, hal. 281
29
10
Katika Nabi Ibrahim mendapatkan kabar gembira atau nikmat, dia akan selalu bersyukur kepada Allah SWT, dan rasa syukurnya Nabi Ibrahim bisa kita lihat, sebagaimana firman Allah SWT.
Artinya : Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). 30
(Q.S. Ibrahim 14 : 34)
Banyak sudah anugerah Allah yang disebut di atas, tetapi itu baru sedikit dari anugerah-Nya yang telah melimpah. Untuk menyebutnya diperlukan sederetan ungkapan, sedang untuk menghitungnya merupakan hal yang mustahil, maka secara singkat ayat ini menyebutkan: Dan dia telah menganugerahkan kepada kamu segala keperluan hidup kamu dari segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya baik permohonan secara lisan. Dan jika kamu wahai seluruh makhluk bermaksud menghitung nikmat Allah yang telah di
anugerahkan-Nya kepada kamu, niscaya tidaklah kamu dapat
menghinggakannya. Sunggguh banyak nikmat itu namun banyak manusia yang tidak mensyukurinya. Sesungguhnya manusia yang tidak mensyukuri itu sangat zalim dan sangat kafir yakni sangat kafir dan tidak mensyukuri nikmat Allah.31
Dari penjelasan di atas penulis memahami bahwa rasa syukur Nabi Ibrahim atas segala nikmat yang di berikan Allah, dan nikmat itu sangat banyak, dari do’a-do`a Nabi Ibrahim menunjukkan dia adalah orang yang mempunyai rasa syukur yang tinggi kepada Allah SWT.
4. Nabi Ibrahim AS berwasiat kepada anaknya selalu berpegang teguh kepada agama Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya.
30Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya., hal. 260
31
11
Artinya: Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak -anaknya, demikian pula Yakub. Ibrahim berkata: “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, makajanganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.32(QS. Al Baqarah: 132)
Ayat ini menjelaskan bagaimana wasiat Ibrahim kepada anak dan cucu, yaitu supaya mereka semua menyerahkan diri kepada Allah SWT, jangan mempersekutukan yang lain dengan Dia, dan jangan menyembah berhala.33
Faktor yang menjadikan beliau mendapat kedudukan tinggi sisi Allah itu, serta ajaran yang dianutnya beliau teruskan kepada generasi sesudah beliau. Inilah yang diuraikan oleh ayat ini dengan firman-Nya: Dan Ibrahim telah mewasiatkannya yakni millat/ agama, atau perinsip itu kepada anak-anaknya, yakni Ismail, Ishaq putra Nabi Ibrahim AS, demikian pula Ya’qub, yang merupakan anak Nabi Ishaq putra Nabi Ibrahim as. Dia juga mewasiyatkannya kepada anak-anaknya, yakni para leluhur Bani Isra’l yang hidup pada masa Nabi Muhammad SAW.34
Wasiat adalah pesan yang disampaikan kepada pihak lain secara tulus, menyangkut suatu kebaikan. Biasanya wasiat disampaikan pada saat-saat menjelang kematian, karena ketika itu, interes dan kepentingan diniawi sudah tidak menjadi perhatian si pemberi wasiat. Nabi Ibrahim AS berkata : Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini buat kamu. Maksudnya, agama ini adalah tuntunan Allah, bukan ciptaanku. Memang banyak agama yang dikenal oleh manusia, tetapi yang ini, yakni yang intinya adalah penyerahan diri secara mutlak kepada-Nya. Karena itu maka janganlah kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah diri kepada-Nya yakni memeluk agama Islam.35
Inilah tujuan pendidikan karakter dalam konsep Nabi Ibrahim berikut juga anak-anak beliau yang juga menjadi nabi, didorong juga karena suatu kekhawatiran yang selalu menghinggapi mereka yang mendorong mereka untuk
32
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, hal. 132
33
Hamka, Tafsir al-Azhar, Jakarta : Pustaka Panjimas, Juzu’ 1, 1982.
34
Shihab, Tafsir Al- Misbah, Volume 7, hal. 330
35
12
mendidik anak-anak mereka dengan pendidikan Islam dan jangan sampai mereka lepas dari agama tercita ini
Dari penjelasan di tersebut dapat dipahami bahwa karakter keteladanan Nabi Ibrahim harus kita contoh, mulai dari pemimpin yang baik, ketaatannya kepada Allah SWT, kelemah lembutan, serta tauhid yang dia tanamkan kepada ayah dan keluarganya. Ibrahim AS merupakan sosok teladan yang sudah di tetapkan Allah SWT sebagai uswatun hasanah yang baik, dan keteladanannya merupakan pelajaran.
C. Karakter Lemah Lembut Nabi Ibrahim
Nabi Ibrahim adalah salah satu rasul Allah SWT yang mempunyai karakter lemah lembut dalam berdakwah yang disampaikannya kepada ayahnya, diantara karakter lemah lembut Nabi Ibrahim tergambar dalam beberapa ayat komunikasi dakwah antara Nabi Ibrahim dengan ayahnya dalam masalah keimanan, firman Allah:
Artinya: Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? 36(QS. Maryam : 42)
Ayat ini menyebutkan secara khusus satu peristiwa yang berkaitan dengan beliau, yakni ketika ia dengan lemah lembut berkata kepada orang tuanya sambil memanggilnya dengan mesra : “Wahai bapakku, mengapa engkau menyembah sesuatu, yakni berhala atau bintang-bintang yang tidak dapat mendengar dan tidak juga dapat melihat serta tidak dapat menolongmu atau mendatangkan manfaat sedikitpun kepadamu dan tidak juga dapat menampik mudharat atasmu ? bukankah yang disembah adalah sesuatu yang jauh lebih tinggi kedudukannya dan jauh lebih mampu dari pada yang meyembahnya,”37
36
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya., hal. 308
37
13
Artinya: Wahai bapakku, Sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, Maka ikutilah Aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. 38(QS. Maryam : 43)
Setelah Nabi Ibrahim AS mengingatkan ayahnya tentang ketidakmampuan berhala bahkan keadaannya yang justru lebih lemah dari manusia karena ia tidak dapat melihat dan mendengar, kini ia berusaha meyakinkan ayahnya bahwa apa yang sedang ia sampaikan dan akan disampaikannya adalah kebenaran mutlak dengan mengulangi panggilan mesranya wahai bapakku, Nabi Ibrahim AS melanjutkan sambil mengukuhkan ucapannya bahwa sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu yang tidak datang kepadamu, yakni aku telah memperoleh ilmu pengetahuan tentang jalan yang benar tanpa upaya dariku untuk memperolehnya tetapi ia sendiri yang datang kepadaku melalui wahyu, dan itu wahai bapakku tidak engkau peroleh, maka karena itu ikutilah aku dengan sungguh-sungguh dan berimanlah kepada apa yang aku serukan kepadamu, niscaya aku akan menunjukkan padamu jalan yang lurus yang membawamu kepada kebenaran dan kebahagian.39
Artinya: Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah. 40(QS. Maryam : 44)
Selanjutnya Nabi Ibrahim AS menjelaskan betapa tidak bermanfaat, bahkan berbahaya apa yang selama ini dilakukannya. beliau berkata : wahai bapakku, janganlah engkau menyembah setan yakni berhala dan bintang-bintang yang sebenarnya tidak mempunyai kemampuan sedikit pun. Tetapi setan yang
38
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya hal. 308
39
Shihab, Tafsir Al- Misbah, hal. 196
40
14
memperindah peyembahannya dan dengan demikian meyembah berhala atau bintang dan apapun selain Allah berarti menyembah setan. Sesungguhya setan sejak dahulu terhadap ar-Rahman Tuhan yang Maha Pemurah amat durhaka.41
Artinya: Wahai bapakku, Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan yang Maha pemurah, Maka kamu menjadi kawan bagi syaitan".(QS. Maryam : 45)
Nabi Ibrahim AS memperingatkan orang tuanya dengan berkata: “Wahai bapakku sesungguhnya aku terdorong oleh cintaku kepadamu takut bahwa bila engkau berlanjut dengan penyembahan selain Allah tanpa bertaubat, jangan sampai engkau ditimpa azab dari Tuhan yang Maha Pemurah dan yang selama ini terus menerus melimpahkan kasih sayang-Nya, maka engkau akibat siksa yang menimpa itu menjadi kawan bagi setan dalam neraka.42
Artinya: Berkata bapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, Hai Ibrahim? jika kamu tidak berhenti, Maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama.43(QS. Maryam : 46) Walau demikian halus Nabi Ibrahim AS menyampaikan pesan, bahkan dengan merengek mengulang-ulangi memanggil dengan panggilan mesra Ya abati/ wahai ayahku, sang ayah tetap menolak bahkan mengancam, dia berkata bencikah engkau kepada tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim sehingga engkau mengajak aku meninggalkan penyembahannya dan memintaku hanya menyembah satu Tuhan Yang Esa ? jika engkau tidak berhenti mencela tuhan yang kusembah, niscaya aku bersumpah engkau akan kurajam, yakni kulempar hingga mati, karena itu
41
Shihab, Tafsir Al- Misbah., hal. 197
42
Ibid., hal. 198
43
15
hatilah dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama sampai reda amarahku dan engkau insaf lagi berhenti mencela agamaku.44
Artinya: Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, Mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku.45(QS. Maryam : 47-48)
Kendati demikian tegas ancaman orang tua Nabi Ibrahim AS Nabi agung ini masih menjawab dengan halus dengan mengucapkan salam perpisahan. Dia tidak membantah apalagi menghardik, dia tidak membalas ancaman tetapi dia berkata: Salamun alaika” selamat berpisah, semoga keselaman dilimpahkan kepadamu, aku akan beristighfar memintakan ampun atau memohon hidayah bagimu kepada tuhanku sesungguhnya dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri darimu wahai orang tuaku dan seluruh masyarakat penyembah berhala, bahkan meninggalkan daerah pemukiman kalian menuju tempat lain dan juga meninggalkan apa yang kamu selain Allah, dan aku akan berdo’a kepada tuhanku, mudah-mudahan aku dengan berdoa kepada tuhanku aku tidak menjadi kecewa sebagaimana kalian kelak akan kecewa sebagaimana kalian kelak akan kecewa dan sengsara dengan penyembahan dan pengandalan kalian terhadap berhala-berhala.46
Janji Nabi Ibrahim AS untuk beristighfar untuk bapaknya, beliau penuhi sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :
Artinya: Dan ampunilah bapakku, karena Sesungguhnya ia adalah Termasuk golongan orang-orang yang sesat (QS. asy-Syu’ara : 86)
44
Shihab, Tafsir Al- Misbah, hal. 199
45
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya., hal. 342
46
16
Nabi Ibrahim meminta ampun kepada ayahnya Sebelum adanya larangan Allah, tetapi setelah adanya larangan beliau tidak lagi beristighfar sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah SWT.
Artinya: Dan permintaan ampun dari Ibrahim kepada Allah untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, Maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi Penyantun.47(QS. at-Taubah : 114)
Ayat-ayat di atas menunjukkan betapa halus dan sopan santun ucapan Nabi Ibrahim AS kepada orang tuanya, perhatikanlah bagaimana beliau mengulang-ulangi kata abati/ bapakku untuk menunjukkan cinta dan kasih sayang serta penghormatan kepadanya.48
Perhatikan juga bagaimana Nabi Ibrahim menunjukkan kebatilan ajaran agama orang tuanya dalam bentuk pertanyaan, itu dengan memaparkan bukti yang bersifat Indrawi (tidak mendengar dan tidak melihat) disusul dengan pembuktian lain yang bersifat umum, yakni tidak dapat menolongmu sedikitpun. Nabi Ibrahim juga menekankan bahwa apa yang disampaikannya itu bukanlah bersumber dari dirinya secara peribadi, tetapi ia adalah anugrah yang diperolehnya. 49
Nabi Ibrahim tidak menilai bodoh orang tuanya tidak juga mengaku bahwa ia pandai, disisi lain Nabi Ibrahim AS tidak mengaku memperoleh banyak ilmu yang diperolehnya, itu semua berbeda dengan sikap dan jawaban orang tuannya yang sangat keras dan kasar, yang menunjukkan betapa keras kepala dan bejat jiwanya.50
47 Ibid., hal. 205 48 Ibid., hal. 202 49 Ibid., 50 Ibid.17
Artinya : Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar"Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."51(Q.S. Al-An’am: 74)
Selanjutnya disebut nama ayah Ibrahim adalah Azar, sedang yang masyhur dalam sejarah nama ayah Ibrahim adalah Tarah, ahli-ahli tafsir yang besar-besar selalu juga menyebut Tarah itu. Setengah mereka mengatakan bahwa Azar adalah gelar atau panggilan lain ayah bagi Ibrahim.52
Maksud ayat ini ialah bahwa Nabi Ibrahim AS menasehati bapaknya yang menyembah berhala dan melarangnya berbuat demikian, namun sang ayah tidak menggubrisnya.53 Firman-Nya Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Azar"Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan ? yakni apakah engkau mempertuhankan berhala yang engkau sembah selain Allah ?. Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.” Yakni tersesat, tidak tahu kemana akan berjalan, bahkan ia berada dalam kebingungan dan ketidaktahuan, kebodohan dan kesesatan kalian ini sangatlah terang dan jelas bagi setiap orang yang berakal sehat.54
Dalam surat al-An’am ini adalah ucapan Nabi Ibrahim AS setelah berkali-kali beliau menyampaikan kepada orang tuanya kesesatan mempersekutukan tuhan, mustahil rasanya beliau langsung mengecam dan memaki, pada awalnya peringatan beliau sangat halus. Bahwa kalimatnya tegas adalah wajar, dan dibenarkan karena masalah yang didiskusikan adalah persoalan aqidah yang merupakan persoalan prinsip sehingga membutuhkan ketegasan dalam bersikap dan bertindak.55
Itu adalah fitrah yang berbicara melalui lidah Ibrahim, karena saat itu ia belum sampai dengan kesadaran dan daya tangkapnya kepada Tuhannya. Namun fitrahnya yang bersih secara elemeter mengingkari jika berhala-berhala yang disembah oleh kaumnya itu adalah tuhan-tuhan.56
51
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya hal. 137
52
Hamka, Tafsir Al-Azhar, hal. 248
53
M. Nasib ar-Rifa’i, Ringk asan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hal. 235
54
Shafiyyur al-Mubarak, Tafsir Ibnu Katsir, (Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2006), hal. 345
55
Shihab, Tafsir Al- Misbah, hal. 157
56
18
Kita lihat betapa contoh yang luar biasa tergambar dalam dakwah Nabi Ibrahim kepada bapaknya, Allah menjelaskan komunikasi dakwah antara Nabi Ibrahim dengan bapak dengan sehalus-halusnya tutur bahasa dan sebaik-baiknya isyarat. Beliau menjelaskan kebatilan sesembahan bapaknya dengan menyatakan bahwa “berhala yang disembah bapaknya tidak bisa berbicara, tidak pula bisa mendengar, tidak bisa bermanfaat untuk dirinya ataupun yang lainnya. Tidak bisa menolong dirinya tidak pula bisa memberi rizki.
Dari uraian di atas menurut penulis karakter kelemah lembutan Nabi Ibrahim bisa kita lihat ketika dia menyampaikan dakwah kepada ayahnya dengan lemah lembut dengan memakai kalimat ya abati/ wahai ayahku dengan berulang-ulang ia sampaikan, dan dengan panggilan mesra, begitu pula ketika dia mendapat petunjuk dari Allah untuk menyembelih anaknya, dan dia menyampaikan kepada anaknya Ismail perintah untuk penyembelihan tersebut dengan penuh lemah lembut dan panggilan kasih sayang.
D. Karakter Mulia Siti Hajar
Karakter mulia siti Hajar bisa dilihat ketika Nabi Ibrahim meninggalkannya dan anaknya yang masih kecil di daerah terpencil, dan menyerahkannya kepada Allah, Sebagaimana firman Allah SWT.
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.Ya Tuhanku, Sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, Maka Barangsiapa yang mengikutiku, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golonganku, dan Barangsiapa yang mendurhakai Aku, Maka Sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.57 (Q.S. Ibrahim 14: 35-36)
57
19
Ayat ini dengan menyebut Nabi Ibrahim AS yang memohon keamanan kota Mekkah dimana anak dan istrinya bertempat tinggal serta kesejahteraan penduduknya dan keterhindaran dari penyembahan berhala.58Permohonan Nabi Ibrahim AS agar menghindarkan anak cucu beliau dari penyembahan berhala, bukanlah dalam arti memaksa mereka mengakui keesaan Allah tetapi bermohon kiranya fitrah kesucian yang dianugrahkan Allah dalam jiwa setiap manusia dan yang intinya adalah tauhid, bermohon kiranya fitrah tersebut terus terpelihara.59
Kemudian Ibrahim melanjutkan doanya. Ia berkata “orang yang mengikuti jalanku dan tidak terfitnah dengan berhala-berhala itu, maka ia termasuk golonganku, diidentifikasikan kepadaku, dan bertemu denganku dalam ikatan keluarga yang besar, yakni ikatan akidah.”60
Artinya :Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur. Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang Kami sembunyikan dan apa yang Kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.61(Q.S. Ibrahim 37-38)
58
Shihab, Tafsir Al- Misbah,Volume 7, hal. 66
59
Ibid., hal. 69
60
Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jilid 7,108
61
20
Setelah berdo’a untuk umum, kini beliau berdo’a untuk anak istrinya, dan juga setelah memohon keterhindaran dari keburukan, beliau memohon kiranya Allah melimpahkan anugrah kesejahteraan. Beliau berdo’a tanpa berkata “wahai” sebagaimana kebiasaan Al-Qur’an melukiskan dua orang-orang yang dekat kepada Allah, do’anya: “Tuhan kami dan tuhan makhluk seluruhnya sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di satu lembah yaitu Mekkah yang kini belum dihuni dan yang tidak dapat mempunyai tanaman karena gersang tanahnya, namun demikian aku tempatkan mereka di sana karena lokasinya di dekat rumahmu (Baitullah) Ka’bah yang agung lagi yang dihormati, Tuhan kami, yang demikian itu yakni penempatan mereka disana adalah agar mereka melaksanakan shalat secara bersinambung lagi baik dan sempurna, karena tempat itu seperti yang aku lukiskan dan Engkau ketahui dan tujuanku tidak luput dari pengetahuan-MU, maka aku memohon “jadikanlah hati manusia cenderung kepada mereka dan anugrahilah mereka rezeki dan buah-buahan, baik yang Engkau tumbuhkan di sana maupun yang dibawa oleh manusia kesana mudah-mudahan dengan aneka anugrah-Mu, itu mereka terus-menerus bersyukur. Tuhan kami yang memelihara dan membimbing kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yakni segala yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan dan tidan ada sesuatu betapapun kecil dan remehnya yang tersembunyi bagi Allah baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. Dengan demikian Engkau mengetahui bukan saja ketulusan kami memohon dan beribadah tetapi juga mengetahui kebutuhan dan keinginan, walau tanpa kami mohonkan dan mengetahui pula apa yang terbaik bagi kami.62
Ayat ini dapat menjadi dasar perlunya berhijrah kesuatu tempat yang aman bagi kelangsungan pendidikan agama bagi anak, dan pemeliharaan akidahnya. Karena itu, sementara ulama mengharamkan keluarga muslim untuk hidup menetap di tengah masyarakat non muslim bila keberadaan mereka disana dapat mengakibatkan kekaburan ajaran agama atau kedurhakaan kepada Allah SWT maupun untuk dirinya dan sanak keluarganya.63
62
Shihab, Tafsir Al- Misbah,Volume 7, hal. 70
63
21
Ibrahim menyebut nikmat Allah yang telah dianugrahkan kepadanya sebelumnya, kemudian kesannya tekun memanjatkan puji dan syukur yang merupakan perilaku hamba shaleh yang selalu berzikir dan bersyukur.64
Kisah Nabi Ibrahim bisa dilihat bagaimana Nabi Ibrahim pergi bersama anaknya yang masih disusui, lalu keduanya ditempatkan di dekat Baitullah, di dekat sebuah pohon besar, tepat di atas sumur zam-zam, di dataran atas masjid. saat itu Makkah tidak dihuni seorangpun, juga tidak ada air disana. Ibrahim menempatkan hajar dan Isma’il di sana dengan membekali sebuah ransel berisi kurma dan geriba air.65
Setelah itu Ibrahim bergegas pergi, ibu Ismail membuntuti lalu berkata, “hai Ibrahim kemana kau pergi lalu meninggalkan kami di lembah tanpa teman atau apapun disini ?’ Hajar mengucapkannya hingga beberapa kali, namun Ibrahim tidak jua menoleh. Akhirnya hajar berkata”Allah kah yang menyuruhmu untuk melakukan hal ini ?’ “Ya, jawab Ibrahim. Hajar akhirnya mengatakan, kalau begitu ia tidak akan menelantarkan kami, Hajar kemudia kembali.66
Ibrahim terus pergi, kemudian setelah tiba di bukit Tsaniyah tempat dimana Hajar dan Isma’il tidak melihatnya, Ibrahim memanjatkan Do’a dengan mengangkatkan tangan, seperti yang dijelaskan ayat tersebut.
Hajar kemudian menyusui Isma’il dan meminum air yang diberikan Ibrahim. Setelah persediaan air habis, Hajar kehausan, seperti itu juga anaknya. Hajar kemudian menatap anaknya yang tengah berbaring, ia akhirnya pergi karena tidak tega melihat anaknya. Ia melihat bukit paling dekat di sekitarnya adalah bukit shafa. ia kemudian berdiri di bukit shafa dan melihat kesana kemari apakah ada seseorang, namun ia tidak melihat siapapun. ia kemudian turun dari bukit shafa, setelah tiba di perut lembah, ia melipat pakaian sebatas lengan, kemudian berlari-lari kecil layaknya orang yang sudah keletihan. Setelah melalui lembah tersebut ia mengahampiri bukit Marwa, lalu berdiri di puncaknya, disana ia melihat apakah ada seseorang, namun ia tidak melihat siapapun. Hajar melakukannya sebanyak tujuh kali.67
64
Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jilid 7, hal. 109
65 Al-Farmawi, hal. 254 66 Ibid., 67 Al-Farmawi, hal. 255
22
Selang berapa lama Ibrahim tak kunjung datang. Setelah itu Ibrahim datang saat Isma’il tengah membetulkan anak panah miliknya di bawah sebuah pohon besar di dekat zam-zam.68 Allah SWT kemudian memerintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk membuat sebuah rumah di atas muka bumi yang dapat digunakan oleh manusia untuk beribadah kepadanya, dan untuk membantunya Nabi Ibrahim meminta bantuan anaknya, yaitu Nabi Isma’il AS untuk bersama-sama dengannya membangun rumah tersebut.69
Allah SWT telah memilih sebuah tempat dimana nantinya Nabi Ibrahim AS akan membangun rumah itu. Tempat itu adalah munculnya air zam-zam yang ajaib, yaitu tempat dimana Nabi Isma’il AS dan ibunya ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim di tengah padang pasir.
Nabi Ibrahim dan Isma’il kemudian menggali tanah itu dengan cangkul, dan kemudian mulai meletakkan pondasi yang menjadi dasar rumah itu. setelah berhasil meletakkan pondasi dan membangun beberapa tiang, Nabi Ibrahim kemudian melihat sebuah tempat di kerangka bangunan itu yang dirasakannya tepat untuk menaruh sebuah batu, tapi setelah memeriksa rupanya di dekat beliau tidak ada satupun batu yang pas untuk diletakkan di tempat itu.70
Tidak lama kemudian, datanglah malaikat jibril membawa sebongkah batu yang berwarna hitam. batu itulah yang dinamai Hajar Aswad, batu ini merupakan batu surga yang dahulu pernah dibawa oleh Nabi Adam AS ketika Nabi Adam dan Hawa diperintahkan untuk turun kebumi. Dahulu batu itu berwarna sangat putih, namun akibat banyaknya kesalahan dan dosa yang diperbuat oleh umat manusia, batu itu kemudian berubah menjadi hitam.71
Akhirnya semangat Nabi Isma’il pun bangkit kembali, mereka berdua lalu melanjutkan pembangunan Ka’bah itu. tak lupa, mereka berdo’a kepada Allah SWT agar menerima segala yang mereka usahakan itu, Firman Allah SWT.
68 Ibid., hal. 258 69Abu Haafizh Abdurrahman, hal. 85
70
Ibid., hal. 86
71
23
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". 72(Al-Baqarah : 127)
Dari penjelasan di atas penulis memahami karakter yang bisa di petik pada peristiwa tersebut, di saat Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail, Hajar menjadi contoh seorang istri yang memiliki karakter mulia, memiliki keyakinan yang benar terhadap Tuhannya, yaitu berperasangka baik terhadap tuhannya. Hajar pun mencerminkan sosok istri yang tangguh dan pemberani.
Karakter mulia Siti Hajar bisa dilihat ketika dia ditinggalkan oleh Ibrahim di daerah sepi, tapi ia tidak mengeluh dan sabar atas apa yang diperintahkan Allah, dan ia merupakan karakter yang penuh taat pada suami, sabar dan selalu tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Karakter mulia Siti Hajar ini yang bisa di jadikan pelajaran untuk menciptakan keluarga yang bahagia (sakinah, mawaddah dan warahmah).
E. Karakter Patuh dan Hormat Nabi Ismail AS
Karakter yang dimiliki Ismail, ia adalah anak yang sayang dan taat kepada ayah dan ibunya. Sebagaimana kita lihat kisahnya dalam QS. Ash-Shaffat ayat 99-101. Karakter patuh dan hormat Nabi Isma’il bisa dilihat ketika beliau mau mengorbankan anak yang sangat disayanginya yaitu Isma’il, Firman Allah SWT.
Artinya: dan Ibrahim berkata:"Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang Termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang Amat sabar 73(QS Ash-Shaffat: 37 : 99-101
Ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim berdo’a tanpa menggunakan panggilan “Ya/wahai” untuk mengisyaratkan kedekatan beliau dengan Allah :
72
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, hal. 20
73
24
Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk kelompok orang-orang yang shaleh. Maka kami memberinya kabar berita bahwa dia akan di anugrahi dengan anak yang amat penyantun.74
Kabar gembira yang disampaikan itu, mengandung isyarat bahwa anak tersebut adalah seorang lelaki. Ini dipahami dari kata ghulam. Ayat di atas mengisyaratkan juga bahwa dia akan mencapai dewasa, ini dipahami dari sifatnya sebagai seorang anak yang halim/ penyantun, karena seorang yang belum dewasa, tidak dapat menyandang sifat tersebut. Ketinggian budi pekertinya antara lain tercermin pada sikap dan ucapan sang anak ketika Nabi Ibrahim menyampaikan kepadanya perintah Allah agar dia disembelih berdasar suatu mimpi.75 sebagaimana firman Allah.
Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.76 (QS Ash-Shaffat: 37 : 102-105)
74
Shihab, Tafsir al- Misbah, Volume 12, hal. 61
75
Ibid., hal. 62
76
25
Demikianlah hingga tiba saatnya anak tersebut lahir dan tumbuh berkembang, maka tatkala ia yakni sang anak telah mencapai usia yang menjadikan ia mampu berusaha bersamanya yakni bersama Nabi Ibrahim, ia yakni Nabi Ibrahim berkata sambil memanggil anaknya dengan panggilan mesra “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu dan engkau tentu tahu bahwa mimpi para Nabi adalah wahyu Ilahi. Jika demikian itu halnya, maka pikirkanlah apa pendapatmu tentang mimpi yang merupakan perintah Allah itu” ia yakni sang anak menjawab dengan penuh hormat “Hai bapakku, laksanakanlah apa saja yang sedang dan akan diperintahkan kepadamu termasuk perintah menyembelihku, engkau akan mendapatiku insya Allah termasuk kelompok yang penyabar.77
Nabi Ibrahim AS menyampaikan mimpi itu kepada anaknya. Ini agaknya karena beliau memahami bahwa perintah tersebut tidak dinyatakan sebagai harus memaksakannya kepada sang anak. Yang perlu adalah bahwa ia berkehendak melakukannya. Bila ternyata sang anak membangkang, maka itu adalah urusan ia dengan Allah.78Adapun ia memberi tahu anaknya tentang perintah itu, agar menjadi lebih ringan baginya dan untuk menguji kesabaran, ketegaran dan ketetapannya dalam ketaatan kepada Allah.79
Di sini Ibrahim dan Isma’il sudah menunaikan tugas, keduanya sudah menyerahkan diri, keduanya sudah menjalakan perintah dan tugas itu. Sehingga yang tersisa tinggallah menyembelih Isma’il, mengalirkan darahnya, dan mencabut ruhnya, ini adalah perkara yang tidak ada apa-apanya dalam timbangam Allah, selain Ibrahim dan Isma’il meletakkan ruh, semangat dan perasaan keduanya dalam timbangan ini, sesuai dengan yang dikehendaki Allah untuk dilakukan keduanya.80
Memangnglah suatu percobaan yang nyata, kalau seseorang yang sangat mengharapkan mendapatkan keturunan yang shalih, setelah dalam usia 86 tahun baru keinginan itu disampaikan Tuhan, lalu sedang anak yang ketika itu masih satu-satunya itu disuruh kurbankan pula dalam mimpi. Namun perintah itu dilaksanakan juga dengan tidak ada keraguan sedikit jua pun, baik pada si ayah, ataupun pada si si anak. Lantaran Ibrahim dan puteranya sama-sama menyerah, tidak takut menghadapi
77
Shihab, Tafsir al- Misbah, Volume 12, hal. 62-63
78
Ibid.,
79
Ar-Rifa’I, Tafsir Ibnu Katsir, hal. 29
80
26
maut, karena maut untuk melaksanakan perintah Ilahi adalah maut yang paling mulia, maka sudah pula sepantasnya jika Tuhan menjelaskan bahwa kedua orang itu, ayah dan anak “minal muhsiniin”, termasuk orang-orang yang hidupnya adalah berbuat kebajikan, maka pantaslah mendapat penghargaan di sisi Allah.81
Cobaan ini sudah terlaksana. Ujian sudah terjadi, hasilnya sudah tampak. Tujuannya sudah terlaksana, sehingga yang tersisa hanya kepedihan tubuh. Darah yang dialirkan dan tubuh yang disembelih. Allah tidak berkehendak untuk mengazab hamba-hamba-Nya dengan cobaan. Juga tidak menghendaki darah dan tubuh keduanya sama sekali. Sehingga ketika mereka sudah menyerahkan diri mereka kepada-Nya dan bersiap menjalankan tugas secara total, berarti mereka sudah menunaikannya, telah mewujudkan tugas itu, dan dan mereka telah melewati ujian dengan berhasil.82
Allah sudah mengetahui kesungguhan Ibrahim dan Ismail, sehingga menganggap keduanya sudah menunaikan, mewujudkan tugas, dan menunjukkan bukti kesungguhan keduanya.83
Dari uraian di atas penulis memahami kepatuhan dan hormatnya Ismail kepada ayahnya merupakan sosok figur anak yang patuh dan hormat merupakan anak saleh, karena karakter Nabi Ismail ini yang harus kita jadikan pelajaran, harus dimulai dari ayah yang saleh, ibu yang shalehah maka akan melahirkan anak yang shaleh seperti Nabi Isma’il yang selalu rhida dan rela atas perintah Allah dan patuh serta hormat kepada kedua orang tuanya.
F. Kesimpulan
Nabi Ibrahim merupakan uswatun hasanah yang sudah diterangkan Allah SWT dalm Al-Qur’an dan banyak nilai karakter yang bisa diambil dalam perjalanan kehidupannya. Karakter-karakter yang dapat diterapkan dari kisah-kisah Nabi Ibrahim AS dan keluarganya dan bisa dijadikam pedoman dalam pendidikan saat ini terlebih dalam pendidikan keluarga adalah :
1. Keteladanan dalam diri Nabi Ibrahim, meliputi suri teladan yang baik, yang selalu patuh kepada Allah SWT dan sama sekali ia tidak pernah tersentuh oleh kemusyrikan karena fitrah suci yang di berikan Allah, bisa dilihat waktu beliau
81
Hamka, Tafsir Al-Azhar, hal. 144
82
Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an,Jilid 10,hal 15
83
27
berdakwah kepada ayahnya, dan memberikan wasiat kepada anak cucunya agar selalu berpegang teguh kepada tali agama Allah SWT.
2. Karakter lemah lembut Nabi Ibrahim as bisa di lihat ktika ia menyampaikan perintah Allah kepada Isma’il dengan panggilan mesra dan lemah lembut, serta dalam menyampaikan dakwahnya kepada ayahnya, oleh karena itu karakter lemah lembut Nabi Ibrahim bisa di jadikan sebagai pedoman dengan selalu memakai kata yang lembut seperti ya bunayya (wahai anakku) dan ya abati (wahai ayaku) serta harus bangun komunikasi yang seimbang dan penuh kasih sayang dalam keluarga seperti kebersamaan Ibrahim, Hajar dan Ismail dalam menyikapi kesulitan-kesulitan hidup yang dihadapi dengan penuh keabaran. 3. Karakter mulia Siti Hajar bisa di lihat dari kesabarannya menerima apa yang di
perintahkan Allah kepada Nabi Ibrahim as termasuk meninggalkannya di tempat sepi di tengah padang pasir yang tandus, setia menemani suami, dan tak pernah menunjukkan cara yang kasar dalam mendidik anaknya, Siti Hajar yang begitu tulus mengasuh Ismail, menjaganya dengan penuh kasih sayang ketika ditinggal Ibrahim di antara bukit Shafa dan Marwah.
4. Karakter patuh dan hormat Nabi Ismail as kepada kedua orang tuanya bisa dilihat waktu beliau akan disembelih, patuh dan taat terhadap apa yang disampaikan ayahnya Ibrahim as dengan memakai perkataan yang lemah lembut, ya abati (wahai bapakku), tidak pernah melawan dan membangkang, karena karakternya Isma’il sudah di didik dari kecil oleh Nabi Ibrahim dan Siti Hajar, dan begitu juga taatnya kepada sang Khalik yakni Allah SWT didalam kehidupanya.
DAFTAR FUSTAKA
Al-Ghazali, Jawahirul Qur’an, Surabaya: Risalah Gusti, 1995.
Aziz, Hamka Abdul, Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati, Jakarta: Penerbit Al-Mawardi Prima, 2011.
Barudi, Imad Zaki Tafsir Al-Qur’an Wanita, Jakarta: Pena Pundit Aksara, 2007. Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2010.