• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPOSISI JENIS MANGROVE DAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG KAWASAN MANGROVE DESA SAYOANG, HALMAHERA SELATAN FAJAR ALIF SAM PANGESTU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMPOSISI JENIS MANGROVE DAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG KAWASAN MANGROVE DESA SAYOANG, HALMAHERA SELATAN FAJAR ALIF SAM PANGESTU"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPOSISI JENIS MANGROVE DAN PENGETAHUAN

MASYARAKAT TENTANG KAWASAN MANGROVE DESA

SAYOANG, HALMAHERA SELATAN

FAJAR ALIF SAM PANGESTU

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komposisi Jenis Mangrove dan Pengetahuan Masyarakat tentang Kawasan Mangrove Desa Sayoang, Halmahera Selatan, adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Fajar Alif Sam Pangestu NIM E4410087

(3)

ABSTRAK

FAJAR ALIF SAM PANGESTU. Komposisi Jenis Mangrove dan Pengetahuan Masyarakat tentang Kawasan Mangrove Desa Sayoang, Halmahera Selatan. Dibimbing oleh OMO RUSDIANA.

Luasan hutan bakau di Indonesia, kini hanya tersisa 3.4 juta hektar, sehingga perlu adanya peran serta dari pemerintah dan masyarakat untuk menjaga kelestariannya. Halmahera Selatan merupakan kabupaten dengan kawasan mangrove terluas di Provinsi Maluku Utara. Salah satu kawasan mangrove yang berada di Kabupaten Halmahera Selatan adalah kawasan mangrove yang terdapat di Desa Sayoang, Kecamatan Bacan Timur. Sampai sebelas tahun berdirinya kabupaten ini belum pernah dilakukan inventarisasi mangrove, baik kajian dibidang ekologi maupun sosial masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi mangrove yang terdapat di Desa Sayoang, Kecamatan Bacan Timur, Kabupaten Halmahera Selatan, serta mengidentifikasi pengetahuan masyarakat sekitarnya tentang kawasan mangrove sebagai kawasan lindung. Pengambilan data potensi jenis mengunakan metode sampling dengan aplikasi jalur berpetak, sedangkan analisis data potensi mangrove menggunakan analisis vegetasi dengan mencari indeks nilai penting (INP) serta indeks nilai keragaman. Adapun data sosial masyarakat penambilan data dengan metode wawancara mendalam dan kuisioner. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah hutan mangrove di Desa Sayoang, Kecamatan Bacan Timur, Kabupaten Halmahera, ini disusun oleh mangrove mayor sebanyak 11 jenis dari famili Rhizophoraceae, Sonneratiaceae, Aviceniaceae, Meliaceae dan Myrtaceae, sedangkan mangrove minor sebanyak 3 jenis dari famili Lorantaceae, Acanthaceae, dan Pteridaceae. Tipe komunitas didominasi oleh R. apiculata pada tingkat semai dan pohon, R. mucronata pada tingkat pancang, serta A. ebracteatus pada tingkat tumbuhan bawah. Hutan mangrove tersebut memiliki keanekaragaman dan kekayaan jenis yang rendah, namun memiliki kemerataan jenis tinggi. Pengetahuan tentang manfaat kawasan mangrove 60% dari total responden mengetahui manfaat mangrove sebagai tempat berkembang biaknya ikan, sedangkan untuk kawasan mangrove sebagai kawasan lindung sebesar 50% dari total responden tidak mengetahuai status kawasan tersebut. Permasalahan penebangan yang terjadi di kawasan mangrove 90% dari total responden mengetahuai adanya kegiatan tersebut dan 85% dari total responden berpendapat masih bolehnya melakukan kegiatan penebangan di kawasan mangrove. Belum terdapatnya kegiatan pengelolaan kawasan mangrove di Desa Sayoang, baik secara swadaya masyarakat ataupun kegiatan dari Dinsa Kehutanan setempat, kemudian 53% dari total responden masih mengharapkan mangrove dapat memberikan tambahan secara ekonomi.

Kata kunci: Hutan mangrove, kawasan lindung mangrove, pengetahuan masyarakat

(4)

ABSTRACT

FAJAR ALIF SAM PANGESTU. Mangrove Species Compotition and Community Knowledge of Mangrove Area in Sayoang Village, Distric of South Halmahera . Supervised by OMO RUSDIANA.

The area of mangrove forests in Indonesia is currently only spanning as much as 3.4 milion acres, so there is a need for the participation of the government and community to maintain its sustainability. South Halmahera is the district with the largest mangrove area in the North Maluku province. One of the mangrove areas in the district of South Halmahera is located at Sayoang Village, East Bacan District. Up until its eleventh founding anniversary, this district have never conducted an inventorizing of its mangroves, both ecological and social studies in the field of public. This study aims to analyze the compotition of mangrove species in Sayoang Village, East Bacan District, South Halmahera, and identify the knowledge of surrounding communities of mangrove areas as protected areas. Data were retrieved using sampling method with applications terraced paths, and analyzed by calculating its important value index (INP) and its index value diversity (IVD). The public social data were taken using in-depth interviews and questionnaires. Results obtained from this study show that the mangrove forest in Sayoang village, East Bacan district, Halmahera, consists of major mangrove species with as many as eleven species belonging to families Rhizophoraceae, Sonneratiaceae, Aviceniaceae, Meliaceae and Myrtaceae, and as many as three species of minor mangrove belonging to families of Lorantaceae, Acanthaceae, and Pteridaceae. The mangrove's species diversity and richness is and low, but it has high evenness. 60% of total respondents know the benefit of mangrove as fish habitat, while for mangrove area as conserving areas, 50% of total respondent don't know the status of the area. The cutting problems happened in mangrove areas, 90% of total respondent know the activity and 85% of total respondent think that the logging activities in mangrove area is still allowed. The management activity of mangrove area in Sayoang village hasn't been conducted, either by the community or by local Dinas Kehutanan, and 53% of total respondent still wishing the mangrove can give more benefit economically.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvukultur

KOMPOSISI JENIS MANGROVE DAN PENGETAHUAN

MASYARAKAT TENTANG KAWASAN MANGROVE DESA SAYOANG,

HALMAHERA SELATAN

FAJAR ALIF SAM PANGESTU

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret hingga April 2014 ini ialah kawasan mangrove, dengan judul :Komposisi Jenis Mangrove dan Pengetahuan Masyarakat Tentang Kawasan Mangrove Desa Sayoang, Kecamatan Bacan Timur, Halmahera Selatan.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada :

1. Orang tua saya tercinta, Babeh (Drs. Samsu), emak (Sa’lah) dan adik-adik ku tercinta Gian Aditia Pranata, Ramadhan Adi Chandra, dan Lutfia Maliha Putri 2. Bapak Dr Ir Omo Rusdianan, MSc selaku pembimbing yang dengan sabar telah

mengarahkan dan membimbing saya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. 3. Dinas Kehutanan Halmahera Selatan ( Pak Nur Kabid Perencanaan, Pak Hakim

pendamping selama ekspedisi).

4. Rekan-rekan Tim Kehutanan Ekspedisi NKRI koridor Maluku dan Maluku Utara 2014.

5. Bapak Kahar sebagai bapak angkat di Desa Babang, yang rumahnya saya pakai sebagai tempat singgah selama penelitian.

6. Rekan-rekan, dan senior keluarga RIMPALA (Rimbawan Pecinta Alam) Fahutan IPB, khususnya angkatan R-XV, atas segala dukungan dan pengertiannya selama penyusunan skripsi ini.

7. Rekan-rekan, dan senior Fahutan IPB, khususnya angkatan 47. 8. Keluarga Gesek Pala Silvikultur 47

9. Alfiani fathurrohmah

Bogor, Januari 2015

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 Manfaat Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Alat dan Bahan 2

Prosedur Penelitian 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Umum 6

Potensi Mangrove 7

Sosial Kemasyarakatan 12

Presepsi Masyarakat 13

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 21

(9)

DAFTAR TABEL

1 Tutupan lahan Kabupaten Halmahera Selatan 7

2 Jumlah jenis mangrove 8

3 Jenis dominan dan kodominan 9

4 Nilai indeks dominansi 10

5 Nilai indeks keanekaragaman jenis 11

6 Nilai indeks kemerataan jenis 11

7 Nilai indeks kekayaan jenis 12

DAFTAR GAMBAR

1 Plot pengamatan di lapangan 3

2 Peta lokasi penelitian 6

3 Kawasan mangrove yang ditanami kelapa 13

4 Diagram pemahaman manfaat kawasan mangrove 13

5 Diagram pengetahuan masyarakat mengenai kawasan lindung

mangrove 14

6 Diagram pengetahuan masyarakat mengenai penebangan yang terjadi

di kawasan mangrove 15

7 Diagram persepsi masyarakat mengenai boleh tidaknya melakukan

penebangan di kawasan mangrove 16

8 Diagram harapan masyarakat untuk kawasan mangrove 17

DAFTAR LAMPIRAN

1 Foto jenis-jenis tumbuhan mangrove yang ditemukan ditempat

penelitian 20

2 Data analisis vegetasi mangrove 24

(10)
(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu kawasan pesisir yang sangat potensial adalah hutan mangrove, merupakan daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut dari air laut dan mempunyai ciri khas tertentu baik dari vegetasinya maupun satwa yang ada di dalamnya. Ekosisitem ini adalah ekosistem kunci di kawasan pesisir yang kini banyak rusak dan berkurang luasnya akibat masuknya kegiatan manusia di dalamnya. Luasan hutan bakau di Indonesia, kini hanya tersisa 3.4 juta hektar (UNEP 2006). Hal ini perlu disadari perlu adanya peran serta dari pemerintah dan masyarakat untuk menjaga kelestariannya.

Kabupaten Halmahera Selatan merupakan daerah dengan kawasan mangrove terluas di Provinsi Maluku Utara (BAKOSURTANAL 2009). Hal itu dapat menjadi suatu tanggung jawab yang besar dalam pengelolaan dan perlindungan kawasan tersebut. Salah satu hal penting yang diperlukan dalam pengelolaan kawasan mangrove adalah informasi tentang potensi mangrove yang ada di suatu lokasi dan pengetahuan masyarakat sekitar kawasan mangrove, sehingga pengelolaannya dapat disesuaikan dengan potensi yang ada dan melibatkan masyarakat sekitar.

Salah satu kawasan mangrove yang berada di Kabupaten Halmahera Selatan adalah kawasan mangrove yang terdapat di Desa Sayoang, Kecamatan Bacan Timur. Kawasan mangrove ini memiliki sejarah gangguan yang cukup parah. Pada tahun 1970-an, kawasan mangrove ini pernah mengalami penebangan secara besar-besaran oleh perusahaan IPK (Izin Pemanfaatan Kayu) yang pernah beroperasi pada masa tersebut.

Semenjak sebelas tahun lalu berdirinya Kabupaten Halmahera Selatan, belum pernah dilakukan kegiatan inventarisasi mangrove di kabupaten ini. Hal itu menjadikan data mangrove belum tersedia baik informasi tentang ekologis mangrove maupun data hubungan sosial masyarakat terhadap kawasan mangrove. Oleh karena itu, penelitian yang menganalisis komposisi jenis mangrove dan mengidentifikasi pengetahuan masyarakat mengenai kawasan mangrove sebagai kawasan lindung sangat penting dilakukan di Kabupaten Halmahera Selatan.

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis komposisi jenis mangrove yang terdapat di Desa Sayoang, Kecamatan Bacan Timur, Kabupaten Halmahera Selatan.

2. Mengidentifikasi pengetahuan masyarakat sekitarnya tentang kawasan mangrove sebagai kawasan lindung.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan mampu menambah data desa bagi pengelolaan mangrove di Halmahera Selatan dan pengetahuan mengenai potensi jenis mangrovenya . Mengetahui sejauh mana pengetahuan serta pemanfaatannya oleh masyarakat.

(12)

2

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian meliputi penjelasan tentang potensi jenis mangrove yang berada di Desa Sayoang. Analisis Komposisi jenis dan struktur komposisi jenis serta soaial budaya masyarakat desa. Perhitungan analisis vegetasi untuk mengetahui indeks nilai penting (INP), indeks dominansi (C), indeks keanekaragaman jenis (H’), indeks nilai kekayaan jenis (R), dan indeks kemerataan jenis (E). Kemudian pengambilan data sosial kemasyarakatan menggunakan wawancara dan kuisioner untuk mendapatkan informasi mengenai pengetahuan masyarakat mengenai kawasan mangrove. Pengolahan data menggunakan analisis deskriptif.

METODE

Waktu dan Tempat

Pengambilan data penelitian dilakukan pada tanggal 5-30 Mei 2014 di Desa Sayoang, Kecamatan Bacan Timur, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan untuk pengambilan data di lapangan diantaranya antara lain meteran ukur sepanjang 30 meter, pita ukur diameter, tali tambang plastik, golok, plastik spesimen, kamera, alat tulis, kertas kuisioner, tally sheet, buku identifikasi jenis, software Ms Excel dan software Ms Word. Objek penelitian ini yaitu tegakan hutan mangrove dan masyarakat Desa Sayoang, Kecamatan Bacan Timur, Kabupaten Halmahera Selatan.

Prosedur Penelitian Penentuan Lokasi Pengamatan

Penentuan lokasi pengamatan menggunakan metode purposive sampling, yaitu lokasi mangrove yang dekat dengan desa, sesuai tujuan penelitian.

Komposisi Jenis Mangrove

1. Pengambilan data vegetasi

Pengambilan data vegetasi sebagai data primer dalam penelitian ini dilakukan di kawasan mangrove Desa Sayoang, dengan pengambilan data vegetasi di lapangan. Data vegetasi yang diambil berupa data semai, pancang dan pohon. Pengambilan data vegetasi menggunakan teknik analisis vegetasi diterapkan pada jalur pengamatan dengan lebar 10 meter dan panjang 10 meter, yang dibagi ke dalam beberapa sub-petak . Ukuran sub-petak pada contoh untuk setiap tingkat pertumbuhan vegetasi yang diamati adalah sebagai berikut :

(13)

3 a) Sub-petak contoh berukuran 2 x 2 m untuk pengukuran permudaan tingkat semai

dan tumbuhan bawah (rumput, herba, terna, semak belukar) dan efipit;

b) Sub-petak contoh berukuran 5 x 5 m untuk pengukuran permudaan tingkat pancang;

c) Sub-petak contoh berukuran 10 x 10 m untuk pengukuran pohon. 2. Pembuatan Petak Pengamatan

Pengambilan data mangrove dengan menggunakan plot jalur berpetak dengan panjang jalur 70 x 10 m dengan jarak antar jalur 13 m, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Plot pengambilan data vegetasi mangrove

Prosedur Analisis Data

Dalam menganalisis data untuk mengetahui potensi vegetasi yang ada di kawasan mangrove, dilakukan perhitungan berupa indeks nilai penting, indeks dominasi, indeks keanekaragaman jenis.

70 mete r 3 m Pantai Arah jalur 5 m 5 m 2 m 2 m 10 m 10 m 5 m

(14)

4

1. Indeks Nilai Penting ( INP )

Indeks nilai penting menggambarkan nilai dominansi dari suatu jenis

dalam dalam kata lain juga menggambarkan kedudukan ekologis dalam komunitas. INP merupakan hasil penjumlahan dari Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR), dan Dominansi Relatif (DR) untuk tingkat pohon dan tiang. Rumus menghitung INP sebagai berikut :

INP = KR + FR + DR (untuk tingkat pohon)

INP = KR + FR (untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah) Dimana :

Kerapatan ( K ) = Jumlah Individu Luas Plot Pengamatan

Kerapatan Relatif ( KR ) = Kerapatan Satu Jenis x 100 % Kerapatan Seluruh Jenis

Frekuensi ( F ) = Jumlah Petak Penemuan Satu Jenis Jumlah Petak Seluruhnya Frekuensi Relatif ( FR ) = Frekuensi Suatu jenis x 100 % Frekuensi seluruhnya

Dominansi ( D ) = Luas Bidang Dasar Suatu Jenis Luas seluruh Plot

Dominansi Relatif ( DR ) = Dominansi Suatu Jenis x 100 % Dominansi Seluruh Jenis

2. Indeks Dominansi (C)

Nilai indeks dominansi mengambarkan pola dominansi jenis dalam suatu tegakan. Nilai indeks tertinggi adalah 1, yang menunjukkan bahwa tegakan tersebut dikuasai oleh satu jenis atau terpusat pada satu jenis. Jika beberapa jenis mendominasi secara bersama-sama maka indeks dominansi akan mendekati nol atau rendah.Perhitungan indeks dominansi jenis menggunakan rumus sebagai berikut (Misra 1980).

dimana : C = indeks dominansi ni = INP jenis i N = total INP

3. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’)

Menurut Maguran (1988) nilai Indeks Keanekaragaman Jenis umumnya berada pada kisaran antara 1.0 sampai 3.5. Jika Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) mendekati 3.5 maka menggambarkan tingkat keanekaragaman yang semakin tinggi.

(15)

5

∑ *(

) (

)+

dimana:

H’ = Indeks Keragaman Shannon – Wiener ni = Jumlah jenis ke-n

N = Total jumlah jenis 4. Indeks Kekayan Jenis (R)

Indeks Margalef atau indeks kekayaan jenis adalah jumlah dalam suatu komunitas. Pengukuran nilai kekayaan jenis ini digunakan rumus (Margalef, 1958) diacu dalam (Ludwig & Reynold 1988) sebagai berikut:

Keterangan :

R = Indeks Margalef S = Jumlah Jenis

N = Jumlah Total Individu

Kekayaan jenis tinggi jika nilai R > 5, sedang jika nilai 3.5 > R > 5, dan rendah jika nilai R < 3.5.

5. Indeks Kemerataan Jenis (E)

Konsep kemerataan ini menunjukan derajat kemerataan kelimpahan individu antar spesies. Ukuran kemerataan ini juga dapat digunakan sebagai indikator adanya gejala dominansi diantara setiap jenis dalam suatu komunitas. Kekayaan jenis tinggi jika nilai E 0.6-1, sedang jika nilai E 0.4-0.6, dan rendah jika nilai E 0-0.4

Nilai Indeks kemerataan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Ludwig & Reynold 1988) dalam Indrianto (2012) :

Dimana:

H' = Indeks Keragaman Shanon-Wiener S = Jumlah jenis

E = Indeks Kemerataas

Pengetahuan Masyarakat terhadap Kawasan Lindung Mangrove

Data mengenai pengetahuan masyarakat tentang kawasan lindung mangrove yang ada di Desa Sayoang dilakukan dengan metode sebagai berikut :

1. Metode Sampling

Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling untuk wawancara mendalam dan random sampling untuk kusioner.

(16)

6

2. Metode pengambilan data

Metode pengambilan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dengan beberapa pihak terkait yaitukKepala desa, tokoh masyarakat, Camat Bacan Timur, Kepala Bidang Rehabiltasi Hutan, Dinas Kehutanan Halmahera Selatan, dan Kepala Bidang Perencanaan Hutan, Dinas Kehutanan Halmahera Selatan. Selain data wawancara diambil juga data kuisioner sebanyak 30 responden (umur > 25 tahun) dari masyarakat Desa Sayoang yang dipilih secara random.

3. Metode analisis data

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan kuantitatif. Kuantitatif digunakan untuk menghitung persentase pada hasil kuisioner.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Letak dan luas

Desa Sayoang sendiri berada di bagian timur Kabupaten Halmahera Selatan, tepatnya di Kecamatan Bacan Timur. Secara geografis, Desa Sayoang terletak 0o37’15.7”LS dan 127o35’54.4” BT. Kawasan mangrove terbentang sampai batas desa terluar Desa Bori, seluas kurang lebih 5 km2. Kawasan mangrove yang menjadi obyek penelitian berada di Pulau Bacan, Desa Sayoang, Kecamatan Bacan Timur (Gambar 2).

(17)

7

Iklim

Klasifikasi pola curah hujan menurut Schmidt – Ferguson termasuk dalam tipe hujan A–B (Bapeda 2014). Curah hujan per tahun 2700-4500 mm pertahun dan suhu udara 22o-31o C.

Penutupan lahan

Berdasarkan data Bapeda (2014) sebaran hutan mangrove yang ada tersebar di beberapa pulau, yaitu Pulau Bacan, Pulau Kayoa, Pulau Halmahera Besar, Pulau Makean dan Pulau Obi dengan luas mencakup 1.41% dari total luas Kabupaten Halmahera Selatan. Penutupan lainya berupa cagar alam 7.20%, hutan lindung 13.66%, hutan produksi 20.21%, hutan produksi terbatas 10.31%, serta sisanya berupa pemukiman, perkotaan kebun dan lain-lain (Tabel 1).

Tabel 1 Penutupan lahan kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

No. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Luas

Ha Persentase

1 Cagar Alam 57,351.04 7.20

2 Danau 1,290.95 0.16

3 Hutan Lindung 108,772.51 13.66

4 Hutan Produksi 160,896.35 20.21

5 Hutan Produksi Terbatas 82,099.96 10.31

6 Kawasan Perlindungan Setempat 3,873.86 0.49

7 Mangrove 11,256.29 1.41

8 Pemukiman 1,779.79 0.22

9 Pemukiman Perkotaan 317.38 0.04

10 Perkebunan 315,520,28 39.63

11 Pertanian Lahan Basah 19,211.54 2.41

12 Pertanian Lahan Kering 13,761.87 1.73

13 Rawa 708.25 0.09 14 Savana 16,586.73 2.08 16 Transmigrasi 2,697.23 0.34 Total 796,124.04 100.00 Potensi Mangrove Komposisi Jenis

Hasil analisis vegetasi menunjukkan jumlah jenis yang terdapat di lokasi dapat dilihat pada Tabel 2. Adapun foto jenis mangrove tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1.

(18)

8

Tabel 2 Jumlah jenis mangrove di lokasi penelitian

NO Nama Jenis Famili Tingkat Pertumbuhan Nama ilmiah Nama lokal Tumbuhan

bawah Semai Pancang Pohon

1 Amyena anisomeres - Lorantaceae *

2 Acanthus ebracteatus - Acanthaceae *

3 Acrostichum aureum - Pteridaceae *

4 Avicennia alba soki-soki Aviceniaceae * * *

5 Avicennia lanata soki-soki Aviceniaceae * * *

6 Burguera gymnorrhiza soki-soki Rhizophoraceae * * *

7 Burguera cylindryca soki-soki Rhizophoraceae * * *

8 Ceriops tagal soki-soki Rhizophoraceae *

9 Ceriops decandra soki-soki Rhizophoraceae *

10 Rhizophora apiculata soki tinggi Rhizophoraceae * * *

11 Rhizophora mucronata soki tinggi Rhizophoraceae * * *

12 Sonneratia ovata soki-soki Sonneratiaceae * * *

13 Xylocarpus granatum soki-soki Meliaceae * *

14 Osbornia octodonta soki-soki Myrtaceae * *

Keterangan : * = jenis pada tingkat pertumbuhan vegetasi

Komposisi jenis menurut Mueller-Dubois dan Ellenberg (1974) memakai istilah komposisi untuk menyatakan kekayaan floristik hutan. Berdasarkan hasil pengamatan yang tersaji dalam Tabel 2, kawasan mangrove di Desa Sayoang memiliki 14 jenis magrove, yang terdiri atas 11 jenis mangrove mayor (berupa pohon dan permudaannya) dan 3 jenis mangrove minor (berupa tumbuhan bawah). Tomlinson (1986) dalam Guhfrona (2014) mengklasifikasikan vegetasi mangrove menjadi mangrove mayor dan mangrove minor , tumbuhan mangrove mayor sepenuhnya hidup pada ekosistem mangrove di pasang surut dan tidak tumbuh di ekosistem lain, serta beradaptasi pada morfologi dan fisiologi untuk hidup dalam lingkungan mangrove, sedangkan mengrove minor dibedakan oleh ketidakmampuannya membentuk tegakan murni.

Jenis-jenis mangrove yang ditemukan masuk kedalam beberapa famili antar lain: (1) Rhizophoraceae sebanyak 6 jenis, (2) Sonneratiaceae sebanyak 1 jenis, (3) Aviciniaceae sebanyak 2 jenis, (4) Meliace sebanyak 1 jenis, (5) Myrtaceae sebnyak 1 jenis, (6) Loranteceae sebanyak 1 jenis, (7) Acanthaceae sebanyak 1 jenis dan (7) Pteridaceae sebanyak 1 jenis (Tabel 2).

Jenis Dominan

Jenis dominan dan kodominan dari data yang didapatkan dilapangan pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Adapun nilai kerapatan, frekuensi, dominansi, dan nilai indeks penting dari seluruh jenis mangrove dilokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.

(19)

9

Table 3 Jenis dominan dan kodominan pada tiap tingkat vegetasi mangrove di lokasi penelitian

Jenis dominan dan kodominan Famili K (Ind/ha) F D (m2/ha) INP (%) Tumbuhan bawah Dominan A.ebracteatus Kodominan A. anisomeres Acanthaceae Lorantaceae 1214.0 214.3 0.03 0.03 101.0 45.3 Semai Dominan R.apiculata Kodominan A. lanata Rhizophoraceae Aviceniaceae 6000.0 71.4 0.46 0.03 60.5 2.03 Pancang Dominan R. mucronata Kodominan A. alba A. lanata C. tagal Rhizophoraceae Aviceniaceae Aviceniaceae Rhizophoraceae 948.5 11.4 11.4 11.4 0.80 0.03 0.03 0.03 73.1 1.7 1.7 1.7 Pohon Dominan R.a apiculata Kodominan A.a alba Rhizophoraceae Aviceniaceae 217.0 2.9 0.60 0.03 2207.0 22.4 150.0 3.0

Tabel 3 menggambarkan vegetasi yang dominan dan kodominan dari tiap tingkatan vegetasi yang ada di kawasan hutan mangrove Desa Sayoang. Parameter yang digunakan dalam penentuan tingkat dominan dan kodominan adalah nilai indek penting (INP). Menurut Soegianto (1994) dalam Indrianto (2006) menyatakan bahwa indeks nilai penting (INP) adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies– spesies dalam komunitas tumbuhan. Spesies-spesies yang dominan dalam suatu komunitas tumbuhan akan memiliki indeks nilai penting yang tinggi, sehingga spesies yang paling dominan tentu akan memiliki INP yang paling besar seperti yang tergambarkan pada Tabel 3. Indeks nilai penting sebagai parameter kuantitaif yang menggambarkan tingkat dominasi dari suatu spesies terdiri dari beberapa komponen dimana masing-masing komponen menggambarkan keberadaan spesies disuatu ekosistem. Komponen-komponen tersebut adalah kerapatan, frekuensi dan luas penutupan bidang dasar. Kerapatan menggambarkan

(20)

10

tingkat individu organisme per satuan ruang (Indrianto 2006). Frekuensi dipergunakan untuk menyatakan banyaknya suatu individu ditemukan dalam petak pengamatan di lapangan. Adapun luas bidang daerah (tingkat tiang dan pohon), menggambarkan proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh spesies tumbuhan dengan luas total habitat (Indrianto 2006).

Jenis yang dominan untuk kawasan mangrove yang ada di Desa Sayoang adalah R. apiculata pada tingkat pohon dan semai, sedangkan pada tingkat pancang di dominasi oleh R. mucronata. Soerianegara dan Indrawan (1988) dalam Nursiamdini (2014) menjelaskan bahwa jenis yang dominan adalah jenis yang berkuasa dibandingkan jenis lainnya dalam masyarakat hutan karena lebih adaftif terhadap kondisi lingkungannya. Kemampuan hidup pada lahan yang becek untuk jenis R. apiculata menyabakan jenis ini dapat mendominasi jenis mangrove yang ada di Desa Sayoang. Sesuai dengan Chaniago dan Hayashi (1994), bahwa kedua jenis ini mampu hidup pada kedalaman 0-80 cm. Adapun untuk tingkat pancang di dominasi oleh R. mucronata. Hal itu karena kedalaman lumpur di lokasi penelitian tidak lebih dari 80 cm.

Jenis dominan pada tingkat tumbuhan bawah di dominasi oleh A. ebracteatus. Spesies ini merupakan spesies yang penyebarannya ada di seluruh kawasan Indonesia, dan biasanya ditemukan di dekat mangrove, jarang ditemukan didaratan (Noor et al. 2012). Kodominan untuk tingkat tumbuhan bawah yaitu A. anisomeres. Noor et al (2012) menyatakan jenis A. anisomeres hanya ditemukan atau tercatat di Sulawesi dan cenderung endemik. Namun dari data dilapangan A. anisomer ditemukan di kawasan hutan mangrove Desa Sayoang. Sehingga menjadi catat terbaru tentang jenis ini di daerah maluku, khususnya Halmahera Selatan. Jenis-jenis dominan dan kodominan lainya pada setiap tingkat pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 3.

Nilai Indeks Dominansi (C)

Dominansi jenis di lokasi penelitian dapat dilihat dari hasil perhitungan nilai indeks dominansi vegetasi pada setiap tingkat pertumbuhan (Tabel 4).

Table 4 Nilai Indeks dominasi jenis di lokasi penelitan

Jenis Vegetasi Nilai indeks keanekaragaman jenis

Tumbuhan bawah 0.74

Semai 1.00

Pancang 1.00

Pohon 1.00

Tabel 4 menujukan nilai indeks dominansi untuk tumbuhan bawah mendekati 1 dan untuk semai, pancang, serta pohon mendapatkan nilai sama dengan satu. Hal ini menunjukkan bahwa dominansi jenis dikuasai oleh satu jenis. Pada tingkat tumbuhan bawah dikuasai oleh A. ebracteatus. Semai dan pohon dikuasai oleh R. apilculata. Adapun tingkat pancang dikuasai oleh R. mucronata. Nilai indeks dominansi mengambarkan pola dominansi jenis dalam suatu tegakan. Nilai indeks tertinggi adalah 1, yang menunjukkan bahwa tegakan tersebut dikuasai oleh satu jenis atau terpusat pada satu jenis (Misra,1988)

(21)

11

Indeks Keanekaragaman Jenis (H’)

Besarnya nilai indeks keanekaragaman Shanon-Weiner pada setiap tingkat pertumbuhan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Nilai indeks keanekaragaman jenis pada setiap tingkat pertumbuhan Jenis Vegetasi Nilai indeks keanekaragaman jenis

Tumbuhan bawah 1.03

Semai 1.82

Pancang 1.88

Pohon 0.73

Menurut Sitompul dan Gultom (1995) dalam Nursiamdini (2014) dikatakan bahwa kebutuhan akan keadaan lingkungan yang khusus dan lingkungan yang bervariasi dari suatu tempat ke tempat lain mengakibatkan keragaman jenis tumbuhan berkembang menurut perbedaan waktu dan tempat. Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat tumbuhan bawah, semai, dan pancang memiliki tingkat keragaman jenis yang sedang. Adapun untuk tingkat pohon memiliki tingkat keragaman jenis yang rendah. Menurut Maguran (1988) nilai Indeks Keanekaragaman Jenis umumnya berada pada kisaran antara 1.0 sampai 3.5. Jika Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) mendekati 3.5 maka menggambarkan tingkat keanekaragaman yang semakin tinggi.

Indeks Kekayan Jenis (R)

Besarnya nilai indeks kekayaan jenis pada setiap tingkat pertumbuhan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Nilai indeks Kekayaan jenis pada setiap tingkat pertumbuhan Jenis Vegetasi Nilai indeks kekayaan jenis

Tumbuhan bawah 0.62

Semai 1.46

Pancang 1.87

Pohon 1.26

Tabel 6 menunjukkan nilai indeks kekayaan jenis yang rendah untuk tiap

tingkat pertumbuhan. Kekayaan jenis tinggi jika nilai R > 5, sedang jika nilai 3.5 > R > 5, dan rendah jika nilai R < 3.5 (Margalef, 1958) diacu dalam (Ludwig & Reynold 1988.

Hal tersebut dapat disebabkan penebangan habis tegakan mangrove pada tahun 1970-an ketika adanya izin pemanfaatan kayu di wilayah tersebut. Informasi tersebut didapatkan melalui wawancara dengan kepala desa mengenai sejarah kawasan mangrove yang ada di Desa Sayoang. Kurang lebih empat puluh tahun kawasan tersebut melakukan suksesi sekundernya tanpa pernah ada program penanaman kembali oleh pemerintah dalam hal ini dinas kehutanan kabupaten. Mangrove yang tumbuh secara alami selama emapat puluh tahun tidak mempengaruhi kekayaan jenis yang ada di kawasan desa Sayoang. Sesuai dengan

(22)

12

pernyataan Odum (1971) bahwa keanekaragaman jenis cenderung lebih tinggi di dalam komunitas yang lebih tua dan rendah di dalam komunitas yang baru terbentuk, akan tetapi faktor penyebab gangguan dapat mempengaruhi nilai keanekaragaman jenis.

Indeks Kemerataan Jenis (E)

Besarnya nilai indeks kemerataan jenis pada tingkat pertumbuhan di sajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Nilai indeks kemerataan jensi mangrove pada setiap tingkat pertumbuhan Jenis Vegetasi Nilai indeks kemerataan jenis

Tumbuhan bawah 0.94

Semai 0.83

Pancang 0.78

Pohon 0.38

Tabel 7 menujukkan nilai kemerataan jenis dari setiap tingkat pertumbuhan menunjukkan nilai yang tinggi, kecuali pada tingkat pohon nilai indeks kemerataan jenis masuk dalam katagori rendah. Menurut Ludwig dan Reynold 1988 dalam Indrianto (2006), nilai indeks kemerataan tinggi bila nilai 0.6-1, sedang 0.4-0.6, dan rendah 0-0.4. Mueller-Dumbois dan Ellenberg (1974), indeks kemerataan jenis menunjukkan pola penyebaran vegetasi pada suatu areal, semakin besar nilai indeks kemerataan maka komposisi penyebaran jenisnya semakin merata. Pada tingkat pohon sendiri jenis yang paling mendominasi adalah dari jenis R. apiculata dengan nilai indeks penting yang sangat jauh berbeda dari kebanyakan jenis lainnya sebesar 150% (Tabel 3). Hal tersebut adalah salah satu penyebab rendahnya nilai ideks nilai kemerataan jenis selain beberapa hal yang telah dijelaskan di atas.

Sosial Kemasyarakatan

Masyarakat Desa Sayoang

Masyarakat Desa Sayoang Kecamatan Bacan Timur memiliki 500 kepala keluarga dengan 4500 jumlah individu. Pekerjaan masyarakat Desa sayoang 90% adalah petani kebun, 5% nelayan, dan 5% pegawai negri dan swasta. Komoditi utama pertaniannya adalah kopra (hasil dari tanaman kelapa), coklat dan pala. Kopra menjadi penghasilan utama bagi masyarakat desa karena tidak terdapat batasan musim bagi tanaman kelapa sehingga hasil bisa di kumpulkan setiap hari. Setelah kopra, tanaman pala juga menjadi penopang hidup bagi masyarakat Desa Sayoang. Harga pala yang cukup tinggi, sayangnya masyarakat hanya memanfaatkan biji dan marasi (bagian merah yang menempel pada biji pala) yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Masyarakat belum terbisa mengolah

(23)

13 bagian buah yang bisanya di Pulau Jawa dijadikan sebagai bahan utama pembuatan manisan.

Penggunaan lahan masyarakat Desa Sayoang lebih memilih ke arah gunung untuk bertanam komoditas perkebunan coklat dan pala, sedangkan ke arah pesisir untuk tanaman kelapa. Penggunaan kearah pesisir lah yang bisanya mempengaruhi dan merusak kawasan mangrove. Kerusakan kawasan mangrove yang terjadi di dekat areal penelitian adalah dengan mengganti formasi hutan mangrove yang cukup kering dan tidak tergenang dengan tanaman kelapa (Gambar 3). Kawasan mangrove yang tergenang cenderung diabaikan oleh masyarakat dan tidak diolah.

Gambar 3 Kawasan mangrove yang dibuka dan ditanami kelapa

Persepsi Masyarakat

Manfaat Kawasan Mangrove dan Keberadaan Kawasan Mangrove

Hasil dari wawancara dan kuisioner yang dilakukan didapatkan tentang pemahaman masyarakat tentang manfaat kawasan mangrove digambarkan dalam Gambar 4.

(24)

14

Gambar 4 Pemahaman manfaat kawasan mangrove oleh masyarakat Pengetahuan masyarakat tentang manfaat kawasan mangrove yang lebih besar kepada pilihan tempat berkembang biak ikan di sebabkan adanya penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas Kelautan Kabupaten Halmahera Selatan pada tahun 2012. Penyuluhan yang dilakukan oleh memberikan dinas kelautan Halmahera Selatan memberikan pengetahuan kepada sebagian responden mengenai manfaat ataupun fungsi dari kawasan mangrove yang ada di Desa Sayoang. Sedangkan rendahnya dari pertanyaan yang lainya mengenai manfaat kawasan mangrove menujukkan keterbatasan pengetahuan masyarakat mengenai manfaat lainya dari kawasan mangrove. Pengetahuan masyarakat lainya yang di dapatkan dari hasil wawancara lepas di luar kuisioner, diketahuai masyarakat memanfaatkan kawasan mangrove tersebut sebagai tempat kaskus, mencari kayu, mencari keong dan kepiting. Pemanfaatan masyarakat menunjukkan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di dalam kawasan mangrove. Kusmana et al. (2008) menjelaskan fungsi mangrove di Indonesia tidak hanya penting bagi ekologi tetapi ada beberpa fungsi lainya di antaranya sebagai tempat pembiakan biota laut, penyangga ombak dan badai, penjaga garis pantai, sebagai habitat satwa dan tempat rekreasi. Terbatasnya kemampuan masyarakat juga dipengaruhi oleh keterbatasan pengetahuan untuk memanfaatkan mangrove masyarakat dan dinas terkait.

Pengetahuan Mengenai Keberadaan Kawasan Lindung Mangrove

Pengetahuan masyarakat Desa Sayoang untuk keberadaan kawasan mangrove yang ada di sekitar mereka dari responden yang diwawancarai menggunakan kuisioner didapatkan persentase sebesar 100% mengetahui keberadaan kawasan mangrove tersebut. Keberadaan kawasan mangrove yang berada di Desa Sayoang ini masuk dalam fungsi kawasan lindung (Dishut Halmahera Selatan 2014). Pengetahuan masyarakat mengenai kawasan mangrove sebagai kawasan lindung yang ada di Desa Sayoang ini disajikan dalam Gambar 5.

Tempat berkembang biak ikan 60% Penahan erosi 10% Tidak menjawab 30%

(25)

15

Gambar 5 Pengetahuan masyarakat tentang kawasan lindung mangrove

Gambar 5 menggambarkan besarnya ketidaktahuan masyarakat terhadap status dan fungi kawasan mangrove yang ada di sekitar mereka . Hal ini menjadi bukti bahwasanya masyarakat tidak mengetahui mengenai fungsi kawasan dan peraturan mengenai pemanfaatan kawasan lindung. Menurut kepala Desa Sayoang, di desa ini pernah dilakukan sosialisasi mengenai status kawasan lindung oleh Dinas Kehutanan kabupaten Halmahera Selatan, sehingga sebagian masyarakat mengetahui adanya fungsi kawasan lindung tersebut, sedangkan besarnya jumlah ketidaktahuan masyarakat disebabkan tidak meratanya sosialisasi yang dilakukan. Hal ini menyebabkan masyarakat tidak mendapatkan informasi mengenai kawasan lindung mangrove yang ada di Desa Sayoang. Penuturan dari Kepala Desa Sayoang, dahulunya terdapat papan pemberitahuan mengenai kawasan lindung, namun ketika dilakukannya penelitian tidak ditemukan papan pemberitahuan mengenai status kawasan.

Persepsi Masyarakat Terhadap Penebangan di Kawasan Mangrove

Penebangan merupakan kegiatan yang sangat besar pengaruhnya bagi suatu kawasan hutan, termasuk kawasan mangrove yang berstatus dan berfungsi sebagai kawasan lindung. Status dan fungsi kawasan lindung meliputi kegiatan melindungi tegakan yang ada di dalamnya sehingga pemanfaatan pada kawasan dengan status dan fungsi lindung dibatasi termasuk kegitan penebangan. Gambar 6 menggambarkan persentase pengetahuan masyarakat mengenai penebangan dikawasan mangrove Desa Sayoang.

Mengetahui 37% Tidak Mengetahuai 50% Tidak Menjawab 13%

(26)

16

Gambar 6 Pengetahuan masyarakat mengenai penebangan yang terjadi di kawasan mangrove

Gambar 6 menggambarkan masyarkat mengetahui kegiatan penebangan yang ada di kawasan mangrove Desa Sayoang. Sebanyak 90% dari responden mengetahui adanya kegiatan penebangan sedangkan hanya 10% yang tidak mengetahui kegiatan penebangan tersebut. Selain pengetahuan mengenai penebangan yang terjadi, dalam penelitian kali ini juga dilihat persepsi masyarakat mengenai penebangan. Hasil dari kuisioner presepsi masyarakat mengenai penebangan disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7 Persepsi masyarakat mengenai boleh atau tidaknya melakukan penebangan di kawasan mangrove

Presepsi tentang boleh atau tidaknya melakukan penebangan di kawasan hutan mangrove tersebut 83.3% menjawab boleh dan sisanya 16.7% menjawab tidak. Hal ini menujukkan masih besarnya tingkat penebangan yang mungkin akan terjadi di kawasan tersebut dari presepsi masyarakat yang menganggap masih bolehnya melakukan penebangan di kawasan tersebut. Hal ini berbanding lurus dengan pengetahuan masyarakat mengenai fungsi lahan dan kebutuhan hidup masyarakat. Menurut Santoso dan Sudomo (1994) dalam Rahmawaty (2006) kerusakan ekosistem mangrove dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain; kurang dipahaminya kegunaan ekosistem mangrove, tekanan ekonomi masyarakat

Ya 90% Tidak 10% Boleh 83% Tidak 17%

(27)

17 miskin yang bertempat tinggal dekat atau sebagai bagian dari ekosistem mangrove dan karena pertimbangan ekonomi lebih dominan dari pada pertimbangan lingkungan hidup. Dampak jangka panjang yang akan terjadi adalah kemunduran dan kerusakan terhadap kawasan mangrove di Desa Sayoang dan langsung akan menghilangkan fungsi sebagai kawasan lindung. Alikodra (1996) menyatakan kemunduran dan hilangnya ekosistem magrove secara keseluruhan akan mempunyai dampak berupa hilangnya fungsi hutan mangrove baik terhadap kondisi biologis dan sebagainya.

Pengetahuan Pengelolaan Mangrove

Pengelolaan kawasan mangrove di Kabupaten Halmahera Selatan di bawah tanggung jawab Kepala Bidang Rehabilitasi Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan. Berdasarkan wawancara kepala bidang rehabilitani dinas kehutanan kabupaten, pengelolaan kawasan mangrove di Kabupaten Halmahera Selatan sejak tahun 2011-2013 masih dalam tahap rehabilitasi kawasan dengan dilakukannya penanaman kembali di beberapa desa. Sejauh ini Desa Sayoang dimana penelitian ini dilakukan belum terdapat program rehabilitasi karena mengingat masih cukup baiknya kondisi mangrove yang ada. Selain pengelolaan yang sifatnya formal oleh dinas terkait, pengelolaan yang baik juga haruslah melibatkan masyarakats sekitar kawasan. Namun hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala desa, tokoh masyrakat dan Camat Bacan Timur, tidak terdapatnya program yang harusnya di prakarsai oleh pemerintah daerah, dalam hal ini adalah Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan yang kemudian program ini dilanjutkan ditingkat kecamatan dan desa setempat untuk membuat perangkat penggerak seperti kelompok pelestari lingkungan kawasan hutan mangrove. Kelompok ini berisikan masyarakat dan perangkat kecamatan yang tidaknya menjaga kelestarian mangrove yang ada, namun mendapat manfaat langsung dari mangrove yang tetunya bukan produk kayu melainkan hasil hutan bukan kayu.

Kurangnya pengetahuan masyarakat dan kesadaran masyarakat juga mempengaruhi belum terdapatnya program di Kabupaten Halmahera Selatan, khususnya Desa Sayoang tempat pengambilan data dialakukan. Menurut Subari dan Soendjanto (1998), masyarakat merasakan pentingmya hutan mangrove yang ada sehingga berperan mempertahankan keberadaan hutan, kemudian semua kebijaksanaan yang dibuat pemerintah haruslah berorientasi dengan kesejahteraan masyarakat sekitar dan harus pada peran serta dan inisiatif masyarakat sendiri.

Harapan Masyarakat dari Kawasan Mangrove

Hasil kuisioner terhadap masyarakat tentang harapan masyarakat dari kawasan mangrove menujukkan sebesar 53% masyarakat mengharapkan kawasan mangrove yang ada bisa memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Persepsi lainya sebesar 30% mengharapkan kawasan tersebut tetap lestari karena sudah diketahui fungsi dan status kawasan mangrove tersebut. Bebarapa responden yang telah mengetahui fungsi dari kawasan mangrove memberikan respon yang baik dengan harapan yang di kemukakan tentang kelestarian kawasan mangrove sesuai dengan fungsi ekologis nya. Faktor ekonomi biasanya menjadi alasan yang kuat untuk kawasan mangrove yang ada bisa memberikan tambahan pemasukan bagi

(28)

18

masyarakat, namun belum mengetahui dalam bentuk apa pemanfaatan yang tepat yang tidak merusak dan melanggar hukum dari status kawasan yang ada. Hasil dari kuisioner mengenia harapan masyarakat untuk kawasan mangrove di Desa Sayoang dapat di lihat pada Gambar 8.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hutan mangrove di Desa Sayoang, Kecamatan Bacan Timur, Kabupaten Halmahera, ini disusun oleh mangrove mayor sebanyak 11 jenis dari famili Rhizophoraceae, Sonneratiaceae, Aviceniaceae, Meliaceae dan Myrtaceae, sedangkan mangrove minor sebanyak 3 jenis dari famili Lorantaceae, Acanthaceae, dan Pteridaceae. Tipe komunitas didominasi oleh jenis Rhizophora apiculata pada tingkat semai dan pohon, R. mucronata pada tingkat pancang, serta A. ebracteatus pada tingkat tumbuhan bawah. Hutan mangrove tersebut memiliki keanekaragaman dan kekayaan jenis yang rendah , namun memiliki kemerataan jenis tinggi.

Pengetahuan tentang manfaat kawasan mangrove 60% dari total responden mengetahui manfaat mangrove sebagai tempat berkembang biaknya ikan, sedangkan untuk kawasan mangrove sebagai kawasan lindung sebesar 50% dari total responden tidak mengetahuai status kawasan tersebut. Permasalahan penebangan yang terjadi di kawasan mangrove 90% dari total responden mengetahuai adanya kegiatan tersebut dan 85% dari total responden berpendapat masih bolehnya melakukan kegiatan penebangan di kawasan mangrove. Tidak terdapatnya kegiatan pengelolaan kawasan mangrove di Desa Sayoang, baik secara swadaya masyarakat ataupun kegiatan dari Dinsa Kehutanan setempat, kemudian 53% dari total responden masih mengharapkan mangrove dapat memberikan tambahan secara ekonomi.

Gambar 8 Harapan masyarakat untuk kawasan mangrove

Memberikan manfaat ekomomis 53% Tetap Lestari 30% Tidak berpendapat 17%

(29)

19

Saran

Perlu adanya inventarisasi yang lebih menyeluruh mengenai potensi jenis mangrove di Desa Sayoang, untuk mengetahui seberapa sebasar potensi mangrove secara keseluruhan. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang fungsi kawasan lindung mangrove yang ada di Desa Sayoang lewat penyuluhan, sehingga dengan masyarakat meyadari besarnya manfaat kawasan mangrove akan tumbuh partisipasi masyarakat sekitar desa untuk menjaganya. Merubah mindset masyarakat tentang pemanfaat mangrove, yang sebatas pada pemanfaatkan kayunya, dialihkan kepada kegiatan pemanfaatkan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Pembentukkan kelompok masyarakat yang digerakan dari perangkat desa yang ada di Desa Sayoang.

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra H S. 1996. The implemetation of forest resource and conservasion in sustainable forest management of Indonesia (in) Indonesian efforts to achieve sustainable forstry (revised edition). Forum of Indonesia Forestry Scientist (ID).

[Bapeda] Badan Pendataan Daerah. 2014. Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah Kabupaten Halmahera Selatan tahun 2014. Labuha (ID) : Badan Pendataan Daerah.

[BAKOSURTANAL] Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional . 2009 . Peta Persebaran Mangrove Indonesia. Bogor (ID) : Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional

[DISHUT]. Dinas Kehutanan. 2014. Rehabilitasi Kawasan Mangrove. Halmahera Selatan (ID) : Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan

Ghufrona R R. 2014. Komposisi Jenis dan Struktur Hutan Mangrove di Pulau Sebuku, Kalimantan Selatan. [Tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor Indrianto. 2012. Ekologi Hutan. Bumi Aksara (ID) : Jakarta

Kusmana C, Onrizal, Sudarmadji.2003. Jenis – Jenis Pohon Mangrove di Teluk Bintuni. Bogor (ID) : Fakultas Kehutaan IPB dan PT.Bintuni Utama Murni Wood Industries

Kusmana, Istomo, Wibowo C, Budi SW,Siregar IZ, Tiryana T, Sukristijono S. 2008. Manual Of Mangrove Silvikultur in Indonesia. Jakarta (ID) : KOICA Ludwig J A, Reynold JF . 1988. Statistical Ecology, A Primer on Methods and

Computing. John Willey and Sons. New York(US).

Maguran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. New Jersey (US) : University Press

Mueller D , Ellenberg H. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology. John Wiley & Son. New York (US).

Noor R Y, Khazali M, Suryadiputra INN.2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor (ID) : Ditjen PHKA dan Weatlands Internasional Indonesia Program

(30)

20

Nursiamdini S. 2014. Komposisi Jenis dan Stuktur Tegakan Hutan Terganggu di Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Odum E. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan oleh Tjahyono Samingan dari buku Fundamentalis of Ecology. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University Press.

Rahmawaty. 2006 .[Skripsi]. Upaya Pelestarian Mangrove Berdasarkan Pendekatan Masyarakat. Departemen Kehutanan. Sumatera Utara (ID) : Universitas Sumatera Utara

Soegianto A. 1994. Ekologi Kuantitatif : Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Jakarta (ID) : Penerbit Usaha Nasional

Subari D, Soendjanto A. 1982. Hutan mangrove Pegatan Besar: pembentuka keaneka ragaman hayati, dan pelestariannya. Dalam: konfrensi Nasional Pusat Studi Lingkungan Indonesia ke- 14 Surabaya 21-22 Oktober 1982. Hal. 97-109.

[UNEP]. United Nations Environment Programme. 2006. Panduan Rehabilitasi Pantai. Bogor (ID): Weatlands Internasional-Indonesia Programme

(31)

21 Lampiran 1 Foto jenis mangrove

Nama latin : Burguera gymnorrhiza Nama Loka : Soki-soki

Famili : Rhizophoraceae

Nama latin : Xylocarpus granatum Nama Loka : Soki-soki

Famili : Meliaceae

Nama latin : Ceriops tagal Nama Loka : Soki-soki Famili : Rhizophoraceae

Nama latin : Rhizophora mucronata Nama Loka : Soki tinggi

(32)

22

Nama latin : Burguera cylindrica Nama Loka : Soki-soki

Famili : Rhizophoraceae Nama latin : Rhizophora apiculata

Nama Loka : Soki tinggi Famili : Rhizophoraceae

Nama latin : Ceriops decandra Nama Loka : Soki-soki

Famili : Rhizophoraceae

Nama latin : Osbornia octodonta Nama Loka : Soki-soki

(33)

23

Nama latin : Aveciania lanata Nama Loka : Soki-soki Famili : Aviceniaceae

Nama latin : Avecenia alba Nama Loka : Soki-soki Famili : Aviceniaceae

Nama latin : Sonneratia ovata Nama Loka : Soki-soki Famili : Sonneratiaceae

(34)

24

Nama latin : Amyena anisomeres Nama Loka : -

Famili : Lorantaceae Nama latin : Acrostichum aureum

Nama Loka : -

Famili : Pteridaceae

Nama latin : Acanthus ebracteatus Nama Loka : -

(35)

25

Lampiran 2 Data analisis vegetasi

Tumbuhan bawah

No Nama jenis Jumlah K KR F FR INP

1 Amyena anisomeres 3 214.29 12 0.03 33.33 45.33

2 Acanthus ebracteatus 17 1214.3 68 0.03 33.33 101.3

3 Acrostichum aureum 5 357.14 20 0.03 33.33 53.33

Jumlah 1785.7 100 0.09 100 200

Semai

No. Nama jenis Jumlah K KR F FR INP

1 Avicenia alba 6 428.57 2.48 0.06 3.226 5.705 2 Avicenia lanata 1 71.429 0.41 0.03 1.613 2.026 3 Burguera gymnorrhiza 13 928.57 5.37 0.09 4.839 10.21 4 Burguera cylindryca 9 642.86 3.72 0.11 6.452 10.17 5 Rhizophora apiculata 84 6000 34.7 0.46 25.81 60.52 6 Rhizophora mucronata 46 3285.7 19 0.43 24.19 43.2 7 Soneratia ovata 40 2857.1 16.5 0.11 6.452 22.98 8 Xylocarpus granatum 40 2857.1 16.5 0.4 22.58 39.11 9 Osbornia octodonta 3 214.29 1.24 0.09 4.839 6.078 Jumlah 242 17286 100 1.77 100 200 Pancang

No. Nama jenis Jumlah K KR F FR INP

1 Avicenia alba 1 11.429 0.47 0.03 1.205 1.679 2 Avicenia lanata 1 11.429 0.47 0.03 1.205 1.679 3 Burguera gymnorrhiza 15 171.43 7.11 0.2 8.434 15.54 4 Burguera cylindryca 20 228.57 9.48 0.29 12.05 21.53 5 Ceriops tagal 1 11.429 0.47 0.03 1.205 1.679 6 Ceriops decandra 2 22.857 0.95 0.06 2.41 3.358 7 Rhizophora apiculata 29 331.43 13.7 0.29 12.05 25.79 8 Rhizophora mucronata 83 948.57 39.3 0.8 33.73 73.07 9 Soneratia ovata 19 217.14 9 0.29 12.05 21.05 10 Xylocarpus granatum 35 400 16.6 0.29 12.05 28.64 11 Osbornia octodonta 5 57.143 2.37 0.09 3.614 5.984 Jumlah 211 2411.4 100 2.37 100 200

(36)

26

Pohon

No. Nama Jenis Jumlah K KR F FR D DR INP

1 Avicenia alba 1 2.86 0.75 0.029 1.724 22.43 0.58 3.05 2 Avicenia lanata 1 2.86 0.75 0.029 1.724 25.12 0.65 3.12 3 Burguera gymnorrhiza 2 5.71 1.49 0.029 1.724 50.69 1.31 4.52 4 Burguera cylindryca 2 5.71 1.49 0.057 3.448 54.73 1.41 6.35 5 Rhizophora apiculata 76 217 56.7 0.6 36.21 2207 56.9 150 6 Rhizophora mucronata 39 111 29.1 0.657 39.66 1135 29.3 98 7 Soneratia ovata 13 37.1 9.7 0.257 15.52 385.8 9.94 35.2 Jumlah 134 383 100 1.657 100 3880 100 300

(37)

27 Lampiran 3 Hasil kusioner penelitian

Daftar Pertanyaan Keterangan Jumlah

Jawaban Responden Pemilih Pengetahuan adanya kawasan mangrove di sekitar

desa

1. Ya (30 orang) / 100 % 2. Tidak (0 orang) / 0% Pemahaman tentang manfaat mangrove 1. Ya (23 orang) / 76,7%

2. Tidak (7 orang) / 23,3% Pengetahuan mengenai manfaat kawasan

mangrove secara spesifik sesuai pertanyaan yang dibuat.

1. Tempat berkembang biak/ bertelurnya ikan ( 18orang ) / 60%

2. Penahan erosi (3 orang ) / 10%

3. Sebgai Penyimpan karbon (0 orang )

4. Sisanya 9 orang tidak menjawab / 30%

Pengetahuan masyarakat mengenai kawsan lindung mangrove

1. Ya ( 11 orang ) / 36,7% 2. Tidak (15 orang) / 50%

Sisanya 4 orng tidak menjawab / 13,3% Pengetahuan penebangan yang terjadi di kawasan

hutan mangrove

1. Ya ( 27 orang )/90% 2. Tidak ( 3 orang )/10% Pendapat tentang penebangan dikawasan

mangrove (Boleh / tidak )

1. Ya ( 25 orang )/83,3% 2. Tidak ( 5 orang )/16,7%

Harapan Masyarakat 1. Menambah ekonomi

masyarakat ( 16 orang ) / 53%

2. Tetap lestari (9 oramg) / 30%

3. Tidak menjawab (5 orang / 17%

(38)

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 7 Maret 1991 dari pasangan Drs. Samu dan Sa’lah. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara. Penulis tidak lulus pendidikan menengah atas dan mengambil Paket C pada tahun 2009. Pada tahun 2010 penulis baru diterima di Institut Pertanian Bogor melelui Jalur Tes Tertulis (UTM) IPB dan diterima di Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB.

Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam berbagai organisasi mahasiswa, diantaranya Ketua Rimbawan Pecinta Alam (RIMPALA) (2011/2012), Anggota Seedling Grup Tree Grower Community (TGC), serta aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan di Fakultas kehutanan IPB, diantaranya Ketua Bina Corps Rimbawan (BCR) (2013).

Penulis melakukan Praktik Kerja Profesi (PKP) pada tahun 2014 pada kegiatan Ekspedisi NKRI Koridor Maluku dan Maluku Utara 2014. Sebagai syarat menjadi Sarjana Kehutanan, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Komposisi Jenis Mangrove dan Pengetahuan Masyarakat tentang Kawasan Mangrove Desa Sayoang, Kecamatan Bacan Timur, Halmahera Selatan”.

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum dilakukan pengelompokan hasil analisis keragaman genetik melalui pohon filogenetik ( dendogram ), dilakukan skoring terlebih dahulu untuk mendapatkan data

kebersihan, dan kualitas hasil kerja mereka dalam bertugas, menunjukkan hasil yang positif, sehingga sekolah maupun pihak CV Bintang Karya Putera merasa nyaman

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis tentang proses bisnis produksi dan pemasaran pada Jenang Karomah, maka penulis menyimpulkan bahwa diperlukan suatu

The policy document will outline the financial management procedures of the organization and specify the roles and responsibilities of staff and governing body members.. It is common

Orangtua sebagai lingkungan terdekat dan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan bersekolah anak memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan kesiapan

Makalah ilmiah tentang enterpreneurship dan marketing strategy yang berjudul “pemanfaatan sosial media pada era teknologi dalam pemasaran sebuah produk” bermasksud

 Dengan mengamati gambar gerakan senam, siswa dapat mengidentifikasi penggunaan variasi pola gerak dasar lokomotor sesuai irama dengan iringan musik dalam aktivitas gelak

Panduan teknis SRN Pengendalian Perubahan iklim ini disusun oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai panduan teknis bagi para pihak untuk dapat menggunakan