TEKNIK PENYIAPAN Thalassiosira sp
SECARA KULTUR BERTINGKAT
DI PT. CENTRALPERTIWI BAHARI
TAKALAR SULAWESI SELATAN
TUGAS AKHIR
IRFA YULIANA
1422010632
JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN
PANGKEP
RINGKASAN
IRFA YULIANA,1422010632. Teknik Penyiapan Thalassiosira sp Secara
Kultur Bertingkat di PT. Central Pertiwi Bahari Takalar, Sulawesi Selatan
dibimbing oleh Ratnasari Haruna dan Fauziah Nurdin.
Pakan alami adalah pakan yang dibuat secara langsung tanpa campur tanagan manusia, pakan alami Thalassiosira sp merupakan salah satu jenis pakan yang dapat digunakan sebagai pakan budidaya udang vaname. Oleh karena itu pengetahuan tentang teknik penyiapan Thalassiosira sp secara kultur bertingkat perlu dipelajari agar dapat di ketahui teknik-teknik dalam mengkultur pakan alami.
Tugas akhir ini disusun dengan tujuan untuk memperkuat penguasaan teknik penyiapan Thalassiosira sp secara kultur bertingkat, sehingga mampu melakukan pembenihan serta menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam manajemen pakan alami.
Tugas akhir ini disusun berdasarkan kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei 2017 di PT. Central Pertiwi Bahari (PT. CPB) Takalar, Sulawesi Selatan
Teknik pennyiapan Thalassiosira sp. terbagi atas tiga bagian yaitu kultur laboratorium, kultur intermediate dan kultur massal. Kepadatan alga pada puncak populasi untuk kultur skala laboratorium pada wadah 100 ml yaitu 146 sel/ml, wadah 1 liter (B1) yaitu 140 sel/ml, wadah 1 liter (B2) yaitu 195 sel/ml, wadah 15 liter yaitu 285 sel/ml, untuk kultur skala intermediet pada wadah bak 1 ton yaitu 70 sel/ml,bak 15 ton kepadatannya yaitu . 62 sel/ml, dan skala massal pada wadah 50 ton yaitu 87.000sel/ml. Perbedaan wadah budidaya Thalassiosira sp tidak menyebabkan perbedaan pola pertumbuhan. Kisaran kualitas air untuk kultur skala indor yaitu salinitas 28 ppt, suhu 22oC – 24,4oC, pH 7,4 – 8,2 dan untuk kultur skala outdor, kisaran salinitas 30 – 32 ppt, suhu yaitu 29oC – 32oC, dan pH yaitu 9 – 9,6. Kisaran kualitas air yang diperoleh berdasarkan perbandingan dengan teori yang diambil, masih berada pada kisaran yang optimal.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat dan penyertaan-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk meraih gelar sarjana ahli madya perikanan (A.Md.Pi) Jurusan Budidaya Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
Dengan selesainya Laporan Tugas Akhir ini, penulis menghaturkan doa, rasa hormat, serta terima kasih yang sebesar-besarnya sebagai penghargaan atas segala bimbingan dan bantuan yang penulis peroleh dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini kepada:
1. Ir. Ratnasari, M.P selaku pembimbing I dan Ir. Fauziah Nurdin, M.P selaku pembimbing II, yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
2. Bapak Ir. Rimal Hamal, M.P, selaku Ketua Jurusan Budidaya Perikanan. 3. Bapak Dr.Ir. Darmawan, M.P selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep.
4. Bapak dan Ibu tercinta yang telah membesarkan saya serta saudara-saudara saya yang selalu memberikan bimbingan serta dukungan baik secara spiritual maupun secara material serta doa hingga penyelesaian studi ini.
5. PT. Central Pertiwi Bahari Takalar yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan praktek kerja lapang.
6. Bapak Hendri Anggoro Nz selaku pembimbing lapangan yang telah banyak memberikan ilmu dan motivasi dalam melaksanakan pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa.
7. Bapak dan ibu dosen serta teknisi budidaya perikanan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
8. Teman-teman juga adik-adik mahasiswa yang selalu memberikan suport dan masukan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan penulis demi perbaikan dimasa mendatang. Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi penulis dan berguna bagi yang membacanya Amin.
Pangkep, 18 Agustus 2017
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Thalassiosira sp ... 3
2.2 Habitat Thalassiosira sp ... 4
2.3 Kultur Thalassiosira sp ... 4
2.3.1 Kultur Skala Laboratorium ... 5
2.3.2 Kultur Skala Intermedit ... 6
2.3.3 Kultur Skala Massal ... 6
2.4 Kandungan Gizi Thalassiosira sp ... 7
2.5 Reproduksi... 7
2.6 Fase Pertumbuhan ... 8
III METODE 3.1 Waktu dan Tempat ... 10
3.2 Bahan dan Alat ... 10
3.2.1 Alat ... 10
3.2.2 Bahan ... 12
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 13
3.4.1 Persiapan Wadah Kultur ... 14
3.4.2 Persiapan Air ... 15
3.4.3 Persiapan Pupuk ... 17
3.4.4 Penyiapan Budidaya Thalassiosira sp ... 19
3.4.5 Budidaya Thalassiosira sp ... 22
3.4.6 Pengukuran Kualitas Air ... 29
3.4.7 Pemanenan ... 30
3.5 Parameter yang Diamati dan Analisa Data ... 31
3.5.1 Parameter Yang Diamati ... 31
3.5.2 Analisa Data ... 31
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah Populasi Thalassiosira sp pada Kultur Skala Indor ... 32
4.2 Jumlah Populasi Thalassiosira sp pada Kultur Skala outdor ... 36
4.3 Kualitas Air untuk Kultur Thalassiosira sp ... 38
V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 41
5.2 Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 43
LAMPIRAN ... 45 RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Alat yang digunakan untuk kultur Thalassiosira sp ... 10
2 Bahan yang digunakan untuk kultur Thalassiosira sp ... 12
3 Dosis pupuk kultur Thalassiosira sp pada skala murni ... 20
4 Dosis pupuk kultur Thalassiosira sp pada skala outdor ... 21
5 Wolume wadah kultur skala intermedit Thalassiosira sp ... 2
6 Wolume wadah kultur Thalassiosira sp ... 29
7 Pengukuran kualitas air yang di pantau ... 29
8 Standar kepadata Thalassiosira sp berdasarkan skala kultunya ... 37
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Morfologi Thalassiosira sp ... ... 4
2 Grafik pertumbuhan plankton .... ... 8
3 Proses pembersihan wadah ... ... 14
4 Proses penyiapan air ... ... 16
5 Proses persiapan Pupuk Pada Skala Laboratorium ... 18
6 Proses persiapan Pupuk Pada Skala Massal ... 19
7 Skema kultur Thalassiosira sp bertingkat skala laboratorium ... 25
8 Histogram pertambahan Thalassiosira sp pada wadah erlenmeyer ... 32
9 Histogram PertambahanStandar Thalassiosira sp pada wadah l liter (B1) ,wadah 1 liter (B2) dan wadah galon 15 liter ... 34
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Kultur skala laboratorium ... ... 46
2 Kultur skala massal ... ... 46
3 Rangkaian kegiatan Thalassiosira sp ... 47
4 Pertambahan populasi Thalassiosira sp pada skala indor ... 48
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroalga Thalassiosira sp merupakan salah satu jenis yang dapat digunakan sebagai pakan budidaya udang vaname. Menurut Ekawati (2005), terdapat beberapa jenis mikroalga yang dapat digunakan sebagai pakan alami larava udang vaname pada salah satu fase pasca larva, yakni Thalassiosira sp. Selain itu Thalassiosira sp juga dapat diberikan pada budidaya bivalve mulai fase larva hingga pos larva.
Menurut Kipp ( 2007) salah satu mikroalga jenis fitoplankton yang dapat di manfaatkan sebagai pakan alami adalah Thalasiosira sp. Thalasiosira sp
merupakan diatom yang bersifat eurytermal yaitu mampu tumbuh pada kisaran 100C-300C . Sedangkan temperatur optimal pada sekitar suhu 210C. Menurut Ekawati (2005), terdapat beberapa jenis mikroalga yang dapat digunakan sebagai pakan alami Udang Vaname (litopenaeus vannamei) pada fase pasca larva, salah satunya yakni Thalasiosira sp. Kultur mikroalga dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan pakan alami dengan jumlah yang cukup dan keseimbangan pada proses budidaya. Pada proses kultur terdapat beberapa fase persiapan media kultur pemupukan, dan pemeliharaan. Perhitungan kepadatan serta pengukuran parameter kualitas air. Proses ini terjadi pada setiap skala yang pada umunya terbagi 3 skala yaitu kultur skala laboratorium, kultur skala intrermediet dan kultur skala massal.
PT. Central Pertiwi Bahari merupakan salah satu hatchery yang berada dibawah manajemen CP. Prima yaitu perusahaan yang telah lama bergelut
dibidang pembenihan dan pembesaran udang windu maupun udang vaname. Oleh karena itu kegiatan praktek yang berkaitan dengan teknik kultur pakan alami dilakukan di hatchery PT. Central Pertiwi Bahari, Takalar Sulawesi Selatan.
Jenis pakan alami yang difokuskan dalam kegiatan ini adalah sebagai teknik pernyiapan Thalassiosira sp secara kultur bertingkat. Data-data yang diperoleh selama praktik dianalisa dan ditulis dalam laporan tugas akhir.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan penulisan tugas akhir untuk memperkuat penguasaan teknik
penyiapan Thalassiosira sp secara kultur bertingkat. Di PT.Central Pertiwi Bahari Takalar.
Manfaat penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperluas wawasan, kompetensi keahlian mahasiswa dalam berkarya di masyarakat kelak khususnya mengenai teknik penyiapan Thalassiosira sp secara kultur bertingkat.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi
Fitoplankton jenis Thalassiosira sp merupakan jenis diatom laut dari kelas Bacillariophyta. Klasifikasi Thalassiosira sp menurut Cleve (1873) dalam Edhy (2003) adalah sebagai berikut.
Devisi : Eukaryota Pilum : Bacillariophyta Kelas : Bacillariophyceae Subkelas : Coscinodiscophyceae Ordo : Thalassosirales Subordo : Thalassosiraceae Genus : Thalassosira Spesies : Thalassosira sp
Cleve (1873) dalamEdhy(2003) menjelaskan genus Thalassiosira memiliki karakteristik berbentuk silindris pendek dan memiliki ukuran 4-32µm berupa benang mukosa sentral halus yang menghubungkan sel dalam rantai yang longgar. Ada juga sebagian kecil sel yang menempel dalam sebuah massa mukosa,
Thalassiosira sp memiliki karakteristik yaitu pori-pori sentral mukosa yang sering
disebut dengan single apiculus.
Deskripsi morfologi umum yang telah disepakati sebelumnya untuk
Thalassiosira sp meliputi bentuk rantai dan inmucilage yang menempel pada
koloni, benang benang kitin menghubungkan sel dalam rantai, bentuk sel terlihat mengelilingi persegi dengan sebuah cekungan dalam pusatvalve, sebuah
rimoportula besar diantara muka valvedan mantel, sebuah lingkaran kecil yang diam dan dua atau tiga lingkaran kecil fultoportulae dan susunan areola. Gambar sel Thalassiosira sp. Dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Bentuk sel Thalassiosira sp (Sunarto 2008)
Edhy (2003) menyebutkan diatom memiliki beberapa karateristik yang diantaranya :
a. Sel tunggal dengan dinding yang ditutupi silikat
b. Zat warna berupa klorofil-a dan c, β-karoten, fukoxantin dan diadinixanthin, c. Thalus disebut frustule yang terdiri dari valvei (atas) dan gridle (bawah) d. Reproduksi aseksual dengan pembelahan dan seksual dengan oogami dan
2.2 Habitat
Thalasiosira sp merupakan diatom yang bersifat eurytermal yaitu mampu
tumbuh pada kisaran 100C-300C . Sedangkan temperatur optimal pada sekitar suhu 210C (Kipp 2007). Selanjutnya Thalassiosira sp mempunyai daerah persebaran dari perairan tawar dan payau pada habitat pesisir. Umumnya
Thalassiosira sp hidup pada salinitas optimum 25-35 ppt. Sedangkan pH
optimum untuk diatom adalah kisaran 7-8 (Sylvester et.all 2002)
2.3 Kultur Thalassiosira sp
Dalam usaha pembenihan, teknik kultur diatom merupakan salah satu aspek yang penting diketahui dan di kuasai. Ada beberapa yang perlu di
perhatikan untuk kelangsungan hidup pakan alami baik skala laboratorium, semi massal dan massal adalah peralatan budidaya agar terjamin kemurnian dan ke lestarianya.
2.3.1 Kultur Skala Laboratorium
Kultur skala laboratorim merupakan kultur fitoplankton yang murni atau monospecies. Pada tahap ini ketersediaan alat, media kultur dan peralata kultur sangat dibutuhkan. Air laut yang digunakan untuk kultur harus bebas dari organisme lain. Oleh karena itu perlu penyaringan yang selanjutnya disuci hamakan dengan beberapa cara diantaranya dengan perebusan, UV atau
chlorinisasi. Sedangkan untuk peralatan kultur berupa gelas (cawan petri, cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, botol, dan galon) terlebih dahulu dicuci bersih dengan air tawar kemudian dikeringkan dan disterilkan dengan menggunakan
autoclave, oven atau alkohol. Ruang dan tempat kultur senantiasa disucihamakan secara aseptik dengan menggunakan alkohol. (Rifai et all.2015).
2.3.2 Kultur Skala Intermedit
Kultur Thalassiosira sp skala intermedit adalah kelanjutan dari kultur skala laboratorium. Kultur skala intermediet dilakukan diruangan terbuka dengan wadah kultur berupa bak beton dengan volume 15 ton. Kultur intermediet berupa outdor sehinggan sinar matahari dan hujan berhubungan langsung dengan bak beton. Suhu pada kuktur skala intermedit tidak bisa di kontrol dengan mudah mengingat tempat kultur yang berada di luar ruangan, sehingga teknik kultur yang dilakukan berbeda dengan kultur skala
laboratorium. Pada skala intermedit dibutuhkan kecermatan terhadap kondisi cuaca harian, kondisi bibit dan kondisi air.
2.3.3 Kultur Skala Massal
Kultur skala massal pada prinsipnya sama intermedit, namun yang
membedakan adalah ukuran bak yang digunakan. Bak kultur yang digunakan pada kultur skala massal adalah bak dengan volume total 50 ton, selain itu pada kultur skala massal adalah kultur tahap terakhir Thalassiosira sp sesudah itu baru bisa dipanen atau dapat dikonsumsi oleh larva udang vaname
sedangkan kultur skala intermediet itu belum bisa dipanen karena belum mencukupi kebutuhan pakan yang ada dilarva. Lokasi yang digunakan hampir sama dengan kultur intermedit yaitu kultur massal dilakukan di lokasi terbuka (outdor), tidak terdapat atap sama sekali sehingga matahari dan hujan dapat
masuk dengan mudah ke dalam bak-bak kultur. Alat dan bahan yang digunakan dikultur skala massal tidaklah banyak, hampir sama dengan skala massal intermediet, yaitu pipa, air, kaporit, pupuk, Tio sulfat, dan aerasi.
2.4 Kandungan Gizi
Setiap diatom memiliki kandungan karbohidrat, protein, lipit (lemek) dan klorofil. Thalassiosira sp memiliki kandungan karbohidrat sebesar 7,7% , kandungan protein sebesar 0,93% dan kandungan sebesar 9,69% (Purba 2009). Perbedaan konsetrasi nutrien pada mediia dapat mempengaruhi persentase kangungan sel diatom tertentu. Salah satunya yaitu kandungan lemak pada diataom yang dipengaruhi oleh konsentrasi nitrogen dan fosfat yang terdapat pada media (Sriharti dan Carolina 1995).
2.5 Reproduksi
Menurut Armbrust (1999). Reproproduksi Thalssiosira sp dapat dengan baik secara aseksual atau seksual. Fase aseksual melihat melibatkan pembelahan sel dengan masing-masing individu baru menerima salah satu katup. Ini berarti bahwa keturunan adalah ukuran yang tidak sama dan generasi-generasi cenderung menurun dalam ukuran individu besar juga dapat bereproduksi secara seksual. Pada kegiatan ini kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal seperti variasi dalam identisitas cahaya, dan suhu.
Reproduksi diatom secara aseksual biasanya berlangsung, yaitu dengan melakukan pembelahan sel di mana setengah protoplasma di dalam epiteka) dan protoplasma setengah lainnya di hipoteka) menjadi frustul diatom baru (individu baru). Tergantung dalam proses pembentukan frustul baru selalu hipoteka, dan
baru tersebut membelah lagi seperti cara di atas, sehingga matuklah frustul-frustul baru yang lebih kecil,sampai batas tertentl terkecil tadi tidak mampu (secara alami) atau tidak sanggup Dengan demikian, selama proses pembelahan sel tersebut selalul (individu) baru yang sama besar dengan induk dan seterusnya.
2.6 Fase Pertumbuhan
Selama masa ingkubasi, phytoplankton mengalami 5 fase pertumbuhan. Menurut Rifai et all. (2015) pola pertumbuhan mikroalga pada sistem kultivan terbagi menjadi 5 tahap dan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Kurva Pertumbuhan Fitoplankton
Gambar 2 Kurva pertumbuhan Fitoplankton
Lanjut dijelaskan bahwa fase-fase pertumbuhannya adalah sebagai berikut : 1. Fase persiapan pertumbuhan/adaptasi
Fase ini ditandai dengan lambatnya pertumbuhan. Kelambatan pertumbuh an pada fase ini karena baru terjadi adaptasi fisiologis metabolisme sel terhadap pertumbuhan seperti meningkatnya level enzim dan metabolis yang terlibat dalam pembelahan sel dan fiksasi karbon. Organisme mengalami metabolisma tetapi belum mengalami pembelahan sel.
2. Fase logaritmik (pertumbuhan eksponensial)
Pada fase ini kepadatan sel meningkat, ditandai dengan pembiakan sel yang cepat dan kontang tergantung intensitas cahaya, dan temperatur.
3. Fase menurunya laju pertumbuhan
Pembelahan sel berjalan lambat ketika nutrien, cahaya, pH, CO2 dan
faktor fisika dan kimia lainya mulai membatasi pertumbuhan. 4. Fase Stasioner
Faktor pembatas dan laju pertumbuhan seimbag sehingga kepadatan sel konstan. Laju pertumbuhan reproduksi sama dengan laju kematian. 5. Fase Kematian
Kualiatas air menurun dan nutrien berkurang hingga level yang tidak dapat melanjutkan pertumbuhan. laju reroduksi sama dengan laju pertumbuhan.
III METODE
3.1 Waktu dan TempatTugas akhir ini disusun berdasarkan kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan pada tanggal 20 Januari – 01 Mei 2017 di PT. Central Pertiwi Bahari (PT. CPB) Takalar, Sulawesi Selatan.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat
Alat–alat untuk kultur Thalassiosira sp di PT. Central Pertiwi Bahari Takalar, alat utama dan penunjang yang digunakan pada kultur Thalassiosira sp pada skala Massal dapat dilihat pada Tabel 1. Alat yang digunakan pada kultur
Thalassiosira sp skala Laboratorium dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1 Peralatan utama dan penunjang yang digunakan pada kultur Thalassiosira sp pada skala massal
NO Alat Spesifikasi Kegunaan
1 Alat Utama
Bak fiber 1 Ton Wadah Kultur Skala Intemedit
Bak Beton 15 Ton Wadah Kultur Skala Intemedit
Bak Beton 50 Ton Wadah Kultur Skala Massal
Pipa 2”dan 4’’ Wadah Penyaluran Air dan Pakan
Alamai
Aerator Plastik Suplay Oksigen
Pompa Celup 8 HP Penyedot Pakan Alami Yang Akan
di Transfer
2 Alat Penunjanng
Filter Bag 15µm Menyaring Air
Scoring Pad Plastik Untuk Menggosok Bak
Tabel 2 Peralatan utama dan penunjang yang digunakan pada kultur Thalassiosira sp pada skala laboratorium
No Alat Spesifikasi Kegunaan
1 Alat Utama
Lampu 50 Watt Untuk Menyuplai Cahaya
AC ModeAH-A12key Menurunkan DanMenstabilkan
Suhu Laboratorium Kultur
Haemocytometer Kaca Untuk Menghutung Alga
Microskop CH-B145-2 Untuk Mengamati Alga
Pitchear Vol 700 ml Menimba Dan Mengukur Media Botol
Hand refraktometer Atago Mengukur Salinitas 2 Alat Penunjang
Botol 1 liter Wadah kultur skala laboratorium
Erlenmeyer 100 ml Wadah kultur skala laboratorium
Rak kultur Kayu Tempat meletakkan wadah
kultur
Autocluve Hiclave HVE-50 Alat untuk sterilisasi basah.
Galon 19 L Wadah kultur laboratorium
Corong 18, 20 dan 25 cm Alat bantu untuk kultur
Gelas ukur 1000 ml Wadah untuk melarutkan pupuk
Pipet skala 10 ml Memipet larutan pupuk
Pipet tetes 5 ml Memipet sampel thalassiosira
yang akan dicek kepadatannya
Test tube 20 ml Wadah kultur dan tempat
sampel
Rak testube Plastik Tempat meletakkan test tube Laminary air flow Kayu Tempat kerja saat mengkultur
Bunsen Kaca Untuk sterilisasi
Labu semprot 250 ml Wadah untuk aquades
Spray 500 ml Wadah untuk alkohol
Aluminium foil 8 m × 30 cm Penutup erlenmeyer dan botol kultur
Cover glass Kaca Untuk menutup haemocytometer
Boks Plastik Tempat penyimpanan alat
Ember 20 liter Tempat membuat media botol
Bak kerucut 500 L Wadah penampungan air
Sikat galon Plastik Untuk menyikat galon
Sikat tabung reaksi Plastik Untuk menyikat test tube
Kalkulator - Untuk menghitung kepadatan
alga
3.2.2 Bahan
Untuk kulturThalassiosira sp bahan–bahan yang digunakan di PT. Central Pertiwi Bahari Takalar, Bahan yang digunakan pada kultur Thalassiosira sp skala laboratorium dapat dilihat pada Tabel 3. Bahan yang digunakan pada kultur.
Thalassiosira sp skala intermediet dan massal dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3 Bahan yang digunakan pada kultur Thalassiosira sp skala laboratorium
No Nama Bahan Spesifikasi Fungsi
1. Bacto Agar – Untuk media kultur murni (pada media agar) 2. Air Laut dan air
Tawar Steril
Salinitas 29 ppm Sebagai habitat pertumbuhan Thalassiosira sp 3. Clorine Cair Untuk mematikan mikroorganisme bersifat
pathogen dalam media air laut dan air tawar 4. Thyosulfat Cair Untuk menetralkan air laut dan air tawar yang
sudah di chlorine
5. HCl Untuk sterilisasi peralatan tunjangan kultur 6. Alkohol 70% Untuk mensterilsasi tangan, alat dll.
7. Aquades Steril yang sudah di autoclave
Larutan untuk mengcampurkan dan mengcairkan bahan kimia
8. Tissue Merk paseo Untuk lap tangan dan alat
9. Aluminium foil Merk diamond Untuk menutup alat penunjang yang akan di oven, dan sebagai penutup
10. Parafilm Size M Untuk menutup dan merekatkan cawan dalam menumbuhkan Thalassiosira sp di media agar 11. Label Warna Putih Untuk 22ember nama jenis plankton dan
tanggal kultur
12. Kapas Putih Kualitas lembut Untuk menyumbat oksigen di selang aerasi agar udara tidak terkontaminasi dengan Thalassiosira sp yang sedang di kultur
13. Skrap Hijau Merk royal Untuk melindungi udara dari mulut, bakteri yang terkontaminasi dengan Thalassiosira sp 14. Sunlight Merk lemon Untuk membersihkan alat penunjang
15. Jas Lab. Warna Putih Pakaian untuk mengkultur Thalassiosira sp dalam laboratorium
15. Sandal Lab. Merk swallow Sandal dalam ruangan laboratorium utnuk menghindari kontaminasi dari luar
16. Sorbet Kain Kasar dan Halus
Mengeringkan/lap alat–alat 17. Spons Kain Kasa Warna
merah
Membersihkan/lap untuk pelatan kultur yang telah digunakan
Tabel 4 Bahan yang digunakan pada kultur Thalassiosira sp skala intermedit dan massal
No. Nama Bahan Spesifikasi Fungsi 1. Air laut steril Salinitas 28 ppm Media kultur Thalassiosira sp 2. Air tawar Steril Untuk membersihkan peralatan kultur 3. Thalassiosira sp Dari kultur murni Bibit/starter untuk di kultur skala
intermedit dan missal
4. Spons Kain kasa warna merah Lap membersihkan wadah yang telah digunakan
Sumber : Data PKPM PT.Central Pertiwi Bahari Takalar 2017
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam tugas akhir ini yaitu observasi dan partisipasi aktif untuk mengumpulkan data primer dan data sekunder.
3.3.1 Data Primer
Data Primer adalah data yang dikumpulkan sesuai hasil praktik yang dikerjakan secara langsung.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari berbagai sumber seperti data yang diperoleh dari laporan tahunan, buku-buku penunjang dan hasil
wawancara dengan pembimbing lapangan yang tidak bisa dilakukan secara langsung di lapangan.
3.4 Metode Pelaksanaan
Adapun metode pelaksanaan kegiatan kultur Thalassiosira sp di PT. Central Pertiwi Bahari, Takalar adalah sebagai berikut.
3.4.1 Penyiapan wadah Thalassiosira sp
Wadah kultur yang terdapat pada kultur alga meliputi petridish untuk kultur media agar, testub, erlenmeyar, selang aerasi dan sedotan. Sebelum digunakan
peralatan tersebut dicuci dan disikat dengan menggunakan sabun sampai bersih. Hal ini bertujuan supaya peralatan yang digunakan bersih dari kotoran yang menempel pada peralatan kultur dan membunuh bakteri, dan dikeringkan setelah kering semua peralata diautoclove supaya steril.
Adapun langkah kegiatan pencucian pada bak beton dilakukan dengan cara, terlebih dahulu diding dan dasar peralatan dibersihkan menggunakan sikat lalu dibilas dengan dengan air tawar hingga bersih dan kemudian peratan kultur di keringkan. Kegiantan pencucian dilakukan untuk membersihka semua peralatan yang telah digunakan pada saat kultur untuk memutuskan siklus hama dan penyakit yang menempel di dasar dan dinding wadah, sebelum digunakan kultur direndam terlebih dahulu dengan menggunakan portex, selanjutnya perendaman dilakukan selama ± 4 jam. Gambar Proses Penyiapan wadah Thalassiosira sp dapat dilihat pada Gambar 3.
3.4.2 Penyiapan Air Thalassiosira sp
Selain peralata kultur, aspek yang sangat penting pada kultur alga adalah sumber air yang digunakan untuk kultur alga. Sumber air yang digunakan berasal dari laut, yang telah melalui proses water treatment terlebih dahulu. Pertama-tama air laut yang dipompa yang berjarak dari pantai berjarak 50 meter dari pantai. Pompa yang digunakan adalah pompa dengan pompa Sumersibel yang
berdiameter 4 inci dengan power 24 PK. Air laut yang dipompa masuk ke bak sand filter, yang mana susunan bak filter terdiri dari pasir silika dan arang. Setelah itu air laut masuk ke dalam bak penampungan 1 dengan volume bak 40 ton, kemudian dari bak penampunga 1 air laut dialirkan ke bak penampungan ke 2 dengan menggunakan pompa volume bak penampungan 2 volume 50 ton.
Kemudian air laut dikaporit selama 15 ppm dan diaerasi selama 5 jam, bertujuan untuk membunuh organisme yang terbawa oleh air laut kemudian dinetralisir dengan menggunakan natrium tiosulfat dan diaerasi kuat selama 5 jam sebelum di gunakan, air laut terlebih dahulu di cek dengan clorin test untuk memastikan bahwa kandungan kaporit benar-benar sudah netral dan jika sudah netral air laut siap digunakan.
Sedangkan untuk media kultur alga pada skala indor air laut yang di gunakan berasal dari bak penampungan 1 bervolume 40 ton atau air yang telah melewati stand filter dan belum dikaporit. Air yang digunakan adalah air laut dengan salinitas 28 ppt. Apabila salinitas air laut salinitasnya lebih dari 28 ppt maka dilakukan penurunana salinitas dengan melakukan penambahan aguadest. Sedangkan untuk media galon 15 liter, air laut yang digunakan dari bak
200 liter dan dilakukan penurunan salinitas sampai 28 ppt dengan menambahkan air tawar dan dilakukan pemberiana kaporit, dan setelah netral baru siap
digunakan untuk kultur alga.
Sedangkan untuk bak fiber, intermedit dan massal, air laut yang digunakan adalah air laut langsung dari bak penampungan 2 volume 50 ton tanpa adanya penurunan salinitas. Kemudian dikaporit lagi sebanyak 5 ppm, Keesokan harinya baru dilakukan penetralan kandungan kaporit dengan menggunakan kaporit. proses penyiapan air Thalassiosira sp dapat dilihat pada Gambar 4.
pemasukan air pemasukan air Pemasukan air pada
bak reservoar
Pengisian Air pada bak Pemberian Tiosulfat Pemberian kaporit
2.4.3 Penyiapan Pupuk Thalassiosira sp
Fitoplankton memerlukan nutrisi tertentu dalam menunjang pertumbuhan. Air laut sebagai media budidaya mengandung nutrisi yang belum mencukupi di
kebutuhan pertumbuha, maka dilakukan pengkayaan nutrisi untuk pertumbuhan agar mendapatkan kepadatan sel yang tinggi dan berkulitas. Pertambahan nutrisi bervariasi tergantung kualitas air laut sebagai media budidaya. Adapun nutrisi yang dibutuhkan meliputi nitrat, fosfat dan silikat untuk jenis diatom.
Adapun pupuk yang digunakan pada skala laboratorim pupuk yang diguna kan khususnya untuk kultur erlenmeyar yang digunakan pada pupuk Guillard. Pupuk Guillard adalah pupuk yang dibuat berbagai macam solution yang memiliki fungsi yang sama dengan pupuk yang lain. Sedangkan Pupuk Guillerd tersebut di buat denga langsung oleh perusahaan, akan tetapi ke asamanya sudah terbentuk. Pupuk tersebut adalah stock pupuk yang digunakan untuk pembuatan pupuk 5 liter dan 10 liter sebagai media kultur alga, pupuk tersebut berasal dari berbagai macam salutio seperti pupuk AGP berbentuk cair, sedangkan NaNO3, Silikat
berbentuk bubuk, semua jenis pupuk ini dibuat dengan cara pupuk terlebih dahulu ditimbang dengan dosis yang berbeda kemudian mengencerkan setiap pupuk sesuai dengan dosis dan diberikan 1 liter aquades kemudian dimsukkan di dalam botol yang berbeda, selanjutkan media tersebut di autoclave dengan suhu 120˚C selama 15 menit Pupuk tersebut dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Proses penyiapan pupuk Thalassiosira sp dapat dilihat pada Gambar 5. Pada lembar berikutnya.
pupuk menimbang pupuk Menambahkan aquades Autoclave Memasukan media botol Gambar 5 Proses penyiapan pupuk Thalassiosira sp pada skala laboratorium
Sedangkan adapun jenis pupuk yang digunakan pada skala intermediet dan massal yaitu jenis pupuk Urea, AGP, DSP, dan NaNO3, sebelum digunakan pupuk
tersebut terlebih dahulu diaduk dilarutkan dengan air tawar pada wadah ember yang bertujuan agar semua jenis pupuk tersebut dapat larut. Proses pemupukanya
Menakar pupuk Memasukkan pupuk di ember
Pemberian pupuk melarutkan pupuk
di bak
Gambar 6 Proses pemupukanya Thalassiosira sp pada skala massal
3.4.4 Penyiapan Budidaya Thlassioasira sp
Dalam usaha pembenihan teknik kultur diatom merupakan salah satu aspek yang sangat penting diketahui dan dikuasai. Ada beberapa yang perlu di perhatikan untuk kelangsungan hidup kultur adalah peralatan budidaya agar terkemurnian dan kelestarian, menurut Rifai at all. (2015)
Penyiapan Stok Murni
Peralatan budidaya untuk pemurnian skala laboratorium seperti alat pensteril, jarum ose. Tabung reaksi, petridist, pipet, pengaturan suhu ruangan,
sumber cahaya, bunsen, dan bibit laga. Kultur ini dilakukan secara bertingkat dari volume 100 ml, dikembangka ke volume1000 ml, dan 15 liter.
Wadah yang digunakan untuk kultur terlebih dahulu dibersihka dengan sabun senjutnya dibilas dengan air tawar, dikeringkan diautoclove dengan suhu 121˚C selama 20 menit. Air yang digunakan pada kultur murni bersaliniatas 28 ppt dengan menggunakan pupuk (Tabel 5 ). Inkubasi pada suhu 16˚C dengan lampu watt sebanyak 2-4 buah. Hasil dari pemupukan digunakan sebagi bibit pada penangkaran berikutnya. Kultur skala laboratorium memerlukan
lingkungan yang terkendali, sehingga perlu dilengkapai denga AC agar suhu ruangan tetap terkendali dan terisiolasi, neon TL dengan intensitas cahaya 500-2000 lux. Sebagai sumber aerasi digunakan Hi-Blower tersendiri yang di lengkapai dengan saringan untuk memperkecil terjadinya kontaminasi. Menurut Rifai at all. ( 2015)
Adapun jenis pupuk dan komposisinya yang digunakan dalam kultur murni Thalassiosira sp dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Komposisi pupuk yang digunakan pada kultur murni Thalassiosira sp
Nama pupuk Komposisi Pupuk Conway Dosis Bahan (Gram) Dosis Pemakain (ml/liter) AGP 20 7,5
Conway NaNo3 ( Natrium Nitrat) 100 7,5
EDTA 45 3,75 Silikat Guillard 135 20 7,5 3
Skala Massal
Kegiatan yang dilakukan di luar laboratorium yang langsung terkena cahaya matahari tanpa menggunakan atap. Bibit yang digunakan berasal dari galon volume 15 liter adapun wadah yang digunakan berbeda bak volume 1 ton. Bak volume 15 ton da bak volume 50 ton. Bibit dimasukkan dibak volume 1 ton dan bak volume 15 ton dipelihara selama 24 jam, sedangkan pada wadah 50 ton bibit dipelihara selam 3 hari kemudian dipanen lalu diberikan pada larva udang vaname. Jenis pupuk yang digunakan pada kultur massal dilihat pada Tabel 6 .
Tabel 6 Komposisi pupuk yang digunakan pada kultur massal Thalassiosira sp.
Jenis Pupuk
Komposisi Pupuk
Dosis Pupuk Pada Setiap
Wadah (gram) Fungsih
1 ton 15 Ton 50 Ton
NaNO3
Appearance,R-Spectrum 60 900 3000
Sebagai nutrisi bagi alga DSP - 5 75 250 Meningkatkan posfhor UREA - 10 150 500 Mempercepat pertumbuhan sel SILIKAT Na2SiO3(Natri
um Silikate) 11 165 550 Menguatkan sel alga
AGP Inorganik Nutriens Cheloted Algae Extracts 5 75 250 Mempercepat pertumbuhan sel
3.4.5 Budidaya Thalassiosira sp
Budidaya Thalassiosira sp yang dilakukan dengan cara bertingkat dimana dimulai dari skala laboratorium, intermediet sampai massal.
Kultur Stok Murni (Laboratorium)
Tahap laboratorium dikenal dengan skala kecil yang bertujuan menjaga ke murnian dan kelestarian alga. Budidaya skala laboratorium ini pada umumnya di lakukan dalam ruangan tertutup dengan kondisi lingkungan terkontrol pada setiap wadah budidayanya.
Pada kultur Thalassiosira di PT. Central Pertiwi Bahari Takalar untuk kultur skala laboratorium menggunakan wadah dengan volume bertingkat.
Kultur Media Agar
Kultur media agar merupakan suatu proses penanaman atau penumbuhan bibit yang dilakukan pada cawan petri. Tahapan dalam pembuatan media agar yaitu menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu, batco ditimbang sebanyak 15-20 gram kemudian bacto agar, magnetik steril dan air laut ke dalam erlenmeyer volume 100 ml, bacto agar dipanaskan hingga mendidih di atas hot plat kemudian menambahkan pupuk Epyzim, silik, vitamin mix. Kemudian dipindahkan dalam cawan petri. Media agar dan bibit untuk kultur (testub elenmeyar dan botol) disia pakan. Sekeliling petridis dipaskan dengan bunsen sebelum membuka dan menu tup, bibit dituang pada media agar dan disimpan pada lemari kultur dengan pencahayaan yang cukup. Setelah 5-7 hari akan mengering dan menghasilkan bibit yang warnanya cerah dan tidak terkontaminasi.
Kultur Skala Testub
Kultur skala Testub merupakan proses kultur dari transfer media agar. Bibit yang sudah tumbuh diambil pada media agar, kemudian bunsen disiapkan jarum ose dibakar hingga panas dan didinginkan. Petridish dan mulut ampul Difiksasi sebelum dan sesudah kultur. Bibit Thalassiosira sp dipindahka dalam Botol testub, yang berisi media 15 ml, kemudian ampul ditutup menggunakan aluminiumfoil dan disimpan pada lemari kultur dengan intensitas cahaya.
Kemudian dihogenkan setiapa hari. Bibit Thalassiosira sp siap dipindahkan ke media erlenmeyer. Standar kriteria bibit yang siap dipanen yaitu warna terlihat coklat cerah atau coklat keemasan, isi sel hampir penuh dinding sel jelas dan kokoh.
Kultur Skala 100 ml ( Esrlenmeyer)
Kultur skala erlenmeyer adalah proses kultur yang dilakukan setelah kultur testub. Sebelum dipindahkan bibit dari testub dicek terlebih dahulu dengan menggunakan mikroskop. Sebelum melakukan kultur, terlebih dahulu meja laminari disemprot dengan menggunakan alkohol dan pastikan tangan selalu di semprot dengan alkohol 96% selama proses kultur, mulut testub dan erlenmeyer terlebih dahulu difiksasi sebelum bibit tersebut dipindahka dari testub ke erlenm eyer. Hal ini bertujuan untuk membunuh mikroorganisme setelah proses pemind ahan selesai meja laminari disemprot dengan alkohol, letakkan bibit pada lemari kultur dengan pencahayaan konstan dan homogenkan setiap hari. Agar bibit dan nutrisi dalam media dihomogen, pemanenan dilakukan setelah hari ke 1-5 yang telah melalui proses pengecekan dengan mikroskop. Standar kriteria
pemeliharaan bibit adalah bebas dari kontan minan (kompotiror dan predator), warna sel coklat cerah atau coklat keemasan, isi sel hampir penuh, dinding sel jelas dan kokoh.
Kultur Skala 1 Liter (Botol)
Kultur skala botol merupakan lanjutan dari skala erlenmeyer kultur skala botol ada 2 yaitu, boto 1 (bibit berasal dari erlenmeyer) dan botol 2 (B2) (bibit yang berasal dari botol B1). Bibit yang telah siap dikultur telah melalui proses pengecekan dimicroskop. Bibit ditrasnfer dilakukan secara steril. Air yang di masukkan ke dalam botol 1 volume liter sebanyak 700 ml dan diberi bibit 2 erle nmeyer yang volume 80 ml. Sedangkan untuk botol 2 (B2) bibit yang digunakan berasal dari botol B1 dengan pemberian bibit sebanyak 215000 ml. Setelah tahapan kultur selesai dilakukan pemberian aerasi. Pada botol 1 pemanenan dilakukan setelah hari ke 3, dan botol B2 pemanenan dilakukan pada hari ke 3. Stadar kriteria pemeliharaan bibit untuk botol 1 dan botol 2 adalah bebas dari kontaminasi, warna sel coklat cerah atau coklat keemasan. Isi sel hampir penuh, dinding sel jelas dan kokoh.
Kultur Skala 15 Liter (Galon)
Kultur skala galon 15 liter merupakan transfer dari botol 1 liter, tiap galon diberi bibit sebanyak 2 botol. Kultur skala 15 liter dilakukan dengan cara mensterilkan peralatan dengan alkohol kemudian mengisi galon dengan air laut yang dialirkan dibak penampungan sebanyak 13 liter. Selang aerasi dan sedotan
dipasang pada galon kemudian dinyalakan, kemudian pemberian tiosufat untuk menetralisir kandungan kaporit kemudian cek menggunakan clorint test merek oto, jika air berwarna kuning maka media galon masih belum netral, akan tetapi jika air bening maka media sudah netral dan dilakukan pemupukan. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk EDTA sebanyak 3,75 ml, silikat sebanyak 7,5 ml dan AGP sebanyak 7,5 ml. Kemudian bibit dimasukkan ke dalam galon dan di berikan pencahayaan konstan, pemanenan di lakukan setelah 3 hari. Kegiatan kultur Thalassiosira sp pada skala laboratorium dapat dilihat pada Lampiran 1. Skema kultur Thalassiasira sp pada volume bertingkat skala laboratorium dapat dilihat pada Gambar 7.
Media agar Testube vol. 20 ml Erlenmeyer vol. 100 ml
Galon vol.15 liter Botol vol.1 liter Botol vol. 1 Liter
Kultur Skala Intermedet
Kultur Thalassiosira sp skala intermediet adalah kelanjutan dari kultur skala laboratorium. Kultur skala intermediet dilakukan di ruangan terbuka dengan wadah kultur berupa bak fiber volume 1 ton dan bak beton dengan volume 15 ton. Kultur intermedit dilakukan di bawah sinar matahari pada bak beton. Suhu pada kultur skala intermediet tidak bisa dikontrol dengan mudah mengingat tempat kultur yang berada di luar ruangan, sehingga teknik kultur yang dilakukan berbeda dengan kultur skala laboratorium. Pada skala intermediet di butuhkan kecermatan terhadap kondisi cuaca harian, kondisi bibit dan kondisi air. (Penjelasan teknisi lapangan)
Kultur Skala Bak Fiber
kultur skala bak fiber merupakan transfer digalon 15 liter, bak fiber digunakan berkapasitas 1 ton dan bibit yang diberikan sebanyak 2 galon (30 liter). Setelah itu dilakukan pemberian pupuk NaNO3 60 gram, DSP 5 gram,
Urea 10 gram, Silikat 11 gram dan AGP 5 ml lalu diberi aerasi. Bibit yang diberiakan telah melalui proses pengecekan dimikroskop dan pemanenan atau di transfer ke intermedit selama 24 jam.
Kultur Skala Intermedit Volume 15 Ton (Bak Beton)
Kultur intermedit bibit berasal dari bak fiber sebelum dilakukan transfer bibit air media dinetralisasi dengan Tiosulfat untuk menetralkan kandungan kaporit. Setelah netral dilakukan pemupukan diberi pupuk NaNO3 sebanyak 720
bibit ditransfer dari bak intermedit ke bak massal sebanyak 15 ton dan dipelihara selama 24 jam sebelum dikultur pada bak massal. Kegiatan kultur pada volume bertinkat Thalassiosira sp dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7 Volume wadah kultur Thalassiosira sp pada skala intermedit
Gambar Wadah Jenis Wadah Keterangan
Bak Fiber bulat, volume 1 ton
Setengah sampai satu hari dikultur di wadah volume 1 ton, dan ditransfer dikultur ke volume 15 ton
Bak Beton, vol. 15 ton
Setengah sampai 1 hari dikultur di wadah volume 15 ton, dan ditransfer dikultur ke volume 50 ton
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
Kultur Skala Massal
Kultur Skala Massal Volume 50 Ton
Kultur skala massal pada prinsipnya sama dengan kultur skala
intermediet, namun yang membedakan adalah ukuran bak yang digunakan. Bak kultur yang digunakan pada kultur skala massal adalah bak dengan volume 50 ton, selain itu pada kultur skala massal adalah kultur tahap terakhir Thalassiosira sp yang dapat dikonsumsi oleh larva udang vaname sedangkan kultur skala intermediet itu belum bisa dipanen karena belum mencukupi kebutuhan pakan
yang ada dilarva. Lokasi yang digunakan hampir sama dengan kultur intermedit yaitu kultur massal dilakukan di lokasi terbuka matahari dan hujan dapat masuk dengan mudah ke dalam bak– bak kultur. Alat dan bahan yang digunakan dikultur skala massal tidak banyak, hampir sama dengan skala massal intermediet, yaitu pipa, air, kaporit, pupuk, Tio sulfat, dan aerasi.
Dalam kultur massal yang dilakukan adalah mencuci bak kultur massal dengan menyemprotkan air dan dinding bak dan dasar bak disikat. Setelah bersih, dikeringkan selama 1 hari dengan memanfaatkan sinar matahari. Untuk mencapai volume bak kultur massal sebanyak 50 ton, lakukan pengisian air sebanyak 35 ton, karena Thalassiosira sp yang akan di transfer dari bak intermediet
sebanyak 15 ton. Setelah diisi air diberikan kaporit sebanyak 40 ppm setelah itu diamkan selama 6 jam dan aerasi untuk mengaduk kaporit. setelah 6 jam diberikan Tiosulfat untuk menetralkan kaporit. Setelah 24 jam diberikan pupuk NaNO3 3000 gram, DSP 250 gram, Urea 500 gram, silikat 550 gram dan AGP
250 ml, aerasi yang dipasang akan mengaduk pupuk hingga rata.
Kemudian transfer plankton dari intermediet ke massal dengan menggunakan pipa transfer, setelah semua plankton dibak internediet habis. Selanjutnya cuci kembali bak intermediet agar bisa digunakan lagi tunggu hingaa 2 hari. Kegiatan kultur Thalassiosira sp pada skala intemediet dan massal dapat dilihat pada Lampiran 2. Kegiatan kultur pada skala massal Thalassiosir sp dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8 Volume wadah kultur Thalassiosira sp pada skala massal
Gambar Wadah Jenis Wadah Keterangan
Bak Fiber bulat, volume 50 ton
Setelah sampai 3 hari dikultur di wadah volume 50 ton, dan ditransfer dikultur ke bak larva
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
3.4.6 Pengukuran Kualitas Air
Parameter kualitas air yang dipantau pada kultur Thalassiosira sp. dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Parameter kualitas air yang dipantau
No Parameter Alat dan spesifikasi Cara pengukuran
Fisika
1 Suhu Termometer 100oC Insitu
2 Salinitas Hand refraktometer Exitu Kimia
1 pH pH testr Exitu
Keterangan : Insitu artinya diukur langsung di wadah kultur
3.4.7 Pemanenan Thalassiosira sp
Pemanenan hasil kulturThalassiosira sp dilakukan pemanenan secara langs ung bersamaan dengan air media kultur dan digunakan secara langsung pakan larva. Pemanenan dilakukan setelah alga mencapai puncak populasi pada hari ke 3. Akan tetapi sebelum pemanenan terlebih dahulu dilakukan pengecekan
menggunakan microskop, ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan, kontaminan dan layak atau tidaknya diberikan sebagai pakan untuk larva udang vaname.
Thalassiosira sp yang siap dipanen menggunakan pompa dan dialirkan melalui
pipi paralon sampai bak pemelihraan larva udang vaname, hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam proses pemberian pakan karna hanya membuka kran pada pipa paralon yang terhubung pada setiap bak pemeliharaan. Seluruh rangkain kegiatan Thalassiosira sp secara bertingkat dapat dilihat pada Lampiran 3.
3.5 Paremeter yang Diamati dan Analisa Data
3.5.1 Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati yaitu pertambahan populasi dan Kualitas air
Thalassiosira sp. pada kultur skala indor dan kultur skala outdor.
3.5.2 Analisa Data
Kepadatan Thalassiosira sp
Menurut Chalid et.al (2006) rumus yang digunakan untuk menghitung kepadatan alga yaitu:
Jumlah sel/ml =
× 16x10 4
Berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) PT. Central Pertiwi Bahari Takalar, rumus yang digunakan untuk menghitung kepadatan alga yaitu sebagai berikut:
Kepadatan Thalassiosira sp. =
× 10.000 sel/ml
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan Histogram.dan dianalisa secara deskriptif.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kepadatan Populasi dan Fase Pertambahan Thalassiosira sp
4.1.1 Pertambahan Thalassiosira sp Pada Kultur Laboratorium (Murni)
Kultur murni merupakan skala kecil yag dilakukan di dalam laboratorium. Kegiata ini bertujuan untuk penyediaan stok (bibit) untuk kegiatan bibit skala massal. Pengamatan fase pertumbuhan Thalassiosira sp pada volume wadah yang berbeda. Pada kultur Thalassiosira sp kultur skala laboratorium dilakukan empat tahap, yaitu skala agar, skala 20 ml menggunakan wadah test tube, skala 100 ml menggunakan wadah Erlenmeyer, skala 1000 ml menggunakan wadah botol dan skala 15 liter menggunakan wadah galon. Hasil perhitungan kepadatan populasi
Thalassiosira sp selama I-VII hari pada media erlenmeyer, botol(B1), botol (B2),
dan galon pada skala laboratorium disajikan pada Lampiran 4. Gambar 8 dan 9 histogram Pertumbuhan Populasi Thalassiosira sp. pada erlenmeyer, botol dan galon. 35 67 82 123 146 0 50 100 150 200 I II III IV V ju m la h sel (. .. × 10 4 sel /m l) Hari Ke