• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENANGANAN LAWI-LAWI (Caulerpa sp) SEBELUM EKSPOR DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BPBAP) TAKALAR SULAWESI SELATAN TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENANGANAN LAWI-LAWI (Caulerpa sp) SEBELUM EKSPOR DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BPBAP) TAKALAR SULAWESI SELATAN TUGAS AKHIR"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENANGANAN LAWI-LAWI (Caulerpa sp) SEBELUM EKSPOR DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR

PAYAU (BPBAP) TAKALAR SULAWESI SELATAN

TUGAS AKHIR

Oleh:

MINAYANTI 14 220 500 96

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS PERIKANAN JURUSAN AGRIBISNIS

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2017

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dengan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, 28 Agustus 2017 Yang menyatakan,

Minayanti

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan yang maha Esa, berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul ”Analisis Penanganan Lawi-lawi (Caulerpa sp.) Sebelum Ekspor Di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar”.

Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat terakhir dalam prosesi pendidikan di perguruan tinggi, guna meraih gelar Ahli Madya Perikanan pada Program Studi Agribisnis perikanan, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

Banyak pihak yang telah terlibat selama proses penulisan sampai laporan ini selesai. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua dan sanak keluarga yang senantiasa mendoakan serta membantu dalam dukungan baik moril dan material. Melalui kesempatan ini, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ir. Asriany, M.Si selaku pembimbing I dan Abdullah, S.Pi., M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa membimbing dalam penyusunan tugas akhir penulis.

2. Hj. Aisyah, SE., Ak., M.Si, selaku penguji I dan Hj. Sumarni, SE., M.Si, selaku penguji II.

3. Dr. Nur Alam Kasim, S.Pi., M.Si, selaku Ketua Jurusan Agribisnis Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

4. Dr. Ir. H. Darmawan, M. P, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

(6)

vi

5. Ir. Nono Hartanto, M.Aq., selaku pimpinan Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar, Dasep Hasbullah, S.P., M.Si dan Iman Sudrajat, S.Pi Selaku pembimbing lapangan.

6. Dosen serta pegawai dan teknisi jurusan Agribisnis.

7. Sahabat-sahabat serta teman-teman dari jurusan Agribisnis angkatan XXVII.

Penulis menyadari dengan selesainya laporan ini mungkin terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun laporan ini penulis harapkan dengan senang hati.

Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis sendiri.

Pangkep, 28 Agustus 2017

Penulis

(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

INTISARI... xii

ABSTRAK ... xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 ... Latar Belakang ... 1

1.2 ... Rumusa n Masalah ... 3

1.3 ... Tujuan ... 3

1.4 ... Manfaat .... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lawi-lawi (Caulerpa sp) ... 5

2.2 Morfologi Lawi-lawi (Caulerpa sp) ... 5

2.3 Pola Penyebaran Lawi-lawi (Caulerpa sp) di Indonesia ... 6

2.4 Habitat Hidup Lawi-lawi (Caulerpa sp) ... 6

2.5 Sistem Nutrisi dan Penyerapan Hara (Caulerpa sp) ... 7

2.6 Potensi Lawi-lawi (Caulerpa sp) ... 10

(8)

viii

2.7 Penanganan ... 11

2.8. Ekspor ... 18

BAB III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat ... 20

3.2 Metose Pengumpulan Data ... 20

3.3 Jenis Data dan Sumber Data ... 20

3.4 Metode Analisis Data ... 21

3.5 Konsep Oprasional ... 21

BAB IV. KEADAAN UMUM LOKASI 4.1 Lokasi dan Letak Geografis BPBAP Takalar ... 23

4.2 Sejarah Singkat BPBAP Takalar ... 23

4.3 Fasilitas BPBAP Takalar ... 24

4.4 Struktur Organisasi BPBAP Takalar ... 27

4.5 Visi, Misi dan Motto BPBAP Takalar ... 28

4.6 Tugas dan Fungsi BPBAP Takalar ... 29

BAB V. HASIL PEMBAHASAN 5.1 Proses Penanganan Purifikasi Lawi-lawi (Caulerpa sp) ... 30

5.2 Proses Penanganan Penyortiran Lawi-lawi (Caulerpa sp) ... 34

5.3 Proses Penanganan Pengemasan Lawi-lawi (Caulerpa sp)... 37

BAB VI. PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 39

6.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41 LAMPIRAN

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

4.1. Fasilitas unit pelayanan teknik, administrasi dan umum ... 24

4.2 Fasilitas pada laboratorium ... 25

4.3 Fasilitas Sarana dan Prasarana Pendukung Lainnya ... 25

5.1 Kualitas Air Pada Pemeliharaan Caulerpa sp ... 32

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1 Lawi-lawi Bulaeng (Caulerpa lentillifera) ... 5

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1. Tata Letak BPBAP Takalar Lokasi 1... 43 Lampiran 2. Skema Struktur Organisasi BPBAP Takalar... 44 Lampiran 3. Kegiatan penanganan Lawi-lawi (Caulerpa sp)... 45

(12)

xii INTISARI

MINAYANTI, 1422050096. Analisis Penanganan Lawi-lawi (Caulerpa sp) Sebelum Ekspor di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar.

(Dibimbing oleh Asriany dan Abdullah).

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar, Desa Mappakalompo, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder dengan teknik pengumpulan data yang meliputi wawancara, pengamatan langsung dan studi literatur dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penanganan Lawi-lawi (Caulerpa sp) sebelum ekspor di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kemudahan dalam membuat analisis penanganan Lawi-lawi (Caulerpa sp) sebelum ekspor.

Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang Analisis Penanganan Lawi- lawi (Caulerpa sp) sebelum ekspor di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar dapat diketahui bahwa syarat Lawi-lawi (Caulerpa sp) untuk menembus pasar ekspor perlu adanya penanganan berdasarkan teknik purifikasi yaitu kegiatan penyortiran/pembersihan Lawi-lawi (Caulerpa sp) dari kotoran serta penanganan air secara buatan untuk menyamakan sesuai ekosistem alami dengan melakukan perendaman, menjamin ketersediaan hara secara optimum serta mengukur kualitas air, teknik penyortiran yaitu proses pengklasifikasian Lawi-lawi (Caulerpa sp) berdasarkan sifat fisiknya berupa kebersihan, ukuran, warna, bentuk dan kesegaran, teknik pengemasan dengan menggunakan kemasan sterofoam dengan ketebalan 2 cm, lebar 30x30cm dan tinggi 15 cm. Hal ini untuk mempertahankan kesegaran lawi-lawi (Caulerpa sp) sehingga tidak layu selama pengiriman sesuai dengan SOP yang diterapkan oleh Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar.

Kata Kunci : Purifikasi, Penyortiran, Pengemasan, Lawi-lawi (Caulerpa sp)

(13)

xiii ABSTRACK

MINAYANTI, 1422050096. Lawi-lawi Treatment Analysis (Caulerpa sp) Prior to Export at Brackishwater Aquaculture (BPBAP) Takalar. (Guided by Asriany and Abdullah).

This research was conducted at Brackishwater Aquaculture (BPBAP) Takalar, Mappakalompo Village, Galesong Sub-District, Takalar District, South Sulawesi Province. Types of data used are primary data and secondary data with data collection techniques that include interviews, direct observation and literature study using qualitative descriptive analysis.

The purpose of this research is to know the handling of Lawi-lawi (Caulerpa sp) before exports at Brackish Water Aquaculture Center (BPBAP) Takalar. This research is expected to be useful as an information material to improve knowledge and ease in making analysis of Lawi-lawi (Caulerpa sp) handling before export.

Based on the result and discussion about Lawi-lawi (Caulerpa sp) Analysis before the export at Brackish Water Aquaculture Center (BPBAP) Takalar it can be seen that Lawi-lawi (Caulerpa sp) requirement to penetrate export market needs handling purification technique that is sorting / Cleansing of Lawi-lawi (Caulerpa sp) from impurities and artificial water treatment to equate natural ecosystems by immersion, ensuring optimum nutrient availability and measuring water quality, sorting technique that is Lawi-lawi (Caulerpa sp) classification process based on its physical properties In the form of cleanliness, size, color, shape and freshness, packaging technique using sterofoam packaging with thickness 2 cm, width 30x30cm and height 15 cm. This is to maintain the freshness of lawi-lawi (Caulerpa sp) so as not to wither during the delivery in accordance with SOP applied by Brackish Water Aquaculture Center (BPBAP) Takalar.

Keywords: Purification, Sorting, Packaging, Lawi-lawi (Caulerpa sp)

(14)

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki perairan yang sangat luas dan berpotensi besar untuk pengembangan industri perikanan berbasis rumput laut. Saat ini pengembangan industri rumput laut masih menjadi salah satu program revitalisasi kementrian kelautan dan perikanan, karena komoditas rumput laut memberikan konstribusi dan penyumbang devisa negara terbesar setelah komoditas udang dan tuna.

Pengembangan industri laut di Indonesia memiliki prosfek yang cerah. Hal ini disebabkan karena teknik pembudidayaan rumput laut yang relatif mudah di kuasai oleh masyarakat.

Saat ini, rumput laut masih menjadi komoditas andalan untuk menggenjot produksi perikanan budidaya di Indonesia. Bahkan Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) menaikkan target produksi rumput laut yang sebelumnya pada tahun 2016 produksinya hanya mencapai 11 juta ton, di tahun 2017 ini akan dinaikkan menjadi 13,4 juta ton (KKP, 2017).

Rumput laut sudah menjadi komoditas primadona bagi masyarakat pesisir mengingat kontribusi positifnya terhadap serapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan, salah satu jenis rumput laut yang potensial belum banyak dikembangkan budidayanya adalah lawi-lawi (Caulerpa sp) dimana rumput laut ini merupakan salah satu genus alga laut dari Famili Caulerpaceae dan termasuk spesies dari Kelas Chlorophyceae (alga hijau) dikenal dengan sebutan Latoh (jawa), Bulung Boni (Bali), lawi-lawi (Sulawesi), sedangkan di Jepang disebut

(15)

Umi Budo. Caulerpa ini bentuk dan rasanya menyerupai telur ikan terbang yang disebut caviar sehingga dikenl Sebagai ”green caviar”. Selain itu juga karena bentuknya menyerupai anggur, sebagian orang menyebutnya sebagai “sea grape” atau anggur laut. Caulera atau anggur laut sebenarnya sudah dikenal luas oleh kalangan masyarakat pesisir karena budidaya lawi – lawi lebih mudah dan menjanjikan dibandingkan budidaya tanaman rumput laut dengan jenis lain sebab minimnya biaya perawatan sebelum memasuki masa panen sehingga menekan angka kerugian, dapat dijual dalam keadaan basah sehingga dapat meminimalisir waktu pengeringan serta proses pengolahan tanaman lawi – lawi juga tidak terlampau sulit bahkan dikonsumsi dalam keadaan segar sebagai salad.

Selain itu, rumput laut ini dijadikan sebagai sumber bahan pangan alami sehari- hari, seperti di Indonesia, Malaysia, Jepang, Philipina, China dan Korea.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mulai melirik Caulerpa sp untuk dijadikan salah satu senjata utama produk ekspor Indonesia sebab banyaknya permintaan dari negara Asia seperti Jepang dan Korea. Caulerpa sp adalah varian baru rumput laut jenis rumput laut yang biasa disebut anggur laut.

Pengembangan Caulerpa sp yang berhasil menembus pasar ekspor menjadi harapan baru bagi Indonesia untuk terus mengeksplorasi sumberdaya rumput laut nasional.

Lawi-lawi (Caulerpa sp) mempunyai nilai ekonomis bagi sebagian masyarakat pesisir pantai yang membudidayakannya. Selain berpeluang untuk diekspor keluar negeri sebagai pelengkap makanan olahan laut ternyata lawi – lawi juga dapat dijadikan sebagai penangkal kanker atau penyakit ganas lainnya

(16)

3

serta kandungan vitamin A di dalamnya dapat menjaga kejernihan mata. Proses pengolahan tanaman lawi – lawi juga tidak terlampau sulit bahkan dikonsumsi dalam keadaan segar sebagai salad.

Sebagai komoditi baru dalam kegiatan ekspor maka Caulerpa sp senantiasa dituntut memiliki kualitas yang prima, oleh karena itu diperlukan suatu sistem jaminan, penanganan, pengendalian dan pengawasan mutu Lawi-lawi (Caulerpa sp) sehingga dapat memenuhi keinginan pasar ekspor. Olehnya itu penulis mengangkat judul mengenai “Analisis Penanganan lawi-lawi (Caulerpa sp) sebelum ekspor di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar”.

1.2 Rumusan masalah

Adapun masalah dalam tugas akhir ini adalah bagaimana penanganan lawi-lawi (Caulerpa sp) sebelum ekspor. Untuk menjawab diatas maka ada beberapa persoalan yang perlu dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana teknik purifikasi Lawi-lawi (Caulerpa sp) sebelum ekspor di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar?

2. Bagaimana teknik penyortiran Lawi-lawi (Caulerpa sp) sebelum ekspor di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar?

3. Bagaiamana teknik pengemasan Lawi-lawi (Caulerpa sp) sebelum ekspor di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar?

1.3 Tujuan

Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil pengalaman kerja praktek mahasiswa, dengan tujuan mengetahui penanganan lawi-lawi (Caulerpa sp) sebelum ekspor dengan beberapa teknik penanganan yaitu sebagai berikut:

(17)

4

1. Untuk mengetahui teknik purifikasi lawi-lawi (Caulerpa sp) sebelum ekspor di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar.

2. Untuk mengetahui teknik penyortiran Lawi-lawi (Caulerpa sp) sebelum ekspor di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar.

3. Untuk mengetahui teknik pengemasan Lawi-lawi (Caulerpa sp) sebelum ekspor di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman sekaligus menerapkan teori yang didapat dibangku kuliah dan di dunia kerja nantinya.

2. Memberikan informasi bagi pengembangan ilmu, terutama mengenai sistem informasi tentang cara penanganan Caulerpa sp sebelum ekspor.

3. Menjadi bahan referensi untuk penelitian lain.

(18)

5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lawi-lawi (Caulerpa sp)

Kingdom : Plantae Divisi : Chlorophyta Kelas : Bryopsidophyceae Ordo : Bryopsidales Family : Caulerpaceae Genus : Caulerpa

Spesies : Caulerpa lentillifera

Gambar 2.1 Lawi-lawi Bulaeng (Caulerpa lentillifera)

2.2 Morfologi Lawi-lawi (Caulerpa sp)

Ciri umum Caulerpa sp yaitu tallus dengan cabang bulat yang merambat dan cabang-cabang seperti anggur halus. Seluruh bagian cabangnya menutup rapat, bentuk blade bulat, jumlah ramuli 17-31 buah dengan diameter 1.26 mm.

Memiliki warna hijau tua, holdfast (akar) tempat melekat pada

(19)

substrat yang berfungsi mengambil nutrisi atau makanan, berwarna kekuningan.

Habitatnya berada pada substrat berpasir (Aslan 1998).

Caulerpa sp memiliki tallus yang menjalar dan pada bagian-bagian tertentu dan terdapat akar rambut yang berfungsi mengambil makanan dari substrat. Biasanya tumbuh dilaguna dangkal, bisa tumbuh di substrat karang, atau batu, hingga substrat berpasir hingga berlumpur.

2.3 Pola Penyebaran Lawi-lawi di Indonesia

Caulerpa sp tersebar luas di perairan beriklim tropis dan dangkal. Pada tahun 1926 bentuk baru dari alga itu dilaporkan dari Tunisia, mungkin seorang imigran dari Laut Merah, dan ini kemudian menyebar ke banyak bagian Timur Laut Mediterania. Pada tahun 1990, bentuk, baru yang lebih besar dengan dua baris vertikal cabang di sisi berlawanan dari batang itu ditemukan dari Libya. ini menyebar luas, menyerang banyak Laut Mediterania dan menjadi lebih luas daripada spesies invasif, C taxifolia. Hal ini dikenal sebagai C. racemosa var.

Cylindracea dan mungkin berasal dari perairan Australia. Di Amerika C.

racemosa ditemukan di perairan dangkal di Laut Karbia, sekitar Bermuda dan sepanjang pesisir timur Amerika dari Florida Brasil (Collado, 1999).

2.4 Habitat Hidup Lawi-lawi (Caulerpa sp)

Caulerpa sp ini hidup di pantai pada suhu air hangat (25oC-30oC), dimana Caulerpa sp memiliki tallus yang menjalar dan pada bagian-bagian tertentu terdapat akar rambut yang berfungsi mengambil makanan dari substrat. Tumbuh di substrat berpasir hingga berlumpur, berada diperairan yang tenang dengan salinitas antara 25-30 ppt. Penyebaraan di Asia Pasifik meliputi wilayah perairan

(20)

8

di Asia Tenggara seperti Indonesia, Fhilipina, Singapura, Thailand, Malaysia, China, Taiwan, Papua Nugin dan Kepulauan Pasifiki (Putra, dkk, 2012).

2.5 Sistem Nutrisi dan Penyerapan Hara Lawi-lawi

Menurut Hasbullah (2015), dikatakan bahwa Caulerpa sp. mengandung nutrisi tinggi dan tidak mengandung zat-zat berbahaya bagi tubuh sehingga tumbuhan ini sangat aman untuk dikomsumsi sehari-hari. Selain memiliki bentuk yang khas lawi-lawi juga dimanfaatkan sebagai bahan pangan sayuran segar, lalapan, bahan farmasi dan bahan kosmetik hal inilah yang membuat permintaan lawi-lawi di pasar ekspor meningkat. Lawi – lawi mengandung zat hijau daun atau biasa disebut dengan klorofil yang mempunyai sifat antikasinogenik. kandungan beragam nutrisi yang terkandung di dalam tumbuhan lawi – lawi bermanfaat sebagai zat anti bakteri, anti jamur, pencegah penyakit tekanan darah tinggi karena mengandung zat bioaktif serta rematik. Bahkan sejak zaman dahulu, tanaman rumput laut dengan jenis ini sudah dijadikan sebagai sumber obat tradisional diberbagai wilayah pesisir pantai. Sedangkan di era modern ini, manfaat lawi – lawi untuk kesehatan mencangkup kegunaan dan khasiat yang lebih luas. Berikut manfaat lawi – lawi untuk kesehatan:

a. Dapat Menjernihkan Penglihatan Mata. Kandungan vitamin A yang terdapat pada lawi – lawi dapat menjernihkan penglihatan mata secara permanen. Mata yang mengalami masalah penglihatan akan terbantu dengan asupan vitamin A yang dapat menutrisi bahkan memperbaiki organ yang mengalami gejala kerusakan.

(21)

9

b. Mencegah Penyakit Ganas pada Tubuh. Lawi – lawi mengandung klorofil, selenium, serta kandungan seng yang tinggi dimana level estrogen dapat menurun dengan direduksi sehingga kanker tidak akan tumbuh pada tubuh manusia. Salah satu penyebab tumbuhnya kanker yakni level estrogen yang terlampau tinggi didalam tubuh.

c. Menjaga Kesehatan Tulang. Kandungan kalsium dan vitamin A yang terdapat pada lawi – lawi dapat membantu menjaga kesehatan tulang serta membantu mengobati gejala gangguan kesehatan yang menyerang tulang seperti penyakit rematik.

d. Membantu Proses Metabolisme Tubuh. Kandungan serat yang terdapat pada lawi – lawi dapat membantu proses metabolisme pada tubuh. Selain itu, kesehatan organ pencernaan didalam tubuh akan lancar dan kebutuhan akan asupan nutrisi berupa serat akan terpenuhi.

Selain itu, seluruh bagian tumbuhan rumput laut lawi-lawi ini dapat dikomsumsi. Kandungan nutrisi lawi-lawi dalam kadar per 100 gr yaitu energy 18 kkal, protein 0,5 gr, lemak 0,9 gr, karbohidrat 2,6 gr, kalsium 307 mg, fosfor 307 mg, zat besi 9,9 mg, vitamin A 0 Iµ, vitamin B1 0 mg dan kandungan vitamin C 1,3mg.

Kandungan nutrisi rumput laut sangat dipengaruhi oleh respon lingkungan. Rasio dari kandungan protein dan karbohidrat dapat digunakan untuk menentukan status pertumbuhan alga. Selama masa pertumbuhan alga yang cepat, kandungan protein akan tinggi karena karbohidrat banyak di gunakan untuk pertumbuhan akibat rasio protein dan karbohidrat menjadi tinggi kemudian

(22)

10

pertumbuhan akan berhenti karena tingginya tingkat fotosintesa pada saat temperatur lebih tinggi dan alga akan mengakumulasi karbohidrat terutama fikolooid :

a. Air

Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan. Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi kenampakan, tekstur, serta cita rasa makanan (Winarno, 1991). Hasil analisis komposisi kimia dari lawi-lawi menunjukkan bahwa lawi-lawi mengandung 982% air.

b. Mineral

Mineral merupakan subtansi yang mempunyai peranan yang penting dalam nilai nutrisi makanan, dan mineral ini terdapat dalam jumlah sedikit, tetapi keberadaannya sangat penting. Mineral berada dalam bentuk garam, logam atau kombinasi dengan senyawa organik seperti phospor protein dan enzim yang mengandung logam (Winarno, 1991).

c. Protein

Protein adalah suatu senyawa organik yang berberat molekul tinggi, berkisar antara beberapa ribu sampai jutaan. Protein tersusun dari atom C, H, O, N serta unsur lainnya seperti P dan S yang membentuk unit-unit asam amino. Pada protein majemuk di samping unsur-unsur tersebut kemungkinan masih mengandung Fe dan Mg (Winarno, 1991).

(23)

11 d. Lemak

Winarno (1991) mengatakan bahwa lemak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan jenis bahan pangan tersebut. Pada tanaman, lemak sintesis dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak yang terbentuk dari kelanjutan oksidasi karbohidrat dalam proses respirasi, proses pembentukan lemak dalam tanaman dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : pembentukan gliserol, pembentukan molekul asam lemak, kemudian kondensasi asam lemak dengan gliserol membentuk lemak.

e. Karbohidrat

Karbohidrat banyak terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana, hektosa, pentosa, maupun karbohidrat dengan berat molekul tinggi seperti pati, pektin, selulosa dan lignin.Selulosa dan lignin berperan sebagai penyusun dinding sel tanaman. Pada tanaman karbohidrat dibentuk dari reaksi CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis dalam sel tanaman yang berklorofil (Winarno, 1991).

2.6 Potensi Lawi-lawi (Caulerpa sp) di Indonesia

Budidaya Caulerpa sp di Indonesia adalah varian baru rumput laut yang biasa disebut anggur laut. Pengembangan Caulerpa sp telah berhasil menembus pasar ekspor menjadi harapan baru bagi Indonesia untuk terus mengeksplorasi sumberdaya rumput laut nasional.

Tahun 2011 merupakan tahun pertama pengujian budidaya caulerpa dengan melakukan tahapan uji coba dengan 2 orang pembudidaya yang

(24)

12

berpartisipasi. Pada lahan 2 Ha dengan 160 kg bibit lawi lawi berhasil memproduksi 1600 kg lawi lawi dalam 3 bulan pemeliharaan. Selanjutnya uji coba berikutnya juga menunjukkan hasil yang luar biasa. dengan 7 pembudidaya lawi-lawi yang terlibat menghasilkan keuntungan bersih Rp 70 juta, belum lagi efek dari jaringan pemasaran yang terkait. Selain itu keunggulan lainnya lawi-lawi bisa dipanen tiap hari. Selanjutnya di tahun 2012 para petani tambak menghasilkan 20.4 ton/ha/th rumput laut lawi lawi. Melihat angka ini produktivitasnya sangat tinggi bila dihitung nilainya mencapai Rp 76.5 juta/ha/th (Putraku N, 2012).

2.7 Penanganan

Penanganan merupakan upaya pengolahan dan pengawetan hasil perikanan untuk menjaga kualitas produk hingga sampai ke tangan konsumen.

Atau dengan kata lain penanganan adalah usaha untuk membuat rumput laut lawi- lawi (Caulerpa sp) tetap selalu segar serta mempertahan kualitas law-lawi (Caulerpa sp). Melalui penanganan yang baik dan benar, penghambatan proses kerusakan fisik sangat memungkinkan untuk dilakukan. Perlakuan yang diterapkan harus sesuai dengan alur standar proses yang berlaku sehingga mendapatkan hasil akhir yang efektif.

Penanganan yang baik sesuai alur proses yang diterapkan di Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar adalah yaitu:

a. Purifikasi

Purifikasi adalah proses pembersihan dan penanganan Lawi-lawi (Caulerpa sp) secara buatan untuk menyamakan sesuai dengan ekosistem alami.

(25)

13

Parameter ekosistem utama yang merupakan syarat tumbuh bagi rumput laut antara lain zat hara (nitrogen dan fospat), intensitas cahaya, musim dan suhu, salinitas dan pergerakan air. Purifikasi dilakukan dengan tujuan memberikan perlakuan berupa penanganan terhadap suatu komoditi yang bernilai ekonomis.

Ketersediaan unsur hara merupakan hal penting dalam pertumbuhan rumput laut. Fungsi utama pemupukan adalah memeberikan unsur hara yang cukup yang diperlukan rumput laut. Unsur Nitrogen, Fosfor, dan Kalium (NPK) adalah unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan proses fotosintesis. Pupuk anorganik merupakan pupuk buatan yang dibuat oleh industri pupuk menggunakan bahan-bahan kimia, sehingga unsur hara yang ada didalamnya tinggi.

Pupuk sebagai sumber nutrisi jika diberikan pada tanaman sesuai dengan dosis jika diberikan sesuai dengan dosis yang dibutuhkan, maka tanaman dapat tumbuh subur. Namun jika diberikan secara berlebihan dapat membahayakan pertumbuhan tanaman. Pupuk NPK mengandung unsur yang berupa N, P dan K.

Nitrogen merupakan komponen penting bagi pertumbuhan rumput laut. Puppuk NPK merupakan pupuk yang dapat memacu pertumbuhan tunas muda dan dapat meningkatkan daya tahan tumbuhan terhadap serangan penyakit (Setiaji, dkk, 2012).

Rumput laut menyerap nutrisi melalui sel-sel yang terdapat pada thallusnya dengan cara difusi melalui seluruh permukaan tubuh (Amalia, 2013).

selain itu, alga juga mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menyerap nutrisi dari sedimen melalui akar.

(26)

14

Suhu pada media pemeliharaan rumput laut Caulerpa sp berkisar antara 27 – 32ºC. Guo et al. (2014a), menyatakan bahwa pada suhu 25 – 30ºC dapat menginduksi pembentukan cabang pada rumput laut C. lentillifera dan laju pertumbuhan spesifik maksimal rumput laut Caulerpa sp sebesar 6,932±0,396

%/hari dapat dicapai pada suhu 27ºC. Suhu merupakan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anggur laut, karena akan berpengaruh langsung terhadap proses metabolismenya. Menurut Alam (2011), bahwa rumput laut hidup tumbuh pada perairan dengan kisaran suhu air antara 20 – 28ºC, namun masih ditemukan tumbuh pada suhu 31ºC. Hal ini berarti kisaran suhu air dalam media pemeliharaan masih dalam kisaran layak untuk pertumbuhan Caulerpa sp.

Intensitas cahaya yang terukur selama penelitian berkisar 250 – > 3.000 lux. Mustofa (2013), menyatakan bahwa rumput laut Gracilaria verrucosa berkembang baik pada intensitas cahaya 400 lux. Intensitas cahaya 400 lux dapat merangsang perkembangan spora dengan baik. Suniti dan I Ketut (2012), menyatakan bahwa kultur secara in vitro pada tangki dengan intensitas cahaya 3.500 lux memberikan pertumbuhan terbaik terhadap Caulerpa sp. Tahapan pertumbuhan Caulerpa sp yang dipelihara dengan intensitas cahaya 3.500 lux memperlihatkan pada minggu ke-1 adanya sebagian ramuli (buah) dan sebagian thallus utama berwarna putih. Minggu ke-2 muncul stolon baru dan adanya pertumbuhan tunas pada thallus utama. Minggu ke-3 adanya pertumbuhan pada thallus.

(27)

15

Salinitas dalam media pemeliharaan masih layak untuk pertumbuhan Caulerpa sp. Hasil pengukuran salinitas dalam media pemeliharaan berkisar 27 – 33‰. Menurut Guo et al. (2014b), rumput laut Caulerpa sp dapat bertahan hidup pada salinitas 20 – 50‰, tetapi pertumbuhan hanya bisa terjadi pada salinitas 20 - 45‰. Laju pertumbuhan spesifik maksimal 2,038±0,465 %/hari terjadi pada salinitas 35‰. Kisaran nilai pH pada media pemeliharaan rumput laut Caulerpa sp adalah 8 – 9. Caulerpa lentillifera berkembang normal pada pH 8 dan menunjukkan peningkatan biomassa pada nilai pH yang berkisar 7,7 – 8,3 dan hampir seluruh alga menyukai kisaran pH 6,8 – 9,6, sehingga pH bukanlah masalah bagi pertumbuhannya.

b. Sortir

Sortir merupakan kegiatan dalam penanganan pasca panen yang bertujuan untuk memisahkan bahan utama (produk utama) dengan bahan pengotor (losses) atau yang sering disebut dengan kegiatan operasi pemisahan. Pemilihan atau sortasi adalah pemisahan bahan baku ke dalam kategori-kategori yang berbeda karakteristik fisiknya seperti ukuran, bentuk, dan warna. Sortir adalah proses pemilihan bahan berdasarkan permintaan konsumen atau berdasarkan nilai komersilnya. Sortir berkaitan erat dengan tingkat selera konsumen suatu produk atau segmen pasar yang akan dituju dalam pemasaran suatu produk. Terlebih apabila yang akan dituju adalah segmen pasar tingkat menengah ke atas dan atau segmen pasar luar negeri. Kegiatan sortasi dan grading sangat menentukan apakah suatu produk laku dipasar atau tidak.

(28)

16

Pada kegiatan sortir, penentuan mutu hasil panen biasanya didasarkan pada kebersihan produk, aspek kesehatan, ukuran, bobot, warna, bentuk, kematangan, kesegaran, ada atau tidak adanya serangan/kerusakan oleh penyakit dan luka/lecet oleh faktor mekanis. Pada hasil budidaya, penyortiran produk hasil panenan dilakuakn secara manual atau menggunakan mesin penyortiran. Sortir secara manual memerlukan tenaga yang terampil dan terlatih, dan bila hasil panen dalam jumlah besar akan memerlukan lebih banyak tenaga kerja.

c. Pengemasan/Packing

Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual dan dipakai.

• Marianne Rosner Klimchuk dan Sandra A. Krasovec (2006) menyatakan kata “kemasan” mengimplikasikan hasil akhir proses mengemas.

• Cenadi (2000) menyatakan kemasan dapat didefinisikan sebagai seluruh kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus atau kemasan suatu produk. Kemasan meliputi tiga hal, yaitu merek, kemasan itu sendiri dan label.

Ada tiga alasan utama untuk melakukan pembungkusan, yaitu:

1. Kemasan memenuhi syarat keamanan dan kemanfaatan. Kemasan melindungi produk dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen.

Produk-produk yang dikemas biasanya lebih bersih, menarik dan tahan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cuaca.

(29)

17

2. Kemasan dapat melaksanakan program pemasaran. Melalui kemasan identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan sendirinya mencegah pertukaran oleh produk pesaing. Kemasan merupakan satu-satunya cara perusahaan membedakan produknya.

3. Kemasan merupakan suatu cara untuk meningkatkan laba perusahaan.Oleh karena itu perusahaan harus membuat kemasan semenarik mungkin. Dengan kemasan yang sangat menarik diharapkan dapat memikat dan menarik perhatian konsumen. Selain itu, kemasan juga dapat mangurangi kemungkinan kerusakan barang dan kemudahan dalam pengiriman.(hair et al., melalui Oscar 2010 h 11). Menurut kotler dan keller (2009), pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk. Pengemasan adalah aktifitas merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk.

Biasanya fungsi utama dari kemasan adalah untuk menjaga produk. Namun, sekarang kemasan menjadi faktor yang cukup penting sebagai alat pemasaran.

Syarat-syarat kemasan: harus dapat melindungi produk, harus dapat melindungi dari kerusakan fisik, perubahan kadar air dan penyinaran (cahaya).

Mudah untuk dibuka/ditutup, mudah ditangani serta mudah dalam pengangkutan dan distribusin Efisien dan ekonomis. Harus mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau standar yang ada, mudah dibuang, mudah dibentuk atau dicetak. Dapat menunjukkan identitas, Informasi dan penampilan produk yang jelas agar mewadahi produk, melindungi dan mengawetkan produk.

(30)

18

Sebagai identitas produk. Meningkatkan efisiensi, Melindungi pengaruh buruk dari luas. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk. Menambah daya tarik calon pembeli. Sarana informasi dan Iklan Memberi kenyamanan bagi pemakai.

Fungsi paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan melindungi produk dari kerusakan-kerusakan, sehingga lebih mudah disimpan, diangkut dan dipasarkan. Sedangkan fungsi pengemasan secara umum mewadahi produk selama distribusi dari produsen ke konsumen, agar produk tidak tercecer serta melindungi dan mengawetkan produk seperti melindungi dari sinar ultraviolet, panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk. Kemasan dapat diklasifikan yaitu:

1. Berdasarkan frekuensi pemakaian : a. kemasan sekali pakai (disposable), contoh: bungkus permen. Kaleng hermetis. b. Kemasan yang dipakai berulang kali (multitrip), contoh : botol minuman (bir, botol kecap).

2. Berdasarkan struktur system kemasan : Kemasan Primer : kemasan yang langsung mewadahi bahan pangan, contoh : kaleng susu, botol minuman. b.

Kemasan sekunder : kemasan yang berfungsi melindungi kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng. c. Kemasan tertier, kuarterner : kemasan setelah kemasan primer dan sekunder, yang berfungsi sebagai pelindung selama pengangkutan.

3. Berdasarkan sifat kekakuan bahan kemasan : a. Kemasan fleksibel : bahan kemas yang mudah dilenturkan. Misalnya : plastik, kertas, foil. b. Kemasan kaku kemasan yang bersifat keras, kaku, tidak lentur dan patah bila

(31)

19

dibengkokkan. Misal : kayu, gelas,logam.c. Kemasan semi fleksible : kemasan yang mempunyai sifat di antara kemasan fleksible dan kemasan kaku. Misal : botol plastik untuk kecap dan susu.

4. Berdasarkan sifat perlindungan terhadap lingkungan : a. Kemasan hermetis (tahan uap dan gas) : kemasan yang tidak dapat ilalui oleh gas atau uap air. b.

Kemasan tahan cahaya : wadah yang tidak transparan, misalnya kemasan logam, kertas, foil. c. Kemasan tahan suhu tinggi : kemasan untuk bahan pangan yang memerlukan pemanasan, sterilisasi dan pasteurisasi. Misalnya : wadah logam dan gelas.

Kemasan untuk masa depan dapat terbuat dari bahan organik dan bahan yang terbarukan,mudah dihancurkan secara alami (biodegradable), mudah diperoleh, fleksibel, kuat, transparan, tidak berbau, tidak mengkontaminasi bahan makanan yang dikemas, tidak beracun dan tahan panas.

2.8 Ekspor

a. Pengertian ekspor

Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh pihak eksportir dan importir. Permintaan ekspor adalah jumlah barang/jasa yang diminta untuk diekspor dari suatu negara ke negara lain(Sukirno,2010). Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain.

(32)

20 b. Konsep Ekspor

1. Ekspor adalah mengeluarkan barang dari dalam keluar daerah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan berlaku.

2. Ekspor adalah barang dan jasa yang dijual kepada negara asing untuk ditukarkan dengan barang lain (Produk, uang).

3. pengertian ekspor adalah”barang-barang(termasuk jasa-jasa) yang dijual kepada penduduk Negara lain, ditambah dengan jasa-jasa yang diselenggarakan kepada penduduk Negara tersebut berupa pengangkutan permodalan dan hal-hal lain yang membantu ekspor tersebut.

4. Ekspor adalah berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri lalu dijual di luar negeri.

c. Manfaat dari Kegiatan Ekspor

Menurut Sadono Sukirno(2010),manfaat dari kegiatan ekspor adalah : 1. Memperluas Pasar bagi Produk Indonesia

Kegiatan ekspor merupakan salah satu cara untuk memasarkan produk Indonesia ke luar negeri.

2. Menambah Devisa Negara

Perdagangan antarnegara memungkinkan eksportir Indonesia untuk menjual barang kepada masyarakat luar negeri. Transaksi ini dapat menambah penerimaan devisa negara. Dengan demikian, kekayaan negara bertambah karena devisa merupakan salah satu sumber penerimaan negara.

(33)

21 3. Memperluas Lapangan Kerja

Kegiatan ekspor akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Dengan semakin luasnya pasar bagi produk Indonesia, kegiatan produksi di dalam negeri akan meningkat. Semakin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan sehingga lapangan kerja semakin luas.

(34)

22

BAB III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini disusun dari hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (Penelitian). Berlansung selama 3 (tiga) bulan mulai dari tanggal 20 Januari sampai dengan 20 April 2017. Tempat penelitian yaitu di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam peneltian ini yaitu:

1. Wawancara langsung dengan melakukan tanya jawab dari pihak Balai yang dianggap cukup memadai.

2. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap hal-hal yang berkaitan dengan Tugas akhir.

3. Studi pustaka, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan infornasi dan buku-buku dan internet yang terkait dengan judul Tugas Akhir.

3.3. Jenis Data dan Sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini, sebagai berikut:

1. Data primer adalah data yang digunakan untuk menjawab inti permasalahan dalam tugas akhir ini yang diperoleh secara lansung dari sumber aslinya dengan cara melaksanakan dan mengikuti kegiatan secara langsung serta berperan aktif di lapangan saat mengikuti kegiatan.

(35)

Adapun variabel data primer untuk menjawab permasalahan dalam tugas ahkir yaitu tentang teknik purifikasi, teknik penyortiran dan teknik pengemasan sebelum Lawi-lawi (Caulerpa sp) diekspor.

2. Data sekunder adalah data yang digunakan untuk menambah serta memperkuat hasil penelitian dengan perbandingan teori sebelumnya yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, laporan arsip maupun tinjuan pustaka dan literatur, misalnya dari buku–buku, internet dan brosur.

Adapun data sekunder untuk menjawab permasalahan dalam tugas ahkir adalah Gambaran umum lokasi, Struktur organisasi dan arsip-arsip tentang Lawi- lawi (Caulerpa sp).

3.4 Metode Analisa Data

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui proses penanganan lawi- lawi (Caulerpa sp) sebelum ekspor berdasarkan acuan standar di Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar adalah analisis deskriptif kualitatif bertujuan untuk mengungkapkan dan menjelaskan seluruh kegiatan atau aktivitas-aktivitas yang menyangkut tentang Penanganan Lawi-lawi (Caulerpa sp) sebelum ekspor di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP Takalar.

3.5 Konsep Operasional

Adapun konsep operasional dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis penanganan merupakan kegiatan dalam mengamati secara detail proses kegiatan penanganan lawi-lawi (Caulerpa sp) untuk menghindari terjadinya kesalahan selama proses penanganan yang meliputi proses

(36)

23

purifikasi, proses penyortiran dan proses pengemasan sebelum Lawi-lawi (Caulerpa sp) diekspor.

2. Lawi-lawi (Caulerpa sp) merupakan produk ekspor Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar jenis rumput laut yang memiliki bentuk menyerupai anggur sehingga disebut anggur laut (Sea Grape) yang dapat langsung dikonsumsi untuk dijadikan sayuran segar dan lalapan.

3. Purifikasi adalah proses pembersihan dan penanganan Lawi-lawi (Caulerpa sp) secara buatan untuk menyamakan sesuai dengan ekosistem alami.

Kegiatan purifikasi meliputi penyortiran, perendaman, pemupukan, dan pengukuran kualitas air.

4. Sortir merupakan kegiatan pembersihan lawi-lawi (Caukerpa sp) dari kotoran yang menempel pada lawi-lawi serta pemisahan berdasarkan mutu antara segar dan sudah layu, berdasarkan warna antara warna putih, hijau, merah tua, dan hijau pekat, dan berdasarkan jenis/spesies anatara jenis Bulaeng (Caulerpa Lentillifera), Bu’ne (Caulerpa Sertulariodes) dan Lipan (Caulerpa Racemosa).

5. Pengemasan merupakan kegiatan dalam mengemas Lawi-lawi (Caulerpa sp) ke dalam kotak sterofom dengan diisi tissu dan ditaruh pada permukaan dalam dan dinding sterofoam dengan isian 2,5 kg masing-masing kemasan.

Gambar

Gambar 2.1 Lawi-lawi Bulaeng (Caulerpa lentillifera)

Referensi

Dokumen terkait

sebagai suatu tindak pidana (tidak perlu sejenis dan tidak perlu berhubungan). Concursus realis diatur dalam Pasal 65-71 KUHP. Menurut ketentuan yang termuat dalam KUHP,

Pandangan Claessens ini sesuai dengan pendapat Hausman dan Arias (2000) yang mengatakan bahwa foreign direct investment adalah subsider bagi pengembangan pasar

Akulturasi adalah perubahan besar yang terjadi dalam kebudayaan sebagai akibat adanya kontak antar kebudayaan yang berlangsung lama.Hal ini terjadi apabila

2. Buktikan bahwa kesenian merupakan hasil peninggalan zaman prasejarah! 3. Jelaskan yang dimaksud food gathering dan food

observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena

 Walau outlook volume penjualan pada kuartal keempat 2020 yang cenderung lemah, Mimi meyakini kinerja INTP akan membaik pada tahun ini seiring periode terburuk sudah

Sehingga sesuai dengan indikator modal sosial yaitu organisasi nelayan, tingkat kepercayaan antar nelayan dan jaringan ikatan masyarakat, maka analisa pemberdayaan

Kajian ini bertujuan untuk mengenal pasti tahap aplikasi kemahiran insaniah dalam kurikulum program kejuruteraan bagi pelajar kejuruteraan awam, elektrik dan mekanikal di