• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP MAHASISWA FAKULTAS HUKUM PADA PERGURUAN TINGGI BERAFILIASI AGAMA TERHADAP PRAKTIK HUKUMAN MATI DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SIKAP MAHASISWA FAKULTAS HUKUM PADA PERGURUAN TINGGI BERAFILIASI AGAMA TERHADAP PRAKTIK HUKUMAN MATI DI INDONESIA"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

SIKAP MAHASISWA FAKULTAS

HUKUM PADA PERGURUAN

TINGGI BERAFILIASI AGAMA

TERHADAP PRAKTIK HUKUMAN

MATI DI INDONESIA

Juni Anton

Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran sikap mahasiswa fakultas hukum pada perguruan tinggi berafiliasi agama terhadap praktik hukuman mati. Praktik hukuman mati ditinjau dari enam kejahatan yang memiliki ancaman hukuman tersebut, yakni pembunuhan berencana, pencurian yang mengakibatkan kematian, pelayaran yang mengakibatkan kematian, pemerasan pengancaman yang mengakibatkan kematian, penerbangan yang mengakibatkan kematian, narkoba.

Pengukuran sikap dilakukan melalui kuesioner SoTCaP (Scale of Tolerance toward Capital Punishment) yang terdiri dari 36 item dan dihitung berdasarkan statistik deskriptif. Total responden yang berpartisipasi sebanyak 148 mahasiswa dengan dirincian 50 mahasiswa dari perguruan tinggi berafiliasi agama Islam, 50 mahasiswa dari perguruan tinggi berafiliasi agama Kristen Protestan, dan 48 mahasiswa dari perguruan tinggi berafiliasi agama Katolik.

(2)

Hasil penelitian menunjukkan persentase responden dari universitas berafiliasi agama Islam dan Kristen Protestan lebih banyak mendukung praktik hukuman mati pada keenam kejahatan yang memiliki ancaman hukuman tersebut. Responden dari universitas berafiliasi agama Katolik lebih banyak mendukung praktik hukuman mati pada kejahatan pelayaran yang menyebabkan kematian dan narkoba. Sedangkan sikap tidak mendukung ditujukan pada kejahatan pembunuhan berencana, pencurian yang mengakibatkan kematian, dan penerbangan yang mengakibatkan kematian. Pada kejahatan pemerasan dan pengancaman yang mengakibatkan kematian jumlah responden setara antara mendukung dan tidak mendukung.

Kata Kunci: Sikap, Mahasiswa Fakultas Hukum, Perguruan Tinggi Berafiliasi Agama, Hukuman Mati.

(3)

1. Pendahuluan

“An eye for an eye, and a tooth for a tooth”. Jika seseorang menghilangkan nyawa orang lain, maka sebagai gantinya nyawa pelaku pun harus dihilangkan. Asumsi retributif tersebut secara umum menjadi filosofi dalam praktik hukuman mati di seluruh dunia. Hukuman mati sudah dilakukan sejak zaman Babilonia pada masa kerajaan Hammurabi di abad ke-18 Sebelum Masehi. Pada zaman itu, terdapat dua puluh lima aturan yang menyerukan hukuman mati (Golston, 2009). Hukuman mati dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain hukuman pancung, sengatan listrik, hukuman gantung, suntik mati, hukuman tembak, dan rajam (Golston, 2009).

Praktik hukuman mati menimbulkan kontroversi di berbagai negara. Pihak yang mendukung pelaksanaan hukuman mati menunjukkan bahwa hukuman mati berhasil mencegah jumlah angka pembunuhan (Marzilli, 2008). Efek jera yang ditimbulkan hukuman mati, Marzilli menjelaskan, dilatari oleh kecenderungan naluriah manusia yang takut akan kematian. Dengan latar tersebut, resiko dijatuhkannya hukuman mati terhadap pelaku kejahatan tertentu akan menghambat orang-orang lain untuk melakukan kejahatan pula. Golston (2009) menjelaskan, para pendukung hukuman mati menganggap hukuman mati merupakan penegakan hukum yang adil bagi korban. Pada sisi lain, para penentang hukuman mati berpendapat bahwa hukuman mati melanggar hak dasar manusia untuk hidup serta

(4)

tidak efektif untuk menurunkan jumlah angka kejahatan (Hodgkinson & Schabas, 2004).

Berdasarkan data Amnesty International, hingga Desember 2010 terdapat 139 negara yang telah menghapus hukuman mati baik secara hukum maupun praktik. Hanya 58 negara yang masih melakukan praktik hukuman mati. Salah satu negara yang tercantum di data tersebut adalah Indonesia, yang melakukan eksekusi terakhir kali pada tahun 2008 (Imparsial, 2009).

Di Indonesia terdapat 13 undang-undang yang mencantumkan ancaman hukuman mati mulai dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) hingga undang-undang di luar KUHP (Eddyono & Wagiman, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa orang yang melanggar aturan yang sudah ditegakkan dalam 13 undang-undang tersebut berpeluang divonis mati.

Pelaksanaan hukum di Indonesia merujuk pada aturan dan perundangan-undangan yang telah ditetapkan. Walaupun demikian, bukan berarti agama tidak memiliki pengaruh dalam sistem peradilan Indonesia. Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 4 Ayat 1 tertulis bahwa peradilan dilakukan “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”. Artinya “kehadiran” Tuhan dalam suatu pengadilan merupakan hal yang mutlak.

Hal ini bertolak belakang dengan negara Amerika Serikat yang menganggap keputusan yang bersumber dari Ketuhanan sebagai faktor yang dikesampingkan (Bornstein dan Miller, 2010). Mereka menganggap keputusan yang dibuat dalam

(5)

pengadilan harus bersifat legal, sedangkan “kehadiran” Tuhan dalam persidangan dapat membuat keputusan hakim menjadi bias (Bornstein &Miller, 2010). Menurut Bornstein & Miller (2010), agama dapat membentuk sikap seseorang terhadap isu sosial maupun legal yang berujung pada keputusan yang dibuatnya.

Dalam sistem peradilan di Indonesia, penentuan vonis mati ditentukan oleh hakim. Dengan demikian, hidup dan matinya seorang terdakwa sepenuhnya berada di tangan seorang hakim. Hakim memiliki tanggungjawab yang sangat besar dalam proses persidangan. Mengingat tugas dan tanggungjawab seorang hakim yang sangat besar, latar belakang pendidikan hukum secara formal menjadi sebuah syarat mutlak bagi hakim. Udayar (2008) bahkan secara mendasar menyatakan pendidikan sebagai faktor yang sangat penting terhadap perilaku individu.

Menurut Reeves (2002), agama dan pendidikan merupakan bagian dari latar belakang hakim yang berpengaruh signifikan terhadap proses pembuatan keputusan. Keputusan hakim sering kali digambarkan sebagai keputusan berdasarkan fakta dan teladan hukum, namun temuan empiris menunjukkan bahwa faktor psikologis, sikap, dan latar belakang seseorang juga bermain peran dalam proses tersebut. (Bornstein & Miller, 2010).

Peran agama dan latar belakang pendidikan dalam pembentukan sikap, khususnya terkait dengan pengambilan keputusan yudisial, menjadi dasar bagi penulis untuk meneliti sikap orang-orang yang mempelajari ilmu hukum pada perguruan tinggi berafiliasi agama terkait dengan praktik hukuman mati di Indonesia.

(6)

Orang-orang yang mempelajari ilmu hukum yang dimaksud oleh penulis adalah mahasiswa fakultas hukum di Indonesia. Alasan penulis memilih mahasiswa fakultas hukum sebagai responden penelitian penulis antara lain adalah mahasiswa fakultas hukum merupakan orang yang tengah secara formal mempelajari ilmu hukum dan perundang-undangan di Indonesia. Mereka adalah pihak yang berhubungan langsung dan mempelajari teori dan aplikasi ilmu hukum di Indonesia, sehingga mereka diasumsikan lebih memahami teori dan praktek hukum di Indonesia dibandingkan dengan mahasiswa non-hukum. Selain itu, mahasiswa fakultas hukum merupakan masyarakat terdidik yang nantinya berpotensi menjalankan peran sebagai penentu kebijakan termasuk pengambil keputusan tertinggi di setiap sesi persidangan yaitu hakim. Ditambah lagi, berangkat dari fakta bahwa agama dapat memengaruhi sikap seseorang terhadap suatu objek, maka responden penelitian ini adalah mahasiswa fakultas hukum pada perguruan tinggi berafiliasi agama. Dapat diasumsikan bahwa perguruan tinggi yang berafiliasi agama memasukkan nilai-nilai keagamaan ke dalam kurikulum pendidikan, mereka termasuk kurikulum pendidikan hukum.

Untuk menilai sikap mendukung maupun tidak mendukung seseorang terhadap hukuman mati tidak cukup hanya ditinjau dari aspek hukumannya. Oleh karena itu, fokus penelitian penulis adalah sikap mahasiswa fakultas hukum pada perguruan tinggi yang berafiliasi agama terkait dengan praktik hukuman mati di Indonesia ditinjau dari jenis kejahatan yang memuat ancaman hukuman mati.

(7)

1.1. Identifikasi Masalah

Apa sikap mahasiswa fakultas hukum pada perguruan tinggi yang berafiliasi agama terkait dengan keberadaan praktik hukuman mati ditinjau dari jenis kejahatan yang memiliki ancaman hukuman mati?

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran sikap mendukung atau tidak mendukung mahasiswa fakultas hukum pada perguruan tinggi yang berafiliasi agama terkait dengan keberadaan praktik hukuman mati ditinjau dari jenis kejahatan yang memiliki ancaman hukuman tersebut.

1.3. Manfaat Penelitian

Penelitian memiliki manfaat sebagai berikut 1. Manfaat Keilmuan

a. Memperkaya penelitian yang berkaitan dengan praktik hukuman mati di Indonesia.

b. Memperkaya khazanah penelitian psikologi forensik di Indonesia.

c. Memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai praktik hukuman mati di Indonesia

(8)

d. Menjadi studi awal (preliminary study) untuk pengembangan penelitian lanjutan.

2. Manfaat Praktis

a. Menjadi bahan rujukan bagi aktivis hukum maupun keagamaan yang ingin mengkaji praktik hukuman mati di Indonesia.

b. Menjadi referensi bagi dosen atau praktisi yang menyampaikan materi yang berkaitan dengan hukuman mati.

c. Menjadi bahan referensi untuk revisi legislasi nasional.

2. Metode Penelitian

Haddock & Maio (2004), merumuskan sebuah teori pembentukan sikap yang dikenal dengan sebutan Multicomponent Model of Attitude. Teori tersebut menjelaskan bahwa prinsip dasar pembentukan sikap adalah penilaian global terhadap suatu stimulus objek yang berasal dari tiga sumber informasi yaitu affective information, cognitive information, dan behavioral information. Teori Multicomponent Model of Attitude digunakan penulis sebagai dasar pengukuran sikap.

Pada penelitian ini, sikap terhadap hukuman mati diukur berdasarkan instrumen penelitian yang dikonstruksi oleh penulis yakni Scale of Tolerance to Capital Punishment (SoTCaP). SoTCap yang berjumlah 36 pernyataan dirancang untuk mengukur sikap mendukung dan tidak mendukung terhadap hukuman mati

(9)

yang ditinjau dari enam jenis kejahatan yang ditetapkan oleh penulis yakni pembunuhan berencana, pencurian yang mengakibatkan kematian, kejahatan pelayaran yang mengakibatkan kematian, pemerasan dan pengancaman yang mengakibatkan kematian, kejahatan penerbangan yang mengakibatkan kematian, dan kejahatan narkoba. SoTCaP telah memenuhi uji validitas dengan taraf signifikansi koefisien korelasi 5% dan uji reliabilitas dengan koefisiens reliabilitas 0,80 (Anastasi dan Urbina, 2007).

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa fakultas hukum pada perguruan tinggi berafiliasi agama Islam, Katolik, dan Kristen Protestan di Indonesia1. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik nonprobability sampling khususnya purposive sampling. Artinya penetapan sampel dilakukan sesuai dengan kriteria dan tujuan peneliti (Given, 2008).

Sampel penelitian ini adalah mahasiswa fakultas hukum pada perguruan tinggi berafiliasi agama yang sudah mengambil mata kuliah yang berkaitan dengan kejahatan atau hukuman mati. Perguruan tinggi berafiliasi agama yang dipilih oleh penulis adalah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Kristen Indonesia, dan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dengan jumlah responden 50 orang per perguruan tinggi (total 150 responden).

       1

Hingga penelitian ini dilakukan belum ada perguruan tinggi berafiliasi agama Buddha, Hindu, maupun Kong Hu Chu yang memiliki fakultas hukum di Indonesia.

(10)

2.1. Desain Penelitian

Menurut Kumar (dalam Seniati, Yulianto, dan Setiadi, 2009), penelitian dapat dikelompokan berdasarkan tiga perspektif yaitu aplikasi penelitian, tujuan peneliti, dan tipe informasi. Berdasarkan perspektif aplikasi penelitian, penelitian ini merupakan penelitian murni yang berfokus mengetahui gambaran sikap mahasiswa fakultas hukum pada perguruan tinggi berafiliasi agama terhadap praktik hukuman mati. Berdasarkan perspektif tujuan, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu studi untuk menemukan fakta yang dilanjutkan dengan intepretasi yang tepat. Berdasarkan perspektif tipe informasi, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif khususnya survey research.

Definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah

A. Sikap adalah kecenderungan psikologis sebagai evaluasi terhadap objek tertentu berupa mendukung atau tidak mendukung. Makna mendukung direpresentasikan dengan kata “setuju” dan tidak mendukung direpresentasikan dengan kata “tidak setuju”. Yang dimaksud dengan objek adalah praktik hukuman mati yang ditinjau dari enam kejahatan yaitu pembunuhan berencana, pencurian yang mengakibatkan kematian, kejahatan pelayaran yang mengakibatkan kematian, pemerasan dan pengancaman yang mengakibatkan kematian, kejahatan penerbangan yang mengakibatkan kematian, dan kejahatan narkoba.

(11)

B. Mahasiswa fakultas hukum adalah mahasiswa aktif fakultas hukum pada perguruan tinggi berafiliasi agama Islam, Katolik, dan Kristen Protestan yang sudah mengambil mata kuliah yang berkaitan dengan kejahatan atau hukuman mati. Yang dimaksud dengan perguruan tinggi berafiliasi agama adalah perguruan tinggi yang secara eksplisit mencantumkan agama pada nama lembaganya. Dalam penelitian ini, perguruan tinggi yang dimaksud adalah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Kristen Indonesia, dan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

C. Hukuman mati adalah langkah yang diambil berdasarkan keputusan pengadilan berupa penghilangan nyawa seseorang yang terbukti melakukan tindak kejahatan.

D. Kejahatan yang memiliki ancaman hukuman mati:

Definisi berikut ini merupakan hasil parafrase undang-undang yang mencantumkan ancaman hukuman mati dan sudah dievaluasi oleh ahli hukum2: 1. Pembunuhan berencana adalah aksi seseorang yang dengan sengaja dan

berencana menghilangkan nyawa orang lain.

2. Pencurian yang mengakibatkan kematian adalah aksi dua orang atau lebih yang bersekutu melakukan pencurian disertai dengan kekerasan yang mengakibatkan kematian korban.

       2

Definisi kejahatan berikut sudah dievaluasi oleh dua orang ahli hukum yaitu Besar,S.H.,M.H (dosen Universitas Bina Nusantara) dan K. Lumban Gaol,S.H.,M.H (hakim Pengadilan Negeri Pekanbaru) pada November 2011.

(12)

3. Kejahatan pelayaran yang mengakibatkan Kematian adalah aksi satu atau lebih orang yang menggunakan kapal atau tidak, melakukan perbuatan kekerasan terhadap kapal lain, orang atau barang yang ada di atas kapal sehingga mengakibatkan kematian orang di kapal atau orang yang diserang itu.

4. Pemerasan dan pengancaman yang mengakibatkan kematian adalah aksi dua orang atau lebih yang bersekutu memaksa orang lain dengan kekerasan atau ancaman kekerasan guna mendapatkan sesuatu dari orang tersebut atau orang lain, atau guna membuat utang atau menghapus piutang yang mengakibatkan kematian orang tersebut.

5. Kejahatan penerbangan yang mengakibatkan kematian adalah aksi satu orang atau lebih melakukan tindak kejahatan terhadap sarana dan prasarana penerbangan yang didasari oleh mufakat dan perencanaan sehingga mengakibatkan kematian orang lain.

6. Kejahatan narkoba adalah aksi seseorang atau lebih yang secara terorganisasi menyalahgunakan narkoba dengan memproduksi, mengolah, mengekstraksi, merakit, mengkonversi, mengedarkan, atau menyediakan.

2.2. Pengambilan Data

Penelitian ini dilakukan pada tiga lokasi yakni kampus Fakultas Syariah dan Hukum pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, kampus

(13)

Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia, dan kampus Fakultas Hukum Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

Penelitian ini dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut: 1. Persiapan.

a. Menyusun rencana penelitian

b. Menetapkan responden penelitian dan aspek yang diukur.

c. Merancang instrumen penelitian berupa kuesioner sikap terhadap praktik hukuman mati ditinjau dari 6 kejahatan yang memiliki ancaman hukuman tersebut.

d. Melakukan expert judgement terhadap instrumen pengukuran dan merevisi item.

e. Melakukan pilot study guna menguji validitas dan reliabilitas instrument pengukuran sikap dan merevisi item.

f. Mengurus perizinan penelitian di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Kristen Indonesia, dan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

2. Pengumpulan data.

Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner sikap kepada 150 responden pada masing-masing perguruan tinggi.

3. Pengolahan data.

Pengolahan data dilakukan dengan dua cara yaitu teknik analisis statistik dekriptif untuk mendapatkan gambaran sikap responden.

(14)

4. Penyajian hasil penelitian.

5. Penulisan simpulan, diskusi dan saran penelitian.

2.3. Hasil Penelitian

Dari 150 kuesioner yang disebar, terdapat 148 kuesioner yang terisi sempurna, dengan rincian sebagai berikut:

a. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN): 50 kuesioner.

b. Universitas Kristen Indonesia (UKI): 50 kuesioner.

c. Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (UNIKA): 48 kuesioner.

Data tentang sikap mahasiswa fakultas hukum pada perguruan tinggi berafiliasi agama terhadap praktik hukuman mati disajikan dalam bentuk tabel yang diikuti dengan elaborasi.

A. Pembunuhan Berencana

Responden Total

Pembunuhan Berencana

Setuju Tidak Setuju

Jumlah % Jumlah %

UIN 50 36 72% 14 28%

UKI 50 32 64% 18 36%

UNIKA 48 22 45.8% 26 54.2%

Total Responden 148 Sumber: Hasil penelitian

(15)

Dari 50 responden Universitas Islam Syarif Hidayatullah Negeri Jakarta terdapat 36 (72%) responden yang mendukung pelaksanaan hukuman mati pada pelaku kejahatan pembunuhan berencana. Hanya 14 (28%) responden yang tidak mendukung pelaksanaan hukuman mati pada pelaku pembunuhan berencana.

Pada Universitas Kristen Indonesia, dari 50 responden yang berpartisipasi, 32 (64%) responden mendukung pelaksanaan hukuman mati pada pelaku kejahatan pembunuhan berencana dan 18 (36%) tidak mendukung.

Berbeda dengan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Kristen Indonesia, 26 (54.2%) responden Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya tidak mendukung hukuman mati bagi pelaku pembunuhan berencana dan hanya 22(45.8%) yang mendukung pemberlakuan hukuman ini.

B. Pencurian yang Mengakibatkan Kematian

Responden Total

Pencurian yang Mengakibatkan Kematian

Setuju Tidak Setuju

Jumlah % Jumlah %

UIN 50 37 74% 13 26%

UKI 50 31 62% 19 38%

UNIKA 48 22 45.8% 26 54.2%

Total Responden 148 Sumber: Hasil penelitian

Dari 50 responden Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang menjadi responden penelitian terdapat 37 (74%) responden mendukung

(16)

praktik hukuman mati bagi pelaku pencurian yang mengakibatkan kematian dan hanya 13 (26%) responden yang tidak mendukung hal tersebut. 31 (62%) dari 50 responden Universitas Kristen Indonesia (UKI) mendukung praktik hukuman mati bagi pelaku kejahatan ini. Hanya sebanyak 19 (38%) responden yang tidak mendukung.

Pada Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (UNIKA), hanya 22 (45.8%) dari 48 responden mendukung. Di sisi lain, mayoritas responden tidak mendukung pemberlakuan hukuman mati bagi pelaku kejahatan ini yakni 26 (54.2%) responden.

C. Kejahatan Pelayaran yang Mengakibatkan Kematian

Responden Total

Kejahatan Pelayaran yang Mengakibatkan Kematian

Setuju Tidak Setuju

Jumlah % Jumlah %

UIN 50 40 80% 10 20%

UKI 50 33 66% 17 34%

UNIKA 48 26 54.2% 22 45.8%

Total Responden 148 Sumber: Hasil penelitian

Pada kejahatan ini, mayoritas responden dari ketiga Universitas berafiliasi agama menunjukkan sikap mendukung. Hal ini tergambar data pada 50 responden Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebanyak 40 (80%) responden yang mendukung dan hanya 10 (20%) yang tidak mendukung. Pada Universitas Kristen Indonesia terdapat 33 (66%) dari 50 responden yang

(17)

mendukung praktik hukuman mati pada pelaku kejahatan ini dan 17 (34%) responden tidak mendukung. Selanjutnya, dari 48 responden Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya terdapat 26 (54.2%) responden yang mendukung dan 22 (45.8%) responden yang tidak mendukung praktik hukuman mati pada kejahatan ini.

D. Pemerasan dan Pengancaman yang Mengakibatkan Kematian

Responden Total

Pemerasan & Pengancaman yang Mengakibatkan Kematian

Setuju Tidak Setuju

Jumlah % Jumlah %

UIN 50 33 66% 17 34%

UKI 50 26 52% 24 48%

UNIKA 48 24 50% 24 50%

Total Responden 148 Sumber: Hasil penelitian

Dari 50 responden Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebanyak 33 (66%) responden mendukung diberlakukannya praktik hukuman mati pada kejahatan ini dan 17 (34%) responden menunjukkan sikap tidak mendukung.

Pada Universitas Kristen Indonesia, 26 (52%) dari 50 responden yang berpartisipasi menunjukkan sikap mendukung dan 24 (48%) memiliki sikap tidak mendukung praktik hukuman mati pada kejahatan ini.

Pada kejahatan ini, mayoritas responden dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Kristen Indonesia mendukung pemberlakuan hukuman mati. Hal ini berbeda dengan responden pada Universitas Katolik

(18)

Indonesia Atma Jaya yang mana dari 48 responden, jumlah responden mendukung dan tidak mendukung yang berimbang. Ada 24 (50%) responden yang mendukung dan tidak mendukung praktik hukuman mati pada kejahatan ini.

E. Kejahatan Penerbangan yang Mengakibatkan Kematian

Responden Total

Kejahatan Penerbangan yang Mengakibatkan Kematian

Setuju Tidak Setuju

Jumlah % Jumlah %

UIN 50 28 56% 22 44

UKI 50 28 56% 22 44

UNIKA 48 20 41.7% 28 58.3%

Total Responden 148 Sumber: Hasil penelitian

Pada kejahatan ini, 28 (56%) dari 50 responden Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki sikap mendukung dan 22 (44%) memiliki sikap tidak mendukung. Tren yang sama juga terjadi pada Universitas Kristen Indonesia yakni 28 (56%) dari 50 responden memiliki sikap mendukung dan 22 (44%) memiliki sikap tidak mendukung.

Pada Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 20 (41.7%) dari 48 responden mendukung praktik hukuman mati bagi pelaku kejahatan penerbangan yang mengakibatkan kematian.dan hanya 28 (58.3%) responden yang tidak mendukung.

(19)

F. Kejahatan Narkoba

Responden Total

Kejahatan Narkoba

Setuju Tidak Setuju

Jumlah % Jumlah %

UIN 50 39 78% 11 22%

UKI 50 34 68% 16 32%

UNIKA 48 27 56.3% 21 43.8%

Total Responden 148

Sumber: Hasil penelitian

Mayoritas responden dari ketiga universitas berafiliasi agama mendukung pemberlakuan hukuman mati bagi pelaku kejahatan narkoba. 39 (78%) dari 50 responden Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta memilih mendukung dan hanya 11 (22%) yang tidak mendukung. 34 (68%) dari 50 responden Universitas Kristen Indonesia menunjukkan sikap mendukung dan hanya 16 (32%) responden yang menunjukkan sikap tidak mendukung. Selanjutnya, pada Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya sebanyak 27 (56.3%) dari 48 responden mendukung pemberlakuan hukuman mati pada kejahatan ini dan 21 (43.8%) responden tidak mendukung.

2.4. Pembahasan

Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa persentase sikap mendukung praktik hukuman mati pada keenam kejahatan tertinggi pada responden perguruan tinggi berafiliasi agama Islam. Secara spekulatif, hal ini dapat terjadi karena pada

(20)

perguruan tinggi berafiliasi agama Islam, mahasiswa mendapatkan pendidikan agama yang lebih banyak ketimbang responden dari perguruan tinggi lain. Sehingga, sikap responden sejalan dengan ajaran Islam yang tercantum dalam Al-Qur’an, Hadis, dan Hukum Islam menghendaki pemberlakuan hukuman mati.

Sikap responden dari perguruan tinggi berafiliasi agama Islam dan Kristen Protestan mayoritas sejalan dengan ajarannya masing-masing3 yang memperkenankan pemberlakuan hukuman mati. Secara kontras, temuan yang berbeda justru terdapat pada responden perguruan tinggi berafiliasi agama Katolik. Hal ini menjadi indikasi bahwa perlu adanya kajian yang mendalam tentang hubungan pendidikan dengan sikap mahasiswa.

Pemberlakuan hukuman mati memang tertera pada kitab suci dan peraturan perundang-undangan. Namun, sikap mendukung atau tidak mendukung yang beragam pada responden menjadi indikasi bahwa hukuman mati sesungguhnya tidak berlandas pada aturan normatif tetapi merupakan manifestasi dari sebuah konstruktivisme sosial. Konstruktivisme sosial berarti bahwa hukuman mati bukanlah harga mati, melainkan respon yang bertitik tolak dari cerapan masing-masing individu yang bisa saja bertolak belakang dengan aturan sakral sekalipun.

Relasi antara agama dan hukuman mati pada kenyataannya tidak bisa digeneralisasi secara sederhana, dalam penelitian ini, misalnya Islam diposisikan sebagai agama yang tidak terpilah ke dalam kelompok heterogen. Masyarakat muslim memang menjadikan Al-Qur’an dan Hadis sebagai rujukan utama mereka       

(21)

dalam urusan ibadah dan dalam urusan muamalah (relasi antar manusia). Kendati demikian, secara faktual di dalam komunitas muslim sendiri terdapat kelompok-kelompok dengan tafsiran yang khas satu sama lain atas kedua pranata tersebut. Berangkat dari hal tersebut, rekomendasi Bornstein dan Miller (2009) menjadi masuk akal. Mereka menyatakan bahwa kajian tentang agama dan hukum menuntut peneliti untuk lebih fokus pada kelompok-kelompok tafsiran (denominasi) yang ada ketimbang mengeneralisasi agama sebagai entitas tunggal.

3. Kesimpulan

Sikap mahasiswa dari ketiga universitas berafiliasi agama menunjukkan persentase sikap responden yang beragam. Responden dari perguruan tinggi berafiliasi agama Islam dan Kristen Protestan lebih banyak yang mendukung praktik hukuman mati pada enam kejahatan yang memiliki ancaman tersebut yakni pembunuhan berencana, kejahatan pencurian yang mengakibatkan kematian, kejahatan pelayaran yang mengakibatkan kematian, pemerasan dan pengancaman yang mengakibatkan kematian, kejahatan penerbangan yang mengakibatkan kematian, dan kejahatan narkoba.

Berbeda dengan dua perguruan tinggi sebelumnya, responden dari perguruan tinggi berafiliasi agama Katolik memiliki sikap yang variatif terhadap praktik hukuman mati yang ditinjau enam kejahatan yang memiliki ancaman hukuman tersebut. Mayoritas responden mendukung praktek hukuman mati pada kejahatan

(22)

pelayaran yang menyebabkan kematian dan narkoba. Sedangkan sikap tidak mendukung banyak terdapat pada kejahatan pembunuhan berencana, pencurian yang mengakibatkan kematian, dan penerbangan yang mengakibatkan kematian. Selain itu, responden yang mendukung dan tidak mendukung praktik hukuman mati pada kejahatan pemerasan dan pengancaman yang mengakibatkan kematian memiliki jumlah yang sama.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Albarracin, D., Johson, B. T., & Zanna, M. P. (Eds). (2005). The Handbook of Attitudes. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Ajzen, I. (1991). The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decition Processess, 50,179-211.

Amnesty International. (2011). Death Sentences And Executions 2010. London: Amnesty International Ltd.

Arbuthnott, K. D. (2009). Education for sustainable development beyond attitude change. International Journal of Sustainability in Higher Education, 10(2), 152-163. doi:10.1108/14676370910945954

Anastasi, A., & Urbina, S. (2007). Tes Psikologi (7th Ed). (Imam, R. H. S, Trans) Jakarta: PT Indeks. (Original work published 1997).

Badan Kerja Kontras. (2007). Praktek Hukum Mati di Indonesia. Retrieved from:

http://www.kontras.org/hmati/data/Working%20Paper_Hukuman_Mati_di_In donesia.pdf

Bornstein, B. H., & Miller, M. K (2010). Does a Judge’s Religion Influence Decision Making?. Court Review, 45, 112-115.

Bornstein, B. H., & Miller, M. K. (2009). God in The Courtroom Religion’s Role at Trial. New York: Oxford University Press.

Departemen Agama Republik Indonesia. (2002). AL Qur’an dan Terjemahannya. Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang

Eddyono, S.W., & Wagiman, W. (2008). Catatan Atas Penggunaan Pidana Mati di Indonesia. Retrieved, from: www.legalitas.org.

Fabrigar, L. R., MacDonald, T. K., & Wegener, D. T. (2005). The Structure of Attitudes. Dalam D. Albarracin, B. T. Johnson, & M. P. Zanna. The Handbook of Attitudes (hal. 79-124). New Jerse: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Gerhardt, M. J. (2003). Attitudes about attitudes. Michigan Law Review, 101(6), 1733-1763. Retrieved from

(24)

Given, L. M. (Ed). (2008). The SAGE Encyclopedia of Qualitative Research Methods Volume 1 & 2. California: SAGE Publication, Inc.

Golston, S. (2009). Death Penalty. Farmington Hills, MI: Gale Cengage Learning. Haddock, G., & Maio, G. R. (Eds). (2004). Contemporary Perspectives on the

Psychology of Attitudes. New York, NY: Psychology Press.

Hanurawan, F. (2010). Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Heru. (2007, December 17). Pakar: Hukum Mati di Indonesia Masih Revelan. Antaranews.com. Retrieved from:

http://www.antaranews.com/view/?i=1197825088&c=NAS&s.

Hertanto. (2010, February 25). Menggugat Hukuman Mati di Indonesia. Retrieved from: www.kompas.com.

Husein, S. (2003). Pidana Mati menurut Hukum Pidana Indonesia. USU digital library database.

Imparsial. (2004). Jalan Panjang Menghapus Praktik Hukuman Mati di Indonesia. Retrieved from: Imparsial The Human Rights Monitor database.

Imparsial. (2009). Policy Paper Imparsial tentang Relevansi Hukuman Mati di Indonesia. Retrieved from: Imparsial The Human Rights Monitor database.

Junkin, M. F. (2001). Relationship of religious involvement, commitment, and motivation to identity development in late adolescence. Trinity Evangelical Divinity School). ProQuest Dissertations and Theses, , 197 p. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/251116246?accountid=14723

Jutanago. (Ed). (1993). Dhammapada: Kitab Suci Agama Buddha Sutta Pitaka, Khuddaka Nikaya Dhammapada Gatha. Jakarta: Yayasan Dhammadipa Arama.

Kant, I. (1999). Metaphysical Element of Justice (2nd Ed). (Ladd, J., Trans). Indianapolis: Hackett Publishing Company

Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia. (2009). Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 04 Tahun 2009 Tentang Pedoman

Penyelenggaran Seleksi Calon Hakim Ad Hoc Pada Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung. Retrieved from:

(25)

http://legislasi.mahkamahagung.go.id/docs/Peraturan%20MA/2010-02-24_PERMA040001.pdf.

KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

Lee, Y. O. (2010). Religious transformations: Lessons from american

adolescents. The University of North Carolina at Chapel Hill). ProQuest Dissertations and Theses, Retrieved from

http://search.proquest.com/docview/734397439?accountid=14723

Leiter, B. (2010). Legal formalism and legal realism: What is the issue? Legal Theory, 16(2), 111-133. doi:10.1017/S1352325210000121

Lembaga Alkitab Indonesia. (2010). Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia. Majalah Gumi Bali Sarad. (2008). Psikopat di Pulau Surga. Retrieved from:

http://saradbali.com/edisi103/peristiwa.htm

Marzilli, A. (2008). Capital Punishment, (2nd ed). New York: Infobase Publishing. McKelvie, S. J. (2006). Attitude Toward Capital Punishment is Related to Capital and

Non-Capital Sentencing. North American Journal of Psychology, ABI/INFORM Global, 567.

Miller, M. K., Singer, J. A., & Jehle, A. (2008). Identification of Circumstance Under Which Religion Affect Each Stages of The Trial Process. Applied Psychology in Criminal Justice, 4 (1).

Morgan, T. C., King, R.A., Weisz, J. R., & Schopler, J. (1986). Introduction to Psychology (7th ed). McGrawHill: Singapore.

Morris, C. G., & Maisto, A. A. (2002). Psychology an Introduction (11th ed). New Jersey: Pearson Education, Inc.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurgiyantoro, B., Gunawan., & Marzuki. (2004). Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Opini Publik. (2006, November 13). Media Indonesia Online. Retrieved June 2, 2011, from: www.media-indonesia.com

Oskamp, S., & Schultz, P. W. (2005). Attitude And Opinions (3rd ed). New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

(26)

Presiden Republik Indonesia. (1964). Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor: 2 Tahun 1964 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati yang Dijatuhkan oleh Pengadilan di Lingkungan Peradilan Umum dan Militer. Retrieved from: http://icjrid.files.wordpress.com/2009/02/penpres-no2-th- 1964-tentang-pelaksnaan-hukuman-mati-yang-dijatuhkan-oleh-pengadilan-dilingkungan-peradilan-umum-dan-militer1.pdf.

Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Retrieved from: www.polri.go.id

Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika. Retrieved from: www.bnn.go.id

Presiden Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasa Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang. Retrieved from:

http://www.kontras.org/uu_ri_ham/UU%20Nomor%2015%20Tahun%202003 %20tentang%20Anti%20Terorisme.pdf

Presiden Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Retrieved from:

www.setneg.go.id

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Retrieved from: www.bnn.go.id

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 49 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum. Retrieved from: http://www.pt-bandung.go.id/uploads/file/SURAT-2010/UU_No_49_2009.pdf.

Prislin, R., & Crano, W. D. (Eds). (2008). Attitude and Attitude Change. New York, NY: Taylor & Francis Group, LLC.

Pusat Data dan Analisa Tempo. (2010). Panduan Memilih Perguruan Tertinggi 2010. Jakarta: Pusat Data dan Analisa Tempo.

Rachman, A. N. (2008). Tinjauan Agama Islam atas Hukuman Mati. Retrieved from

http://pembaharuan-hukum.blogspot.com/2008/12/tinjauan-agama-islam-atas-hukuman-mati.html

Reeves, S. K. (2002). Decision-Making at The Court of Appeals Level Involving Religious Liberty Cases. Thesis.

(27)

Sabda Space Komunitas Blogger Kristen. (2009, July 3). Pelaksanaan Hukuman Mati di Indonesia Sebagai Negara Hukum. Retrieved from:

http://www.sabdaspace.org/pelaksanaan_hukuman_mati_di_indonesia_sebaga i_negara_hukum

Sanbonmatsu, D. M., & Fazio, R. H. (1990). The Role of Attitudes in Memory Based Decision Making. Journal of Personality & Social Psychology, Vol.59, No. 4, 614-622.

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sarwono, S.W., & Meinarno, E.A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Saunders, W. P. (2001). Hukuman Mati dan Ajaran Gereja. Retrieved from:

http://yesaya.indocell.net/id935.htm

Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B. N. (2009). Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT Indeks.

Shaughnessy, J. J., Zechmeister, E. B., & Zechmeister, J. S. (2006). Research Method in Psychology. New York (NY): The McGraw-Hill Companies, Inc.

Shinaga, S. (2006, September 28). Hukuman Mati Mutlak Diteruskan. Retrieved from: www.detiknews.com

Sugiaman. (2009, May 2). Hukuman Mati [Msg 6]. Message posted to

http://pakin.proboards.com/index.cgi?board=031&action=display&thread=21 8

Supandji, H. (2008). Eksistensi Pidana Mati dalam Proses Penegakan Hukum di Indonesia. Jurnal Kajian Wilayah Eropa, Vol IV, 2, 5-26.

Udayar , S. D. (2008). The Influence of Character Education on Student Behavior and Student Academic Achievement in Texas Character Plus Middla Schools. Retrieved from ProQuest Digital Dissertations. AAT 3308914.

Weiner, I. B., Millon, T., & Lerner, M. J. (Eds). (2003). Handbook of Psychology Volume 5 Personality and Social Psychology. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

(28)

ATTITUDE OF LAW STUDENT OF

RELIGION-AFFILIATED

UNIVERSITIES TOWARDS THE

PRACTICES OF CAPITAL

PUNISHMENT

Juni Anton

Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia

Abstract

This study aims to get an overview of student attitude of law student of religion-affiliated universities towards the practices of capital punishment. The capital punishment reviewed from six crimes that have capital punishment, there are murdering, theft resulting in death, the voyage crime that resulting in death, extortion and threats that resulting in death, flight crime that resulting in death, and drugs crime.

The measurement of attitude was conducted through Scale of Tolerance toward Capital Punishment (SoTCaP) that consist of 36 items and calculated based on descriptive statistics. Total Respondentsts who participated in this study was 148 students with details of 50 students from the Islam affiliated university, 50 students from Protestant affiliated university, and 48 students from Catholic affiliated university.

(29)

The results showed the percentage of respondents from the Islam affiliated university and Protestant affiliated university show more favorable attitude toward the practice of capital punishment on that six crimes. Respondents from the Catholic affiliated university show more favorable attitude toward the practice of capital punishment on the voyage crime that resulting in death crime and drugs crime. While unfavorable attitude shows on murder, theft that resulting in death, and flight crime that resulting in death. In extortion and threats that resulting in death crime, the number of respondents are equivalent between favorable and unfavorable.

Key Words: Attitude, Law Student, Religion-Affiliated Universities, Capital Punishment, Death Penalty

(30)

1. Introduction

“An eye for an eye, and a tooth for a tooth”. If someone killing another person, then the offender must be killed. That retributive assumption was the philosophy of capital punishment practices around the world. The death penalty has been carried out since the days of Babylon in the time of Hammurabi in 18th B.C. The practice of capital punishment generate controversy in various countries. People that support the execution of a death sentence shows that the capital punishment had managed to prevent numbers of murder (Marzilli, 2008). On the other hand, the opponents of the capital punishment argue that capital punishment violated the fundamental rights of human to live and not effective for lowering the crime rates (Hodgkinson & Schabas, 2004). According to Amnesty International, until December 2010 there were 139 countries that have abolished death penalty in law or practice. Only 58 countries which still practice death penalty. One of them is Indonesia, which did the last execution in 2008 (Imparsial, 2009).

In Indonesia, there are 13 regulation that put the treat of death penalty from Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) until the regulation outside KUHP (Eddyono & Wagiman, 2008). This shows that people who break the rules that had been established in 13 of these regulations may be sentenced to death.

The implementation of laws in Indonesia refers to the regulations and laws. However, it doesn’t mean that religion has no influence in Indonesia’s judicial system. In Law No. 4 Year 2004 regarding the Power of Justice Article 4,

(31)

Paragraph 1 written that justice is done “FOR THE SAKE OF JUSTICE UNDER GOD ALMIGHTY” It means “presence” of God in the courtroom is an absolute must.

This contrast with United States who consider decision arising from the God is an extralegal factor (Bornstein dan Miller, 2010). They consider the decisions made in court should be legal, however the “presence” of God in the courtroom can make decisions of judges be biased (Bornstein &Miller, 2010). According to Bornstein & Miller (2010), religion can shape one’s attitude towards social and legal issues that led to the decision making.

In the judicial system of Indonesia, the determination of a death sentence was done by the Judge. Thus, life and death of a defendant is fully in the hands of a judge. The judge has an enormous responsibility in the trial process. Given the duties and responsibilities of a judge, the formal law educational background became an absolute prerequisite for the judges. Udayar (2008) said that education is a very important factor in forming the human behavior.

According to Reeves (2002), religion and education are the background of the judges that have significant effect on the decision making. Judge’s decision is often described as a decision based on the facts and the law, but empirical finding suggest that psychological factors, attitudes, and the background of a person also plays a role in the process (Bornstein & Miller, 2010).

The role of religion and educational background in the formation of attitudes, especially related to judicial decisions making became the basis for

(32)

author to examine attitude of people who study law at religion-affiliated university toward the practice of capital punishment in Indonesia. People who study law in this study referred to law student of religion affiliated university.

To assess the attitude of favorable or unfavorable toward the capital punishment is not enough just to be reviewed from the aspect of the sentence. Therefore, the focus of this study is attitude of law student of religion-affiliated university toward capital punishment in Indonesia reviewed from crimes that include the treat of capital punishment.

1.1. Identification of Problem

What are the attitude of law student of religion-affiliated universities toward the practice of capital punishment which reviewed from crimes that include the treat of capital punishment?

1.2. Research Objective

The purpose of this study is to get an overviewed of law student’s of religion affiliated universities favorable or unfavorable attitude toward the practice of capital punishment which reviewed from the crime that include the treat of capital punishment.

(33)

1.3. Research Advantage

The advantages of this research are: 1. Scholarly Advantages

a. Enrich the research related to the practice of capital punishment in Indonesia.

b. Enrich the research of forensic psychology in Indonesia.

c. Provide an understanding about the practice of capital punishment in Indonesia for the public.

d. Become a preliminary study for further research. 2. Practical Advantages

a. Become the reference for the legal and religious activist who want to examine the practice of capital punishment in Indonesia.

b. Become the reference for lecturer or practitioner who deliver material relating to the capital punishment.

c. Become reference for the revision of national legalization.

2. Research Method

Haddock & Maio (2004), formulate a theory of attitude formation known as Multicomponent Model of Attitude. This model explain the fundamental principle of attitude formation is a global assessment of a stimulus object derived from three sources of information, there are affective information, cognitive information, and

(34)

behavioral information. The Multicomponent Model of Attitude were used by author as basis of attitude measurement.

In this study, attitude toward capital punishment is measured based on the research instrument constructed by the author namely Scale of Tolerance to Capital Punishment (SoTCaP). SoTCap consist of 36 statements designed to measure favorable and unfavorable attitude toward capital punishment which reviewed from six crimes set by author, there are murdering, theft resulting in death, the voyage crime that resulting in death, extortion and threats that resulting in death, flight crime that resulting in death, and drugs crime.

SoTCaP has fulfilled the standards of validity with the correlation coefficient significance level 5% and standards of reliability coefficient 0,80 (Anastasi dan Urbina, 2007).

The population of this study are law students of Islam affiliated universities, Catholic affiliated universities, and Protestant affiliated universities in Indonesia1. The sampling method in this study is non probability sampling, especially purposive sampling. The determination of sample is based on the criteria and purpose of researcher (Given, 2008). Sample of this research are law students of religion affiliated universities that have studied about crime and death penalty.

The religion affiliated universities choosen by auther were Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Kristen Indonesia, and Universitas       

1

 Until this study is done, there are no Buddhism affiliated universities, Hinduism affiliated  universities, and Kong Hu Chu affiliated universities that has a faculty of law in Indonesia. 

(35)

Katolik Indonesia Atma Jaya by the number of respondents 50 people per university (a total of 150 respondents)

2.1. Research Design

According to Kumar (in Seniati, Yulianto, and Setiadi, 2009), research can be grouped under three perspective namely application of the research, researcher objectives, and the type of information. Based on the application of the research, this research is purely research that focus on the overview of law students’ attitude toward capital punishment. Based on the researcher objectives, this research is descriptive research that aimed to find the facts, followed by appropriate interpretation. Based on the type of information, this research is quantitative research particularly survey research.

2.2. Data Acquisition

This research is conducted in three location namely Faculty of Syariah and Law at Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta campus, Faculty of Law at Universitas Kristen Indonesia campus, and Faculty of Law at Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya campus.

This research is carried out with the following procedures: 1. Preparation.

(36)

b. Specify the research respondent and the measured aspect. c. Construct research instrument.

d. Doing expert judgment for the research instrument and revise the items. e. Doing pilot study for validity and reliability test of research instrument. f. Licensing the research at Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, Universitas Kristen Indonesia, and Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

2. Data Acquisition.

Data acquisition was conducted by giving attitude questionnaire to 150 respondents from each university.

3. Data Tabulation.

The data was tabulated by descriptive statistics. 4. Presentation of research results.

5. Writing conclusion, discussion, and suggestion.

2.3. Research Result

150 questionnaires were distributed, but only 148 questionnaires were filled perfectly with the following details.

a. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN): 50 questionnaires.

(37)

c. Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (UNIKA): 48 questionnaires. The results of respondents’ attitude toward capital punishment were presented in the table, followed by elaboration.

A. Murdering Respondent Total Murdering Favorable Unfavorable Amount % Amount % UIN 50 36 72% 14 28% UKI 50 32 64% 18 36% UNIKA 48 22 45.8% 26 54.2% Total Respondentsts 148 Source: Research result

From 50 respondents of Universitas Islam Syarif Hidayatullah Negeri Jakarta there are 36 (72%) respondents favorable to the practice of capital punishment for murderer. Only 14 (28%) respondents were unfavorable to the practice of capital punishment for murderer.

In Universitas Kristen Indonesia, from 50 respondents, 32 (64%) respondents were favorable capital punishment for murderer and 18 (36%) were unfavorable.

In contrast to Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullahh Jakarta and Universitas Kristen Indonesia, 26 (54.2%) respondents of Universitas Katolik

(38)

Indonesia Atma Jaya were unfavorable the practice of capital punishment for murderer and only 22 (45.8%) were favorable to this punishment.

B. Theft Resulting in Death

Respondent Total

Theft Resulting in Death

Favorable Unfavorable Amount % Amount % UIN 50 37 74% 13 26% UKI 50 31 62% 19 38% UNIKA 48 22 45.8% 26 54.2% Total Respondents 148 Source: Research result

From 50 respondents of Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta that conducting the research, there are 37 (74%) respondents were favorable to the practice of capital punishment for the offender of theft resulting in death and only 13 (26%) respondents were unfavorable. 31 (62%) of 50 respondents of Universitas Kristen Indonesia were favorable to the practice of capital punishment for this criminal offender. Only 19 (38%) of respondents were unfavorable.

In Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, only 22 (45.8%) from 48 respondents were favorable. On the other hand, majority of the respondents were unfavorable to the practice of capital punishment for this criminal offender, namely 26 (54.2%).

(39)

C. The Voyage Crime that Resulting in Death

Respondent Total

The Voyage Crime that Resulting in Death Favorable Unfavorable Amount % Amount % UIN 50 40 80% 10 20% UKI 50 33 66% 17 34% UNIKA 48 26 54.2% 22 45.8% Total Respondents 148 Source: Research result

In this crime, majority of the respondents from the three religion affiliated universities show favorable attitude. This can be viewed by 50 respondents of Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, amount of 40 (80%) respondents were favorable and only 10 (20%) were unfavorable. At the Universitas Kristen Indonesia, there are 33 (66%) from 50 respondents were favorable to the practice of capital punishment toward this criminal offender and 17 (34%) were unfavorable. Furthermore, from 48 respondents of Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, there are 25 (54.2%) of respondents were favorable and 22 (45.8%) respondents were unfavorable.

D. Extortion and Threats that Resulting in Death

Respondent Total

Extortion and Threats that Resulting in Death

Favorable Unfavorable

Amount % Amount %

(40)

UKI 50 26 52% 24 48%

UNIKA 48 24 50% 24 50%

Total Respondents 148 Source: Research result

From 50 respondents of Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, amount of 33 (66%) of respondents were favorable to the practice of capital punishment in this crime and 17 (34%) were unfavorable.

In Universitas Kristen Indonesia, 26 (52%) from 50 respondents who participate were showing favorable attitude and 24 (48%) were unfavorable to the practice of capital punishment in this crime.

In this crime, majority of the respondents from Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta and Universitas Kristen Indonesia were favorable to the practice of capital punishment. This is different from the respondent of Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya which from 48 respondents, amount of favorable and unfavorable respondent were equal. There were 24 (50%) of respondents favorable and unfavorable to the practice of capital punishment for this criminal offender.

E. Flight Crime that Resulting in Death

Respondent Total

Flight Crime that Resulting in Death

Favorable Unfavorable

Amount % Amount %

UIN 50 28 56% 22 44

(41)

UNIKA 48 20 41.7% 28 58.3% Total Respondents 148

Source: Research result

In this crime, 28 (56%) from 50 respondents of Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta were favorable and 22 (44%) were unfavorable. The same trend also occurs at Universitas Kristen Indonesia namely 28 (56%) from 50 respondents were favorable and 22 (44%) were showing unfavorable attitude.

From Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 20 (41.7%) from 48 respondents were favorable to the practice of capital punishment for this criminal offender and only 28 (58.3%) respondents were unfavorable.

F. Drugs Crime Respondent Total Drugs Crime Favorable Unfavorable Amount % Amount % UIN 50 39 78% 11 22% UKI 50 34 68% 16 32% UNIKA 48 27 56.3% 21 43.8% Total Respondents 148

Source: Research result

Majority of the respondents from this three religion affiliated universities were favorable to the practice of capital punishment for the offender of the drugs crime. 39 (78%) from 50 respondents of Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta were favorable and only 11 (22%) were unfavorable. 34

(42)

(68%) from 50 respondents of Universitas Kristen Indonesia showed favorable attitude and only 16 (32%) of respondents were unfavorable. Furthermore, at Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, amount 27 (56.3%) from 48 respondents were favorable to the practices of capital punishment for this criminal offender and 21 (43.8%) responden were unfavorable.

2.4. Discussion

Based on that results, seen that the highest percentage of favorable attitude toward six crimes that included the threat of capital punishment were respondents from Islam affiliated University. Speculatively, this may occur because in the Islam affiliated university, students get more religious education than other religion affiliated universities respondents. So that, respondents attitude were in line with the Islamic teaching which listed in Qur’an, Hadis, and Islamic Law require the capital punishment.

Respondent attitude from Islam and Protestant affiliated university majority in line with the teaching of each which require capital punishment. In contrast, different finding contained in the Catholic affiliated university. This can be an indication that the need for an in-depth study of the relationship of education and students attitude.

The capital punishment indeed listed in the holy book and regulations. However, the diverse of favorable and unfavorable attitude can be an indication

(43)

that capital punishment is not really based on the normative regulations but it is a manifestation of a social constructivism. Social constructivism means capital punishment is not a fixed price but a response that starts from individual perception which could be contrary to the sacred rules though.

The relation of religion and capital punishment in fact can’t be generalized in a simple way, in this study, for example Islam was positioned as religion that is not divided into heterogeneous group. Muslim indeed made Qur’an and Hadis as their main references in the matters of worship and in the matters of muamalah (relation between human being). However, in fact within the Muslim community itself there are a lot of groups with distinctive interpretation one another toward those two regulations. Departing from that fact, Bornstein and Miller’s (2009) recommendation become reasonable. They suggest that study about religion and law requires researchers to focus more on interpretation of religion denomination than generalize religion as a single entity.

3. Conclusion

Attitude of students from three religion affiliated universities show diverse percentage. Respondents from Islam affiliated university and Protestant affiliated university were more favorable to the practice of capital punishment for the six crimes that include the treat of capital punishment, namely murder, theft that

(44)

resulting in death, the voyage crime that resulting in death, extortion and threats that resulting in death, flight crime that resulting in death, and drugs crime.

Unlike the previous two universities, respondents from the Catholic affiliated university show more favorable attitude toward the practice of capital punishment on the voyage crime that resulting in death and drugs crime. While unfavorable attitude shows on murder, theft that resulting in death, and flight crime that resulting in death. In extortion and threats that resulting in death, the number of respondents are equivalent between favorable and unfavorable.

(45)

BIBLIOGRAPHY

Albarracin, D., Johson, B. T., & Zanna, M. P. (Eds). (2005). The Handbook of Attitudes. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Ajzen, I. (1991). The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decition Processess, 50,179-211.

Amnesty International. (2011). Death Sentences And Executions 2010. London: Amnesty International Ltd.

Arbuthnott, K. D. (2009). Education for sustainable development beyond attitude change. International Journal of Sustainability in Higher Education, 10(2), 152-163. doi:10.1108/14676370910945954

Anastasi, A., & Urbina, S. (2007). Tes Psikologi (7th Ed). (Imam, R. H. S, Trans) Jakarta: PT Indeks. (Original work published 1997).

Badan Kerja Kontras. (2007). Praktek Hukum Mati di Indonesia. Retrieved from:

http://www.kontras.org/hmati/data/Working%20Paper_Hukuman_Mati_di_In donesia.pdf

Bornstein, B. H., & Miller, M. K (2010). Does a Judge’s Religion Influence Decision Making?. Court Review, 45, 112-115.

Bornstein, B. H., & Miller, M. K. (2009). God in The Courtroom Religion’s Role at Trial. New York: Oxford University Press.

Departemen Agama Republik Indonesia. (2002). AL Qur’an dan Terjemahannya. Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang

Eddyono, S.W., & Wagiman, W. (2008). Catatan Atas Penggunaan Pidana Mati di Indonesia. Retrieved, from: www.legalitas.org.

Fabrigar, L. R., MacDonald, T. K., & Wegener, D. T. (2005). The Structure of Attitudes. Dalam D. Albarracin, B. T. Johnson, & M. P. Zanna. The Handbook of Attitudes (hal. 79-124). New Jerse: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Gerhardt, M. J. (2003). Attitudes about attitudes. Michigan Law Review, 101(6), 1733-1763. Retrieved from

(46)

Given, L. M. (Ed). (2008). The SAGE Encyclopedia of Qualitative Research Methods Volume 1 & 2. California: SAGE Publication, Inc.

Golston, S. (2009). Death Penalty. Farmington Hills, MI: Gale Cengage Learning. Haddock, G., & Maio, G. R. (Eds). (2004). Contemporary Perspectives on the

Psychology of Attitudes. New York, NY: Psychology Press.

Hanurawan, F. (2010). Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Heru. (2007, December 17). Pakar: Hukum Mati di Indonesia Masih Revelan. Antaranews.com. Retrieved from:

http://www.antaranews.com/view/?i=1197825088&c=NAS&s.

Hertanto. (2010, February 25). Menggugat Hukuman Mati di Indonesia. Retrieved from: www.kompas.com.

Husein, S. (2003). Pidana Mati menurut Hukum Pidana Indonesia. USU digital library database.

Imparsial. (2004). Jalan Panjang Menghapus Praktik Hukuman Mati di Indonesia. Retrieved from: Imparsial The Human Rights Monitor database.

Imparsial. (2009). Policy Paper Imparsial tentang Relevansi Hukuman Mati di Indonesia. Retrieved from: Imparsial The Human Rights Monitor database.

Junkin, M. F. (2001). Relationship of religious involvement, commitment, and motivation to identity development in late adolescence. Trinity Evangelical Divinity School). ProQuest Dissertations and Theses, , 197 p. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/251116246?accountid=14723

Jutanago. (Ed). (1993). Dhammapada: Kitab Suci Agama Buddha Sutta Pitaka, Khuddaka Nikaya Dhammapada Gatha. Jakarta: Yayasan Dhammadipa Arama.

Kant, I. (1999). Metaphysical Element of Justice (2nd Ed). (Ladd, J., Trans). Indianapolis: Hackett Publishing Company

Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia. (2009). Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 04 Tahun 2009 Tentang Pedoman

Penyelenggaran Seleksi Calon Hakim Ad Hoc Pada Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung. Retrieved from:

(47)

http://legislasi.mahkamahagung.go.id/docs/Peraturan%20MA/2010-02-24_PERMA040001.pdf.

KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

Lee, Y. O. (2010). Religious transformations: Lessons from american

adolescents. The University of North Carolina at Chapel Hill). ProQuest Dissertations and Theses, Retrieved from

http://search.proquest.com/docview/734397439?accountid=14723

Leiter, B. (2010). Legal formalism and legal realism: What is the issue? Legal Theory, 16(2), 111-133. doi:10.1017/S1352325210000121

Lembaga Alkitab Indonesia. (2010). Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia. Majalah Gumi Bali Sarad. (2008). Psikopat di Pulau Surga. Retrieved from:

http://saradbali.com/edisi103/peristiwa.htm

Marzilli, A. (2008). Capital Punishment, (2nd ed). New York: Infobase Publishing. McKelvie, S. J. (2006). Attitude Toward Capital Punishment is Related to Capital and

Non-Capital Sentencing. North American Journal of Psychology, ABI/INFORM Global, 567.

Miller, M. K., Singer, J. A., & Jehle, A. (2008). Identification of Circumstance Under Which Religion Affect Each Stages of The Trial Process. Applied Psychology in Criminal Justice, 4 (1).

Morgan, T. C., King, R.A., Weisz, J. R., & Schopler, J. (1986). Introduction to Psychology (7th ed). McGrawHill: Singapore.

Morris, C. G., & Maisto, A. A. (2002). Psychology an Introduction (11th ed). New Jersey: Pearson Education, Inc.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurgiyantoro, B., Gunawan., & Marzuki. (2004). Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Opini Publik. (2006, November 13). Media Indonesia Online. Retrieved June 2, 2011, from: www.media-indonesia.com

Oskamp, S., & Schultz, P. W. (2005). Attitude And Opinions (3rd ed). New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

(48)

Presiden Republik Indonesia. (1964). Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor: 2 Tahun 1964 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati yang Dijatuhkan oleh Pengadilan di Lingkungan Peradilan Umum dan Militer. Retrieved from: http://icjrid.files.wordpress.com/2009/02/penpres-no2-th- 1964-tentang-pelaksnaan-hukuman-mati-yang-dijatuhkan-oleh-pengadilan-dilingkungan-peradilan-umum-dan-militer1.pdf.

Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Retrieved from: www.polri.go.id

Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika. Retrieved from: www.bnn.go.id

Presiden Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasa Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang. Retrieved from:

http://www.kontras.org/uu_ri_ham/UU%20Nomor%2015%20Tahun%202003 %20tentang%20Anti%20Terorisme.pdf

Presiden Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Retrieved from:

www.setneg.go.id

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Retrieved from: www.bnn.go.id

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 49 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum. Retrieved from: http://www.pt-bandung.go.id/uploads/file/SURAT-2010/UU_No_49_2009.pdf.

Prislin, R., & Crano, W. D. (Eds). (2008). Attitude and Attitude Change. New York, NY: Taylor & Francis Group, LLC.

Pusat Data dan Analisa Tempo. (2010). Panduan Memilih Perguruan Tertinggi 2010. Jakarta: Pusat Data dan Analisa Tempo.

Rachman, A. N. (2008). Tinjauan Agama Islam atas Hukuman Mati. Retrieved from

http://pembaharuan-hukum.blogspot.com/2008/12/tinjauan-agama-islam-atas-hukuman-mati.html

Reeves, S. K. (2002). Decision-Making at The Court of Appeals Level Involving Religious Liberty Cases. Thesis.

(49)

Sabda Space Komunitas Blogger Kristen. (2009, July 3). Pelaksanaan Hukuman Mati di Indonesia Sebagai Negara Hukum. Retrieved from:

http://www.sabdaspace.org/pelaksanaan_hukuman_mati_di_indonesia_sebaga i_negara_hukum

Sanbonmatsu, D. M., & Fazio, R. H. (1990). The Role of Attitudes in Memory Based Decision Making. Journal of Personality & Social Psychology, Vol.59, No. 4, 614-622.

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sarwono, S.W., & Meinarno, E.A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Saunders, W. P. (2001). Hukuman Mati dan Ajaran Gereja. Retrieved from:

http://yesaya.indocell.net/id935.htm

Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B. N. (2009). Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT Indeks.

Shaughnessy, J. J., Zechmeister, E. B., & Zechmeister, J. S. (2006). Research Method in Psychology. New York (NY): The McGraw-Hill Companies, Inc.

Shinaga, S. (2006, September 28). Hukuman Mati Mutlak Diteruskan. Retrieved from: www.detiknews.com

Sugiaman. (2009, May 2). Hukuman Mati [Msg 6]. Message posted to

http://pakin.proboards.com/index.cgi?board=031&action=display&thread=21 8

Supandji, H. (2008). Eksistensi Pidana Mati dalam Proses Penegakan Hukum di Indonesia. Jurnal Kajian Wilayah Eropa, Vol IV, 2, 5-26.

Udayar , S. D. (2008). The Influence of Character Education on Student Behavior and Student Academic Achievement in Texas Character Plus Middla Schools. Retrieved from ProQuest Digital Dissertations. AAT 3308914.

Weiner, I. B., Millon, T., & Lerner, M. J. (Eds). (2003). Handbook of Psychology Volume 5 Personality and Social Psychology. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan asam lemak C18:1 dalam rumput alam lebih mudah dibiohidrogenasi tidak sempurna oleh mikroba dalam rumen sehingga terjadi peningkatan konsentrasi

6HKXEXQJDQ GHQJDQ SHUDQ WUDGLVLRQDO WHUVHEXW VXPEHU XWDPD ZRUN IDPLO\ FRQÀLFW \DQJ GLKDGDSL ROHK ZDQLWD EHNHUMD SDGD XPXPQ\D DGDODK XVDKDQ\D GDODP PHPEDJL ZDNWX DWDX

The diversity of types of wood to make wood identification activities can only be performed by experienced experts, even a highly experienced can identify the type of wood only

Sebelumnya krim khamir ditambah asam askorbat untuk membantu memperkuat adonan dan penambahan sorbitan monostearate (suatu emulsifer) untuk membantu rehidrasi.. massa khamir

Dengan diselenggarakannya kegiatan PR3MK4S secara e'ekti' dan e'isien diharapkan dapat meningkatkan kiner$a yang tinggi# serta dapat terus bersinergi dengan  program program

Contohnya, untuk murid yang mempunyai tingkah laku bermasalah di mana selalu bergerak dalam bilik darjah, guru boleh menetapkan matlamat tingkah lakunya sebagai “Berhenti

The £4 allele carriers of diabetic group could be categorized as having higher risk of developing atherosclerosis due to increased LDL cholesterol, total

(5) terdapat ilustrasi yang melengkapi teks”. Penggunaan buku cerita bergambar dapat memberikan suatu motivasi belajar siswa, motivasi sangat besar pengaruhnya terhadap