• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETEKSI DINI PADA TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENGURANGI GANGGUAN KETERLAMBATAN BICARA PADA ANAK USIA DINI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DETEKSI DINI PADA TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENGURANGI GANGGUAN KETERLAMBATAN BICARA PADA ANAK USIA DINI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

DETEKSI DINI PADA TUMBUH KEMBANG ANAK

UNTUK MENGURANGI GANGGUAN

KETERLAMBATAN BICARA

PADA ANAK USIA DINI

DISUSUN OLEH :

1. MAWARI MELATI ALMAS SANIY (0103515043) 2. LELY DIAH EKO .P (0103515037)

PROGRAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

(2)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 ( enam ) tahun yang dilakukan melalui pembinaan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lanjut. Setiap anak memiliki tugas perkembangan yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya, sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.

Masa usia dini bagi seorang anak adalah masa pertumbuhan dan perkembangan yang dapat menentukan kemana mereka akan dibawa, menjadi seorang manusia dewasa yang mampu mengoptimalkan kemampuannya atau sebaliknya. Seluruh jenis kemampuan yang dibutuhkan dalam menjalani kehidupannya kelak dipersiapkan pada periode ini, bahkan menurut penelitian kesibukan persiapan ini dimulai sejak anak masih dalam kandungan ibunya. Periode ini sering disebut sebagai golden age. Ketika anak lahir, proses masih terus berlanjut dan lebih kompleks. Banyak hal yang ingin diketahui anak terhadap lingkungan barunya, begitu pula keinginan orang tua terhadap anaknya agar anak memperoleh yang terbaik dan sebaik mungkin pengetahuan, keterampilan baik yang bersifat fisik maupun psikis, dan mental. Salah satu keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan bicara.

Dengan menguasai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan

(3)

situasi pada saat dia sedang berbicara. Keterampilan berbicara juga akan mampu membentuk generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau ujaran yang komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami. Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang utama dan yang pertama kali dipelajari oleh manusia dalam hidupnya. Semenjak seorang bayi terlahir, ia sudah belajar menyuarakan lambang-lambang bunyi bicara melalui tangisan untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Suara tangisan itu baru menandakan adanya potensi dasar kemampuan berbicara dari seorang anak yang perlu dikembangkan lebih lanjut oleh lingkungannya melalui berbagai latihan dan pembelajaran. Orang akan merasa terusik jika anaknya lahir tanpa suara tangisan. Orang akan merasa lebih sedih lagi jika anaknya tumbuh dewasa tanpa memiliki kemampuan berbicara secara lisan.

Keterampilan berbicara juga memiliki peran penting dalam pendidikan, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat luas. Proses transfer ilmu pengetahuan kepada subyek didik pada umumnya disampaikan secara lisan. Tata krama dalam pergaulan, nilai-nilai, norma-norma, dan adat kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat juga banyak diajarkan terlebih dahulu secara lisan.Hal ini berlaku dalam masyarakat tradisional maupun masyarakat modern.

Dari uraian di atas, diketahui betapa pentingnya keterampilan berbicara bagi seseorang. Oleh karena itu, pembelajaran keterampilan berbicara perlu mendapat perhatian agar anak memiliki keterampilan berbicara, sehingga mampu berkomunikasi untuk menyampaikan isi hatinya kepada orang lain dengan baik. Selain betapa pentingnya keterampilan berbicara bagi seseorang, pembelajaran keterampilan berbicara perlu mendapatkan perhatian karena keterampilan berbicara tidak bisa diperoleh secara otomatis, melainkan harus belajar dan berlatih. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang “Deteksi Dini Pada Tumbuh Kembang Anak Untuk Mengurangi Gangguan Keterlambatan Bicara Pada Anak Usia Dini.”

(4)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dalam makalah ini dirumuskan sejumlah masalah sebagai berikut ini.

1. Apa sajakah ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan itu? 2. Apakah yang dimaksud gangguan keterlambatan bicara?

3. Apakah deteksi dini dapat mengurangi gangguan keterlambatan bicara?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui ciri-ciripertumbuhan dan perkembangan dan pada anak usia dini.

2. Mengetahui gangguan keterlambatan bicara anak sejak dini.

BAB II KAJIAN TEORI

(5)

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini

1. Pengertian Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.

Menurut Kartono, Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi – fungsi fisik, yang berlangsung secara normal pada diri anak yang sehat, dalam peredaran waktu tertentu.

Menurut crow dan crow, pertumbuhan pada umumnya dibatasi pada perubahan-perubahan struktural dan fungsional dalam pembentukan seseorang secara jasmaniah dari saat masih terbentuk konsepsional (janin) melalui periode prenatal (dalam kandungan ), postnatal (lahir) sampai pada kedewasaanya. H. C. Witherington dalam bukunya yang diterjemahkan oleh M. Bukhari menguraikan makna pertumbuhan sebagai sutau sifat umum dari seluruh organisme, seluruh persomalitas atau kepribadian.Sedangkan perkembangan sebagai suatu bagian dari pertumbuhan menunjuk pada perluasan fungsi-fungsi secara terperinci.

2. Pengertian Perkembangan

Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambant laun bagian- bagiannya akan menjadi semakin nyata dan tambah jelas dalam rangka keseluruhan. Perubahan merupakan hal yang melekat pada pengertian perkembangan E.B Hurlock (Istiwidayanti dan Soejarwo, 1991) mengemukakan bahwa perkembangan atau development merupakan serangkaian perubahan progresif

(6)

yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Hal ini termasuk perubahan Kuantitatif dan Kualitatif. Perubahan kuantitatif disebut juga “pertumbuhan” merupakan buah dari perubahan aspek fisik seperti penambahan berat, tinggi dan proporsi badan seseorang. Perubahan Kualitatif meliputi perubahan aspek psikofisik seperti peningkatan kemampuan berpikir, berbahasa, perubahan emosi dan sikap.

3. Ciri- Ciri Perkembangan Anak

1. Anak kecil (2-3 tahun)

Ciri perkembangan penting pada masa anak kecil, ialah anak oleh karena telah mencapai kematangan dalam perkembangan motorik, seperti berjalan, belari,menggulingkan badannya, menangkap, melempar, memukul, menendang; dan juga mencapai kematangan dalam berbicara, maka anak mulai memasuki fase “membebaskan diri” dari dekapan ibu dan lingkungan perlakuan sebagai bayi. Dengan kematangan yang dicapai anak kecil mulai bereksplorasi dengan lingkungan fisik dan sosial. Apa saja yang ada disekitarnya ingin di pegang, dicari tahu apa, mengapa, bagaimana. Rasa ingin tahu (sense of curiosity) anak mulai tumbuh. Anak mulai mengembangkan hubungan sosial. Ia mulai ingin terlibat dalam aktivitas bermain dengan teman sebaya, walaupun belum intensif, cenderung bermain dengan aktivitas sendiri. Ia hanya senang berada di antara teman-temannya sambil mengamat-amati cara-cara dan aturan permainan. Dalam hal menggambar, tampak anak sekedar mencoret-coret saja sebagai awal dari masa menggambar sebenarnya.

Masa anak kecil adalah momentum awal bagi upaya melakukan pembimbingan secara intensif, sistematis, dan profesional bagi anak sebab pada masa inilah anak mulai mengembangkan kemampuan dalam simbol-simbol mental, berimaginasi, berbicara untuk berkomunikasi, menggambar, dan bermain.

(7)

2. Anak Pra Sekolah & Taman Kanak-kanak (4-5 tahun)

Ciri perkembangan penting pada usia 4-5 tahun dari segi kemampuan motorik ialah anak telah mencapai kematangan dalam berbagai fungsi motorik: kaki, tangan, kepala, dan badan. Perkembangan kemampuan motorik ini diikuti dengan perkembangan intelektual dan sosio-emosional anak.

Kematangan dalam perkembangan berbagai aspek motorik, intelektual, emosional, sosial dan moral rata-rata anak usia 4-5 tahun, maka dikembangkan satu sistem pendidikan yang dikenal di TK. Prinsip pendidikan TK adalah mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual, emosional, moral, spiritual,dan sosial, memalui aktivitas bermain. Jadi aktivitas bermain merupakan kurikulum lokomotif bagi anak dalm proses belajar mengembangkan berbagai aspek kemampuan diri yang dimilikinya. Oleh karena itu pendidikan di TK sebenarnya berorientasi kepada pemantapan kemampuan motorik, pengembangan kemampuan intelektual, emosional dan kreativitas, serta peletakan dasar nilai-nilai moral dan disiplin pada anak melalui aktivitas bermain, sebagai persiapan memasuki pendidikan formal di Sekolah Dasar. Dengan demikian, bagi para guru dan pembimbing anak TK perlu memahami mengenai orientasi dan strategi utama dalam pembelajaran. Imajinasi intelektual dan keinginan anak untuk mencari tahu dan bereksplorasi terhadap lingkungan adalah ciri utama aktivitas anak pada usia 4-5 tahun.

(8)

Usia awal sekolah sekitar 6-8 tahun, dimana anak duduk di kelas 1,2 dan 3 SD menunjukan beberapa ciri perkembangan penting. Pada kelas-kelas awal SD aspek perkembangan yang menonjol berkenaan dengan harapan-harapan sosial anak memasuki sekolah. Perkembangan intelektual anak pada usia ini beralih dari intelegensi sensori motor ke intelegensi konseptual.

Perkembangan fisik dan kemampuan motorik pada anak di kelas-kelas awal memerlukan perhatian khusus. Sebab pada usia prasekolah, hampir seluruh aktivitas anak di dalam rumah, di lingkungan sekitar maupun di TK dihabiskan melalui aktivitas bermain. Itu berarti hampir seluruh aktivitas dicurahkan untuk memberi kesempatan kepada pengembangan kematangan fisik dan kemampuan motorik. Sementara memasuki kelas-kelas awal SD, yaitu kelas 1,2 dan 3, sebagian aktivitas bermain anak mulai diganti dengan aktivitas formal, yaitu aktivitas belajar yang ditunjukan untuk pengembangan aspek intelektual, kesadaran moral dan sikap sosial.

Keseluruhan aktivitas pendidikan, bimbingan dan pengembangan disipiln di kelas-kelas awal SD seyogyanya diarahkan kepada pengembangan moralitas konven-sional pada anak. Upaya-upaya pengembangan disipin anak usia kelas awal, seperti disipilin sekolah, disipilin belajar dalam kelas, disiplin di perpustakaan, disiplin bermain di sekolah, disiplin belajar dan bermain di rumah, disiplin belajar dan bermain dengan teman sebaya, merupakan bagian dari strategi pengembangan moralitas konven-sional pada anak.

Tujuannya ialah agar anak dapat menunjukan perilaku yang sesuai dengan aturan-aturan dan norma-norma sosial yang berlaku di lingkungannnya. Kepatuhan untuk menjalankan aturan-aturan itu bukan karena hukuman fisik, tetapi agar terhindar dari kecaman dan ketidaksetujuan sosial. Karena itu strategi pengembangan disiplin diarahkan kepada proses belajar mengenal aturan-aturan dan kepatuhan untuk menjalankan aturan itu secara konsisten. Konsistensi guru dan para pembimbing untuk menjalankan aturan, serta pengawasan yang kontinyu terhadap perilaku disiplin anak

(9)

dalam pembentukan disiplin; pada gilirannya hal ini akan bermuara pada peningkatan kesadaran dan perilaku moral anak.

B. Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini 1. Pengertian Keterampilan Berbicara

Berbicara merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting disamping tiga keterampilan bahasa lainnya, yaitu membaca, menulis, menyimak.Hal ini dikarenakan dengan sesama manusia, menyatakan pendapat, menyampaikan maksud dan pesan, mengungkapkan perasaan dan segala kondisi emosional, dan lain sebagainya.

Menurut Nasution (1992: 28) “Keterampilan adalah kemampuan untuk mengerjakan atau melaksanakan sesuatu dengan baik”. Keterampilan yang dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi kebiasaan. Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara keterampilan dengan perkembangan kemampuan keseluruhan anak.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anwar, 2005: 360) keterampilan adalah kemampuan untuk menyelesaikan tugas.Kemampuan sendiri memiliki arti kesanggupan; kecakapan; kekuatan. Menurut Mulyati (2009: 6.3-6.5); didefinisikan secara sempit berbicara adalah bentuk komunikasi dengan menggunakan media bahasa lisan sedangkan umum, berbicara merupakan proses penemuan gagasan dalam bentuk ujaran.

Berbicara adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling penting.Berbicara merupakan alat komunikasi yang paling utama pada manusia dibandingkan bentuk komunikasi lainnya seperti gerak tubuh, tulisan gambar dan lainnya (Prayitno, 2003:1).Sedangkan menurut Hurlock (1978:176) adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud.

Tarigan dalam Suhartono (2005:20); mengemukakan bicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak,

(10)

kebutuhan perasaan, dan keinginan pada orang lain. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara, sehingga dapat menghilangkan rasa malu, berat lidah, dan rendah diri (Iskandarwassid, 2008: 45).

Menurut Pageyasa (2004: 43) bahwa “keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau sekelompok orang secara lisan baik berhadapan ataupun dengan jarak jauh”

Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pendapat para ahli bahwa keterampilan berbicara merupakan alat komunikasi antara individu satu dengan individu yang lainnya untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan, karena berbicara mempengaruhi penyesuaian pribadi anak untuk sosialisasi.

1. Tahapan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini

Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam keterampilan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan anak antara lain, menimbulkan perubahan, berkolerasi dengan pertumbuhan, memiliki tahap yang berurutan dan mempunyai pola yang tetap. Pada tahap perkembangan bicara, Pateda dalam Suhartono (2005:49-53) menjelaskan bahwa ada tiga tahap berbicara yaitu:

1) Tahap penamaan

Pada tahap penamaan, anak baru mulai mampu mengujar urutan bunyi kata tertentu dan anak belum mampu memaknainya.Anak tersebut mampu mengucapkan tetapi tidak mampu mengenal kata itu.Pengucapan kata “mama, papa, makan, minum” oleh anak karena adanya suatu pola peniruan bunyi yang pernah didengarnya (dari ibunya sendiri dan kakak-kakaknya atau anggota keluarganya).

Menurut Steinberrgh dalam Suhartono (2005: 50) pada umumnya pada tahap ini anak baru mampu menggunakan kalimat terdiri atas satu kata atau prase.Kata-kata yang diujarkannya pengucapan pada benda-benda yang ada disekelilingnya.Penggunan kalimat yang berbentuk satu kata atau satu prase ini untuk mewakili pesan disebut holo prase.

(11)

2) Tahap Telegrafis

Menurut Steinberrgh dalam Suhartono (2005: 50) pada tahap telegrafis ini anak sudah mulai bisa menyampaikan pesan yang diinginkanya dalam bentuk urutan bunyi yang berwujud dua atau tiga kata, maksudnya, kalimat-kalimat yang diucapkan anak terdiri atas dua atau tiga kata.Yang termasuk pada tahap ini yaitu anak yang berumur sekitar dua tahun.

3) Tahap Transformasional

Pengetahuan dan penguasan kata-kata tertentu yang dimiliki anak dapat dimanfaatkan untuk mengucapkan kalimat-kalimat yang lebih rumit. Anak yang berumur lima tahun adalah saat anak mulai memberanikan diri untuk bertanya, menyuruh, menyanggah, dan menginformasikan sesuatu. Berbagai kegiatan anak danaktivitasnya dikomunikasikan atau diujarkan melalui kalimat-kalimat. Di sini anak sudah mulai berani mentransformasikan idenya kepada orang lain dalam bentuk kalimat yang beragam.

BAB III PEMBAHASAN

(12)

A. Penyebab Keterlambatan Bicara

Keterlambatan bicara adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 – 10% pada anak sekolah. Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat luas dan banyak, terdapat beberapa resiko yang harus diwaspadai untuk lebih mudah terjadi gangguan ini.

Semakin dini kita mendeteksi kelainan atau gangguan tersebut maka semakin baik pemulihan gangguan tersebut. Semakin cepat diketahui penyebab gangguan bicara dan bahasa pada anak maka semakin cepat stimulasi dan intervensi dapat dilakukan pada anak tersebut. Deteksi dini gangguan bicara dan bahasa ini harus dilakukan oleh semua individu yang terlibat dalam penanganan anak ini, mulai dari orang tua, keluarga, dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan dan dokter anak yang merawat anak tersebut.

Pada anak normal tanpa gangguan bicara dan bahasa juga perlu dilakukan stimulasi kemampuan bicara dan bahasa sejak lahir bahkan bisa juga dilakukan stimulasi sejak dalam kandungan. Dengan stimulasi lebih dini digarapkan kemampuan bicara dan bahasa pada anak lebih optimal, sehingga dapat meningkatkan kualitas komunikasinya.Penanganan keterlambatan bicara dilakukan pendekatan medis sesuai dengan penyebab kelainan tersebut. Biasanya hal ini memerlukan penanganan multi disiplin ilmu di bidang kesehatan, di anataranya dokter anak dengan minat tumbuh kembang anak, Rehabilitasi Medik, Neurologi anak, Alergi anak, atau klinisi atau praktisi lainnya yang berkaitan.

Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara. Berikut ini adalah beberapa penyebab gangguan bicara.Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik

(13)

yang mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah adanya gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalosum dan lintasan pendengaran yang saling berhubungan.

Hal lain dapat juga di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian 2 bahasa. Namun bila penyebabnya karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat. Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah sebagai berikut:

1. Gangguan Pendengaran.

Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila ada keterlambatan bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan pendengaran, bisa karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa terjadi bila mengalami infeksi yang berulang pada organ dalam sistem pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan genetik, infeksi ibu saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila terdapat keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi otak, pemakaian obat-obatan tertentu atau kuning yang berat (hiperbilirubin).

Pengobatan dengan pemasangan alat bantu dengar akan sangat membantu bila kelainan ini dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami gangguan pendengaran tetapi kepandaian normal, perkembangan berbahasa sampai 6-9 bulan tampaknya normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam akan hilang disusul hilangnya suara lain dan anak tampaknya sangat pendiam. Adanya kemunduran ini juga seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf degeneratif.

(14)

2. Kelainan Organ Bicara.

Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septumnasi, adenoid atau kelainan laring. Pada lidah pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan mengucapkan huruf ”t”, ”n” dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z” dan ”th”. Kelainan bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi seperti ”s”, ”k”, dan ”g”.

3. Retardasi Mental

Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak lain seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab terbanyak dari gangguan bahasa. Pada kasus redartasi mental, keterlambatan berbahasa selalu disertai keterlambatan dalam bidang pemecahan masalah visuo-motor.

4. Genetik Heriditer Dan Kelainan Kromosom

Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya keterlambatan. Menurut Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan terapi bicara sebelum usia prasekolah. Sedangkan Bruce Bender berpendapat bahwa kromosom 47 XXY mengalami kelainan bicara ekpresif dan reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX.

5. Kelainan Sentral (Otak)

Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan untuk menggabungkan kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih rendah. Ia sering menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya seperti pada pantomim. Pada usia sekolah, terlihat dalam bentuk kesulitan belajar.

(15)

Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism. Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.

7. Mutism Selektif

Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi. Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan gangguan komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau sedikit rendah.

8. Gangguan Emosi Dan Perilaku Lainnya

Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal, gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali. Biasanya diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala tersamar lainnya

9. Alergi Makanan

Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga mengakibatkan gangguan perkembangan salah satunya adalah keterlambatan bicara pada anak. Gangguan ini biasanya terjadi pada manifestasi alergi pada gangguan pencernaan dan kulit. Bila alergi makanan sebagai penyebab biasanya keterlambatan bicara terjadi usia di bawah 2 tahun, di atas usia 2 tahun anak tampak sangat pesat perkembangan bicaranya.

10.Deprivasi Lingkungan

Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari lingkungannya. Apakah stimulasi yang kurang akan menyebabkan gangguan berbahasa? Penelitian menunjukkan sedikit keterlambatan bicara, tetapi tidak berat. Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga mengalami kurang makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapat

(16)

lebih berat karena penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf karena kurang gizi atau penelantaran anak.

Berbagai macam keadaan lingkungan yang mengakibatkan keterlambatan bicara adalah :

1. Lingkungan Yang Sepi

Bicara adalah bagian tingkah laku, jadi ketrampilannya melalui meniru. Bila stimulasi bicara sejak awal kurang, tidak ada yang ditiru maka akan menghambat kemampuan bicara dan bahasa pada anak.

2. Status Ekonomi Sosial

Menurut penelitian Mc Carthy, orang tua guru, dokter atau ahli hukum mempunyai anak dengan perkembangan bahasa yang lebih baik dibandingkan anak dengan orang tua pekerja semi terampil dan tidak terampil.

3. Tehnik Pengajaran Yang Salah

Cara dan komunikasi yang salah pada anak sering menyebabkan keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa pada anak, karena perkembangan mereka terjadi karena proses meniru dan pembelajaran dari lingkungan.

B. Peran Orang Tua dan Lingkungan

Bicara bisa mengekspresikan kemarahan, ketegangan, kekacauan dan ketidak senangan seseorang, sehingga anak akan menghindari untuk berbicara lebih banyak untuk menjauhi kondisi yang tidak menyenangkan tersebut. Sikap orang tua yang mempunyai harapan dan keinginan yang berlebihan terhadap anaknya, dengan memberikan latihan dan pendidikan yang berlebihan dengan harapan anaknya menjadi superior. Anak akan mengalami tekanan yang justru akan menghambat kemampuan bicarnya. Pada anak kembar didapatkan perkembangan bahasa yang lebih buruk dan lama dibandingkan dengan anak tunggal. Mereka satu sama lain saling memberikan lingkungan bicara yang buruk, karena biasanya mempunyai perilaku yang saling meniru. Hal ini menyebabkan mereka saling meniru pada keadaan kemampuan bicara yang sama–sama belum bagus.

(17)

Pemakaian 2 bahasa kadang juga menjadi penyebab keterlambatan bicara, namun keadaan ini tidak terlalu mengkawatirkan. Umumnya anak akan memiliki kemampuan pemakaian 2 bahasa secara mudah dan baik. Smith meneliti pada kelompok anak bilingual tampak mempunyai perbendaharaan yang kurang dibandingkan anak dengan satu bahasa, kecuali pada anak dengan kecerdasan yang tinggi.

Penyebab lain biasanya karena keterlambatan fungsional. Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik, dan anak hanya mengalami gangguan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis lain.

C. Deteksi Dini Keterlambatan Bicara

Walaupun kecepatan perkembangan setiap anak berbeda-beda, kita harus waspada apabila seorang anak mengalami keterlambatan perkembangan atau penyimpangan perkembangan.Demikian pula bila terjadi penurunan kemampuan berbahasa dan bicara seorang anak kita harus lebih mewaspadainya.Misalnya pada umur tertentu anak sudah bisa memanggil papa atau mama tetapi beberapa bulan kemudian kemampuan tersebut menghilang.Demikian pula dengan penurunan kemampuan mengioceh, yang sebelumnya sering jadi berkurang atau pendiam.

Beberapa tanda bahaya komunikasi yang yang harus diwaspadai terjadinya keterlambatan dan gangguan berbahasa dan bicara

Table 1.Tanda Bahaya Gangguan Komunikasi

USIA INDIKASI

4-6 Bulan Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh

8-10 Bulan

Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya

9-10 bln, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis

12–15 Bulan 12 bulan, belum menunjukkan mimik

12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara

(18)

membutuhkan sesuatu

15 bulan, belum mampu memahami arti "tidak boleh" atau "daag"

15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda 15 bulan, belum dapat mengucapkan 1-3 kata

18-24 Bulan

18 bulan, belum dapat menucapkan 6-10 kata

18-20 bulan, tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian

21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana 24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat 24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan telepon

24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau kata-kata orang lain

24 bulan, tidak mampu meunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya

30-36 Bulan

30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga

36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana, pertanyaan dan tidak dapat dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga

3-4 Tahun

3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal dan tidak memiliki minat bermain dengan sesamanya 3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti "ayah" diucapkan "aya"

4 tahun, masih gagap dan tidak dapat dimengerti secara lengkap

D. Beberapa cara yang dapat membantu anak untuk belajar berbicara

1. Bermain bersama sesering mungkin

2. Menemani ketika menonton televisi, dan berikan penjelasan mengenai acara televisi yang berlangsung, serta membatasi anak menonton maksimal 2 jam setiap harinya.

3. Ajak anak pergi untuk bermain dengan anak-anak lain seusianya. Hal ini akan merangsang anak sehingga anak termotivasi untuk belajar berbicara dan makin mengasah kemampuan anak untuk berbicara.

(19)

4. Selalu ajak anak untuk berkomunikasi. Usia batita memiliki kemampuan untuk meniru, sehingga kosakata anak juga makin banyak.

5. Mengatakan kata-kata yang jelas dan benar, contoh susu bukan cucu, makan bukan mamam, minum bukan num.

6. Gunakan kalimat yang pendek agar anak dapat mengikuti

7. Perkenalkanlah dengan bahasa ibu terlebih dahulu (misalnya Bahasa Indonesia). Jangan menggunakan 2 atau 3 bahasa sekaligus, karena anak akan kesulitan untuk mengikuti

8. Lakukan terapi bicara, jika orangtua sangat sibuk dan tidak memiliki waktu untuk melakukan hal-hal di atas.

Jika orangtua sudah menyadari adanya gejala keterlambatan bicara pada anak, maka sebaiknya lakukan hal berikut ini:

1. Konsultasikan anak ke dokter atau psikolog tentang tumbuh kembang anak, bicarakan pada para ahli tentang tumbuh kembang anak dan kemampuan apa saja yang sudah bisa dikuasainya.

2. Berikan anak kesempatan untuk berinteraksi dan bermain dengan teman-teman sebayanya. Kegiatan ini bisa memotivasi anak untuk belajar bicara karena bermain dengan anak-anak lainnya membutuhkan kemampuan komunikasi verbal.

3. Ibu bisa menstimulasi anak dengan mengajaknya berkomunikasi meskipun anak belum mampu berbicara dengan baik. Ibu bisa mengajak anak untuk membacakan dongeng dan bernyanyi.

4. Mengajarkan kata kepada anak dengan pengucapan yang jelas. Usahakan anak melihat gerakan bibir Anda ketika mengucapkan kata-kata tersebut. Misalnya, susu bukan cucu, minum bukan mik atu num, makan bukan maem atau mamam.

(20)

BAB IV PENUTUP SIMPULAN DAN SARAN

Pada akhir tulisan ini penulis dapat menarik kesimpulan dan dengan kesimpulan tersebut setidaknya mendapatkan gambaran yang cukup jelas tentang keterlambatan bicara pada anak usia pra sekolah. Dan dengan kesimpulan tersebut pula setidaknya penulis dapat memberikan beberapa saran yang nantinya semoga dapat dipertimbangkan. Adapun kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut : 1. Peran serta orang tua sangat dibutuhkan agar anak tidak mengalami gangguan

berbicara

2. Lingkungan yang mendukung juga akan mendukung anak untuk tidak

Gambar

Table 1.Tanda Bahaya Gangguan Komunikasi

Referensi

Dokumen terkait

Variabel Loyalitas Konsumen Berdasarkan hasil tanggapan responden terhadap pertanyaan tentang loyalitas konsumen (dimensi akan sering membeli Lyly Bakery, merekomendasikan

[r]

Menurut Webster Dictionary, definisi pemimpin adalah: ‘a person or things who leads’ (seorang atau sesuatu yang memimpin). Untuk dapat memimpin orang lain dengan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan metode wawancara dan observasi maka diperoleh gaya kepemimpinan pada kepala sekolah SMA Muhammadiyah 3 Tangerang adalah

Pertumbuhan mikroorganisme di alam dapat diketahui dengan pengambilan mikroorganisme tersebut di alam yang kemudian ditumbuhkan di dalam suatu medium buatan

Untuk memperdalam isim yang dibaca jar (Majrurat Al-Asma) dilakukan penelitian yang bertujuan untuk dapat mendeskripsikan dan menjelaskan isim yang dibaca jar yang ada

Di Indonesia, prevalensi anak yang tidak rutin berolahraga sebesar 39,4 % (Heryudarini H, ddk. Status ekonomi juga menjadi salah satu faktor terjadinya obesitas pada balita

Pada kegiatan ini target yang ingin dicapai adalah meningkatnya pengetahuan dasar tentang alat ukur dan keterampilan dalam menggunakan alat pengukuran bagi siswa-siswi SMK