SKRIPSI
Sammy Jethro Boedianto
10.40.0040
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
ii
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Guna Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi
Sammy Jethro Boedianto
10.40.0040
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
iv
Karya sederhana ini saya persembahkan untuk
Tuhan Yesus Kristus yang telah membimbing langkah
hidup saya
Kedua orang tua saya yang mendukung kelancaran
skripsi saya.
SMK Negeri 1 Jepara yang sudah mengijinkan saya
melakukan penelitian.
Saudara, Teman- teman, dan Sahabat saya yang selalu
membantu ketika saya dalam kesulitan.
v
Hidup adalah tantangan,
jangan dengarkan omongan orang,
yang penting kerja, kerja dan kerja.
Kerja akan menghasilkan sesuatu,
sementara omongan hanya menghasilkan
alasan.
(Ir. H. Joko Widodo)
Karena itu, saudara-saudaraku yang
kekasih, Berdirilah teguh, jangan goyah,
dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan!
Sebab kamu tahu, bahwa dalam
persekutuanmu dengan Tuhan jerih
payahmu tidak sia-sia
vi
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat
karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Grafoterapi terhadap Kontrol Diri pada Remaja”. Penulis menyadari
bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang memberikan kekuatan selama penulis
mengerjakan skripsi.
2. Dr. M. Sih Setija Utami, M.Kes selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata yang telah memberikan izin penelitian
kepada penulis.
3. Siswanto, S.Psi, M.Si. sebagai Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan pelatihan grafoterapi, memberikan masukan – masukan
selama proses bimbingan.
4. Dr. Y. Bagus Wismanto, MS sebagai Dosen Wali selama penulis kiliah di
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.
5. Drs. Haryo Goeritno, M.Si yang membantu analisis data penulisan.
6. Para Dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata atas
segala ilmu yang telah diajarkan kepada penulis selama kuliah.
7. Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Jepara Drs. Aris Hidayanto, M.Si selaku
kepala sekolah yang sudah memberikan ijin penulis melakukan penulisan.
8. Ibu Retina, Ibu Dewi selaku pengurus SMK Negeri 1 Jepara yang sudah
membantu dan memberikan fasilitas penulis selama penulisan
9. Para guru SMK Negeri 1 Jepara atas segala dukungan moral selama
penulisan.
vii
penulis menyelesaikan skripsi.
12. Ir Adi Purnomo dan Drs Yakub Budi Santoso yang senantiasa
memberikan dukungan doa kepada penulis.
13. Silvy Margaretha Radsmawan, S.Ds selaku desain grafis yang sudah
membantu penulis membuatkan souvenir.
14. Albertus Richard, S.Psi dan Debby Ravelita yang memberikan masukan
– masukan kepada penulis.
15. Meme Comics Indonesia, Kartun Ngampus – Kebahagian Mahasiswa
yang sudah membuat banyak memberikan semangat kepada penulis
melalui gambar – gambar yang lucu dan menghibur.
16. Saudara-saudara, teman-teman terima kasih atas dukungan dan
semangatnya dari awal perkuliahan hingga penyelesaian skripsi
17. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa disebutkan satu per
satu.
Penulisan ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap penulisan ini
dapat berguna bagi siapapun yang telah membaca.
Semarang, 24 Juli 2016
viii
10.40.0040
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek grafoterapi terhadap peningkatan kontrol diri pada remaja. Hipotesis yang diajukan adalah ada pengaruh grafoterapi terhadap peningkatan kontrol diri remaja di SMK N 1 Jepara. Subyek penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah remaja siswa–siswa kelas X NKPI 2. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala kontrol diri yang berisi item-item berdasarkan aspek - aspek kontrol diri. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain eksperimen yaitu Two Groups Design non random. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 30. Setelah diberi perlakuan berupa grafoterapi, diperoleh nilai U MannWithney untuk skor posttest sebesar -0,375 dengan p > 0,05 yang berarti tidak ada pengaruh grafoterapi antara kelompok yang diberi perlakuan dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan. Dengan demikian hipotesis penelitian ini ditolak yaitu tidak ada pengaruh grafoterapi terhadap kontrol diri pada remaja dimana remaja yang mendapat grafoterapi mengalami peningkatan kontrol diri dibandingkan remaja yang tidak mendapatkan grafoterapi. Penyebab tidak ada perbedaan adalah karena tidak terpenuhi aspek-aspek grafoterapi selama penelitian, faktor eksperimenter, dan motivasi subjek rendah saat mengikuti kegiatan grafoterapi.
ix
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTO ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
ABSTRAKSI ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR SKEMA ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Kontrol Diri Pada Remaja ... 6
1. Pengertian Kontrol Diri Pada Remaja ... 6
2. Aspek – Aspek Kontrol Diri ... 9
3. Faktor – Faktor Kontrol Diri ... 12
B. Grafoterapi ... 15
1. Pengertian Grafoterapi ... 15
2. Aspek – Aspek Grafoterapi ... 16
3. Mekanisme Grafoterapi ... 18
C. Dinamika Psikologis Grafoterapi terhadap Kontrol Diri ... 21
x
BAB III : METODE PENELITIAN ... 25
A. Metode Penelitian yang Digunakan ... 25
B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 26
C. Definisi Operasional ... 26
1. Kontrol Diri ... 26
2. Grafoterapi ... 26
D. Subjek Penelitian ... 27
1. Populasi ... 27
2. Teknik Pengambilan Sampel ... 28
E. Desain Eksperimen ... 28
F. Prosedur Eksperimen ... 29
1. Persiapan Eksperimen ... 29
2. Pelaksanaan Eksperimen ... 30
G. Metode Pengumpulan Data ... 31
H. Uji Coba Alat Ukur ... 32
1. Validitas Alat Ukur ... 32
2. Reabilitas Alat Ukur ... 33
I. Analisis Data ... 33
BAB IV : LAPORAN PENELITIAN ... 34
A. Orientasi Kancah Penelitian ... 34
B. Persiapan Penelitian ... 35
1. Permohonan Izin Penelitian ... 35
2. Pemilihan Skala Tes ... 36
3. Penyusunan Materi Pelatihan ... 37
4. Survey Tempat ... 37
5. Subjek Penelitian ... 37
6. Pengambilan Data ... 37
C. Pelaksanaan Penelitian ... 38
xi
3. Proses Penempatan Subjek ... 38
4. Pelaksanaan ... 39
5. Jurnal Kegiatan Penelitian ... 40
D. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 44
1. Uji Validitas Alat Ukur ... 44
2. Uji Reliabilitas Alat Ukur ... 45
E. Skor Pretest dan Posttest ... 46
1. Skor Pretest ... 46
2. Skor Posttest ... 46
BAB V : HASIL PENELITIAN ... 47
A. Hasil Penelitian ... 47 B. Pembahasan ... 47 BAB VI : PENUTUP ... 52 A. Kesimpulan ... 52 B. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN ... 56
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Blueprint Pretest dan Postest Skala Kontrol Diri ... 32
Tabel 2 Aspek dan Item Skala Kontrol Diri ... 36
Tabel 3 Jurnal Kegiatan Grafoterapi ... 40
Tabel 4 Item Setelah Diuji Validitas ... 44
Tabel 5 Skala Kontrol Diri ... 45
Tabel 6 Skor Pretest ... 46
xiii
DAFTAR SKEMA
xiv
1. Lampiran A Modul Grafoterapi ... 57
2. Lampiran B Try Out Skor Skala Kontrol Diri ... 66
3. Lampiran C Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Kontrol Diri ... 71
4. Lampiran D Surat Penelitian ... 80
D. 1 Surat Ijin Penelitian ... 81
D. 2 Surat Bukti Penelitian ... 83
D. 3 Informed Consent ... 85
5. Lampiran E Verbatim Pemilihan Subjek SMK N 1 Jepara ... 87
E. 1 Verbatim Pemilihan Subjek SMK N 1 Jepara ... 88
E. 2 Verbatim Kasus Subjek ... 91
6. Lampiran F Presensi Subjek Penelitian... 93
7. Lampiran G Hasil Analisis Data U Mann Withney Test ... 96
1
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia memerlukan sosialisasi dengan sesamanya. Sosialisasi dapat berguna untuk menambah wawasan remaja, mempererat hubungan, atau bisa juga memperburuk hubungan. Contohnya, pada saat seseorang berbincang-bincang terkadang bisa berujung pada pertengkaran yang hebat atau bisa juga memperoleh suatu kesepakatan. Itu semua tergantung dari kepribadian orang masing-masing. Selain itu, permasalahan remaja yang sering muncul lainnya adalah tawuran antar pelajar, vandalism, penggunaan obat terlarang dan
free sex.
Salah satu aspek yang memengaruhi permasalahan pada remaja adalah kontrol diri. Kontrol diri merupakan potensi yang dapat dikembangkan remaja untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang mereka alami. Remaja yang memiliki kontrol diri yang baik cenderung menaati peraturan yang berlaku di lingkungannya. Hal tersebut menyebabkan remaja memikirkan konsekuensi sebelum melakukan sesuatu. Sebaliknya remaja yang memiliki kontrol diri yang rendah akan memiliki perilaku mudah frustrasi, mudah meluapkan emosi secara meledak-ledak, dan tidak efektif dalam menjalankan aktivitas karena emosi yang tidak terkontrol.
Pemikiran remaja bersifat egosentris dimana mereka melakukan sesuatu yang menurut mereka benar. Egosentrisme pada remaja seringkali mengarah pada perilaku yang kurang baik seperti penggunaan obat–obatan terlarang, pemikiran-pemikiran bunuh diri, tawuran antar pelajar (Santrock, 1995, h.12). Salah satu contoh peristiwa akibat kurangnya kontrol diri pada remaja yaitu, terjadinya tawuran antar pelajar di SMK Negeri 5 Semarang pada tanggal 20 Mei 2014 saat merayakan kelulusan siswa. Siswa tersebut menghampiri kelompok konvoi dari sekolah lain secara tiba-tiba. Polisi sudah berusaha menertibkan situasi namun situasi semakin tidak terkendali. Hasilnya, polisi berhasil menangkap enam pelajar yang diduga menjadi provokator dari insiden tersebut (Anonim, 2014).
Kontrol diri seseorang akan memengaruhi pengambilan keputusan. Perkembangan remaja dalam hal pengambilan keputusan meningkat dibandingkan dengan masa sebelumnya. Hal ini terjadi dikarenakan perkembangan pola pikir remaja cenderung berpikir secara abstrak, namun seringkali kurang memikirkan akibat-akibat negatif dari perbuatannya itu (Santrock, 1995, h.13). Remaja mengambil keputusan-keputusan tentang masa depannya, teman-teman yang akan dipilih, dan lain-lain. Perilaku tersebut menyebabkan orang tua mulai kebingungan mengatasi cara pengambilan keputusan remaja dikarenakan remaja sudah mampu mengambil keputusan yang dirasa baik untuk dirinya sendiri dan kurang peka terhadap konsekuensi-konsekuensi dari keputusan yang ia
tetapkan. Dalam hal ini diperlukan kontrol diri yang kuat dari remaja agar tidak salah dalam mengambil keputusan yang dapat menentukan masa depannya kelak. Sehingga orang tua dapat memberikan kepercayaan kepadanya dan ia juga merasa tidak dikekang oleh orang tuanya.
Peristiwa tawuran SMK Negeri 5 dapat dianalisa bahwa siswa SMK Negeri 5 Semarang (dikategorikan remaja) masih belum mampu mengambil keputusan dengan tepat. Permasalahan tawuran tidak terdefinisi dengan jelas. Para siswa SMK Negeri 5 langsung mendatangi kelompok pengendara motor SMK lain dan kemudian terjadi tawuran. Para aparat keamanan pun sulit menertibkan aksi tawuran para pelajar. Jika para siswa SMK tersebut memiliki kontrol diri yang baik maka ketika pengumuman kelulusan tidak perlu mencoret-coret pakaiannya. Melainkan mereka akan merayakan kelulusan bersama keluarga dan kerabat-kerabat. Mengingat permasalahan tawuran pernah terjadi di Semarang, fokus kelompok peneliti dalam penelitian ini adalah kelompok pelajar yang menduduki bangku SMA atau sederajat dengan asumsi usia remaja SMA yang lebih sering melakukan tawuran antar pelajar.
Cara meningkatkan kontrol diri bedasarkan teori dalam Grafologi dapat menggunakan terapi tulisan tangan atau handwriting therapy yang sering disebut grafoterapi. Grafoterapi adalah terapi yang muncul dari ilmu yang mempelajari tulisan tangan (grafologi) yang menggunakan prinsip-prinsip pendekatan psikologi (Sulistiyo, 2007, h.3). Fungsi dari grafoterapi sendiri yaitu sebagai sarana untuk mendeteksi dan
mengembangkan kepribadian seseorang dan mengubah perilaku buruk menjadi perilaku yang lebih baik. Melalui analisis tulisan tangan, dapat mengetahui tingkat kontrol diri pada seseorang. Remaja hanya disuruh untuk menulis mengenai hal-hal tertentu. Kemudian dianalisa serta dilatih untuk memperbaiki tulisan mereka yang menyangkut aspek kontrol diri. Fokus grafoterapi pada penelitian ini adalah lebar tulisan tangan serta pola garis horizontal pada huruf “t”.
Menurut Gullan Whur (dalam Puspitasari, 2009, h.10) grafoterapi dan grafologi sudah bersifat ilmiah dan dapat berguna untuk mengubah perilaku seseorang dimana memerlukan upaya untuk memperbaiki perilaku diri sendiri, mengenali sifat yang tidak disukai lewat tulisan serta keinginan untuk meminimalisir sifat yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui efektivitas grafoterapi terhadap kontrol diri pada remaja.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah peneliti sampaikan di atas, maka perumusan masalah penelitian ini yaitu: ”Adakah pengaruh grafoterapi terhadap kontrol diri pada remaja tingkat SMA?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas grafoterapi terhadap peningkatan kontrol diri pada remaja tingkat SMA.
D. Manfaat Penelitian
Penulis akan memaparkan manfaat penelitian pengaruh grafoterapi terhadap kontrol diri pada remaja, yaitu:
1. Manfaat teoritis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan serta perkembangan ilmu psikologi tentang grafoterapi.
b. Untuk mengetahui pengaruh grafoterapi pada kondisi psikologis
remaja, khususnya kontrol diri. 2. Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada praktisi grafoterapi tentang efektivitas grafoterapi terhadap peningkatan kontrol diri pada remaja.
6
A. Kontrol Diri Pada Remaja
1. Pengertian Kontrol diri pada remaja
Kontrol diri menurut Baumeister (2002, h.672) adalah proses memantau diri sendiri dimana seseorang mampu menjaga perilakunya agar tetap berada di alur yang benar sehingga dapat terhindar dari berbagai macam konflik dan selalu konsisten dengan nilai–nilai yang dianutnya dimana memberikan efek menjadi pribadi yang lebih dewasa dan lebih matang dalam berpikir dan bertindak. Sedangkan kontrol diri menurut Borba (tt, h.112) adalah kemampuan tubuh serta pikiran melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Dengan adanya kontrol diri, dapat bertindak secara benar dan tepat dalam situasi dan kondisi apapun. Kontrol diri mampu membuat seseorang mengatasi masalahnya sendiri secara mandiri dan bertanggung jawab.
Pendapat lain, Utami dan Sumaryono (2008, h.48) mengatakan bahwa kontrol diri merupakan perasaan bahwa seseorang dapat membuat keputusan serta mengambil tindakan yang sesuai untuk menghasilkan suatu akibat yang diinginkan dan menghindari akibat yang tidak diinginkan. Salah satu kesuksesan seseorang dapat ditentukan dari cara analisa seseorang dalam memecahkan setiap permasalahan kehidupannya. Salah satu aspek terpenting dalam
kemampuan memecahkan masalah adalah dengan memiliki kontrol diri yang baik.
Jadi kontrol diri adalah proses memantau diri sendiri yang melibatkan kemampuan tubuh dan pikiran dimana seseorang dapat membuat keputusan dan tindakan yang efektif untuk menghasilkan akibat yang di inginkan dan menghindari akibat yang tidak diinginkan. Dariyo (dalam Sulistyo, 2007, h.7) remaja adalah masa transisi dari masa kanak–kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan baik aspek fisik, psikis dan psikososial. Masa remaja sudah mulai menunjukkan kekompleksan berbagai macam hal sehingga remaja mulai mencari jati dirinya dan bereksplorasi di lingkungannya untuk menemukan jati dirinya itu. Remaja sendiri merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa, dimana individu tersebut masih belum mampu untuk menguasai fungsi fisik maupun psikisnya.
Atkinson, Atkinson, Smith, dan Bem (1990, h.189) berpendapat bahwa remaja adalah periode transisi antara masa kanak–kanak dan masa dewasa. Batasan usia remaja berawal dari usia 12 tahun hingga akhir usia belasan. Dalam masa ini, remaja sudah mulai mengenali ketertarikan terhadap lawan jenis dan mulai adanya keinginan untuk memiliki suatu komunitas yang sehati dan sepikir dengan dirinya. Tugas perkembangan dalam periode remaja adalah memperjuangkan kebebasan, dimana pembentukan kepribadian seperti percaya diri,
konsep diri mulai terjadi pada masa transisi ini. Masa ini ditandai dengan adanya perubahan minat, peran, perubahan nilai, adanya pencarian identitas, adanya cita-cita yang tidak realistis, perubahan emosi akibat perubahan fisik dan psikologis.
Menurut Santrock (1995, h.26) remaja adalah transisi masa kanak-kanak dan dewasa yang mencakup perubahan biogis, kognitif, dan sosio emosional dimana usianya dimulai pada 10 atau 13 tahun hingga 18 atau 22 tahun. Masa remaja ditandai dengan timbulnya gejala seksualitas dan genital yang mulai berfungsi, yang sering disebut masa pubertas. Khususnya pada diri remaja proses perubahan itu merupakan hal yang bersifat wajib terjadi oleh dikarenakan dalam proses pematangan kepribadiannya, remaja mulai perlahan-lahan memunculkan sifat-sifatnya yang sesungguhnya.
Masa remaja menurut WHO (dalam Sulistyo, 2007, h.8) memiliki batasan usia antara 10 sampai 20 tahun. Pada usia ini, remaja mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Remaja adalah sosok individu yang sedang dalam proses perubahan dari masa anak ke dewasa. Secara umum dan dalam kondisi normal sekalipun, masa remaja merupakan periode yang sulit untuk dipahami, baik secara individual ataupun kelompok. Masa remaja adalah fase perkembangan manusia yang secara garis besar terjadi antara usia 12-21 tahun. Pada tahap ini, remaja mulai mendambakan identitas dirinya dan harus berusaha untuk mencapai
suatu penyesuaian diri yang harmonis dengan lingkungan. Jadi remaja adalah masa transisi dari masa kanak–kanak menuju masa dewasa yang berkisar antara 10 tahun hingga 22 tahun dimana mulai mendambakan identitas dirinya.
Berdasarkan berbagai definisi tentang kontrol diri dan remaja di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kontrol diri pada remaja adalah proses memantau diri yang melibatkan kemampuan tubuh dan pikiran dimana seseorang dapat membuat keputusan dan tindakan yang efektif untuk menghasilkan akibat yang di inginkan dan menghindari akibat yang tidak diinginkan dan dilakukan oleh seorang anak yang sedang dalam masa peralihan dari masa kanak – kanak menuju masa dewasa yang berkisar antara usia 10 hingga 22 tahun.
2. Aspek–aspek kontrol diri
Menurut Giliom (dalam Gunarsa, tt, h.251) aspek – aspek kontrol diri adalah :
a. Kemampuan mengendalikan atau menahan tingkah laku.
Kontrol diri yang baik ketika seseorang mampu mengendalikan diri dari hal bersifat menyakiti atau merugikan orang lain. Remaja mampu menolak ajakan orang lain yang mengandung unsur merugikan orang lain. Remaja mampu menanggung konsekuensi atas tindakannya itu seperti dijauhi teman–temannya, dianggap aneh dan lain–lain.
b. Kemampuan mengungkapkan keinginan atau perasaan kepada orang lain.
Seseorang yang mampu mengekspresikan keinginannya kepada orang lain berarti orang tersebut tidak membebani dirinya sendiri sehingga ia merasa lega karena keinginannya sudah tersampaikan. Remaja yang terbuka terhadap orang lain, akan meningkatkan kontrol dirinya dikarenakan tidak memendam suatu perasaan yang menyebabkan masalah.
c. Kemampuan untuk mengikuti peraturan yang berlaku
Orang yang memiliki kontrol diri yang baik bukan orang yang seenaknya sendiri. Dalam hal ini remaja akan selalu memikirkan dampak–dampak dari perbuatannya dengan hati nurani yang berisi norma–norma yang berlaku. Remaja berperilaku yang tidak merugikan orang lain, karena remaja takut mendapatkan sanksi baik bersifat moral ataupun tidak.
Menurut Utami dan Sumaryono (2008, h.48) aspek - aspek kontrol diri yaitu :
a. Tidak tergesa – gesa
Remaja yang memiliki kontrol diri yang baik tidak akan mudah membuat kesimpulan asal dan harus memiliki perencanaan yang baik sebelum memutuskan sesuatu. Remaja akan cenderung menganalisa, memikirkan semua konsekuensinya dengan baik baru membuat kesimpulan untuk melakukan suatu tindakan.
b. Memilih antara dua perilaku yang bertentangan
Remaja yang memiliki kontrol diri yang baik dalam mengatasi suatu permasalahan pasti dihadapkan pada kedua situasi yang satu memberikan kepuasan seketika, yang satunya memberikan reward jangka panjang. Remaja mampu memutuskan sesuatu sesuai dengan nilai–nilai dan aturan yang berlaku serta tidak merugikan orang lain. c. Memanipulasi stimulus
Remaja memanipulasi stimulus dengan tujuan membuat sebuah perilaku menjadi tidak mungkin dan perilaku satunya lebih memungkinkan. Jika seorang remaja mudah marah dan bertengkar dengan temannya, ia akan memilih mencari alasan untuk tidak bertemu dengan temannya dan bergaul dengan orang lain yang lebih membuatnya nyaman dibandingkan memaksakan diri berteman dengan temannya tersebut.
d. Keyakinan diri
Remaja merasa yakin untuk tidak mudah marah dengan orang lain , hal itu berdampak bisa mengelola marahnya dengan baik dan sebaliknya apabila remaja pasrah dan menerima dirinya mudah marah, maka tidak ada perubahan yang signifikan dalam mengelola rasa marah. Komponen yang diperlukan remaja adalah merasa optimis. Dengan optimis, remaja tidak menyerah dengan keadaan apapun.
Berdasarkan pendapat tokoh – tokoh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa aspek–aspek kontrol diri adalah :
kemampuan mengendalikan atau menahan tingkah laku artinya remaja mampu menolak ajakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain
kemampuan untuk mengikuti peraturan yang berlaku yaitu remaja taat terhadap aturan
tidak tergesa–gesa artinya remaja tidak asal – asalan dalam melakukan sesuatu
keyakinan diri artinya remaja tidak mudah menyerah dalam keadaan apapun
3. Faktor – faktor yang memengaruhi Kontrol Diri
Menurut Baumeister (2002, h.671), kontrol diri dipengaruhi beberapa hal, diantaranya :
a. Standard
Standard mengacu pada tujuan, pemikiran ideal seseorang, norma yang dianut oleh seseorang dan sudut pandang yang diyakini kemudian dikeluarkan dalam bentuk respon. Jika dalam pola pikir remaja bahwa menyelesaikan masalah harus dengan hati yang tenang, maka akan ada kecenderungan untuk mengontrol dirinya dan menenangkan hati serta pikiran.
b. Monitoring
Monitoring mengacu pada pengawasan orang–orang disekitar para remaja seperti orang tua, teman, pacar, dan masyarakat agar remaja tidak kehilangan kontrol diri saat menghadapi masalah. Dengan adanya dukungan yang positif dari orang disekitar para remaja dapat meningkatkan kemampuan kontrol dirinya.
c. Kapasitas untuk berubah
Adanya niat di dalam diri seseorang untuk mengontrol dirinya dengan baik. Menurut hasil penelitian dari Baumeister, diperoleh berbagai macam reaksi remaja saat mengahadapi masalah remaja. Remaja yang memiliki kapasitas yang besar dalam mengontrol masalah, remaja tidak mudah terbujuk oleh omongan kawan– kawannya yang mengajak mabuk.
Praptiani (2013, h.4) menyatakan bahwa faktor–faktor yang memengaruhi kontrol diri adalah:
a. Penalaran yang logis
Kemampuan seseorang mampu berpikir secara runtut dan sistematis dalam mengatasi suatu masalah. Dalam menganalisa masalah, orang tersebut mampu memikirkan dampak–dampak dari setiap pertimbangan yang ia pikirkan. Semakin mampu berpikir logis dalam menyelesaikan suatu permasalahan, maka semakin tinggi tingkat kontrol diri pada remaja. Jika permasalahan
cenderung diselesaikan dengan emosional, maka kontrol diri yang dimiliki remaja tersebut kurang.
b. Kesadaran diri
Kemampuan seseorang mampu menyadari keadaan dirinya sendiri dengan cara mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Saat masalah menerpa, para remaja sudah menyiapkan mentalnya untuk mengatasi masalah tersebut dan sudah memiliki
coping stress yang baik. Ia sanggup berpikir secara realistis dan
sadar penuh mengenai konsekuensi–konsekuensi dari pemikirannya. c. Task oriented
Kemampuan seseorang untuk memprioritaskan hal–hal yang penting dan tekun menjalani hal tersebut. Jika remaja tekun mengerjakan sesuatu, maka remaja mampu mengelola emosinya dengan baik dan menikmatinya. Sedangkan remaja yang kurang tekun mengerjakan sesuatu, maka mudah timbul rasa frustasi dan menyebabkan berkurangnya kontrol diri.
Jadi faktor–faktor yang memengaruhi kontrol diri adalah standard, penalaran yang logis, kesadaran diri, dan task oriented dimana orang yang memiliki kontrol diri akan selalu memiliki standar–standar nilai yang kuat dan nilai itu sudah dipertimbangkan dengan logis, dipertimbangkan secara matang serta orang yang memiliki kontrol diri yang baik adalah orang yang berpusat pada penyelesaian tugas–tugas dan tanggung jawabnya.
B. Grafoterapi
1. Pengertian Grafoterapi
Menurut Dines (dalam Sulistyo, 2007, h.14) Grafoterapi adalah proses mengubah tulisan tangan untuk mengubah pikiran seseorang. Baggett (1996, h.1), grafoterapi adalah suatu teknik untuk pengembangan diri seseorang agar menjadi lebih baik. Ashandaconsulting (dalam Puspitasari, 2009, h.22) berpendapat grafoterapi adalah terapi tulisan tangan yang bermanfaat bagi individu untuk mengungkap pola pikir seseorang, kekuatan ego seseorang, motif dasar, cara berhubungan sosial dan memandang dunia serta produktifitas dan cara mengatasi permasalahan.
Grafoterapi tidak bisa lepas dari grafologi. Kata “grafologi” sama seperti psikologi, memiliki latar belakang filosofis berkaitan dengan hakikat manusia dan perilaku, termasuk kepribadiannya. Menurut Webster (dalam Sulistyo, 2007, h.14) grafologi adalah seni atau ilmu yang menarik kesimpulan mengenai karakter kepribadian, watak, atau sikap–sikap dari tulisan tangan seseorang. Sedangkan menurut Elaine (dalam Siswanto, 2012, h.19), grafologi adalah tulisan tangan yang datang secara langsung dari penulis itu sendiri sebagai pribadi yang unik dan dengan cara yang individual dan khas. McNichol (dalam Sulistyo, 2007, h.15), grafologi berfungsi sebagai studi dari semua pergerakan grafis, bukan sekedar tulisan tangan. Menurut Safaria (dalam Puspitasari, 2009, h.23) grafologi adalah tes grafis dalam
bentuk tulisan, yang merupakan ekspresi seseorang tentang aspek tingkah lakunya.
Berdasarkan pernyataan tersebut, grafologi dan grafoterapi merupakan dua hal yang saling berhubungan dimana grafologi menganalisa tulisan subjek bedasarkan aspek–aspek tertentu untuk mengidentifikasi kepribadian subjek. Grafoterapi adalah suatu teknik yang berasal dari grafologi dimana mengubah tulisan tangan yang bertujuan untuk mengubah pikiran serta sarana pengembangan diri agar memperoleh hasil yang diinginkan. Segala prinsip – prinsip yang tertera dalam grafologi digunakan untuk grafoterapi.
2. Aspek – Aspek grafoterapi
Menurut Dines (dalam Sulistyo, 2007, h.15) ada dua aspek dari grafoterapi yaitu:
a. Pengulangan
Pengulangan ini adalah frekuensi mengulang menulis tulisan tangan dimana membawa pengaruh terhadap suatu perilaku yang diinginkan. Jika pengulangan terus dilakukan, perubahan perilaku akan semakin cepat.
b. Persistensi
Persistensi merupakan sejauh mana menulis pola atau huruf yang diinginkan secara konstan. Semakin konstan maka akan semakin cepat perubahan perilaku.
Sedangkan menurut Safaria (dalam Puspitasari, 2009. h.25) aspek- aspek grafoterapi adalah :
a. Inteligensi seseorang
Tulisan tangan seseorang akan merupakan gambar proses belajar yang telah dilakukannya. Tidak mungkin seseorang mampu mengekspresikan dirinya melalui tulisan tangan tanpa memahami kata per kata, memahami sistematika penulisan dan logika dalam urutan penulisannya. Semua ini jelas membutuhkan kecerdasan untuk proses pengelolaannya. Seseorang yang mampu membuat tulisan tangan dengan sistematis dan mudah dipahami, akan menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki kecerdasan yang sangat tinggi. Sebaliknya, jika orang tersebut tidak mampu membuat tulisan yang sistematis, bahkan cenderung tidak teratur alur tulisannya, dan tidak jelas pengungkapan dalam tulisannya, maka hal ini pun akan menunjukkan kecerdasan orang tersebut. b. Proyeksi
Proyeksi adalah sebuah proses dimana konflik bawah sadar atau dorongan bawah sadar yang muncul dalam bentuk lain, dalam hal ini dalam bentuk tulisan. Seseorang dapat melihat kepribadian orang lain berdasarkan tulisan tangannya, karena adanya proses proyeksi. Ini semua merupakan proses dinamika kejiwaan seseorang yang dapat dipahami melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukannya, termasuk melalui hasil tulisan tangannya. Secara
mudah bisa dikatakan proyeksi adalah sebuah proses bawah sadar dari dorongan atau konflik-konflik masa lalu yang termanifestasi dalam bentuk-bentuk kegiatan saat ini, dalam hal ini adalah tulisan tangan, intelegensi seseorang,
c. Motorik
Seseorang bisa mengekspresikan apa yang dirasakannya dalam bentuk tulisan merupakan sebuah proses yang cukup panjang. Proses tulisan tangan ini akan berkaitan dengan kecerdasan, kemudian melalui fisiologis otak manusia, maka tangan dapat digerakkan untuk menghasilkan tulisan. Jika fisiologis dalam otak terdapat gangguan, maka akan memengaruhi.
Berdasarkan pemaparan beberapa tokoh diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek–aspek grafoterapi adalah pengulangan, persistensi, intelegensi seseorang, proyeksi dan motorik.
3. Mekanisme Grafoterapi
Berdasarkan pemaparan teori biopsikologi dan grafologi, Menurut Dines (dalam Sulistiyo, 2007, h.16) ketika seseorang menulis tulisan tangan, sistem saraf orang tersebut bekerja seperti kabel dimana otak memberikan perintah kepada tangan untuk menulis suatu pola dengan bantuan saraf. Jadi ketika seseorang membalikkan proses yang ada, maka secara tidak langsung tangan mendikte otak. Dengan asumsi
seperti itu, dengan mengubah tulisan tangan dapat mengubah pikiran dan perilaku seseorang.
Mekanisme grafoterapi melibatkan sistem saraf pada manusia. Sistem saraf yang memiliki peran paling besar adalah otak (Kalat, 2014, h.136-138). Otak pada manusia dibagi menjadi tiga bagian yaitu otak belakang, otak tengah dan otak depan. Otak depan (Lobus
Prefrontal) berfungsi sebagai penalaran, pengorganisasian pikiran,
perilaku, pemecahan masalah dan keterampilan motorik. Lobus
Prefrontal terdapat bagian yang bernama Girus prasentral. Neuron –
neuron yang membawa informasi motorik akan ditransmisikan menuju
Girus prasental. Maka Girus prasental berfungsi sebagai sensorik
primer. Girus prasental mengendalikan anggota tubuh yang berlawanan seperti menulis tangan kanan mengendalikan girus
prasental bagian kiri. Selain itu, terdapat korteks prefontal. Ukuran korteks prefrontal mengikuti ukuran otak.
Lobus prefrontal mampu menerima informasi dari semua sistem
sensori pada bagian-bagian lobus lainnya sehingga lobus prefrontal mampu mengolah informasi dalam jumlah yang sangat banyak. Hal itu dikarenakan adanya dendrit pada lobus prefrontal memiliki spina dendrit 16 kali lebih banyak daripada neuron pada lobus yang lain. Cara kerja lobus prefrontal adalah kerja respon tunda (delayed
response task) dimana ketika ada stimulus yang singkat, terjadi
respon atas stimulus tersebut. Pada lobus prefrontal terdapat area brodmann. Pada area 9,10,11,12 berfungsi sebagai pengaturan sikap mental (Chamidah, 2013, h.23) sehingga berkaitan erat dengan perilaku seseorang. Selain perilaku, area brodmann juga menunjukkan kepribadian seseorang dalam merespon segala permasalahan baik analisa, pengambilan keputusan, kontrol diri, kepercayaan diri, kreativitas.
Pada saat seseorang menulis, pada hakikatnya orang tersebut sedang mengadakan kontak dengan emosi dan intelektualitas. Ketika menulis, proses yang terjadi bukan hanya berkaitan dengan pergerakan otot, melainkan ikut pula proses-proses psikis, seperti moralitas, pengalaman masa lalu, dan masalah mental. Dengan demikian tulisan dapat dikatakan sebagai cerminan dari karakter atau watak seseorang yang terendapkan dalam coretan-coretan dan kepribadian seseorang dapat dilihat dari tulisan tangannya.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa mekanisme grafoterapi sebagai berikut :
Keterangan :
: Tahap Awal
: Tahap Akhir
PL : Perilaku lama
PB : Perilaku baru
Bagan Mekanisme Grafoterapi
C. Dinamika Psikologis Pengaruh Grafoterapi terhadap Kontrol Diri pada Remaja
Kontrol diri memberi kontribusi yang penting bagi perkembangan psikis seorang remaja. Rendahnya kontrol diri pada remaja disebabkan oleh emosi remaja yang masih labil dalam menyelesaikan permasalahan dengan teman sebaya (Praptiani, 2013, h.2). Sehingga hal tersebut menyebabkan kontrol diri remaja buruk yang berakibat rasa marah pada remaja dimana memicu tindakan melawan dan perilaku yang agresif. Menurut Santrock (1995, h.19) kenakalan remaja meliputi penyalahgunaan obat-obatan terlarang, kehamilan remaja, bunuh diri dan
Lobus Prefrontal Area Brodmann 91,10,11,12 Menulis
gangguan-gangguan makan. Penyebab kenakalan remaja sendiri adalah kemampuan orang tua kurang terampil dalam mengatasi perilaku- perilaku remaja (Santrock, 1995, h.21). Remaja gagal menginternalisasikan sikap-sikap dari orang tuanya dalam mengatasi masalah yang menyebabkan remaja memiliki kontrol diri yang rendah. Sedangkan relasi yang positif antara orang tua dan remaja bisa memudahkan remaja mengatasi masalah yang dialami. Penyebab kenakalan remaja yang lainnya adalah serta kelas sosial dari lingkungannya yang mengajak remaja untuk melakukan hal-hal yang tidak baik (Santrock, 1995, h.23). Komunitas remaja yang buruk menyebabkan remaja memiliki kontrol diri yang rendah. Mereka mengamati banyak perilaku dari komunitas tersebut dan diberi penghargaan oleh teman-temannya karena mau meniru tindakan temannya. Berdasarkan permasalahan remaja diatas, kontrol diri pada remaja perlu dilatih sejak dini agar dapat mengendalikan emosi dengan baik. Kontrol diri dapat diubah menggunakan stimulus dan perlakuan yang diberikan melalui diri sendiri ataupun dari lingkungannya supaya remaja mampu mempelajari hal baru dan membuat kebiasaan baru dalam hal kontrol diri yang lebih baik.
Menurut Bunker (Dalam Puspitasari, 2009, h.40) ada satu cara yang dapat dilakukan untuk membangun karakter atau kepribadian seseorang tanpa mengandung resiko, yaitu dengan cara merubah tulisan tangan penulisnya. Bunker menyatakan latihan merubah tulisan tangan
ini wajib dilakukan berulang-ulang sebanyak 30 kali tiap hari, tidak boleh melompati satu hari dan mencoba mengganti pada latihan berikutnya. Tulisan tangan seseorang akan berubah sesuai dengan perubahan sifat atau karakter orang tersebut. Hal ini terjadi karena adanya sebuah pesan yang berbeda dikirim oleh pikiran melalui sistem saraf menuju bagian tubuh yang mengatur proses menulis, bagian tubuh untuk menulis tidak selalu harus tangan tetapi juga bisa gigi atau bibir. Proses merubah tulisan tangan sering disebut dengan grafoterapi.
Grafoterapi juga memiliki kaitan dengan ilmu grafologi. Menurut Siswanto (2012, h.105), lebar tulisan ilmu grafologi mampu mengungkap aspek kontrol diri. Lebar tulisan merupakan indikasi bagaimana cara penulisnya berada dalam ruang yang disediakan serta menunjukkan adanya kebutuhan ruang yang lebih luas untuk hidup, sedangkan tulisan yang kurus menunjukkan kemampuan penulisnya hidup dengan ruang yang terbatas. Salah satu cara menganalisa lebar tulisan adalah dengan menggunakan huruf “n”. Huruf “n” yang tidak terlalu lebar menunjukkan kontrol diri yang baik. Selain itu huruf “t” mampu menjukkan berbagai macam karakter dan sifat salah satunya kontrol diri. Garis horizontal pada huruf “t” menandakan kekuatan dan dorongan seseorang mengekspresikan hidupnya (Amend dan Ruiz, 1980, h. 119). Semakin panjang garis horizontal pada huruf “t” maka semakin tinggi mengekspresikan hidupnya. Garis horizontal pada huruf “t” memiliki arti memiliki kontrol diri yang baik.
Grafologi mengukur aspek melalui penekanan tulisan, pola huruf, jarak spasi antar huruf, jarak spasi antar kata (dalam Arridho, Endah dan Sugiharto, 2013, h.2). Pengukuran kontrol dapat ditunjukkan dengan mengukur lebar huruf “n” serta garis horizontal pada huruf “t”. Berdasarkan teori grafologi, melatih tulisan tangan dengan tekanan tulisan yang berat secara presisten berarti mengirimkan pesan balik kepada otak untuk mengontrol diri. Setelah dianalisa tingkat kontrol diri remaja menggunakan grafologi dengan menganalisa huruf “t” dan “n”, kemudian terapis memberikan arahan tulisan yang baik kepada remaja tersebut agar remaja memiliki kontrol diri yang baik yang disebut grafoterapi selama 30 hari. (Baggett, 1996, h.4)
Thorndike (dalam Puspitasari, 2009, h.41) menerangkan bahwa efektivitas adalah hasil satu keadaan yang memuaskan atau tidak memuaskan pada satu pertalian atau koneksi yang dipelajari. Secara singkat efektivitas grafoterapi terhadap peningkatan kontrol diri pada remaja di SMA sederajat adalah bagaimana pengaruh grafoterapi terhadap peningkatan atau penurunan kontrol diri pada remaja di SMA.
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh grafoterapi terhadap kontrol diri pada remaja dimana remaja yang mendapatkan grafoterapi mengalami peningkatan kontrol diri dibandingkan remaja yang tidak mendapatkan grafoterapi.
25
A. Metode Penelitian yang Digunakan
Metode penelitian adalah salah satu unsur penting dalam suatu penelitian ilmiah. Ketepatan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada akan menentukan hasil penelitian itu dapat dipertanggung jawabkan atau tidak. Menurut Priyanto (dalam Puspitasari, 2009, h.29) ada dua metode pokok yang sering digunakan dalam penelitian, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Eksperimen merupakan metode penelitian yang bersifat kuantitatif yang bekerja menggunakan fakta-fakta empiris, berupa variabel atau gejala di dalamnya, yang harus dapat diukur sehingga dalam eksperimen hasil berupa pengaruh (effect) dari satu atau lebih perlakuan (treatment) harus dapat diukur secara kuantitatif.
Sedangkan menurut Setyorini dan Wibhowo (2008, h.30) metode eksperimen adalah prosedur terkontrol yang terdiri minimal dua kondisi perlakuan yang berbeda yang diberikan kepada subjek dimana sekurang – kurangnya satu variabel yang dimanipulasi untuk menyelidiki hubungan sebab akibat.
Penelitian tentang ekeftivitas grafoterapi terhadap peningkatan kontrol diri pada remaja ini menggunakan metode eksperimen dimana meneliti hubungan kausal (hubungan sebab akibat) antara variabel bebas dan variabel tergantung. Alasan menggunakan metode eksperimen dalam penelitian ini karena peneliti ingin mengetahui pengaruh grafoterapi terhadap kontrol diri.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel penelitian sebagai berikut: 1. Variabel Tergantung : Kontrol diri
2. Variabel Bebas : Grafoterapi
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Kontrol diri
Kontrol diri adalah proses memantau diri sendiri yang melibatkan kemampuan tubuh dan pikiran dimana seseorang dapat membuat keputusan dan tindakan yang efektif untuk menghasilkan akibat yang diinginkan dan menghindari akibat yang tidak diinginkan. Aspek – aspek kontrol diri pada remaja adalah kemampuan mengendalikan atau menahan tingkah laku, kemampuan untuk mengikuti peraturan yang berlaku, tidak tergesa – gesa, dan keyakinan diri. Kontrol diri dapat diukur dengan menggunakan skala kontrol diri. Semakin tinggi skornya, kontrol diri semakin baik
2. Grafoterapi
Grafoterapi dalam penelitian ini adalah suatu teknik untuk pengembangan diri dimana prosesnya mengubah tulisan tangan untuk mengubah pikiran dalam wujud tulisan tangan. Teknik ini bermanfaat untuk mengungkap pola pikir seseorang, kekuatan ego seseorang, motif dasar atau dorongan naluriah, cara berhubungan sosial, dan memandang dunia serta produktifitas dan cara mengatasi permasalahan. Grafoterapi mampu meningkatkan kontrol diri dengan cara mengubah tulisan tangan, yaitu
penulisannya tinggi dengan cara melihat antara lebar dan tinggi huruf “n” dan “t”. Hal ini dilakukan sebanyak 30 kali, memakan waktu berkisar 20 menit setiap hari, dan dilakukan selama 30 hari berturut–turut (Baggett, 1996, h.4).
Peneliti memberi perlakuan kelompok eksperimen dengan menggunakan soal yang berisi satu kalimat yang tidak ada hubungannya dengan soal yang lainnya. Peneliti menekankan perlakuan dalam menulis huruf “n” dimana tinggi huruf dan lebar huruf yang sempit memiliki kontrol diri yang baik (Siswanto, 2012, h.105). Peneliti juga menganalisa huruf “t” subjek dengan cara melihat garis horizontal pada huruf “t” (Amend dan Ruiz, 1980, h.119). Sedangkan pada kelompok kontrol, peneliti memberikan soal yang sama namun peneliti tidak memberikan penekanan perlakuan pada huruf “n” dan “t”.
D. Subjek Penelitian 1. Populasi
Menurut Setyorini dan Wibhowo (2008, h.18), populasi adalah semua nilai, baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kualitatif ataupun kuantitatif karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas. Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja yang berusia 16 - 19 tahun yang bersekolah di SMK kota Jepara.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu (Setyorini dan Wibhowo, 2008, h.22). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive
sampling, dimana digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara
khusus bedasarkan tujuan penelitian (Setyorini dan Wibhowo, 2008, h.27). Ciri – ciri subjek yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah remaja yang bersekolah di SMK Negeri 1 jepara yang memiliki kontrol diri yang rendah dengan penyebaran skala kontrol diri. Data – data remaja yang memiliki kontrol diri rendah diperoleh dengan cara menganalisa huruf “n” dan “t” serta wawancara dengan guru BK SMK Negeri 1 Jepara (terlampir). Setelah diperoleh subjek yang memiliki kontrol diri yang rendah, peneliti melakukan design non random dengan cara memasangkan subjek bedasarkan skor yang diperoleh atau bedasarkan jarak skor yang sama. Kemudian subjek dimasukkan ke kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan jumlah total 30 subjek, dimana 15 subjek masuk kelompok eksperimen dan 15 subjek masuk ke kelompok kontrol.
E. Desain Eksperimen 1. Desain Eksperimen
Desain eksperimen yang dipakai dalam penelitian ini adalah Two Groups Design non random (Setyorini dan Wibhowo, 2008, h.63).
T X Y -X Y Keterangan : T : Tanpa Random X : Perlakuan (eksperimen) -X : Tanpa Perlakuan (Kontrol) Y : Variabel tergantung
Dalam model ini, kedua kelompok baik kelompok eksperimen atau kelompok kontrol sama – sama diberi pre-test untuk mengukur kondisi awal kontrol diri (O1). Selanjutnya pada kelompok eksperimen diberi perlakuan / tritmen (X) dan pada kelompok kontrol diminta untuk melakukan hal yang sama seperti kelompok eksperimen namun tidak diminta untuk menyempitkan tulisan. Setelah selesai diberi tritmen, kedua kelompok diberi test lagi sebagai post test. Pengukuran variabel dilakukan pada saat pre test dan post test.
F. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Eksperimen
Persiapan material penelitian dalam graphotherapy, yaitu : a) Kertas putih tanpa garis, bisa kertas hvs ukuran folio.
b) Adanya landasan yang cukup baik untuk menulis seperti meja beralas datar.
d) Kaca pembesar untuk analisa tulisan tangan, jika diperlukan. e) Penerangan yang cukup.
f) Materi/bahan-bahannya lengkap, dalam penelitian ini peneliti mempersiapkan bahan berupa kalimat yang banyak mengandung huruf “t” dan huruf “n”.
g) Ruangan yang tersedia baik.
h) Kebersihan alat dan tangan subyek.
Selain persiapan material penelitian, juga dibimbing seorang trainer yang akan memberikan grafoterapi. Trainer ini akan diberi pelatihan terlebih dahulu oleh ahli grafoterapi yaitu Siswanto S.Psi, M.Si.
2. Pelaksanaan Eksperimen
Pelaksanaan penelitian terdiri dari enam tahap, yaitu :
a) Pertama kali, setiap remaja di SMK diberi pre-test berupa kontrol diri yang didasarkan dari ciri- ciri kontrol diri yaitu tidak tergesa – gesa, kemampuan menahan tingkah laku, kemampuan mengikuti peraturan yang berlaku, dan keyakinan diri.
b) Pre-test skala kontrol diri tersebut diuji validitas dan reliabilitas.
c) Hasil dari pre-test skala kontrol diri kemudian dihitung. Skor yang diperoleh digunakan untuk menentukan subjek penelitian.
d) Kemudian penempatan subjek penelitian.
e) Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa graphotherapy selama 30 hari yang dikemas dalam bentuk menaikkan garis pada huruf “t” dan huruf “n” yang terdapat di dalam kalimat yang berbeda
diri. Setiap hari dalam terapi dilakukan pengulangan sebanyak 30 kali. Setelah perlakuan selama 30 hari selesai, posttest langsung diberikan. f) Pada kelompok kontrol diberikan perlakuan yang sama seperti
kelompok eksperimen, namun hanya saja tidak diminta menulis seperti kelompok eksperimen. Posttest diberikan pada hari yang sama dengan kelompok eksperimen.
G. Metode Pengumpulan Data
Skala yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah skala. Tujuan dari penggunaan skala adalah untuk mengukur aspek-aspek kontrol diri pada remaja. Skala kontrol diri disusun bedasarkan aspek-aspek kontrol diri yaitu:
a. Kemampuan mengendalikan atau menahan tingkah laku artinya remaja mampu menolak ajakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. b. Kemampuan untuk mengikuti peraturan yang berlaku yaitu remaja taat
terhadap aturan.
c. Tidak tergesa–gesa artinya remaja tidak asal – asalan dalam melakukan sesuatu.
d. Keyakinan diri artinya remaja tidak mudah menyerah dalam keadaan apapun.
Jumlah item dalam skala kontrol diri adalah 40 item. Skor skala ini disusun berjenjang, untuk kelompok item favorable skor bergerak dari empat hingga satu dimana untuk sangat sesuai (SS) skornya 4, Sesuai (S)
1. Berikut blueprint skala kontrol diri dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel I
Tabel blueprint Pretest dan Posttest Skala Kontrol Diri
No Aspek Item Jumlah
Favorable Unfavorable
1 Kemampuan menahan diri 5 5 10
2 Kemampuan menaati peraturan
5 5 10
3 Tidak tergesa – gesa 5 5 10
4 Keyakinan diri 5 5 10
Jumlah 20 20 40
H. Uji Coba Skala Ukur 1. Validitas
Validitas alat ukur adalah sejauh mana isi alat ukur mencakup data yang komperhensif dan relevan dengan tujuan penelitian. Kontrol diri pada remaja adalah proses memantau diri yang melibatkan kemampuan tubuh dan pikiran dimana seseorang dapat membuat keputusan dan tindakan yang efektif untuk menghasilkan akibat yang diinginkan dan menghindari akibat yang tidak diinginkan dan dilakukan oleh seorang anak yang sedang dalam masa peralihan dari masa kanak – kanak menuju masa dewasa yang berkisar antara usia 10 – 22 tahun. Validitasnya didapatkan dengan cara melihat skor
dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Teknik korelasi dihitung dengan mencari koefisien korelasi antar skor yang diperoleh dari setiap item dengan skor totalnya. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS (Statistical Packages for Social Science).
2. Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability yang artinya memiliki sifat dapat dipercaya. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas apabila dipergunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama atau oleh peneliti yang lain dan tetap memberikan hasil yang sama. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS (Statistical Packages for Social Science)
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
U-Mann Whitney dengan subjek kurang dari 40 orang. Analisa data ini digunakan
untuk mengetahui efektivitas grafoterapi terhadap peningkatan kontrol diri pada subjek penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
34
A. Orientasi Kancah Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, tahap awal yang harus dilakukan adalah menentukan tempat dimana penelitian akan dilakukan serta mempersiapkan segala sesuatunya agar kegiatan penelitian menjadi lancar. Peneliti mengambil subjek anak berusia 14-16 tahun di SMK Negeri 1 Jepara. SMK Negeri 1 Jepara memiliki berbagai macam jurusan diantaranya adalah TKJ (Teknik Jaringan Komputer), TPHP (Teknik Pengolahan Hasil Pangan), TPHPi (Teknik Pengolahan Hasil Perikanan), TKR (Teknik Kendaraan Ringan), dan NKPI (Nauritika Perkapalan dan Penangkapan Ikan). Kelas yang diambil adalah kelas X 2 jurusan NKPI.
Alasan peneliti menggunakan SMK Negeri 1 Jepara kelas X NKPI sebagai lokasi penelitian sebagai berikut :
a) SMK Negeri 1 Jepara belum pernah mendapatkan grafoterapi terhadap kontrol diri.
b) Remaja yang bersekolah di SMK Negeri 1 Jepara hampir sebagian besar berasal dari latar belakang keluarga yang sama yaitu berasal dari keluarga nelayan.
c) Peneliti bertanya secara singkat kepada guru BK kelas X SMK Negeri 1 Jepara mengenai kasus – kasus anak SMK. Kasus yang
anak jurusan NKPI
d) Ketika peneliti melakukan raport kepada siswa, memang ditemui beberapa anak NKPI memiliki perilaku yang kurang baik, seperti telat masuk kelas hingga 20 menit, bolos pada jam pelajaran tertentu, bahkan berkata kata – kata kotor.
e) Pihak Humas SMK Negeri 1 Jepara memberikan ijin penelitian kepada peneliti.
B. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian dilakukan dengan mengajukan surat permohonan ijin penelitian, pemilihan alat tes, serta penentuan subjek penelitian. 1. Permohonan Ijin Penelitian
Sebelum memulai penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan perijinan pada pihak terkait secara tertulis.
Adapun perijinan ini melalui tahap-tahap sebagai berikut
a. Meminta surat permohonan ijin dari Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang sebagai surat ijin penelitian di Universitas Katolik Soegijapranata itu sendiri. Surat tersebut bernomor 0311/B.7.3/FP/IX/2015 tertanggal 11 September 2015.
b. Meminta surat pernyataan kepada HUMAS SMK Negeri 1 Jepara bahwa peneliti sudah melakukan penelitian eksperimen pengaruh grafoterapi terhadap kontrol diri pada remaja di SMK
tertanggal 14 Mei 2016)
c. Mengajukan surat permohonan ijin berupa informed consent kepada siswa - siswa yang bersedia menjadi subjek penelitian 2. Pemilihan Skala Tes
Alat tes yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini, yaitu skala kontrol diri dimana berisi 40 soal pernyataan sesuai dan tidak sesuai. Soal – soal ini menyangkut aspek – aspek kontrol diri seperti kemampuan mengendalikan atau menahan tingkah laku, kemampuan untuk mengikuti peraturan yang berlaku, tidak tergesa – gesa, dan keyakinan diri. Sistem penilaian jawaban adalah sebagai berikut : sangat sesuai (SS) skor 4; sesuai (S) skor 3; tidak sesuai (TS) skor 2; sangat tidak sesuai (STS) skor 1. Tabulasi item dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
Tabel Aspek dan Item Skala Kontrol Diri
No Aspek kontrol diri
Favorable Unfavorable Jumlah (item) 1 Kemampuan mengendalikan tingkah laku 7,10,15,26,37 17,19,20,29, 35 10 2 Kemampuan mengikuti peraturan yang berlaku 1,14,16,24,30 6,11,23,25, 31 10 3 Tidak tergesa – gesa 4, 5, 18, 33, 39 12,21,27,32,34 10 4 Keyakinan diri 2,3, 9, 36, 40 8, 13,22,28,38 10 Total 40
Bapak Siswanto, S.Psi, M.Si selaku ahli grafoterapi dan dosen pembimbing peneliti memberikan arahan dan saran dalam pembuatan modul. Jumlah soal dalam modul tersebut adalah 30 soal. 4. Survey Tempat
Penelitian dilakukan di SMK Negeri 1 Jepara. Survey tempat dilakukan pada tanggal 15 September 2015. Tempat yang digunakan adalah ruang kelas 2 dan 3 dimana terdapat papan tulis putih, lampu penerangan yang cukup dan beberapa kursi yang dapat digunakan selama grafoterapi. Selain itu, peneliti juga memberikan alat tulis berupa: 35 pensil dan penghapus, serta 2 rim kertas yang digunakan untuk mendukung jalannya grafoterapi.
5. Subjek Penelitian
Jumlah subjek yang ada dalam satu kelas adalah 32 orang, sesuai dengan absen sekolah yang telah disediakan. Namun ada 2 subjek yang tidak mengisi informent concent dikarenakan subjek sedang dalam proses pindah jurusan lain, serta ada juga subjek yang memang tidak mau mengisi. Mengetahui hal itu, peneliti hanya mendapatkan 30 subjek yang nanti akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
6. Pengambilan Data
Dalam pengambilan data peneliti menggunakan skala kontrol diri, dimana bertujuan untuk mengukur tingkat kontrol diri remaja.
pretest dan saat posttest.
C. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Eksperimen
Langkah awal penelitian ini adalah mengumpulkan subjek. Jumlah subjek adalah 30 orang, dengan ketentuan sudah mengisi
informent concent yang telah diberikan oleh peneliti. Prosedur
pelaksanaan penelitian dibagi dalam dua tahap yaitu pretest sebelum adanya perlakuan serta postest setelah diberikannya perlakuan. Perlakuan itu sendiri hanya diberikan pada kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan apapun. 2. Persiapan Tritmen
Peneliti menyiapkan 30 kertas HVS, 30 pensil yang akan digunakan pada pertemuan kedua hingga pertemuan ke 30 saat pemberian tritmen.
3. Proses Penempatan Subjek
Peneliti melakukan proses random yang bertujuan untuk menentukan subjek penelitian terlebih dahulu berdasarkan rendahnya skor kontrol diri. Tinggi rendahnya skor kontrol diri diukur dengan menggunakan skala kontrol diri. Skor kontrol diri yang rendah adalah skor yang didapat dari skor pretest. Terdapat 30 remaja dalam penelitian ini yang terhitung sebagai populasi penelitian yang kemudian mengisi skala kontrol diri. Penempatan
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen, mean yang diperoleh adalah 31,56. Sedangkan pada kelompok kontrol, mean yang diperoleh adalah 31,92. Penentuan 30 subjek kelompok eksperimen dan kelompok control dilakukan dengan undian.
4. Pelaksanaan
Tritmen diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang berlangsung selama 38 kali pertemuan. Pada kelompok eksperimen, grafoterapi diberikan dengan cara subjek memberikan penekanan penulisannya tinggi dengan cara melihat antara lebar huruf “n” dan panjang garis horizontal huruf “t”. Sedangkan kelompok kontrol, subjek diminta untuk menulis kalimat yang sama seperti pada kelompok eksperimen dan mengulangnya sebanyak 30 kali tetapi tanpa memberikan penekanan pada huruf “n” dan “t”. Setelah grafoterapi berlangsung selama 30 pertemuan, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan posttest. Masing-masing kelompok terdapat 15 orang untuk kelompok eksperimen dan 15 orang untuk kelompok kontrol. Grafoterapi diadakan pada pertemuan Jumat tanggal 14 Oktober 2015 sampai dengan pertemuan Sabtu 27 November 2015, sementara posttest dilakukan pada tanggal 28 November 2015. Materi grafoterapi dapat dilihat pada lampiran halaman 57.
Jurnal kegiatan dalam penelitian ini berisi tentang kegiatan selama penelitian yang teridiri dari hasil observasi, kendala dan solusi selama kegiatan penelitian. Berikut adalah jurnal kegiatan selama penelitian yang dikemas dalam bentuk tabel:
Tabel 3:
Jurnal Kegiatan Grafoterapi
No Jurnal
Kegiatan
Pertemuan Hasil Observasi dan Kendala
Solusi
1 Perkenalan, Instruksi dan pretest
1 Banyak subjek tertarik grafoterapi
Subjek bertanya-tanya tentang grafoterapi
Suasana kelas tidak tenang
Melakukan ice breaking
Menyuruh para subjek untuk tidak berisik di dalam kelas
2 Proses tritmen grafoterapi
2 Jumlah subjek 30
Kelompok kontrol ribut
Subjek kelompok eksperimen masih salah membuat huruf n dan t
Peneliti menyuruh subjek untuk tenang selama mengerjakan soal
Peneliti mengajari subjek yang salah membuat huruf n dan t
3 Penelitian dilaksanakan pukul 10.00
Jumlah subjek 22
8 subjek tidak masuk karena ada yang memboloskan diri, ijin latihan Beberapa subjek eksperimen mengerjakan asal – asalan Subjek SA pada kelopmpok eksperimen memperbaiki tulisannya Peneliti menyuruh subjek yang belum selesai mengerjakan untuk menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu Peneliti mengajari subjek eksperimen membuat huruf n dan t secara benar
Proses tritmen grafoterapi
4 Jumlah subjek 22
Ada subjek yang membolos
Beberapa subjek eksperimen bosan
Subjek eksperimen asal menulis Peneliti melakukan pendekatan kepada subjek Peneliti memberikan motivasi kepada subjek
5 Subjek datang terlambat
Hasil tulisan subjek eksperimen menurun dikarenakan jam sebelumnya subjek mengerjakan tugas yang berat Peneliti memotivasi dan menceritakan pengalaman peneliti tentang tugas saat sekolah 6 Jumlah subjek 27
Ada satu subjek yang sedang memiliki masalah pribadi Selama proses penelitian, subjek kelompok eksperimen menunjukkan peningkatan hasil Subjek bermasalah dibawa ke ruang BK untuk diberi pengarahan Peneliti membawa makanan ringan untuk meningkatkan motivasi subjek 7-13 Setiap hari peneliti dan
guru BK mencari siswa yang sengaja bolos saat jam penelitian
Hasil tulisan subjek bervariatif, dikarenakan ada subjek yang tertarik dengan grafoterapi, dan ada subjek yang
mengerjakan asal - asalan Guru BK memberikan teguran Peneliti mengajak subjek menyanyikan yel – yel supaya subjek tidak bosan Membagi makanan ringan 14 Jumlah subjek 30 Subjek SA bertanya – tanya mendalam mengenai grafoterapi setelah pulang sekolah
Peneliti menjelaskan kepada SA mengenai proses grafoterapi secara detail
Proses tritmen grafoterapi
15 Pengurangan jam pelajaran dari 40 menit jadi 30 menit
Ada kegiatan evaluasi guru selama satu minggu
Jumlah subjek 22
Subjek banyak yang membolos
Subjek kelompok eksperimen ada yang serius mengerjakan dan ada yang tidak serius mengerjakan Peneliti memotivasi subjek agar tetap semangat mengerjakan soal Peneliti mengajak subjek menyanyikan yel-yel supaya suasana mood subjek membaik
16-17 Kehadiran subjek 22
Subjek banyak datang terlambat
Subjek kelompok eksperimen tidak bisa mengerjakan dengan tenang karena kelompok kontrol selalu ribut di kelas
Hasil tulisan tangan tidak berbeda jauh dengan pertemuan sebelumnya
Peneliti
mengulangi lagi tata cara penulisan huruf “n” dan “t” secara benar Peneliti menyempatkan diri datang melihat kegiatan para subjek saat jam pulang sekolah agar subjek merasa nyaman dengan peneliti
18-22 Beberapa subjek datang terlambat
Jumlah subjek 30
Hasil tulisan tangan subjek mengalami peningkatan
Memberikan teguran
Meberikan reward kepada subjek yang rajin mengerjakan soal
23 Jam mengajar kembali seperti semula Subjek asal mengerjakan soal Peneliti mengulangi cara menulis huruf “n” dan “t” 35
Proses tritmen grafoterapi 24 – 30 Subjek menunjukkan rasa bosan Subjek eksperimen dan kontrol tidak mau mengerjakan
Beberapa subjek sengaja datang terlambat
Subjek disuruh masuk ke kelas namun menolak
Subjek tertidur di kelas
Ada subjek yang bertengkar dengan temannya saat jam penelitian
berlangsung
Subjek kelompok kontrol jalan-jalan ke kelas eksperimen
Ada subjek diam-diam menuju ke kantin
Hasil tulisan tangan huruf “n” dan “t” asal-asalan Peneliti meminta subjek untuk tetap fokus mengerjakan soal Peneliti memberi makanan ringan setelah subjek menyelesaikan soal Meminta kerja sama dengan guru BK untuk mencari subjek 3 Proses tritmen untuk subjek yang tidak hadir dari pertemuan sebelumnya dan posttest
31-37 subjek yang bolos diberikan tritmen
subjek yang sudah melakukan tritmen selama 30 kali melakukan posttest
Mencari subjek yang belum 30 kali tritmen
Guru BK membantu mencari subjek
4 Posttest 38 subjek yang belum mengisi posttest
1. Uji Validitas alat ukur
Penelitian ini menggunakan hasil tryout sebagai data penelitian. Data dari hasil penentuan subyek terhadap 50 remaja SMA di kota Semarang yang berumur antara 16 – 20 tahun dan ditabulasi untuk dihitung validitas dan reliabilitasnya. Perhitungan validitas dan reliabilitas dilakukan dengan bantuan SPSS (Statistical Packages for
Social Science). Penentuan apakah suatu item valid atau gugur,
digunakan pedoman nilai koefisien korelasi (r tabel 5%) yaitu 0,235. item yang memiliki nilai corrected item-total correlation di atas 0,235 dinilai sebagai item valid sedangkan yang dibawah 0,235 dinilai sebagai item gugur. Pada pengujian validitas alat ukur berupa skala kontrol diri yang berisi 40 item terhadap 50 remaja dan diperoleh sebanyak 12 item valid. Tabulasi item yang valid dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4
Item setelah Diuji Validitas
No Aspek kontrol diri Favorable Unfavorable Jumlah
(item) 1 Kemampuan mengendalikan tingkah laku (7),(10),15,26,(37) (17),(19),(20),29, 35 4 2 Kemampuan mengikuti peraturan yang berlaku 1, ,(14),(16),24,30 6,(11),(23),(25), 31 5
3 Tidak tergesa – gesa (4),(5), (18), (33),(39) (12),(21),(27),(32), 34 1 4 Keyakinan diri (2),3, 9, (36), (40) (8), (13),(22),
(28), (38)
2
Total 12
Keterangan : angka dicetak tebal dan diberi tanda kurung adalah item gugur Berdasarkan item – item yang sudah dianalisis diatas, item – item yang valid adalah:
Skala Kontrol Diri
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya menjaga kebersihan bangku sekolah
2 Saya yakin orang yang bekerja keras mampu menaikkan kesejahteraan hidupnya
3 Saya cuek dengan dampak yang terjadi akibat perbuatan saya
4 Setiap masalah pasti ada solusi
5 Saya membuang sampah pada tempatnya
6 Saya melaksanakan piket kelas dengan taat
7 Saya mengembalikan alat tulis yang saya pinjam
8 Saya mudah terprovokasi oleh teman saya
9 Saya datang ke sekolah tepat waktu
10 Saya mencoret – coret seragam sekolah saya
11 Saya cepat tersinggung saat menerima kritikan dari
orang lain
12 Saya suka memandang rendah teman saya
2. Uji Reliabilitas Alat Ukur
Uji reliabilitas untuk variable kontrol diri pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan menggunakan SPSS. Koefisien reliabilitas yang diperoleh sebesar 0,779.
Skor pretest dan posttest yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: Tabel 6
Skor Pretest
Eksperimen Nilai Kontrol Nilai
AA 37 AW 36 NT 31 IAT 42 DP 39 YH 42 MF 40 FF 33 MS 30 RF 33 IML 36 NAK 38 IF 33 MRZ 28 MR 38 FAT 33 TG 28 MAA 29 MFQ 34 IA 43 BC 32 ZD 38 SA 23 IAC 23 IMY 22 SA 22 IMYA 21 NY 23 ZM 23 MI 23 Tabel 7 Skor Posttest
Eksperimen Nilai Kontrol Nilai
AA 37 AW 38 NT 36 IAT 43 DP 40 YH 44 MF 40 FF 38 MS 42 RF 41 IML 41 NAK 41 IF 39 MRZ 32 MR 46 FAT 43 TG 33 MAA 40 MFQ 38 IA 45 BC 39 ZD 46 SA 40 IAC 33 IMY 32 SA 30 IMYA 35 NY 32 ZM 40 MI 35