12
ANALISIS RESIKO USAHATANI KOPI ROBUSTA BERDASARKAN SISTEM VEGETATIF DAN GENERATIF DI DESA GALANG TINGGI KECAMATAN MEKAKAU ILIR
KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Anggi Astia Ningsih(1), Munajat(2)
¹ Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Baturaja Universitas
² Dosen (S1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Baturaja Universitas
Jl. Ratu Penghulu Karang sari No. 02301, OKU, Sumatera Selatan, telp/Fax (0735) 326122
email : [email protected]
ABSTRACK
This study aims to analyze how the cost risk, production,selling price, coffe farm income with vegetative and generative system. This research is carried out in the Village of Galang TinggiSub-district ofMekakau IlirRegency Ogan Komering Ulu Selatan. Selected this area as a Research location based on data obtained from the Agriculter and Plantation Districts Ogan Komering Ulu Selatan, that coffe farming robusta land area and production is greater than other villages. The implementation of the study was conducted for 3 Month from November – January. Starting from the preparation of proposals, data retrieval, data processing and preparation of final reports. The method used is survey method. From the calculation it can be seen the risk of robusta coffe farming system is smaller than the generative system. The small coefficient value indicates that the average value variability in the farm is low. This ilistrates the risk that will be faced in the small vegetative system while the generative system is larger.
Keywords :cost risk, production, selling price, revenue
PENDAHULUAN
Pertanian adalah salah satu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan proses pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pertanian dalam arti sempit dinamakan pertanian rakyat sedangkan pertanian dalam arti luas meliputi pertanian dalam arti sempit, kehutanan, peternakan dan perikanan.Pertanian yang baik ialah pertanian yang dapat memberikan produk yang jauh lebih baik dari pada tanaman tersebut dibiarkan hidup secara alami (Soetriono, 2006).
Pertanian di Indonesia tidak hanya terdiri atas subsektor pertanian dan subsektor pangan, tetapi juga subsektor perkebunan, subsektor peternakan, dan subsektor perikanan. Subsektor perkebunan merupakan subsektor pertanian secara tradisional yang juga merupakan salah satu penghasil devisa negara. Sebagian besar tanaman perkebunan tersebut
merupakan usaha perkebunan rakyat, sedangkan sisanya diusahakan oleh perkebunan besar, baik milik pemerintah maupun swasta, yang saat ini mulai mengalami peningkatan yang cukup berarti.Perkebunan rakyat menguasai 81% dari luas areal perkebunan yang ada di Indonesia dan sudah mengalami peningkatan produksi (Soetrisno, 2002).
Produksi kopi Indonesia telah mencapai 600.000 ton pertahun dan lebih dari 80% berasal dari perkebunan rakyat. Devisa yang diperoleh dari ekspor kopi dapat mencapai ± US $ 824,02 juta (2009), dengan melibatkan ± 1,97 juta KK yang menghidupi 5 juta jiwa keluarga petani. (Dirjen Perkebunan, 2011).
Kopi merupakan usahatani pertanian yang paling akrab dengan masyarakat, mulai dari kalangan ekonomi atas sampai bawah.Hingga saat ini kopi masih menduduki komoditas andalan ekspor hasil pertanian
17
Indonesia selain kelapa sawit, karet dan kakao. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang diharapkan mampu meningkatkan nilai devisa ekspor Indonesia (Santoso, 1999).Secara umum, terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika (kualitas terbaik) dan robusta. Kopi robusta yaitu kopi yang memiliki cita rasa yang kuat dan cendrung lebih pahit dibanding dengan arabika. Pohon kopi robusta memiliki perakaran dangkal oleh karena itu rentan dengan kekeringan, daun kopi robusta bentuknya oval dengan ujung meruncing daun tumbuh pada batang , cabang dan ranting. Dari segi ukuran buah kopi robusta lebih kecil dibandingkan arabika ketika muda kulit berwarna hijau dan berubah menjadi merah saat matang. Buah yang telah matang tetap menempel kuat ditangkainya, tidak rontok seperti arabika, bentuk bijinya cendrung membulat dan ukurannya lebih kecil. Pengolahan kopi sangat berperan penting dalam menentukan kualitas dan cita rasa kopi (Rahardjo,2012).
Risiko produksi menuntut petani mampu menanggulanginya, dengan mengeluarkan pembiayaan agarproduksi dapat optimum.Fluktuasi harga yang beresiko pada harga komoditas pertanian serta besarnya pembiayaan menjadikan resiko tersendiri terhadap pendapatan yang diharapkan petani (Nicholson, 1995).
Sebagian besar wilayah memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah sehingga menjadikan potensi yang unggul dalam bidang perkebunan.Sampai saat ini, perkebunan tetap menjadi prioritas utama dalam peningkatan perekonomian di Ogan Komering Ulu Selatan. Mayoritas Petani di Provinsi Sumatra Selatan menanam jenis kopi robusta atau Canephora. Nama robusta di gunakan untuk tujuan perdagangan, jenis kopi ini memiliki kelebihan
dari segi produksi yang lebih tinggi dibandingkan jenis kopi arabika dan liberika. Kopi robusta bisa ditanam pada ketinggian lahan yang lebih tinggi dari kopi arabika agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Penanaman kopi robusta pada lahan dataran rendah akan menurunkan produksi dan lebih rentan terhadap penyakit karat daun.
Ketinggian tempat yang optimal untuk kopi robusta sekitar 400 – 1.200 meter dpl.Untuk bibit, secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu vegetative dan generative.Kopi robusta berdasarkan sistem vegetatif yaitu pembiakan tanaman berdasarkan stek atau mengembangbiakan tumbuhan dengan menanam potongan bagian tertentu dari tanaman, potongan tersebut harus memiliki buku-buku. Jika menggunakan bibit yang berasal dari vegetative umur bibit sebaiknya skitar 8 bulan. Sedangkan bibit yang berasal dari generatif yaitu pembiakan dengan cara menyemaikan benih atau bijinya yang diambil dari kopi terbaik, sebaiknya berumur 1 tahun (Panggabean, 2011).
Tanaman kopi banyak di budidayakan khususnya di Kecamatan Mekakau Ilir dengan luas lahan dan produksi tanaman. Tabel 1 menjelaskan bahwa terdapat banyak luas areal tanaman perkebunan kopi rakyat yang terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan. Salah satu kecamatan yang sangat berpotensi dalam pengembangan komoditi kopi adalah kecamatan mekakau ilir dengan luas areal tanam sebesar 6,976. Hampir seluruh petani kopi di Kecamatan mekakau ilir masih melakukan cara bertani tradisional. Jumlah produksi tanaman kopi di kecamatan Mekakau Ilir lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Produksi tanaman kopi di Mekakau Ilir berjumlah 4762,52 (Ton/Ha) dapat dilihat pada tabel berikut:
18
Table 1. Luas Areal Tanaman dan produksi Perkebunan Kopi di Kecamatan Mekakau Ilir Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Tahun 2015
No Kecamatan Luas areal Produksi ton/hektar
1 Mekakau ilir 6,976 4762,52
2 Banding Agung 4301 2974,75
3 Warkuk Ranau Selatan 4,657 3107,61
4 BPR Ranau Tengah 3,156 2095,10 5 Buay Pemaca 2,267 4615,79 6 Simpang 1,094 645,32 7 Buana Pemaca 6,854 1454,16 8 Muaradua 813 438,73 9 Buay Rawan 2,141 1337,36
10 Buay Sandang Aji 3,150 2016,26
11 Tiga Dihaji 2,837 1847,63 12 Buay Runjung 2,748 1692,14 13 Runjung Agung 2,275 1464,38 14 Kisam Tinggi 6,146 4190,93 15 Muaradua Kisam 5,405 3663,14 16 Kisam Ilir 3,128 2093,64 17 Pulau Beringin 5,964 4030,33 18 Sindang Danau 3,536 2195,11 19 Sungai Are 3,351 2119,92 Jumlah 70,799 46744,82
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan tahun 2016. Di Kecamatan Mekakau Ilir terdapat 19
desa yang merupakan petani kopi, dimana produksi tanaman perkebunan kopi terbesar
berada di desa galang tinggi. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Luas Areal Dan Produksi Tanaman Perkebunan Kopi Menurut Desa Di Kecamatan Mekakau Ilir Kabupaten Oan Komering Ulu Selatan Tahun 2015
No Desa Luas Lahan Produksi
1 Kota Dalam 558,08 381,00 2 Teluk Agung 627,84 428,62 3 Tanjung Besar 697,6 476,25 4 Pulau Duku 279,04 190,50 5 Sinar Marga 627,86 428,62 6 Kota Batu 348,6 238,12 7 Galang Tinggi 906,88 619,12 8 Sukaraja 348,8 238,12 9 Sri Menanti 627,84 428,62 10 Kepayang 209,28 142,87 11 Kemang Bandung 209,28 142,87
12 Selabung Belimbing Jaya 558,08 381,00
13 Air Baru 279,04 190,50
14 Bunut 209,28 142,87
15 Perean 488,32 333,32
Jumlah 6975,82 4762,52
19
Tabel 2. dapat diketahui bahwa di Kecamatan Mekakau Ilir luas areal tanaman kopi terluas terdapat di Desa Galang Tinggi dengan jumlah 906,88 hektar dan produksi 619,12 (Ton/Ha).Di desa galang tinggi rata-rata tanaman kopi sudah banyak yang menggunakan sistem vegetatif dibanding generatif karena perbanyakan tanaman dengan cara vegetatif masa muda tanaman relatif pendek dan lebih cepat bereproduksi. Di galang tinggi tidak hanya tanaman kopi tetapi ada juga yang bertanam lada, padi dan masih banyak yang lainnya, diantara usahatani tersebut usahatani kopi adalh yang paling banyak di Desa Galang Tinggi.
Namun petani dihadapkan dengan risiko dalam usahatani kopi menjadi pertimbangan petani, seperti biaya, produksi, harga jual, dan pendapatan dalam menghadapi risiko pada usahatani kopi robusta.Resiko biaya produksi yaitu penjumlahan dari dua jenis biaya dalam proses produksi yaitu biaya tetap dan biaya variabel (biaya tidak tetap). Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi yang besarnya tidak dipengaruhi oleh banyaknya produksi yang dihasilkan, dinyatakan dalam rupiah. Biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi yang besarnya berubah - ubah secara proporsional terhadap jumlah produksi yang dihasilkan, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Resiko produksi yaitu komoditas yang dihasilkan selama terjadinya proses produksi yang diukur dalam ton. Resiko Harga di tingkat petani atau produsen adalah harga kopi yang dijual oleh petani pada saat transaksi jual beli, diukur dalam satuan rupiah per kilogram(Rp/Kg), harga yang terlalu tinggi dapat mempersulit produk untuk dijual dan harga yang terlalu rendah dapat mengakibatkan kerugian pada petani. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dari usahatani kopi dikurangi biaya yang dikeluarkan selama musim tanam (Rp).
Penelitian ini menarik karena melihat petani dalam membudidayakan usahatani kopi
sudah banyak yang berubah mengenal ke sistem vegetatif. Hal tersebut dilakukan dalam rangka mengurangi resiko pendapatan dari petani. Penelitian ini juga dilakukan sebagai pembeda dengan penelitian lain yang terkait dengan resiko usahatani kopi yakni adanyasystem vegetatif dan generatif.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Galang Tinggi Kecamatan Mekakau Ilir Kabupaten Ogan Komring Ulu Selatan. Penentuan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive). Terpilihnya Desa ini sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa Desa ini merupakan Desa yang pendapatannya paling besar jika dibandingkan dengan Desa lainnya yang ada di kecamatan mekakau ilir Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan.
Metode penarikan contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode disproportionate stratified random sampling yaitu sampel yang diambil secara acak berlapis tidak berimbang. Sampel penelitian ini adalah petani yang berusahatani kopi secara vegetative dan generative.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 55 sampel. Berdasarkan sistem pertanian vegetatif 50 orang dari 10% dan generatif 5 orang dari 10%. Untuk mengetahui resiko biaya, produksi, harga jual, pendapatan usahatani dari usahatani kopi dengan sistem vegetatif dan generatif dapat dilakukan dengan cara koefisien variasi. Cara ini lebih mudah dilakukan karena hanya membutuhkan data produksi, biaya, harga, dan pendapatan yang diperoleh pada waktu tertentu (barry, 1984). Cara menghitung koefisien variasi adalah sebagai berikut: Kv = S Xr Keterangan: KV = Koefisien variansi S = Standar deviasi Xr = Nilai rata-rata
20
Nilai koefisien yang kecil menunjukkan variabilitas nilai rata-rata pada usahatani tersebut rendah. Hal ini menggambarkan resiko yang akan dihadapi untuk memperoleh produksi atau harga rata-rata tersebut kecil.Untuk mengetahui standar deviasi dapat menggunakan rumus ebagai berikut:
keterangan:
S = standar deviasi (simpangan baku) xi = nilai x ke-i
x = rata-rata n = jumlah sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Resiko Usahatani Kopi Robusta Berdasarkan Sistem vegetative dan Generatif
1. Biaya Kopi Robusta Biaya merupakan semua biaya yang harus dikeluarkan dalam melakukan usahatani kopi robusta yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel pada usahatani kopi robusta di Desa Galang Tinggi Kecamatan Mekakau Ilir Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan adalah biaya bibit, pupuk, herbisida, pestisida, dan tenaga kerja.
Sedangkan biaya tetap yang termasuk pada biaya tetap meliputi penyusutan alat. Komposisi biaya tetap dan biaya variabel pada usahatani tersebut menghasilkan Biaya Total, seperti yang dapat disajikan pada Tabel berikut ini:
Tabel 3. Rata-rata Biaya Total Usahatani kopi Robusta Berdasarkan Sistem Vegetatif di Desa Galang Tinggi Kecamatan Mekakau Ilir Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan
Uraian Jumlah Rata-rata
Biaya tetap 25.369,597 507,391
Biaya variabel 24.539,500 490,790
Total biaya 49.909,097 998,181
Sumber: Data primer diolah, 2017
Tabel 3 dapat dilihat biaya tetap usahatani kopi robusta berdasarkan sistem vegettif sebesar 25.369,597 dengan rata-rata 507,391 meliputi cangkul, keranjang, spayer, parang, terpal, karung dan garuk. Sedangkan
biaya variabel sebesar 24. 539,500 dengan rata-rata 490,790 yang meliputi pupuk (urea, tsp, kcl), herbisida, pestisida, bibit, dan tenaga kerja. Dengan total biaya keseluruhan 49.909,097 dengan rata-rata 998,181.
Tabel 4. Rata-rata Biaya Total Produksi Usahatani kopi Robusta Berdasarkan Sistem Generatif di Desa Galang Tinggi Kecamatan Mekakau Ilir Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan
Uraian Jumlah Rata-rata
Biaya tetap 1.746,909 349,381
Biaya variable 690,000 138,000
Total biaya 2.436,909 487,381
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Tabel 4 dapat dilihat biaya tetap usahatani kopi robusta berdasarkan sistem generatif meliputi cangkul, keranjang, spayer,
parang, terpal, karung, garuk dan polibag dengan jumlah sebesar 1.746,909 dengan rata-rata 349,381. Sedangkan biaya variabel
21
meliputi herbisida, pestisida, bibit, dan tenaga kerja dengan jumlah sebesar 690,000 dengan rata-rata 138,000. Dengan total biaya keseluruhan 2.436,909 dengan rata-rata 487,381.Adapun pengolahan data analisis resiko biaya dapat dilihat pada tabel 4.Standar deviasi vegetatif
s = √ (49.909,097 – 998,181)2 50 - 1 s = √(48.910,916)2 4 s = √ 2392.277,704 49 s = √488.219,939 s = 22,095
Dari rumus standar deviasi diatas didapatlah jumlah biaya 49.909,097 dikurang rata-rata biaya 998,181 di kuadratkan dibagi dengan jumlah sampel 50 dikurang 1 maka hasil yang diperoleh yaitu sebesar 488.219,939. adapun akar dari 488.219,939
adalah 22,095 Jadi, standar deviasi berdasarkan sistem vegetatif didapat nilai sebesar 22,095.
Standar deviasi generative
s = √ (2.436,909 – 487,381)2 5 - 1 s = √(1.949,528)2 4 s = √ 3.800,659 4 s = √950,164 s = 30,824
Dari rumus standar deviasi diatas didapatlah jumlah biaya 2.436,909 dikurang rata-rata biaya 487,381 di kuadratkan dibagi dengan jumlah sampel 5 dikurang 1 maka hasil yang diperoleh yaitu sebesar 950,164. adapun akar dari 950,164 adalah 30,824 Jadi, hasil dari standar deviasi generatif yang didapat sebesar 30,824.
Tabel 5. Pengolahan Data Analisis Resiko Biaya
Definisi Sistem usahatani kopi
Vegetative Generative
Rata-rata biaya 998,181 487,381
Standar deviasi 22,095 30,824
Koefisien variansi 0,02 0,06
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Tabel 5 menunjukan bahwa sistem usahatani kopi vegetatif didapat standar deviasi 22,095 dibagi rata-rata biaya 998,181 di dapat koefisien variansi sebesar 0,02. Sedangkan sistem usahatani generatif didapat standar deviasi 30,824 dibagi rata-rata biaya 487,381 di dapat koefisien variansi sebesar 0,06.Jadi resiko biaya tertinggi petani yang melakukan usahatani kopi robusta yaitu berdasarkan sistem generatif dengan koefisien variansi
sebesar Rp. 0,06. Sedangkan biaya terendah berada di sistem generatif dengan koefisien variansi sebesar Rp. 0,02. Hasil analisis menunjukan bahwa resiko biaya kopi robusta berdasarkan sistem vegetatif lebih kecil dibanding kopi robusta berdasarkan sistem generatif, Kerugian ini disebabkan oleh karena besarnya standar deviasi yang harus dikeluarkan oleh petani kopi robusta berdasarkan sistem generatif.
22
2. Analisis Resiko ProduksiAdapun rincian produksi kopi robusta dari petani contoh berdasarkan sistem vegetatif
dan generatif di Desa Galang Tinggi Kecamatan Mekakau Ilir Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dapat disajikan pada Tabel 6 dan 7 berikut ini:
Tabel 6.Rata-Rata Total Biaya ProduksiKopi Robusta Berdasarkan Sistem Vegetatif
No Uraian Jumlah Rata-rata
1 Biaya tetap 25.369,597 507,391
2 Biaya variable 24.539,500 490,790
3 Total biaya produksi 50.451,595 1.009,031
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Dari tabel 6, dapat dilihat bahwa biaya tetap berjumlah 25.369,597 dengan rata-rata 507,391, biaya variabel berjumlah 24.539,500 dengan rata-rata 490,790 sehingga total biaya
produksi yang dihasilkan petani kopi robusta berdasarkan sistem vegetatif sebesar Rp. 50.451,595 dengan rata-rata Rp. 1.00,031.
Tabel 7. Rata-Rata Total Biaya ProduksiKopi Robusta Berdasarkan Sistem generatif
No Uraian Jumlah Rata-rata
1 Biaya tetap 1.746,909 349,381
2 Biaya variable 690,000 138,000
3 Total biaya produksi 2.436,909 487,381
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Dari tabel 7, dapat dilihat bahwa biaya tetap berjumlah 1.746,909 dengan rata-rata 349,381, biaya variabel berjumlah 690,000 dengan rata-rata 138,000 sehingga total biaya produksi yang dihasilkan petani kopi robusta berdasarkan sistem generatif sebesar Rp. 2.436,909 dengan rata-rata Rp. 487,381. Adapun pengolahan data analisis resiko produksi kopi robusta berdasarkan sistem vegetatif dan generatif sebagai berikut:
Standar deviasi vegetatif
s = √ (50.451,595 – 1.009,031)2 50 - 1 s = √(49.442,564)2 49 s= √ 2444.567,134 49 s = √49.889,125 s = 7,063
Dari rumus standar deviasi diatas didapatlah jumlah produksi 50.451,595 dikurang rata-rata produksi 1.009,031 di kuadratkan dibagi dengan jumlah sampel 50 dikurang 1 maka hasil yang diperoleh yaitu sebesar 49.889,125. adapun akar dari 49.889,125 adalah 7,063. Jadi, hasil dari standar deviasi generatif yang didapat sebesar 7,063.
Standar deviasi generative
s = √ (2.436,909 – 487,381)2 5 - 1 s = √(1.949,528)2 4 s= √ 3.800,659 4 s = √950,164 s = 30,824
23
Dari rumus standar deviasi diatas didapatlah jumlah biaya 2.436,909 dikurang rata-rata biaya 487,381 di kuadratkan dibagi dengan jumlah sampel 5 dikurang 1 maka hasilyang diperoleh yaitu sebesar 950,164. adapun akar dari 950,164 adalah 30,824 Jadi, hasil dari standar deviasi generatif hasil yang didapat sebesar 30,824.
Tabel 8. Pengolahan data resiko produksi dari usahatani kopi robusta berdasar kansistem vegetatif dan generatif
Definisi Sistem usahatani kopi
Vegetative Generative
Rata-rata produksi 1.009,031 487,381
Standar deviasi 7,063 30,824
Koefisien variansi 0.006 0,063
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Tabel 8 menunjukkan bahwa sistem usahatani kopi vegetatif didapat standar deviasi 7,063 dibagi rata-rata produksi 1.009,031 di dapat koefisien variansi sebesar 0,006. Sedangkan sistem usahatani generatif didapat standar deviasi 30,824 dibagi rata-rata produksi 487,381 di dapat koefisien variansi sebesar 0,063.Jadi resiko produksi tertinggi petani yang melakukan usahatani kopi robusta yaitu berdasarkan sistem generatif dengan koefisien variansi sebesar Rp. 0,063. Sedangkan produksi terendah berada di sistem vegetatif dengan koefisien variansi sebesar Rp. 0,006. Hasil analisis menunjukan bahwa resiko
produksi kopi robusta berdasarkan sistem vegetatif lebih kecil dibanding kopi robusta berdasarkan sistem generatif, Kerugian ini disebabkan oleh kecilnya produksi yang didapat oleh petani kopi robusta berdasarkan sistem generatif.
3. Resiko harga jual kopi robusta Sebagaimana usahatani pada umumnya harga jual kopi robusta baik sistem vegetative maupun sitem generatif dapat dilihat pada tabel 9 dan 10 berikut ini:
Tabel 9. Rata-Rata Harga Jual Kopi Robusta Berdasarkan Sistem Vegetatif dan Generatif
No Uraian Jumlah Rata-rata
1 Harga jual 1.097,000 21,940
2 Produksi 101,900 2,038
3 Penerimaan 2275.000,000 45.500,000
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Dari tabel 9, dapat dilihat bahwa harga jual yang dihasilkan petani kopi robusta berdasarkan sistem vegetatif sebesar Rp. 1.097,000 dengan rata-rata Rp. 21,940 dan
produksi sebesar Rp. 101,900 dengan rata-rata 2,038. Sedangkan penerimaan sebesar 2275.000,000 dngan rata-rata sebesar 45.500,000.
Tabel 10. Rata-Rata Harga Jual Kopi Robusta Berdasarkan Sistem Vegetatif dan Generatif
No Uraian Jumlah Rata-rata
1 Harga jual 101,000 20,200
2 Produksi 9,800 1,960
3 Penerimaan 198.500,000 39.700,000
24
Dari tabel 10, harga jual yang dihasilkan petani kopi robusta berdasarkan sistem generatif sebesar Rp. 101,000 dengan rata-rata 20,200 dengan produksi Rp. 9,800 dengan rata-rata 1,960 sedangkan penerimaan Rp. 198.500,000 dengan rata-rata sebesar 39.700,000. Adapun pengolahan data analisis resiko harga jual dapat dilihat pada table 10. Standar deviasi vegetatifs = √ (1.097,000 – 21,940)2 50 - 1 s = √(1.075,060)2 49 s= √ 1.155,754 49 s = √23,586 s = 4,856
Dari rumus standar deviasi diatas didapatlah jumlah harga jual 1.097,000 dikurang rata-rata harga jual 21,940 di kuadratkan dibagi dengan jumlah sampel 50 dikurang 1 maka hasil yang diperoleh yaitu sebesar 235,868. adapun akar dari 23,586
adalah 4,856 Jadi, hasil dari standar deviasi vegetatif hasil yang didapat sebesar 4,856. Standar deviasi generative
s = √ (101,000 – 20,200)2 5 - 1 s = √(80,800)2 4 s= √ 652,864 4 s = √163,216 s = 12,775
Dari rumus standar deviasi diatas didapatlah jumlah harga jual 101,000 dikurang rata-rata biaya 20,200 di kuadratkan dibagi dengan jumlah sampel 5 dikurang 1 maka hasil yang diperoleh yaitu sebesar 163,216. adapun akar dari 163,216 adalah 12,775 Jadi, hasil dari standar deviasi generatif yang didapat sebesar 12,775.
Tabel 11. Analisis Resiko Harga Jual Kopi Robusta berdasarkan sistem vegetatif dan generatif
Definisi Sistem usahatani kopi
Vegetative Generative Rata-rata harga jual 21,940 20,200 Standar deviasi 4,856 12,775 Koefisien variansi 0,22 0,63
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Tabel 11, menunjukkan bahwa sistem usahatani kopi vegetatif didapat standar deviasi 4,856 dibagi rata-rata harga jual 21,940 di dapat koefisien variansi sebesar 0,22. Sedangkan sistem usahatani generatif didapat standar deviasi 12,775 dibagi rata-rata harga jual 20,200 di dapat koefisien variansi sebesar
0,063.Jadi resiko harga jual tertinggi petani yang melakukan usahatani kopi robusta yaitu berdasarkan sistem generatif dengan koefisien variansi sebesar Rp. 0,63. Sedangkan harga jual terendah berada di sistem vegetatif dengan koefisien variansi sebesar Rp. 0,22. Hasil analisis menunjukan bahwa resiko harga jual
25
kopi robusta berdasarkan sistem vegetatif lebih kecil dibanding kopi robusta berdasarkan sistem generatif, Kerugian ini disebabkan oleh kecilnya harga jual dan besarnya standar deviasi yang didapat oleh petani kopi robusta berdasarkan sistem generatif.4. ResikoPendapatan Kopi Robusta Pendapatan usahatani adalah selisih antara besarnya penerimaan usahatani dengan biaya yang dikeluarkan sebagai biaya produksi dalam suatu produksi. Besarnya pendapatan yang diterima petani dapat disajikan pada Tabel berikut ini:
Tabel 12. Rata-rata resiko pendapatan kopi robusta berdasarkan sistem vegetatif
No Uraian Jumlah Rata-rata
1 Penerimaan 2275.000,000 45.500,000
2 Biaya total produksi 50.451,595 1.009,031
3 Total pendapatan 2037.778,82 407.555,796
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Tabel 12 menunjukkan bahwa berdasarkan sistem vegetatif penerimaan yang didapat sebesar 2275.000,000 dengan rata-rata sebesar 45.500,000 sedangkan biaya total
produksi sebesar 50.451,595 dengan rata-rata 1.009,031 dan total pendapatan sebesar 2037.778,982 dengan rata-rata 407.555,796.
Tabel 13. Rata-rata resiko pendapatan kopi robusta berdasarkan sistem generatif
No Uraian Jumlah Rata-rata
1 Penerimaan 198.500,000 39.700,000
2 Biayatotalproduksi 2.436,909 487.381
3 Total pendapatan 196.063,091 39.212,618
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Tabel 13, menunjukan bahwa berdasarkan sistem generatif penerimaan yang di dapat sebesar 198.500,000 dengan rata-rata sebesar 39.700,000sedangkan biaya total 2.436,909 dengan rata-rata 487,381. Total pendapatan sebesar 196.063,091 dengan rata-rata sebesar 39.212,618. Adapun pengolahan data analisis resiko pendapatan dapat dilihat pada tabel 13.
Standar deviasi vegetatif
s = √ (2037.778,982 – 407.555,796)2 50 - 1 s = √(1630.223,186)2 49 s= √ 2657627,6362 49 s = √54237,298 s = 232,889
26
Dari rumus standar deviasi diatas didapatlah jumlah pendapatan 2037.778,982 dikurang rata-rata pendapatan 407.555,796 di kuadratkan dibagi dengan jumlah sampel 50 dikurang 1 maka hasil yang diperoleh yaitu sebesar 235,868. adapun akar dari 23,586 adalah 4,856 Jadi, hasil dari standar deviasi vegetaatif hasil yang didapat sebesar 4,856 Standar deviasi generatives = √ (196.063,091 – 39.212,618)2 5 - 1 s = √(156.850,473)2 4 s= √ 24602,07088 4 s = √6150,51772 s = 78,425
Dari rumus standar deviasi diatas didapatlah jumlah pendapatan 196.063,091 dikurang rata-rata pendapatan 39.212,618 di kuadratkan dibagi dengan jumlah sampel 5 dikurang 1 maka hasil yang diperoleh yaitu sebesar 6150,51772. adapun akar dari 6150,51772 adalah 78,425 Jadi, hasil dari standar deviasi generatif yang didapat sebesar 78,425.
Tabel 14. Pengolahan Data Resiko Pendapatan Usahatani Kopi Robusta
Definisi Sistem usahatani kopi
Vegetative Generative
Rata-rata pendapatan 407.555,796 39.212,618
Standar deviasi 232.889 78,425
Koefisien variansi 0,571 1,999
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Tabel 14, menunjukkan bahwa sistem usahatani kopi vegetatif didapat standar deviasi 232,889 dibagi rata-rata pendapatan 407.555,796 di dapat koefisien variansi sebesar 0,571. Sedangkan sistem usahatani generatif didapat standar deviasi 78,425 dibagi rata-rata pendapatan 39.212,618 di dapat koefisien variansi sebesar 1,999.Jadi resiko pendapatan tertinggi petani yang melakukan usahatani kopi robusta yaitu berdasarkan sistem generatif dengan koefisien variansi sebesar Rp. 1,999. Sedangkan pendapatan terendah berada di sistem vegetatif dengan koefisien variansi sebesar Rp. 0,571.Hasil analisis menunjukan bahwa resiko pendapatan kopi robusta berdasarkan sistem vegetatif lebih kecil dibanding kopi robusta berdasarkan sistem generatif, Kerugian ini disebabkan oleh
kecilnya pendapatan yang didapat oleh petani kopi robusta berdasarkan sistem generatif. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1.
Resiko biaya Usahatani kopi robustadi Desa Galang Tinggi yaitu berdasarkan sistem vegetatif lebih rendah dengan standar deviasi Rp.22.095 dengan koefisien variansi sebesar 0.02 sedangkan resiko biaya berdasarkan sistem generatif lebih tinggi dengan standar deviasi sebesar 30,824 dengan koefisien variansi sebesar 0,06 dalam sekali panen/tahun.27
2.
Resiko produksi Usahatani kopirobustaberdasarkan sistem vegetatif di Desa Galang Tinggimenghasilkan standar deviasi sebesar 7.063 dengan Nilai koefisien variasi sebesar 0.006 lebih kecil dibandingkan sistem generatif dengan standar deviasi sebesar 30,824 dengan koefisien variansi sebesar 487,381 . hal ini menunjukkan resiko produksi yang dihadapi berdasarkan sistem generatif tersebut tinggi.
3.
Resiko harga jual usahatani kopi robusta berdasarkan sistem vegetatif lebih kecil dibandingkan sistem generatif. Karena sistem vegetatif pada usahatani kopi robusta memiliki nilai koefisien variansi yang lebih rendah yaitu 0,22 sedangkan sistem generatif lebih tinggi dengan koefisien variansi sebesar 0,63, sehingga resikoharga jual pada usahatani generatif tersebut tinggi.4.
Resiko pendapatan sistem vegetatif lebih kecil dengan standar deviasi sebesar 232,889 dan koefisien variasi sebesar 0,571 sedangkan generatif lebih besar dengan standar deviasi sebesar 78,425 dan koefisien variansi sebesar 1,999 dan mengakibatkan resiko yang akan dihadapi sitem generatif lebih tinggi.b. Saran
Berdasarkan hasil penelitian usahatani Kopi robusta di Desa Galang Tinggi Kecamatan Mekakau Ilir Kabupaten Ogan Komering Ulu, maka saran yang diberikan : 1. Petani disarankan agar melakukan
berbagai strategi untuk mengurangi resiko yang dihadapi.
2. Petani disarankan agar terus melakukan usahatanikopi robusta berdasarkan sisstem vegetatif karena efisien dan layak untuk diusahakan serta berpeluang selalu terhindar dari kerugian.
3. Petani kopi robusta berdasarkan sistem generatif sebaiknya bisa menanggulangi resiko yang akan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Barry, P.J. 1984. Risk Management in Agriculture. The Lowa State University Press. Ames Low.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011.Luas Areal Dan Produksi Perkebunan Seluruh Indonesia Menurut Provinsi Dan Status Pengusahaan. Komoditas Kopi.Http://Www.Ditjenbun. Go.Id. Diakses, 4 Oktober 2017.
Nicholson, W. 1995. Teori Ekonmi Mikro Prinsip Dasar dan Perluasan. Binarupa Aksara. Jakarta.
Panggabean, E. 2011. Buku Pintar Kopi Ist Edition. Agromedia Pustaka. Jakarta. Rahardjo, P. 2012. Panduan Budidaya Dan
Pengolahan Kopi Arabika Dan Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta. Santoso, B. 1999. Pendugaan Fungsi
Keuntungan dan Skala Usaha Pada Usaha Tani Kopi Rakyat. Pusat Penelitian Agroekonomi. Bogor. Soetriono. 2006. Saing Pertanian Dalam
Tinjauan Analisis. Bayumedia publishing. Malang.
Sutrisno. T. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta. Jakarta.