• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM DAN METODE PENELITIAN. III.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Serpong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III GAMBARAN UMUM DAN METODE PENELITIAN. III.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Serpong"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

51 BAB III

GAMBARAN UMUM DAN METODE PENELITIAN

III.1 Gambaran Umum

III.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Serpong

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Serpong adalah instansi vertikal Direktorat Jendral Pajak (DJP) Banten. KPP Pratama Serpong dipimpin oleh seorang Kepala Kantor dan dibantu oleh beberapa orang kepala seksi, Account Respresentative (AR), tenaga fungsional pemeriksa pajak, tenaga fungsional penilai dan beberapa pelaksana structural. KPP Pratama Serpong memiliki 93 (sembilan puluh tiga) pegawai per 20 April 2009. Pegawai yang ditempatkan pada KPP Pratama Serpong sebagian besar merupakan pegawai yang sebelumnya bekerja di Kantor Pelayanan Pajak yang berada di wilayah Kanwil DJP Banten. Para pegawai diharapkan mampu mengemban tugas dan misi Direktorat Jenderal Pajak.

KPP Pratama Serpong dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/2001 tanggal 23 juli 2001, yang berawal dari sistem administrasi berubah menjadi administrasi modern berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-19/PJ/2007 tentang Persiapan Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Pada Kantor Wilayah DJP Dan Pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Di Seluruh Indonesia Tahun 2007-2008. Perubahan ini dilakukan sejak Agustus 2007, perubahan mendasar dari berlakunya sistem modern ini adalah perubahan organisasi berbasis jenis pajak menjadi organisasi berbasis fungsi. Hal ini selanjutnya merubah seluruh struktur organisasi termasuk

(2)

52 didalamnya peleburan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan ke dalam struktur organisasi KPP Pratama.

Disamping itu, dalam menjalankan tugasnya para pegawai telah terikat oleh Kode Etik Pegawai yang diterapkan oleh Menteri Keuangan Nomor 222/KMK.03/2003 yang telah disempurnakan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 506/KMK.03/2004 pada tanggal 19 Oktober 2004. Hal tersebut dimaksudkan agar para pegawai dapat melaksanakan tugasnya dengan maksimal, optimal serta efisien sehingga berhasil guna dan berdaya guna serta terbebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisnya yang pada gilirannya akan mampu mengumpulkan penerimaan dari sektor pajak yang dibebankan setiap tahunnya dan dapat mewujudkan pemerintahan yang baik (good government) dan pemerintahan yang bersih (clean government).

III.1.2 Wilayah Kerja

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Serpong yang beralamatkan di Jalan Raya Serpong Blok 405 Nomor 4, Sektor VIII, Bumi Serpong Damai (BSD). Wilayah kerja KPP Pratama Serpong mencakup 6 (enam) Kecamatan dengan 48 Kelurahan.

Gambar III.1

Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

(3)

53 Pegawai di KPP Pratama Serpong terdiri dari 71,11% pegawai laki-laki dan 28,89% pegawai perempuan.

Gambar III.2

Komposisi Pegawai Berdasarkan Pangkat

(Sumber : KPP Pratama Serpong)

Jumlah ini didominasi oleh pegawai yang bergolongan IIIb (Penata Muda Tk. I) sebesar 21,35%. Dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan paling besar adalah S1/D4 yaitu 30,33% disusul SMA sebanyak 26,97%. Sementara berdasarkan golongan yang paling banyak adalah pegawai golongan III.b (± 21,35%)

Tabel III.1

Tabel Wilayah Kerja KPP Pratama Serpong

Kecamatan Kelurahan

Pamulang Kedaung, Bambu Apus, Pondok Cabe Ilir, Pondok Cabe Udik, Pamulang Timur, Pamulang Barat, Benda Baru, Pondok Benda. Pondok Aren Prigi, Prigi Baru, Pondok Kacang Barat, Pondok Kacang Timur,

Pondok Pucung, Pondok Aren, Jurangmangu Barat, Jurangmangu Timur, Pondok Karya, Pondok Betung, Pondok Jaya.

Serpong Buaran, Ciater, Serpong, Cilenggang, Rawa Buntu, Lengkong Gudang, Lengkong Wetan, Rawa Mekar Jaya, Lengkong Gudang Timur.

Serpong Utara

Jalupang, Pondok Jagung, Pakulonan, Paku Jaya, Paku Alam, Lengkong Karya, Pondok Jagung Timur.

(4)

54 Ciputat Timur Pisangan, Pondok Ranji, Cempaka Putih, Cirende, Rempoa,

Rengas.

Ciputat Cipayung, Ciputat, Sarua, Sarua Indah, Jombang, Sawah Baru, Sawah.

(Sumber : KPP Pratama Serpong) III.1.3 Gambaran Wilayah Kerja

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, bahwa wilayah kerja KPP Pratama Serpong merupakan salah satu wilayah yang strategis karena berbatasan langsung dengan wilayah DKI Jakarta. Kawasan ini diharapkan akan selalu berkembang sebagai sentra usaha, seperti perdagangan, perbankan ataupun jasa didukung tersedianya penyewaan gedung perkantoran, pusat-puat perdagangan, pasar regional dan jasa apartemen serta hunian mewah yang juga membuka industri rumahan. Dengan membaiknya perekonomian akan sangat diharapkan untuk membenahi kembali daerah-daerah yang terbengkalai kemudian kembali menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi yang membutuhkannya serta merangsang dan menggerakan sektor usaha pendukung lainnya sehingga meningkatnya potensi wilayah yang dapat digali lebih dalam lagi.

Sektor usaha yang menonjol adalah perumahan, hal tersebut dapat dilihat dengan keberadaan komplek-komplek perumahan mewah sebagai hunian yang tenang, nyaman, dan cukup sejuk tanpa gangguan polusi udara maupun polusi suara. Usaha-usaha penunjang lainnya yang cukup menonjol adalah ITC Serpong, BSD Junction, WTC BSD, Mall Summarecon, Bintaro Plaza, Pamulang Square serta banyak lagi. Kemudian banyaknya ruko-ruko yang telah dibangun untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan memudahkan masyarakat sekitar. Gedung-gedung perkantoran yang menonjol adalah di sepanjang Jalan Serpong Raya dan

(5)

55 Arteri Bintaro. Semua yang terdapat didaerah tersebut diharapkan dapat meningkatkan potensi penerimaan pajak yang masih sangat dapat digali.

III.2 Tugas Dan Fungsi KPP Pratama Serpong III.2.1 Tugas KPP Pratama Serpong

Sesuai dengan SK Menteri Keuangan, Pasal 58 disebutkan bahwa tugas pokok KPP Pratama adalah melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Tak Langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu Kantor Pelayanan Pajak mempunyai tugas melakukan kegiatan operasional di bidang Pajak Negara di dalam daerah dan berwenang berdasarkan Kebijaksanaan teknis yang ditetapkan Direktorat Jendral Pajak. Kebijaksanaan teknis yang dimaksudkan adalah kegiatan operasional dalam penetapan perpajakan misalnya pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, pemungutan pajak dan restitusi.

III.2.2 Fungsi KPP Pratama Serpong

Dalam melaksanaan tugas seperti Pasal 58, Kantor Pelayanan Pajak menyelenggarakan fungsi antara lain :

1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

2. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta penerimaan surat lainnya.

(6)

56 3. Pengawasan, pembayaran masa Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). 4. Penata usahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan

piñata usahaan banding, dan penyelesaian restitusi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

5. Pelaksanaan pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan. 6. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

7. Pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi perpajakan. 8. Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi.

9. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong.

III.3 Visi dan Misi KPP Pratama Serpong

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Serpong yang telah menggunakan Sistem Administrasi Perpajakan Modern yaitu Kantor Pelayanan Pajak dengan sistem organisasi yang berbasis fungsi. Dengan sistem ini fiskus dapat lebih cepat dalam memberikan pelayanan, pembinaan serta pengawasan kepada Wajib Pajak, sehingga akan tercipta hubungan yang baik diantara keduanya. Dengan adanya hubungan yang baik tersebut yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai akan diharapkan membantu terciptanya visi dan misi Direktorat Jendral Pajak, sebagai berikut :

(7)

57 1. Visi :

Menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat.

2. Misi :

a. Fiskal : menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiyaan pemerintah berdaarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efesiensi yang tinggi.

b. Ekonomi : mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan yang minimizing distortion.

c. Politik : mendukung proses demokrasi bangsa.

d. Kelembagaan : senantiasa memperbarui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.

III.4 Budaya Kerja

Dalam rangka meningkatkan citra, kerja, dan kinerja Direktorat Jenderal Pajak menuju kearah profesionalisme, dan menunjang terciptanya pemerintahan yang baik (good governance), perlu adanya penyatuan arah dan pandangan di segenap jajaran termasuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong yang dapat dipergunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melaksanakan tugas baik manajerial maupun operasional di seluruh bidang tugas di seluruh unit organisasi Direktorat Jenderal Pajak sesuai dengan Standart Operating Procedure dalam Keputusan Direktur

(8)

58 Jenderal Pajak Nomor Kep-443/PJ./2000 tanggal 13 Oktober 2000 yang menetapkan visi, misi, strategi serta nilai acuan Direktorat Jendral Pajak. Nilai-nilai tersebut meliputi :

a. Profesionalisme, meliputi integritas, disiplin dan kompetensi. b. Transparasi

c. Akuntanbilitas d. Meritokrasi e. Kemandirian f. Pelayanan prima

g. Pembelajaran serta pemberdayaan

III.5 Struktur Organisasi KPP Pratama Serpong

Tata kerja KPP Pratama Serpong sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tanggal 1 April 2009 yang sekarang telah mengalami penyempurnaan menjadi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.01/2012 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Intansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak, pada Bab II bagian pertama Pasal (52) di jelaskan bahwa KPP adalah instansi vertikal Direktorat Jendral Pajak yang berada dibawah serta bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah, KPP di pimpin oleh Kepala Kantor Pelayanan. KPP mempunyai struktur organisasi yang menggambarkan suatu kerangka hubungan antara pejabat dengan bidang kerja yang berbeda sehingga perlu akan kejelasan dalam kedudukan, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing bidang. KPP juga terbagi menjadi 3 jenis yaitu, KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya dan KPP Pratama, sesuai dengan KPP yang dipilih disini adalah KPP Pratama Serpong maka KPP ini pasti memiliki bagan atau struktur organisasi yang

(9)

59 menunjukan fungsi serta tanggung jawabnya dari pemimpin sampai dengan tingkatan/bagian paling bawah, berikut ini adalah struktur organisasi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong :

Gambar III.3 Struktur Organisasi

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong

Susunan organisasi KPP Pratama Serpong tersebut terdiri dari :

1. Kepala Kantor : Ir. Imam Arifin, M.A. 2. Sub Bagian Umum : Iskandar, S.E.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi : Adie Riyanto 4. Seksi Pelayanan : Diana Tiolina Simamora, S.E. 5. Seksi Penagihan : T B Sofiuddin, S.E.,Ak., M.M. 6. Seksi Pemeriksaan : Azweni Tiara, S.H.

7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan : Endartana Dwi Nugroho, S.E., M.T. Kepala Kantor Pelayanan Subbagian Umum Kelompok Jabatan Fungsional Pemeriksaan Pajak Seksi Pengolahan Data dan Informasi Seksi Pelayanan Seksi Penagihan Seksi Pemeriksaan Seksi Ekstensisifi kasi Perpajakan Seksi Pengawasan dan Konsultasi

(10)

60 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (ada 4 seksi)

a. Seksi Waskon I : Junanda, S.E.,M.M.

b. Seksi Waskon II : Syaiful Rakhman, S.H., M.M. c. Seksi Waskon III : Dionysius Rudy Mahargono, S.E. d. Seksi Waskon IV : Mochammad Ramdhan, S.E., M.Si. 9. Kelompok Jabatan Fungsional

Masing-masing bagian yang disebutkan diatas memiliki tugas dan fungsinya yang akan dijabarkan, sebagai berikut :

1. Kepala Kantor Pelayanan Perpajakan Pratama Serpong Kepala KPP Pratama bertugas melaksanakan :

a.Penyuluhan b.Pelayanan

c.Pengawasan (baik pemeriksaan atau penagihan)

Kepala KPP ini membawahi bagian-bagian lain yang berada di bawah devisinya, yaitu seperti Subbagian Umum, Seksi Pengolahan Data dan Informasi, Seksi Pelayanan, Seksi Penagihan, Seksi Pemeriksaan, Seksi Ekstensifikasi

Perpajakan, Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, Kepala KPP akan bertanggung jawab serta menjalin hubungan dengan para Kepala masing-masing bagian yang disebutkan diatas, sehingga penerapan fungsi dan tugas dapat berjalan dengan baik.

2. Sub Bagian Umum

(11)

61 a. Kepegawaian dan Tata Usaha : pengurusan surat, pengetikan serta

pengadaan, pencetakan berkas, penyusunan arsip, tata usaha kepegawaian, pengiriman laporan.

b. Keuangan : merencanakan kebutuhan dana dan mengurusi segala bentuk pendanaan di KPP.

c. Rumah tangga : segala hal yang berhubungan dengan rumah tangga KPP dari ursan perlengkapan kantor serta material penunjang kelancaran fungsi serta tugas.

Jadi Kepala Sub Bagian Umum ini akan memimpin bawahannya dalam melakukan segala macam keperluan interen atau eksteren dalam KPP Pratama Serpong.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) terdiri dari seorang Kepala Seksi pengolahan data dan informasi yang tugasnya adalah mengkoordinasikan urusan pengolahan data dan penyajian informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan, sertaekstensifikasi wajib pajak, dan intensifikasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jadi Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) membawahi koordinator pelaksana yang tugasnya adalah:

a. Menerima atau memanfaatkan data interen dan eksteren

b. Mengidentifikasi data interen serta eksteren lalu mengkategorikan data tersebut sebagai data yang dikenal atau tidak dikenal.

c. Mengirimkan data dikenal ke seksi yang terkait didalam KPP atau ekteren KPP yang terkait.

(12)

62 d. Mengirimkan kembali data yang tidak dikenal tersebut kepada pihak yang terkait bila memang bukan seharusnya dipegang oleh KPP Pratama Serpong. e. Melakukan perekaman data ke menu Sistem Informasi Perpajakan (SIP) KPP

Pratama Serpong.

f. Mengirimkan back up data harian lalu kembali mengirim kepada Kanwil DJP DKI Jakarta secara periodik.

g. Melaksanakan transfer data mingguan ke kantor pusat. h. Membuat himbauan NPWP kepada OP atau Badan 4. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan terdiri dari seorang Kepala Seksi Pelayanan yang tugasnya adalah mengkoordinasikan pelayanan pada Tempat PelayananTerpadu (TPT), penata usahaan pendataan, pemindahan dan pencabutan identitas wajib pajak lainya, kearsipan berkas penelitian Surat Pemberitahuan (SPT) dan surat wajib pajak lainnya, kearsipan berkas wajib pajak, serta penertiban Surat Ketetapan Pajak (SKP) sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kepala Seksi Pelayanan membawahi koordinator pelaksana yang tugasnya adalah:

a. Melakukan urusan penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT), surat wajib pajak lainnya, melakukan piñata usahaan pendaftaran, dan pencabutan identitas wajib pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Melakukan penelitian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, dan penyelesaian permohonan penundaan penyampaian SPT sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Melaksanakan urusan tata usaha penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan kearsipan wajib pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(13)

63 5. Seksi Pemeriksaan

Tugas pokok seksi ini melakukan piñata usahaan dan pengolahan SPT, melakukan verifikasi atas SPT Masa Pajak Pertambahan NIlai (PPN),Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL), serta memantau dan menyusun laporan perkembangan pengusaha kena pajak dan keputusan SPT Masa. Seksi ini mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:

a. Pemantauan dan piñata usahaan SPT masa PPN dan PPnBM.

b. Penerimaan, piñata usahaan, dan pengecekan SPT PPN, PPnBM, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.

c. Menelaah dan menyusun laporan perkembangan pengusaha kena pajak dan kepatuhan SPT Masa PPN, PPnBM, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya. d. Mengkonfirmasikan faktur pajak.

e. Verifikasi atas SPT Masa PPN, PPnBM, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya pengusaha kena pajak tidak terdaftar dan yang tidak memasukkan SPT Masa. 6. Seksi Penagihan

Mempunyai tugas melakukan piñata usahaan piutang pajak, penagihan, penundaan dan angsuran serta pembuatan usulan penghapusan piutang pajak. Seksi Penagihan terdiri dari :

a. Koordinator Pelaksanaan Tata Usaha Piutang Pajak yang mempunyai tugas membantu urusan piñata usahaan piutang pajak, pengusulan penghapusan piutang pajak, penundaan dan angsuran.

b. Koordinator Pelaksanaan Penagihan Aktif yang mempunyai tugas membantu penyiapan surat teguran, surat paksa, surat perintah penyitaan, sita, usulan lelang dan dukungan penagihan lainnya.

(14)

64 7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Dalam istilah perpajakan di Indonesia, Ekstensifikasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) kepada wajib pajak orang pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang saham/ pemilik dan pegawai, wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan/ atau memiliki tempat usaha di pusat perdagangan dan/ atau pertokoan. Kegiatan Ekstensifikasi ini dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Serpong Seksi Ekstensifikasi perpajakan. Tugas seksi Ekstensifikasi Perpajakan adalah melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi, seperti pendataan penilaian objek PBB yang kegiatannya terdiri dari :

a. Penilaian Individu

b. Pengumpulan Bank Data Nilai Pasar Properti.

c. Analisa Zona Nilai Tanah (ZNT) atau Nilai Indikasi Rata-rata. (NIR)

d. Pemeliharaan Basis Data Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) yaitu suatu sistem yang terintegrasi untuk mengolah informasi/ data objek dan subyek Pajak Bumi dan Bangunan dengan bantuan komputer, sejak dari pengumpulan data (melalui pendaftaran, pendataan dan penilaian), pemberian identitas Objek Pajak (Nomor Objek Pajak), perekaman data, pemeliharaan basis data, pencetakan hasil keluaran, (berupa SPPT , STTS, DHKP, dan sebagainya), pemantauan penerimaan dan pelaksanaan penagihan pajak, sampai dengan pelayanan kepada Wajib Pajak melalui Pelayanan satu tempat.

(15)

65 Mengingat sangat perlu perluasan objek PBB serta masih banyaknya objek PBB yang dapat dijaring, maka indikator atau data yang dapat digunakan sebagai dasar sebelum dilakukan kegiatan penilaian adalah :

a. Sektor usaha menonjol diantaranya perumahan (potensi objek PBB), Perumahan mewah di Bumi Serpong Damai beserta Apartemen yang ada di Kota Tangerang Selatan.

b. Mall atau Pusat Perbelanjaan modern (potensi objek pajak), ITC Serpong, WTC BSD, Mall Sumarecon, Bintaro Plaza.

c. Perkantoran (potensi objek pajak), seperti disepanjang Jalan Serpong Raya dan Arteri Bintaro.

Seperti yang diharapkan, bahwa potensi perluasan objek PBB berada pada Komplek-komplek atau perumahan yang berlokasi di wilayah sekitar KPP Pratama Serpong. Dari jumlah banyaknya perumahan yang tersedia dan terjual, maka program Penilaian Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan difokuskan kepada sektor perumahan yang berada di Kota Tangerang Selatan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi pada peningkatan atau perkembangan PBB serta penerimaan pajak yang lainnya. Demi mendapatkan data yang lebih rinci lagi dalam penilaian tersebut yang dilakukan Seksi Ekstensifikasi serta sebagai acuan dalam proses analisa di Bab Analisa dan Pembahasan, akan melakukan wawancara dengan petugas penilai NJOP KPP Pratama Serpong.

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)

Seksi ini terbentuk setelah Kantor Pelayanan Pajak melakukan modernisasi, dimana pembagian seksi pada Kantor Pelayanan Pajak tidak lagi berorientasi pada jenis pajak, tetapi pembagian seksi pada Kantor Pelayanan Pajak berorientasi pada fungsi seksi. Waskon adalah singkatan dari dua suku kata yaitu pengawasan dan

(16)

66 konsultasi. Fungsi umum dari seksi Waskon adalah melakukan pengawasan dan konsultasi terhadap wajib pajak dalam hal menjalankan seluruh kegiatan administrasinya. Seksi Waskon dipimpin oleh seorang Kepala Seksi (Kasi), yang tugasnya adalah mengkoordinir seluruh tugas-tugas pada Seksi Waskon dan Kepala Seksi Waskon dibantu oleh Accounter Representative (AR). Tugas dari Accounter Representative adalah melaksanakan tugas-tugas teknis pada Seksi Waskon, seperti:

a. Memberikan penjelasan tentang kegiatan administrasi perpajakan yang harus dipenuhi oleh wajib pajak.

b. Menjadi tempat konsultasi dan konseling para wajib pajak.

c. Membuat surat-surat, seperti surat teguran, surat ucapan terima kasih,surat pemberitahuan kepada wajib pajak, dan lain sebagainya.

d. Memeriksa Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan wajib pajak. e. Mendisposisikan surat-surat, seperti surat masuk dan surat keluar.

f. Memberikan aturan kepada wajib pajak untuk menghitung pajak dan mengisi Surat Pemberitahuan (SPT).

g. Membuat data base Wajib Pajak. 9. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. Sikap kelompok dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah, atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang bersangkutan. Jumlah Jabatan Fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan

(17)

67 beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

III.6 Metode Penelitian

III.6.1 Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional dalam menentukan variabel-variabel penyebab yang nilainya akan mempengaruhi nilai dari variable akibat dan juga sebaliknya adalah sebagai berikut :

1. Variabel QS yang diperoleh dari total nilai tingkat kualitas bangunan (perumahan mewah atau apartemen) adalah W besarnya persentase faktor yang mempengaruhi akan dikalikan dengan S yaitu score yang diberikan untuk masing-masing faktor yang mempengaruhi.

2. Variabel Y yang diperoleh dari taksiran nilai bangunan (perumahan mewah dan apartemen) yang akan dinilai adalah parameter-parameter yang diperoleh dari hasil analisa regresi sederhana akan dikalikan dengan variabel QS yaitu total nilai tingkat kualitas bangunan yang diamati. Berikut ini adalah gambaran cara perhitungan dari variable yang disebutkan diatas :

a. Qs = {% lokasi (W) x tingkat score (S)} + {% lebar jalan utama (W) x tingkat score (W)} + {% masa manfaat bangunan (W) x tingkat score (S)} + {% luas bangunan (W) x tingkat score (S)} + {% lingkungan sekitar x tingkat score (S)} x 100%

(18)

68 III.6.2 Sekala Pengukuran

Karena data yang diperoleh untuk variabel QS (total nilai tingkat kualitas bangunan perumahan mewah atau apartemen) dan Y (nilai taksir bangunan yang akan dinilai) merupakan nilai kuantitatif, maka akan lebih mudah bila dikelompokan dengan menggunakan Rating Scale karena Rating Scale adalah alat untuk memperoleh data yang berupa sifat atau cirri-ciri dari faktor yang akan dinilai secara bertingkat, namun terlebih dahulu membuat interval serta keterangan dari setiap alternatif jawaban pada setiap instrument. Hal tersebut bertujuan agar terbentuk kesamaan kualitas atas alternatif jawaban yang diberikan, sebagai contoh untuk faktor luas bangunan, dalam menentukan klasifikasi faktor tersebut penentunya berdasarkan seberapa luas bangunan tersebut (perumahan mewah atau apartemen) semakin luas bangunan tersebut maka akan semakin tinggi score yang akan diberikan.

1. Score 1 Sempit (yaitu luas bangunan tidak lebih dari 50 m2)

2. Score 2 Kurang Luas (yaitu mempunyai luas bangunan lebih dari 50 m2 dan tidak lebih dari 75 m2)

3. Score 3 Sedang A (yaitu mempunyai luas bangunan lebih dari 75 m2 dan tidak lebih dari 100 m2)

4. Sampai dengan score 10 Sangat Luas AA (yaitu mempunyai luas bangunan lebih dari 500 m2 ke atas)

III.6.3 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang disajikan berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif bersumber dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong yang berupa harga jual bangunan (perumahan mewah atau apartemen) per m2 pada tahun 2011,

(19)

69 sedangkan data kualitatif diperoleh melalui keterangan tertulis maupun lisan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya Nilai Jual Objek Pajak Bangunan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong. Sumber data lain yang juga digunakan atau disajikan merupakan data sekunder (secondary data) serta data eksternal yaitu Nilai Jual Objek Pajak yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong

III.6.4 Instrumen Dan Pengumpulan Data

Instrumen yang akan digunakan dalam mengumpulkan data ini adalah berupa laporan-laporan besarnya NJOP bangunan pada tahun 2011 di Kota Tangerang Selatan yang terdapat di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah:

1. Metode Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan data yang akan diamati untuk memperoleh keterangan-keterangan atau informasi termasuk catatan-catatan penting tentang NJOP bangunan tahun 2011 di Kota Tangerang Selatan yang ada di KPP Pratama Serpong.

2. Metode Observasi

Yaitu mendatangi serta mengamati langsung daerah dari objek pajak yang akan diamati sehingga dapat mengenal situasi dengan baik, kemudian memberikan tingkat score yang nantinya akan dikelompokan untuk masing-masing variabel atau faktor yang mempengaruhi.

3. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan membaca serta menerapkan teori-teori yang mendukung guna mendapatkan data-data yang akurat serta dibutuhkan dalam analisa.

(20)

70 III.6.5 Populasi

Demi mendapatkan nilai yang rill maka akan dilakukan beberapa pembatasan-pembatasan, populasi dalam hal ini adalah nilai bangunan perumahan mewah atau apartemen beserta nama perumahan mewah dan apartemen tersebut di Kota Tangerang Selatan. Kota Tangerang Selatan yang akan dijadikan batasan seperti yang dijelaskan sebagai populasi yang akan dilakukan dengan teknik Quality Rating, salah satu contoh populasi tersebut adalah perumahan mewah serta apartemen.

III.6.6 Sampel Dan Teknik Sampling

Besarnya sampel yang akan diambil dari populasi sebesar 32 nama perumahan mewah atau apartemen yang ada di Kota Tangerang Selatan, sedangkan teknik sampling yang akan diterapkan adalah Random Sampling agar hasilnya dapat dijadikan ukuran untuk melakukan generalisasi pada Kota Tangerang Selatan, dilokasi tersebut populasinya tidak homogeny namun cukup proporsional pembagian bangunan perumahan mewah atau apartemennya.

III.6.7 Teknik Analisis Data

Dalam Teknik Analisis Data ini akan menggunakan analisis statistik regresi linier sederhana, sedangkan program atau aplikasi yang akan digunakan dalam menganalisa yaitu dengan program komputer SPSS versi 20. Penggunaan teknik Regresi Linier Sederhana dengan sumbu Y sebagai variabel dependen dan sumbu X sebagai variabel independen adalah bentuk hubungan atau fungsi antara dua variabel atau lebih. Untuk mendapatkan hubungan yang sesuai antara variabel bebas X yaitu data dari Quality Score atas faktor-faktor yang mempengaruhi NJOP (lokasi,lebar jalan utama, masa manfaat bangunan, luas bangunan dan lingkungan sekitar) dengan variabel tidak bebas Y yaitu data NJOP pembanding maupun NJOP yang diamati,

(21)

71 maka kedua variabel tersebut harus dinyatakan dalam nilai yang terukur atau kuantitatif sekurang-kurangnya dengan sekala interval.

Sebelum melakukan analisis data, ada baiknya terlebih dahulu menentukan pola hubungan atau bentuk hubungan yang dinyatakan dalam bentuk persamaan matematika yang menyatakan hubungan fungsionalnya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisa data dalam pengamatan ini, sebagai berikut :

1. Menentukan kembali Mana variabel (X) sebagai variabel independen dan Variabel (Y) sebagai variabel dependen.

2. Menentukan terlebih dahulu Objek Pajak mana yang akan kita amati serta objek pembanding yang sejenis untuk membantu mempermudah menganalisa data.

3. Menentukan variabel atas faktor-faktor yang akan mempengaruhi Nilai Jual bangunan tersebut.

4. Kembali memberikan angka-angka tertimbang dengan persentase yang proporsional atas faktor-faktor tersebut, sehingga angka tertimbang dapat ditentukan dengan semakin berpengaruhnya suatu variabel atau faktor maka akan semakin tinggi angka tertimbangnya.

5. Kemudian memberikan nilai tingkatan atau score pada setiap variabel atau faktor yang mempengaruhi nilai bangunan (perumahan mewah atau apartemen), hal tersebut akan dilakukan dengan mengamati objek pajak yang sedang dilakukan pendekatan dalam pengenalan objek pajaknya.

6. Berdasarkan statistik Simple Linear Regression, dengan menggunakan data Quality Rating yaitu sumbu (X) dan nilai jaul objek pembandingnya adalah (Y), akan diketahui parameter-parameter a dan b yang terkait. Bila parameter a

(22)

72 dan b ini sudah dapat diketahui, maka Objek Pajak yang diteliti sudah dapat ditafsir dengan cara memasukan nilai QS atas Objek Pajak yang diamati.

Y = α + β (QS) Y = Nilai tafsir Objek yang akan dinilai

α,β = Parameter yang dihasilkan dari analisa regresi sederhana QS = Total nilai kualitas dari objek yang akan ditafsir nilainya

7. Dan yang terakhir adalah melakukan pengujian pada pembahasan diatas dengan uji parsial (uji t) untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Gambar

Tabel III.1
Gambar III.3  Struktur Organisasi

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya dukung pondasi tiang pancang kelompok pada proyek Tol Kayu Agung Palembang Betung STA 36+619 di

Volume trading yang dihasilkan dari aktivitas trading pada akun di mana bonus deposit tunggal diberikan dikurangi secara proporsional dengan persentase ukuran Kredit pada

Penelitian ini menggunakan uji Fisher untuk mengetahui hubungan perilaku penggunaan PD dengan kejadian takik pada siswa kelas XI SMA yang merupakan pengguna PD

Secara umum, biaya mutu ini meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjamin dihasilkannya produk yang bermutu (dikenal dengan istilah conformance quality cost,

Didalam IDE Arduino terdapat library yang beberapa sudah ada menjadi dasar tersimpan di sistem, namun jika ada perangkat alat lainnya yang belum ada library , maka

Pencampuran pestisida dengan pupuk merupakan prosedur pengendalian yang dapat dilakukan untuk menekan biaya aplikasi, meningkatkan aktivitas produksi, memperluas

Dalam teknik ini penulis melakukan pengumpulan informasi yang berhubungan dengan teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah variabel yang diteliti yaitu analisis

Tujuan dari KPP Pratama Serpong memberikan pelayanan, penyuluhan, dan pengawasan Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah,