• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saksi #18: Budi Harsono & Saksi #19: Djoko Tetratmo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Saksi #18: Budi Harsono & Saksi #19: Djoko Tetratmo"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

Selasa, 18 Oktober 2011

Saksi #18: Budi Harsono & Saksi #19: Djoko Tetratmo

Hakim Ketua : Saksi meninggalkan ruang sidang. Saksi berikut. Ya berikutnya Budi

Harsono.

( Hakim mengetuk palu)

PU : Yang Mulia apakah diperkenankan Budi Harsono ini digabung

sekaligus dengan Djoko Tetratmo, Yang Mulia karena pada intinya hampir sama Yang Mulia. Terima kasih.

Hakim Ketua : Coba saudara Penasehat Hukum bagaimana itu? Keberatan apa tidak?

PH (MI) : Pada dasarnya tidak ada masalah Yang Mulia.

Hakim Ketua : Tidak ada masalah. Silahkan.

PU : Saksi Budi Harsono dan Saksi Djoko Tetratmo.

Hakim Ketua : Djoko ini sudah disumpah atau belum? Sudah.

PU : Yang Budi Harsono yang belum Yang Mulia.

Hakim Ketua : Yang Budi yang belum, Djoko sudah ya. Baik saudara Budi Harsono.

Saksi (BS) : Betul Pak.

Hakim Ketua : Tempat dan tanggal lahir saudara dimana?

Saksi (BS) : Tuban, 29 April 1953.

Hakim Ketua : Laki-laki, kewarganegaraan, agama saudara?

Saksi (BS) : Islam.

Hakim Ketua : Pekerjaan saudara? Pekerjaan?

Saksi (BS) : Pensiunan PLN.

Hakim Ketua : Pernah menajabat sebagai Direktur Utama PT. Data Energy Infomedia?

Saksi (BS) : Betul.

Hakim Ketua : Alamat tempat tinggal saudara?

Saksi (BS) : Sekarang saya di Cipinang Pak.

(2)

Saksi (BS) : Iya.

Hakim Ketua : Dengan terdakwa kenal ya?

Saksi (BS) : Kenal Pak.

Hakim Ketua : Ada hubungan keluarga?

Saksi (BS) : Tidak.

Hakim Ketua : Hubungan pekerjaan dalam hal saudara di gaji oleh terdakwa?

Saksi (BS) : Tidak.

Hakim Ketua : Sebelum memberikan keterangan sebagai saksi saudara disumpah dulu

menurut agama yang saudara anut. Islam. Silahkan berdiri.

PU : Saudara ikuti lafazh sumpah sebagai saksi. Bismillahirrahmanirahim.

Saksi (BS) : Bismillahirrahmanirahim.

PU : Demi Allah saya bersumpah.

Saksi (BS) : Demi Allah saya bersumpah.

PU : Sebagai saksi dalam perkara ini.

Saksi (BS) : Sebagai saksi dalam perkara ini.

PU : Akan memberikan keterangan.

Saksi (BS) : Akan memberikan keterangan.

PU : Dengan sebenarnya.

Saksi (BS) : Dengan sebenarnya.

PU : Tidak lain.

Saksi (BS) : Tidak lain.

PU : Dari pada yang sebenarnya.

Saksi (BS) : Dari pada yang sebenarnya.

PU : Silahkan.

Hakim Ketua : Kemudian saudara siapa?

PU : Djoko Tetratmo.

(3)

Saksi (DT) : Betul.

Hakim Ketua : Itu sumpah tersebut masih mengikat pada persidangan hari ini. Sumpah

itu berarti bahwa saudara harus memberikan keterangan yang benar, sesuai dengan apa yang saudara ketahui, saudara alami, lihat sendiri, saudara dengar langsung.

Saksi (DT) : Baik.

Hakim Ketua : Baik. Terhadap saudara, apa yang saudara ketahui berkaitan dengam

masalah CIS RISI, sehingga saudara terdakwa dihadapkan sebagai terdakwa di dalam persidangan ini.

Saksi (DT) : Setahu saya bahwa CIS RISI adalah satu teknologi informasi yang

digunakan di dalam sistem pelayanan tata usaha pelanggan di PLN Distribusi Jaya dan Tangerang.

Hakim Ketua : Ketika itu saudara menjabat sebagai apa disana?

Saksi (DT) : Manager bidang keuangan.

Hakim Ketua : Coba dalam kaitan dengan CIS RISI itu apa yang saudara lakukan itu.

Saksi (DT) : Saya juga sebagai anggota panitia Re-negosiasi dan sebagai anggota

panitia penunjukkan langsung CIS RISI.

Hakim Ketua : Yang menunjuk saudara sebagai panitia tersebut siapa?

Saksi (DT) : GM, Pak Margo Santoso.

Hakim Ketua : Pak Margo Santoso. Terus bagaimana itu?

Saksi (JT) : Maksudnya?

Hakim Ketua : Saudara ditunjuk sebagai panitia?

Saksi (JT) : Iya.

Hakim Ketua : Lalu apa yang saudara lakukan setelah saudara ditunjuk sebagai panitia

penunjukkan langsung?

Saksi (DT) : Betul.

Hakim Ketua : Sebelum panitia penunjukkan langsung kan ada lagi panitia sebelum itu

(dipotong oleh Saksi DT)

Saksi (DT) : Iya. Re-negoisasi.

(4)

Saksi (DT) : Saya ditunjuk sebagai wakil sub-bidang keuangan, dimana disitu salah satu tugas ikut menegoisasi CIS RISI dengan PT. Netway.

Hakim Ketua : Coba bagaimana? Prosesnya gimana? Negonya gimana?

Saksi (DT) : Setahu saya bahwa pada saat itu kita negoisasi bersama-sama, kita

hitung bersama-sama, semua anggota tim re-negoisasi , dimana pada saat itu kalau tidak salah, saya ingat bahwa penawaran Netway itu dari 355 terus turun jadi 150. Kita memberikan satu penawaran sampai dengan Rp 155 M, disitu terjadi kesepakatan untuk tidak sepakat, sehingga

(dipotong oleh Hakim Ketua)

Hakim Ketua : Apa yang dimaksud terjadi kesepakatan itu tidak sepakat?

Saksi (DT) : Ya karena dia menghargai 150, eh 190. Kita tim Re-negoisasi

menetapkan maksimal pada 155.

Hakim Ketua : Terus.

Saksi (DT) : Itu yang kami lakukan disitu.

Hakim Ketua : Kapan? Terus pada akhirnya gimana? Ada kesepakatan ga akhirnya?

Saksi (DT) : Tidak sepakat.

Hakim Ketua : Kemudian saudara kan ditunjuk sebagai tim penunjukkan langsung ni

(dipotong oleh Saksi DT)

Saksi (DT) : Tim penunjukkan langsung (dipotong oleh Hakim Ketua)

Hakim Ketua : Maksudnya gimana ni?

Saksi (DT) : Ya mengadakan negoisasi kembali dengan PT. Netway akhirnya

finalisasi 100, menurunkan 1 harga menjadi 100.., maaf agak lupa Pak ya.

Hakim Ketua : Saudara pernah diperiksa oleh penyidik KPK ya?

Saksi (DT) : Iya betul.

Hakim Ketua : Sebelum saudara menandatangani Berita Acara tersebut, saudara

membacanya.

Saksi (DT) : Betul.

Hakim Ketua : Benar tanda tangan saudara disana ya?

Saksi (DT) : Iya.

(5)

Saksi (DT) : Ada.

Hakim Ketua : Lalu telah adanya kesepakatan harga sebesar (perkataan hakim tidak

jelas) dalam berita acara sidang, lalu ditunjuklah PT. Netway.

Saksi (DT) : Betul.

Hakim Ketua : Adakah ketika saudara sebagai baik tim Re-negoisasi maupun tim

penunjukkan langsung, adakah saudara terdakwa memberikan arahan-arahan kepada saudara? Atau perintah-perintah kepada saudara agar PT. Netway ditunjuk?

Saksi (DT) : Selama saya sebagai panitia re-negoisasi maupun sebagai anggota

penunjukan langsung, saya tidak pernah berhubungan dengan beliau baik lisan, secara telepon maupun secara kontak fisik.

Hakim Ketua : Lalu saudara melaporkannya, mempertanggung jawabkan pekerjaan

saudara kepada siapa?

Saksi (DT) : Ke GM.

Hakim Ketua : Ke GM, yang pada waktu itu siapa?

Saksi (DT) : Penunjukan langsung waktu itu Pak Fahmi Mochtar.

Hakim Ketua : Pak Fahmi Mochtar. Itu tahun berapa itu?

Saksi (DT) : 2003 mungkin ya.

Hakim Ketua : 2003 ya. Terus PT. Netway akhirnya yang melaksanakan pekerjaan

tersebut?

Saksi (DT) : Iya betul.

Hakim Ketua : Itu dari tahun berapa sampai tahun berapa?

Saksi (DT) : Mulai 2004 Pak ya. Kemudian saya pertengahan 2005 sudah pindah ke

PLN Pusat jadi kami tidak tahu lagi prosesnya.

Hakim Ketua : Pelaksanaannya bagaimana saudara tidak tahu?

Saksi (DT) : Tidak.

Hakim Ketua : Saudara, apa yang saudara tahu?

Saksi (BS) : Ya baik Yang Mulia. Jadi saya ketahui sejak (dipotong oleh Hakim

Ketua).

Hakim Ketua : Pada saat itu?

(6)

Hakim Ketua : Saudara sebagai apa?

Saksi (BS) : Saya sebagai Manajer Bidang Perencanaan.

Hakim Ketua : Terus bagaimana?

Saksi (BS) : Tahun 2001 diawali dengan permintaan GM untuk menunjuk langsung

(dipotong oleh Hakim Ketua).

Hakim Ketua : Siapa pada waktu itu?

Saksi (BS) : Margo Santoso.

Hakim Ketua : Margo Santoso (dipotong oleh saksi BS).

Saksi (BS) : Untuk menunjuk langsung PT. Netway utama ini sebagai pelaksana

dalam pekerjaan, dukungan operasi dan pemeliharaan. Itu pada waktu itu sebenarnya kita dari para Manager itu sudah mengingatkan beliau bahwa ini kenapa kok ditunjuk langsung. Jadi, kita dari tim atau dari panitia. Waktu itu kan panitianya dibawah perencanaan itu, ada saudara Djoko, motornya. Kita sebagai tim, panitia lelangnya. Kemudian kita minta agar itu dibahas atau dikaji oleh konsultan hukum. Konsultan hukum itu yang ditugaskan oleh saudara Margo Santoso adalah RSP. Memberikan kajian hukum bahwa itu memang prinsipnya penunjukan langsung bisa memenuhi persyaratan sesuai SK 038. Disitulah kemudian panitia dibawah Djoko ini mulai mengadakan proses penunjukan langsung untuk kerjakan kontrak-kontrak kecil. Yang adalah dukungan operasi dan pemeliharaan, karena memang teman-teman dari PLN dengan adanya CIS RISI ini beroperasi, belum bisa mengoperasikan maupun memelihara. Karena adanya perubahan-perubahan TDL yang terjadi sejak tahun 2001 itu perlu perubahan TDL secara berkala, maka ditunjuklah Netway ini sebagai pelaksana. Kemudian pada tahun 2001 juga saya sebagai manajer Bidang Perencanaan ditugaskan juga oleh Pak Margo Santoso sebagai anggota dari tim Re-Evaluasi dan Re- Negosiasi. Di bawahnya Pak Djoko sebagai Manager keuangan, saya berada satu tim dengan Pak Djoko. Kemudian di dalam tugas saya sebagai sub tim bidang keuangan di tim Re-Evaluasi dan Re-Negoisasi itu kami menghitung HPS. Menghitung HPS berdasarkan manmonth yang dihitung oleh sub bidang teknik yang waktu itu adalah diketahui oleh saudara Supanca. Jadi, tugas tim keuangan ini, setelah kita mendapatkan manmonth dari pada sub tim teknis hasil nego dengan Netway, itu kita pakai peraturan Bappenas untuk membuat HPS. Peraturan Bappenas tahun 2000 kalau tidak salah, saya agak lupa Yang Mulia. Itu kita buat dengan faktor tertentu, kemudian dengan biaya langsung personil dan biaya langsung non-personil dapatlah 1 angka. Waktu itu ingat saya, pada waktu kita menghitung itu, saudara

(7)

Soendjoko yang menghitung persis secara teknis saudara Soendjoko yang tahu persis. Yang sekarang sudah meninggal, almarhum. Mereka menyadarkan ke saya angka Rp. 100 M, HPS awal itu. Kemudian penawaran dari PT. Netway itu seingat saya Rp 356 M atau Rp 355 M. Ini kan jauh sekali antara HPS dengan HPS kita. Disitulah, jadi di dalam ini Yang Mulia, perlu saya jelaskan bahwa di dalam Re-Negoisasi, di dalam Re-Evaluasi dan sebagainya itu tim kita ini selalu diikuti oleh saudara Margo Santoso, sebagai GM. (dipotong oleh Hakim Ketua)

Hakim Ketua : Pengertian diikuti itu bagaimana? (dipotong oleh saksi BS).

Saksi (BS) : Dia ikut, di Lembang, kita dikumpulkan di Lembang, kemudian dia

mengikuti, memberikan arahan kepada kita. Termasuk pada waktu kita lapor itu, harganya itu sebenarnya HPS nya 100, kemudian beliau, kalau tidak salah disitu ada saudara Gani Abdul Gani maupun juga ada saudara Fadjar Wijaya selaku ketua panitia, “apa nggak bisa HPS itu dinaikkan?” Saya bilang “nggak bisa HPS itu dinaikan, karena kita menghitungnya berdasarkan manmonth yang sudah ada dan juga audit pay roll yang sudah ada.” Terus ingat, saya ingat betul saudara Margo Santoso itu meminta, bagaimana kalau dimasukkan ini, tenaga asing. Ya saya bilang tenaga asing ini memang perlu atau nggak, saya kan bukan orang IT. Jadi yang orang IT itu saudara Pandu Angklasito dan juga disitu ada saudara Supanca, yang kita anggap paling mengetahui tentang IT. Jadi, kalau mengenai manmonth itu apakah disitu perlu tenaga asing dan sebagainya itu silahkan saja Pak Margo untuk bicara dengan sub tim teknis. Kemudian saya tidak tahu bagaimana ceritanya, ternyata kemudian sub tim teknis itu memberikan satu hasil lagi dimana disitu sudah masuk tenaga-tenaga ahli dari PT. Netway yang katanya memang perlu tenaga ahli dari luar itu. Sehingga setelah kita hitung timbullah HPS yang Rp. 155 M itu.

Hakim Ketua : Saudara tadi katakan bahwa PT. Netway ikut juga dia menentukan HPS

itu?

Saksi (DT) : Dia mengusulkan kepada saudara Margo Santoso.

Hakim Ketua : Kemudian usulan itulah yang disetujui dengan memasukkan tenaga asing

itu.

Saksi (DT) : Iya.

Hakim Ketua : Apakah sebagai panitia saudara bersama tim itu juga mengadakan

penelitian kembali nggak? Ini kan dari Netway banyak banget dari 100 menjadi 150.

(8)

Saksi (DT) : Iya. Kita kan sub tim keuangan, jadi yang bertanggung jawab kepada

manmonth itu adalah di sub tim teknis, yang saudara Supanca ini. Itulah

yang bertanggung jawab mengenai manmonth dan juga organisasi maupun juga CV dari pada tenaga yang harus ada di dalam tenaga ahli, yang harus mereka sepakati bersama dengan PT. Netway.

Hakim Ketua : Lalu tim mau tidak mau menyetujui itu ya?

Saksi (DT) : Iya karena kita tim keuangan itu hanya membuat HPS waktu itu di tim

Re-Evaluasi itu. Kemudian nyambung kepada ceritanya Pak Djoko tadi, bahwa Pak Djoko Tetratmo kita sodorkan angka itu, kemudian Rp. 155 itu, kemudian diadakan negoisasi dengan PT. Netway, mereka juga tidak bisa menyetujui, mereka hanya turun sampai Rp. 190 M dan setelah itu terjadi deadlock. Setelah terjadi deadlock kemudian awal 2003 saya di panggil oleh Pak Margo sebagai GM. Saya diminta sebagai ketua tim penunjukan langsung. Saya waktu itu kalau tidak salah ada saudara Fadjar, ada saudara Pandu, ada Dewono. Saya menolak. Kenapa waktu itu saya menolak karena saya mengganggap bahwa saya itu tidak kompeten untuk menjadi ketua tim atau ketua panitia karena saya belum pernah sekalipun menjadi panitia lelang. Kedua, ini kan pada waktu tim Re-Evaluasi itu juga sudah terajdi deadlock. Jadi, saya khawatir saya tidak akan bisa juga melakukan pekerjaan sebagai tim itu, dan ketiga memang saya melihat bahwa ini kenapa sih kok tidak di tender saja. Saya sama Pak Djoko kalau tidak salah waktu itu juga ada, sedang mengusulkan kepada GM untuk di tender saja kaerena memang kita melihat itu kan pekerjaan nilainya sangat besar kenapa tidak di tender saja. Jadi Pak Margo yang menolak, ini tidak bisa lagi. Kita sudah ada tim yang sebelumnya bahas. Kemudian sudah sampai pada finishing terakhir, jangan sampai alasan Pak Margo, kita ulang lagi prosesnya mulai awal. Kemudian alasan Pak Margo juga tidak ada orang lain yang mau menjadi ketua. Terus kemudian saya mau menjadi ketua, asalkan saya bisa melibatkan seluruh Manager bidang di DKI itu menjadi ketua

eh, menjadi anggota tim termasuk saudara Soendjoko yang biasa

memproses panitia itu dan tim yang diadakan di perencanaan yang sudah mengetahui proses yang kontrak-kontrak kecil itu. Itu saya minta diikiutkan sebagai anggota tim sehingga bayangan saya bahwa tim ini akan lebih qualified dan lebih mudah untuk mengadakan perhitungan-perhitungan maupun negosiasi. Setelah itu berjalan kemudian kita, kalau nggak salah bulan Mei atau bulan April itu ditugaskan oleh Pak Margo untuk (dipotong oleh Hakim Ketua).

Hakim Ketua : Tahun?

Saksi (DT) : Tahun 2003. Itu mulai kita bekerja , jadi mulai dapet SK Februari 2003

(9)

eh dari struktural yaitu dari saudara Dewono dan dari saudara Pandu.

Kemudian (dipotong oleh Hakim Ketua).

Hakim Ketua : Apa yang dimaksud dengan TOR itu?

Saksi (DT) : TOR ini semacam rambu-rambu, kerangka acuan. Jadi semacam ini inti

dari pada RKS, disitulah keinginan-keinginan dari pada struktural dalam hal ini keinginan dari bidang IT dan bidang komersial yang sebenarnya sabagai user dari pada sistem IT, ini dituangkan ke dalam kerangka acuan itu, TOR itu, untuk sebagai dasar nanti perhitungan manmonth dan negosiasi dan sebagainya itu Yang Mulia. Dari situlah kita, dari TOR itulah panitia membuat RKS. Jadi intinya TOR itu kerangka acuan itu ditambahi lagi dengan persyaratan administrasi dan persyaratan teknis yang harus dilakukan. Kita dari tim waktu itu melaporkan kepada saudara Margo Santoso bahwa yang akan kita lakukan ini sebatas hanya bisa dengan aturan Bappenas yang kita tahu, dan Pak Margo setuju dengan itu, maka kita kemudian bekerja berdasarkan rambu-rambu yang sudah disepakati oleh GM. Yaitu pertama, bahwa pekerjaan outsourcing ini hanya dua tahun. Kemudian kita sepakati bahwa manmonth yang dari tim evaluasi, Re-evaluasi yang sudah lebih dulu menghasilkan angka 4380 kalau tidak salah, manmonth itu kita pakai sebagai dasar menghitung HPS. Kemudian yang ketiga kita pakai hasil-hasil dari tim evaluasi yang relevan itu akan kita pakai sebagai dasar tim penunjukan langsung untuk melakukan negosiasi. Dan pada waktu negosiasi kita dikumpulkan di Bandung, kalau tidak salah di hotel Jayakarta. Itu pun pak Margo Santoso sebagai GM juga ikut disitu untuk bersama-sama dengan kita melakukan negosiasi dengan PT. Netway. Singkat kata dari hasil negosiasi itu yang semula di tim Re-Evaluasi mentok di Rp. 190 M kemudian kita bikin HPS Rp. 147 M, kemudian hasil nego disepakati Rp. 142 M. Itu yang kita laporkan kepada GM dan GM setuju itu untuk dilaporkan kepada Direksi. Demikian Yang Mulia.

Hakim Ketua : Mulai tahun berapa lalu PT. Netway melaksanakan pekerjaan tersebut ?

Saksi (DT) : Ternyata setelah itu dibawa, dilaporkan ke Direksi, maka Direksi minta

dilakukan nego ulang. Pada waktu nego ulang itu sebetulnya saya bersama dengan beberapa teman yang lain itu sudah mutasi ke PLN Pusat tapi diperintahkan oleh Pak Fahmi sebagai GM yang baru untuk tim yang lama ini yang tetap melakukan nego ulang. Dilakukan nego ulang lagi di Bogor pada tanggal 11-12 November. Itu juga disitu seingat saya hadir Pak Margo Santoso yang memberikan arahan sehingga turun dari Rp. 142 M menjadi Rp. 137 M. Pada waktu itu saya sudah selesai tugas saya sebagai tim itu, saya tidak mengikuti lagi proses selanjutnya karena sudah pindah di PLN Pusat. Demikian Yang Mulia.

(10)

Hakim Anggota : Saudara saksi dulu ya, saudara Djoko ya, saudara, pemeriksaan saudara di penyidik KPK ini dikatakan benar ya?

Saksi (DT) : Iya.

Hakim Anggota : Pada tahun 2000, saudara pada pemeriksaan tanggal 12 Mei ini memberikan keterangan bahwa pembayaran-pembayaran yang dilakukan oleh PLN kepada PT. Netway itu ada 22 tahap. Dengan total pembayaran sebelum dipotong PPh Rp. 101.615.108.500. Betul itu rinciannya?

Saksi (DT) : Betul. Dari data yang kami lihat betul.

Hakim Anggota : Betul ya, semuanya sudah betul ya?

Saksi (DT) : Iya.

Hakim Anggota : Kemudian di dalam pemeriksaan saudara juga mengatakan bahwa sebenarnya tim Re-Evaluasi dan negosiasi itu merekomendasikan untuk menghentikan sementara, betul itu?

Saksi (DT) : Iya di dalam laporan tim betul.

Hakim Anggota : Sebenarnya yang dihentikan sementara ini, apakah perundingan-perundingan itu atau bagaimana? Apa yang saudara maksud penghentian sementara itu?

Saksi (DT) : Setahu saya bahwa itu sementara dihentikan karena tidak terjadi

kesepakatan menurut yang kami, yang saya tahu Pak. Hakim Anggota : Itu pada tahun berapa? 2002?

Saksi (DT) : 2002 mungkin.

Hakim Anggota : 2002, kemudian tidak lama kemudian dibentuk tim penunjukan langsung?

Saksi (DT) : Iya Yang Mullia.

Hakim Anggota : Itu kenapa? Tahu nggak saudara kenapa bisa terjadi demikian kenapa? Di satu sisi ada deadlock sepakat untuk menghentikan sementara tapi di sisi lain kemudian dibuat tim penunjukan langsung ?

Saksi (DT) : Intinya persis saya tidak tahu. Apa yang dikatakan Pak Budi memang

seperti itu, bahwa sebetulnya kami-kami ini pernah mengusulkan kepada saudara Margo, Pak Margo Santoso bahwa sebaiknya ini dilelangkan namun entah bagaimana dengan alasan yang disebutkan Pak Budi tadi bahwa akhirnya kok tahu-tahu ada diperintahkan kami sebagai tim penunjukkan langsung (dipotong oleh Hakim Anggota).

(11)

Hakim Anggota : Begitu?

Saksi (DT) : Iya setahu kami begitu.

Hakim Anggota : Saudara pernah diperiksa di penyidik. Disini saudara katakan bahwa, ini apa benar atau tidak saudara jawab ya.

Saksi (DT) : Iya.

Hakim Anggota : Tentang adanya tim penunjukan langsung dinyatakan bahwa penunjukan tersebut memperhatikan Surat Direktur Utama PT PLN Nomor. 3163/070/SEKPER 2001 tanggal 23 November 200. Betul itu?

Saksi (DT) : Iya mungkin itu konsideren dari pada tim itu seperti itu (dipotong oleh

Hakim Anggota).

Hakim Anggota : Apakah isi surat itu saudara tahu?

Saksi (DT) : Saya sudah tidak ingat lagi.

Hakim Anggota : Saudara tidak ingat lagi, baik. Pada waktu saudara sebagai tim Re-Evaluasi dan negosiasi. Apakah saudara pernah diberikan arahan-arahan oleh Margo Santoso? GM waktu itu.

Saksi (DT) : Iya, arahan sifatnya umum ya.

Hakim Anggota : umum ya?

Saksi (DT) : Iya.

Hakim Anggota : Apakah saudara pernah mengikuti presentasi-presentasi dari PT. Netway?

Saksi (DT) : Mungkin sekali saya ikut di dalam persentasi awal ya. Cuman karena

saya tidak terlalu ahli di dalam Tekhnologi informasi, jadi saya hanya lewat saja, ya segitu saja.

Hakim anggota : Kemudian pada waktu itu tim Re-Evaluasi ini membuat laporan tidak pada waktu itu?

Saksi (DT) : Membuat.

Hakim Anggota : Membuat (dipotong oleh Saksi DT).

Saksi (DT) : Maaf membuat Re-Evaluasi tadi ya?

Hakim Anggota : Iya Evaluasi, membuat laporan tidak?

Saksi (DT) : Membuat.

(12)

Saksi (DT) : Ke GM.

Hakim Anggota : Apakah isi laporan itu seperti yang saudara tuangkan di dalam Berita Acara?

Saksi (DT) : Betul.

Hakim Anggota : Baik. Pada saudara ya Budi Harsono. Waktu tadi saudara katakan itu bahwa saudara menolak sebagai ketua tim?

Saksi (B) : Iya.

Hakim Anggota : Tapi di dalam ini siapa yang menjadi ketua tim penunjukan langsung waktu itu?

Saksi (B) : Waktu itu saya kemudian dipaksa menjadi ketua tim (dipotong oleh

Hakim Anggota).

Hakim Anggota : Oh waktu itu saudara dipaksa, tadi saudara tolak?

Saksi (B) : Iya.

Hakim Aggota : Tapi saudara dipaksa?

Saksi (B) : Iya. Saya bilang waktu itu ketua tim harus benar-benar yang mengerti IT

dan Manager bidang IT atau Manager bidang komersial karena merekalah usernya tapi Pak Margo bilang “ya semuanya nggak mau”. Beliau, sudah tahu saya menolak itu, tapi tahu-tahu keluarlah SK itu. SK tim penunjukan langsung, langsung keluar saya sebagai ketua (dipotong

oleh Hakim Anggota).

Hakim Anggota : Saudara sebagai ketua?

Saksi (B) : Iya.

Hakim Anggota : Pada waktu saudara menyusun HPS apa kriteria-kriterianya waktu itu?

Saksi (B) : Kriterianya kita memakai aturan Bappenas mengenai jasa konsultan

tahun 2000 kemudian juga kita memakai Peraturan Pemerintah tentang pengkajian tenaga asing dan juga audit pay roll dari Netway yang sudah di audit dari konsultan publik. Itu yang menjadi dasar.

Hakim Anggota : Apa tidak ada dari tim penunjukan langsung waktu itu yang ingin membandingkan dengan perusahaan lain?

Saksi (B) : Ini kan kita sudah dipepet dan harus ditunjuk si Netway itu

(13)

Saksi (B) : Harga pasar itu begini. Pertama, kita tidak diminta oleh GM. Bahkan GM ini mendesak-desak terus panitia ini cepet selesai, cepat selesai. Itu yang terjadi, kemudian kenapa kita tidak harga pasar karena yang kita lihat di audited pay roll ini masing-masing tenaga ahli tanda tangan kemudian diketahui oleh si akuntan publik ini, jadi kita percaya bahwa memang itulah yang mereka bayarkan kepada si tenaga ahli itu.

Hakim Anggota : Baik. Saudara sebagai ketua tim penunjukan langsung ada saudara pernah mendapat instruksi atau petunjuk dari terdakwa waktu itu?

Saksi (B) : Tidak.

Hakim Anggota : Tidak ada ya. Jadi saudara semata-mata hanya dari?

Saksi (B) : Dari GM.

Hakim Anggota : Cukup Pak.

Hakim Ketua : Silahkan saudara Penuntut Umum.

PU : Izin bertanya Yang Mulia. Kepada saksi Budi Harsono ya. Saya ingin

minta keterangan lebih lanjut dari BAP saudara Nomor 13, Nomor 30 dan 31. Tadi saudara sudah membenarkan ya, BAP yang di penyidik?

Saksi (B) : Iya.

PU : BAP saudara nomor 13, nomor 30 dan 31 tanggal 22 Maret 2010.

Saudara menerangkan bahwa Dirut mempertanyakan proses PL yang belum selesai, ini coba saudara bisa terangkan bagaimana ini Dirut mempertanyakan proses PL belum selesai, dan mendesak tim Re-Evaluasi. Bisa di (dipotong oleh Saksi B).

Saksi (B) : Seingat saya, saya tidak ada itu ya. Jadi yang terjadi saat itu, Pak Margo

Santoso lah yang mendesak-desak kita. Dengan berbagai cara menurut ceritanya Pak Margo itu, Pak Margo di desak oleh Dirut. Kita sendiri tidak mengerti Pak, apakah benar atau tidak itu Pak Margo di desak oleh

(dipotong oleh Hakim Ketua).

Hakim ketua : Keterangan BAP ya memang sudah kaya itu, setahu saya karena

berdasarkan keterangan dari Margo,

Saksi (B) : Iya.

Hakim Ketua : Jadi dia bukan pernah mendegar langsung dari terdakwa, tetapi dari

Margo.

(14)

Hakim Ketua : Kalau kita lihat juga pada keterangannya, pada nomor 13. Pada saat pelaksanaan re-evaluasi dan negosiasi saya tidak mengetahui dengan jelas. Setahu saya pada saat pelaksanaan re-evaluasi dan nego pernah di

(perkataan Hakim Ketua tidak jelas) pernah dipanggil menghadap Dirut,

dalam pertemuan itu Dirut mempertanyakan mengapa proses tender belum selesai dan mendesak tim. Ini bagaimana ini nomor 13 seperti itu? Pada pelaksanaan Re-Evaluasi dan nego saya tidak mengetahui dengan jelas. Setahu saya, pada saat pelaksanaan Re-Evaluasi dan negosiasi saudara Fajar Wijaya dan saudara Dodoh Rahmat beserta GM Margo Santoso pernah dipanggil Dirut. Dalam pertemuan tersebut Dirut mempertanyakan mengapa proses penunjukan langsung belum selesai. Ini yang saudara maksud dengan sepengetahuan saya (dipotong oleh

Saksi B).

Saksi (B) : Cerita dari Pak Margo.

Hakim Ketua : Oh.

Saksi (B) : Kan masih nyambung.

Hakim Ketua : Maaf ya kalau yang dimaksud dengan sepengetahuan saudara lihat

sendiri, saudara saksikan. Itu baru sepengetahuan (dipotong oleh Saksi

B).

Saksi (B) : Maksudnya itu (dipotong oleh Hakim Ketua).

Hakim Ketua : Kalau saudara mendengar, kalau saudara mendengarkan dari Margo, itu

sependengaran saudara.

Saksi (B): : Iya.

Hakim Ketua : Jadi yang saudara maksud disini adalah saudara mendengar dari Margo.

Saksi (B) : Iya mendengar dari Margo.

Hakim Ketua : Ada lagi?

PU : Lanjut kepada saksi Djoko ya. Jadi pada, saudara pada tahun 2000-2005

Manager Keuangan ya. Tadi sudah menjelaskan mengenai pekerjaan CIS RISI sudah dilaksanakan dan sudah dibayar ya?

Saksi (DT) : Betul.

PU : Itu bisa saudara terangkan bagiamana sih itu mekanisme pembayaran

itu?

Saksi (DT) : Baik, terima kasih. Jadi, pertama kami jelaskan bahwa saya sebetulnya,

era saya adalah Agustus sampai dengan tagihan yang ke-12, 12 sampai dengan 22 bukan saya lagi. Proses penagihan adalah proyek Manager

(15)

membuat suatu berita acara, kemudian pekerjaan, kemudian dia atas dasar lampiran tadi itu dengan bukti-bukti kwitansi diserahkan ke kami ke keuangan. Kemudian oleh keuangan dicek, diverifikaksi terhadap lampiran-lampiran tagihan tadi. Salah contoh adalah mengenai masalah

(perkataan saksi tidak jelas) kemudian kwitansi-kwitansinya, kemudian

berbagai macam apa. Kemudian dari kami cek lagi dengan apakah ini sesuai dengan kontrak atau tidak. Atas dasar itulah kami proses, tagihannya (perkataan saksi tidak jelas). Kita tanda tangani oleh 2 diantara 3 kita ajukan ke GM dan datangi Giro. Kita kirim, transfer melaui via Bank.

PU : Baik. Itu berarti yang dibayarkan juga biaya langsung personal juga

biaya langsung non personal ya?

Saksi (DT) : Iya.

PU : Baik. Apakah juga disana ada kewajiban dari pada saksi untuk

melakukan verifikasi terhadap semua permintaan pembayaran, baik itu untuk biaya langsung personal maupun biaya langsung non personal?

Saksi (DT) : Iya verifikasi kami adalah mengenai masalah kebenaran

kwitansi-kwitansi yang ada. Tapi secara physical, apakah sudah terlaksana dilapangan atau tidak kami tidak melakukan hal itu karena itu bukan keahlian kami dan bukan kewajiban kami. Itu adalah proyek Manager.

PU : Baik. Untuk pembayaran roll-out CIS RISI ini diambilkan dari anggaran

mana yang sepengetahuan saksi?

Saksi (DT) : Anggaran APLN.

PU : Disini saksi pada BAP Nomor 28 ya, menerangkan tahun 2004

dianggarkan Rp. 30 M, 25, Rp. 48 M ya?

Saksi (DT) : Iya.

PU : Benar itu ya? Bagaimana itu?

Saksi (DT) : Maksudnya yang dianggarannya atau dibayarkannya?

PU : Ini keterangan saksi ya. Setelah anggaran CIS RISI menjadi anggaran

investasi maka dengan sub masih berada di PLN Pusat, akan diturunkan ke PLN Disjaya berdasarkan permintaan kebutuhan ya?

Saksi (DT) : Iya. Jadi begini Pak, awalnya anggaran itu dari anggaran koperasi.

Kemudian ada tim dari pusat, bahwa anggaran koperasi dipindahkan menjadi anggaran investasi. Jadi anggaran sudah ada. Adapun permintaan dari pada anggaran itu sudah dengan schedule dari pembayaran.

(16)

PU : Pertanyaan terakhir untuk saksi. Apakah saksi ada menerima sesuatu beruapa uang dari Netway?

Saksi (DT) : Iya. Saya pernah menerima.

PU : Berapa besarnya?

Saksi (DT) : Pertama Rp. 1 juta itu pada saat kami terima sebagai honor atau apa,

waktu itu pernah di bandung. Kemudian pada saat saya itu mau meninggalkan tugas, dipindah ke Bandung Pusat, itu pun juga kami dipaksa, didesak bahwa ini sebagai suatu kenangan oleh Pak Ronald, itu saya terima Rp.12 juta.

PU : Sudah dikembalikan ke KPK?

Saksi (DT) : Sudah.

PU : Kemudian untuk saudara Budi Harsono. Saudara juga kalau tidak salah

sebagai tim penyusunan kontrak?

Saksi (B) : Iya.

PU : Bisa diterangkan bagaimana sampai dan apa yang saudara lakukan

ketika saudara ditunjuk sebagai tim penyusunan kontrak?

Saksi (B) : Iya. Jadi waktu itu sebenarnya saya sudah di PLN Pusat tapi diminta

istilahnya membantu kepada PLN Disjaya, membantu dalam hal ini kemudian saya diminta oleh Pak Fahmi, GM yang pengganti Pak Margo untuk duduk sebagai tim kontrak. Di samping kita sebagai orang PLN, PLN juga meminta bantuan konsultan hukum yaitu RSP untuk menyusun kontrak itu. Kontrak itu disusun dengan draft yang dibuat oleh RSP dari sisi hukum kemudian kita bahas bersama-sama, baik dengan Netway maupun dengan tim kontrak itu sendiri. Di dalam kontrak itu jelas-jelas bahwa yang kita hasilkan sebagai hasil negosiasi Rp. 137 M itu adalah plafon maksimal karena kontrak yang disusun itu adalah kontrak at cost. Jadi dibayar sesuai dengan cost yang ditagihkan atau yang sudah diverifikasi oleh teman-teman dari keuangan. Termasuk disitu kita minta di dalam kontrak itu bahwa di dalam setiap pembayaran tentunya harus sesuai dengan audited payroll nya, maupun mereka juga harus menyetor bukti pembayaran pajaknya. Untuk masing-masing yang sudah dibayar BLT nya itu oleh Netway. Ini semua adalah untuk menghindari jangan sampai terjadi mereka bayarnya, cuma, misalkan gajinya Rp. 10 jt mereka cuma dibayar Rp. 5 jt misalkan. Itu sudah di

protect di dalam kontrak itu bahwa harus ada laporan setoran pajak dari

masing-masing personil yang ditagihkan ke PLN. Jadi sebenarnya kontrak yang kita lakukan itu baik itu harga satuan, harga satuan dalam hal ini khusunya adalah harga satuan Personil, itu tergantung dari pada

(17)

pay roll dari masing-masing personil yang memang sudah disetujui PLN dan di audit oleh akuntan publik mereka. Itu Pak, jadi makanya di dalam kontrak itu kita sebutnya bukan lumpsum kontrak tapi kontrak at cost; plafon maksimal, itu ada di pasal berapa saya lupa, tapi itu jelas-jelas ada di pasal itu bahwa kontrak ini adalah bukan lumpsum contract tetapi kontrak at cost, demikian.

PU : Baik. Berbicara mengenai audit pay roll tadi ya, itu waktu saksi menjadi

tim penunjukan langsung memang pernah meminta ya?

Saksi (B) : Iya.

PU : Minta kepada siapa?

Saksi (B) : Kepada Netway.

PU : Kepada Netway. Setelah itu (dipotong oleh saksi).

Saksi (B) : Netway kita minta dengan mengirim surat kepada Netway.

PU : Baik. Setelah diberikan oleh Netway apakah tim tidak pernah, tidak

menguji lagi kebenaran?

Saksi (B) : Tidak.

PU : Tidak ya.

Saksi (B) : Karena disitu kita percaya sekali dengan apa yang disampaikan karena di

masing-masing personil itu daftar gaji itu si personilnya itulah yang tanda tangan, terus disampingnya ada tanda tangannya KAP nya itu, begitu.

PU : Baik. Saksi tidak meneliti kebenaran itu, audit pay roll karena sudah

merasa yang membuat itu akuntan publik ya?

Saksi (B) : Iya.

PU : Kemudian anda tanda tangan?

Saksi (B) : Betul.

PU : Apakah memang secara kewajiban saksi sebagai tim PL, apakah ada

kewajiban untuk meneliti kebenaran item-item yang akan dijadikan sebagai bahan pembanding pembuatan HPS?

Saksi (B) : Tidak. Karena apa? Itu juga sudah kita konsultasikan dengan GM dan itu

nggak perlu. Itukan tanggung jawab mereka.

PU : Maksud kami secara kewajiban. Apakah memang ada kewajiban tidak

(18)

Saksi (B) : Tidak.

PU : B aik. Terakhir ini pada BAP saksi nomor 41 saya bacakan langsung,

keterangan saksi. Selaku ketua tim penunjukan langsung, apakah saudara mengetahui tentang ada atau tidaknya persetujuan dari RUPS? Terkait rencana pengikatan kontrak pekerjaan outsourcing roll out CIS RISI tersebut . saksi menerangkan, mengenai persetujuan dari RUPS tidak ada, persetujuan yang saya ketahui adalah berasal dari Dewan Komisaris. Persetujuan Dewan Komisaris PLN adalah sesuai surat Nomor 19 Pst tanggal 21 November 2003 perihal CIS RISI, dan juga persetujuan dari Direksi PLN diberikan melalui surat nomor 03618 tanggal 22 Desember 2003 perihal CIS RISI yang ditanda tangani oleh Direktur Utama PLN, Bapak Eddie Widiono. Bisa saksi jelaskan?

Saksi (B) : Gimana Pak?

PU : Bisa saksi jelaskan ini? (dipotong oleh Hakim Ketua).

Hakim Ketua : Saya rasa sudah jelas ini. Persetujuan itu, dia mengatakan bahwa

persetujuan itu hanya dari Dewan Komisaris berdasarkan surat-surat, kan gitu. Ya? Ada lagi?

PU : Tambahan sedikit yang Mulia. Pak saksi Budi, tadi saudara menjelaskan

bahwa terjadi negosiasi itu dari pihak PT. Netway itu siapa? Apakah Gani Abdul Gani sendiri atau ada orang lain?

Saksi (B) : Ya itu tadi, negosiasinya itu rame-rame gitu aja Pak (dipotong oleh PU).

PU : Tidak yang tadi pihak PT. Netway?

Saksi (B) : Ada Gani, semuanya-semuanya ada. Bahkan dari kita itu tadi GM Pak

Margo Santoso juga ada.

PU : Baik, terimakasih. Kemudian Pak Djoko, tadi saudara menjelaskan

mendapat uang dari saudara Ronald. Setahu saudara Ronald itu siapa?

Saksi (DT) : Ronald adalah staff dari pada PT. Netway.

PU : Staff dari PT. Netway. Kemudian sedikit lagi, saudara menjelaskan

disini dalam BAP ini, dalam BAP Nomor 22, Saudara menerangkan tim melakukan kajian ringmark dengan proposal lain yaitu PT Soluziona. Pertanyaan saya apakah yang dimaksud dengan proposal PT Soluziona ini terkait juga dengan masalah CIS RISI ini?

Saksi (DT) : Saya kira tidak ya. Soluziona itu adalah satu PT yang lain. Jadi,

sebenarnya kami tidak tahu persis disitu bahwa kami hanya melihat satu daftar dalam laporan keuangan kami, maaf, laporan tim, itu dilampirkan

(19)

bahwa Soluziona itu seperti ini, kemudian CIS RISI ini seperti ini. Jadi, Soluziona itu tidak berkaitan dengan PT Netway, itu PT berdiri sendiri.

PU : Maksud saya, apakah PT Soluziona ini juga bergerak di bidang IT sama

dengan PT Netway seperti itu?

Saksi (DT) : IT, mungkin yang tahu persis Pak Budi Harsono (dipotong oleh Hakim

Ketua).

Hakim Ketua : Jangan..jangan kalau sudah tidak mungkin, jangan tanya.

PU : Baik kalau begitu pertanyaan saya alihkan kepada Pak Budi Harsono.

Sepengetahuan saudara PT Soluziona ini siapa?

Saksi (B) : PT Soluziona adalah pemenang tender di PLN Distribusi Jakarta Raya,

eh, Distribusi Jawa Barat untuk pekerjaan IT yang sama dengan pekerjaan PT. Netway. Jadi pada waktu yang hampir bersamaan itu ada tender untuk (dipotong oleh PU).

PU : Oh di Jawa Barat ada tender?

Saksi (B) : Di Jawa Barat.

PU : Pekerjaan sama persis?

Saksi (B) : Pekerjaan hampir sama, hanya kalau di DKI itu kan outsourcing kalau

yang di Jawa barat itu seperti beli putus begitu. Beli, sistemnya itu dibeli

(dipotong oleh PU).

PU : Dibeli oleh PLN?

Saksi (B) : Iya. dan itu kita bandingkan dengan pelayanan yang di support oleh

Netway dibandingkan support yang dilakukan oleh Soluziona ini jauh lebih banyak apa yang dilakukan oleh PT Netway karena apa? Karena selama dua tahun berjalan itu seluruh dari pada pekerjaan IT; operasi, pemeliharaan, pengembangan, kemudian baik itu software maupun hardware itu dikelola seluruhnya oleh PT. Netway. Sedangkan kalau di Jawa Barat itu mereka hanya tenaga-tenaga ahli saja. Demikian.

PU : Tapi ada item-item yang sama?

Saksi (B) : Itemnya ada yang sama.

PU : Dalam item yang sama ini harganya bagaimana?

Saksi (B) : Jadi mereka itu tenaga ahlinya itu hanya sangat terbatas dan akhirnya

(20)

PU : Nggak, maksud saya, harga yang di PT. Netway dengan harga Soluziona mahal yang mana?

Saksi (B) : Kalau di hitung per pelanggan memang tidak bisa item per item ya lebih

mahal Netway, tapi Netway itu memberikan satu scope pekerjaan yang full outsourcing, gitu loh Pak. Tetapi kalau dari Soluziona itu dia hanya masang sistem IT nya, sudah. Yang jalankan orang PLN itu sendiri. Disitu bedanya Pak.

PU : Ada tambahan?

Hakim Ketua : Artinya kesimpulan kan bahan tidak bisa diajukan acuan (dipotong oleh

Saksi B)

Saksi (B) : Tidak persis (dipotong oleh Hakim Ketua).

Hakim Ketua : Berbeda! Pekerjaannya berbeda, lingkup pekerjaannya berbeda,

sistemnya juga berbeda, kan gitu.

PU : Tambahan lagi satu. Saudara saksi ya, pak Budi Harsono. Saksi pernah

mengikuti rapat tim Re-Evaluasi dan negosiasi pada hari kamis tanggal 17 April 2002. Ingat saksi?

Saksi (B) : Saya tidak ingat.

PU : Disini ada teken nama saksi?

Saksi (B) : Iya.

PU : Baik, ini dalam salah satu notulen ya, ini ada keterangan dari Pak

Zulkarnaen, Pak Fadjar, Pak Aziz bicara. Pak Fajar ada bicara, “besok ketua tim akan bicara bahwa tawaran Netway untuk scope 5 tahun tidak bisa diterima tetapi yang 18 bulan bisa diterima. Silahkan di diskusikan dengan masing-masing sub tim. Masalah IPR tidak perlu diangkat karena sulit pembuktiaannya. Apakah saja alasan mendesak dan spesifik? Ada surat dari politeknik ITB bahwa mereka mengerjakan RISI dengan Netway tertanggal Agustus 2001 . Bisa saksi terangkan (dipotong oleh

Hakim Ketua).

Hakim Ketua : ( Pembicaraan Hakim tidak jelas karena tidak menggunakan mic).

PU : Bukan ini ada notulen rapat Yang Mulia, dimana saksi hadir sesuai

dengan tanda tangan ini (dipotong oleh Hakim Ketua).

Hakim Ketua : Tahu saudara itu? (dipotong oleh PU).

PU : Kemudian ada Pak Fajar bicara (dipotong oleh Saksi B).

(21)

PU : Baik. Kemudian lagi ini ada notulen rapat tim Re-evaluasi hari kamis juga pada tanggal 21 Maret 2002. Juga nama saksi ada disini, tanda tangan juga. Ini ada keterangan dari Pak Fajar. Pak Fajar mengatakan

demikian: Masalah IPR PTPS 92 Netway mengatakan ada buktinya dan

akan diserahkan ke Pak Rio hari senen depan. Kemudian Pak Heru mengatakan sampai dengan hari ini Netway belum pernah menyampaikan dokumen itu, kemudian Pak Sunggu Aritonang berbicara “masalah IPR PTPS 92 milik Netway itu bohong. Tidak perlu dijadikan dasar untuk penunjukan langsung”, bagaimana? Bisa saksi terangkan kejadian-kejadian itu? (dipotong oleh saksi)

Saksi (B) : Saya tidak ingat Yang Mulia.

Hakim Ketua : Kejadian tahun berapa si itu?

PU : 21 Maret 2002 Yang Mulia.

Hakim Ketua : Nah sekarang 2011, wajarlah nggak ingat, 9 tahun

PU : Cukup..cukup Yang Mulia.

Hakim Ketua : Baik, nggak ada lagi? (mengarah kepada Jaksa Penuntut Umum).

Silahkan kepada Penasehat Hukum!

PH (MI) : Terimakasih Yang Mulia. Saya coba akan mulai dengan pak Djoko ya

pak. Tadi pak Djoko menyebut bahwa tim itu kan tidak sepakat, atau usulan tim ini supaya dilakukan tender, ya kan, pak Djoko ya?

Saksi (JT) : Iya.

PH (MI) : Nah ketika itu apakah saksi tahu bahwa yang tidak menghendaki adanya

tender itu, selain saudara saksi katakan tadi adalah Pak Margo, pernah mendengar nggak bahwa pak Eddie Widiono juga tidak menyetujui adanya tender itu?

Saksi (DT) : Tidak.

PH (MI) : Tidak pernah mendengar ya?

Saksi (DT) : Iya.

PH (MI) : Tidak pernah mendengar cerita dari pak Margo?

Saksi (DT) : Tidak.

PH (MI) : Tidak ya? Oke, kemudian tadi saudara saksi juga mengatakan mengenai

adanya pemindahan kontrak PLN Disjaya dengan Netway Utama ini di pindahkan ke anggaran investasi?

(22)

Saksi (DT) : Betul.

PPH (MI) : Betul ya, nah pemindahan ke anggaran investasi ini diketahui oleh siapa?

Menurut pengetahuan saudara saksi?

Saksi (DT) : Karena ada dari Tim PLN Pusat. Pada saat itu kondisinya mungkin ya,

seingat kami bahwa kondisi neraca PLN itu kurang begitu bagus, sehingga anggaran-anggaran operasi yang seharusnya PLN investasi yang bisa dipindahkan ke investasi, dipindahkan ke investasi karena

pekerjaan Netway ini bisa dianggap sebagai inve stasi. Jadi dipindahkan

ke anggaran investasi.

PH (MI) : Menurut ingatan saudara saksi kapan itu dipindahkan ke anggaran

investasi itu?

Saksi (DT) : Saya lupa persisnya kapan, dalam berita acara disitu ada timnya pak.

Dari PLN pusat waktu itu pak Djoko Tetratmo bersama pak Edi siapa saya lupa, Edi Sriyatmo. Itu tidak hanya di DKI saja, tapi itu sudah menjadi kebijakan pusat untuk seluruh Indonesia. Jadi ada beberapa kegiatan yang bisa di investasikan, semua dipindahkan ke investasi. Di DKI saja tidak juga hanya untuk kegiatan CIS RISI tapi juga tapi ada beberapa pekerjaan yang dipindahkan ke investasi.

PH (MI) : Oke, kalau seperti ini saja bisa dipindakan ke investasi ya, pengawasan

kegiatan, atau pertanggung jawaban kegiatan ini itu kepada siapa? Inikan, saya mundur sedikit ya, sepengetahuan saudara saksi, kegiatan untuk roll out ini, berada dibawah lingkup atau supervisinya direktur yang mana ketika itu?

Saksi (DT) : Saya agak-agak tidak mengerti itu. Jadi ya pasti di divisi ya, maaf saya

lupa, memang ga mengerti.

PH (MI) : Baik, didalam surat menyurat, yang menurut pengetahuan saudara saksi,

apakah itu di, hubungannya itu dengan Direktur Utama atau dengan Direktur Niaga?

Saksi (DT) : Saya tidak mengerti itu.

PH (MI) : Saudara tidak mengerti ya, saudara tidak pernah melihat atau membaca

surat menyurat mengenai ini?

Saksi (DT) : Jadi dalam tim itu terus terang saya tidak intensif. Tapi saya anggota

aktif.

PH (MI) : Maksud saya begini, ini kan menyangkut pemindahan dari anggaran

investasi, nah saudara saksi inikan orang keuangan di PLN Disjaya ya?

(23)

PH (MI) : Makanya itu yang mau saya tanya. Pemindahan ini, apakah memang ada satu instruksi khusus dari PLN Pusat? Kalau ada instruksi khusus, misalnya, yang menginstruksikan itu siapa?

Saksi (DT) : Itu Direktur Keuangan

PH (MI) : Saudara saksi ingat? Itu ada satu surat tertulis dari Direktur Keuangan itu

seperti apa?

Saksi (DT) : Seingat saya bahwa ada satu tim dari PLN pusat, yaitu memang dibawah

direktur keuangan.

PH (MI) : Siapa? Siapa yang ikut?

Saksi (DT) : Edi Sriyatmo dan pak Djoko Tetratmo pak.

PH (MI) : oke

Saksi (DT) : Seingat saya.

PH (MI) : Apakah audara Zulkifli ikut di dalam tim itu?

Saksi (DT) : Tidak. Tidak ada kaitannya dengan direksi yang lain. Jadi, pure dari

direktorat keuangan.

PH (MI) : Pure, dari direktorat keuangan. Menurut ingatan saudara saksi ya, apakah

ini pernah disetujui oleh RUPS? Mengenai penganggaran CIS RISI ini?

Saksi (DT) : Saya tidak ingat lagi.

PH (MI) : Saudara saksi tidak ingat?

Saksi (DT) : Ya.

PH(MI) : RUPS 2002?

Saksi (DT) : Tidak ingat lagi.

PH(MI) : Nah dalam praktek yang saudara saksi ketahui ya, karena saudara orang

keuangan, bagian keuangan ya, pemindahan seperti ini lazim nggak terjadi di Disjaya?

Saksi (DT) : Baru sekali itu.

PH (MI) : Sebelum-sebelumnya tidak pernah terjadi?

Saksi (DT) : Tidak.

PH (MI) : Oke, saya kembali ke, oke. Selanjutnya mengenai, saya mau tahu secara

(24)

dan berhubungan dengan keuangan Disjaya, sebelum tahun 2002, itu seperti apa sih pak? Atau 2003?

Saksi (DT) : Maaf, pertanyaannya penagihan?

PH (MI) : Begini, apakah, maksud saya begini, apakah sebelum adanya proyek CIS

RISI ini, penagihan-penagihan yang dilakukan oleh bagian keuangan, selalu match atau tidak dengan bagian pelanggan?

Saksi (DT) : Ya memang sebelum adanya, maksud kami bukan penagihan ya,

istilahnya bukan penagihan. Saat itu dalam tata usaha langganan bahwa memang sebelum CIS diperlakuk an itu, kami dari keuangan agak kesulitan di dalam rangka rekonsiliasi antara piutang dan pendapatannya kita ini rekonsiliasinya memang agak kesuliatan jadi menbutuhkan energy yang lebih banyak.

PH (MI) : Nah sebelum ada rekonsiliasi itu, apakah pernah terjadi adanya

kehilangan “catatan keuangan” mengenai sampai 75 Miliyar. Sampai satu tahun?

Saksi (DT) : Saya tidak, tidak melihat hal ini,

PH (MI) : Yang kalau cerita tentang Kartianto itu seperti apa?

Saksi (DT) : Saya tidak mengikuti. Cerita seperti itu tapi tidak tahu detailnya tapi

memang, ya tidak tahu detailnya saya.

PH (MI) : Yang saksi ketahui apa?

Saksi (DT) : Bahwa terjadi suatu manipulasi terhadap rekening, yang saya ketahui

mengenai Kartianto.

PH (MI) : Itu tahun berapa itu pak?

Saksi (DT) : Saya tidak ingat persis.

PH (MI) : Oh tidak ingat ya. Apa sesudah tahun 2004 ketika itu CIS RISI ini mulai

berjalan? Atau sebelum itu?

Saksi (DT) : Mungkin sebelumnya

PH (MI) : Oh sebelumnya. Saudara saksi menjadi pegawai keuangan atau

menpunyai hubungan dengan manager keuangan di Disjaya itu sejak kapan sih?

Saksi (DT) : Akhir 2000 sampai pertengahan 2005.

PH (MI) : Akhir 2000 sampai pertengahan 2005?

(25)

PH (MI) : Tapi saudara saksi tidak mengetahui adanya masalah yang berhubungan dengan manipulasi yang dilakukan oleh Kartianto itu, padahal itu terjadi tahun 2000?

Saksi (DT) : Betul.

PH (MI) : Betul ya. Sesudah proyek ini berjalan tahun 2004 ya, menurut ingatan

saudara saksi apakah kejadian manipulasi seperti yang dalam tanda kutip yang dikenal dengan “Kartian Turkip” itu masih, masih suka terjadi ketika itu?

Saksi (DT) : Saya kira tidak, tidak ada lagi setelah kejadian itu, Kartianto yang

terakhir itu.

PH (MI) : Oh terakhir itu

Saksi (DT) : Iya seingat saya ya.

PH (MI) : Kemudian menurut ingatan saudara saksi, ya, sesudah ini mulai berjalan,

apa sih kemudahan yang bisa, atau manfaat yang bisa diambil oleh PLN Disjaya dengan adanya proyek ini? Terutama yang berhubungan dengan soal keuangan.

Saksi (DT) : Saya rasa pertama adalah pencatatan mengenai informasi pendapatan

pada PLN khususnya Disjaya, kemudian ya dengan pencatatan ini, kami jadi lebih mudah untuk mengadakan suatu pengawasan terhadap pendapatan tadi.

PH (MI) : Oke, kalau sebelum adanya proyek ini, ya, itu bisa berapa lama tagihan

itu baru terbayar? Atau dilaporkan ke keuangan? Ada nggak perbandingannya seperti itu?

Saksi (DT) : Persisnya saya tidak, belum sempat memperbandingkan hal itu, jadi ya,

yang jelas dengan adanya sistem tadi ya lebih dipercepatlah. Saya belum sempat memperbandingkan.

PH (MI) : Antara sebelum dan sesudah itu belum sempat memperbandingkan ya?

Saksi (DT) : Belum sempat.

PH (MI) : Kemudian pak Djoko ya, ini saya sedikit berpindah ke soal

perjanjian-perjanjian, atau perjanjian yang dilakukan dengan Netway ya. Tadi saudara saksi juga mengatakan bahwa ikut dalam tim itu? Betul pak Djoko ya?

Saksi (DT) : Betul.

PH (MI) : Nah menurut ingatan saudara saksi, ketika terjadi negosiasi di Bogor,

(26)

perundingan itu? Tanggal, antara tanggal 11 sampai 12 November 2003?

Saksi (DT) : Awal-awalnyapun saya sendiri juga tidak ikut di dalam negosiasi.

Karena saya tidak begitu aktif didalam setelah menjadi anggota tim penunjukan langsung. Jadi saya tidak ingat adanya direksi atau tidak.

PH (MI) : Oke, menurut ingatan saudara saksi dengan tim penunjukan langsung ini

ya, apakah tim ini pernah di panggil oleh pak Eddie Widiono?

Saksi (DT) : Saya tidak ingat lagi.

PH (MI) : Tidak ingat lagi ya. Apakah tim ini pernah menerima satu pesan atau

satu surat khusus dari pak Eddie Widiono mengenai apa saja yang dilakukan oleh tim?

Saksi (DT) : Setahu saya tidak ya. Saya tidak ingat, tapi setahu saya tidak.

PH (MI) : Saya beralih ke pak Budi ya. Saya mau tahu pak Budi mengenai soal,

apakah saksi ingat mengenai rapat konsultasi dekom dan direksi 7 November 2003, ingat nggak?

Saksi (B) : Saya kurang, kurang ingat ya

PH (MI) : Baik. Yang hadir dalam catatan daftar pada saya salah satunya pak Budi.

Dimana ketika itu presentasi mengenai (dipotong oleh saksi)

Saksi (B) : 7 Novermber ya pak?

PH (MI) : Kenapa?

Saksi (B) : 7 November?

PH (MI) : 7 November 2003.

Saksi (B) : Berarti sebelum terjadi nego ulang?

PH (MI) : Sebelum terjadi nego ulang, ya. Ketika itu Pak Aritonang, salah satu

diantaranya kalau di catatan yang ada pada saya mengatakan bahwa ada yang dia sebut dengan istilah cost of not doing it ya, yang akan bernilai sampai 75 Milyar perbulan. Apa saksi ingat?

Saksi (B) : Saya nggak ingat lagi. Waktu itu posisi saya itu, sudah lepas dari DKI

PH (MI) : Ya?

Saksi (B) : Karena seingat saya, tanggal 4 atau tanggal 5 November itu sudah serah

terima dengan manager bidang yang baru saudara Heriyanto. Jadi keterlibatan saya itu ada lagi pada waktu nego ulang itu, karena ada surat

(27)

dari pak Fahmi, untuk tim lama itu yang melakukan nego ulang karena ada surat dari Direksi, gitu.

PH (MI) : Oh gitu ya?

Saksi (B) : Iya seingat saya gitu pak.

PH (MI) : Saya masih mau kembali ke (dipotong oleh saksi)

Saksi (B) : Tapi mohon maaf, yang sebelumnya. Yang saya ingat itu pada waktu,

belum, bukan bulan November, tapi sebelumnya yang saya masih aktif itu, ada tim kita tim penunjukan langsung bersama GM itu mengadakan rapat dengan Dekom.

PH (MI) : Ya?

Saksi (B) : Terus kita disuruh menjelaskan apa mengenai mekanisme, bagaimana

menyusun HPS, bagaimana nanti dilakukan negosiasi dan sebagainya.

PH (MI) : Yang melakukan presentasi ketika itu siapa seingat saudara saksi?

Saksi (B) : Pandu, Pandu Angklasito sama saya.

PH (MI) : Oh sama saksi.

Saksi (B) : Disitu saya ingat ada Pak Dirut, ada Pak Aritonang, ada Pak Andung,

begitu, tapi saya tanggalnya lupa itu.

PH (MI) : Lupa? Oke.

Saksi (B) : Iya tapi tahun dua ribu, 2003 ketika itu.

PH (MI) : Oktober, 2003?

Saksi (B) : Ya, seingat saya mungkin Oktober 2003, waktu kita sudah, negonya

sudah di angka 142 itu, kemudian kita di ajak oleh GM untuk lapor kepada Direksi bersama dengan Dekom.

PH (MI) : Oke, menurut ingatan saudara saksi apakah ada petunjuk lebih lanjut

yang diberikan oleh Dekom ketika dalam pertemuan itu?

Saksi (B) : Seingat saya waktu itu Dekom minta itu bahwa kontraknya itu dibuat at

cost, gitu.

PH (MI) : Oh itu, itu yang disampaikan oleh

Saksi (B) : Iya.

PH (MI) : Permintaan dari Dekom?

(28)

PH (MI) : At cost ya?

Saksi (B) : Iya. Karena kita menyampaikan bahwa kontrak ini adalah hasil nego,

yang kita lakukan itu adalah bukan harga mati kontrak maksimal, bukan harga mati kontrak lumpsum. Tapi ini adalah plafon maksmal, itu yang kita sampaikan pada waktu terjadi dialog dengan Direksi maupun dengan Dekom. Sehingga sebenarnya tergantung dari pelaksanaannya, harga yang, apa, akan terbayar atau dibayar oleh PLN itu tergantung dari siapa yang akhirnya dipakai oleh PT. Netway dan dijual ke PLN sebagai tenaga ahli. Karena pada waktu kita nego itu mereka hanya punya 15 atau 20 tenaga ahlis sedangkan yang dibutuhkan kan 200 orang lebih, jadi kita membuat HPS dan nego beserta yang lainnya itu adalah hanya berdasarkan audited payroll dari tenaga ahli yang waktu itu mereka sudah punya pada waktu terjadi kontrak-kontrak kecil itu.

PH (MI) : Oke kalau,

Saksi (B) : Sehingga kita berikan catatan disitu, didalam kontraknya bahwa untuk

tenaga ahli-tenaga ahli, yang akan mereka nanti, apa itu, bekerja didalam kontrak itu, harus disetujui dulu oleh PLN, termasuk CV nya, apakah sesuai dengan yang dikehendaki oleh PLN? Ya ini berujung kepada pembayaran PLN juga, begitu.

PH (MI) : Oke, menyangkut kontrak-kontrak kecil yang pak Budi katakan itu tadi

ya, apakah menurut pengetahuan pak Budi, pak Eddie Widiono mengetahui tentang kontrak-kontrak kecil itu?

Saksi (B) : Saya rasa tidak.

PH (MI) : Apakah telah dikonsultasikan sampai ke Dirut?

Saksi (B) : Tidak

PH (MI) : Oh, tidak.

Saksi (B) : Itu inisiatif dari GM pada waktu itu, pak Margo Santoso sendiri.

PH (MI) : Oke. Apakah itu sempat didiskusikan dengan tim ini? Tim yang Pak

Budi (dipotong oleh saksi)

Saksi (B) : Tidak. Jadi disitu itu, kita ada dua tim, tim yang kita ini adalah yang

untuk outsourcing ya, kemudian untuk kontrak kecil ini panitia lelang yang scopenya lebih kecil, begitu. Jadi memang di tiap bidang itu ada panitia-panitia lelang, kebetulan untuk kontrak kecil ini panitia lelangnya itu dibawah perencanaan, jadi ketuanya itu saudara Edi Sriyatmo, kemudian sekretarisnya saudara Djoko. Inilah yang mengolah kontrak-kontrak kecil ini.

(29)

PH (MI) : Dan laporan kontrak-kontrak kecil ini langsung ke GM?

Saksi (B) : Iya langsung ke GM. Karena panitia-panitia kecil ini bertanggung jawab

langsung kepada GM.

PH (MI) : Kemudian begini pak Budi ya, saya ingin tahu menurut ingatan saudara

saksi, apakah pada bulan September tahun 2003, pernah dibuat satu kajian Roll Out CIS RISI ini oleh Disjaya?

Saksi (B) : Iya.

PH (MI) : Dan disampaikan kepada?

Saksi (B) : Pada direksi.

PH (MI) : Pada Direksi ya.

Saksi (B) : Iya.

PH (MI) : Saksi ingat ya mengenai itu?

Saksi (B) : Seingat saya itu ya, yang minta itu saudara Sunggu Anwar Aritonang

sebagai Direktur Niaga dan Pelayanan Pelanggan.

PH (MI) : Oke, itu yang minta,

Saksi (B) : Ya.

PH (MI) : Pak Aritonang ya? Nah dalam laporan yang disampaikan kepada Pak

Aritonang ini, apakah ada juga dibicarakan, bahwa kemungkinan adanya kerugian yang terukur, yang akan dialami PLN, akibat belum diimplementasikannya CIS RISI ini secara penuh di Disjaya, atau tidak?

Saksi (B) : Ada.

PH (MI) : Ada ya?

Saksi : Ada seingat saya itu.

PH (MI) : Apakah betul didalam laporan ini dikatakan bahwa potential loss itu

mencapai 75 Milyar rupiah? Pertahun?

Saksi (B) : Ya.

PH (MI) : Betul seperti itu.

Saksi (B) : Betul. Jadi kajian itu seingat saya dibuat oleh saudara Anthony Dewono

selaku user dari sistem IT. Jadi manajer komersial itulah yang lebih mengetahui seluk beluk mengenai pendapatan dan penjualan tenaga listrik atau pengusahaan di PT. PLN Distribusi Jaya Jakarta dan Tangerang.

(30)

PH(MI) : Oke. Kajian ini sepenuhnya dilakukan untuk kepentingan Disjaya?

Saksi (B) : Iya.

PH (MI) : Pernah nggak saudara saksi mendengar bahwa kajian ini diperintahkan

atau diminta oleh pak Eddie Widiono?

Saksi (B) : Tidak.

PH (MI) : Tidak pernah dengar itu ya?

Saksi (B) : Tidak.

PH (MI) : Saya masih mau mencoba ke pak Budi lagi ya mengenai pertemuan

rapat konsultasi Dekom direksi 7 November tadi.

Saksi (B) : Oke.

PH (MI) : Apakah saksi ingat bahwa ada perintah dari Dekom untuk tetap

melanjutkan negosiasi dengan PT. Netway, akan tetapi yang harus diperhatikan secara baik adalah mengenai, menyangkut harga, supaya dilakukan negosiasi ulang?

Saksi (B) : Iya.

PH (MI) : Ingat itu pak?

Saksi (B) : Ingat.

PH (MI) : Ingat ya. Nah ketika dalam pertemuan ini, menurut ingatan saudara saksi

ya, sudah ada keputusan ataukah rekomendasi yang jelas? Dari dewan komisaris ketika itu?

Saksi (B) : Seingat saya hanya diminta menurunkan harga lagi begitu, karena dilihat

masih ada beberapa yang masih bisa di lakukan efisiensi. Itu saja. Jadi secara makro saja petunjuk dari dekom itu.

PH (MI) : Petunjuk dari Dekom ya. Yang menurut ingatan saudara saksi yang

mewakili Direksi ketika itu siapa?

Saksi (B) : Waduh, saya ngga ingat itu pak.

PH (MI) : Kalau dalam catatan saya yang ada, yang hadir antara lain disebut

bahwa, Andung Nitimiharja,

Saksi (B) : Ya

PH (MI) : Komut. Sunggu Aritonang,

(31)

PH (MI) : Pasti ada ya, kemudian Lutfi Hamid, komisaris

Saksi (B) : Ya

PH (MI) : Pak Yogo Pratomo, komisaris

Saksi (B) : Ya.

PH (MI) : Pandu Angklasito

Saksi (B) : Angklasito, iya

PH (MI) : Kemudian Parno Isworo, Herman Darnel Ibrahim,

Saksi (B) : Ya

PH (MI) : Ali Herman, dan Budi Harsono.

Saksi (B) : Iya.

PH (MI) : Budi Harsono ini maksudnya adalah saudara saksi ya?

Saksi (B) : Iya.

PH (MI) : Saya sedikit agak beralih ke soal-soal yang lain, ya pak Budi? Mengenai

soal, penunjukan langsung saudara saksi tadi kan sudah cerita ya kepada kita mengenai ini. Saya yang mau tahu, apakah pernah secara khusus tim penunjukan langsung ini, diminta atau diajak oleh pak Margo Santoso membicarakan langkah-langkah penunjukan langsung ini dengan dirut ketika itu, dengan pak Eddie Widiono?

Saksi (B) : Tidak pernah, kita tidak pernah.

PH (MI) : Oh tidak pernah.

Saksi (B) : Iya.. Jadi perintah itu dari saudara Margo saja kepada kita.

PH (MI) : Pada tim itu ya?

Saksi (B) : Iya.

PH (MI) : Kalau dari Diraga ketika itu?

Saksi (B) : Saya nggak ingat ya pak, tapi Diraga ini ingat saya ya pak, ingat saya

pernah ikut negosiasi, apakah di Lembang atau di Bandung, eh atau di Bogor itu ya, saya lupa itu.

PH (MI) : Tapi dia pernah ikut ?

Saksi (B) : Pernah, pernah ikut. Apakah sebagai tim re-evaluasi, apakah pada waktu

(32)

nggak begitu ingat ‘kan. Kebetulan catatan-catatan mengenai tanda hadir itu, saya nggak punya itu.

PH (MI) : Bukannya pada pertemuan di Bogor?

Saksi (B) : Ingat saya itu. Tapi saya klarifikasi, ingatan saya sudah ini pak, mungkin

barang kali juga..apa, saya nggak tahu ya apakah disana ada catatan di hotel sala itu, tapi saya ingat memang beliau sama pak Margo ikut hadir.

PH (MI) : Oke.

Saksi (B) : Di Bogor itu.

PH (MI) : Di Bogor itu ketika itu hadir pak?

Saksi (B) : Pak Sunggu.

PH (MI) : Pak Sunggu Aritonang ya?

Saksi (B) : Iya

PH (MI) : Tetapi Pak Dirut ketika itu hadir ga?

Saksi (B) : Nggak.

PH (MI) : Oh nggak.

Saksi (B) : Yang jelas hadir itu pak Margo Santoso.

PH (MI) : Kemudian menurut ingatan saudara saksi juga Diraga juga ikut hadir ya?

Saksi (B) : Iya ikut hadir.

PH (MI) : Oke. Apakah saksi juga ingat, bahwa panitia ada diskusi yang dilakukan

oleh timnya pak Budi ini dengan pak Margo mengenai satu Nota Dinas, ya, dari Deputi Direktur kepada Diraga pada tanggal sekitar September 2003? Khususnya mengenai pernyataan tertulis mengenai evaluasi kajian huku m dari tim PLN?

Saksi (B) : Nggak pak.

PH (MI) : Nggak ingat ya?

Saksi (B) : Jadi kita terakhir itu membuat laporan ke GM itu kemudian putus pak,

putus dalam arti kemudian surat menyurat itu diambil alih struktural.

PH (MI) : Oh jadi langsung oleh GM yang (dipotong oleh saksi)

Saksi (B) : Oleh GM, GM dan manager umum, pada waktu itu kalau nggak salah

(33)

PH (MI) : Oh, jadi saudara saksi sebagai tim itu hanya melapor kepada mereka, dan kemudian merekalah yang meneruskan kepada Direksi?

Saksi (B) : Ya, jadi melaporkan ke Direksi, segala surat menyurat sepenuhnya itu

dari struktural.

PH (MI) : Apakah saksi ingat bahwa, atau sempat mendiskusikan adanya satu surat

dari GM kepada Diraga ya, mengenai pernyataan urgensitas dari proposal untuk me-roll out CIS RISI disertai kajian finansial atau cost benefit bagi kerugian yang terukur maupun tidak terukur, pada tanggal 16 September 2003? Itu yang sempat saya tanya tadi itu ya.

Saksi (B) : Iya. Seingat saya itu, GM pernah cerita diminta oleh pak Aritonang

untuk membuat itu. Oleh Sunggu Anwar Aritonang. Tapi itu langsung struktural.

PH (MI) : Oh tapi saudara saksi ikut menyiapkan kajian ini?

Saksi (B) : Kajian yang mengenai kerugian PLN nya?

PH (MI) : Iya.

Saksi (B) : Nggak.

PH (MI) : Oh nggak.

Saksi (B) : Itu yang, banyak ini saudara Anthony Dewono

PH (MI) : Anthoni Dewono ya?

Saksi (B) : Ya.

PH (MI) : Tetapi apakah saksi sebagai tim ketika itu tidak sempat ditanya

mengenai, soal ini?

Saksi (B) : Enggak.

PH (MI) : Oh tidak sama sekali ya?

Saksi (B) : Memang begini pak. Sebelum dilakukan, bahkan sebelum pada waktu

tahun 2000 yang saya dengar itu, itu ada kajian tim ketika itu. Tim EOSPKP itu yang aktif adalah saudara Pandu, saudara Dewono, dan saudara Dodoh Rahmat. Itu waktu itu saya masih fungsional disitu. Sependengaran saya ya itu, itu ada kajian-kajian mengenai apa, kenapa kita harus outsourcing itu, perlunya outsourcing segala macam itu telah disiapkan oleh saudara Anthony Dewono, khususnya saudara Pandu.

PH (MI) : Oke.. kemudian mengenai laporan hasil negosiasi ulang pada bulan

(34)

Saksi (B) : Iya.

PH (MI) : Ingat itu ya?

Saksi (B) : Iya.

PH (MI) : Apa hasilnya yang saudara sampaikan kepada GM?

Saksi (B) : Jadi ada beberapa waktu ya, waktu itu. Bahwa kita bisa menurunkan

harga dari 142 menjadi 137 M, jadi kurang lebih turun (dipotong oleh

Hakim Ketua)

Hakim : Saksi tadi ketika ditanya sudah jelaskan ini.

Saksi (B) : Ya

PH (MI) : Yang saya mau tanya, Yang Mulia, apakah didalam penyusunan laporan

hasil negosiasi kepada Direktur Niaga dan Pelayanan Pelanggan ketika itu, itu adalah hasil dari tim yang dibuat oleh saudara saksi ini? Saudara saksi tahu tidak?

Saksi (B) : Jadi setelah kita melakukan nego ulang di Bogor itu, kemudian tim

bersama, khususnya dimotorisasi oleh saudara Dodoh Rahmat sebagai Sekretaris membuat laporan itu kepada GM, hasil nego ulang itu. Kemudian yang membuat laporan ke Direksi itu saya nggak tau siapa, gitu.

PH (MI) : Oh jadi saudara saksi tidak tahu?

Saksi (B) : Iya, kita hanya berhenti sampai laporan ke GM.

Hakim Ketua : Saudara saksi, jawab pertanyaan apa yang ditanyakan saja. Jangan

kemana-mana.

PH (MI) : Kemudian apakah saudara saksi ingat dengan satu nota dinas, nomor

003/084/Ktim CISRISI 2003 yang ditanda tangani oleh Ir. Budi Harsono? Ingat nggak?

Saksi (B) : Mengenai apa ya?

PH (MI) : Ini kepada GM Distribusi Jaya Jakarta dari tim penunjukan langsung

pekerjaan jasa roll out CIS RISI 12 November, perihal penyampaian laporan negosiasi ulang penunjukan langsung pengadaan jasa Outsourcing pekerjaan roll out CIS RISI ini?

Saksi (B) : Ya, ingat.

PH (MI) : Ingat ya?

(35)

PH (MI) : Apakah menurut pengetahuan saudara saksi ada keberatan dari Direksi, khususnya dari Direktur Niaga ya, mengenai hasil negosiasi ulang ini?

Saksi (B) : Tidak.

PH (MI) : Tidak pernah dengar itu?

Saksi (B) : Tidak pernah.

PH (MI) : Apakah pernah juga disampaikan keberatan dari Komisaris terhadap

hasil negosiasi ulang ini?

Saksi (B) : Saya tidak tahu itu.

PH (MI) : Saudara saksi tidak tahu ya?

Saksi (B) : Karena saya sudah lepas dari itu. Setelah membuat nota dinas itu

kemudian kita dari tim sudah (dipotong oleh Hakim Ketua)

Hakim Ketua : Enggak tahu ya sudah.

PH (MI) : Maksud saya, apakah, tadi saudara saksi katakan bahwa kemudian diajak

untuk menjadi tim lagi oleh Fahmi Mochtar?

Saksi (B) : Iya. Tim kontrak.

PH (MI) : Tim kontrak, oke.

Saksi (B) : Jadi tim kontrak ini dibentuk setelah ada persetujuan dari Direksi.

PH (MI) : Tim kontrak dibentuk setelah ada persetujuan Direksi ya.

Saksi (B) : Ya.

PH (MI) : Menurut ingatan saudara saksi, ya, yang menunjuk tim kontrak itu

apakah juga ada keterlibatan Dirut ketika itu?

Saksi (B) : Saya ngga tau.

PH (MI) : Nggak tau ya, oke. Menurut ingatan saudara saksi ya, apakah saksi

pernah mengetahui atau membaca satu surat dari Dirut yang berhubungan dengan CIS RISI ini, dimana disitu disebut bahwa kontrak pengadaan hardware akan terpisah roll out CIS RISI, dan dilakukan dengan skema sewa langsung dengan principal yang dipercaya yang mengacu dengan putusan direksi 038, pernah dengar?

Saksi (B) : Pernah.

PH (MI) : Pernah dengar ya. Itu didiskusikan dengan pak Margo Santoso?

(36)

PH (MI) : Atau?

Saksi (B) : Pak Margo yang memberitahu itu suratnya.

PH (MI) : Oh surat itu pak Margo yang memberi tahu.

Saksi (B) : Jadi itulah yang dipakai sebagai dasar untuk pembentukan tim

re-evaluasi itu.

PH (MI) : Untuk membentuk tim re-evaluasi itu ya.

Saksi (B) : Ya.

PH (MI) : Saya tanya ke soal lain pak ya. Saya mau tanya kepada saksi mengenai,

ada beberapa hal yang perlu saya konfirmasi mengenai surat dakwaan, saksi pernah dimintai keterangan untuk tersangkanya Margo Santoso?

Saksi (B) : Belum.

PH (MI) : Belum ya. pak Fahmi Mochtar?

Saksi (B) : Belum.

PH (MI) : Kalau pak Djoko? Sudah, pak Djoko?

Saksi (B) : Belum

PH (MI) : Pak Fahmi Mochtar juga belum ya? Ok. Untuk Gani Abdul Gani juga

belum bapak berdua?

Saksi (B) : Belum.

PH (MI) : Belum. Apakah pernah ditanya mengenai adanya penerimaan uang?

Saksi (B) : Pernah.

PH (MI) : Yang diterima oleh pak Eddie Widiono?

Saksi (B) : Oh nggak, nggak.

PH (MI) : Nggak pernah? Dengan menunjukan Business Plan 2005-2007 PT.

Netway?

Saksi (B) : Nggak.

Hakim Ketua : Kan nggak pernah, sudahlah.

PH (MI) : Pak Djoko?

(37)

PH (MI) : Nggak pernah ya, ok. Apakah bapak-bapak sebagai saksi pernah mengetahui adanya perintah dari pak Eddie Widiono agar supaya Gani Abdul Gani mendaftarkan Hak Kekayaan Intelektual dari CIS RISI ini di Departemen Hukum dan HAM?

Saksi (B) : Nggak.

PH (MI) : Pak Djoko, tidak pernah mendengar itu?

Saksi (DT) : Tidak pernah.

PH (MI) : Oh tidak pernah. Apakah pak Budi dan Pak Djoko pernah mendengar

bahwa pak Eddie Widiono berulang-ulang mendesak pak Fahmi Mochtar untuk segera menandatangani perjanjian antara Netway dan PLN Disjaya?

Saksi (B) : Nggak pernah.

PH (MI) : Pak Djoko tidak pernah?

Saksi (DT) : Tidak pernah.

PH (MI) : Dari saya cukup Yang Mulia, kami teruskan yang lain. Terima kasih..

PH (MR) : Terima kasih atas waktunya. Pak Budi Harsono ya, sebagai manajer

bidang perencanaan tahun 2001-2002 ya pak?

Saksi (B) : Iya.

PH (MR) : Disjaya Tangerang ya? Tadi di awal persidangan ini pak Budi

mengatakan bahwa pada tahun 2001 ya, pak Margo Santoso sudah, apa, melakukan penunjukan langsung ya?

Saksi (B) : Betul.

PH (MR) : Kepada Netway Utama?

Saksi (B) : Iya.

PH (MR) : 2001 itu dalam kaitan apa pak? Untuk proyek apa ini?

Saksi (B) : Dalam kaitan hubungan Operasi dan Pemeliharaan, jadi ada sistem CIS

RISI ini yang, hasil dari Politeknik itu yang sudah berjalan di beberapa Unit Pelayanan PLN. Tetapi karena tidak bisa dioperasikan oleh orang PLN sendiri, karena adanya pergantian tadi, apa, TDL itu, perlu ditunjuklah si PT. Netway ini.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis internal (kapabilitas dan rantai nilai perusahaan) dapat diketahui bahwa kluster industri rotan di Natar memiliki beberapa kekuatan yang menjadi

IP merupakan tumor jinak yang berasal dari pseudostratified ciliated columnar epithelium regio sinonasal, umumnya dinding lateral rongga hidung kebanyakan pada meatus media,

2 Keterampilan tersebut termasuk pada kemampuan berpikir matematika tingkat tinggi (high order mathematical thinking) yang harus dikembangkan dalam proses

Persetujuan untuk menjaminkan, mengagunkan atau membebani dengan hak jaminan kebendaan, baik terhadap sebagian besar atau seluruh aset/harta kekayaan Perseroan kepada kreditur

Berangkat dari sejumlah kendala tersebut, peneliti merekomendasikan sejumlah usulan, yaitu: (1) pengkajian materi pendidikan sehingga lebih akomodatif bagi seluruh

c. Memenuhi persyaratan teknis minimal dan berlabel. Lahan bera atau tidak ditanami dengan tanaman yang satu familli minimal satu musim tanam. Untuk tanaman rimpang lahan yang

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Peraturan Gubemur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Bantuan Keuangan dan Tata Cara Bagi

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Suriadikarta dkk., (2011) debu vulkanik yang dikeluarkan saat terjadinya erupsi gunung merapi mengakibatkan terjadinya