• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KERANGKA TEORI,KONSEPSIONAL DAN DEFINISI OPERASIONAL. Glaukoma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III KERANGKA TEORI,KONSEPSIONAL DAN DEFINISI OPERASIONAL. Glaukoma"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

KERANGKA TEORI,KONSEPSIONAL DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Teori

Gambar 3.1 Kerangka teori Reaksi oksidatif spesifik

Glaukoma

Penurunan SOD

Kerusakan neuron primer Kerusakan neuron sekunder

Mekanik Iskemik Cedera reperfusi Kerusakan sel ganglion retina

Kehilangan sel endotel TM Penurunan perfusi

Peningkatan TIO TM collaps atau enlargment

Kerusakan mitokondria

Apoptosis

Disregulasi drainase AH

(2)

3.2 Kerangka Konsep

Variabel dependen Variabel independen

Variabel Kendali

3.3 Definisi Operasional

Kategori Tolak Ukur Pemeriksaan/

tindakan Satuan Glaukoma Primer Ditandai: neuropati optik penyempitan lapang pandangan. Peningkatan tekanan intra okuli, terdiri dari : - Glaukoma sudut terbuka - Glaukoma sudut tertutup

-Oftalmoskopi direk -Gonioskopi -Perimetri -Tonometri - Mm - mmHg

Trabekulektomi Pembuatan jalan pintas dari mekanisme

drainase normal sehingga terbentuk akses langsung akuos humor dari COA ke jaringan

subkonjungtiva/subtenon dan orbita untuk

meningkatkan aliran akuos Pada tahapan tindakan pembedahan diambil cairan akuos humor sebanyak 0.1 ml mm Kadar Superoksidasi Dismutase pada Akuos Humor Glaukoma Primer Umur

(3)

Aktivitas Superoksida dismutase akuos humor

Jumlah kadar aktivitas superoksida dismutase dari bahan sampel akuos humor Pemeriksaan dikerjakan di Laboratorium Terpadu FK USU yang sudah terakreditasi dengan menggunakan alat Spektofotometer U SOD/ml

Usia Usia penderita glaukoma dan penderita katarak diatas 40 tahun Dari tanggal kelahiran berdasarkan Kartu tanda penduduk ± Tahun

Jenis Kelamin Jenis kelamin penderita glaukoma dan katarak

Rekam medis Laki-laki Perempuan Tekanan Intra

Okuli

Tekanan bola mata penderita pada saat pemeriksaan.

Tonometer

schiott atau non contact tonometry (NCT) mmHg Lama menderita Glaukoma

Waktu mulai dilakukan pemeriksaan sampai mulai dilakukan penelitian.

Anamnesis ± Tahun

3.4 Hipotesis Penelitian

Penurunan kadar aktivitas SOD pada akuos humor berpengaruh pada kerusakan sel TM sehingga mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan intra okular pada penderita glaukoma.

(4)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan metode pengumpulan data secara cross sectional.

4.2 Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Dilakukan di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan, Rumah Sakit Medan Baru Medical Center, Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara, Rumah Sakit Sahuddin Kutacane, Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Singkil dan Laboratorium Terpadu FK. USU

2. Waktu penelitian

Bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2017 4.3 Populasi Dan Sampel Penelitan

Populasi penelitian adalah seluruh penderita Glaukoma Primer yang berkunjung ke poliklinik mata Rumah Sakit H. Adam Malik Medan dan Rumah Sakit jejaring yang memenuhi kriteria inklusi mulai Februari 2017 sampai sampel terpenuhi.

4.4 Sampel Penelitian Besar sampel

Besar sampel penelitian dihitung berdasarkan rumus :

2 2 2 1 ) 1 ( ) 2 / 1 ( 2 2 1

2

Z

Z

n

n

Dimana : ) 2 / 1 (

Z = deviat baku alpha. utk

= 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96

) 1 (

Z

(5)

d

S = Standar deviasi kadar aktivitas enzim SOD pada akuos humor penderita glukoma primer sebesar = 2,75.2

2

1 

  = beda rerata yang bermakna ditetapkan sebesar = 0,06

Maka sampel minimal untuk masing-masing kelompok sebanyak 19 tindakan.

4.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 4.5.1 Kriteria Inklusi

 Semua penderita glaukoma primer yang :

1. Tidak menderita penyakit sistemik (diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit vaskular lainnya) dan penyakit keganasan.

2. Tidak mendapat pengobatan antiinflamasi nonsteroid dan kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya dalam satu bulan terakhir.

3. Tidak mengkomsumsi obat-abatan antioksidan (vitamin A, C dan E) dalam 1 bulan terakhir.

4. Tidak menderita penyakit infeksi intraokular pada segmen anterior dan atau segmen posterior bola mata.

 Semua penderita yang digunakan sebagai kontrol yaitu katarak senilis yang menjalani tindakan ekstraksi lensa

 Bersedia ikut dalam penelitian 4.5.2. Kriteria Eksklusi

 Pengambilan akuos humor kurang dari 0,1 ml.

 Cairan akuos bercampur dengan darah. 4.6 Identifikasi Variabel

1. Variabel terikat adalah Penderita glaukoma primer 2. Variabel bebas adalah Kadar SOD pada akuos humor 3. Variabel kendali adalah Umur

(6)

4.7 Prosedur Penelitian 4.7.1 Tahapan Persiapan

Pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu dengan menegakkan diagnosis glaukoma primer dan katarak senilis. Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian dan kemudian menandatangani informed consent. Selanjutnya dilakukan tindakan operasi setelah menendatangai surat izin operasi (SIO).

4.7.2 Pelaksanaan Penelitian

Adapun urutan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Anamnesis meliputi nama, umur, jenis kelamin dan pekerjaan, lama

menderita penyakitnya berdasarkan lembar kuisioner penelitian, kemudian dicatat dalam tabel induk.

2. Diagnosis glaukoma primer ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan visus dengan snellen chart, pemeriksaan tekanan bola mata dengan schiotz tonometri atau NCT, pemeriksaan segmen anterior sekaligus penilaian kematangan kataraknya dengan slit lamp (menggunakan kriteria Burato), dan pemeriksaan funduskopi serta pemeriksaan lapang pandangan. Pada penderita katarak jika TIO kurang dari 21 mmHg diberikan sikloplegik (midriatyl 0,5% ED) untuk melebarkan pupil. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan funduskopi dinilai dengan refleks fundusnya.

3. Pengambilan spesimen akuos humor

Spesimen akuos humor adalah cairan akuos humor yang diambil saat tindakan trabekulektomi dan ektraksi lensa sebanyak 0.1-0,2 ml dengan menggunakan spuit 27 G. Spesimen selanjutnya di masukkan kedalam microtube ukuran 1 cc kemudian diberi label sesuai dengan kode yang telah ditentukan dan dimasukkan kedalam cooler box, untuk selanjutnya disimpan dilemari pendingin laboratorium terpadu FK USU dengan - 80oC.

(7)

4. Pemeriksaan SOD akuos humor

Setiap spesimen dilakukan centrifuge selama 1 menit dengan suhu 5oC terlebih dahulu, kemudian dilakukan pemeriksaan aktivitas SOD dengan mengikuti tahapan pengerjaan pada SOD activity Assay Kit. Reagen-reagen pada kit ini terdiri dari WST solution,SOD Enzyme Solution, SOD Assay Buffer dan SOD dilution Buffer dan larutan standar untuk membuat kurva standar.

Adapun tahapan pengerjaan SOD assayadalah sebagai berikut: - Tambahkan 20 µl larutan sampel untuk setiap sampel dan blank 2

dengan baik dan tambahkan 20 µl H2O ke blank 1dan blank 3

- Tambahkan 200 µl dari WST working Solution ke masing-masing well - Tambahkan 20 µl dari dilution buffer kemasing-masing blank 2 dan

blank 3 dengan baik

- Tambahkan 20 µl working solution kesetiap sampel dan blank 1 dengan baik, aduk rata ; karena superoksida akan segera dilepaskan setelah penambahan enzim working solution ke masing-masin well, gunakan pipet saluran ganda untuk menghindari time lag reaction dari masing-masing well.

- Lalu inkubasikan microplate reader yang wellnya sudah terisi kedalam spektropotometri dengan suhu 37 C selama 20 menit.

- Dilakukan pembacaan absorbansinya pada 450 nm.

- Lalu hitung aktivitas SOD dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

- Kemudian setelah didapatkan hasil aktivitasnya dalam bentuk satuan % lalu dihitung kembali dengan menggunakan rumus persamaan yang didapatkan dari kurva standar sebagai berikut :

(8)

5. Semua hasil dicatat dan dikumpulkan kemudian diolah dalam tabulasi data.

4.8 Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Snellen chart

2. Slit Lamp 3. Gonioskopi

4. Oftalmoskopi direk

5. Spuit 1 cc dengan nield spuit 27 G 6. Cooler box

7. Microtube dan standar Microtube (merek Neptune) 8. Microplate 96 well (merek IWAKI)

9. Tips pipet

10. Lemari pendingin dengan suhu -800C

11. Spektrophotometer (merek Thermo Scientific) dengan pengukuran absorbansinya 450 nm.

12. SOD Activity Assay Kit (merek BioVision K335-100) 13. Alat tulis

(9)

4.9 Alur Penelitian

Untuk lebih mempermudah dalam pelaksanaan penelitian, maka dibuat alur penelitian yang ditunjukkan dengan bagan alur penelitian (Gambar 4.1)

Gambar 4.1 Skema Alur Penelitian Semua penderita Glaukoma Primer/ Katarak Senilis yang datang berobat ke

poliklinik mata RSUP H. Adam Malik Medan dan RS Jejaring mulai bulan Februari 2017 sampai sampel terpenuhi

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Sampel penelitian

Informed consent

Trabekulektomi

SOD Activity Assay Kit (spektophotometer)

Kadar aktivitas enzim (U SOD/ml)

Statistik analisis Akuos humor Glaukoma Primer Kontrol (Katarak Senilis) Ekstraksi Lensa

(10)

4.10 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara analitik dan disajikan dalam bentuk tabulasi data, hal ini dilakukan dengan tujuan:

 Untuk mendeskripsikan variabel-variabel penelitian yang disajikan dalam bentuk tabulasi data

 Untuk melihat perbedaan kadar aktivitas SOD antara kelompok glaukoma primer dan kelompok katarak senilis digunakan uji T independent jika data kedua variabel berdistribusi normal. Jika tidak berdistribusi normal digunakan uji Mann Whiteney.

 Untuk melihat hubungan jenis kelamin, usia dan lama menderita glaukoma atau lama menderita katarak dengan kadar aktivitas SOD juga digunakan uji T independent jika data kedua variabel berdistribusi normal. Jika tidak berdistribusi normal digunakan uji Mann Whiteney. 4.11 Pertimbangan Etika

Usulan penelitian ini terlebih dahulu disetujui oleh bagian llmu Penyakit Mata FK-USU/RSUP. H. Adam Malik Medan. Penelitian ini kemudian diajukan untuk disetujui oleh komite etika Fakultas Kedokteran universitas Sumatera Utara.

4.13. Personalia Penelitian

Peneliti : Hera Kesumawati Siregar 4.14 Biaya Penelitian

Biaya penelitian ditanggung oleh peneliti sendiri. 4.15 Ethical Clearance dan Informed Consent

Ethical Clearance dan Informed Consent diperoleh dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Informed Consent diminta secara tertulis dari subjek penelitian yang bersedia untuk ikut dalam penelitian setelah mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian ini.

(11)

BAB V

HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional analitik dengan metode pengumpulan data secara cross sectional, yang dilakukan tahun 2017 dengan jumlah sampel 20 tindakan trabekulektomi pada penderita glaukoma primer dan 26 tindakan ekstraksi lensa pada penderita katarak senilis yang datang berobat ke Poliklinik Mata subdivisi glaukoma dan subdivisi Lensa di RSUP H. Adam Malik Medan dan Rumah Sakit Jejaring tahun 2017, yang melibatkan 46 mata. Umur penderita yang berobat ke Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik Medan umur 40 tahun keatas dimana laki-laki berjumlah 8 orang dan 10 mata dan perempuan berjumlah 8 orang dan 10 mata pada penderita glaukoma, sementara pada kelompok kontrol laki-laki berjumlah 17 orang 17 mata dan perempuan berjumlah 9 orang dan 9 mata. Data diolah dengan menggunakan statistik komputer (Tabel 5.1)

5.1 Karakteristik Umum keseluruhan Subjek Penelitian

Variabel

Diagnosis

Total n(%) Glaukoma Primer Katarak Senilis

n(%) n(%) Jenis kelamin Laki-laki 10(21.7%) 18(39.1%) 28(60.9%) Perempuan 10(21.7%) 8(17.4%) 18(39.1%) Usia 40-60 8(17.4%) 6(13.0) 14(30.4%) >60 12(26.1%) 20(43.5%) 32(69.6%) Lama Menderita ≤2 8(17.4%) 19(41.3%) 27(58.7%) >2 12(26.1%) 7(15.2%) 19(41.3%) Tekanan intraokuli <21 1(2.2%) 26(56.5%) 27(58.7%) 22-35 8(17.4%) 0(0.0%) 8(17.4%) ≥36 11(23.9%) 0(0.0%) 11(23.9) Tajam penglihatan >3/60 6(13.0%) 1(2.2%) 7(15.2%) 3/60-1/60 0(0.0%) 7(15.2%) 7(15.2%) <1/300 14(30.4%) 18(39.1) 32(69.6%) Lateralitas

(12)

Berdasarkan Tabel 5.1 di atas dapat dilihat karakteristik dari keseluruhan 46 subjek penelitian jenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu sebanyak 28 (60.9%) dibandingkan jumlah perempuan sebanyak 18 (39.1%). Dimana pada glaukoma primer perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan sama banyak yaitu 10 mata (21.7%), sedangkan pada penderita katarak senilis dijumpai laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan yaitu 18 orang (39.1%).

Usia penderita terbanyak pada keseluruhan subjek penelitian adalah pada kelompok usia > 60 tahun sebanyak 32 orang (69.6%). Dimana pada penderita glaukoma primer kelompok usia > 60 tahun yaitu 12 orang (26.1%) dan pada penderita katarak sebanyak 20 orang (43.5%).

Lama Menderita terbanyak pada keseluruhan subjek penelitian adalah pada kelompok ≤ 2 yaitu sebanyak 27 orang (58.7%). Dimana pada penderita glaukoma primer dijumpai lebih banyak pada kelompok yaitu > 2 tahun adalah sebanyak 12 orang (26.1%). Dimana pada penderita katarak senilis dijumpai lebih banyak pada kelompok yaitu ≤ 2 tahun adalah sebanyak 19 orang (41.3%).

Tekanan intraokuli sebelum operasi terbanyak pada keseluruhan subjek TIO dijumpai pada kelompok < 21 mmHg yaitu 27 mata (58.7%). Sedangkan pada glaukoma primer terbanyak dijumpai pada kelompok ≥ 36 mmHg yaitu sebanyak 11 mata (23.9%).

Tajam penglihatan sebelum operasi pada keseluruhan subjek pada kelompok visus < 1/300 lebih bayak dijumpai pada penderita katarak sebanyak 32 mata (69.61%). Sedangkan pada kelompok glaukoma primer dijumpai terbanyak pada kelompok visus sebelum operasi < 1/300 yaitu 14 mata (30.4%).

Lateralitas terbanyak pada keseluruhan subjek dijumpai pada mata kanan yaitu 26 orang (56.5%). Begitu juga pada kelompok glaukoma primer terdapat lebih banyak pada mata kanan yaitu 11 mata (23.9%).

(13)

5.2 Perbandingan Kadar Aktivitas SOD pada Akuor Humor Penderita Glaukoma Primer dengan Penderita Katarak

Pada penelitian ini jumlah sampel penderita glaukoma primer sebanyak 20 mata dan penderita kontrol yaitu penderita katarak sebanyak 26 mata. Tampak perbedaan kadar rerata aktivitas SOD pada keduanya seperti terlihat pada tabel dibawah ini. (seperti pada tabel 5.2)

Tabel 5.2 Perbandingan Kadar Aktivitas SOD pada Akuor Humor Penderita Glaukoma Primer dengan Penderita Katarak

Diagnosis Aktivitas SOD 

n xSD

Glaukoma primer 20 3.9051.459 0.02*

Katarak senilis 26 7.1215.902

Keterangan : Uji Mann Whitney * Signifikan

Dari tabel 5.2 di atas menunjukkan perbedaan yang signifikan ( < 0.05), dimana nilai rerata aktivitas SOD pada kelompok penderita glaukoma primer lebih rendah yaitu 3.9051.459 U/ml dibandingkan dengan pada kelompok penderita katarak senilis yaitu sebesar 7.121 ± 5.902 U/ml.

5.3 Pengaruh Aktivitas SOD dengan Jenis Kelamin, Usia dan Lama Menderita Glaukoma pada Glaukoma Primer

Pada penelitian ini terdapat jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama yaitu 10 mata, usia penderita pada kelompok 40-60 tahun berjumlah 8 mata pada kelompok > 60 tahun berjumlah 12 mata. Pada karakteristik lama menderita glaukoma < 2 tahun berjumlah 8 mata lebih kecil dari kelompok > 2 tahun berjumlah 12 mata. Pada karakteristik TIO sebelum operasi pada kelompok 22-35 mmHg berjumlah 9 mata lebih kecil dari kelompok TIO ≥36 berjumlah 11 mata. (seperti pada tabel 5.3)

(14)

Tabel 5.3 Pengaruh Aktivitas SOD dengan Jenis Kelamin, Usia dan Lama Menderita Glaukoma pada Glaukoma Primer

Karakteristik Aktivitas SOD (U/ml) 

N xSD Jenis Kelamin Laki-laki 10 4.1861.568 0.403a Perempuan 10 3.6241.364 Usia 40-60 8 3.3461.825 0.168b >60 12 4.2781.087 Lama Menderita <2 8 3.1521.500 0.327b >2 12 4.1741.432 TIO 22 – 35 9 3.8421.385 0.327b ≥36 11 3.9561.583

Keterangan : a Uji Mann Whitney , b Uji T

Berdasarkan Tabel 5.3 di atas tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap jenis kelamin, usia, lama menderita glaukoma dan tekanan intraokuli sebelum operasi penderita glaukoma primer, Dimana nilai rerata aktivitas SOD pada kelompok usia > 60 tahun dijumpai paling tinggi dibandingkan kelompok karakteristik lainnya yaitu sebesar 4.278 1.0878 U/ml, sedang pada kelompok umur 40 - 60 tahun sebesar 3.346  1.825 U/ml.

Nilai rerata aktivitas SOD pada lama menderita glaukoma dijumpai lebih besar pada kelompok > 2 tahun sebesar 4.1741.432, sedang pada kelompok < 2 tahun sebesar 3.1521.500 U/ml.

Nilai rerata aktivitas SOD berdasarkan tekanan intra okuli sebelum operasi pada glaukoma primer tertinggi yaitu pada kelompok ≥36 mmHg sebesar 3.8421.385 U/ml. Sedang pada kelompok 22-35 mmHg sebesar 3.9561.583 U/ml.

(15)

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Umum Subjek Penelitian

Dari Tabel 5.1 dapat dilihat karakteristik dari keseluruhan 46 subjek penelitian jenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu sebanyak 28 (60.9%) dibandingkan jumlah perempuan sebanyak 18 (39.1%). Dimana perbandingan tindakan trabekulektomi yang dilakukan pada penderita glaukoma primer dimana jumlah laki-laki dan perempuan sama banyak yaitu 10 orang (21.7%), sedangkan pada penderita katarak senilis dijumpai laki-laki lebih banyak dilakukan tindakan ekstraksi lensa dibandingkan perempuan yaitu 18 orang (39.1%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian E dkk tahun 2011, Dimana perbandinagn laki-laki dan perempuan pada tindakan tersebut adalah sama yaitu 50%.45

Ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Helda pada tahun 2011. Dimana prevalensi glaukoma primer penderita laki-laki lebih banyak dijumpai yaitu 53.85 %.46 Begitu juga pada penelitian yang dilakukan oleh Yih Chung Tham et al pada tahun 2014. Pevalensi glaukoma pada usia 40-80 tahun sekitar 3.54% dimana POAG lebih banyak dijumpai di Afrika (4.20%) dan penderita PACG lebih banyak dijumpai di Asia (1.09%) dan POAG lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan perempuan.47

Usia penderita terbanyak pada keseluruhan subjek penelitian adalah pada kelompok usia > 60 tahun sebanyak 32 orang (69.6%). Dimana pada penelitian ini, penderita glaukoma primer kelompok usia > 60 tahun yaitu 12 orang (26.1%) dan pada penderita katarak sebanyak 20 orang (43.5%). Hal ini sejalan dengan penelitian Helda tahun 2011 prevalensi glaukoma primer berdasarkan pada kelompok usia 55-64 tahun yaitu sekitar 54.49%.46

(16)

selanjutnya pada tahun 2015, Fereira SM et al menyatakan penderita glaukoma primer rata-rata berusia 71 ± 2 tahun.2 Demikian juga pada penelitian yang dilakukan Masaki et al menyatakan mean ± SD usia pada penderita glaukoma primer sebesar 70,5 ± 11,3 dimana laki-laki 95 (46,1%) perempuan 111 (53,9%).47 Hasil penelitian oleh Oshida E et al tahun 2010 juga melaporkan, usia rata-rata penderita glaukoma dalam hal ini NTG adalah 67±10 tahun dimana laki-laki ada 10 mata dan perempuan 3 mata.19 Begitu juga menurut Bagnis A et al pada tahun 2012, usia rata-rata penderita POAG adalah 72,9±3,54 tahun dimana mata laki-laki dan perempuan yang diperiksa masing-masing sebanyak 5 mata.15

Lama Menderita terbanyak pada keseluruhan subjek penelitian adalah pada kelompok ≤ 2 yaitu sebanyak 27 orang (58.7%). Dimana pada penelitian ini penderita glaukoma primer dijumpai lebih banyak pada kelompok yaitu > 2 tahun adalah sebanyak 12 orang (26.1%).

Tekanan intraokuli sebelum operasi terbanyak pada keseluruhan subjek TIO terbanyak dijumpai pada kelompok < 21 yaitu 27 mata (58.7%). Ini sejalan dengan penelitian Ferreira SM et al, dimana TIO pre operasi pada penderita katarak adalah 14+6 mmHg.2 Sedangkan pada glaukoma primer TIO sebelum tindakan operasi trabekulektomi terbanyak pada penelitian ini dijumpai pada kelompok ≥ 36 mmHg yaitu sebanyak 11 mata (23.9%). Hal ini sejalan dengan penelitian Dian E dkk tahun 2011, didapatkan TIO sebelum operasi antara 21-62 mmHg dengan rerata TIO 36,8+11,3 mmHg.45

Namun tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ferreira SM et al pada tahun 2009, tekanan intra okuli rata-rata sebelum operasi tabekulektomi pada penderita glaukoma primer adalah 26 + 4 mmHg.2

Tajam penglihatan sebelum operasi pada keseluruhan subjek pada kelompok visus < 1/300 lebih bayak dijumpai pada penderita katarak sebanyak 32 mata (69.61%). Sedangkan pada kelompok glaukoma primer dijumpai terbanyak pada kelompok visus sebelum operasi < 1/300 yaitu 14 mata (30.4%).

(17)

Lateralitas terbanyak pada keseluruhan subjek dijumpai pada mata kanan yaitu 26 orang (56.5%). Begitu juga pada kelompok glaukoma primer terdapat lebih banyak pada mata kanan yaitu 11 mata (23.9%).

Pada penelitian ini dilakukan tindakan 20 mata pada penderita glaukoma primer dimana terdiri dari 11 mata (23.9%), pada penderita POAG dan 9 mata (19.5%) pada PACG. Pada penelitian yang dilakukan Rahayu pada tahun 2013 didapatkan 25 sampel pada mata kanan (62.5%) dan 15 sampel pada mata kiri (37.5%).47 Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Made R pada tahun 2014 di Denpasar diadapatkan total 11 (45,83%) pada mata kanan dan 13 (45.83%) pada mata kiri. Pada glaukoma primer tidak memiliki predileksi lateralitas mata yang terlibat karena terjadi pada kedua mata atau bilateral.49

6.2 Perbandingan Kadar Aktivitas SOD pada Akuor Humor Penderita Glaukoma Primer dengan Penderita Katarak

Dari Tabel 5.2 pada penelitian ini menunjukkan perbedaan yang signifikan ( , < 0.05). Dimana didapatkan nilai rerata aktivitas SOD pada kelompok penderita glaukoma primer lebih rendah yaitu 3.905 + 1.459 U/ml dibandingkan dengan pada kelompok penderita katarak senilis yaitu sebesar 7.121 + 5.902 U/ml. Hal ini membuktikan bahwa terjadi penurunan kadar aktivitas enzim SOD dan terjadi peningkatan sistem stres oksidatif pada penderita galukoma primer.

Hal ini sejalan dengan penelitian Bagnis A et al menunjukkan bahwa enzim antioksidan SOD signifikan lebih rendah pada kelompok POAG dibandingkan kelompok kontrol (menunjukkan 2 - 2,2 poin lebih rendah)15

Menurut Behndig et al pada tahun 1998 dilakukan pemeriksaan kandungan aktivitas SOD pada akuos humor dan lensa manusia yang sudah meninggal dalam 24 jam didapati EC-SOD 2.2 ± 0.3 vs 2.2 ± 1.4 U/g atau ml , CuZn-SOD 2.7 ± 1.2 vs 970 ± 310 U/gr atau ml dan Mn-SOD < 0.2 vs 32 ± 13U/g atau ml. Pada data ini dapat dilihat bahwa secara

(18)

Hal ini mungkin disebabkan oleh tingginya stres oksidatif juga dipengaruhi faktor usia, dimana usia penderita glaukoma primer yang diambil sebagai sampel lebih banyak pada kelompok usia > 60 tahun yaitu sebanyak 12 orang (26,1%). Bertambahnya usia seseorang diikuti oleh meningkatnya produksi radikal bebas, sel tubuh mengalami degenerasi, sehingga kerja sel tidak optimal dan berdampak pada rendahnya aktivitas enzim selular (SOD, catalase, dan glutation peroksidase), dimana SOD memegang peranan penting sebagai garis pertahanan pertama dalam melindungi kerusakan oksidatif .37

Pertambahan usia dapat terjadi akibat penurunan status antioksidan yang kemudian menghambat progresivitas pertahanan tubuh, untuk memperbaiki kondisi tersebut di atas, perlu di imbangi dengan asupan suplemen antioksidan.50

Demikian juga sejalan menurut Monica pada tahun 1996 bahwa kadar aktivitas SOD pada manusia yang diperiksa trabekular meshworknya dengan batas waktu 36 jam setelah meninggal mengalami penurunan sesuai dengan peningkatan usia donor. Dimana p = 0.00022; r2 = 0,67; slope = - 0.96/tahun; intercept =104. Dan pada penelitian ini dikatakan tidak dijumpai hubungan signifikan efek waktu pemeriksaan dengan penurunan aktivitas enzim SOD.37,44

Alvarado et al menyatakan bahwa angka rata-rata kehilangan sel TM diperkirakan 0.58% per tahun dari saat lahir sampai usia 81 tahun Pada usia 30-91 tahun aktivitas SOD menurun dengan meningkatnya usia. 44,18

Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fereira SM et al, dimana angka rerata aktivitas SOD pada akuos humor pada kelompok eksfoliatif glaukoma adalah 44 ± 7 vs 42 ± 5 U/ml dibandingkan kelompok POAG. Hasil ini signifikan meningkat 67% pada kedua kelompok diatas dibandingkan dengan kelompok katarak 27 ± 3 U/ml; (p = 0.001) namun tidak signifikan pada kedua kelompok glaukoma.2 Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor usia dan derajat kekeruhan lensa pada sampel yand diambil. Pada proses penuaan, ROS juga bisa

(19)

merangsang produksi antioksidan enzimatik sebagai suatu respon adaptasi sel terhadap stres oksidatif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pasien yang berhasil beradaptasi dengan kondisi stres oksidatif akan terbentuk SOD serum yang cukup tinggi yang melindunginya dari katarak senilis. Sebaliknya pasien yang tidak mampu beradaptasi akan menderita katarak dan SOD serumnya akan rendah. Kemampuan adaptasi seseorang sangat dipengaruhi oleh genetik dan lingkungannya.51

Coleman et al pada tahun 2008 menyatakan bahwa diet dengan intake antiokasidan yang rendah, misalnya retinol dan vit B1 berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya glaukoma.52

Begitu juga penelitian yang pernah dilakukan oleh Kang et al pada tahun 2004 dari total 1.115 sampel pada penelitiaanya fraktur pada osteoporosis terdapat 95 orang yang di diagnosa dengan glaukoma dan pada pasien-pasien ini di evaluasi dan dianalisis progresivitas dari glaukomanya ternyata progresivitasnya menjadi lambat pada pasien yang sering mengkomsumsi buah dan sayuran .53

Pada penelitian yang dilakukan oleh Zanon-Moreno et al pada tahun 2011 dan 2013 menyatakan bahwa faktor genetik juga memainkan peranan pada modulasi efek diet antioksidan pada penderita glaukoma. Didapati pasien-pasien POAG memiliki konsentrasi plasma vitamin A dan C yang rendah.54,55

Pertambahan usia akan berpengaruh pada penurunan produksi SOD dan di lain pihak terjadi peningkatan produksi ROS, maka semakin banyak pula SOD yang terpakai untuk menetralkan ROS. Lensa dengan tingkat kekeruhan yang rendah mencerminkan aktivitas SOD yang cukup tinggi, sehingga mampu menangkal ROS dan kekeruhan lensa dapat dihambat. Komposisi lipid lensa berubah secara dramatis sesuai dengan peningkatan umur akibat terjadinya stres oksidatif.20

(20)

6.3 Pengaruh Aktivitas SOD dengan Jenis Kelamin, Usia dan Lama Menderita Glaukoma pada Glaukoma Primer

Berdasarkan Tabel 5.3 di atas tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap jenis kelamin, usia, lama menderita glaukoma dan tekanan intraokuli sebelum operasi penderita glaukoma primer. Dimana nilai rerata aktivitas SOD pada kelompok usia > 60 tahun dijumpai paling tinggi dibandingkan kelompok karakteristik lainnya yaitu sebesar 4.278 1.0878 U/ml.

Pada penelitian ini didapatkan nilai rerata aktivitas SOD pada laki-laki dibandingkan perempuan lebih tinggi yaitu sebesar 4.1861.568 U/ml, sedang pada perempuan yaitu sebesar 3.6241.364 U/ml. Sejauh ini belum ada data penelitian yang mengaitkan tentang pengaruh jenis kelamin dengan aktivitas enzim SOD.

Pada penelitian ini diadapatkan nilai rerata aktivitas SOD pada kelompok usia > 60 tahun sebesar 4.278 1.087 U/ml lebih besar, sedang pada kelompok umur 40 - 60 tahun sebesar 3.346 1.825 U/ml.

Hal ini sejalan dengan penjelasan monica et al bahwa POAG merupakan penyakit yang berhubungan dengan faktor usia, ini berarti seseorang yang menderita glaukoma lebih rentan berpotensial dalam pengaruh terjadinya penurunan aktivitas enzim SOD, ini dibuktikan pada penelitian yang dilakukannya terhadap trabekular meshwork cadaver manusia pada tahun 1996, untuk mengetahui pengaruh usia dengan aktivitas spesifik enzim SOD ternyata pada kisaran usia 30-90 tahun dijumpai kadar SOD semakin menurun dengan bertambahnya usia.37

Pada penelitian yang dilakukan Rose tahun 2014 menunjukkan kadar aktivitas SOD eritrosit penderita katarak nuklear menurun secara signifikan pada pria usia lanjut dibandingkan pada kelompok pria dewasa ( = 0,014), dimana kadarnya pada pria usia lanjut (181.65 + 26.05 U/ml) pria dewasa (200.13 ± 26.31 U/ml).56

Demikian juga menurut Winarsi dkk, bahwa aktivitas SOD perempuan usia lanjut mengalami penurunan ( = 0.007) ini merupakan bukti bahwa kadar radikal bebas meningkat. Bahkan diyakini bahwa

(21)

kondisi tersebut merupakan salah satu marker aging. Hal ini terjadi karena radikal bebas sangat reaktif menyerang membran sel termasuk sel endotel, sehingga menekan status antioksidan dan sistem imun.43

Pada penelitian ini didapatkan nilai rerata aktivitas SOD pada kelompok lama menderita glaukoma > 2 tahun sebesar 4.1741.432 lebih besar, sedang pada kelompok < 2 tahun sebesar 3.1521.500 U/ml. Sampai saat ini belum ada data yang mengaitkan tentang pengaruh lama menderita glaukoma dengan aktivitas enzim SOD, namun pada penelitian ini lama menderita glaukoma ternyata tidak berpengaruh dengan aktivitas enzim SOD pada penderita glaukoma primer.

Nilai rerata aktivitas SOD berdasarkan tekanan intra okuli sebelum operasi pada glaukoma primer tertinggi yaitu pada kelompok ≥ 36 mmHg sebesar 3.8421.385 U/ml. Sedang pada kelompok 22-35 mmHg sebesar 3.9561.583 U/ml. Namun menurut Fereira et al perubahan IOP sebagai hasil dari proses ischemic menyebabkan penurun aliran oksigen ke jaringan sehingga meningkatkan konsentrasi ion kalsium intrasellular dimana hal ini dapat mengaktifkan proteolisis dan dapat mengkonversi xanthine menjadi xanthine oxidase yang akhirnya menghasilkan anion superoksida dan akan meningkatkan aktivitas SOD.2

Analisa yang didapat pada penelitian ini ternyata tidak ada pengaruh antara jenis kelamin, usia, lama menderita glaukoma dan hubungannya dengan peningkatan tekanan intra okular sebelum tindakan operasi pada penderita glaukoma primer dengan kadar aktivitas SOD. Walaupun menurut referensi yang ada pertambahan usia merupakan faktor resiko untuk terjadinya glaukoma dimana pada penderita glaukoma dapat terjadi penurunan kadar aktivitas SOD. Hal ini mungkin merupakan keterbatasan dari penelitian ini yaitu kurang besarnya sampel penderita glaukoma yang diambil.

(22)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1. Tidak ada pengaruh antara aktivitas enzim SOD terhadap jenis kelamin, usia, lama menderita glaukoma dan hubungannya dengan tekanan intraokular sebelum tindakan operasi.

2. Teradapat penurunan kadar aktivitas SOD pada penderita glaukoma primer dibandingkan kelompok kontrol.

7.2 Saran

1. Mengingat glaukoma primer adalah penyakit multifaktorial, maka diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mencari faktor-faktor lain yang ikut berperan dalam etiopatogenesis glaukoma primer selain aktivitas enzim SOD.

2. Diperlukan penyuluhan kepada masyarakat tentang perlunya asupan sayuran dan buah-buahan karena banyak mengandung antioksidan untuk mencegah penurunan kadar aktivitas enzim SOD lebih lanjut pada pasien pasien glaukoma.

3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menggunakan sampel yang lebih besar. Dan kiranya dapat dilakukan penelitian perbandingan kadar aktivitas SOD dengan kelompok kontrolnya menggunakan glaukoma jenis lainnya. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan perbandingan dalam menentukan kadar aktivitas SOD penderita glaukoma dengan kontrol yang mendapat terapi tambahan antioksidan sehingga dapat diketahui apakah pemberian antioksidan pada penderita glaukoma benar-benar bermanfaat sehingga mungkin dapat ditetapkan sebagai terapi tambahan pada penatalaksanaan glaukoma itu sendiri.

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka teori  Reaksi oksidatif spesifik
Gambar 4.1 Skema Alur Penelitian Semua penderita Glaukoma Primer/  Katarak Senilis  yang datang berobat ke
Tabel 5.3 Pengaruh Aktivitas SOD dengan Jenis Kelamin, Usia dan  Lama Menderita Glaukoma pada Glaukoma Primer

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa dalam pembelajaran matematika melalui Pembelajaran Berbasis

Sedangkan tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan pemahaman matematis siswa pada lapisan property noticing dengan materi logaritma ditinjau dari

Untuk memenuhi spesifikasi dalam proses stake- out, akurasi titik stake-out yang dicapai harus lebih kecil dari pada akurasi titik stake-out yang dibutuhkan yaitu

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR.. HARGA BERLAKU DI KABUPATEN

Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan dan dokumentasi, faktor pendukung dan factor penghambat Pembentukan Karakter Melalui Manajemen Pembiasaan di SD IT Ihsanul Fikri Kota

Sepanjang pengetahuan penulis, tingkat bunga bank kerap diaplikasikan sebagai discount rate dalam banyak studi atau kajian analisis dan aplikasi ini berlaku untuk semua

Juliansyah Noor, Penelitian Ilmu Manajemen (Jakarta: Kencana, 2013), h.225.. sebagai akibat tercapainya tujuan prestasinya. Motivasi adalah keinginan yang terdapat pada