• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN. permasalahan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, keaslian penelitian dan Latar Belakang Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I. PENDAHULUAN. permasalahan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, keaslian penelitian dan Latar Belakang Penelitian"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I. PENDAHULUAN

Bab pendahuluan akan menjelaskan mengenai latar belakang penelitian,

permasalahan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, keaslian penelitian dan

batasan penelitian.

1.1. Latar Belakang Penelitian

Isu yang mendorong penelitian ini menarik untuk dilakukan antara lain adalah

terjadinya peningkatan jumlah permukiman padat dan kumuh perkotaan yang terjadi di

Indonesia. Urbanisasi yang tinggi seringkali diikuti oleh meningkatnya angka kemiskinan

di Indonesia, akibat ketiadaan lapangan pekerjaan, tingginya standar kehidupan di

perkotaan dan lain sebagainya. Di tahun 2006 angka kemiskinan di kawasan perkotaan

naik menjadi 14,29 juta jiwa dari sebelumnya sebesar 12,4 juta jiwa penduduk pada tahun

2005. Jumlah penduduk miskin yang besar dapat berakibat pada meluasnya kawasan

kumuh di perkotaan yang berujung pada ketidakmampuan pemerintah kota menuju kota

yang layak huni. Saat ini sekitar 18% atau 21,25 juta jiwa penduduk Indonesia tinggal di

kawasan kumuh yang terletak di kawasan perkotaan dengan luas mencapai sekitar 42.500

Hektar. Data BPS menunjukkan bahwa sekitar 14 % dari total perumahan di Indonesia

merupakan kawasan kumuh perkotaan, yang rata-rata terletak di bantaran sungai dan tepi

pantai (Cipta Karya, 2010).

Kementrian Perumahan Rakyat (Kemenpera) mengeluarkan pernyataan bahwa

dari tahun ke tahun, lingkungan kumuh di perkotaan cenderung meluas. Di tahun 2004,

luas kawasan dan permukiman kumuh mencapai 54 ribu hektar. Di tahun 2009,

(2)

bertambah menjadi 59 ribu hektar (kompas.com, 2012). Kemenpera telah mengakui bahwa

banyak kendala untuk dapat menahan laju perluasan pemukiman dan kawasan kumuh.

Selain persoalan meningkatnya jumlah penduduk, masalah lainnya adalah semakin mahal

dan langkanya pengembangan kawasan perumahan dan pemukiman yang layak (ibid,

2012).

Sesuai Kontrak Kinerja Menteri Perumahan Rakyat dengan Presiden RI, telah

diamanatkan bahwa sampai dengan Tahun 2012, Kemenpera harus dapat memastikan

terbangunnya 685.000 unit RSH Bersubsidi, 180 tower Rusunami dan 380 TB (Twin

Block) Rusunawa berikut PSU pendukungnya (JDIH, 2012).

Pada satu sisi, hak seseorang untuk bertempat tinggal telah diakui secara global.

Hak bertempat tinggal telah dicantumkan pada beberapa deklarasi internasional penting,

dan ditandatangani oleh sebagian besar negara di Asia (UNESCAP dan UN-HABITAT,

2008):

1. Pasal 25 dari Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa:

“setiap orang berhak atas taraf hidup yang menjamin kesehatan dan kesejahteraan atas

dirinya dan keluarganya, termasuk pangan, pakaian, perumahan”.

2. Deklarasi Vancouver 1976 tentang Permukiman Penduduk menyatakan bahwa

“tempat tinggal dan pelayanan yang layak adalah hak dasar manusia, sehingga

merupakan kewajiban pemerintah untuk memastikan ketersediaan kedua hal tersebut

bagi setiap warganya melalui pendampingan langsung, ataupun program berbasis

komunitas atau aksi swadaya yang lebih terarah”.

3. Agenda Habitat, di Istanbul 1996, turut memastikan komitmen untuk “merealisasikan

hak dasar atas perumahan yang layak”, sebagaimana tercantum dalam perjanjian

internasional. Dalam konteks ini, kewajiban pemerintah adalah memudahkan warganya

mendapat tempat tinggal, melindungi dan untuk meningkatkan kualitas rumah serta

lingkungannya serta tempat tinggalnya.

(3)

Faktanya, permasalahan permukiman kumuh tidak hanya terjadi di Indonesia

yang masuk dalam ranah negara berkembang. Di negara maju, istilah ‘slum’ (permukiman

kumuh) memiliki konotasi yang lebih negatif. Di sana, istilah tersebut digunakan untuk

menyebut area di sebuah kota yang mengalami penurunan kualitas hidup, dan

kemungkinan dihuni oleh kelompok yang termarginalisasi. Peter Lloyd dalam buku

panduan perumahan bagi kaum miskin di kota-kota (ibid, 2008), menggunakan istilah

‘slums of despair’ (atau permukiman kumuh tanpa harapan) untuk menggambarkan

lingkungan seperti di atas. Di negara berkembang, penghuni permukiman kumuh

biasanya terlalu sibuk bekerja untuk berkeluh kesah dalam keputusasaan. Bagi mereka,

ada harapan untuk lingkungan hidup dan masa depan yang lebih baik bagi keluarga

mereka. Mereka pun siap untuk menginvestasikan modal yang mereka punya – seberapa

pun kecilnya – untuk meningkatkan kondisi rumah dan komunitas mereka, jika

memungkinkan. Maka Lloyd pun menyebut kondisi permukiman yang seperti ini sebagai

‘slums of hope’ (atau permukiman kumuh dengan harapan).

Kompleksitas penanganan permukiman kumuh ini juga dirasakan banyak negara.

Penggusuran paksa dinilai bukan lagi sebagai aksi penyelesaian permukiman kumuh.

Penyelesaian dengan cara ini selain tidak sejalan dengan komitmen global menyangkut

hak untuk bertempat tinggal, juga hanya akan mendorong terbentuknya koloni-koloni

permukiman kumuh baru di tempat lain. Mereka tidak hilang, hanya berpindah tempat.

Berbagai program di susun oleh banyak negara, salah satu yang populer dan dinilai cukup

relevan adalah penanganan permukiman dengan basis partisipatif. Masyarakat diajak ikut

(4)

Pemerintah Indonesia misalnya, mengenalkan Program Perbaikan Kampung

(Kampung Improvement Programme–KIP) di tahun 1970-an untuk memperbaiki permukiman

informal (ibid, 2008). Di Surabaya, beberapa rumah tangga di satu kampung harus

dipindahkan, untuk mengurangi kepadatan permukiman dan memperlebar jalan dan

trotoar. Pemerintah mengalokasikan lahan di sebelah permukiman itu untuk

memindahkan masyarakat ke sebuah rumah susun rendah yang dibangun oleh

pemerintah. Dengan bantuan teknis dari fakultas dan mahasiswa dari Laboratorium

untuk Perumahan dan Permukiman Manusia, Institut Teknologi Surabaya, rumah tangga

yang terkena dampak merancang bentuk rumah susun mereka sendiri. Skema mereka

melibatkan koridor lebar yang menyerupai ruas jalan masyarakat di setiap lantai dan pasar

masyarakat di lantai dasar, di mana warung-warung dialokasikan untuk penghuni yang

berminat untuk menjalankan usaha makanan dan minuman. KIP ini juga diadopsi oleh

pemerintah Thailand untuk mengembangkan Program Peningkatan Masyarakat Baan

Mankong, yang saat ini aktif di 200 kota. Setelah peningkatan yang dilakukan melalui

program KIP saat ini kampung-kampung tidak lagi mengacu pada area-area dengan

kondisi rumah tidak layak. Meskipun bangunan pada kampung tersebar di sana-sini serta

kerap kali padat, umumnya bangunan-bangunan tersebut telah memiliki kualitas

bangunan yang baik, pedestrian beraspal, fasilitas komunal seperti MCK (mandi, cuci,

dan kakus) yang digunakan bersama (Prayitno, 2013).

Pada konteks lokal Indonesia, selain di Surabaya, Kota Yogyakarta yang

merupakan salah satu kota provinsi di pulau Jawa juga punya karakter permukiman

kumuh tepi sungai yang khas kampung kota. Kota ini di lintasi oleh tiga buah sungai,

(5)

yaitu, Sungai Code, Winongo dan Sungai Gadjah Wong. Pada tepian ketiga sungai

tersebut terdapat kampung kumuh yang memiliki tingkat kerawanan terhadap bencana

dan degradasi lingkungan, selain masing-masing memiliki potensi wilayah yang berbeda

untuk dikembangkan. Program perbaikan kampung partisipatif dengan nama proyek

Kampong Upgrading and Greening di dalam konsep besar pembangunan lingkungan

berkelanjutan yang melibatkan banyak pihak telah dilakukan (Prayitno, 2012). dimulai di

tingkat hunian yang terdapat pada Sungai Winongo Yogyakarta yang kemudian terus

diperluas. Sejak tahun 2009 dikembangkan ke seluruh kota, meliputi tiga sungai yang

melintasi kota Yogyakarta (Sungai Code, Sungai Winongo dan Sungai Gadjah Wong).

Pada tahun 2010 proyek ini dikembangkan lagi tidak hanya pada area sekitar sungai tapi

sudah menyentuh skala provinsi melalui deklarasi Yogyakarta kota Hijau.

Dalam perkembangannya kemudian ada pengembangan pola-pola penanganan

baru yang sangat memungkinkan terjadi pada cara perbaikan kampung di tepi sungai

disebabkan oleh pergeseran paradigma penataan kawasan permukiman dari ‘area-based’

(berbasis kawasan) ke ‘citywide approach’ (pendekatan penataan kota secara menyeluruh)

yang mendasari pendekatan yang digunakan dalam penataan kawasan tepi sungai di

Yogyakarta (Prayitno, 2012).

Salah satu contoh, Pusperkim UGM misalnya mengenalkan konsep kampung city

block yang mengadaptasi konfigurasi hunian lengkap dengan gang-gang dan pocket space

khas kampung untuk dikonsolidasikan ke dalam kampung susun (Prayitno, 2012). Model

yang merupakan inovasi dari rumah susun bertingkat rendah ini dinilai lebih humanis

(6)

meski masalah ketahanan terhadap bencana dan upaya perbaikan lingkungan dari

degradasi tetap menjadi faktor-faktor utama yang diperhitungkan.

Pada lokasi-lokasi strategis yang menunjang, konsep city block ini bahkan

dapat dikembangkan mengikuti konsep kemitraan antara pemerintah, swasta dan

masyarakat menjadi kampung hybrid city block yang merupakan kampung susun terpadu

yang menyatukan konsep mixed-use dan hybrid (fungsi campuran dan fungsi hibrida/fungsi

turunan baru) berbagai fungsi kegiatan perkotaan berupa kegiatan perdagangan

(pasar/shopping), akomodasi (apartemen, kondominium, hotel), fasilitas/sarana

transportasi (stasiun, terminal transit, bangunan parkir) berupa bangunan 7 lantai dengan

kegiatan permukiman kampung berupa bangunan panggung walk-up kampung cityblock

3 lantai (Prayitno, 2012).

Sebenarnya pola-pola konsolidasi dengan model kampung city block maupun hybrid

juga mulai dikenal masyarakat, misalnya dengan akan dibangunnya kampung susun deret

(Kompas.com, Senin, 5 November 2012) dan rumah susun terpadu pasar (Viva.co.id,

Jum’at, 23 November 2012) oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Paradigma baru yang sedang berkembang ini perlu didukung dengan

perencanaan yang matang. Dari perspektif penelitian arsitektur, konsep konsolidasi ruang

dengan paradigma baru tersebut dapat diukur sejauh mana tingkat performa ruangnya

berdasarkan pola konfigurasi ruang baru yang mungkin terbentuk. Tingkat performa

ruang yang terjadi tersebut kemudian dapat dibandingkan dengan tingkat performa ruang

permukiman eksisting yang akan dikonsolidasikan. Dari hasil perbandingan keduanya

tentu kita dapat lebih mudah menilai, permukiman tersebut mengalami perbaikan atau

(7)

tidak bila dipandang dari kacamata konfigurasi keruangan sebelum konsolidasi ruang

benar-benar diaplikasikan di lapangan.

Analisa space syntax atau sintaksis ruang, yang pertama kali dicetuskan oleh Hiller

dan Hanson (1984) dalam bukunya Sosial Logic of Space, dinilai sangat mendukung

penelitian terhadap konsolidasi ruang huni pada permukiman kumuh jika dicermati dari

sisi konsep konfigurasi ruangnya. Analisa space syntax juga telah dikenal sebagai sebuah

metode penelitian simulasi yang banyak dipakai dalam mencari jawaban di dalam

penelitian yang terkait ruang-ruang yang membentuk konfigurasi, baik obyek penelitian

yang sudah wujud maupun sedang dalam taraf perencanaan.

Selain hal-hal tersebut di atas, penelitian dalam ranah keilmuan arsitektur yang

terfokus pada konsolidasi ruang huni, khususnya berbicara tentang rumah susun yang

menyentuh hajat hidup orang banyak ini juga dinilai sejalan dengan butir dalam pasal 89

UU Nomor 20 tahun 2011 tentang rumah susun, bahwa setiap orang berhak

memperoleh informasi, melakukan penelitian, serta mengembangkan pengetahuan dan

teknologi rumah susun.

1.2. Permasalahan Penelitian

Dari uraian yang telah disampaikan pada latar belakang di atas ada beberapa poin

penting yang bisa kita garis bawahi, yaitu:

 Luasan permukiman kumuh kota trennya terus meningkat.

 Bertempat tinggal yang layak adalah hak semua orang.

(8)

 Ada pergeseran paradigma penataan kampung kota melalui pendekatan

yang lebih humanis dengan hadirnya inovasi dari rumah susun

konvensional semisal kampung city block.

 Penelitian simulasi dengan menggunakan analisa space syntax dinilai

dapat menjawab pertanyaan terhadap perbaikan permukiman kumuh dan

padat terkait performa konfigurasi ruang, dengan membandingkan

konfigurasi ruang permukiman existing dan konsolidasi ruang proposed.

1.3.

Pertanyaan Penelitian

Dari uraian latar belakang dan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya

muncul pertanyaan penelitian yang melatar belakangi mengapa penelitian ini menarik

dilakukan, yaitu seberapa besar tingkat performa ruang yang terjadi pada konsolidasi

ruang huni permukiman padat berdasarkan usulan dinilai dari pola konfigurasinya?

Bagaimana bila dibandingkan dengan tingkat performa ruang pada kondisi eksisting

permukiman padat?

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan perbandingan tingkat performa ruang

antara kondisi eksisting obyek permukiman padat kampung kota dengan yang terjadi

pada usulan konsolidasi ruang huni permukiman padat berdasar pada pola konfigurasi

ruangnya. Diharapkan temuan yang di hasilkan dapat diaplikasikan dan dikembangkan

secara lebih luas oleh praktisi dalam bidang arsitektur (perencana, pengembang,

(9)

perancang) untuk menghasilkan rancangan konsep perbaikan yang dapat meningkatkan

kualitas performa permukiman padat perkotaan yang khas Indonesia. Serta diharapkan

dapat memberi masukan kepada penentu kebijakan sehubungan perumusan konsep,

pendekatan perencanaan dan perancangan lingkungan permukiman khususnya yang

ditujukan bagi peningkatan kualitas permukiman padat perkotaan bagi golongan

masyarakat berpenghasilan rendah.

1.5. Keaslian Penelitian

Keaslian dari penelitian yang akan dilakukan dari penelitian-penelitian

sebelumnya adalah pada menemukan perbandingan performa ruang yang dihasilkan oleh

perbedaan konfigurasi ruang pada kondisi eksisting dan kondisi konsolidasi ruang yang

diusulkan, melalui sebuah simulasi.

Kota Yogyakarta di pilih sebagai lokasi penelitian, dengan pertimbangan bahwa

Kota Yogyakarta memiliki program konsolidasi ruang melalui penataan permukiman

padat dan kumuh di kawasan tepi sungai yang berkembang secara positif. Diharapkan

hasil penelitian yang terkait dengan hal ini secara langsung ataupun tidak dapat

mendukung peningkatan kualitas konsolidasi ruang yang dilakukan.

Berdasarkan hasil tinjauan terhadap penelitian-penelitian yang terkait dengan

permukiman, rumah susun, konfigurasi ruang dan konsolidasi ruang yang telah dilakukan

serta telah dipublikasikan dalam bentuk buku, jurnal, tesis maupun artikel penelitian

terdapat beragam fokus, lokus dan metode yang digunakan. Meski demikian penelitian

(10)

ditemukan. Oleh sebab itu, penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan mampu

memperkaya khasanah keilmuan terkait hal tersebut.

Tabel 1.1: Hasil tinjauan terhadap penelitian-penelitian sebelumnya.

No Aspek Keterangan

Nama Peneliti Luluk Maslucha

Judul dan Tahun

Publikasi Kajian Setting Permukiman Kampung Kauman Yogyakarta Berdasarkan Sistem Aktivitas Keagamaan. Laporan Tesis Universitas Gadjah Mada, 2009.

Fokus Setting permukiman berdasarkan sistem aktivitas Keagamaan.

Permasalahan

Bagaimanakah sistem aktivitas keagamaan yang ada membentuk setting permukiman? Bagaimana sistem setting permukiman yang terbentuk dan dimanfaatkan berdasarkan sistem aktivitas keagamaan? Bagaimana skala sistem setting yang terbentuk karenanya.

Tujuan

Mengungkapkan sistem aktivitas keagamaan yang membentuk setting permukiman. Menggali dan menemukan sistem setting fisik permukiman yang terbentuk dan dimanfaatkan berdasarkan sistem aktivitas keagamaan. Menemukan skala sistem setting yang terbentuk berdasarkan sistem aktivitas keagamaan yang ada.

Lokus Kampung Kauman, Yogyakarta.

1

Deskripsi

(11)

Hasil

Sistem aktivitas keagamaan yang ada di lokus padat. Selain dibedakan oleh waktu, aktivitas khusus, juga dibedakan berdasarkan pelaku.

Sistem setting yang terbentuk berjenjang mulai dari rumah, balai RW, gedung pertemuan, jalan lingkungan, fasilitas pendidikan, langgar dan masjid gedhe.

Sistem setting pada permukiman sendiri menunjukkan bahwa masjid merupakan pusat atau orientasi utama pada setting permukiman secara keseluruhan.

Setting skala yang terbentuk adalah setting skala mikro (rumah); setting skala meso (fasilitas kampung, fasilitas pendidikan dan langgar); setting skala makro (masjid gedhe). Para ibu dan anak-anak dominan menggunakan setting skala mikro dan meso. Sedang setting skala makro dominan digunakan oleh para ayah.

Nama Peneliti Deni Putro Arystianto

Judul dan Tahun

Publikasi Pola dan Strategi Konsolidasi Permukiman Pada Kawasan Bantaran Sungai Brantas di Kota Malang. Laporan Tesis Universitas Gadjah Mada, 2010.

Fokus Pola dan Strategi Konsolidasi Permukiman.

Permasalahan

Bagaimana pola permukiman di kawasan bantaran sungai Brantas? Bagaimana strategi pola penataan permukiman bantaran sungai yang sesuai dengan konsep TRIDAYA (pemberdayaan ekonomi, pemberdayaan lingkungan dan pemberdayaan manusia)?

Tujuan

Mengetahui pola permukiman di kawasan sungai Brantas serta mendapatkan strategi pola penataan permukiman bantaran sungai yang sesuai dengan konsep TRIDAYA (pemberdayaan ekonomi, pemberdayaan lingkungan dan pemberdayaan manusia)

Lokus Kawasan Bantaran Sungai Brantas di Kota Malang. Metode Rasionalistik-Kualitatif.

2

Deskripsi

Hasil

Bentuk pola permukiman dan strategi pola penataan yang sesuai dengan konsep pemberdayaan ekonomi, lingkungan, dan pemberdayaan manusia pada kawasan bantaran sungai Brantas.

(12)

Nama Peneliti Burhanuddin

Judul dan Tahun Publikasi

Karakteristik Teritorialitas Ruang Pada Permukiman Padat di Kampung Klitren Lor Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta. Laporan Tesis Universitas

Gadjah Mada, 2010.

Fokus Teritorialitas ruang pada permukiman padat.

Permasalahan

Bagaimana karakteristik teritorialitas ruang pada permukiman padat di kampung Klitren Lor? Sejauh mana faktor-faktor penentu mempengaruhi pembentukan ‘teritolialitas ruang’ di permukiman padat di kampung Klitren Lor.

Tujuan Mengetahui dan mendiskusikan faktor-faktor penentu pembentuk teritolialitas ruang di permukiman padat di kampung Klitren Lor.

Lokus Kampung Klitren Lor Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta.

3

Deskripsi

Metode Rasionalistis-Kualitatif.

Hasil

Karakteristik teritolialitas ruang pada permukiman padat di kampung Klitren Lor yang dilihat dari fungsi ruang dan aksi yang ditimbulkan, kesepakatan masyarakat, faktor lingkungan fisik dan faktor sosial budaya, status tanah dan jumlah kegiatan dan lainnya. Yang setelah dirunut membentuk teritori masyarakat berdasarkan Primary territory, secondary territory, dan public territory.

Nama Peneliti Luthfiah

Judul dan Tahun Publikasi

Kajian Penghunian dan Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa Penjaringan Jakarta “Tinjauan Pengaruh Aspek Perilaku Pada Perubahan Fisik, Fungsi dan Pemanfaatan Ruang”. (Laporan Tesis Universitas Gadjah Mada, 2011).

Fokus Pengaruh aspek perilaku pada perubahan fisik, fungsi

4

Deskripsi

Permasalahan

Bagaimana penghunian dan pengelolaan yang terjadi pada rusunawa Penjaringan? Bagaimana perubahan fisik, fungsi dan pemanfaatan ruang pada rumah susun sederhana sewa Penjaringan dilihat dari aspek perilaku penghuni? Aspek perilaku apa saja yang mempengaruhi perubahan-perubahan tersebut?

(13)

Tujuan

Mendapatkan gambaran mengenai penghunian dan pengelolaan yang terjadi pada rusunawa Penjaringan. Memberi gambaran perubahan fisik, fungsi dan pemanfaatan ruang pada rumah susun sederhana sewa Penjaringan dilihat dari aspek perilaku penghuni. Menjelaskan aspek perilaku apa saja yang mempengaruhi perubahan-perubahan tersebut.

Lokus Rumah Susun Sederhana Sewa Penjaringan Jakarta. Metode Rasionalistis-Kualitatif.

Hasil

Terjadi penurunan kualitas lingkungan pada kondisi rumah susun sederhana sewa Penjaringan setelah 20 tahun dihuni. Penurunan kualitas terjadi pada aspek sosial, ekonomi dan fisik lingkungan yang mengakibatkan perlindungan kenyamanan, keamanan, dan bahkan keselamatan penghuni menjadi terganggu. Penurunan kualitas terjadi pula pada aspek teknik dan fungsional bangunan.

Nama Peneliti Indah Pujiyanti

Judul dan Tahun

Publikasi Konsolidasi Karakter Kawasan Teluk Penyu Cilacap. (Laporan Tesis Universitas Gadjah Mada, 2011).

Fokus Konsolidasi karakter kawasan

Permasalahan

Bagaimana karakter kawasan Teluk Penyu Cilacap? Faktor apa saja yang menentukan karakter kawasan Teluk Penyu Cilacap? Bagaimana arahan desain yang sesuai untuk memperkuat karakter kawasan Teluk Penyu Cilacap?

Tujuan

Mengetahui karakter kawasan Teluk Penyu Cilacap. Mengetahui Faktor apa saja yang menentukan karakter kawasan Teluk Penyu Cilacap. Mengetahui arahan desain yang sesuai untuk memperkuat karakter kawasan Teluk Penyu Cilacap.

Lokus Teluk Penyu Cilacap

5

Deskripsi

(14)

Hasil

Hasil penelitian mendapatkan bahwa tidak ada connection antara tiap fungsi kawasan yang dapat memperkuat karakter kawasan Teluk Penyu dan faktor yang mempengaruhi karakter kawasan Teluk Penyu antara lain: fungsi, variasi ruang, aktivitas pendukung, vegetasi dan tema.

Hasil akhir juga memunculkan arahan desain yang sesuai untuk memperkuat karakter kawasan Teluk Penyu Cilacap.

Nama Peneliti Widi Cahya Yudhanta (2011)

Judul dan Tahun Publikasi

Hubungan Konfigurasi Ruang dan Aksesibilitas Jalan Kampung Sebagai Ruang Publik Di Kawasan Kampung Jogoyudan, Kali Code, Menggunakan Space Syntax. (Laporan Tesis Universitas Gadjah Mada, 2011).

Fokus Hubungan konfigurasi ruang dan aksesibilitas jalan kampung sebagai ruang publik.

Permasalahan

Bagaimana Hubungan konfigurasi ruang dan aksesibilitas jalan sebagai ruang Publik? Bagaimana arahan perancangan yang dapat dilakukan guna meningkatkan fungsi ruang jalan sebagai penunjang ruang publik di pemukiman?

Tujuan

Mendapatkan hubungan konfigurasi Ruang dan aksesibilitas jalan kampung sebagai ruang Publik. Mendapatkan arahan perancangan yang dapat dilakukan guna meningkatkan fungsi ruang jalan sebagai penunjang ruang publik di pemukiman.

Lokus Kawasan Kampung Jogoyudan, Kali Code Yogyakarta.

6

Deskripsi

(15)

Hasil

Dari hasil analisis di ruang‐ruang jalan pemukiman Jogoyudan, terdapat ruang‐ruang yang mempunyai integrasi dan visibilitas kuat yaitu jalan yang mempunyai pola linier menerus dan terletak dekat dengan jalan luar kawasan dan Jalan yang mempunyai integrasi dan visibilitas lemah yaitu jalan yang mempunyai pola linier berliku dengan letak ruang di dalam pemukiman sehingga sulit dijangkau dari luar kawasan.

Ditemukan terdapat 2 model aktivitas yang menempati ruang‐ tersebut yaitu aktivitas cluster yaitu aktivitas yang melibatkan warga satu kampung dalam satu ruang dan kegiatan blok yaitu kegiatan dalam 1 ruang dalam satu penggal jalan yang hanya melibatkan warga dari blok itu saja.

Terdapat hubungan yang kuat antara konfigurasi dan aksesibilitas dalam pemanfaatan sebuah ruang jalan sebagai tempat aktivitas warga kampung. Di mana nilai integrasi sebuah ruang selalu berbanding lurus dengan nilai visibilitas sehingga memacu sebuah ruang jalan dimanfaatkan sebagai tempat aktivitas.

Nama Peneliti Bayu Arieffirsandy (2012)

Judul dan Tahun Publikasi

Penataan Permeabilitas Pemukiman Nelayan di Pesisir Kota Tuban, dengan Pendekatan Space Syntax. (Laporan Tesis Universitas Gadjah Mada, 2012).

Fokus Tingkat Permeabilitas di Kawasan Permukiman Nelayan.

Permasalahan

Bagaimana tingkat permeabilitas dan hubungan moda pengguna ruang publik dengan integrasi ruang jalan di kawasan permukiman nelayan di pesisir Kota Tuban? Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hubungan pengguna ruang publik dengan integrasi ruang jalan di kawasan permukiman nelayan di pesisir Kota Tuban? Bagaimana rekomendasi model penataan di kawasan permukiman nelayan di pesisir Kota Tuban yang sesuai terhadap kebutuhan interaksi masyarakat?

Tujuan

Menjelaskan tingkat permeabilitas dan hubungan moda pengguna ruang publik dengan integrasi ruang jalan di kawasan permukiman nelayan di pesisir Kota Tuban. Memberikan rekomendasi model penataan di kawasan permukiman nelayan di pesisir Kota Tuban yang sesuai terhadap kebutuhan interaksi masyarakat.

Lokus Kawasan Kampung Nelayan, Kota Tuban

7

(16)

Hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara global, tingkat permeabilitas di kawasan permukiman nelayan memiliki nilai hubungan positif yang dipengaruhi oleh keterhubungan konektivitas ruang jalan, struktur kawasan, dan traktor kawasan. Sedangkan secara lokal, permeabilitas kawasan memiliki nilai yang sangat kecil, sehingga hampir tidak ada sama sekali hubungan. Hasil overlay kegiatan aktif dan pasif kawasan dengan nilai integrasi menunjukkan bahwa aktivitas yang tinggi terdapat pada area yang dekat dengan pusat kawasan dan traktor kawasan.

Nama Peneliti Renaldi Abdul Halid

Judul dan Tahun

Publikasi Hubungan Pola Guna Ruang Dengan Konfigurasi Ruang di Alun-Alun Utara Yogyakarta. (Laporan Tesis Universitas Gadjah Mada, 2011).

Fokus Hubungan Pola Guna Ruang Dengan Konfigurasi Ruang.

Permasalahan

Bagaimana pola guna ruang keseharian di alun-alun utara dan konfigurasi ruang alun-alun utara? Bagaimana hubungan pola guna ruang dengan konfigurasi ruang alun-alun utara tersebut? Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pola guna ruang dan konfigurasi ruang alun-alun utara? Bagaimana arahan desain alun-alun utara yang baik berdasarkan hasil temuan penelitian?

Tujuan

Memahami pola pergerakan dan kegiatan statis di alun utara. Memahami model konfigurasi ruang alun-alun utara. Memahami hubungan konfigurasi ruang dengan pola pergerakan dan kegiatan statis di alun-alun utara.

Lokus Alun-Alun Utara Yogyakarta. Metode observasi dan metode sintaksis

8

Deskripsi

Hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergerakan di alun-alun utara tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh konfigurasi ruang, khususnya adalah pergerakan pejalan kaki dan kendaraan non motor. Adanya faktor atraktor wisata (kawasan keraton dan malioboro) yang terletak di antara alun-alun utara kiranya yang mendorong tingginya nilai pergerakan tersebut. Sedangkan hasil overlay antara kegiatan statis dengan peta vga menunjukkan bahwa pengguna cenderung memilih tempat di area dengan tingkat integrasi tinggi daripada area dengan tingkat integrasi rendah.

(17)

Nama Peneliti Budi Prayitno

Judul dan Tahun Publikasi

an Analysis on Spatial Permeability and Fluida Dynamics of Wind and Termal in Tropical Riverside Settlement Areas of Banjarmasin City, Indonesia. (Laporan

Penelitian Pusperkim Universitas Gadjah Mada, 2012)

Fokus Permibilitas keruangan dan kenyamanan termal

Permasalahan

Seberapa besar efektivitas kinerja permeabilitas keruangan serta kenyamanan termal program urban renewal berbentuk ‘kampung riverfront Cityblock’ yang dinilai melalui perbandingan kondisi eksisting dengan program redesain baru.

Tujuan

Menemukan nilai efektivitas kinerja urban renewal dalam bentuk ‘kampung riverfront Cityblock’ guna menemukan performa kenyamanan spasial dan termalnya. Menilai efektivitas kinerja permibilitas keruangan serta kenyamanan termal dengan membandingkan kondisi eksisting dengan program redesain baru.

Lokus Permukiman Tropis Tepi Sungai di Banjarmasin, Indonesia

Metode

Eksperimen melalui pendekatan simulasi permeabilitas keruangan dan kenyamanan termal. Menggunakan metode analisis keruangan dengan program Space Syntax dan metode analisis kenyamanan termal dengan program Envimet

9

Deskripsi

Hasil

Kesimpulan dari penelitian ini adalah melalui pendekatan permeabilitas keruangan yang mensimbiosiskan konfigurasi antara ruang darat dan air serta arsitektur kawasan dapat ditingkatkan kinerja kejelasan keruangannya tetapi secara kenyamanan termal tidak menunjukkan peningkatan kinerja secara signifikan karena morfologi kawasan yang relatif datar dan dengan proporsi ketinggian rata-rata bangunan yang rendah sehingga tidak terbentuk jalur pergerakan angin sebagai sarana ventilasi dan kenyamanan termal kawasan.

Nama Peneliti Budi Prayitno

10

Judul dan Tahun Publikasi

An Analysis of Consolidation Patterns of Kampung Alley Living space in Yogyakarta, Indonesia (Journal of Habitat Engineering and Design 2013,

(18)

Fokus Pola Konsolidasi Ruang Gang Kampung

Permasalahan Bagaimana perbandingan antara kampung susun bentuk konvensional dan dari kampung city block inovatif yang mengadaptasi gang kampung.

Tujuan Menemukan hasil perbandingan antara kampung susun bentuk konvensional dan dari kampung city block inovatif yang mengadaptasi gang kampung.

Lokus Kampung Jogoyudan, Kawasan Tepi Sungai Code, Yogyakarta Metode Pendekatan Konfigurasi Ruang (Space Syntax)

Deskripsi

Hasil

Koridor pada kampung susun konvensional semata hanya berfungsi sebagai ruang sirkulasi yang menghubungkan unit-unit hunian. Kampung city block yang inovatif mengadaptasi bentuk gang dengan pocket space dan sistem ruang pertahanan dari tempat tinggal vernakular, yang juga berbentuk klaster, dapat meningkatkan nilai integrasi visual. Meningkatkan nilai visual integrasi koridor akan menaikkan penggunaan koridor sebagai sirkulasi, ruang bersama, dan juga menjaga privasi dan keamanan unit-unit hunian terhadap aktivitas di koridor.

Nama Peneliti Maharani Isabella

Judul dan Tahun Publikasi

Interkonektivitas Ruang Publik Sebagai Peningkat Kualitas Kawasan Permukiman Tepian Sungai Gajah Wong Menggunakan Space Syntax. (Laporan Tesis Universitas Gadjah Mada, 2013).

Fokus Interkonektivitas Ruang Publik

Permasalahan

Bagaimana interkonektivitas area permukiman tepian sungai Gajah Wong? Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi interkonektivitas ruang publik? Arahan desain yang dapat dilakukan guna meningkatkan fungsi ruang terbuka sebagai wadah aktivitas di permukiman sungai Gajah Wong?

11

Deskripsi

Tujuan

Mendapatkan gambaran interkonektivitas ruang di area penelitian sebagai ruang terbuka di permukiman tepian sungai Gajah Wong. Menemukan faktor-faktor yang ada di area permukiman tepian sungai Gajah Wong yang dapat mempengaruhi interkonektivitas di permukiman tersebut. Merumuskan arahan desain guna meningkatkan fungsi ruang terbuka sebagai wadah aktivitas di permukiman sungai Gajah Wong.

(19)

Lokus Kawasan Permukiman Tepian Sungai Gajah Wong Metode Space Syntax

Hasil

Hasil analis di ruang-ruang jalan permukiman tepian Sungai Gajah Wong menyatakan terdapat ruang-ruang yang mempunyai integrasi dan visibilitas kuat yaitu jalan yang mempunyai pola linier menerus dan terletak dekat dengan jalan luar kawasan dan jalan yang mempunyai integrasi dan visibilitas lemah yaitu jalan yang mempunyai pola linier berliku dengan letak ruang di dalam permukiman sehingga sulit dijangkau dari luar kawasan. Terdapat hubungan yang kuat antara konfigurasi dan aksesibilitas dalam pemanfaatan sebuah ruang sebagai tempat aktivitas warga kampung. Nilai integrasi sebuah ruang selalu berbanding lurus dengan nilai visibilitas sehingga memacu sebuah ruang jalan digunakan sebagai tempat aktivitas.

Nama Peneliti I Gusti Ngurah Wiras Hardy

Judul dan Tahun Publikasi

Konsep Cohousing di Kota Denpasar. (Laporan Tesis Universitas Gadjah Mada, 2013).

Fokus Konsep cohousing

Permasalahan Bagaimanakah konsep cohousing yang sesuai dengan prinsip-prinsip arsitektur lokal di Kota Denpasar. Tujuan Merumuskan konsep cohousing yang sesuai dengan prinsip-prinsip arsitektur lokal di Kota Denpasar. Lokus Kota Denpasar

Metode Kuantitatif non statistik dengan strategi penelitian eksperimental dan simulasi space syntax.

12

Deskripsi

Hasil

Terdapat tiga konsep cohousing di Kota Denpasar yang sesuai dengan karakteristik cohousing serta sesuai dengan prinsip-prinsip Arsitektur tradisional Bali. Ketiga konsep tersebut konsep Balinese Courtyard, konsep Street Garden dan Konsep Open Dwelling.

(20)

1.6. Batasan Penelitian

Sebab lingkup penelitian yang cukup luas, maka diperlukan batasan-batasan

dalam penelitian ini. Dengan adanya batasan-batasan yang ditentukan, diharapkan

penelitian ini menjadi lebih terfokus dan mendapati temuan-temuan yang diharapkan

memiliki kesesuaian dengan tujuan penelitian, sekaligus menyamakan atau menyatukan

persepsi antara peneliti dan pembaca mengenai hal-hal yang akan diteliti. Batasan-batasan

dalam penelitian ini adalah:

a. Merujuk pada Prayitno (2013), ruang huni yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah ruang huni pada kampung kota vernakular yang melibatkan unit-unit

hunian, gang-gang dan pocket space yang terbentuk di sengaja atau tidak, dalam

satu kesatuan. Lantas, konsolidasi ruang huni yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah konsolidasi ruang huni yang dilakukan sebagai bagian dari program

peningkatan kualitas permukiman padat dan kumuh kampung kota. Sedangkan

model konsolidasi ruang huni yang hendak diteliti adalah model kampung city block

sebagai bentuk konsolidasi ruang huni dengan paradigma baru yang dikenalkan

pada penataan permukiman padat tepi sungai yang berada di Kota Yogyakarta.

b. Mengacu pada Purnomo (2009) dan Prayitno (2013) performa ruang yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah performa ruang menurut space syntax

dengan komponen-komponen performa berupa nilai sintaks integration, connectivity,

mean depth dan intelligibility.

(21)

c. Kota Yogyakarta yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagian dari wilayah

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang berbatasan dan dikelilingi oleh dua

di antara empat kabupaten lain yang berada di Provinsi tersebut, yaitu,

Kabupaten Bantul di sebelah Timur, Selatan dan Barat, serta Kabupaten Sleman

di sebelah utara. Sedangkan fokus penelitian diarahkan pada kawasan

permukiman di tepi Sungai Gajah Wong.

Gambar

Tabel 1.1: Hasil tinjauan terhadap penelitian-penelitian sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

“Twelfth century?” Blair leaned back, took a good, long look at him, with all the interest but none of the amusement she’d shown when studying Hoyt.. “You’ve got nearly a

Ia juga boleh ditakrifkan sebagai satu sistem politik yang memberi peluang kepada rakyat membentuk dan mengawal pemerintahan negara (Hairol Anuar 2012). Dalam hal

Adalah sebuah fakta bahwa jumlah perempuan di dunia ini lebih banyak dari

(BOS) based on instruction and technical in aspects of application, distribution, and stakeholders engagement in planning, forming, and reporting of BOS in SMA Negeri 37

Kelompok Kerja Jasa Konsultansi Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Lamandau mengumumkan pemenang seleksi sederhana untuk Pekerjaan Pengawasan Rehabilitasi /

Saudara dianjurkan untuk membawa Berkas Dokumen Asli yang berkenaan dengan data isian sebagaimana yang telah saudara sampaikan pada Dokumen Penawaran Admnistrasi,

Menurut Syed Ahmad Hussein (1996) terdapat beberapa rumusan dan hipotisis utama yang timbul dari kajian-kajian ini yang dijadikan panduan am kepada mereka yang berminat untuk

Setiap blok penyimpanan di gudang ini hanya menampung satu jenis produk dan satu tanggal kadaluarsa, sehingga penempatan barang harus di blok yang kosong dan tidak