• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP MINAT BELI PONSEL SONY ERICSSON DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP MINAT BELI PONSEL SONY ERICSSON DI SURABAYA."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

i

karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis sampai terselesaikannya penulisan skripsi yang berjudul ”PENGARUH PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP MINAT BELI PONSEL SONY ERICSSON DI SURABAYA” .

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat penyelesaian studi pendidikan strata satu, Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Selain itu penulis juga menyadari banyak bantuan dan dorongan baik moral maupun spiritual dari berbagai pihak yang diberikan selama penulis menempuh masa pendidikan S-1 sampai dengan terselesaikannya skripsi ini.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr.Ir. Teguh Soedarto, M.P Selaku rector Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dra. Nuruni Ika, MM selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan saran, nasihat serta bantuan bimbingan sehingga skripsi dapat selesai dengan baik.

(2)

ii

Ekonomi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Seluruh dosen yang telah membagikan ilmunya dan memberikan pengalaman yang tidak terlupakan, staff dan karyawan yang telah membantu dalam proses kuliah.

7. Papa, Mama, Koko, Cece, Laura dan keluarga lainnya, terimakasih telah memberikan dukungan, doa semangat pada proses penyusunan skripsi ini. Serta biaya dan tenaga.

Surabaya, 2010

(3)

iii

DAFTAR ISI……… iii

DAFTAR TABEL………... vii

DAFTAR GAMBAR……….. viii

DAFTAR LAMPIRAN……… ix

ABSTRAKSI………..x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ………... 8

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 8

1.3.2 Manfaat Penelitian……… 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu……….. .10

2.1.2 Perbandingan………...12

2.2 Landasan Teori ………12

2.2.1 Pemasaran ...12

2.2.1.1 Pengertian Pemasaran ....……….12

2.2.1.2 Manajemen Pemasaran………….……….. 13

2.2.1.3 Konsep Pemasaran….………... ……..14

2.2.2 Perilaku Konsumen ……….... 15

(4)

iv

2.2.2.4 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian…………...… 20

2.2.3 Sikap Konsumen ... 22

2.2.3.1 Pengertian Sikap Konsumen ……….. 22

2.2.3.2 Fungsi-Fungsi Sikap………23

2.2.3.3 Model Sikap……… 24

2.2.4 Persepsi……… 25

2.2.5 Minat Beli……….27

2.2.6 Pengaruh Persepsi Terhadap Sikap Konsumen…………... 29

2.2.7 Pengaruh Sikap Konsumen Terhadap Minat Beli Konsumen.. …... 30

2.4 Hipotesis……… 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel…………. 34

3.1.1 Definisi Operasional Variabel……… 34

3.1.2 Pengukuran Variabel …………...……….. 36

3.2 Teknik Penentuan Sampel ……… 37

3.3 Jenis Data ………. 39

3.4 Pengumpulan Data ……… 39

3.5 Teknik Analisis ………. 40

(5)

v

3.8 Evaluasi Model ……….. 47

3.9 Kerangka Pemikiran ………... 53

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Hasil Penelitian ………. 54

4.1.1 Analisis Karakteristik Responden ... 54

4.1.2 Deskripsi Perception……….56

4.1.3 Deskripsi Customer Attitude ………57

4.1.4 Deskripsi Puchase Intention ………... 59

4.2 Analisis Data ……….. 61

4.2.1 Evaluasi Outlier ………61

4.2.2 Evaluasi Realibilitas ……… 62

4.2.3 Evaluasi Validitas ……… 64

4.2.4 Evaluasi Construct Realibility dan Varaiance extracted .... 64

4.2.5 Evaluasi Normalitas ……… 66

4.2.6 Analisis Model SEM ……….. 67

4.2.7 Analisis Unidimensi ………...……. 70

4.2.8 Uji Kausalitas ………. 70

4.3 Pembahasan ……….71

4.3.1 Pengaruh persepsi terhadap sikap konsumen…….……… 71

(6)

vi DAFTAR PUSTAKA

(7)

viii

GAMBAR 2.2 Tiga Komponen Sikap………...24

GAMBAR 2.3 Kerangka Konseptual……….32

GAMBAR 4.1 One Step Approach Base Model ………...67

(8)

vii

Tabel 1.2 Top Brand Handphone Februari 2010………....3

Tabel 1.3 Penjualan Sony Ericsson ………7

Tabel 3.1 Goodness Of Fit Indexs……… …….51

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……….54

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ……….55

Tabel 4.3 Frekwensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Persepsi……….56

Tabel 4.4 Frekwensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Sikap Konsumen…...57

Tabel 4.5 Frekwensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Minat Beli……….... 59

Tabel 4.6 Data Outlier………...….62

Tabel 4.7 Data Reliabilitas ……….…..… 63

Tabel 4.8 Validitas Data……….…………...64

Tabel 4.9 Construct Reliability dan Variance Extrated ……….…...65

Tabel 4.10 Normalitas Data………..….66

Tabel 4.11 Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices Model One-Step Approach- Base Model………...68

Tabel 4.12 Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices Model One-Step Approach- Modifikasi………69

Tabel 4.13 Unidimensi………...…70

Tabel 4.14 Pengujian Hipotesis………..70

(9)

ix Lampiran 3 Data Uji Outlier

(10)

x

0412010008/FE/EM

Abstraksi

Pada era persaingan yang sangat ketat seperti sekarang ini, banyak perusahaan melakukan berbagai cara agar produk yang diciptakan oleh perusahaan tersebut dapat menjadi produk yang disukai atau pilihan para konsumen. Upaya tersebut antara lain dengan menanamkan persepsi baik sebuah produk kepada konsumen sehingga dapat menimbulkan keinginan untuk membeli. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang pengaruh persepsi dan sikap konsumen terhadap minat beli konsumen. Dalam penelitian ini produk yang dibahas adalah hand phone merek Sony Ericsson, dimana hand phone Sony Ericsson mengalami penurunan penjualan.

Penelitian ini menggunakan sampel peminat dan pengguna hand phone Sony Ericsson yang ada di Plasa Marina, Tunjungan Plaza, World Trade Centre (WTC), Sony Ericsson Pusat, Surabaya. Responden yang dibedakan bedasarkan usia, jenis kelamin. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktural Equation Modelling (SEM). Teknik SEM digunakan karena teknik ini memungkinkan pengujian rangkaian hubungan yang relatif “rumit” secara simultan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Persepsi konsumen berpengaruh terhadap sikap konsumen, hal ini menunjukan bahwa suatu produk yang mendapat persepsi baik oleh konsumen akan mampu menumbuhkan sikap positif dari konsumen terhadap suatu produk., (2) Sikap konsumen berpengaruh terhadap minat beli, hal ini menunjukan bahwa sikap konsumen mempunyai pengaruh untuk menimbulkan minat beli yang berarti konsumen akan mencari seluruh informasi mengenai Handphone Sony Ericsson, kemudian mengevaluasi, jika konsumen merasa produk tersebut dapat memberikan kepuasan dalam memenuhi kebutuhannya maka akan timbul keinginan untuk membeli.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Banyak berbagai macam persaingan di segala bidang dalam perkembangan usaha dewasa ini. Melihat dari kondisi tersebut para pembisnis dituntut untuk mempunyai strategi yang tepat dalam memenuhi target volume penjualan. Dan sejalan dengan itu, teknologi yang berkembang pesat, manusia dituntut dengan cepat dan tepat untuk bertindak agar tidak kalah bersaing. Menurut Kotler (2002:34), dalam meningkatkan persaingan masing – masing perusahaan harus dapat memenangkan persaingan tersebut dengan menampilkan produk yang terbaik dan dapat memenuhi selera konsumen yang selalu berubah – ubah.

(12)

Seiring dengan perkembangan jaman dan semakin komplitnya kebutuhan alat komunikasi memberikan kesempatan baik bagi perusahaan alat komunikasi terutama pada di bidang ponsel, yang mana konsumsi akan ponsel terus menunjukan kenaikan yang signifikan. Saat ini banyak sekali bermunculan merek ponsel dengan berbagai model, desain, memberikan kualitas yang bagus dan harga yang cukup bersaing. Bagi perusahaan yang bergerak di bidang ponsel hal ini merupakan suatu peluang untuk menguasai pangsa pasar. Salah satu merek yang cukup dikenal oleh sebagian masyrakat adalah merek Sony Ericsson.

Merek ponsel terus bermunculan dan bersaing menawarkan berbagai fasilitas yang ada dalam ponsel tersebut. Beberapa merek yang bersaing: Sony Ericsson, Motorola, Samsung, BenQ Siemen, Nokia dan lainya. Dunia global telah merubah pola pikir yang cenderung menerima segala perubahan yang terjadi di dunia. Begitu pula dengan adanya perkembangan bisnis yang global yang memacu setiap produsen untuk merubah cara mereka dalam meluaskan jaringan untuk medapatkan konsumen. Banyaknya produsen ponsel yang bermunculan dengan memberikan berbagai fasilitas yang menarik yang mampu membujuk para konsumen.

(13)

Dari sumber majalah marketing (2009:61) february Sony Ericsson berada pada urutan kedua top brand.

Tabel 1.1 Top Brand Handphone February 2009 Merek Top Brand Indonesia Nokia 79.3 %

Sony Ericson 10.7 % Motorola 3.6 % Samsung 2.1 % BenQ Siemens 1.4 %

Sumber: Majalah Marketing February (2009:61) Tabel 1.2 Top Brand Handphone February 2010

Merek Top Brand Indonesia Nokia 72.0 %

Sony Ericsson 9.6 % Blackberry 4.3 % Samsung 3.3 % Huawei 2.4 % Motorola 1.5 %

Sumber: Majalah Marketing February (2010:64)

(14)

2010. Penurunan ini bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti trend, atribut yang ada pada ponsel, krisis global dan lainnya. Adapun kelemahan dari Sony Ericsson yang disampaikan oleh konsumennya di internet. Kelemahan dari Sony Ericsson yaitu terletak pada connector charger yang kadang kadang suka tidak konek (red : charger tidak mau jalan). Gejala yang terjadi biasanya kuningan connectornya berwarna agak kehitaman. Penyebabnya, kurangnya perawatan dari sang pemakai (no offence loh). Kerugiannya, charger tidak bisa berjalan seperti biasanya. Solusinya, bersihkan konektor charger secara berkala dengan menggunakan cotton bud. Dan saat ditancapkan charger nya digoyang ke atas atau kebawah. Semoga membantu. (Maxnet).

Sumber: http://maximilliano-yoko.blogspot.com/2008/03/kelemahan-sony-ericsson.html

(15)

4. untuk W-200, tidak ada tombol NO yang akan memaksa aplikasi Java berhenti, sehingga handphone menjadi hang. (entah dengan tipe lainnya) http://suarapembaca.detik.com/comment

Dengan kecanggihan teknologi informasi, sekarang sudah tidak aneh lagi dengan namanya handphone. Sekarang banyak anak muda atau remaja yang menginginkan handphone yang canggih multimedia. Sony Ericsson kurang memuaskan karena Sony Ericsson jarang mengeluarkan handphone yang berbasis symbian walaupun ada hanya beberapa seperti di seri P. Sony Ericsson kurang cepat tanggap terhadap pasar contohnya model, di saat model qwerty sedang baik Sony Ericsson masih belum memiliki produk yang bermodel qwerty dan model yang disajikan monotone tidak seperti pesaingnya Nokia yang memiliki ragam model. Pengoperasian yang dianggap agak rumit dan juga tambahan seperti aplikasi, aksesoris agak susah didapatkan, adapun harganya mahal. Dalam bersaing di Smartphone Sony Ericsson juga masih belum bisa bersaing dengan baik. Di pasar eropa, Inggris menolak meluncurkan produk smartphone Sony Ericsson X2 karena kalah bersaing dengan para pesaingnya, seperti Nexsus One, Iphone. Sumber: kompas.com 12-01-2010. Di Inggris, produk Sony Ericsson Satio yang juga dianggap sebagai handphone yang bagus di Indonesia, dianggap kurang memberikan kepuasan yang baik oleh konsumennya di Inggris, karena kurang memenuhi standarisasi konsumennya yang tinggi.

(16)

Sony Ericsson akan bubar Dikutip detikINET dari InformationWeek, Kamis (19/3/2009), Ericsson dilaporkan ingin berpisah dari Sony menurut berita yang dipublikasikan oleh media Jerman, Manager Magazin. Alasan yang dikemukakan adalah, Ericsson mungkin ingin berfokus pada bisnis infrastruktur telekomunikasi saja seiring terpaan krisis ekonomi yang berimbas cukup besar pada industri ponsel. Sony Ericsson memang masih masuk lima besar pabrikan ponsel terbesar dunia. Namun persaingan kian hari kian ketat. Di pasar ponsel high end misalnya, keberadaan Apple, Research in Motion dan Nokia melemahkan posisi Sony Ericsson. Jika benar Ericsson meninggalkan Sony Ericsson, pihak Sony dilaporkan tertarik memiliki saham yang ada. Saat ini, Ericsson dan Sony berbagi kepemilikan atas Sony Ericsson. Juru bicara Ericsson menolak dimintai tanggapan mengenai rumor ini. Namun CEO Ericsson Carl-Henric Scanberg sebelumnya pernah menyatakan mereka masih berkomitmen untuk melanjutkan kerja sama dengan Sony.

(fyk/faw) sumber: http://www.detikinet.com/read/2009/

Dari masalah yang ada dalam Sony Ericsson, bisa saja mempengaruhi asumsi ataupun persepsi konsumen terhadap produk Sony Ericsson.

(17)

teman dan masyarakat disekitarnya. Bagi yang menerima informasi yang disebarkan, kepuasan makan direstoran itu akan menjadi suatu pengalaman, meskipun bukan diri sendiri yang mengalaminya, melainkan melalui pengalaman orang lain yang disebarkan dari mulut ke mulut. Pengalaman itu akan membentuk persepsi terhadap restoran. Dalam hal ini, dapat dinyatakan pengalaman mempengaruhi persepsi (Bellenger dan Moschis, 1982). Persepsi baik dari konsumen akan membuat konsumen lebih loyal terhadap suatu produk dan akan dilanjutkan dengan pembelian ulang.

Berikut adalah data penjualan Sony Ericcson, Tabel 1.3

Tahun Penjualan 2007 88.7% 2008 85.4% 2009 76.8% Sumber: Sony Ericcson Surabaya

(18)

Produk yang ditawarkan oleh perusahaan dapat menjadi salah satu pembentukan persepsi dan sikap konsumen. Dalam Sukarno (2005:138) sikap memainkan peranan utama dalam pembentukan perilaku individu dalam hal pembelian suatu merek. Dalam memutuskan produk atau merek apa yang akan dibeli, toko mana yang dijadikan langganan, konsumen akan secara khas melakukan pemilihan terhadap suatu merek atau produk evaluasi.

Perilaku komsumen dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi, psikologis. Berdasarkan latar belakang yang ada diatas maka penulis tertarik untuk melakukan subuah penelitian dengan tema “Pengaruh Persepsi Dan Sikap Konsumen Terhadap Minat Beli Ponsel Sony Ericsson Di Surabaya“ 1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1.2.1 Apakah persepsi berpengaruh pada Sikap konsumen terhadap ponsel Sony Ericsson di Surabaya?

1.2.2 Apakah Sikap konsumen berpengaruh pada minat beli konsumen terhadap ponsel Sony Ericsson di Surabaya?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

(19)

1.3.1.2 Menganalisis pengaruh sikap konsumen terhadap minat beli ponsel Sony Ericsson

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Bagi peneliti selanjutnya merupakan salah satu sumber pengetahuan yang dapat digunakan sebagai informasi dan referensi untuk penelitian maupun penulisan skripsi yang mengambil tema yang sama.

1.3.2.2 Bagi lembaga setidak – tidaknya sebagai salah satu sumbangan untuk pengembangan keilmuan dan bisa digunakan sebagai tinjauan pustaka.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Dewi Urip Wahyuni yang

berjudul “ Pengaruh Motivasi, Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap

Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek “Honda” di Kawasan

Surabaya Barat”. Penelitian yang dilakukan adalah menganalisis

pengaruh motivasi, persepsi, dan sikap konsumen terhadap keputusan

pembelian motor merek Honda di kawasan Surabaya Barat. Variabel

yang digunakan adalah motivasi, persepsi, sikap konsumen, dan

keputusan pembelian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah random sampling pada masyarakat pembeli dan pengguna

sepeda motor merek “Honda” di kawasan Surabaya Barat. Jumlah

sampel menggunakan sampel besar yaitu > 30 ( Djarwanto, 1999 : 4 )

yaitu 125 orang. Menurut Nazir ( 1998 : 221 ) jumlah sampel

ditetapkan atas pertimbangan pribadi, dengan catatan bahwa sampel

tersebut cukup mewakili populasi dengan pertimbangan biaya dan

waktu. Metode statistik yang digunakan adalah program SPSS adapun

teknik analisis data diuraikan sebagai berikut: Analisis Regresi Linier

Berganda, Koefisien Dertiminasi Berganda (R2), Koefisien Korelasi

Berganda ( R ), Koefisien Korelasi Prasial ( r ). Dari hasil yang

(21)

dan sikap konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan

pembelian dalam hal ini ditandai oleh adanya T hitung lebih besar dari

t tabel 730,302 > 2,427 sig = 0,000 lebih kecil dari dengan α = 0,05.

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel – variabel tersebut

merupakan jawaban atas masalah penelitian ini.

2. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Gendut Sukarno ( Majalah

Ekonomi, Tahun XIV, No.2 Agustus 2005 ) dengan kajiannya yang

berjudul “ Penggunaan Consumer Decesion Model ( CDM ) Dalam

Pengukuran Efektifitas Iklan Shampo Merek Pantene “. Ada beberapa

variabel dalam penelitian ini yaitu pesan iklan atau information,

Pengenalan merek atau Brand recognition, sikap konsumen atau

attitude, keyakinan konsumen atau confidence, niat beli atau intention,

dan pembelian atau purchase. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah masyarakat kawasan Surabaya Timur dengan

kriteria pengguna shampo Merek Pantene serta telah melihat iklan

shampo merek Pantene di televisi. Teknik penentuan sampel yang

digunakan adalah sample random sampling dengan indikator 21 buah

dan sampel yang diambil 147 responden. Teknik analisis yang

digunakan adalah analisis Stuctural Equation Modeling ( SEM )

dengan program AMOS 4.0. Dalam penelitian ini dapat dikatakan

adanya hubungan positif dapat diterima antara informasi dengan

pengenalan merek, sikap konsumen dengan minat beli konsumen,

(22)

hubungan positif tidak dapat diterima antara pengenalan merek dengan

sikap konsumen, pengenalan merek keyakinan, informasi dengan sikap

konsumen, informasi dengan keyakinan konsumen.

2.1.2 Perbandingan

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya

adalah variabel minat beli, persepsi dan sikap konsumen.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya

adalah objek dan tempat penelitian. Penelitian sebelumnya melakukan

penelitian pada motor merek Honda dan Shampo Pantene, di Surabaya.

Penelitian yang saat ini dilakukan di Surabaya dengan obyek ponsel

Sony Ericsson.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pemasaran

2.2.1.1 Pengertian Pemasaran

Pemasaran telah menjadi faktor kunci sukses bisnis. Pemasaran (

Kotler dan Armstrong, 1992 : 6 ) adalah suatu proses sosial dan manajerial

dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan

produk dan nilai dengan pihak lain.

Sedangkan menurut Stanton ( 1995) Dalam Umar ( 2003 : 31 ),

Pemasaran meliputi keseluruhan system yang berhubungan dengan

kegiatan – kegiatan usaha yang bertujuan merencanakan, menentukan

(23)

yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik aktual maupun yang

potensial.

Asosiasi pemasaran Amerika dalam Kotler ( 2007 : 06 ),

mengemukakan bahwa pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan

seperangkat proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan

menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan

dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemilik sahamnya.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

pemasaran adalah seluruh kegiatan usaha yang bertujuan untuk memenuhi

keinginan dan kebutuhan konsumen.

2.2.1.2 Manajemen Pemasaran

Menurut Kotler dalam Swastha dan Irawan ( 1990 : 07 ), Manajemen

pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan program – program yang ditujukan untuk mengadakan

pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai

tujuan organisasi.

Manjemen pemasaran tidak saja menyangkut pencarian dan

peningkatan permintaan, tetapi juga menyangkut pengubahan atau bahkan

pengurangannya. Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan,

pelaksanaan, dan pengendalian atas program yang dirancang untuk

menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang

menguntungkan dengan pembeli sasaran dengan maksud untuk mencapai

(24)

Asosiasi pemasaran Amerika dalam Kotler ( 2007 : 06 ),

mengemukakan bahwa manjemen pemasaran sebagai seni dan ilmu

memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan

pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan dan mengomunikasikan

nilai pelanggan yang unggul.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

manajemen pemasaran adalah melakukan analisa, membuat rencana,

melaksanakan, dan mengendalikan program yang telah dirancang untuk

mengadakan pertukaran dengan pasar dengan maksud mencapai tujuan

organisasi.

2.2.1.3 Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran adalah suatu manajemen dalam bidang pemasaran

yang berorientasi kepada kebutuhan dan keinginan konsumen dengan

didukung oleh kegiatan pemasaran terpadu yang diarahkan untuk

memberikan kepuasan konsumen sebagai kunci keberhasilan organisasi

dalam usahanya mencapai tujuan yang telah ditetapkan ( Assauri, 2007 :

81 ).

Menurut Kotler dan Armstrong ( 1992 : 15 ), konsep pemasaran

menyatakan bahwa kunci untuk mencapai sasaran organisasi tergantung

pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan pemberian

kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan lebih efisien dari yang

(25)

Menurut Swastha dan Irawan ( 1990 : 07 ), konsep pemasaran

bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan

pembeli atau konsumen.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

konsep pemasaran menentukan keinginan dan kebutuhan pasar agar dapat

memberikan kepuasan kepada konsumen yang melebihi kepuasan yang

diberikan oleh pesaing.

2.2.2 Perilaku Konsumen

2.2.2.1 Pengertian Perilaku Konsumen

Menurut Setiadi ( 2003 : 03 ), perilaku konsumen adalah tindakan yang

langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan

produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan

menyusuli tindakan ini.

Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk ( 1994 : 07 ), dalam

Sumarwan ( 2004 : 25 ), istilah perilaku konsumen diartikan sebagai

perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli,

menggunakan, mengevaluasi dan menghasilkan produk dan jasa yang

mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.

Sumarwan ( 2004 : 26 ), mengemukakan bahwa perilaku konsumen

adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong

tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli,

menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal – hal

(26)

2.2.2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut Setiadi ( 2003 : 11 ), terdapat empat faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumen yaitu :

1. Faktor – Faktor kebudayaan :

Kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari

keinginan dan perilaku seseorang. Bila mahluk – mahluk lainnya bertindak

berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari.

Sub – Budaya

Setiap kebudayaan terdiri dari sub–budaya – sub-budaya yang lebih

kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik

untuk anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis :

Kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area

geografis.

Kelas sosial

Kelas – kelas sosial adalah kelompok – kelompok yang relatif

homogen dan bertahan dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara

hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat, dan perilaku yang

(27)

2. Faktor – faktor Sosial :

Kelompok Referensi

Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang

mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap

atau perilaku seseorang.

Keluarga

Terdapat perbedaan antara dua keluarga dalam kehidupan pembeli,

yang pertama adalah : keluarga orientasi, yang merupakan orang tua

seseorang. Dari orang tualah seseorang mendapatkan pandangan tentang

agama, politik, ekonomi, dan merasakan ambisi pribadi nilai atau harga

diri dan cinta. Keluarga prokreasi, yaitu pasangan hidup anak – anak

seseorang keluarga merupakan organisasi pembeli dan konsumen yang

paling penting dalam suatu masyarakat dan telah diteliti secara insentif.

Peran dan Status

Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya

seperti dalam keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap

kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status.

3. Faktor – faktor Pribadi :

Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga.

Beberapa penelitian akhir telah mengidentifikasi tahapan – tahapan dalam

(28)

perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani

hidupnya.

Pekerjaan

Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok – kelompok pekerja

yang memiliki minat diatas rata – rata terhadap produk dan jasa tertentu.

Keadaan Enkonomi

Keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari pendapatan yang

dibelanjakan, tabungan dan hartanya, kemampuan untuk meminjam dan

sikap mengeluarkan lawan menabung.

Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan

oleh kegiatan, minat dan pendapatan seseorang. Gaya hidup

menggambarkan “seseorang secara keseluruhan” yang berinteraksi dengan

lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial

seseorang.

Kepribadian dan Konsep Diri

Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap

orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif

(29)

4. Faktor – Faktor Psikologis

Motivasi

Teori motivasi Freud, mengamsumsikan bahwa kekuatan – kekuatan

psikologis yang sebenarnya membentuk perilaku manusia sebagian besar

bersifat dibawah sadar.

Teori motivasi Maslow, menjelaskan kebutuhan manusia tersusun

dalam suatu hierarki, dari kebutuhan yang paling mendesak hingga yang

paling kurang mendesak,

Teori motivasi Herzberg, mengembangkan “ teori motivasi dua faktor

“ yang membedakan antara faktor yang menyebabkan ketidak puasan dan

faktor yang menyebankan kepuasan.

Persepsi

Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih,

mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan

suatu gambaran yang berarti dari dunia ini.

Proses Belajar

Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang

timbul dari pengalaman.

Kepercayaan dan Sikap

Kepercayan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang

(30)

2.2.2.3 Peran Pembelian Konsumen

Pemasar perlu mengetahui peran konsumen dalam pembelian. Menurut

Kotler dan Armstrong ( 1992 : 198 ), terdapat beberapa peran dalam

keputusan pembelian :

1. Pemrakarsa ( initiator ) : orang yang pertama – tama memberikan

pendapat atau pikiran untuk membeli produk atau jasa tertentu.

2. Pemberi pengaruh ( influence ) : orang yang pandangan atau

nasihatnya memberi bobot dalam pengambilan keputusan akhir.

3. Pengambil keputusan ( decider ) : orang yang sangat menentukan

sebagian atau keseluruhan keputusan pembelian.

4. Pembeli ( buyer ) : orang yang akan melakukan pembelian nyata.

5. Pemakai ( user ) : orang yang mengkonsumsi atau menggunakan

produk atau jasa.

2.2.2.4 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Menurut Angipora ( 1999 : 145 ), konsumen memiliki lima tahap

untuk mencapai sesuatu keputusan pembelian dan hasilnya yaitu : tahap

pengenalan masalah, tahap pencarian informasi, tahap evaluasi alternatif,

tahap keputusan pembelian, dan tahap perilaku pasca pembelian. Lihat

gambar berikut:

Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

(31)

Secara terperinci tahap – tahap tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut :

1. Pengenalan masalah. Pada tahap ini konsumen mengenali sebuah

kebutuhan, keinginan atau masalah. Kebutuhan pada dasarnya dapat

dirangsang oleh rangsangan dari dalam atau dari luar.

2. Pencarian informasi. Calon konsumen yang telah dirangsang untuk

mengenali kebutuhan, dan keinginan tersebut, akan mencari informasi

lebih lanjut. Kalau dorongan kebutuhan dan keinginan tersebut kuat

dan saluran pemuas kebutuhan berada di dekatnya tentunya sangat

mungkin konsumen segera membelinya.

3. Evaluasi alternatif. Setelah mendapat informasi yang cukup, maka

tahap selanjutnya adalah bagaimana konsumen menggunakan

informasi tersebut untuk tiba pada satu pilihan merek akhir dan

bagaimana konsumen memilih di antara merek – merek alternatif.

4. Keputusan membeli. Keputusan pembelian baru dapat dilakukan

setelah tahap evaluasi dari berbagai merek dan ciri telah disusun

menurut peringkat yang akan membentuk niat membeli terhadap

merek yang paling disukai. Niat membeli juga dipengaruhi oleh sikap

orang lain dan situasi yang tidak diinginkan, yang secara langsung atau

tidak langsung akan mempengaruhi atau mengubah niat pembelian

5. Perilaku sesudah pembelian. Tugas perusahaan pada dasarnya tidak

hanya berakhir setelah konsumen membeli produk yang dihasilkan,

(32)

memonitor apakah konsumen akan mengalami tingkat kepuasan atau

ketidak puasan setelah menggunakan produk yang dibeli

2.2.3 Sikap Konsumen

2.2.3.1 Pengertian Sikap Konsumen

Menurut Setiadi ( 2003 : 214 ), sikap merupakan salah satu konsep

yang paling penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen.

Jika kita analogikan dengan sikap konsumen terhadap suatu merek berarti

sikap terhadap merek yaitu mempelajari kecenderungan konsumen untuk

mengevaluasi merek baik disenangi ataupun tidak disenangi secara

konsisten.

Menurut Schiffman dan Kanuk ( 1994 : 240 ) dalam Sumarwan ( 2002

: 136 ), mengidentifikasikan sikap sebagai “attitudes are an expression of

inner feelings that reflect wether a person is favorably on unfavorably

predisposed to some object”. Yang artinya sikap adalah ekspresi dari

persaan dalam diri seseorang yang merefleksikan perasaan senang atau

tidak senang terhadap suatu objek.

Engel, Blackwell, dan Miniard ( 1993 ) dalam Sumarwan ( 2002 : 136

), mengemukakan bahwa sikap menujukkan apa yang konsumen sukai dan

yang tidak disukai.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap

merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah

(33)

konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut (

Sumarwan, 2002 : 136 )

2.2.3.2 Fungsi – Fungsi Sikap

Danien Kazt dalam Setiadi ( 2003 : 215 ) mengklasifikasikan empat

sikap yaitu :

1. Fungsi Utilitarian

Merupakan fungsi yang berhubungan dengan prinsip – prinsip dasar

imbalan dan hukuman. Disini konsumen mengembangkan beberapa

sikap terhadap produk atas dasar apakah suatu produk memberikan

kepuasan atau kekecewaan.

2. Fungsi Ekspresi Nilai

Konsumen mengembangkan sikap terhadap suatu merek produk bukan

didasarkan atas manfaat produk itu, tetapi didasarkan atas kemampuan

merek produk itu mengekspresikan nilai – nilai yang ada pada dirinya.

3. Sikap yang dikembangkan oleh konsumen cenderung untuk membeli

dari tantangan eksternal maupun perasaan internal, sehingga membentuk

fungsi mempertahankan ego.

4. Fungsi Pengetahuan

Sikap membantu konsumen mengorganisasikan informasi yang begitu

banyak yang setiap hari dipaparkan pada dirinya. Fungsi pengetahuan

dapat membantu konsumen mengurangi ketidakpastian dan kebingungan

dalam memilah – milah informasi yang relevan dan tidak relevan dengan

(34)

2.2.3.3 Model Sikap

Menurut Sutisna ( 2001 : 100 ) dalam Sukarno ( 2005 : 139 ), terdapat

tiga indikator sikap yang menghubungkan antara kepercayaan terhadap

merek, evaluasi, dan sikap berkeinginan yaitu kognotif, efektif, dan konatif

seperti yang digambarkan dalam gambar berikut ini :

Gambar 2.2 Tiga Komponen Sikap

Menurut Schiffman dan Kanuk , ( 1994 ); Engel, Blackwell, dan

Miniard ( 1993 ) dalam Sumarwan ( 2002 : 147 ), secara rinci ketiga

komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kognitif adalah pengetahuan dan persepsi konsumen, yang

diperoleh dari pengalaman dengan suatu objek sikap dan informasi

dari berbagai sumber. Pengetahuan dan persepsi ini biasanya

berbentuk kepercayaan ( belief ), yaitu konsumen mempercayai

bahwa produk memiliki sejumlah atribut. Kognitif ini sering juga

disebut sebagai pengetahuan dan kepercayaan konsumen.

2. Afektif menggambarkan emosi dan perasaan konsumen, Schiffman

dan Kanuk ( 1994 ) dalam Sumarwan ( 2002 : 147 ) menyebutnya KOMPONEN KOGNITIF

kepercayaan terhadap merek

KOMPONEN AFEKTIF Evaluasi merek

(35)

sebagai “ as primary evaluative in nature “, yaitu menunjukan

penilaian langsung dan umum terhadap suatu produk, apakah

produk itu disukai atau tidak disukai; atau apakah produk ini baik

atau buruk.

3. Konatif menunjukan tindakan seseorang atau kecenderungan

perilaku terhadap suatu objek, Engel, Blacwell, dan Miniard ( 1993

) dalam Sumarwan ( 2002 : 147 ), konatif berkaitan dengan

tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh konsumen terhadap

pembelian dan seiring juga disebut intention.

2.2.4 Persepsi

Menurut Stephen P. Robbins ( 2003 : 160 ), persepsi merupakan suatu

proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan

kesan – kesan indra mereka agar memberikan makna bagi lingkungan

mereka.

Menurut Kotler ( 1997 ) persepsi adalah proses memilih, menata,

menafsir stimuli yang dilakukan seseorang agar mempunyai arti tertentu.

Stimuli adalah rangsangan fisik, visual dan komunikasi verbal dan non

verbal yang dapat mempengaruhi respon seseorang ( Sodik, 2003 ).

Pengalaman dan persepsi merupakan dua variabel psikografis yang

dapat digunakan untuk memengaruhi perilaku. Kedua variabel ini bisa

saling bertukar dalam urutan. Sebagai contoh, seorang konsumen yang

sangat puas setelah makan di suatu restoran, tanpa diminta oleh

(36)

masyarakat di sekitarnya. Bagi orang yang menerima informasi yang

disebarkan, kepuasan makan di restoran itu akan menjadi suatu

pengalaman, meskipun bukan diri sendiri yang mengalaminya, melainkan

hanya melalui pengalaman orang lain yang disebarkan dari mulut ke

mulut. Pengalaman itu akan membentuk persepsi terhadap restoran. Dalam

hal ini, dapat dinyatakan bahwa pengalaman memengaruhi persepsi

(Bellenger dan Moschis, 1982).

Persepsi dibentuk melalui pengalaman dan jaminan. Pengalaman

bersumber dari informasi dari mulut ke mulut dan pengalaman sendiri.

Jaminan bisa tangibel atau intangibel. Jaminan dapat diukur dari

kepemilikan sertifikat, pelayanan purna jual, dan karyawan (Tangsrud dan

Smith, 2001).

Stimulus dalam pemasaran, di antaranya, iklan, penjualan pribadi,

harga, dan mutu produk. Aplikasi paling penting persepsi konsumen dalam

strategi pemasaran adalah harga. Persepsi harga secara langsung

memengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas merek dan akhirnya

akan menentukan perilaku pembelian mereka. Konsumen mempunyai

harapan tertentu akan harga yang seharusnya. Ekspektasi harga ini

mungkin merefleksikan harga aktual. Konsumen sering mengasosiasikan

level harga dengan kualitas produk (Assael, 2001).

Menurut Assael (2001), karakteristik stimulus dan karakteristik

(37)

elemen sensor dan struktural. Elemen sensor dibentuk oleh warna, bau,

suara, dan rasa.

Sweeney dan Soutar (2002) mengembangkan teknik pengukuran

persepsi pelanggan atas barang tahan lama. Ada empat dimensi yang

mereka turunkan untuk mengukur persepsi pelanggan tersebut yaitu harga,

kualitas, sosial, dan emosional. Tingkat kepentingan masing-masing

dimensi ini berbeda berdasarkan alasan pembelian. Fungsi emosional

ditemukan merupakan faktor yang paling penting dalam memengaruhi

keinginan untuk membeli. Kualitas ditemukan menjadi pertimbangan

utama dalam menurunkan harapan permasalahan yang timbul dalam

penggunaan barang.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

persepsi konsumen terhadap suatu produk, mengenai harga, pengalaman,

kualitas, informasi adalah hal penting yang menjadi pertimbangan oleh

konsumen untuk memilih suatu merek produk.

2.2.5 Minat Beli

Minat beli ( willingness to buy ) dapat didefinisikan sebagai

kemungkinan bila pembeli bermaksud untuk membeli produk ( Doods,

Monroe, dan Grewal, 1991 ). Sedangkan menurut Sukarno ( 2005 : 140 ),

minat beli merupakan keinginan yang direncanakan sepenuhnya oleh

konsumen untuk melakukan pembelian secara nyata.

Menurut Kotler ( 1998 ), minat konsumen adalah seberapa besar

(38)

kemungkinan konsumen berpindah dari satu merek ke merek lainnya.

Sedangkan menurut Rositter dan Perey ( 1987 ) dalam Sukarno ( 2005 :

140 ), minat pembelian konsumen adalah “ brand purchase the brand ( or

take other relevant purchase-related action)”. Definisi tersebut

mengandung pengertian bahwa minat pembelian terhadap suatu merek

adalah perintah seseorang pembeli kepada dirinya sendiri untuk membeli

sebuah merek produk atau untuk mengambil tindakan lain yang

berhubungan dengan pembelian. Untuk membeli sebuah merek produk

atau untuk mengambil tindakan lain yang berhubungan dengan pembelian.

Menurut Ferdinand ( 2002 : 129 ), minat beli dapat diidentifikasi melalui

empat indicator yaitu :

1. Minat transaksional, merupakan kecenderungan seseorang untuk

melakukan pembelian produk.

2. Minat referensial, merupakan kecenderungan seseorang untuk

mereferensikan produk yang telah dibelinya kedapada orang lain.

3. Minat preferensial, merupakan minat yang menggambarkan perilaku

seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk yang telah

dikonsumsi.

4. Minat eksploratif, merupakan minat yang menggambarkan perilaku

seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang

diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat – sifat

(39)

2.2.6 Pengaruh Persepsi Terhadap Sikap Konsumen

Menurut Barelson dan Steiner dikutip Kotler ( 1987 : 164 ) persepsi

adalah proses yang digunakan seorang individu untuk memilih,

mengorganisasi, dan menginterpretasikan masukan – masukan informasi

guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.

Lebih spesifik lagi Leavit ( 1992 : 27 ) menyatakan bahwa persepsi

dalam arti sempit adalah penglihatan, “ Bagaimana cara seseorang melihat

sesuatu”, sedangkan dalam arti luas yaitu bagaimana seseorang

memandang atau mengartikan sesuatu.

Assel ( 1995 ) dalam Sodik ( 2003 ) menyebutkan bahwa persepsi

terhadap suatu produk melalui proses itu sendiri terkait dengan

komponennya ( kemasan, bagian produk, bentuk ) serta komunikasi yang

ditunjukan untuk mempengaruhi perilaku konsumen yang mencerminkan

produk melalui latar kata – kata, gambar dan simbolisasi atau melalui

stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk ( harga, tempat, penjualan,

dampak dari Negara penjualan ). Informasi yang diperoleh dan diproses

konsumen akan membentuk preferensi ( pilihan ) seseorang terhadap suatu

objek. Preferensi akan membentuk sikap konsumen terhadap suatu objek,

yang pada gilirannya akan sikap ini seringkali secara langsung akan

mempengaruhi apakah konsumen akan membeli suatu produk atau tidak.

Sehingga dapat diketahui bahwa persepsi tercipta karena adanya

(40)

sesuatu dimana seseorang memiliki kepercayaan dan sikap guna

memenuhi kebutuhan untuk melakukan pembelian.

2.2.7 Pengaruh Sikap Konsumen terhadap Minat Beli Konsumen

Dalam penelitian yang telah dilakukan Sukarno ( 2005 : 138 ), sikap

memainkan peranan utama dalam pembentukan perilaku individu, dalam

hal ini pembelian terhadap suatu produk atau merek konsumen akan secara

khas melakukan pemilihan terhadap suatu merek atau produk dievaluasi

secara paling menguntungkan. Menurut Kotler ( 2002 ) dalam Sukarno (

2005 : 139 ), menyatakan sikap adalah evaluasi, perasaan emosional dan

kecenderungan tindakan menguntungkan atau tidak menguntungkan dan

bertahan lama dari seseorang terhadap suatu objek atau gagasan.

Sedangkan menurut Rositter dan Perey ( 1987 ) dalam Sukarno ( 2005

: 140 ), minat pembelian konsumen adalah “ brand purchase the brand (

or take other relevant purchase-related action)”. Definisi tersebut

mengandung pengertian bahwa minat pembelian terhadap suatu merek

adalah perintah seseorang pembeli kepada dirinya sendiri untuk membeli

sebuah merek produk atau untuk mengambil tindakan lain yang

berhubungan dengan pembelian. Untuk membeli sebuah merek produk

atau untuk mengambil tindakan lain yang berhubungan dengan pembelian.

Menurut Sutisna ( 2001 : 101 ), pengaruh kepercayaan terhadap

sikap dan pengaruh sikap terhadap perilaku secara umum bergantung pada

keterlibatan konsumen dengan pembeliannya. Ketika konsumen

(41)

pengaruh yang menyebabkan keputusan untuk membeli ( pertama

konsumen mempunyai kepercayaan terhadap merek, dan kemudian

memutuskan apakah membeli atau tidak). Menurut Mowen ( 2002 ) dalam

Sukarno ( 2005 : 139 ) menyatakan bahwa kepercayaan konsumen adalah

semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan

yang dibuat oleh konsumen tentang objek, atribut, dan manfaatnya.

Dimana kesemuanya itu merupakan bagian dari proses pembelajaran

kognitif. Dengan menanamkan suatu kepercayaan atau keyakinan pada diri

konsumen maka akan lebih mudah untuk mendapatkan respon atau

tanggapan dari usaha pemasar sesuai tujuannya yaitu mempengaruhi

konsumen agar membeli produknya.

Pembentukan sikap terhadap merek menurut Burke dan Edell ( 1989) ;

Mackenzie, Lutz dan Blech ( 1986 ) dipengaruhi secara langsung oleh

persepsi konsumen terhadap produk atau pesan. Sikap terhadap merek

diawali oleh proses kognitif yang berkerja terhadap rangsangan. Kemudian

akan mempengaruhi minat beli konsumen terhadap produk yang

ditawarkan.

Menurut Howard (1994) ( Durianto dan Liana, 2004 : 44 ) minat beli

merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk

membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan

pada periode tertentu. Dapat dikatakan bahwa minat beli pernyataan

mental dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah

(42)

pemasar untuk mengetahui minat beli konsumen terhadap suatu produk,

baik para pemasar dan ahli ekonomi menggunakan variabel minat untuk

memprediksi perilaku konsumen dimasa yang akan datang.

Menurut Kinnear dan Taylor (1995), ( Thamrin 2003 : 142 ) minat beli

adalah merupakan bagian komponen dari perilaku konsumen dalam sikap

mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak sebelum

keputusan membeli benar – benar dilaksanakan.

2.3 Kerangka Konseptual

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

PERSEPSI

( X1)

MINAT BELI (Y) Sikap

(43)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka konseptual diatas maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga Persepsi berpengaruh positif terhadap Sikap konsumen ponsel

Sony Ericsson di Surabaya.

2. Diduga Sikap Konsumen berpengaruh positif terhadap minat beli

(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

3.1.1 Definisi Operasional Variabel

Untuk membatasi faktor – faktor motivasi dan prestasi kerja kedalam

pengertian yang sesuai dengan lingkungan penelitian ini maka dikemukan

Definisi operasional dan Pengukuran variabel. Tujuannya adalah agar

konsep yang digunakan dapat diukur secara empiris, serta menghindari

terjadinya kesalahan penafsiran dan pengertian yang berbeda.

Definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Persepsi (X1)

Persepsi merupakan proses dari seorang konsumen untuk memilih

yang nantinya akan memberikan manfaat atau makna baginya.

Indikator variabel ini antara lain :

a. Harga (X11) harga merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan

konsumen untuk mendapatkan suatu produk. Persepsi harga secara

langsung memengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas merek

dan akhirnya akan menentukan perilaku pembelian mereka.

Konsumen mempunyai harapan tertentu akan harga yang

(45)

b. Kualitas (X12) adalah tingkat karakteristik yang melekat pada

produk yang mencukupi persyaratan atau keinginan konsumen.

c. Pengalaman (X13) adalah peristiwa yang dialami konsumen

terhadap suatu produk, pengalaman baik atau buruk.

2. Sikap Konsumen ( X2)

Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang ponsel

Sony Ericsson apakah disukai atau tidak disukai, dan sikap juga bisa

menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan

manfaat dari ponsel tersebut.

Dibawah ini adalah indikator dari sikap konsumen menurut Sutisna (

2001 : 100 ), antara lain :

a. Kepercayaan terhadap merek (X21), Kepercayaan terhadap merek

(kognitif) merupakan pengetahuan dan kepercayaan konsumen

terhadap suatu merek atau produk.

b. Evaluasi merek (X22), Evaluasi merek (afektif) menggambarkan

perasaan dan emosi seseorang yang merupakan evaluasi

menyeluruh terhadap merek atau produk.

c. Niatan untuk membeli (X23), Niatan untuk membeli (konatif)

merupakan tindakan atau perilaku yang akan dilakukan oleh

(46)

3. Minat Beli (Y1)

Minat beli adalah seberapa besar kemungkinan konsumen membeli

ponsel merek Sony Ericsson atau seberapa besar kemungkinan

konsumen berpindah dari merek Sony Ericsson ke merek lainnya.

Menurut Ferdinand ( 2002 : 129 ), minat beli dapat diidentifikasi

melalui empat indikator yaitu :

Y11 = Minat Transaksional

Merupakan kecenderungan seseorang untuk melakukan

pembelian produk.

Y12 = Minat Referensial

Merupakan kecenderungan seseorang untuk mereferensikan

produk yang telah dibelinya kepada orang lain.

Y13 = Minat Preferensial

Merupakan minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang

memiliki preferensi utama pada produk yang telah dikonsumsi.

Y14 = Minat Eksploratif

Merupakan minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang

selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan

mencari informasi untuk mendukung sifat – sifat positif dari

produk yang ditanganinya.

3.1.2 Pengukuran Variabel

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekala interval,

(47)

menyatakan baik. Penggunaan skala interval dikarenakan skala interval

tidak hanya mengelompokan individu menurut kategori tertentu dan

menentukan urutan kelompok, namun juga mengukur besaran (magnitude)

perbedaan preferensi antar individu ( Sekaran, 2006 : 18 ).

Sedangkan teknik pengukuran skala yang digunakan dalam penelitian

ini untuk mengukur variabel adalah skala diferensial semantic ( sematic

differential scale), penggunaan skala diferensial simantik (semantic

differential scale) karena skala ini dipakai untuk menilai sikap responden

terhadap merek, iklan, objek, atau orang tertentu ( Sekaran, 2006 : 32 ).

Sangat tidak Setuju Sangat Setuju

Kesimpulan jawaban dengan nilai antara 1 sampai 3 adalah canderung

buruk sedangkan nilai 4 sampai 7 adalah cenderung baik.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi, populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang,

kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang berkunjung di

Plasa Marina, Tunjungan Plaza, World Trade Centre (WTC), Sony

Ericsson pusat, Surabaya.

b. Sampel, teknik pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sampel non probabilitas ( Non Probability Sampling)

yaitu penentuan sampel tidak secara acak dengan purposive

(48)

sampling digunakan karena pengambilan sampel dalam penelitian

ini terbatas pada jenis orang tertentu yang dapat memberikan

informasi yang diinginkan karena mereka adalah satu – satunya

yang memilikinya atau memenuhi beberapa criteria yang

ditentukan oleh peneliti ( Sekaran, 2006 : 136 ). Karakteristik atau

kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Seluruh konsumen, peminat yang berkunjung ke Plasa

Marina, Tunjungan Plaza, World Trade Centre (WTC),

Sony Ericsson Pusat, Surabaya yang ditemui pada saat

dilakukan pengambilan sampel oleh peneliti.

2. Batasan usia 13 – 55 Tahun,

Pedoman pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. 100 – 200 sampel untuk teknik Maxium Likehood Estimation.

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi.

Pedomannya adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang di

estimasi.

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam

seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator

dikali 5 sampai 10. Bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel

(49)

diambil sebanyak

(

10×10

)

=100responden, untuk menghindari

outlier, kuesioner yang disebarkan 120 lembar kuesioner.

3.3 Jenis Data

a. Data Primer, data primer yaitu data yang diperoleh dari tangan pertama

oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik

studi. Data primer dapat diperoleh dari responden individu, kelompok

fokus dan panel yang secara khusus ditentukan peneliti.

b. Data Sekunder, data sekunder yaitu data yang diperoleh atau

dikumpulkan dari sumber yang telah ada misalnya catatan atau

dokumentasi perusahaan, publikasi, analisis industri oleh media, situs

web, internet dan sebagainya.

3.4 Pengumpulan Data

a. Kuesioner, pengumpulan data dengan kuesioner membantu untuk

membangun hubungan dengan responden ketika memperkenalkan survey,

memberikan klarifikasi yang diminta oleh responden langsung ditempat

dan mengumpulkan kuesioner segera setelah diisi. Adanya kontak

langsung antara peneliti dan responden akan menciptakan suatu kondisi

yang cukup baik sehingga responden dengan sukarela akan memberikan

(50)

b. Dokumentasi, pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat data,

dokumen atau arsip dan mempelajari hal – hal yang diperlukan untuk

penelitian.

3.5 Teknik Analisis

Teknik analisis data yang dipergunakan didalam penelitian ini adalah

teknik Structural Equation Modeling ( SEM ). SEM merupakan

sekumpulan teknik – teknik statistical yang memungkinkan pengujian

sebuah rangkaian hubungan yang relative “rumit” secara simultan. (

Ferdinand, 2002 : 06 ). Sebuah pemodelan SEM yang lengkap pada

dasarnya terdiri dari Measurement Model dan Structural Model.

Measurement Model atau model pengukuran ditujukan untuk

meninformasi sebuah dimensi atau faktor berdasarkan indikator

empirisnya. Structural Model adalah model mengenai struktur hubungan

yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antara faktor. Menurut (

Ferdinand, 2002 : 24 ) untuk membuat permodelan yang lengkap terdapat

beberapa langkah yaitu:

1. Pengembangan model berbasis teori, dalam pengembangan

model teoritis, seorang peneliti harus melakukan serangkaian

eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka yang intens guna

mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang dikembangkan.

2. Pengembangan diagram alur untuk menunjukan hubungan

(51)

pertama akan digambarkan dalam sebuah path diagram (

Diagram alur ). Path diagram ( Diagram alur ) akan

mempermudah peneliti melihat hubungan – hubungan kausalitas

yang ingin diuji.

3. Konversi diagram alur kedalam serangkaian persamaan structural

dan spesifikasi model pengukuran. Peneliti dapat memulai

mengkonversi spesifikasi model tersebut kedalam rangkaian

persamaan. Persamaan yang akan dibangun terdiri dari:

a. Persamaan struktural ( structural equation ). Persamaan ini

dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar

berbagai konstruk.

b. Persamaan spesifikasi model pengukuran ( measurement

model ). Peneliti menentukan variabel mana mengukut

konstruk mana serta menentukan serangkaian matriks yang

menunjukan korelasi yang dihipotesakan antar konstruk

atau variabel.

4. Memilih matrik input dan estimasi model, SEM hanya

menggunakan matrik varians / konvarians atau matrik korelasi

sebagai data input untuk keseluruhan estimasi yang digunakan.

5. Menilai problem identifikasi pada prisipnya adalah problem

(52)

untuk menghasilkan yang unik. Problem indentifikasi dapat

muncul melalui gejala berikut:

a. Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah

sangat besar.

b. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi

yang seharusnya disajikan.

c. Muncul angka – angka yang aneh seperti adanya varians

error yang negative.

d. Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien

estimasi yang di dapat.

6. Evaluasi model, pada langkah ini kesuksesan model dievaluasi

melalui telaah terhadap berbagai criteria goodness of fit.

7. Interpretasi dan modifikasi model, menginterpretasikan model

dan memodifikasikan model bagi model – model yang tidak

memenuhi syarat pengujian yang dilakukan.

3.5.1 Confimatory Factor Analysis

Model pengukuran variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini

menggunakan Confimatory Factor Analysis. Pada Confimatory Factor

Analysis atau ( CFA ) peneliti menggunakan variabel – variabel yang

(53)

secara langsung. Analisis atas indikator – indikator yang digunakan itu

memberi makna atas label yang diberikan pada variabel laten faktor laten

yang dikonfirmasi itu.

3.6 Asumsi Model

a. Uji Normalitas dan linearitas. Sebaran data harus dianalisis untuk

melihat apakah asumsi normalitas dipenuhi sehingga data dapat

diolah lebih lanjut untuk permodelan SEM ini. Normalitas dapat

diuji dengan melihat gambar histogram data dapat diuji dengan

metode – metode statistik. Uji normalitas ini perlu dilakukan baik

untuk normalitas terhadap data tunggal maupun normalitas

multivarians dimana beberapa variabel digunakan sekaligus dalam

analisis akhir uji linearitas dapat dilakukan dengan mengamati

scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat

pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya leneartas. (

Ferdinand, 2002 : 52 ).

b. Outliers, Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai – nilai

ekstrem baik secara invarians maupun multivarians yaitu yang

muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya dan

terlihat sangat jauh berbeda dari observasi – observasi lainnya.

Outliers pada dasarnya dapat muncul dalam 4 kategori:

(54)

2. Outliers muncul karena keadaan yang benar – benar khusus

yang memungkinkan profil aktanya lain daripada yang lain.

3. Outliers muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti

tidak dapat mengetahui apa penyebabnya.

4. Outliers dapat muncul dalam mengenali yang ada, tetapi bila

dikombinasi dengan variabel lainnya. Kombinasinya menjadi

tidak lazim atau sangat ekstrim atau yang biasa disebut

multivariate outliers.

Perlakuaan terhadap outliers dilakukan bergantung pada bagaimana

outliers itu muncul. Dalam analisis ini outliers dapat dievaluasi dengan

dua cara yaitu analisis terhadap univariate outliers dan analisis

terhadap multivariate outliers.

1. Univariate Outlier, deteksi terhdap adanya outliers univariate

dapat dilakukan dengan menentukan nilai ambang batas yang

akan dikategorikan sebagai outlilers dengan cara

mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standart score

atau yang biasa disebut Z-score yang mempunyai rata – rata

nol dengan standart deviasi sebesar satu. Oleh karena itu

kasus atau observasi yang mempunyai Z-score ≥30akan

(55)

2. Multivariate Outiers, evaluasi terhdap multivariate outliers

perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis

menunjukan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi

observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling

dikombinasikan. Jarak Mahalanobis ( the Mahalanobis

distance) untuk tiap observasi dapat dihitung dan akan

menunjukan jarak sebuah observasi dari rata – rata semua

variabel dalam sebuah ruang multidimensional ( Hair dkk,

1995 : Nomusis, 1994 : Tabueric & Fidell 1996) terhadap

outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan kriteria

jarak Mahalanobis pada tingkat P<0,001. jarak Mahalanobis

itu dievaluasi dengan menggunakan X2 pada derajat bebas

sebesar jumlah variabel yang di gunakan dalam penelitian itu.

( Ferdinand, 2002 : 102 ).

c. Multicolinearity dan Singularity, Multikolinearitas dapat dideteksi

dan determinan matriks kovarians. Nilai determinan matriks

kovarians yang sangat kecil ( ectremely small ) memberi indikasi

adanya problem multikolinearitas atau singularitas.

d. Uji Validitas dan Reliabilitas, validitas berhubungan dengan apakah

suatu variabel mengukur apa yang seharusnya diukur. Doll, Xia dan

Torkzadeh ( 1994 ) seperti yang dikutip dari Wijanto ( 2008 : 65 )

(56)

standard factor loading (muatan faktor standar) variabel – variabel

teramati (indikator) terhadap veiabel laten (faktor) merupkan

estimasi validitas variabel – variabel teramati tersebut. Sedangkan

reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari

indikator – indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat

sampai dimana masing – masing indikator itu mengindikasikan

sebuah konstruk / faktor laten yang umum ( Ferdinand, 2002 : 62 ).

Reliabilitas diuji dengan construct reliability dan variance

extracted. construct reliability dan variance extracted dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

construct reliability =

(

)

Hair et.al ( 1998) menyatakan bahwa sebuah konstruk

mempunyai reliabitas yang baik adalah jika:

 Nilai Construct Reliability ( CR ) nya ≥ 0,70

(57)

3.7 Pengujian Model dengan One Step Approach

Salah satu keunggulan dari SEM dibanding metode regresi akan

metode multivariate yang lain adalah penerapan prosedur SEM secara

sekaligus terhadap sebuah model hybrid / full SEM ( kombinasi antara

model pengukuran dan model struktural ). Penerapan prosedur SEM ini

dikenal sebagai One Step Approach ( Wijanto, 2008 : 68 ).

3.7.1 Pengujian Model dengan Two Step Approach

Permodelan SEM juga dapat dilakukan dengan pendekatan dua

langkah ( two step approach ) yaitu pertama mengembangkan model

pengukuran dan kedua adalah model structural. Hal ini karena

measurement model dilakukan untuk menghasilkan penilaian mengenai

validitas konvergen ( convergent validity ) dan validitas diskriminan (

discriminate validity) sedangkan model struktural menyajikan penilaian

mengenai validitas prediktif ( predictive validity) ( Ferdinand, 2002 : 24 ).

3.8 Evaluasi Model

Dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistic tunggal untuk mengukur

atau menguji hipotesis mengenai model ( Hair et al, 1995 ; Joreskog &

Sorbom, 1989; long, 1983; Tabachnick & Fidell, 1996). Umumnya

terdapat berbagai jenis pit indek yang digunakan untuk mengukur derajat

kesesuaian antara model yang dihipotesakan dengan data yang disajikan.

(58)

dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau tolak. Indek

tersebut antara lain :

1. X2 -

Chi Square Statistic, chi square bersifat sangat sensitif

terhadap besarnya sampel yang digunakan. Model yang diuji

dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi squarenya

rendah. Atau dengan kata lain peneliti berusaha memperoleh

nilai X2 yang rendah yang menghasilkan significance level

lebih besar atau sama dengan 0,05 ( P ≥ 0,05 ). Semakin kecil

nilai X2semakin baik model itu ( karena dalam uji beda chi

square X2= 0 berarti benar – benar tidak ada perbedaan Ho

diterima ) dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut off

value sebesar P > 0,05 atau p > 0,10

2. RMSEA ( The Roof Mean Square Error Of Approximation ),

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk

mengkompensasi chi square statistic dalam sampel yang besar

( Baum gartner & Hamburg, 1996 ). Nilai RMSAE yang lebih

kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat

diterimanya model yang menunjukan sebuah close fit dari

model itu berdasarkan degrees of freedom ( Brown & Cudeck,

1993 ).

3. GFI ( Goodness Of Fit index ), indeks kesesuaian ( fit index) ini

(59)

matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks

kovarians populasi yang terestimasikan ( Benher,1983; Tanaka

& Huba, 1989 ). Nilai GFI berkisar antara 0 ( poor fit) sampai (

perfect fit ) dan nilai GFI ≥ 0,90 merupakan good fit (

kecocokan yang baik ), Sedangkan 0,80 ≤ GFI < 0,90 seiring

disebut sebagai marginal fit. ( Wijanto, 2008 : 53 )

4. AGFI (Adjusted Goodnees Of Fit Indexs), tingkat penerimaan

yang di rekomendasikan adalah nilai AGFI mempunyai nilai

sama dengan atau lebih besar dari 0,90. GFI maupun AGFI

adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari

varians dalam sebuah matriks & kovarians sampel. Nilai

sebesar 0,95 dapat diinterpretasikan sebagai tingkatan yang

baik good overall model fit ( baik ) sedangkan besaran nilai

antara 0,90 – 0,95 menunjukan tingkatan cukup adequate (

Hulland et al, 1996).

5. CMIN/DF, The minimum sample discrepancy function ( CMIN

) dibagi dalam degree of freedomnya akan menghasilkan indek

CMIN/DF. Dalam hal lain adalah statistik chi square X2 dibagi

DF nya sehingga disebut X2 relatif. Nilai X2 relatif kurang

dari 20 atau bahkan kadang kurang dari 30 adalah indikasi dari

(60)

6. TLI ( Tucker Lewis Indexs), TLI adalah sebuah alternatif

incremental fit indexs yang membandingkan sebuah model

yang diuji terhadap sebuah baseline model ( Bavengartner &

Hamburg, 1996 ). Nilai yang di rekomendasikan sebagai acuan

untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan ≥ 0,95 (

Hair dkk, 1995 ) dan nilai yang sangat mendekati / atau

menunjukan a very good fit ( Arbuckle, 1997 ).

7. CFI ( Comparative Fit Indexs) besaran indeks ini adalah pada

rentang nilai sebesar 0 – 1, dimana semakin mendekati 1,

mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi a very good fit (

Arbuckle, 1997 ). Nilai yang direkomendasikan adalah CFI ≥

0,95. keunggulan dari indeks ini adalah bahwa indeks ini

besaranya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu

sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model

( Hulland et al, 1996 : 35 )

(61)

Tabel 3.1 Tabel Goodness Of Fit Indexs

Goodness Of Fit

Indexs

Keterangan Cut Off Value

X2- Chi Square Menguji apakah covariance populasi yang

diestimasi sama dengan covariance sample (

apakah model sesuai dengan data)

Di harapkan kecil

dan sampai

dengan 5 atau

paling baik antara

1 & 2

Probability Uji signifikasi terhadap perbedaan matriks

covariance data dan matrik covariance yang

diestimasi

Minimum 0,1

atau 0,2 atau ≥

0,05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan chi Square pada

sample besar

≤ 0,08

GFI Menggitung proporsi tertimbang varians dalam

matriks sample yang dijelaskan oleh matriks

covariance ( populasi yang diestimasi ) ( analog

dengan R2dalam regresi berganda)

≥ 0,09

AGFI GFI yang disesuaikan dengan DF ≥ 0,90

(62)

TLI Perbandingan antara model yang diuji terhadap

baseline model

≥ 0,95

CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitif

terhadap besaran sampel dan keunikan

≥ 0,95

(63)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskriptif Hasil Penelitian

4.1.1. Analisis Karakteristik Responden

Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban

responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kedalam kuesioner

yang telah diberikan. Dari jawaban-jawaban tersebut diketahui hal-hal

seperti dibawah ini.

a.Jenis Kelamin

Dari 120 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan

dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakin pada tabel

dibawah ini.

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Laki-laki 65 55%

2 Wanita 55 45%

120 100%

Sumber : Data kuesioner diolah

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa jenis kelamin

responden peminat handphone Sony Ericsson, 55% Laki – laki dan 45

% wanita.

Gambar

Tabel 1.1 Top Brand Handphone February 2009
Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Gambar 2.3 Kerangka  Konseptual
Tabel 3.1 Tabel Goodness Of Fit Indexs
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa peningkatan suhu aktivasi karbon menyebabkan ukuran pori karbon yang dihasilkan lebih kecil karena partikel karbon terpecah menjadi bagian yang

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir untuk kelulusan yaitu

Általánosítani nem lehet a geotermikus beruházások megvalósítása esetén (költségek, megva- lósítás ideje stb.) tekintettel arra, hogy más az elektromos áram termelése és

Pada kegiatan hileyiya terdapat pula salah suatu kebiasaan tahlilan atau doa arwah yang disebut aruwa. Masyarakat setempat menggangap aruwa sebagai sebuah ritual doa yang

Negeri Kisaran berikut surat yang timbul dipersidangan berhubungan dengan perkara ini dan turunan resmi putusan Pengadilan Negeri Sibolga Kisaran nomor :

Dalam proses pembelajaran, sebaiknya metode tanya jawab selalu digunakan karena bagi siswa yang kurang memahami materi atau tidak menemukan jawaban atas

Didalam pertunjukannya tidaklah seperti tari per- gaulan lainya, seperti tari Tayub yang da- lam pertunjukannya penari laki-laki (pe- ngibing) boleh ikut menari bersama penari

Secara bahasa Proximity Switch berarti, proximity artinya jarak atau kedekatan , sedangkan switch artinya saklar jaded efinisinya adalah sensor atau saklar otomatis yang