YAMAHA ”SCORPIO” DI SURABAYA
SKRIPSI
Oleh :
FARIZHAL 0412015064/FE/EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
PENGARUH SIKAP DAN NORMA SUBYEKTIF TERHADAP
MINAT BELI KONSUMEN PRODUK SEPEDA MOTOR
YAMAHA ”SCORPIO” DI SURABAYA
yang diajukan :
FARIZHAL 0412015064/FE/EM
disetujui untuk ujian lisan oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Prasetyo Hadi, SE, MM Tanggal : ……….
Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Pengaruh
Sikap dan Norma Subyektif Terhadap Minat Beli Konsumen Produk Sepeda
Motor Yamaha SCORPIO di Surabaya”.dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian
persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di
Surabaya.
Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Universitas
Pembagunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Dr. Prasetyo Hadi, SE,MM. selaku Dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan memberikan
saran yang sangat berguna bagi penyusunan skripsi ini.
5. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi
dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan
kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah
mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan,
memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada
kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan
sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.
Surabaya, Januari 2011
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
ABSTRAKSI ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 6
2.2. Landasan Teori ... 7
2.2.1. Pemasaran ... 7
2.2.1.1. Pengertian Pemasaran ... 7
2.2.1.2. Konsep Pemasaran ... 8
2.2.1.3. Bauran Pemasaran ... 9
2.2.2. Perilaku Konsumen ... 12
2.2.2.1. Pengertian Perilaku Konsumen ... 12
2.2.2.2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruh Perilaku Konsumen ... 13
2.2.6. Pengaruh Sikap Terhadap Minat Beli Konsumen ... 21
2.2.7. Pengaruh Norma Subyektif Terhadap Minat Beli Konsumen ... 21
2.3. Kerangka Konseptual ... 22
2.4. Hipotesis ... 23
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Teknik Pengukuran Variabel ... 24
3.1.1. Definisi Operasional ... 24
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 26
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 27
3.2.1. Populasi ... 27
3.2.2. Sampel ... 27
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 28
3.3.1. Jenis dan Sumber Data ... 28
3.3.2. Metode Pengumpulan Data ... 28
3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 29
3.4.1. Teknik Analisis ... 29
3.4.2. Uji Hipotesis ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Diskripsi Hasil Penelitian ... 35
4.2. Analisis Data ... 37
4.2.1. Uji Validitas ... 37
4.2.5. Uji Multicollinierity dan Singularity... 41
4.2.6. Uji Outlier ... 42
4.3. Confirmatory Factor Analysis ... 43
4.3.1. Confirmatory Factor Analysis Minat Beli (Y) ... 43
4.3.2. Confirmatory Factor Analysis Sikap (X1) ... 44
4.3.3. Confirmatory Factor Analysis Norma Subyrktif (X2)... 45
4.4. Structural Equation Model (SEM) Dan Pengujian Hipotesis ... 45
4.4.1. Evaluasi Model Dengan One - Step Approach to SEM .. 45
4.5. Uji Kausalitas ... 48
4.6. Pembahasan ... 49
4.6.1. Pengaruh Sikap Terhadap Minat Beli Konsumen ... 49
2.6.2. Pengaruh Norma Subyektif Terhadap Minat Beli Konsumen ... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 51
5.2. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA
Halaman
Tabel. 1.1 Data Penjualan Sepeda Motor Yamaha “SCORPIO”
PT. Surya Timur Sakti Motor Surabaya Tahun 2009 ... 3
Tabel. 3.1 Goodness of Fit Index ... 32
Tabel. 4.1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Sikap (X1) ... 35
Tabel. 4.2 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Norma Subyektif (X2) 36 Tabel. 4.3 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Minat Beli Konsumen (Y) ... 37
Tabel. 4.4. Hasil Uji Validitas Dengan Confirmatory Factor Analysis ... 38
Tabel. 4.5. Hasil Uji ReliabilitasDengan Koefisien Conbach’s Alphal ... 39
Tabel. 4.6. Hasil Uji Construct Reliability dan Variance Extacted ... 40
Tabel. 4.7. Hasil Uji Normalitas ... 41
Tabel. 4.8. Hasil Uji Outlier Multivariate ... 43
Tabel. 4.9. Hasil Uji Unidimensionalitas Minat Beli konsumen (Y) ... 44
Tabel. 4.10. Hasil Uji Unidimensionalitas Sikap (X1) ... 44
Tabel. 4.11. Hasil Uji Unidimensionalitas Norma Subyektif (X2) ... 45
Tabel. 4.12. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces ... 46
Tabel. 4.13. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces ... 47
Halaman
Gambar. 2.1. .Bagan Kerangka Konseptual ... 22
Gambar. 4.1. Model Pengukuran & Struktural Sikap, Norma Subyektif dan
Minat Beli Konsumen Model Specification : One Step Approach
- Base Model ... 46
Gambar. 4.2. Model Pengukuran & Struktural Sikap, Norma Subyektif dan
Minat Beli Konsumen Model Specification : One Step Approach
Oleh :
FARIZHAL
ABSTRAK
Saat ini banyak sekali bermunculan merek sepeda motor dengan berbagai model, desain, dan memberikan kualitas yang bagus dengan harga yang cukup bersaing. Hal ini membuat konsumen akan memilih produk yang mengandung atribut – atribut yang diyakininya relevan dengan yang dibutuhkannya. Minat seseorang untuk membeli suatu produk dipengaruhi oleh sikapnya terhadap perilaku atau tindakan pembelian dan norma subyektif, dimana persepsi seseorang bahwa orang lain yang baginya akan bertindak terhadap perilaku itu. Sikap merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi minat seseorang untuk melakukan tindakan pembelian. Selain sikap dapat mendasari minat beli konsumen, maka faktor norma subyektif (subjective norms) juga dapat mempengaruhi minat beli konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh dari sikap dan norma subyektif terhadap minat beli konsumen produk sepeda motor Yamaha “SCORPIO” di Surabaya.
Sampel yang digunakan dalam penelitan ini adalah 110 orang (responden) calon pembeli sepeda motor Yamaha “SCORPIO” di Surabaya. Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 110 responden dan kuesioner tersebut terdiri dari 9 item pernyataan yang dibagi menjadi 3 bagian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan structural equation modelling.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Hipotesis I yang menyatakan bahwa diduga Sikap berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen produk sepeda motor Yamaha “SCORPIO” di Surabaya, dapat diterima dan Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa diduga Norma Subyektif berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen produk sepeda motor Yamaha “SCORPIO” di Surabaya, dapat diterima..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin meningkatnya
kebutuhan alat transportasi membawa angin segar bagi perusahaan otomotif
terutama dibidang sepeda motor, yang mana sangat dibutuhkan oleh banyak
orang, selain harganya terjangkau dan juga mudah perawatannya.
Konsumen akan memilih produk yang mengandung atribut – atribut
yang diyakininya relevan dengan yang dibutuhkannya. Untuk itu produsen
perlu mengetahui bagaiman konsumen menilai atribut – atribut dari produk
yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan penilaian dari konsumen tersebut akan
mempengaruhi niat beli konsumen..
Menurut Sigit (2006 : 82) niat adalah salah satu faktor internal
(Individu) yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen untuk melakukan
pembelian. Dalam proses pembelian, niat beli konsumen ini berkaitan erat
dengan motif yang dimilikinya untuk memakai ataupun membeli produk
tertentu.
Agar konsumen memiliki persepsi dan perasaan terhadap produk yang
dikeluarkan perusahaan, maka produk harus benar – benar memiliki
keistimewaan dan keunggulan tersendiri yang bisa membedakan produknya
dengan produk pesaing, misalnya dengan melakukan inovasi, desain, dengan
memberikan kualitas yang bagus dan harga yang cukup bersaing, dengan
Minat seseorang untuk membeli suatu produk dipengaruhi oleh
sikapnya terhadap perilaku atau tindakan pembelian dan norma subyektif,
dimana persepsi seseorang bahwa orang lain yang baginya akan bertindak
terhadap perilaku itu. (Schiffman dan Manuk (2000) dalam Sigit (2006 : 83)
Menurut teori Reasoned Action dan Fishbein (1975) dalam Sigit
(2006 : 82), menyatakan bahwa tindakan seseorang adalah realisasi dari
keinginan atau niat seseorang untuk bertindak dan faktor yang mempengaruh
minat adalah sikap pada tindakan dan norma subyektif yang menyangkut
persepsi seseorang apakah orang lain yang dianggap penting akan
mempengaruhi perilakunya.
Menurut Umar (2003 : 435) Sikap adalah merupakan sebagai
evaluasi, perasaan dan kecenderungan seseorang yang relatif terhadap suatu
objek atau gagasan sebelum melakukan pembelian, Konsumen akan
mempunyai kesetiaan terhadap produk apabila pihak perusahaan bisa
memahami dan memberikan apa yang dibutuhkan oleh konsumen. Oleh
sebab itu pihak perusahaan harus bisa menjaga kepercayaan dan kualitas dari
produk yang dihasilkan serta harus bisa membidik pasar dan menentukan
segmen pasarnya.
Selain sikap dapat mendasari minat beli konsumen, faktor norma
subyektif (subjective norms) juga dapat mempengaruhi minat beli konsumen.
Menurut (Hartono, 2007) Norma subyektif adalah persepsi atau pandangan
seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan
mempengaruhi niat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang
Menurut Sigit (2006) minat beli seseorang dipengaruhi oleh sikap dan
norma subyektif, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zahra
(2008) yang membuktikan bahwa norma subyektif berpengaruh terhadap
minat mahasiswa dalam menggunakan internet sebagai sumber pustaka.
Sebagai salah satu perusahaan otomotif terbesar di Indonesia bahkan
dunia, perusahaan Yamaha memilki tanggung jawab untuk memuaskan para
pelanggan dengan berbagai keunggulan, misalnya kualitas disain, warna,
simbol dan ciri khas tertentu yang mampu mendongkrak penjualan dan juga
menciptakan kesan tersendiri di benak pelanggan. Ciri dan sifat inilah yang
menjadikan perusahaan otomotif ini memiliki keistimewaan dimata
konsumen jika dibandingkan dengan perusahaan lainnya dan pada akhirnya
akan dapat mempengaruhi minat konsumen untuk membelinya.
Dari data yang diperoleh dari bagian penjualan pada PT. Surya Timur
Sakti Motor yang terletak di Jl. Basuki Rahmat no. 45 - 47 Surabaya, dapat
dilihat pada tabel 1.1, sebagai berikut .
Tabel 1.1. Data Penjualan Sepeda Motor Yamaha “SCORPIO” PT. Surya Timur Sakti Motor Surabaya
Tahun 2009
Tahun 2009 Penjualan (Unit)
Dari tabel 1.1 di atas menunjukan bahwa minat beli konsumen akan
mengalami penurunan sebanyak 316 unit atau turun sebesar 71,98% dari
hasil penjualan pada triwulan I, Untuk triwulan ke III kembali mengalami
kenaikkan sebanyak 41 unit atau naik sebesar 33,33% dari hasil penjualan
pada triwulan II, akan tetapi untuk triwulan ke IV kambali mengalami
penurunan sebanyak 50 unit atau turun sebesar 30,49% dari hasil penjualan
pada triwulan III.
Dari fenomena tersebut menunjukan bahwa selama tahun 2009,
penjualan untuk sepeda motor Yamaha “SCORPIO” di Surabaya, tidak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh perusahaan, turunnya minat beli konsumen
akan sepeda motor Yamaha ”SCORPIO”, ini kemungkinan disebabkan
karena banyak sekali bermunculan merek sepeda motor dengan berbagai
model, desain, memberikan kualitas yang bagus dan harga yang cukup
bersaing.
Atas dasar hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul : “Pengaruh Sikap dan Norma
Subyektif Terhadap Keputusan Pembelian Produk Sepeda Motor
Yamaha SCORPIO di Surabaya”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut di atas, maka perumusan
masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini yaitu
1. Apakah sikap berpengaruh terhadap keputusan pembelian Produk
2. Apakah norma subyektif berpengaruh terhadap keputusan pembelian
Produk Sepeda Motor Yamaha SCORPIO di Surabaya?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah
diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini,
yaitu
1. Untuk membuktikan pengaruh dari sikap terhadap keputusan pembelian
produk sepeda motor Yamaha “SCORPIO” di Surabaya.
2. Untuk menganalisis pengaruh dari norma subyektif terhadap keputusan
pembelian produk sepeda motor Yamaha “SCORPIO” di Surabaya.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak, yaitu antara lain :
1. Bagi Perusahaan
Dapat digunakan sebagai solusi alternatif dalam pengambilan
keputusan untuk memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan
pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap minat beli konsumen.
2. Bagi Peneliti Lain
Dapat digunakan sebagai tambahan khasanah perpustakaan,
bahan referensi dan bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut, yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang
dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait
dengan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap minat beli konsumen, telah
dilakukan oleh :
Murwanto Sigit (2007) dengan judul: “Analisis Sikap Dan Norma
Subyektif terhadap Niat Beli Mahasiswa Sebagai Konsumen Potensial
Produk Pasta Gigi Close Up. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh langsung dari Sikap dan Norma Subyektif terhadap
niat untuk membeli produk Pasta Gigi Close Up, sedangkan teknik analisis
yang digunakan adalah teknik analisis regreso linier berganda dan
berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis diperoleh hasil: (1) Sikap dan
Norma Subyektif secara bersama – sama (simultan) berpengaruh terhadap
niat beli (2) Sikap secara parsial berpengaruh terhadap niat beli (3) Norma
Subyektif secara parsial berpengaruh terhadap niat beli
Femilia Zahra (2007) dengan judul: “Pengaruh Kualitas Informasi,
Kemampuan Individu, Dan Norma Subyektif Terhadap Minat Mahasiswa
Dalam Menggunakan Internet Sebagai Sumber Informasi Pustaka, Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh langsung dari
kualitas informasi, kemampuan individu, dan norma subyektif terhadap minat
sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis Structural
Equation Model Analysis dan berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis
diperoleh hasil: (1) Kualitas informasi, kemampuan individu, dan norma
subyektif secara bersama – sama (simultan) berpengaruh terhadap minat
mahasiswa dalam menggunakan internet sebagai sumber informasi pustaka,
(2) Norma subyektif secara parsial berpengaruh terhadap minat mahasiswa
dalam menggunakan internet sebagai sumber informasi pustaka,
Adapun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu
adalah membahas mengenai faktor – faktor yang berpengaruh terhadap minat
beli konsumen, sedangkan perbedaannya terletak pada objek dan periode
penelitian, sehingga penelitian sekarang bukan merupakan replikasi.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pemasaran
2.2.1.1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan ujung tombak untuk mencapai suatu
keberhasilan dalam perusahaan, apabila suatu perusahaan ingin berhasil
dalam melaksanakan proses pemasaran, maka manajemen perusahaan
harus dapat menerapkan suatu strategi pemasaran dengan baik, sehingga
tujuan perusahaan dapat terwujud sesuai dengan misi dan visi perusahaan.
Menurut Kotler (2005 : 10) pemasaran adalah sebagai proses
sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan,
dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan
Sedangkan Kotler dan Amstrong (2001:6) mengartikan pemasaran
adalah...”A social and managerial process where by individuals and
group obtain what they need and want through creating and excharging
product and value with other”. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang
mereka butuhkan serta inginkan melalui penciptaan dan pertukaran
timbale balik produk serta nilai dengan orang lain.
Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pemasaran adalah merupakan suatu kegiatan atau
proses dalam suatu sistem yang didalamnya terdapat individu atau
kelompok untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan dibutuhkan baik
barang atau jasa untuk memperoleh keuntungan serta dapat memuaskan
keinginannya.
2.2.1.2. Konsep Pemasaran
Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat dan persaingan
diantara perusahaan semakin ketat. Untuk mengatasi persaingan tersebut
salah satunya dengan menggunakan konsep pemasaran, karena konsep
pemasaran bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap keinginan dan
kebutuhan konsumen:
Menurut Kotler (2005 : 22) Konsep pemasaran adalah sebagai
kunci untuk mencapai sasaran organisasi adalah perusahaan harus
menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan,
menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar
Sedangkan Umar (2003 : 31) mengartikan konsep pemasaran
merupakan suatu kunci atau keseluruhan sistem untuk meraih tujuan
perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha dalam
merencanakan, menentukan hingga melaksanakan kegiatan pemasaran.
Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa konsep pemasaran merupakan kunci untuk mencapai tujuan
organisasi yang berorientasi pada kebutuhan dan keinginan konsumen
yang didukung oleh pemasaran terpadu yang diarahkan kepada
terciptanya kepuasan konsumen sebagai kunci untuk mencapai tujuan
perusahaan.
2.2.1.3. Bauran Pemaasaran
Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan salah satu konsep
utama perusahaan. Dalam mencapai tujuan untuk memperoleh laba,
peusahaan perlu mepergunakan bauran pemasaran (marketing mix)
sebagai acuan kegiatan pemasarannya.
Menurut Zeithaml and Bitner dalam (Hurriyati, 2005:48)
mendefinisikan bauran pemasaran adalah sebagai : ”Marketing mix
defined as the elements an organization controls than can be used to
satisfy or communicate with customer. These elements appear as core
decision variables in any marketing text or marketing plan” Bauran
pemasaran didefinisikan sebagai unsure-unsur control sebuah organisasi
yang digunakan untuk memuaskan konsumen. Biasanya unsur-unsur ini
muncul sebagai variabel dari keputusan inti pada setiap rencana-rencana
Sedangkan menurut Kotler (2005 :17) bauran pemasaran
(Marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan oleh
perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar
sasaran.
Selanjutnya menurut Assauri (2004:198) terdapat empat variabel
bauran pemasaran (Marketing mix) yaitu:
1. Produk (Product)
Dalam marketing mix, strategi produk merupakan unsur yang
paling penting, karena dapat mempengaruhi strategi pemasaran.
Dalam hal ini dengan membuat produk tersebut dapat menarik
perhatian konsumen. Tujuan utama strategi produk adalah untuk
dapat mancapai sasaran pasar yang dituju dengan meningkatkan
kemampuan bersaing atau mengatasi pasar.
2. Harga (Price)
Dalam penetapan harga perlu diperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi, baik langsung maupun tidak langsung. Faktor yang
mempengaruhi secara langsung adalah harga bahan baku, biaya
produksi, adanya peraturan pemerintah dan biaya pemasaran. Untuk
tujuan meningkatkan volume penjualan total dan laba perusahaan
dalam jangka panjang, strategi harga juga sangat efektif (catur dan
Suratno, 2001:191). Tujuan penetapan harga yaitu memperoleh laba
maksimum, mendapat share penjualan, meraih pasar, mencapai
tingkat hasil penerimaan penjualan maksimum, mencapai keuntungan
3. Promosi (Promotion)
Kegiatan promosi yang dilakukan sejalan dengan rencana
pemasaran secara keseluruhan, serta direncanakan akan diarahkan dan
dikendalikan dengan baik, diharapkan dapat berperan secara berarti
dalam meningkatkan penjualan. Strategi periklanan suatu produk
harus direncanakan dengan melihat siklus hidup produk dan posisi
produk di pasar persaingan dan keadaan produk pesaing. Promosi
juga dilakukan untuk memberitahukan bahwa harga yang ditawarkan
oleh perusahaan memiliki perbedaan dengan perusahaan lain agar di
kenal oleh masyarakat.
4. Saluran Distribusi (Place)
Penyaluran merupakan kegiatan penyampaian produk agar
sampai ke tangan konsumen tepat pada waktunya. Oleh karena itu,
kebijakan penyaluran merupakan salah satu kebijakan pemasaran
terpadu yang mencakup penentuan saluran pemasaran dan distribusi
fisik. Kedua faktor ini mempunyai hubungan yang erat dalam
keberhasilan penyaluran sekaligus keberhasilan manajemen produk
perusahaan. Efektifitas penggunaan saluran distribusi diperlukan
untuk menjamin tersedianya produk dimata rantai saluran tersebut.
Berdasarkan dari keempaat variabel tersebut adalah saling
berkaitan satu dengan yang lainnya, sehingga bila terdapat kelemahan
pada salah satu unsur saja maka akan mempengaruhi usaha pemasaran
yang berarti mempengaruhi tingkat atau volume penjualan yang dicapai
2.2.2. Perilaku Konsumen
2.2.2.1. Pengertian Perilaku Konsumen
Konsumen merupakan sasaran utama bagi suatu perusahaan dalam
memasarkan barang dan jasa. Perilaku konsumen biasanya diartikan
sebagai suatu kegiatan yang jelas dan mudah diamati tetapi
perkembangannya sekarang menunjukkan bahwa kegiatan yang jelas dan
mudah diamati hanya merupakan satu bagian dari proses pengambilan
keputusan.
Setiadi (2003:3) berpendapat bahwa perilaku konsumen adalah
tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan
menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang
mendahului dan menyusuli tindakan ini.
Sedangkan Swasta dan Irawan (2003:10) mendifinisikan Perilaku
konsumen adalah sebagai kegiatan – kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang –
barang dan jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan
pada persiapan dan penentuan kegiatan – kegiatan tersebut. Definisi
menjelaskan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan individu yang
secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang
dan jasa serta tindakan yang dilakukan sebelumnya, tetapi tidak
menjelaskan tindakan sesudah proses pengambilan keputusan.
Berdasarkan dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang secara langsung
terlibat pada proses yang meliputi tindakan untuk mendapatkan,
mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses
2.2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Agar dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen
sasaran, maka perusahaan harus mengetahui faktor – faktor apa yang
mempengaruhi konsumen sasaran dalam membeli suatu produk.
Menurut Setiadi (2003 : 11) faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen dalam pembelian yaitu :
1. Faktor-faktor kebudayaan
a. Kebudayaan
Merupakan faktor penentu yang paling dasar dari
keinginan dan perilaku seseorang bila makhluk lainnya bertindak
berdasarkan naluri, maka perilaku manusia pada umumnya
dipelajari.
b. Sub-Kebudayaan
Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya-sub budaya
yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi
yang lebih spesifik untuk para anggotanya.
c. Kelas Sosial
Merupakan kelompok yang relatif homogen dan bertahan
lama dalam suatu masyrakat, yang tersusun secara hierarki dan
keanggotaannya mempuyai nilai dan perilaku yang serupa.
2. Faktor-faktor Sosial
a. Kelompok referensi
Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh
kelompok yang mempuyai pengaruh langsung maupun tidak
b. Keluarga
Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam
kehidupan pembeli yang pertama adalah : keluarga orientasi,
yang merupakan orang tua seseorang. Dari orangtualah seseorang
mendapatkan pandangan tentang agama, politik, ekonomi dan
merasakan ambisi pribadi nilai atau harga diri dan cinta. Kedua
adalah keluarga prokreasi yaitu pasangan hidup anak - anak
seorang keluarga merupakan organisasi pembeli dan konsumen
yang paling penting dalam suatu masyarakat dan telah diteliti
secara intensif.
c. Pasangan dan status
Seseorang umumnya berpartisipasi dalam sekelompok
seumur hidupnya keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang
adalah setiap kelompok dapat diidentifikasi dalam peran dan
status.
3. Faktor Pribadi
a. Umur dan tahapan dalam siklus hidup
Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus
hidup keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah
mengidentifikasi tahapan-tahapaan dalam siklus psikologis.
Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau
transformasi tertentu pada saat mengalami hidupnya.
b. Pekerjaan
Para pemasar berusaaha mengidentifikasi kelompok
pekerja yang memiliki minat diatas rata-rata terhadap produk dan
c. Keadaan ekonomi
Yang dimaksud dengan keadaan ekonomi seseorang
adalah terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkat
stabilitasnya dan polanya), kemampuan untuk meminjam dan
sikap terhadap mengeluarkan lawan menabung.
d. Gaya hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang
diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat
seseorang,gambar hidup menggambarkan “seseorang secara
keseluruhan” yang berinteraksi dengan lingkungan, gaya hidup
juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas social seseorang.
e. Kepribadian dan konsep diri
Yang dimaksud dengan kepribadian adalah karakteristik
psikologis yang berbeda dari setiap orang yang memandang
responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten.
Kepribadian dapat merupakan suatu variabel yang sangat berguna
dalam menganalisa perilaku konsumen.
4. Faktor-faktor psikologis
a. Motivasi
Beberapa kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini
timbul dari sebuah keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa air,
rasa haus dan rasa tidak nyaman..
b. Persepsi
Persepsi didefinisikan sebagai proses, dimana seseorang
memilih mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi
c. Proses belajar
Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku
seseorang yang timbul dari pengalaman dan latihan.
d. Kepercayaan dan sikap
Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang
dimiliki seseorang terhadap sesuatu, sedangkan sikap adalah
suatu kecenderungan yang dipelajari untuk memberikan respon
secara konsisten terhadap suatu obyek yang diserukan, seperti
merek.
2.2.3. Minat Beli Konsumen
Bagi perusahaan tanggapan konsumen terhadap produk yang
dihasilkan adalah sangat penting, termask penilaian konsumen terhadap
atribut – atri but produk. Untuk itu produsen perlu mengetahui bagaiman
konsumen menilai atribut – atribut dari produk yang dihasilkan. Hal ini
dikarenakan penilaian dari konsumen tersebut akan mempengaruhi niat beli
konsumen.
Menurut Sigit (2006 : 82) niat adalah salah satu faktor internal
(Individu) yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen untuk melakukan
pembelian.
Sedangkan menurut Schiffman dan Manuk (2000) dalam (Sigit,
2006 : 83) Minat Beli Konsumen adalah ”suatu bentuk pikiran yang nyata
dari refleksi rencana pembeli untuk membeli beberapa unit dari jumlah
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa minat beli konsumen adalah merupakan tahap perencana
sebelum seorang membeli atau melakukan tindakan (action). Minat
pembelian merupakan salah satu tahap dari tanggapan konsumen.
Dalam proses pembelian, niat beli konsumen ini berkaitan erat
dengan motif yang dimilikinya untuk memakai ataupun membeli produk
tertentu.
Menurut Ferdinand (2006 : 242) menyatakan bahwa indikator minat
beli
1. Intensitas pencarian informasi yaitu seseorang yang intens mencari
informasi mengenai suatu produk
2. Keinginan prefersial yaitu dimana produk tertentu yang diinginkan
seseorang untuk membeli dan mengabaikan pihak lain.
3. Keinginan segera membeli yaitu seseorang berkeinginan segera
membeli suatu produk yang diinginkannya
2.2.4. Sikap
Sikap merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi minat seseorang untuk melakukan tindakan pembelian.
Dengan mengetahui sikap konsumen terhadap suatu produk merupakan
informasi yang sangat berharga bagi manajer pemasaran, untuk digunakan
sebagai dasar dalam menentukan segmentasi pasar (Muksin, dkk. 2006 :3)
Menurut Wahyuni (2008 : 32) Sikap adalah sebagai suatu evaluasi
yang menyeluruh dan memungkinkan seseorang untuk merespon dengan
Sedangkan menurut Robbin (2000 : 169) sikap adalah pernyataan –
pernyataan atau penilaian evaluatif berkaitan dengan objek, orang atau
suatu peristiwa.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sikap
adalah sebagai “evaluasi, perasaan dan kecenderungan seseorang yang
relatif terhadap sesuatu obyek atau gagasan”.
Sikap seseorang terhadap atribut produk dapat berbeda – beda,
karena keyakinan serta evaluasi terhadap atribut yang dimiliki oleh produk
tersebut.
Menurut Wahyuni (2008 : 32) ada 3 (tiga) indikator dalam sikap,
yaitu sebagai berikut :
1. Cognitive Component
Merupakan kepercayaan konsumen dan pengetahuan tentang
objek, yang dimaksud objek adalah atribut produk, semakin positif
kepercayaan terhadap suatu merek atau suatu produk, maka
keseluruhan komponen kognitif akan mendukung sikap secara
keseluruhan.
2. Affective Component
Merupakan emosional yang merefleksikan perasaan seseorang
terhadap suatu objek, apakah objek tersebut diinginkan atau disukai.
3. Behavioral Component
Merupakan emosional yang merefleksikan kecenderungan dan
perilaku aktual terhadap suatu objek, yang mana komponen ini
Selanjutnya menurut Loundan dan Delabitta (2004 : 217) adapun
indikator dalam sikap, yaitu sebagai berikut :
1. Cognitive Component
Merupakan kepercayaan terhadap merek
2. Affective Component
Merupakan evaluasi merek.
3. Behavioral Component
Menyangkut maksud atau atau naiatan untuk membeli
2.2.5. Norma Subyektif
Konsumen akan memilih produk yang mengandung atribut – atribut
yang diyakininya relevan dengan yang dibutuhkannya. Konsumen akan
memiliki niat untuk menggunakan produk tersebut jika dia merasa bahwa
orang terdekatnya akan menganggap bahwa dia akan lebih cocok jika
menggunakan produk tersebut. Faktor ini bisa berasal dari teman dekat,
saran dosen atau rekan kerjanya.
Norma subyektif (subjective norms) adalah persepsi atau pandangan
seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan
mempengaruhi niat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang
sedang dipertimbangkan (Hartono 2007).
Sedangkan menurut Umar (2003 : 436 – 437), mengatakan bahwa
norma subyektif merupakan komponen yang bersifat eksternal yang
mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu. Komponen ini dapat
dihitung dengan cara mengalikan nilai kepercayaan normatif individu
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Norma
subyektif merupakan persepsi dari seseorang yang akan mempengaruhi niat
seseorang untuk melakukan tindakan, dimana norma subyektif
menunjukkan sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen
untuk melakukan tindakan pembelian.
Menurut teori Reasoned Action dan Fishbein (1975) dalam Sigit
(2006 : 82), menyatakan bahwa tindakan seseorang adalah realisasi dari
keinginan atau niat seseorang untuk bertindak dan faktor ini menyangkut
persepsi seseorang apakah orang lain yang dianggap penting akan
mempengaruhi perilakunya.
Berdasarkan teori tersebut dapat dijelaskan bahwa ada 2 (Dua)
indikator dari norma subyektif, yaitu
1. Keyakinan normatif
Keyakinan bahwa orang lain berpendapat bahwa saya sebaiknya
melakukan perilaku tertentu.
2. Kemauan menuruti orang lain
Motivasi menuruti kemauan orang lain atau referan
Sedangkan menurut umar (2003 ; 440) adapun indikator dari norma
subyektif, yaitu sebagai berikut :
1. Keyakinan normatif
Mengandung kuatnya keyakinan terhadap atribut produk yang
ditawarkan dalam mempengaruhi perilakunya terhadap obyek.
2. Motivasi
Menyangkut sikapnya terhadap atribut yang ditawarkan sebagai
2.2.6. Pengaruh Sikap Terhadap Minat Beli Konsumen
Sikap merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi minat seseorang untuk melakukan tindakan pembelian.
(Muksin, 2006 :3) Konsumen akan mempunyai kesetiaan terhadap produk
apabila pihak perusahaan bisa memahami dan memberikan apa yang
dibutuhkan oleh konsumen. Semakin baik sikap yang dimiliki oleh
konsumen pada suatu produk maka niat beli konsumen juga semakin tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Sigit (2006) dan Schiffman dan
Kanuk (2000) dalam Sigit (2006 : 83) membuktikan bahwa minat seseorang
untuk membeli suatu produk dipengaruhi oleh sikap, dan hal ini sesuai
dengan teori Reasoned Action dan Fishbein (1975) dalam Sigit (2006 : 82),
menyatakan bahwa tindakan seseorang adalah realisasi dari keinginan atau
niat seseorang untuk bertindak dan faktor yang mempengaruh minat adalah
sikap, Sehingga dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap
berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen
2.2.7. Pengaruh Norma Subyektif Terhadap Minat Beli Konusmen
Selain sikap, faktor norma subyektif (subjective norms) juga dapat
mempengaruhi minat beli konsumen. Menurut Hartono (2007) Norma
subyektif adalah persepsi atau pandangan seseorang terhadap
kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi niat untuk melakukan
pembelian. Agar konsumen memiliki persepsi dan perasaan terhadap
produk yang dikeluarkan perusahaan, maka produk harus benar – benar
memiliki keistimewaan dan keunggulan tersendiri yang bisa membedakan
produknya dengan produk pesaing.
Penelitian yang dilakukan oleh Sigit (2006) membuktikan bahwa
subyektif, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zahra
(2008), Schiffman dan Kanuk (2000) dalam Sigit (2006 : 83) yang juga
membuktikan bahwa minat seseorang untuk membeli suatu produk
dipengaruhi oleh norma subyektif, dimana persepsi seseorang bahwa orang
lain yang baginya akan bertindak terhadap perilaku itu. Sehingga dari
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa norma subyektif berpengaruh
positif terhadap minat beli konsumen
2.3. Kerangka Konseptual
Berdasarkan rumusan masalah dan untuk memudahkan analisis, maka
dapat digambarkan dalam suatu bagan kerangka konseptual, yaitu
Gambar.1.1. Bagan Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis
Berdasarkan bagan kerangka konseptual di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diduga sikap berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk
sepeda motor Yamaha “SCORPIO” di Surabaya
2. Diduga norma subyektif berpengaruh positif terhadap keputusan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
3.1.1. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini penulis menggunakan 2 (dua) variabel bebas
(X) yaitu Sikap (X1) dan Norma Subyektif (X2), dan 1 (satu) variabel terikat
yaitu Keputusan Pembelian (Y)
Adapun definisi operasioanal dari masang – masing variabel,
sebagai berikut :
1). Sikap (X1)
Sikap merupakan sebagai evaluasi, perasaan dan
kecenderungan seseorang yang relatif terhadap suatu objek
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel Sikap,
sebagai berikut (Wahyuni, 2008)
1 Cognitive Component (X1.1)
Cognitive Component adalah merupakan kepercayaan
konsumen dan pengetahuan tentang objek, yang dimaksud objek
adalah atribut produk.
2 Affective Component (X1.2)
Affective Component adalah merupakan emosional yang
merefleksikan perasaan seseorang terhadap suatu objek, apakah
3 Behavioral Component (X1.3)
Behavioral Component adalah merupakan emosional yang
merefleksikan kecenderungan dan perilaku aktual terhadap suatu
objek, yang mana komponen ini menunjukkan kecenderungan
melakukan suatu tindakan.
2). Norma Subyektif (X2)
Norma subyektif (subjective norms) merupakan persepsi atau
pandangan seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain
yang akan mempengaruhi niat beli seseorang
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel Norma
subyektif, sebagai berikut (Wahyuni, 2008)
1 Keyakinan normatif (X2.1)
Keyakinan bahwa orang lain berpendapat bahwa saya
sebaiknya melakukan perilaku tertentu.
2 Menuruti kemauan orang lain (X2.2)
Motivasi menuruti kemauan orang lain atau referan
3 Motivasi (X2.3)
Menyangkut sikapnya terhadap atribut yang ditawarkan
sebagai faktor yang berpengaruh terhadap perilakunya.
3). Keputusan Pembelian (Y)
Keputusan Pembelian merupakan suatu bentuk pikiran yang
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel minat beli
konsumen, sebagai berikut (Ferdinand, 2006 : 242)
1 Intensitas pencarian informasi (Y3.1)
Intensitas pencarian informasi yaitu seseorang yang intens
mencari informasi mengenai suatu produk
2 Keinginan segera membeli (Y3.2)
Keinginan segera membeli yaitu seseorang berkeinginan
segera membeli suatu produk yang diinginkannya
3 Keinginan prefersial (Y3.3)
Keinginan prefersial yaitu dimana produk tertentu yang
diinginkan seseorang untuk membeli dan mengabaikan pihak lain.
3.1.2. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
interval dan teknik pengukuran yang digunakan adalah semantik
deferensial, Sugiyono (2002 ; 91) menyatakan bahwa skala tersebut
berusaha untuk mengukur sikap dan karakteristik tertentu yang dimiliki
seseorang.
Responden diminta untuk menilai suatu konsep atau objek pada
suatu skala yang mempunyai dua kata adjektif yang bertentangan, yaitu
sebagai berikut :
Nilai
1 5
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
(Sugiono, 1999:72). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pembelian sepeda motor Yamaha “Scorpio Tahun 2009” di PT. Surya
Timur Sakti Motor Surabaya, berjumlah 877 orang.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2002 : 56). Teknik pengambilan sampel
merupakan bagian dalam melaksanakan suatu penelitian, untuk itu teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
probability sampling (Penarikan Sample Secara Acak) yaitu setiap anggota
populasi memiliki peluang yang besarnya sudah diketahui untuk terpilih
sebagai sampel dan peneliti bisa memperkirakan besarnya kesalahan
penarikan sampel (Sampling Error). Sedangkan metode yang digunakan
adalah sampling random sampling yaitu setiap populasi mempunyai
peluang yang sama untuk ditarik sebagai sampel (Sumarsono, 2004:46).
Untuk mengetahui jumlah responden yang akan dijadikan sampling
digunakan rumus slovin, yaitu sebagai berikut :
2
1 Ne
N n
+
Dimana :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi (877 orang)
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau
diinginkan (e=9%)
Berdasarkan dari perhitungan di atas, maka jumlah anggota sampel
yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 110 Responden.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer,
yaitu merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber
asli pihak pertama (Ikhsan dan Ishak, 2005: 109), Sedangkan sumber data
yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 110
3.3.2. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : .(Nazir, 2005 :
212).
1. Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan
penelitian langsung pada obyek yang diteliti. Pada penelitian ini
observasi dilakukan di PT. Surya Timur Sakti Motor Surabaya
2. Angket (Kuesioner).
a. Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar
pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data.
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Teknik Analisis
1. Uji Validitas Instrumen Kuisioner
Validitas instrumen pertanyaan adalah suatu derajat ketepatan
alat ukur penelitian tentang isi yang sebenarnya diukur. Uji validitas
item untuk menguji apakah tiap butir pertanyaan benar-benar telah
valid /sahih.
Cara menguji : korelasikan masing-masing skor item pertanyaan
dengan skor totalnya. Gunakan tingkat signifikansi validitas ≤ 5%.
Tingkat signifikansi ini menunjukkan derajat konsistensi jawaban
2. Uji Reliabilitas Instrumen Kuisioner
Reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari
indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana
masing-masing indikator itu mengidentifikasikan sebuah konstruk atau
faktor latent umum.
Dengan kata lain bagaimana hal-hal yang spesifik saling
membantu dalam menjelaskan sebuah fenomena. Diukur dengan
Cronsbach's coefficient alpha, bila hasilnya < 0,6 berarti buruk ; 0,7
dapat diterima ; > 0,8 bagus
3. Uji Outlier Univariate
Deteksi terhadap adanya univariate outliers dapat dilakukan
dengan menentukan nilai ambang yang akan dikategorikan sebagai
outliers dengan cara mengkonversio nilai data penelitian ke dalam
standart score atau yang diserbut Z-score, yang mempunyai nilai
rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar 1.00 (Hair et.al, 1995).
Pengujian univariate outliers dilakukan perkonstruk variabel
dengan program SPSS 11.00 pada menu descriptive statistic
summarise. Observasi data yang memiliki nilai Z-score ≥ 3.0 akan
dikategorikan sebagai outliers.
4. Uji Outlier Multivariate
Outliers merupakan observasi atau data yang memiliki
karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi -
untuk sebuah variabel tunggal maupun untuk variable - variabel
kombinasi (Hair et.al, 1995).
Adapun outliers dapat dievaluasi dengan dua cara, yaitu analisis
terhadap univariate outliers dan analisis terhadap multivariate outliers
(Hair et.al, 1995)
5. Uji Normalitas Data Univariate
Sebaran data harus dianalisis untuk mengetahui apakah asumsi
normalitas dipenuhi, sehingga data dapat diolah lebih lanjut pada path
diagram.
Untuk menguji normalitas distribusi data yang digunakan dalam
analisis, peneliti dapat menggunakan uji statistik. Uji yang paling
mudah adalah dengan mengamati skewness value dari data yang
digunakan, yang biasanya disajikan dalam statistik untuk menguji
normalitas itu disebut Z-value yang dihasilkan melalui rumus :
Nilai -z =
N 6 skewness
Dimana N adalah ukuran sampel bila nilai z lebih besar dari
nilai kritis atau critical ratio (Ferdinand, 2000 : 95), maka dapat diduga
distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan
berdasarkan tingkat signifikansi yang dikehendaki. Misalnya bila nilai
yang dihitung lebih besar dari ± 2,58 berarti kita dapat menolak asumsi
mengenai normalitas dari distribusi pada tingkat 0,01.
Untuk melihat apakah data yang digunakan dalam penelitian ini
terdapat multikolinearitas atau singularitas dalam kombinasi-kombinasi
variabel, maka yang perlu diamati oleh peneliti adalah determinan yang
kecil atau mendekati nol, hal ini mengidentifikasikan adanya
multikolinearitas atau singularitas, sehingga data itu tidak dapat
digunakan untuk penelitian (Ferdinand, 2000 : 108)
7. Uji Kausalitas
Variance extracted adalah ukuran yang menunjukkan varians
dari indikator-indikator yang diekstraksi oleh konstruk laten yang
dikembangkan. Nilai variance ekstanted ini direkomendasikan pada
tingkat paling sedikit 0,50.
3.4.2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah uji
kesesuaian model Goodness of fit indeks. Dalam analisis SEM tidak ada
alat uji statistik tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai
model. Peneliti diharapkan untuk malakukan pengujian dengan
menggunakan beberapa fit indeks, untuk mengukur "kebenaran" model
yang diajukan.
Berikut ini disajikan beberapa indeks kesesuaian valuenya untuk
digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak.
Sebagai berikut :
Tabel. 3.1 Goodness of Fit Index
Goodness of Fit Index Cut off Value
X2 – Chi Square Diharapkan kecil
Significance Probability ≥ 0.05
RMSEA ≤ 0,08
GFI ≥ 0,90
CMIN/DF ≤ 2,00
TLI ≥ 0,95
CFI ≥ 0,95
Berdasarkan pada tabel 3.1 di atas dapat diinterprrestasikan yaitu
sebagai berikut .
1. X2 - Chi Square Statistic
Chi-square bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel
yaitu sampel yang bersifat kecil (<50) maupun terhadap sampel yang
terlalu besar (>50). Penggunaan Chi-square hanya sesuai bila ukuran
sampel antara 100-200 sampel. Bila diluar rentang itu, uji signifikan
akan menjadi kurang reliabel. Oleh karena itu perlu dilengkapi dengan
alat yang lain. X2 yang kecil dan tidak signifikan yang diharapkan agar
hipotesis nol sulit ditolak.
2. RMSEA
Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08
merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan
close fit dari model itu berdasarkan degrees of freedom.
3. GFI
Indeks kesesuaian ini akan menghitung proporsi ketimbang dari
varians dalam matriks kovarians populasi yang terestimasikan, GFI
yang diharapkan adalah sebesar ≥ 0,90.
Untuk mencari besarnya nilai Indeks ini dapat dapat dicari
dengan rumus sebagai berikut :
AGFI = 1 - (1 - GFI)
AGFI yang diharapkan adalah sebesar ≥ 0,90.
5. CMIN/DF
Indeks ini disebut juga X2 relatif yang diperoleh dari
perbandingan antara nilai X2 dengan degrees of freedomnya X2 relatif
yang diharapkan adalah sebesar ≤ 2,0.
6. TLI (Tucler Lewis Index)
Indeks ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
d
C = Diskrepansi (ketidaksesuaian) dari model yang dievaluasi
d = Degrees of freedom dari model yang dievaluasi
Cb = Diskrepansi dari baseline model yang dijadikan pembanding
Db = Degrees of freedom dari baseline model yang dijadikan
pembanding
7. CFI (Comparative Fit Index)
Indeks ini adalah identik dengan Relative Noncentrality Index
(RNI), yang diperoleh dengan rumus :
CFI = RNI = 1 -
db Cb
d C
− −
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian
Sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang
disebar pada 110 orang (responden) calon pembeli sepeda motor Yamaha
“SCORPIO” di Surabaya dan kuesioner tersebut terdiri dari 9 pernyataan
yang dibagi menjadi 3 bagian.
Untuk memperjelas uraian tersebut di atas, maka berikut ini adalah
hasil dari jawaban kuisioner untuk masing masing variabel.
1 Bagian I berkaitan dengan pernyataan mengenai “Sikap (X1)”
Sikap merupakan sebagai evaluasi, perasaan dan kecenderungan
seseorang yang relatif terhadap suatu objek
Berdasarkan dari hasil jawaban kuisioner mengenai Sikap
Konsumen, dapat dilihat pada tabel 4.1, yaitu sebagai berikut :
Tabel. 4.1. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai : Sikap (X1)
Sumber : Lampiran. 1
Berdasarkan dari tabel 4.1, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata
yaitu sebesar 32,42% yang artinya bahwa sikao konsumen akan produk
sepeda motor Yamaha “SCORPIO” di Surabaya adalah rendah.
2 Bagian II berkaitan dengan pernyataan mengenai “Norma
Subyektif (X2)”
Norma subyektif (subjective norms) merupakan persepsi atau
pandangan seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang
akan mempengaruhi niat beli seseorang
Berdasarkan dari hasil jawaban kuisioner mengenai Norma
subyektif, dapat dilihat pada tabel 4.2, yaitu sebagai berikut :
Tabel. 4.2. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai : Norma Subyektif (X2)
Sumber : Lampiran. 2
Berdasarkan dari tabel 4.2, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata
(mean) tertinggi berada pada skor 1 atau jawaban sangat tidak setuju
yaitu sebesar 31,52% yang artinya bahwa persepsi atau pandangan
responden akan produk sepeda motor Yamaha “SCORPIO” di Surabaya
adalah rendah.
3 Bagian III berkaitan dengan pernyataan mengenai “Minat Beli
Minat beli konsumen adalah merupakan suatu bentuk pikiran
yang nyata dari refleksi rencana pembeli untuk membeli atau melakukan
tindakan pembelian pada suatu produk
Berdasarkan dari hasil jawaban kuisioner mengenai Minat beli
konsumen, dapat dilihat pada tabel 4.3, yaitu sebagai berikut :
Tabel. 4.3. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai : Minat Beli Konsumen (Y)
Sumber : Lampiran. 3
Berdasarkan dari tabel 4.3, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata
(mean) tertinggi berada pada skor 1 atau jawaban sangat tidak setuju
yaitu sebesar 29,70% yang artinya bahwa Minat beli responden akan
produk sepeda motor Yamaha “SCORPIO” di Surabaya adalah rendah.
4.2. Analisis Data
4.2.1. Uji Validitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah
indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang
seharusnya diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari
setiap latent variable / construct akan diuji dengan melihat loading faktor
dari hubungan antara setiap observed variable dan latent variable.
Analisis confirmatory factor analysis dilakukan peneliti dengan
program aplikasi statistik AMOS 4.01. Tiga construct utama yaitu Sikap,
pertanyaan. Ketika confirmatory factor analysis dilakukan untuk menguji
validitas konstruk, diperoleh hasil bahwa ke 9 instrumen tersebut
dinyatakan bervaliditas baik karena memiliki factor loadings ≥ 0.5
(MacLean dan Gray, 1998).
Berikut ini merupakan hasil pengukuran factor loading setiap butir
dan konstruk dengan confirmatory factor analysis, yang ditabulasikan
dalam bentuk tabel data, sebagai berikut :
Tabel. 4.4. Hasil Uji Validitas
Dengan Confirmatory Factor Analysis
Construct Indicator Komponen / Faktor
1 2 3 4
Minat beli konsumen (Y) Y1 0.988
Y2 0.275
Y3 0.830
Sumber : Lampiran. 1, data diolah
Berdasarkan pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa factor loadings
untuk masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap construct
adalah ≥ 0.5, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, hal ini berarti
bahwa butir-butir instrumentasi dari setiap konstruk tersebut dapat
dikatakan validitasnya baik dan dapat diterima.
4.2.2. Uji Reliabilitas
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa koefisien
(variabel atau indikator observasian). Sementara itu item to total
correlation digunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan
mengeliminasi butir-butir yang kehadirannya akan memperkecil koefisien
Cronbach’s Alpha yang dihasilkan (Purwanto, 2002)
Berdasarkan Uji Reliabilitas nilai Item to Total Correlation dan
Coefficient Cronbach’s Alpha setiap butir dan konstruk pengukuran dapat
dilihat pada tabel. 4.5, sebagai berikut :
Tabel. 4.5. Hasil Uji Reliabilitas
Dengan Koefisien Conbach’s Alpha
Minat beli konsumen (Y) Y1 0.895
0.762
Y2 0.728
Y3 0.859
Sumber : Lampiran. 3, data diolah
Berdasarkan pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai reliabilitas
konsistensi internal untuk setiap construct di atas menunjukkan hasil yang
baik karena koefisien Conbach’s Alpha yang diperoleh telah memenuhi
rules of thumb yang disyaratkan yaitu ≥ 0.7 (Hair et al., 1998).
4.2.3. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted
Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha,
Kedua pengujian tersebut masih dalam koridor uji konsistensi internal yang
akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa
indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama
(Purwanto, 2002). Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat
0,50.
Berdasarkan Uji Construct Reliability dan Extracted Variance,
diperoleh hasil, sebagai berikut :
Tabel. 4.6. Hasil Uji Construct Reliability dan Variance Extacted
Konstrak Indikator
Norma Subyektif (X2)
Sumber : Lampiran. 1, data diolah
Berdasarkan pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa hasil dari
pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan construct reliability
dan variance extracted menunjukkan instrumen reliabel, yang ditunjukkan
dengan nilai construct reliability seluruhnya ≥ 0,7. Meskipun demikian
angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya bila penelitian yang
dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70 pun masih dapat
diterima sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang terlihat dalam
4.2.4. Uji Normalitas
Uji Normalitas sebaran dilakukan dengan menggunakan Uji
Skweness Value dari data yang digunakan, yang biasanya disajikan dalam
statistik deskriptif. Nilai statistik untuk menguji Normalitas itu disebut
z-value. Dengan ketentuan bahwa bila nilai-z lebih besar dari nilai kritis,
maka dapat diduga bahwa distribusi data tersebut adalah tidak normal
dengan ketentuan bahwa nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat
signifikansi 0,01 (1%) yaitu sebesar ± 2,58.
Berdasarkan dari hasil Uji Normalitas diperoleh hasil, yaitu sebagai
berikut :
Tabel. 4.7. Hasil Uji Normalitas
Assessment of Normality
Multivariate -0.202 -0.075
Batas Normal ± 2,58
Sumber : Lampiran. 4, data diolah
Berdasarkan pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai c.r.
mutivariate berada di luar ± 2,58 itu berarti asumsi normalitas tidak
terpenuhi. Fenomena ini tidak menjadi masalah serius seperti dikatakan
menggunakan maximum likelihood estimation (MLE) walau ditribusi
datanya tidak normal masih dapat menghasilkan good estimate, sehingga
data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya.
4.2.5. Uji Multicollinierity dan Singularity
Pengujian terhadap gejala multikolinieritas antar variabel bebas
memperlihatkan tidak adanya gejala multikolonieritas yang merusak model
dan berdasarkan hasil Uji Multikolinieritas, dapat diketahui besarnya nilai
dari determinant of sample covariance matrix yaitu sebesar 8.307.477.966
dan angka ini jauh dari nol, dan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas
atau singularitas dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi. Dengan
demikian besaran koefisien regresi masing-masing faktor dapat dipercaya.
4.2.6. Uji Outlier
Uji Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik
unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan
muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau
variabel kombinasi atau multivariat (Hair, 1998).
Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel) perlu
dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada
outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers
Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung
dan akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua variabel
dalam sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick &
Fidel, 1996).
Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan
jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi
dengan menggunakan nilai tabel χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar
jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Berdasarkan Uji Outlier Multivariate dapat diperoleh hasil, yaitu
sebagai berikut
Tabel. 4.8. Hasil Uji Outlier Multivariate
Residuals Statistics (a)
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 25.959 92.442 55.500 13.089 110 Std. Predicted Value -2.257 2.822 0.000 1.000 110 Standard Error of Predicted Value 5.821 14.542 8.982 1.792 110 Adjusted Predicted Value 25.672 90.947 55.251 13.249 110
Residual -61.481 75.570 0.000 29.089 110
Std. Residual -2.024 2.488 0.000 0.958 110
Stud. Residual -2.129 2.629 0.004 1.001 110
Deleted Residual -67.986 84.328 0.249 31.764 110 Stud. Deleted Residual -2.168 2.711 0.005 1.009 110
Mahalanobis Distance [MD] 3.014 24.001 8.918 3.984 110
Cook's Distance 0.000 0.080 0.009 0.013 110
Centered Leverage Value 0.028 0.220 0.082 0.037 110
(a) Dependent Variable : NO. RESP
Mahalanobis Distance : > 27.877 =CHIINV(0,001.9)
Sumber : Lampiran. 2, data diolah
Berdasarkan pada tabel 4.8 dapat diketahui bahwa nilai
Mahalanobis Distance (MD) Maksimum yaitu sebesar 24,001, sedangkan
berdasarkan nilai tabel χ20.001dengan jumlah variabel 9 diperoleh nilai yaitu
nilai yang kurang dari χ2 tabel, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa,
tidak terjadi multivariate outliers. sehingga asumsi terpenuhi
4.3. Confirmatory Factor Analysis
4.3.1. Confirmatory Factor Analysis Minat Beli Konsumen (Y)
Indikator yang digunakan pada variabel Minat beli konsumen (Y)
yaitu Intensitas pencarian informasi (Y1), Keinginan segera membeli (Y.2)
dan Keinginan prefersial (Y3) dan untuk mengetahui setiap indikator
tersebut merupakan dimensi dari variabel Minat beli konsumen (Y)
digunakan Analisis Factor Confirmatory.
Berdasarkan Analisis Factor Confirmatory dengan program AMOS
4.0. diperoleh hasil, sebagai berikut :
Tabel. 4.9. Hasil Uji Unidimensionalitas Minat Beli Konsumen (Y)
Variabel Ustd Estimated Std Estimated Prob.
Y1 Minat beli konsumen <-- 1.000 0.988 0.000 Y2 MInat beli konsumen <-- 0.317 0.275 0.002 Y3 Minat beli konsumen <-- 0.897 0.830 0.000
Sumber : Lampiran. 5, data diolah
Berdasarkan pada tabel 4.9 dapat diketahui dari hasil Uji Analisis
Factor Confirmatory menunjukan bahwa indikator dari variabel minat beli
konsumen (Y) terdapat unidimensi (sig < 0,05) yang artinya bahwa
variabel Y1, Y2 dan Y3 adalah indikator dari minat beli konsumen (Y).
4.3.2. Confirmatory Factor Analysis Sikap (X1)
Indikator yang digunakan pada variabel Sikap (X1) yaitu Cognitive
Component (X1.1), Affective Component (X1.2) dan Behavioral Component
(X1.3) dan untuk mengetahui setiap indikator tersebut merupakan dimensi
Berdasarkan Analisis Factor Confirmatory dengan program AMOS
4.0. diperoleh hasil, sebagai berikut :
Tabel. 4.10. Hasil Uji Unidimensionalitas Sikap (X1)
Variabel Ustd Estimated Std Estimated Prob.
X1.1 Sikap <-- 1.514 0.899 0.000
X1.2 Sikap <-- 1.287 0.851 0.000
X1.3 Sikap <-- 1.405 0.889 0.000
Sumber : Lampiran. 5, data diolah
Berdasarkan pada tabel 4.10 dapat diketahui dari hasil Uji Analisis
Factor Confirmatory menunjukan bahwa indikator dari variabel Sikap
konsumen (X1) terdapat unidimensi (sig < 0,05) yang artinya bahwa
variabel X1.1, X1,2 dan X1,3 adalah indikator dari variabel Sikap (X1).
4.3.3. Confirmatory Factor Analysis Norma Subyektif (X2)
Indikator yang digunakan pada variabel Norma Subyektif (X2) ada
tiga yaitu Keyakinan normatif (X2.1), Menuruti kemauan orang lain (X2.2)
dan Motivasi (X2.3) dan untuk mengetahui setiap indikator merupakan
dimensi dari variabel Norma Subyektif (X2). digunakan Analisis Factor
Confirmatory.
Berdasarkan Analisis Factor Confirmatory dengan program AMOS
4.0. diperoleh hasil, sebagai berikut :
Tabel. 4.11. Hasil Uji Unidimensionalitas Norma Subyektif (X2)
Variabel Ustd Estimated Std Estimated Prob.
X2.1 Norma Subyektif <-- 1.261 0.836 0.000
X2.2 Norma Subyektif <-- 1.483 0.880 0.000
X2.3 Norma Subyektif <-- 1.501 0.951 0.000
Sumber : Lampiran. 5, data diolah
Berdasarkan pada tabel 4.11 dapat diketahui dari hasil Uji Analisis
Subyektif (X2) terdapat unidimensi (sig < 0,05) yang artinya variabel X2.1,
X2,2 dan X2,3 adalah indikator dari variabel Norma Subyektif (X2).
4.4. Structural Equation Model (SEM) dan Pengujian Hipotesis
4.4.1. Evaluasi Model Dengan One - Step Approach to SEM.
Dalam model Structural Equation Model (SEM), model pengukuran
dan model struktural parameter-parameternya diestimasi secara
bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit
model. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara
measurement model dan structural model yang diestimasi secara
bersama-sama (One Step Approach to Structural Equation Model (SEM).
One step aprroach to Structural Equation Model (SEM) digunakan
apabila model diyakini bahwa dilandasi teori yang kuat serta validitas &
reliabilitas data sangat baik (Hair et.al,1998) Hasil estimasi dan fit model
one step approach to SEM dengan menggunakan program aplikasi AMOS
4.01 terlihat pada Gambar dan Tabel Goodness of Fit di bawah ini.