Page 127
TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP KEPATUHAN PERAWAT
DALAM PENERAPAN STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) SAFE
HANDLING PADA PEMBERIAN OBAT SITOTOKSIK
Lisnadiyanti*, Susan Yuliasari
*
Staf Pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Binawan **Alumni STIKes Binawan
E-mail : lisna@binawan-ihs.ac.id ABSTRAK
Pendahuluan: Kemoterapi adalah pemberian obat sitotoksik yang bertujuan untuk mengurangi dan menghentikan pertumbuhan sel kanker. Safe handling obat sitotoksik adalah suatu petunjuk keamanan dalam penanganan obat sitotoksik yang bertujuan untuk melindungi tenaga kesehatan dari efek negatif obat tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat terhadap tingkat kepatuhan perawat dalam pelaksanaan standard operating prosedur (SOP) safe handling pada pemberian kemoterapi di ruang Teratai Rumah Sakit Kanker Dharmais, DKI Jakarta 2016. Metode: Jenis penelitian ini adalah non-eksperimental bersifat korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah perawat di ruang Teratai RS Kanker Dharmais yang berjumlah 57 responden dengan menggunakan tehnik purposive sampling dan data dianalisa dengan uji spearman
rank. Hasil: Pada penelitian ini, uji spearman rank di dapatkan hasil pvalue = 0,000 dengan nilai
kolerasi r =0,641 yang menunjukkan hubungan yang sangat kuat maka artinya semakin tinggi pengetahuan maka semakin tinggi tingkat kepatuhannya. Perlu meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan dalam menjalankan safe handling pemberian obat kemoterapi terutama seorang perawat karena terpapar langsung oleh obat sitotoksik kemoterapi.
Kata Kunci : Kemoterapi, Safe handling, Pengetahuan, Kepatuhan
THE KNOWLEDGE OF NURSE MEDICAL CONDUCT IN THE IMPLEMENTATION OF SAFE HANDLING STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) ON SITOTOKSCAT DRUG
ABSTRACT
Introduction: Chemotherapy is a specialized cytotoxic drug for reducing and preventing the growth of cancer cells. Safe cytotoxic drug treatment is a safety guide in the treatment of specific cytotoxic drugs to protect against the negative effects of the drug. This study aims to determine the success rate of disease handling in patients in Lotus Hospital Dharmais Cancer Hospital. Methods: The type of this research is non experimental with cross sectional approach. The population of the study were nurses in Lotus Dharmais Cancer Hospital who used 57 respondents by using purposive sampling technique and the data were analyzed by spearman rank test. Results: In this study, spearman rank test results pvalue = 0,000 with correlation value r = 0.641 indicating a very strong relationship then the higher the knowledge the higher the level of compliance. Health workers should improve their knowledge and compliance in safe handling. Drugs by cytotoxic chemotherapy physicians.
Page 128 PENDAHULUAN
Kanker adalah suatu keganasan yang terjadi karena adanya sel dalam tubuh yang berkembang secara tidak terkendali sehingga pertumbuhannya menyebabkan kerusakan bentuk dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh (Sjamsuhidajat& De Jong, 2004). Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Serikat Pengendalian Kanker Internasional (UICC) memprediksi, akan terjadi peningkatan lonjakan penderita kanker sebesar 300 persen di seluruh dunia pada tahun 2030. Kanker adalah penyebab kematian ke tujuh (5,7%) setelah stroke, tuberculosis, hipertensi dan perinatal. (Jurnal RS Kanker Dharmais, 2011).
Salah satu penatalaksanaan kanker adalah kemoterapi. Kemoterapi adalah pemberian obat sitotoksik yang bertujuan untuk mengurangi dan menghentikan pertumbuhan sel kanker (Wells & Murphy, 2009). Obat sitotoksik memiliki sifat mutagenik, karsinogenik, teratonik, bersifat toksik bagi sistem reproduksi, genotoksik dan dapat menjadi toksik bagi organ lain (Maede,2014).
Pelayanan kemoterapi di rumah sakit Dharmais dilakukan pada unit rawat inap dan unit rawat jalan, salah satunya adalah di Ruang Teratai, yaitu ruang rawat inap yang jumlah tempat tidur yang tersedia sebanyak 70 buah,rata-rata harian pasien berjumlah 50-60 orang dengan jumlah pasien yang menjalani kemoterapi di ruangan ini adalah rata-rata 5-6 orang per hari, dan dalam sebulan mencapai 150 orang pasien dengan kemoterapi (sitotoksik). Perawat yang ada diruang Teratai sebanyak 60 orang, dengan tingkat pendidikan sarjana keperawatan sebanyak 14 orang, diploma keperawatan 46 orang. Dari jumlah tersebut 47 orang sudah mendapatkan pelatihan penanganan kanker dasar. Sedangkan untuk pelatihan kemoterapi 14 orang sudah pernah, 46 orang belum pernah mengikuti pelatihan kemoterapi. SOP safe handling pemberian kemoterapi yang ada di RS Kanker Dharmais mulai dari penggunaan alat pelindung diri (sarung tangan, pelindung mata/wajah, masker, gaun pelindung, pelindung kepala dan sepatu), penerimaan, persiapan, transportasi sampai dengan pemberian obat sudah ada. Meskipun telah ada peningkatan kesadaran dan kepedulian mengenai safe handling obat sitotoksik namun masih banyak perawat yang masih tidak mengikuti prosedur safe handling obat
sitotoksik dan tidak menggunakan perlengkapan yang telah ditentukan sesuai prosedur, diantaranya terlihat APD sepeti kaca mata, celemek, topi dan lain-lain tidak digunakan. Selain itu ada beberapa kasus petugas yang mengalami beberapa gangguan kesehatan seperti mual, pusing, nyeri kepala, rambut rontok, diare, menstruasi tidak teratur dan lain-lain, dimana gejala-gejala tersebut memiliki kemiripan dengan beberapa gejala-gejala yang muncul akibat obat sitotoksik yang terpapar terhadap perawat. Namun hal tersebut belum sampai pada pemeriksaan lanjut yang mengindikasikan bahwa masalah keluhan itu berhubungan dengan obat-obat sitotoksik semata.
Mengingat efek samping yang ditimbulkan oleh obat-obatan kemoterapi dibutuhkan pelaksanaan kemoterapi yang sesuai dengan prosedur. Perawat juga harus memiliki pengetahuan mengenai resiko pemberian obat kemoterapi, baik resiko yang dapat terjadi pada pasien juga resiko terhadap perawat sendiri pada saat pemberian kemoterapi maupun resiko yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Dengan adanya pengetahuan tersebut, perawat akan memahami dan mengerti bahwa dalam memberikan kemoterapi harus melakukan sesuai dengan SOP safe handling kemoterapi, sehingga keselamatan dan keamanan dalam bekerja dapat terjaga.
Berdasarkan uraian diatas, sangat diperlukan pelaksanaan kemoterapi yang aman dan sesuai prosedur mengingat efek samping yang dapat timbul dalam pelaksanaan kemoterapi berlaku bagi pasien, petugas kesehatan, dan lingkungan disekitarnya. Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk menelusuri dan menganalisa lebih lanjut terhadap perilaku perawat dalam penerapan
standard operating procedure (sop) safe handling pada pemberian obat sitotoksik kemoterapi ini,di ruang Teratai RS Kanker Dharmais.
BAHAN DAN METODE
Penelitian menggunakan rancangan penelitian analitik korelatif dengan desain
cross sectional. Populasi penelitian adalah
semua perawat dan sample berjumlah 57 responden. Sample adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan jumlah sample didapat dengan menggunakan tehnik purposive
sampling selain itu, penelitian ini bertujuan
Page 129 terhadap tingkat kepatuhan dalam pelaksanaan
standard operating prosedur safe handling
pada pemberian kemoterapi periode April sampai dengan Juni 2016. HASIL
Analisa Univariat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Data Demografi perawat (n = 57) Variabel Kategorik Frekuensi
∑ %
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 10 47 17,5 82,5 Usia ≤ 25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun > 45 tahun 6 35 14 2 10,5 61,4 24,6 3,5 Tingkat Pendidikan DIII S1 Keperawatan 43 14 75,4 24,6 Lama Kerja < 5 tahun
≥ 5 tahun
14 43
24,6 75,4 Berdasarkan pada tabel 1, frekuensi
responden menurut jenis kelamin mayoritas berjenis kelamin perempuan sejumlah 47 responden (82,5%), menurut kelompok usia paling banyak yaitu usia 26-35 tahun sejumlah
35 responden (61,4%), menurut tingkat pendidikan paling banyak yaitu berpendidikan DIII keperawatan sejumlah 43 responden (75,4%), lama kerja mayoritas ≥ 5 tahun sejumlah 43 responden (75,4%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan tingkat pengetahuan (n=57)
Variabel Kategorik Frekuensi ∑ % Tingkat Pengetahuan Baik
Cukup Kurang 56 1 0 98,2 1,8 0 Berdasarkan tabel 2, frekuensi responden
berdasarkan pengetahuan perawat Ruang Teratai Rumah Sakit Kanker Dharmais paling banyak perawat yang memiliki pengetahuan
baik sejumlah 56 responden (98,2%) dan yang pengetahuan cukup sejumlah 1 responden (1,8%) dan tidak ada responden yang memiliki pengetahuan kurang.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kepatuhan (n=57) Variabel Kategorik Frekuensi
∑ % Kepatuhan Sangat Patuh
Cukup Patuh Tidak Patuh 55 2 0 96,5 3,5 0 Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa
distribusi frekuensi responden berdasarkan kepatuhan perawat dalam penerapan standard
operating procedure (sop) safe handling
pemberian obat sitotoksik kemoterapi di ruang
Teratai Rumah Sakit Kanker Dharmais yaitu paling banyak perawat sangat patuh sejumlah 55 responden (96,5%) dan yang cukup patuh sejumlah 2 responden (3,5%) dan tidak ada responden yang tidak patuh. Analisa Bivariat
Tabel 4. Analisis hubungan tingkat pengetahuan perawat terhadap tingkat kepatuhan perawat dalam penerapan standard operating procedur (sop) safe handling pemberian obat sitotoksik
(n=57) Pengetahuan Kepatuhan Total Nilai-r P value Sangat Patuh Cukup
Patuh
Tidak Patuh
Page 130 Baik 55 98,2% 1 1,8% 0 0% 56 100% 0,641 0,000 Cukup 0 0% 1 100% 0 0% 1 100% kurang 0 0% 0 0% 0 0% 0 100% Total 55 96,5% 2 3,5% 0 0% 57 100% Berdasarkan tabel 5.4 di atas, hasil analisis
Hubungan tingkat pengetahuan perawat terhadap kepatuhan dalam penerapan standard
operating procedure (sop) safe handling
pemberian obat sitotoksik kemoterapi di ruang Teratai Rumah Sakit Kanker Dharmais di dapatkan hasil analisis uji kolerasi diperoleh P
Value = 0,000 ( P Value 0,000 < α 0,05)
dengan nilai r =0,641 yang menunjukkan hubungan yang kuat dan berpola positif maka
artinya semakin tinggi pengetahuan maka semakin tinggi tingkat kepatuhannya. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antaratingkat pengetahuan perawat terhadap kepatuhan perawat dalam penerapan
standard operating procedure (sop) safe handling pemberian obat sitotoksik kemoterapi
di ruang Teratai Rumah Sakit Kanker Dharmais.
PEMBAHASAN Analisa Univariat
Karakteristik Responden Berdasarkan Demografi
Hasil penelitian berdasarkan demografi responden menurut jenis kelamin mayoritas berjenis kelamin perempuan sejumlah 47 responden (82,5%). Menurut Kartono dalam Astuti (2009) jenis kelamin/seks merupakan kualitas yang menentukan individu itu laki-laki atau perempuan yang menyatakan bahwa perbedaan secara anatomis dan fisiologis pada manusia menyebabkan perbedaan struktur tingkah laku dan struktur aktivitas antara pria dan wanita.Menurut kelompok usia paling banyak yaitu usia 26-35 tahun sejumlah 35 responden (61,4%), menurut tingkat pendidikan paling banyak yaitu berpendidikan DIII keperawatan sejumlah 43 responden (75,4%). Notoatmodjo (2003) berpendapat semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi. Menurut lama kerja mayoritas ≥ 5 tahun sejumlah 43 responden (75,4%). Lama Kerja menurut Foster (2012) dalam penelitian siagian (2014) menyatakan bahwa ukuran tentang lama kerja yang ditempuh seseorang dapat memahami tugas-tugasnya dengan baik. Oleh karena itu, lama kerja mempengaruhi perawat dalam menjalankan fungsinya sehari-hari. Semakin lama seseorang bekerja maka akan terampil dan semakin berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaannya. Pengetahuan dan keterampilan serta sikap pada diri seseorang, Sehingga dapat menunjang dalam mengembangkan diri dengan perubahan yang ada. Dengan pengalaman yang didapat seseorang akan lebih cakap dan terampil serta mampu melaksanakan tugas pekerjaannya.
Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi tingkat pengetahuan perawat ruang Teratai Rumah Sakit Kanker Dharmais paling banyak perawat yang memiliki pengetahuan baik sejumlah 56 responden (98,2%) dan yang pengetahuan cukup sejumlah 1 responden (1,8%) dan tidak ada responden yang memiliki pengetahuan kurang. Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia, sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.(Budiman & Riyanto, 2013). Berdasarkan definisi pengetahuan tersebut, seorang perawat yang bekerja dengan obat sitotoksik harus memiliki pengetahuan yang baik sehingga terbentuk suatu perilaku untuk melindungi diri dan ligkungan dari bahaya obat tersebut. Pengetahuan yang kurang akan menyebabkan perawat menjadi kurang berhati-hati dalam bekerja dan meningkatkan resiko terjadinya efek negatif dari obat-obatan tersebut dikemudian hari.
Tingkat Kepatuhan
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi tingkat kepatuhan perawat dalam pelaksanaan standart operating prosedur safe handling pemberian obat sitototik di ruang Teratai Rumah Sakit Kanker Dharmais yaitu paling
Page 131 banyak perawat sangat patuh sejumlah 55
responden (96,5%) dan yang cukup patuh sejumlah 2 responden (3,5%) dan tidak ada responden yang tidak patuh. Kepatuhan menurut Sacket dalam Niven (2002) berasal dari kata dasar patuh yang berarti disiplin atau taat. Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmojo (2012) membagi prilaku manusia menjadi 3 (tiga) wilayah ranah atau domain, yakni: kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi, menjadi: pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), praktik tindakan (practice).
Kepatuhan merupakan suatu hal yang dapat mengembangkan suatu rutinitas (kebiasaan) yang dapat membantu dalam mengikuti aturan tertentu. Kepatuhan terjadi bila aturan diikuti dengan benar sehingga membentuk suatu perilaku seseorang yang diharapkan.
Hasil Analisa Bivariat
Hasil uji statistik diperoleh P Value = 0,000 ( P Value 0,000 < α 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan perawat terhadap kepatuhan perawat dalam penerapan
standard operating prosedur (sop) safe handling pemberian obat sitotoksik kenoterapi
di ruang Teratai Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu, seperti menururut Handayani (2005), Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior) terutama bagi seorang perawat dengan berpengetahuan baik diharapkan perawat dalam melaksanakan tugasnya dapat lebih profesional sehingga dapat menghindari kesalahan dalam setiap melakukan tindakkan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Hal ini sejalan dengan penelitian Anastasya Donadea (2013) Pemberian obat kemoterapi sebagian besar (87,3%) dilakukan oleh petugas kesehatan sesuai SOP. Dalam tindakan pemberian kemoterapi perlu diperhatikan prinsip 6 benar, yaitu benar pasien, benar rute, benar dosis, benar obat, benar waktu, dan dokumentasi (ASCO, 2009).Dalam pemberian obat, baik pre-medikasi, obat kemoterapi, dan post-medikasi sudah dilakukan sesuai dengan SOP.
Menurut Sutarni (2003, dalam Maridi, 2009), petugas kesehatan yang diizinkan untuk
memberikan obat sitostatika adalah mereka yang sudah mendapat pendidikan tentang cara menangani obat sitostatika, mengetahui kemungkinan risiko yang terjadi akibat obat sitostatika, penatalaksanaan alat-alat yang terkontaminasi,pencegahan paparan terhadap petugas kesehatan. Petugas yang tidak diizinkan untuk memberikan obat sitostatika seperti wanita hamil, petugas kesehatan yang tidak memakai pelindung, atau mahasiswa yang sedang praktik.
Menurut peneliti pengetahuan seorang perawat dalam menjalankan safe handling pemberian obat kemoterapi sangat penting karena perawat merupakan tenaga kesehatan yang terpapar langsung oleh obat sitotoksik kemoterapi. Safe handling obat sitotoksik adalah suatu petunjuk keamanan dalam penanganan obat sitotoksik yang bertujuan untuk melindungi tenaga kesehatan dari efek negatif obat tersebut bagi diri tenaga kesehatan kesehatan (NIOSH, 2004; Otto, 2007; Wells & Murphy, 2009; HSE 2013; Meade, 2014). Mengingat efek samping yang ditimbulkan oleh obat-obatan kemoterapi pada pasien, petugas kesehatan yang terlibat, dan lingkungan di sekitarnya, dibutuhkan standar operasional prosedur kemoterapi yang menjadi acuan bagi petugas kesehatan untuk melakukan pemberian kemoterapi yang aman. Prosedur pelaksanaan yang dilakukan dengan baik dan sesuai SOP dapat meminimalisir risiko. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anastasy (2012) yang berjudul Gambaran
Pelaksanaan Kemoterapi Di Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung disimpulkan bahwa sebagian
besarpelaksanaan kemoterapi di Ruang Kemuning dilaksanakan sesuai SOP pemberian kemoterapi di rumah sakit. Dalam penelitiannya juga menyarankan agar perawat melakukan tindakan pelaksanaan kemoterapi sesuai prosedur yang ada dan memperhatikan respon yang timbul pada pasien selama tindakan kemoterapi diberikan untuk mencegah reaksi berlebihan yang mungkin membahayakan. Perawat juga diharapkan dapat lebih memperhatikan keamanan kerja dengan menggunakan APD seperti baju pelindung tahan air, sarung tangan nitril atau menggunakan sarung tangan berlapis (double), pelindung kepala dan pelindung mata saat melakukan tindakan pemberian kemoterapi sehingga dapat mengurangi risiko dan efek samping yang dapat ditimbulkan.
Page 132 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ada hubungan tingkat pengetahuan perawat terhadap kepatuhan perawat dalam penerapan
standart operating procedure (SOP) safe handling pada pemberian obat sitototoksik
kemoterapi di ruang Teratai Rumah Sakit Kanker Dharmais dengan hasil analisis uji kolerasi diperoleh P Value = 0,000 ( P Value 0,000 < α 0,05) dengan nilai r =0,641 yang menunjukkan hubungan yang kuat.
Saran
Diharapkan perawat agar selalu menambah ilmu pengetahuan tentang bagaimana penerapan terapi kemoterapi sesuai standard
operating procedure (SOP) safe handling
pemberian obat sitotoksik kemoterapi. Selain itu diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi Rumah Sakit Kanker Dharmais dalam meningkat kan kualitas ketersediaan sumber daya dalam mendukung penerapan standard operating procedure (sop)
safe handling pemberian obat sitotoksik
kemoterapi.
KEPUSTAKAAN
Anastasya Donadear. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. Dengan judul Gambaran Pelaksanaan Kemoterapi Di Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Budiman & Riyanto, A, (2013). Kapita selekta kuesioner pengetahuan dan sikap dalam penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Dirdjo, M.M., (2009). Penatalaksanaan Kemoterapi Yang Aman.
Jacobson, J.O.; M. Polovich, et.al.2009.
American society of
clinicaloncology/oncology nursing society
chemotherapy administration
safetystandards. Oncology Nursing Forum Vol. 36, No. 36. Available at: http://search.proquest.com/docview/2231 14498/fulltextPDF/135959E9F8965B1 13C4/3?accountid=48290. ()
Joshi, M. (2007). Cytotoxic drugs: towards
safer chemotherapy practises. Indian
Journal of Cancer Vol. 44, No 1. Available at: http://search.proquest.com/ Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian
Kesehatan, Edisi Revisi. Jakarta; Rineka
Cipta
Nursalam (2014). Pedoman Skripsi, Tesis Dan
Instrument Penelitian Keperawatan,
Jakarta Salemba Medika
Otto, S.E. (2005). Buku Saku Keperawatan
Onkologi. (alih bahasa oleh Jane Freyana
Budi). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Parsinahingsih, S.H., dan Supratman. (2008).
Gambaran pelaksanaan kewaspadaan universal di rumah sakit umum daerah dr. Moewardi surakarta. Majalah Berita
Ilmu Keperawatan Vol.1, No. 1. Available at:http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1 1081924.pdf
Power, L.A., and M. Polovich. (2003). Special
Reports: Safe Handling of Hazardous
Drugs.Ce Certified November 2003. Polovich, M. (2004). Safe handling of
hazardous drugs.online journal of issues innursing. Vol. 9 no. 3, manuscript 5.Available
at:http://www.nursingworld.org/MainMen uCategories/ANAMarketplace/ANAPerio dicals/OJIN/TableofContents/Volume920 04/No3Sept04/HazardousDrugs.aspx Rasjidi, I. (2007). Kemoterapi Kanker
Ginekologi Dalam Praktik Sehari-Hari.
Jakarta: Sagung Seto.
Riskesdas. (2013). Badan penelitian dan
pengembangan kesehatan kementrian kesehatan Ri. Jakarta
Smeltzer, S.C.; B.G. Bare, et. al. (2009).
Brunner and Suddarth’s Textbook Of Medical Surgical Nursing. Wolters Kluwer.