SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Untuk Menyusun Skripsi S-1 Program Studi Akuntansi
Oleh:
RIRIN WAHYUNI 0613010221 / FE / AK
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAWA TIMUR
TERHADAP PENDAPAT AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA TIMUR
Yang Diajukan Oleh
RIRIN WAHYUNI 0613010221 / FE / AK
Telah disetujui untuk diseminarkan oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec. H. Munari, MM Tanggal : …….…….…………
Mengetahui
Ketua Program Studi Akuntansi
Hidayah, dan Karunia-Nya yang tak terhingga sehingga saya berkesempatan
menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan
dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada:
1. Kedua orang tua yang telah memberikan doa, dukungan dan
bantuannya secara moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini
sehingga mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak. Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
5. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi selaku Ketua Progdi Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Bapak Drs. Ec. Munari, MM selaku Dosen Pembimbing yang dengan
kesabaran dan kerelaan telah membimbing dan memberi petunjuk yang
sangat berguna sehingga terselesaikannya skripsi ini.
7. Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada
penulis selama menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan Nasional
”Veteran” Jawa Timur.
8. Teman-teman seluruhnya yang selalu membantu dan memberikan
semangat.
Penulis menyadari bahwa masih jauh dari sempurna didalam penulisan
skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi
perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini
memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, 10 Agustus 2011
DAFTAR TABEL ... vi
2.2.3 Definisi dan Komponen Indenpedensi ...…………. 22
2.2.4. Pendapat Auditor ..………. 17
2.2.4.1 Pengertian Pendapat Auditor .………... 24
2.2.4.2 Jenis Pendapat Auditor ……….… 25
2.6 Kerangka Pikir ……… 30
2.7 Hipotesis ………. 31
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan pengukuran Variabel... 32
3.1.1. Definisi Operasional ……… 32
3.1.2. Pengukuran Variabel ………... 33
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 35
3.3 Teknik Pengumpulan Data …...…………...…… 37
3.3.1. Jenis Data ……… 37
3.3.2. Sumber Data ………... 37
3.4 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis………. 38
3.4.1. Uji Validitas dan Reabilitas ………..………… 38
3.4.2. Uji Asumsi Klasik ……….. 40
3.4.3. Teknik Analisis ... 42
3.4.4. Uji Hipotesis ... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ... 45
4.1.1 Auditor Independen …...…………...…… 45
4.1.2 Gambaran Responden ....……… 48
4.2. Obyek Penelitian 4.2.1 Hasil penelitian variabel bebas kompetensi auditor …………...………... 49
4.2.2 Hasil Penelitian variabel bebas Indepedensi Auditor …….……… 52
4.3.3 Uji Normalitas ... 65
4.3.4 Uji Asumsi Klasik ... 66
4.3.4.1 Uji Multikolenieritas ... 66
4.3.4.2 Uji Heteroskedastisitas ... 67
4.3.4.3 Uji Autokorelasi ... 68
4.3.5 Uji Regresi Linear Berganda ... 68
4.3.5.1 Uji Hipotesis ... 70
4.4. Pembahasan ...………...……….… 72
4.5. Perbedaan Hasil Penelitian Dengan Penelitian Terdahulu ………...…………... 74
4.6. Keterbatasan Penelitian ... 75
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ……….…….……….…… 77
5.2. Saran……….…….……… 77
3. : Data UKM Di Tanggulangin Sidoarjo ... 32
4.1. : Jumlah Penduduk Wilayah Sidoarjo ... 42
4.2. : Tabel Frekuensi Jawaban Variabel Persepsi Pengusaha Keberhasilan Sentra Industri Kecil Dan Menengah ………... 45
4.3. : Tabel Frekuensi Jawaban Variabel Sistem Informasi Akuntansi…... 48
4.4. : Hasil Uji Validitas Persepsi Pengusaha Keberhasilan Sentra Industri Kecil Dan Menengah ... 49
4.5. : Hasil Uji Validitas Variabel Sistem Informasi Akuntansi ... 50
4.6. : Hasil Uji Reliabilitas …... 51
4.7. : Hasil Uji Normalitas ... 51
4.8. : Uji Regresi Linier Sederhana ... 52
4.9. : Hasil Analisis Uji F ... 53
4.10. : Hasil Koefisien Determinasi (R Square / R2) ……... 54
4.11. : Hasil Uji t ……….…………. 54
Gambar 2. : Siklus Pengolahan Data Dengan Komputer …………..…..….. 12
Ririn Wahyuni
ABSTRAK
Setiap manajemen perusahaan melaporkan hasil posisi keuangan dan kegiatan operasinya setiap tahun. Posisi keuangan tersebut berisi keadaan atau kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan, dimana pihak pemakai laporan keuangan dapat melihat perkembangan perusahaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Posisi keuangan dan hasil operasi dilaporkan dalam bentuk laporan keuangan sehingga terdapat hubungan antara pihak manajemen perusahaan dengan para pemakai laporan keuangan tersebut.Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak atau belum diaudit. Banyaknya kasus perusahaan yang ”jatuh” karena kegagalan bisnis yang dikaitkan dengan kegagalan auditor, hal ini mengancam kredibilitas laporan keuangan. Ancaman ini selanjutnya mempengaruhi persepsi masyarakat, khususunya pemakai laporan keuangan atas kualitas audit. Kualitas audit ini penting karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan.
Penelitian ini dilakukan pada 54 auditor di KAP Surabaya Timur dengan data primer berupa kuesioner. Teknik analisis menggunakan regresi linear berganda. Hasil analisis kemudian di analisis dengan uji asumsi klasik serta uji F dan uji t statistik.
Setiap manajemen perusahaan melaporkan hasil posisi keuangan
dan kegiatan operasinya setiap tahun. Posisi keuangan tersebut berisi
keadaan atau kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan, dimana
pihak pemakai laporan keuangan dapat melihat perkembangan perusahaan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Posisi keuangan dan hasil operasi
dilaporkan dalam bentuk laporan keuangan sehingga terdapat hubungan
antara pihak manajemen perusahaan dengan para pemakai laporan keuangan
tersebut.
Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan
informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan.
Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya
lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak atau belum
diaudit.
Banyaknya kasus perusahaan yang ”jatuh” karena kegagalan bisnis
yang dikaitkan dengan kegagalan auditor, hal ini mengancam kredibilitas
laporan keuangan. Ancaman ini selanjutnya mempengaruhi persepsi
masyarakat, khususunya pemakai laporan keuangan atas kualitas audit.
Kualitas audit ini penting karena kualitas audit yang tinggi akan
menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor, antara
lain pengetahuan dan pengalaman. Untuk melakukan tugas pengauditan,
auditor memerlukan pengetahuan pengauditan (umum dan khusus) dan
pengetahuan mengenai bidang auditing, akuntansi, dan industri klien. Syarat
pengauditan pada Standar Auditing, meliputi tiga hal, yaitu :
(SA Seksi 150:1 dalam SPAP, 2001)
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya (kompetensinya) dengan
cermat dan seksama.
Penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Frederick (1990)
dalam Kusharyanti (2003:26) menemukan bahwa auditor yang
berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan
keuangan. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal
atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat
mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari
sistem akuntansi yang mendasari (Libby et al,1985) dalam Mayangsari
(2003).
Terdapat Perbedaan kepentingan antara pihak manajemen
berkepentingan untuk melaporkan pengelolaan bisnis perusahaan yang
dipercayakan kepadanya. Sedangkan pemakai laporan keuangan khususnya
pemilik berkepentingan untuk melihat hasil kinerja manajemen didalam
mengelola perusahaan. (Christiawan, 2002:80)
Untuk meyakinkan para pemakai terhadap kewajaran laporan
keuangan tersebut, pihak manajemen dapat meminta jasa dari pihak ketiga
yaitu auditor untuk memeriksa laporan keuangan. Standar yang dipakai
pedoman bagi para auditor adalah Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menurut Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI).
Laporan keuangan adalah laporan yang disajikan oleh klien.
Auditor bertanggung jawab dalam penentuan kecermatan pencatatan data
yang menjadi dasar laporan keuangan tersebut. Ia bertanggung jawab atas
ketidakcermatan didalam laporan keuangan tersebut.
Hal-hal yang terutang dalam Standar Umum inilah yang nantinya
akan dijadikan tolak ukur atau parameter seorang auditor itu independen dan
kompeten atau tidak di dalam penelitian ini.
Sebelum melaksanakan tugasnya seorang auditor harus
merencanakan penugasannya dengan baik. Seorang auditor yang tidak
mempunyai keahlian sangat bergantung pada bukti-bukti yang disediakan
oleh pihak manajemen atau pemikiran-pemikiran orang lain. Artinya mereka
tidak dapat memberikan pendapat secara obyektif. Akan tetapi terkadang
dalam memberikan pendapat mengenai hal yang diauditnya (Citroen;1998),
kesalahan tersebut antara lain disebabkan kurangnya kompetensi dan
independensi yang dimiliki auditor (Mayangsari,2003).
Kesalahan-kesalahan itu timbul karena faktor keahlian audit independensi. Asthon
(1991); Chao dan Trootman (1991); Libby dan libby (1989) mengatakan
bahwa pengalaman dan pengetahuan merupakan faktor penting yang
berkaitan dengan pemberian pendapat audit.
Menurut Flint dkk (1978) dalam Lee Stone (1995) yang dikutip
oleh Mayangsari menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi
merupakan dua karakteristik yang tidak akan saling bergantung (mutually
exclusive), padahal dalam artikel yang sama menunjukkan bahwa kedua
karakteristik tersebut saling bergantung (Lee dan Stone 1995; Boys 1986;
Schandl 1978).
De Angelo dalam Kusharyanti (2003) mendefinisikan
kualitas audit sebagai kemungkinan (joint probability) dimana seorang
auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam
sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan
salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi)
sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi
auditor.
Seorang auditor harus bertindak sebagai seorang ahli di bidang
dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas melalui
pengalaman dan praktek audit (SA Seksi 210:1 SPAP, 2001).
Beberapa auditor mengakui bahwa melaksanakan tugas dengan
benar tidaklah mudah untuk selain harus ahli, teliti dan cermat juga harus
memiliki pengalaman yang cukup. Sekarang ini masih banyak masalah
mengenai pendapat auditor dikarenakan keahlian audit yang dimiliki oleh
auditor misalnya adalah kasus perkara antara kantor akuntan publik auditor
laporan keuangan PT. Telkom yakni KAP Eddy Pianto yang melaporkan
KAP Hadi sutanto. KAP Eddy Pianto adalah auditor laporan keuangan
tahun 2002 PT. Telkom, sementara KAP Hadi Sutanto adalah auditor anak
perusahaan PT. Telkom, yakni PT. Telkomsel.
Inti permasalahan dari perkara tersebut adalah dimana Eddy
Pianto dari KAP Eddy Pianto merasa dirugikan oleh KAP Hadi Sutanto
karena dinilai menghambat karier dan kerja penggugat. Semua itu
disebabkan KAP Hadi Sutanto tidak mengizinkan KAP Eddy Pianto untuk
menggunakan pendapat KAP Hadi Sutanto dalam hasil auditnya terhadap
PT. Telkomsel (anak perusahaan) kedalam laporan audit (konsolidasi) PT.
Telkom. Hal inilah yang dianggap Eddy Pianto sebagai salah satu alasan
SEC (US Securities and Exchange-SEC) menolak laporan keuangan tahun
2002 Telkom auditan KAP Eddy Pianto (Kompas/Sabtu 27 Desember
2003)
Secara tidak langsung dari keadaan diatas dapat dilihat adanya
pendapat. Hal ini disebabkan karena tidak adanya sikap kompeten dan
independen yang dimiliki oleh auditor dari KAP Eddy Pianto sehingga
tidak mampu memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan
secara obyektif.
Berdasarkan fenomena-fenomena diatas menunjukkan bahwa
seorang auditor khususnya yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di
Surabaya Timur harus kompeten dan memiliki sikap independen yang
mampu menjadi faktor-faktor yang mendasari kualitas kinerja auditor
dalam memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan yang
telah dibuat oleh klien.
Uraian diatas membangkitkan minat peneliti untuk berusaha
meneliti lebih dalam mengenai keterkaitan hubungan antara kompetensi,
independensi terhadap pendapat auditor. Sehingga judul yang diambil
dalam penelitian ini adalah: “ Pengaruh Kompetensi Dan Independensi
Auditor Terhadap Pendapat Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di
Surabaya Timur ”
1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka
permasalahan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Apakah terdapat pengaruh antara kompetensi dan independensi auditor
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk membuktikan secara empiris pengaruh kompetensi dan
independensi auditor terhadap pendapat auditor.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Universitas
Sebagai referensi peneliti lain yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti, serta sebagai Dharma Bhakti
Perguruan Tinggi
b. Bagi Praktisi
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan wacana dasar pemikiran dan
penalaran untuk merumuskan permasalahan baru dalam
penelitian. Selanjutnya guna memperluas pemahaman civitisa
akademi dan memperdalam pengetahuan di bidang akuntansi
khususnya auditing.
c. Bagi Peneliti
Memperdalam pengetahuan sebagai upaya peningkatan daya
pikir dan menambah pengetahuan praktis masalah audit
khususnya tentang pengaruh kompetensi dan indepedensi auditor
2.1. Penelitian Terdahulu
a. Sekar Mayangsari (2003)
judul :
“ Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Audit : Sebuah kuasi
eksperimen ”
Permasalahan :
1. Apakah terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan independen
dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau auditor yang
hanya sama sekali tidak memiliki kedua karakteristik tersebut.
2. Apakah terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan sebagai dasar
pembuatan keputusan pendapat antara auditor yang ahli dan auditor yang
tidak ahli ?
Hipotesis :
1. Diduga terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan independen
dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau auditor yang
sama sekali tidak memiliki kedua karakteristik tersebut.
2. Diduga terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan antara auditor
Kesimpulan :
1. Pada hipotesa pertama menyatakan bahwa perbedaan antara auditor yang
ahli dan independen dengan auditor yang hanya memiliki satu
karakteristik atau sama sekali tidak memiliki karakteristik tersebut.
Kesimpulan ini diambil karena pada kelompok auditor yang ahli dan
independen, rata-rata pendapat yang diberikan lebih mengarah kepada
lemahnya kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Sedangkan pada
kelompok yang lain cenderung memberikan pendapat bahwa perusahaan
yang dianalisis tidak mengalami kesulitan dalam kelangsungan
hidupnya.
Jadi auditor pada kelompok ini mempunyai tingkat prediksi yang lebih
baik dibandingkan dengan kelompok yang lain.
2. Pada hipotesa kedua menyatakan bahwa auditor yang ahli ternyata
memiliki perbedaan perhatian terhadap jenis informasi yang digunakan
sebagai dasar pemberian pendapat audit. Jenis auditor ahli lebih
memperhatikan atypical sebaliknya auditor yang non ahli lebih
memperhatikan informasi typical.
b. Yulius Jogi Christiawan (2002)
judul :
“Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi Hasil Penelitian
Empiris”
Kesimpulan :
Penilitian ini merupakan refleksi hasil empiris sehingga tidak terdapat
hipotesis tehnik analisis dan uji hipotesa. Kesimpulan yang dapat diambil
adalah kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan
independensi serta memberikan refleksi tentang kompetensi dan
independensi akuntan publik.
c. Murtanto dan Gudono (1999)
judul :
“ Identifikasi Karakteristik – karakteristik Keahlian Audit : Profesi Akuntan
Publik di Indonesia ”.
Kesimpulan :
Penelitian ini menggunakan suatu rerangka untuk mempelajari
karakteristik-karakteristik dibidang auditing dengan mengorganisasikan kedalam lima
kategori yaitu : “ciri – ciri psikologis”, “kemampuan berpikir”, “komponen
pengetahuan”, “ strategi penentuan keputusan”, dan “analisis tugas”, dua
pendekatan dilakukan untuk memilih karakteristik-karakteristik keahlian
auditor diantaranya adalah : open-ended questionnaire dan kedua
menggunakan kuisioner dari karakteristik yang telah diurutkan. Hasil dari
dua pendekatan tersebut memperlihatkan bahwa “pengalaman” dan
“pengetahuan” masih merupakan karakteristik yang penting bagi keahlian
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Auditing
2.2.1.1.Definisi dan Tujuan Auditing
Auditing adalah pemeriksaan secara objektif atas laporan
keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk
menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan atau organisasi tersebut. (Mulyadi; 1998:75).
Menurut Arrens & Loebbecke (1997;1), auditng adalah proses
pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang
dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang
yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan
kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteri – kriteria yang telah
ditetapkan.
Menurut Arrens & Loebbecke (1988;145), Tujuan audit
dimaksudkan untuk menyatakan pendapat atau opini mengenai kewajiban
dalam penyajian posisi keuangan, hasil operasi,dan perubahan-perubahan
dalam posisi keuangan yang selaras dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
secara umum diterima.
Ditinjau dari sudut akuntan publik menurut PSA No.22 (SA;
110:1) menyatakan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor
independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang
perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
2.2.1.2. Standar Profesional Akuntan Publik
Kualitas jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik diatur
dan dikendalikan melalui berbagai standar yang diterbitkan oleh organisasi
profesi tersebut.
Ada 4 macam standar profesional yang digunakan sebagai aturan mutu
pekerjaan akuntan publik menurut Mulyadi (1998;32) :
1. Standar Auditing
Standar auditing merupkan pedoman audit atas laporan keuangan
histories. Standar auditing terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam
bentuk pernyataan standar auditing (PSA). Pernyataan standar auditing
berisi ketentuan- ketentuan dan pedoman-pedoman utama yang harus
diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan penugasan audit.
2. Standar Atestasi
Standar atestasi memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa
akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang
diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan historis maupun
tingkat keyakinan yang lebih rendah dalam jasa non audit. Standar
atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk pernyataan
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar jasa akuntansi dan review memberikan kerangka untuk fungsi
non atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi
dan review. Standar jasa akuntansi dan review dirinci dalam bentuk
pernyataan standar jasa akuntansi dan review (PSAR).
4. Standar Jasa Konsultasi
Standar jasa konsultasi memberikan panduan bagi akuntan publik
didalam penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat. Dalam jasa
konsultasi para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan
rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultasi ditentukan
oleh perjanjian antara praktisi dan kliennya.
2.2.1.3. Standar Auditing
Menurut PSA No. 01 (SAS; 150:1)
Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. Standar
auditing, yang berbeda dengan prosedur auditing, berkaitan dengan tidak
hanya kualitas profesional auditor namun juga berkaitan dengan
pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam
laporannya.
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan
a. Standar Umum :
1. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam Pelaksanaan Audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat saat dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
c. Standar Pelaporan
1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dlam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam auditor.
4. Laporan auditor harus memuat sesuatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu esensi.
Bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam semua hal yang maha auditor harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan
tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.
2.2.2. Kompetensi
2.2.2.1. Pengertian Kompetensi
Kompetensi dapat didefinisi sebagai keahlian audit yang
dimiliki seseorang untuk dapat mencapai tujuan audit dengan baik.
Kemampuan berpikir, yaitu untuk mengumpulkan, mengolah dan
menganalisa informasi. Karaktersitik kemampuan berpikir adalah
kemampuan beradaptasi dengan situasi yang baru dan ambisius serta
relevan. Kompetensi sendiri melibatkan proses berkesinambungan antara
pendidikan, pelatihan dan pengalaman.
Standar umum pertama (SA seksi 210:1 dalam SPAP, 2001)
menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
Sedangkan, standar umum ketiga (SA seksi 230:1 dalam SPAP, 2001)
menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit akan penyusunan
laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan
cermat dan seksama. Oleh karena itu, maka setiap auditor wajib memiliki
kemahiran profesionalitas dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya
sebagai auditor.
Trotter (1996) dalam Murtanto (1999) mendefinisikan ahli
sebagai orang yang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan
dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat
kesalahan. Hayes Roth et.al (1983) dalam artikel yang mendefiniskan
keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan
tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul dalam lingkungan
tersebut dan keterampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Lee dan Stone (1995), mendefinisikan kompetensi sebagai
suatu keahlian yang cukup secara eksplisit dapat digunakan untuk
Menurut Abdulmohammadin dkk (1992) yang dikutip oleh
Murtanto dan Gudono (1999:2) memberikan suatu rangka untuk
menganalisis keahlian seorang auditor kedalam lima karakteristik:
1. Komponen Pengetahuan (Knowledge Component)
Merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen
pengetahuan meliputi komponen seperto pengetahuan terhadap
fakta-fakta, prosedur-prosedur, proses dan pengalaman.
2. Ciri-ciri Psikologis (Psychological Traits)
Merupakan komponen ciri-ciri psikologis seperti kemampuan dalam
komunikasi, bekerjasama dengan orang lain, dan kepercayaan.
3. Kemampuan Berpikir (Cognitive Abilities)
Merupakan kemampuan untuk mengakumulasi dan mengolah
informasi.
4. Strategi Penentu Keputusan (Decision Strategies)
Dinilai baik formal maupun informal yang akan membantu dalam
membuat keputusan yang sistematis dan membantu keahlian didalam
mengatasi keterbatasan manusia (Shanteau,1989)
5. Analisis Tugas (Task Analysis)
Hal ini banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman audit dan
analisis tugas ini akan mempunyai pengaruh terhadap penentu
keputusan.
Ketika mempertimbangkan penerimaan atau penolakan dalam
apakah ia dapat melaksankan audit dan menyusun laporan auditnya
secara cermat dan seksama. Kecermatan dan keseksamaan
penggunaan kemahiran profesional auditor ditentukan oleh
ketersediaan waktu yang memadai untuk merencanakan dan
melakasanakan audit (Mulyadi,1992:24).
Sedangkan Holmes dan Overymer (1984:30) berpendapat
seseorang yang telah diakui dalam profesinya sebagai orang yang
dapat memiliki ketrampilan dan kemampuan yang penting untuk
menilai pada derajat yang tinggi dan mampu untuk mengatasi setiap
permasalahan yang dihadapinya.
Sehingga kesimpulan yang dapat diambil dari pengertian
keahlian audit adalah seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan
tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek yang diperoleh
dari pelatihan atau pengalaman dibidang audit.
2.2.2.2. Tipe Audit
Menurut Mulyadi (1998:28), terdapat 3 tipe audit, antara lain:
1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor
independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya
untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
Hasil laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis
berupa laporan audit. Laporan audit ini dibagikan kepada para
pemakai informasi keuangan seperti pemegang saham, kreditur dan
kantor pelayanan pajak.
2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menetukkan
apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu.
Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang
berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai
dalam pemerintahan.
3. Audit Operasional (Operational Audit)
Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan
organisasi atau bagian dari padanya dalam hubungannya dengan
tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk:
a. Mengevaluasi kinerja
b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan
c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakkan lebih
lanjut.
Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak
ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang meminta
2.2.2.3. Tahap-tahap Audit
Menurut Harahap (1991:143) yang dimaksud dengan proses
audit yang atau yang disebut juga tahap-tahap audit adalah merupakan
kegiatan atau langkah-langkah yang dilakukan oleh auditor mulai dari
rencana audit, pelaksanaan sampai pada penerbitan laporan akuntansi.
Bailey yang dikutip oleh Harahap (1991:144) berpendapat
bahwa tahap-tahap audit adalah:
1. Meneliti keadaan lingkungan perusahan. Tahap ini mencakup:
a. Meneliti lingkungan perusahaan.
b. Membaca keadaan ekonomi nasional atau internasional secara
umum.
c. Meminta Struktur organisasi perusahaan.
2. Melakukan penelitian terhadap sistem pengawasan intern.
3. Laksanakan pengujian kesesuaian (Test of Comliance)
4. Laksanakan pengujian substantif atau kebenaran bukti (Substantive
Test)
Dreyfus dan Dreyfus (1986) dalam Mayangsari (2003)
mengatakan bahwa keahlian seseorang merupakan suatu gerakan yang
terus menerus, yang berupa proses pembelajaran dari “mengetahui
sesuatu” menjadi mengetahui bagaimana ”. Lebih spesifik lagi Dreyfus
pengenalan terhadap kenyataan dan membuat judgement hanya
berdasarkan aturan-aturan yang tersedia. Keahlian pada tahap pertama
ini biasanya dimiliki oleh staf audit pemula yang baru lulus dari
universitas.
Tahap kedua disebut dengan advanced beginner. Pada tahap
ini. Auditor sangat bergantung pada aturan yang tidak mempunyai cukup
kemampuan untuk merasionalkan segala tindakan audit. Namun
demikian auditor pada tahap ini mulai dapat membedakkan aturan yang
sesuai dengan suatu tindakan.
Tahap ketiga disebut dengan competence. Pada tahap ini
auditor sudah punya cukup pengalaman untuk mengahdapi situasi yang
kompleks. Tindakan yang diambil disesuaikan dengan tujuan yang ada
dalam pikirannya dan kurang sadar terhadap pemilihan, penerapan dan
prosedur aturan audit.
Tahap keempat disebut dengan profiency. Pada tahap ini segala
sesuatu menjadi rutin, sehingga dalam bekerja auditor cenderung
bergantung pada pengalaman yang lalu.
Tahap terakhir adalah expertise. Pada tahap ini, auditor
mengetahui sesuatu karena kematangannya dan pemahamannya terhadap
praktek yang ada. Auditor sudah membuat keputusan atau
menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan demikian segala tindakan
auditor dalam tahap ini sangat rasional dan mereka bergantung pada
Keterangan-keterangan yang diatas semakin menunjukkan
pengaruh pengalaman yang merupakan salah satu unsur dari kompetensi
terhadap pemberian opini audit.
2.2.3. Definisi dan Komponen Independensi
Standar Profesional Akuntan Publik mengharuskan bahwa
auditor dalam audit laporan keuangan historis harus bersikap independen.
Dalam PSA No. 04 SA Seksi 220:1 independen artinya tidak mudah
dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum.
Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan
siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia
miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting
untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Auditor berkewajiban
untuk jujur, jujur tidak hanya pada manajmen dan pemilik perusahaan,
namun juga kepada kreditur dan pihal lain yang meletakkan kepercayaan
atas laporan auditor independen, seperti calon-calon pemilik dan kreditur.
Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor
independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik.
Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa
independensi sikap auditor ternyata berkurang, bahkan kepercayaan
masyarakat dapat juga menururn disebabkan oleh keadaan yang oleh
mempertahankan fakta bahwa ia independen, namun ia harus pula
menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan
sikap independensinya.
Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam Kode Etik
Akuntan Indonesia, agar para akuntan publik menjaga dirinya dari
kehilangan persepsi independensinya dari masyarakat. Anggapan
masyarakat terhadap independensinya secara intrinsik merupakan masalah
mutu pribadi, bukan merupakan suatu aturan yang dirumuskan untuk dapat
diuji secara objektif.
Menurut Mulyadi(1984:49) independensi auditor mempunyai
tiga aspek, antara lain:
1. Independensi dalam kenyataan atau independence in fact
Independensi dalam diri auditor yang berupa kejujuran dalam
mempertimbangkan berbagai fakta yang ditemui dalam auditnya.
2. Independensi dalam penampilan atau independensi in apperance
Independensi yang ditinjau dari sudut pandangan pihak lain yang
mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri auditor.
3. Independensi dipandang dari sudut keahliannya.
Seseorang dapat mempertimbangkan fakta dengan baik jika ia
mempunyai keahlian mengenai audit atas fakta tersebut. Dengan
demikian, kompetensi auditor menentukan independen atau tidaknya
Sehingga dapat disimpulkan bahwa independensi merupakan
sikap seseorang untuk bertindak secara objektif dan dengan integritas yang
tinggi. Integritas berhubungan dengan kejujuran intelektual akuntan
sedangkan objektifitas secara konsisten berhubungan dengan sikap netral
dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan menyiapkan laporan auditor.
2.2.4. Pendapat Auditor
2.2.4.1 Pengertian Pendapat Auditor
Menurut Arens dan Loebbecke (1997:38) mendefinisikan
pendapat sebagai kesimpulan dari hasil laporan audit dan proses
pengambilan keputusan dalam bidang audit. Bagian ini sangat penting
sehingga seringkali keseluruhan laporan audit hanya sebagai pendapat
auditor. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa kesimpulan
tersebut didasrakan atas pertimbangan profesional.
Mulyadi dan Kanaka (1998:18) menjelaskan dalam paragraf ini
auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan
auditor, dalam semua hal yang material yang didasrkan atas kesesuaian
laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Jika auditor tidak dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup atau
jika hasil pengujian auditor menunjukkan bahwa laporan keuangan yang
diauditnya disajikan tidak wajar, maka auditor perlu menerbitkan
Antle (1984) dalam Mayangsari (2003) mendefinisikan
independensi sebagai suatu hubungan antara akuntan dan kliennya yang
mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga temuan dan laporan yang
diberikan auditor hanya dipengaruhi oleh bukti-bukti yang ditemukan
dan dikumpulkan sesuai dengan aturan atau prinsip-prinsip
profesionalnya.
2.2.4.2. Jenis-jenis Pendapat Auditor
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA
Seksi 508 hal 7), ada lima jenis pendapat auditor, yaitu:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat waajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak
terjadi pembatas dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian
yang signifikan mengenai kewajran dan penerapan prinsip akuntansi
berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan
(Unqualified Opinion with Explanatory Languange)
Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang
mengharuskan auditor menambahkan paragraph penjelasan dalam
laporan audit meskipun pendapat wajar tanpa pengecualian oleh
auditor.
Pendapat ini diberikan jika auditor menjumpai kondisi-kondisi
berikut ini:
1. Lingkup audit dibatasi oleh klien
2. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau
tidak memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang
berada diluar kekuasaan klien maupun auditor.
3. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
4. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan
klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum
sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha,
perubahan saldo laba, dan arus kas perusahaan klien. Serta adanya
pembatasan lingkup audit oleh klien.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion)
Pendapat ini diberikan jika ada pembatasan yang luar biasa sifatnya
terhadap lingkup audit serta audior tidak independen dalam
2.2.5. Pengaruh kompetensi terhadap pendapat auditor
Barnes dan Huan (1991) menyebutkan bahwa pemberian opini
tergantung pada faktor kompetensi dan independensi.(Mayangsari,2003)
Penelitian tentang keahlian yang berkaitan dengan proses
pembuatan laporan keuangan yang dilakukan oleh seorang ahli merupakan
suatu penelitian yang banyak berhubungan dengan aspek perilaku. Pada
proses pembuatan keputusan, seorang ahli harus melakukan
pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan pada jumlah informasi yang digunakan
untuk membuat keputusan.
Menurut Einhorn (1972) dalam artikel Murtanto (1999:40)
menunjukkan pentingnya menggunakan kriteria yang obyektif dalam
mendefinisikan seorang ahli sebagai seorang yang sangat terampil karena
pelatihan dan memiliki pengetahuan dibeberapa bidang tertentu.
Gibbins dan Larocque (1990) dalam artikel Murtanto (1999)
memberikan suatu model umum atas keahlian auditor dengan lima
komponen yang terdiri atas kepribadian, tugas, lingkungan sosial dan
kendala-kendalanya serta proses pemberian pendapat.
Berdasarkan keterangan diatas maka dapat disimpilkan bahwa
seorang auditor harus mempunyai komponen pengetahuan serta
pengalaman dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya.serta dalam
melakukan pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan pada jumlah
2.2.6. Pengaruh Independensi Auditor terhadap Pendapat Audit
Berdasarkan keterangan tentang definisi dan komponen
independensi maka dapat diambil simpulan bahwa independensi
merupakan suatu sikap seseorang untuk bertindak secara obyektif dan
dengan integritas yang tinggi. Intergritas berhubungan dengan kejujuran
intelektual akuntan sedangkan obyektivitas secara konsisten berhubungan
dengan sikap netral dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan
menyiapkan laporan auditor.
Independensi merupakan aspek yang penting dalam profesi
akuntan publik, karena akuntan publik tidak dapat memberikan pendapat
yang obyektif jika ia tidak independen. Meskipun auditor memiliki
kemampuan teknis yang cukup, masyarakat tidak akan percaya jika
mereka tidak independen.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah disebutkan
sebelumnya, nampak bahwa opini auditor merupakan suatu faktor yang
mempengaruhi pemilihan KAP dan faktor yang dapat menyebabkan klien
berganti kantor akuntan. Dengan demikian dapat diambil simpulan bahwa
pemberian oleh auditor dapat tidak objektif jika auditor tidak independen.
2.2.7. Pengaruh Keahlian dan Independensi Auditor terhadap Pendapat
Auditor
independensi dengan pendapat audit, menunjukkan adanya hubungan yang
saling bergantung antara keahlian audit dan independensi terhadap
pendapat audit. Artinya, auditor baik itu kompeten maupun tidak
kompeten akan cenderung memberikan pendapat yang salah karena
adanya faktor-faktor komersial seperti kerugian jika klien berpindah
kekantor akuntan yang lain atau auditor menghadapi tekanan pada saat
melakukan pemeriksaan (Mayangsari, 2003)
Proses pengambilan keputusan dalam bidang audit dipengaruhi
oleh faktor keahlian audit dan independensi. Keahlian audit berkaitan
dengan struktur yang dimiliki auditor dan dapat menyebabkan perbedaan
pendapat audit terhadap suatu kasus tertentu. Sedangkan independensi
merupakan cerminan tekanan politik, sosial, ekonomi yang dihadapi oleh
seseorang auditor dalam proses pengambilan keputusan dalam pemberian
opini audit.
Berdasarkan keterangan tersebut, seorang auditor harus
mempunyai kompetensi terlebih dulu sebelum ia dapat menjadi
independen, karena jika seorang auditor tidak kompeten maka ia tidak
mungkin dapat bertindak independen dalam menyelesaikan tugas-tugas
auditnya. Auditor yang tidak kompeten cenderung bergantung pada
pendapat orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya, karena
Behavioral Decision Theory (Bowditch & Bouno 1990)
Behavioral Decision Theory (Bowditch & Bouno 1990) yang
dikutip oleh Murtanto menjelaskan bahwa teori ini menyatakan bahwa
seseorang mempunyai keterbatasan pengetahuan dan bertindak hanya
berdasarkan persepsinya atas suatu situasi yang sedang dihadapi. Dalam
proses pengambilan keputusan didunia aktual seseorang selalu berhadapan
dengan berbagai macam tekanan-tekanan sosial.
Berkaitan dengan behavioral decision theory penelitian ini lebih
lanjut ingin mengevaluasi jenis informasi yang dominan mempengaruhi
seorang auditor ahli dan nonahli.
2.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan dari uraian landasan teori diatas, maka dapat
digambarkan kerangka pikir tentang pengaruh kompetensi audit dan
Variabel Independen Variabel Dependen
Uji Statistik
Regresi Linier Berganda
2.4. Hipotesis
Berdasarkan dari rumusan masalah, dan kerangka pikir diatas,
maka dapatlah disusun hipotesis dari pengaruh keahlian audit dan
independensi auditor terhadap pendapat audit sebagai berikut:
Diduga terdapat pengaruh secara signifikan antara kompetensi dan
independensi terhadap pendapat auditor. Independensi Auditor
X2
Kompetensi X1
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel adalah
pernyataan tentang definisi dan pengukuran variabel dalam penelitian
secara operasional, baik berdasarkan teori yang telah ada, peneliti
terdahulu dan pengalaman empiris.
Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Kompetensi ( X1 )
2. Independensi Auditor ( X2 )
3. Pendapat Auditor ( Y )
Kompetensi auditor, independensi auditor sebagai variabel bebas dan
pendapat audit sebagai variabel terikat.
3.1.1 Definisi Operasional
1. Kompetensi( X1 )
Kompetensi adalah keahlian yang harus dimiliki seorang auditor untuk
dapat melakukan audit secara obyektif.
2. Independensi Auditor ( X2 )
Independensi adalah sikap yang dihadapkan dari seorang auditor
3. Pendapat Auditor ( Y )
Pendapat adalah keseluruhan dari hasil laporan audit dan proses
pengambilan keputusan dalam bidang audit yang dipengaruhi oleh
faktor kompetensi audit dan independensi.
3.1.2. Pengukuran Variabel
Adapun teknik pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Variabel bebas (Kompetensi)
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan teknik
Semantic Differential, yang mempunyai skala 7 poin,dengan pola
sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6 7
sangat tidak setuju sangat setuju sekali
Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju
dengan pernyataan mengenai kompetensi yang dimiliki oleh auditor
dalam melaksanakan tugas audit, nilai 4 merupakan nilai tengah antara
sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan yang
diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 cenderung sangat setuju dengan
pertanyaan mengenai kompetensi yang dimiliki oleh Auditor dalam
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam
penelitian Gudono (2004) dan variabel ini diukur dengan
menggunakan 5 item pertanyaan.
2. Variabel bebas (Independensi Auditor)
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan teknik
Semantic Differential, yang mempunyai skala 7 poin,dengan pola
sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6 7
sangat tidak setuju sangat setuju sekali
Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju
dengan pernyataan mengenai kompetensi yang dimiliki oleh auditor
dalam melaksanakan tugas audit, nilai 4 merupakan nilai tengah antara
sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan yang
diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 cenderung sangat setuju dengan
pertanyaan mengenai kompetensi yang dimiliki oleh Auditor dalam
melaksanakan tugas audit.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam
penelitian Kudus (2004) dan variabel ini diukur dengan menggunakan
3. Variabel terikat (Pendapat Audit)
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan teknik
Semantic Differential, yang mempunyai skala 7 poin,dengan pola
sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6 7
sangat tidak setuju sangat setuju sekali
Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju
dengan pernyataan mengenai kompetensi yang dimiliki oleh auditor
dalam melaksanakan tugas audit, nilai 4 merupakan nilai tengah antara
sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan yang
diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 cenderung sangat setuju dengan
pertanyaan mengenai kompetensi yang dimiliki oleh Auditor dalam
melaksanakan tugas audit.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam
penelitian Qudus (2004) dan variabel ini diukur dengan menggunakan
18 item pertanyaan.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah merupakan kelompok atau subyek atau obyek yang
memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda
dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono,2002:44). Populasi
penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Surabaya
Timur sebanyak 20 KAP (sumber : www.iapi.or.id). Tiap KAP di asumsikan
minimal ada 6 auditor.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunya ciri
dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sampel
harus merupakan representatif dari sebuah populasi ( Sumarsono, 2002:44 –
45 ). Teknik sampel yang digunakan adalah Probability Sampling dengan
simple random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak. Dalam
menentukan sampel digunakan rumus sebagai berikut :
N
n = ______________
1 + Ne2
( Husein Umar , 2004 )
120
n = ______________
1 + 120 ( 0, 10 )2
Keterangan :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolelir atau diinginkan, yaitu 10 %.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh langsung dari responden (dalam hal ini
adalah partner yang bekerja pada KAP), melalui pengisisan kuesioner
yang diberikan kepada responden berkaitan dengan variabel penelitian
yaitu kompetensi auditor, independensi auditor dan pendapat auditor.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya
selama penelitian, tetapi diperoleh dari pihak kedua atau pihak ketiga.
3.3.2. Sumber Data
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah dari partner auditor
yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya Timur yang
berupa jawaban dari pertanyaan kuesioner yang diberikan kepada para
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Uji Validitas, Reabilitas dan Normalitas
1. Uji Validitas
Uji validitas dugunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan apada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut (Ghozali, 2002 : 135). Valid atau tidaknya alat ukur
tersebut dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh
pada masing-masing pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari
penjumlahan semua skor pertanyaan (Sumarsono, 2004 : 31)
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai rhitung > rtabel dan
nilai r positif, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah valid
(Ghozali, 2007 : 135)
2. Uji Reliabilitas Data
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel
atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan
dengan cara yaitu pengukuran sekali saja dimana pengukurannya luas
hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha >
0,60, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah reliabel (Ghozali,
2007 : 133)
3. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebaran normal atau tidak untuk mengetahui apakah data
tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan metode
Kolmogorov Smirnov (Sumarsono, 2002:40)
Pedoman dalam pengambilan keputusan apakah distribusi data
mengikuti distribusi normal :
Jika nilai signifikan ( nilai probabilitasnya ) lebih kecil dari 5 %
maka distribusi adalah tidak normal
Jika nilai signifikan ( nilai probabilitasnya ) lebih besar dari 5 %
maka distribusinya adalah normal.
3.4.2. Uji Asumsi Klasik
Regresi Linier berganda dengan menggunakan persamaan
Y = bo + b1X1 + b2X2 harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F tidak boleh bias.
Untuk menghasilkan pengambilan keputusan yang BLUE maka harus
dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh
1. Tidak terdapat Multikolinieritas
2. Tidak terdapat Heteroskedastisitas
3. Tidak terdapat Autokorelasi
Dibawah ini akan dijelaskan masing-masing dasar dari BLUE 1. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang
“sempurna” atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang
menjelaskan dari model regresi.
Konsekuensi dari Multikolinieritas adalah apabila ada kolinieritas
sempurna diantara X, koefisien regresinya tak tertentu dan kesalahan
standarnya tak terhingga. Jika kolinieritas tingkatnya tinggi tetapi tidak
sempurna. Penaksiran koefisien regresi adalah mungkin, tetapi kesalahan
standarnya cenderung untuk besar.
Identitas secara statistik ada atau tidaknya gejala Multikolinieritas
dapat dilakukan dengan menghitung Variabel Inflator Faktor (VIF)
apabila diperoleh hasil bahwa nilai VIF pada seluruh variabel lebih kecil
dari 10 berarti seluruh variabel bebas tidak ada gejala Multikolinieritas
(Gujarati.1999:339)
2. Uji Heteroskedastisitas
Penyimpangan asumsi model klasik yang kedua adalah
heteroskedastisitas, artinya varians variabel dalam model tidak sama
dalam sampel kecil maupun dalam sampel besar, walaupun penaksir
yang diperoleh menggambarkan populasinya, dan bertambahnya sampel
yang digunakan akan mendekati nilai sebenarnya. Ini disebabkan oleh
varians yang tidak minimum.
Uji Heteroskedastisitas adalah menggunakan uji Rank Spearman,
yaitu dengan cara mengambil nilai mutlak, dengan mengasumsikan
bahwa koefisien Rank Korelasi adalah nol.
Dasar analisisnya adalah :
1. Apabila nilai signifikan t > tingkat signifikan α = 0,05 maka Ho
diterima berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Apabila nilai signifikan t < tingkat signifikan α = 0,05 maka Ho
ditolak berarti terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali, 2001;77)
3. Uji Autokorelasi
Menurut Santoso (2000:216-219) Uji Autokorelasi bertujuan
menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
autokorelasi. Untuk mendeteksi adanya problem autokorelasi dapat
dilihat pada tabel D-W (Durbin-Watson), dengan dasar pengambilan
keputusan:
1. Angka D-W dibawah -2 berarti autokorelasi positif.
3. Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
3.4.3. Teknik Analisis
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh
kompetensi audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit, maka
teknik analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda dengan
rumus sebagai berikut :
Y = bo + b1X1 + b2X2
(Sudjana, 2002:69)
Keterangan :
Y = Pendapat Auditor
bo = Konstanta
b1, b2 = Koefisien Variabel bebas / koefisien regresi
X1 = Kompetensi
X2 = Independensi Auditor
Dalam penelitian data yang digunakan haruslah valid dan reliabel. Dikatakan
valid (sah), jika pertanyaan yang diajukan mampu mengungkapkan variabel
yang akan diukur. Dan dikatakan reliable (andal), jika jawaban responden
3.4.4. Uji Hipotesis
1. Uji Kesesuaian Model(Uji F)
Digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi yang
dihasilkan guna mengetahui pengaruh X , X terhadap Y.
Prosedur uji F dengan kriteria sebagai berikut :
a. H : β = β = β = 0 (model regresi yang dihasilkan tidak cocok)
Ha: β = β = β ≠ 0 (model regresi yang dihasilkan cocok)
b. Level signifikan (β ) = 0,05
c. Dengan F hitung sebesar :
F hitung =
(Suliyanto, 2005 : 65)
Dimana :
Ho diterima, Ha ditolak jika nilai signifikansi > 0,05.
2. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel X terhadap variabel
Y secara parsial. Adapun prosedurnya sebagai berikut :
a. Ho : j = 0 (tidak terdapat pengaruh X1, X2 atau X3 terhadap Y).
Ha : 10 (terdapat pengaruh X1, X2 atau X3 terhadap Y).
b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan
derajat bebas [n-k], dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah
variabel.
c. Dengan nilai t hitung :
bj
t hit =
se (bj)
(Suliyanto,2005 : 66)
d. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :
Ho diterima, Ha ditolak jika nilai signifikansi > 0,05
Ho ditolak, Ha diterima jika nilai signifikansi < 0,05
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Akuntan Publik yang bekerja
pada kantor akuntan publik (KAP) di Surabaya yang terdaftar pada direktori
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tahun 2009. Adapun kriteria responden yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah auditor yang berkedudukan sebagai
yunior, senior, supervisor, manager dan partner yang bekerja di kantor akuntan
publik (KAP) di Surabaya Timur. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai
responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.
4.1.1 Auditor Independen
Auditor independen yang disebut juga auditor eksternal adalah akuntan
publik bersertifikat yang mempunyai kantor praktek sendiri dan menawarkan jasa
audit serta jasa lain kepada klien (M. Guy, 2001 : 11). Akuntan publik merupakan
pihak independen yang bertugas memeriksa atau menilai apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Akuntan yang bekerja di kantor akuntan publik dapat mengerjakan
berbagai penugasan dalam berbagai jasa. Oleh karena itu perlu diadakan
perbedaan istilah akuntan publik dan auditor independen. Akuntan publik adalah
akuntan yang berpraktek dalam kantor akuntan publik yang menyediakan berbagai
auditor independen adalah akuntan publik yang melaksanakan penugasan audit
atas laporan keuangan historis yang tercantum dalam Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP).
Umumnya hirarki auditor dalam perikatan audit di dalam Kantor Akuntan
Publik (KAP) adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1
1. Partner
Partner menduduki jabatan tertinggi dalam perikatan audit, bertanggung
jawab atas hubungan klien, bertanggung jawab secara menyeluruh
mengenai auditing, partner menandatangani laporan audit dan
management letter, dan bertanggung jawab terhadap penagihan fee audit
dari klien.
Kantor Akuntan Publik Partner
Manager Manager Manager
Auditor Senior Auditor Senior Auditor Senior
2. Manajer
Manajer bertindak sebagai pengawas audit, bertugas membantu auditor
senior dalam merencanakan program dan waktu audit, mereview kertas
kerja, laporan audit, dan management letter. Biasanya manajer melakukan
pengawasan terhadap pekerjaan beberapa auditor senior. Pekerjaan
manajer tidak berada di kantor klien, melainkan kantor auditor dalam
bentuk pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan para auditor senior.
3. Auditor Senior
Auditor senior bertugas untuk melakukan audit, bertanggung jawab untuk
mengusahakan biaya dan waktu audit sesuai dengan rencana, bertugas
untuk mengarahkan dan mereview pekerjaan auditor junior. Auditor senior
biasanya akan menetap di kantor klien sepanjang prosedur auditor
dilaksanakan. Umumnya auditor senior melakukan audit terhadap satu
objek pada saat tertentu.
4. Auditor yunior
Auditor yunior melaksanakan prosedur audit secara rinci, membuat kertas
kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan.
Pekerjaan ini dipegang oleh auditor yang baru saja menyelesaikan
pendidikan formalnya disekolah. Biasanya ia melakukan audit di berbagai
jenis perusahaan dan di berbagai kota. Auditor junior sering juga disebut
4.1.2 Gambaran Responden
Jumlah kuesioner yang terkirim adalah 54 ekselempar, yang menerima
kuesioner adalah sebanyak 9 Kantor Akuntan Publik di Surabaya Timur.
TABEL 4.1
DISTRIBUSI KANTOR AKUNTAN PUBLIK
KUESIONER
No NAMA KAP
Disebar
1 KAP BUDIMAN,WAWAN,PAMUDJI & REKAN 4
2 KAP DRS HANNY,WOLFREY & REKAN 4
3 KAP.DRS JOHAN MALONDA,ASTIKA, & REKAN 4
4 KAP.HARYONO,ADI & AGUS 4
5 KAP PAUL HADIWINATA,HIDAJAT,ARSONO& REKAN 4
6 KAP RICHARD RISAMBESSY & REKAN 4
7 KAP SOEBANDI & REKAN 4
8 KAP TJAHJADI,PRADHONO & TERAMIHARDJA 4
9 KAP.GUNAWAN & REKAN 4
10 KAP.DRS BAMBANG SISWANTO 3
11 KAP.DRS VENTJE JANSEN 3
12 KAP.DRS ROBBY BUMULO 3
13 KAP.DIDY,TJIPTOHADI&REKAN 3
14 KAP.DRS. VETO,BENNY & REKAN 3
4.2. Obyek Penelitian
4.2.1. Hasil Penelitian Variabel Bebas Kompetensi Auditor (X1)
Hasil penelitian terhadap variabel bebas kompetensi auditor dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.2. Tabel Frekuensi Jawaban Variabel Kompetensi Auditor (X1)
Item Pertanyaan Sangat
tidak
X1.1 Bahwa auditor harus
mampu menerapkan
X1.2 Bahwa auditor harus
mampu menerapkan
X1.3 Bahwa auditor harus
mampu membuat laporan pemeriksaan
beserta saran dan perbaikannya
berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilaksanakan
X1.4 Bahwa auditor harus
mampu menerapkan
X1.5 Bahwa auditor harus
berusaha
Berdasarkan dari tabel 4.2. di atas, dapat diketahui bahwa :
1. Untuk indikator “Bahwa auditor harus mampu menerapkan prosedur
tehnik dan standar pemeriksaan yang diperlukan dalam pemeriksaan”
sebagaian besar responden menjawab cukup setuju dengan
prosentase 35,19% %.
2. Untuk indikator “Bahwa auditor harus mampu menerapkan
prinsip-prinsip dan tehnik-tehnik akuntansi dalam melakukan pemeriksaan
catatan dan laporan keuangan” sebagaian besar responden menjawab
samgat setuju dengan prosentase 35,19 %.
3. Untuk indikator “Bahwa auditor harus mampu membuat laporan
pemeriksaan beserta saran dan perbaikannya berdasarkan hasil
pemeriksaan yang dilaksanakan” sebagaian besar responden
menjawab cukup dan sangat setuju dengan prosentase 29,63%.
4. Untuk indikator “Bahwa auditor harus mampu menerapkan
pengetahuan yang dimiliki pada persoalan yang dihadapi waktu
melakukan pemeriksaan dan menyelesaikannya tanpa bantuan dari
pihak lain” sebagaian besar responden menjawab sangat setuju sekali
dengan prosentase 29,63%.
5. Untuk indikator “Bahwa auditor harus berusaha memperoleh
prosedur dan tehnik-tehnik audit” sebagaian besar responden
menjawab sangat setuju dengan prosentase 44,44 %.
4.2.2. Hasil Penelitian Variabel Bebas Independensi Auditor (X2)
Hasil penelitian terhadap variabel bebas yaitu independensi auditor dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.3. Tabel Frekuensi Jawaban Variabel Independensi Auditor (X2)
Item Pertanyaan Sangat
mereview seluruh kebijakan, rencanan prosedur dan catatan dari masalah yang direview
X2.4 Bahwa auditor harus
selalu berpengangan pada Kode Etik dan Standar Akuntansi
Berdasarkan dari tabel 4.3. di atas, dapat diketahui bahwa :
1. Untuk indikator “Bahwa auditor harus bisa menghindari situasi yang
bisa menimbulkan kesan salah pada pihak lain (manajemen), bahwa
ada pertentangan kepentingan dan obyektivitasnya sudah tidak dapat
dipertahankan” sebagaian besar responden menjawab cukup dan
sangat setuju dengan prosentase 29,63 %.
2. Untuk indikator “Bahwa auditor memiliki wewenang dengan akses
penuh terhadap masalah yang review” sebagaian besar responden
menjawab sangat setuju dengan prosentase 47,50 %.
3. Untuk indikator “Bahwa auditor bebas mereview seluruh kebijakan,
rencanan prosedur dan catatan dari masalah yang direview”
sebagaian besar responden menjawab cukup dan sangat setuju
dengan prosentase 29,63 %.
4. Untuk indikator “Bahwa auditor harus selalu berpengangan pada
Kode Etik dan Standar Akuntansi Indonesia, dan Kode Etik Standar
Profesional Auditor dalam setiap menjalankan tugas guna
mempertahankan independensinya sebagai auditor” sebagaian besar
responden menjawab cukup setuju dengan prosentase 38,89 %.
5. Untuk indikator “Bahwa tujuan dan sasaran dari pemeriksaan yang
masalah yang direview” sebagaian besar responden menjawab cukup
setuju dengan prosentase 38,89 %.
4.2.3. Hasil Penelitian Variabel Terikat Pendapat Auditor (Y)
Hasil penelitian terhadap variabel bebas yaitu pendapat auditor dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.4. Tabel Frekuensi Jawaban Variabel Pendapat Auditor (Y)
Item Pertanyaan Sangat
yang terjadi
Y.15 Kepentingan masa depan saya terkait dengan setiap keputusan yang diambil saat ini
- - 11,11% 14,81% 38,89% 33,33% 1,85% 100%
professional Y.17 Konflik audit yang
saya hadapi tidak
Sumber : Lampiran 1.3
Berdasarkan dari tabel 4.4. di atas, dapat diketahui bahwa :
1. Untuk indikator “Saya akan menolak permintaan klien yang
bertentangan dengan standar profesional” sebagaian besar responden
menjawab cukup setuju dengan prosentase 38,89 %.
2. Untuk indikator “Setiap keputusan yang saya ambil akan selalu
mengutamakan independensi” sebagaian besar responden menjawab
cukup setuju dengan prosentase 37,04 %.
3. Untuk indikator “Saya akan selalu melakukan setiap pekerjaan atas
dasar standar profesional” sebagaian besar responden menjawab