• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN DAERAH, STUDI KASUS PADA PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI PROVINSI SULAWESI TENGAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN DAERAH, STUDI KASUS PADA PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI PROVINSI SULAWESI TENGAH."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

Nirwanto Urusi 0513010328/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

Disusun Oleh : Nirwanto Urusi 0513010328/FE/EA Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 11 Juni 2010

Pembimbing Utama Tim Penguji :

Ketua

Dr. Indrawati Yuhertiana, MM, Ak Dr. Indrawati Yuhertiana, MM, Ak

Sekretaris

Drs. Ec. Sjafii, Ak, MM

Anggota

Drs. Ec. R.Sjarief, H. MSi

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(3)

i   

DAFTAR GAMBAR... II DAFTAR LAMPIRAN ... III DAFTAR SINGKATAN... IV ABSTARK ... V

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terhahulu ... 9

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.1 Pengertian Anggaran ... 10

2.2.1.1 Pengertian Anggaran Keuangan Daerah ... 11

2.2.1.2 Konsep Anggaran Daerah ... 11

2.2.1.3 Siklus Anggaran... 12

2.2.1.4 Tahap Penyusunan Anggaran ... 15

2.2.2 Anggaran Berbasis Kinerja Dan Manfaat Yang Diperoleh ... 19

2.2.2.1 Anggaran Berbasis Kinerja ... 19

2.2.2.2 Manfaat Yang Diperoleh Dari Anggaran Berbasis Kinerja... 21

(4)

ii   

2.2.3.2 Prinsip-prinsip Anggaran Menurut UU No. 17

Tahun 2003 ... 25

2.2.4 Akuntansi Anggaran ... 27

2.2.4.1 Pengertian Akuntansi Anggaran ... 27

2.2.4.2 Teknik Penyusunan Akuntansi Anggaran ... 28

2.2.4.3 Pencatatan Akuntansi Anggaran Menurut PP No. 24 Tahun 2005 ... 29

2.2.5 Fungsi Dan Kendala Suatu Keuangan Daerah ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Alasan Ketertarikan Peneliti (Acknowledge) ... 33

3.3 Lokasi Penelitian ... 35

3.4 Informan ... 36

3.5 Sumber Data dan Jenis Data………. 37

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.7 Analisis Data ... 40

3.8 Keabsahan Data……….41

BAB IV DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 4.1 Gambaran umum pemerintah kabupaten Banggai ... 43

(5)

iii   

4.3.2 Susunan kepengurusan Dinas pendapatan

pengelolaan keuangan Dan Aset daerah ... 47

4.4 Visi dan misi kelurahan Bungin... 52

4.4.1 Visi kelurahan Bungin ... 52

4.4.2 Misi kelurahan Bungin... 52

4.4.3 Struktur organisasi kelurahan Bungin... 53

4.5 Visi dan misi kecamatan Luwuk... 53

4.5.1 Visi pemerintah kecamatan Luwuk... 53

4.5.2 Misi pemerintah kecamatan Luwuk... 53

4.6.3 Struktur organisasi kecamatan Luwuk... 54

4.6 Visi dan misi kabupaten Banggai ... 54

4.6.1 Visi pemerintah kabupaten Banggai ... 54

4.6.2 Misi pemerintah kabupaten banggai ... 55

4.6.3 Struktur organisasi pemerintah Banggai ... 56

BAB V HASIL PEMBAHASAN 5.1 Penganggaran Daerah di Pemerintahan Kabupaten Banggai... 57

5.2 Keterlibatan aparatur dalam penyusunan anggaran ... 76

5.2.1 Bapedda... 76

5.2.2 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah... 77

5.2.3 Kelurahan/Kecamatan... 77

(6)

iv   

6.1.2 Peran masyarakat terhadap proses penyusunan anggaran... 82 6.2 Saran ... 83

(7)

Luwuk Banggai

Lampiran II APBD tahun 2009 & 2010 Lampiran III Foto Penelitian

Lampiran IV field note observasi Lampiran V transkrip wawancara

(8)

Oleh Nirwanto Urusi

ABSTRACT

Local Budgetary Process, Case Study in Banggai regency government is qualitative research. This study aims to examine in depth how the budgeting process that occurred in the environmental area Banggai, Central Sulawesi province. In more specific research objectives are (1) describe and explain the concept and practice of the budget process be reviewed in terms of planning, (2) describe and explain the procedures regarding consultation of local development or shortened to Musrenbang, (3) describe and explain the various constraints and obstacles in the local budgeting process.

This research conducted with in-depth interviews and direct observations on the budget process. Reasons for selecting the cases is that if the local budget preparation process, can really be applied to the research unit, it will be to achieve transparency, accountability and effectiveness of the tasks of governance and development in the region.

The results showed that the Budgetary Process in Local Government Banggai and procedures are in accordance with applicable laws but its quality is still not optimal. This is due to public apathy towards government's commitment to accommodate their aspirations. So it must be primarily related to the development of existing human resources through the implementation of training and socialization more about the implementation process of local budgets in the budget process, it is also necessary to hold the socialization to mobilize community participation Banggai, Thus the preparation of the budget for the year is expected to be come can be enhanced with better support all components of society, the government apparatus and resources Banggai

(9)

Oleh Nirwanto Urusi

ABSTRAK

Proses Penyusunan Anggaran Daerah, Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Banggai adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari secara mendalam bagaimana proses penyusunan anggaran daerah yang terjadi di lingkungan kabupaten banggai provinsi sulawesi tengah. Secara lebih spesifik tujuan penelitian adalah (1) menggambarkan dan menjelaskan konsep dan praktek proses penyusunan anggaran ditinjau dari aspek perencanaan, (2) menggambarkan dan menjelaskan tata cara mengenai musyawarah pembangunan daerah atau disingkat menjadi MUSRENBANG, (3) menggambarkan dan menjelaskan berbagai kendala dan hambatan dalam proses penyusunan anggaran daerah.

Penelitian dilakukan dengan wawancara secara mendalam dan dengan cara pengamatan langsung pada proses penyusunan anggaran. Alasan pemilihan kasus adalah bahwa jika Proses Penyusunan anggaran Daerah, benar-benar dapat diterapkan pada unit penelitian, maka akan dicapai transparansi, akuntabilitas dan juga efektifitas tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan di daerah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Proses Penyusunan Anggaran Daerah di Pemerintah Kabupaten Banggai telah sesuai dengan Prosedur dan undang-undang yang berlaku akan tetapi kwalitasnya masih belum optimal. Hal ini disebabkan oleh sikap apatis masyarakat terhadap kesungguhan pemerintah dalam mengakomodasi aspirasi mereka. Untuk itu harus dilakukan pengembangan terutama berkaitan dengan sumber daya manusia yang ada melalui pelaksanakan diklat dan sosialisasi lebih lanjut tentang penerapan proses anggaran daerah dalam penyusunan APBD, selain itu juga perlu diadakan sosialisasi untuk menggerakkan partisipasi masyarakat Kabupaten Banggai, Dengan demikian diharapkan penyusunan APBD untuk tahun yang akan datang dapat disempurnakan dengan baik yang didukung seluruh komponen Masyarakat, Aparatur pemerintah dan sumber daya yang dimiliki Kabupaten Banggai

(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia yang didasari UU Nomer 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, sejak tahun 2001 berimplikasi pada perubahan dalam sistem pembuatan keputusan terkait dengan pengalokasian sumberdaya dalam anggaran pemerintah daerah. Sebelumnya pendekatan penentuan alokasi lebih mengacu pada realisasi anggaran tahun sebelumnya dengan sedikit peningkatan (incremental) tanpa merubah jenis atau pos belanja (line-item). Pendekatan atau sistem tersebut disebut sebagai sistem anggaran tradisional (line-item and incremental budgeting). Setelah otonomi daerah, tepatnya pada tahun

2003, pendekatan anggaran yang digunakan adalah anggaran berbasis kinerja (performance-based budgeting).

Peraturan Pemerintah (PP) No. 105/2000 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) No. 29/2002 sebagai penjabaran dari UU No. 22/1999 memberikan penegasan bahwa daerah memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi sumberdaya ke dalam belanja-belanja dengan menganut asas kepatutan, kebutuhan, dan kemampuan daerah. Pemerintah daerah, bekerjasama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai lembaga legislatif, terlebih dahulu menentukan arah kebijakan umum (AKU) dan prioritas anggaran sebagai guidance

(11)

dalam pengalokasian sumberdaya dalam APBD. AKU dan prioritas anggaran merupakan sintesa dari hasil penjaringan aspirasi masyarakat sehingga diperoleh gambaran yang cukup tentang kebijakan jangka pendek (tahunan) dan kebijakan jangka panjang (lima tahunan) yang berkaitan dengan kebijakan pengelolaan keuangan daerah.

Sejalan perubahan peraturan perundangan yang mendasari pengelolaan keuangan daerah yakni dengan diamandemennya UU No. 22/1999 dengan UU No. 32/2004 yang diikuti dengan amandemen atas PP No. 105/2000 dengan PP No. 58/2005 maka Kepmendagri No. 29/2002 juga diamandemen dengan Permendagri No. 13/2006. Terlepas dari perubahan peraturan perundangan tersebut pengalokasian sumberdaya ke dalam anggaran belanja proyek pembangunan atau belanja modal (capital expenditure) merupakan sebuah proses yang sarat dengan kepentingan-kepentingan politis. Anggaran ini sebenarnya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan publik akan sarana dan prasarana umum yang disediakanoleh pemerintah daerah. Namun, adanya kepentingan politik dari lembaga legislatif yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran menyebabkan alokasi belanja modal terdistorsi dan sering tidak efektif dalam memecahkan permasalahan di masyarakat (Keefer dan Khemani, 2003; Ablo dan Reinikka, 1998).

(12)

dihasilkan dari belanja modal tersebut. Konsep multi-term expenditure framework (MTEF) menyatakan bahwa kebijakan belanja modal harus

memperhatikan kemanfaatan (usefulness) dan kemampuan keuangan pemerintah daerah (budget capability) dalam pengelolaan aset tersebut dalam jangka panjang (Allen dan Tommasi, 2001). Hal ini berarti bahwa pengelolaan aset terkait dengan belanja pemeliharaan, dan sumber pendapatan atau lebih luas sumber pendanaan.

Namun demikian dengan kewenangan yang luas tersebut, tidaklah berarti bahwa pemerintah daerah dapat menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sekehendaknya, tanpa arah dan tujuan yang jelas. Hak dan kewenangan yang luas yang diberikan kepada daerah, pada hakekatnya merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan secara akuntabel dan transparan, baik kepada masyarakat di daerah maupun kepada pemerintah pusat yang telah membagikan dana perimbangan kepada seluruh daerah di Indonesia.

(13)

laporan tersebut adalah MAKUDA (Manual Administrasi Keuangan Daerah) yang diberlakukan sejak tahun 1981.

Perencanaan pertisipatif merupakan bagian dari pembangunan partisipatif yaitu pembangunan yang betumpu pada masyarakat. Musrenbang merupakan forum antar pelaku pembangunan diberbagai tingkat dalam rangka menyusun perencanaan partisipatif yang terpadu dan berkelanjutan. Musrenbang merupakan perencanaan pembangunan yang bersifat partisipatif dengan mengedepankan koordinasi antar unsur terkait dengan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, dan pengawasan pembangunan.

Partisipasi masyarakat dalam musrenbang mutlak adanya. Pelibatan para pelaku pembangunan sangat jelas aturannya. Keterlibatan para pelaku pembangunan bisa secara langsung dan bisa juga melalui aspirasi yang dijaring pada sub-komunitas. Agar hasil serap aspirasi berdaya guna dan berhasil guna tinggi, maka perlu adanya penyadaran terus-menerus, agar aspirasi masyarakat tidak menghasilkan daftar keinginan, melainkan menghasilkan daftar kebutuhan prioritas.

(14)

pembagian peran maupun pembiayaan untuk pelaksanaan pembangunannya. Mekanisme musrenbang telah diatur secara efektif dan efisien, mekanisme ini menyangkut dua hal yaitu: siapa yang terlibat (stakeholders) dalam musrenbang dan bagaimana proses dalam musrenbang.

Dengan bergulirnya otonomi daerah, laporan pertanggungjawaban keuangan yang harus dibuat oleh kepala daerah adalah berupa laporan Perhitungan Anggaran, Nota Perhitungan, Laporan Arus Kas dan Neraca Daerah. Kewajiban Untuk menyampaikan laporan keuangan daerah ini diberlakukan sejak 1 januari 2001, tetapi hingga saat ini pemerintah daerah masih belum memiliki standar akuntansi pemerintahan yang menjadi acuan di dalam membangun system akuntansi keuangan daerah dan laporan arus kas tidak dapat mungkin dibuat tanpa didasarkan pada suatu standar akuntansi yang berterima umum di sector public.

(15)

di masa depan, maka penganggaran dapat di simpulkan sebagai managerial plan for action untuk memfasilitasi tercapainya tujuan

organisasi.

Dalam system otonomi daerah, banyak aspek yang muncul dari adanya reformasi keuangan daerah. Namun perubahan yang paling umum dan menjadi sorotan bagi pengelolaan keuangan daerah adalah adanya aspek perubahan mendasar dalam pengelolaan anggaran daerah (APBD). Perhatian utama adalah adanya paradigma baru dalam manajemen anggaran daerah (Halim, 2001: 16). Paradigma yang menuntut lebih besarnya akuntabilitas dan transparansi dari pengelolaan anggaran, dan dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatuhan. Aspek utama budgeting reform adalah perubahan dari traditional budget ke

performance budget (Yuwono dkk,2005:63)

(16)

PP No, 105 Tahun 2000 (Yuwono dkk,2005: 64), selanjutnya diganti dengan PP No. 58 Tahun 2005, yang di ikuti dengan diterbitkannya Permendagri No. 13 tahun 2006.

Berdasarkan uraian yang disampaikan dari pendahuluan diatas, maka saya sebagai peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap “Studi Proses Penyusunan Anggaran Daerah, pada Pemerintah Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah”.

1.2 Rumusan masalah

Dari pendahuluan yang dikemukakan diatas tadi, maka masalah pokok yang timbul dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah Proses Sistem Penyusunan Anggaran di Pemerintah Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah.

2. Sejauhmana peran aparatur pemerintah daerah dan masyarakat terhadap proses penyusunan anggaran, terutama mengenai musrenbang tingkat desa hingga kabupaten. Apakah sudah sesuai dengan reformasi Anggaran yang diberlakukan oleh pemerintah ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan peneliti melakukan penelitian ini yaitu :

(17)

b. Untuk mengetahui sebagaimana besar peran aparatur daerah yang terutama di dinas DPPKAD dalam menyusun Anggaran pemerintah daerah setempat

c. Untuk dapat mempelajari bagaimana perbandingan antara proses penganggaran sebelumnya, sekarang, dan masa yang akan datang.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan Latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian tersebut, maka manfaat penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

a. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :

b. Manfaat bagi peneliti bahwa hasil penelitian ini dapat menjadi bahan untuk menambah pengetahuan serta wawasan bagi peneliti untuk dapat dijadikan tolak ukur dan pengalaman di masa yang akan datang

c. Manfaat bagi dinas yang terkait yaitu, sebagai sumbangan pemikiran terhadap dinas yang terkait, Khususnya yang berhubungan dengan proses penyusunan Anggaran Daerah.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Sebelumnya beberapa penelitian telah dilakukan juga oleh peneliti terdahulu. Salah satunya yang dilakukan oleh H.A KARTIWA, proses penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) dan arah kebijakan umum (pustaka.unpad.ac.id).

Pelaksanaan otonomi daerah secara tidak langsung akan memaksa daerah untuk melakukan perubahan-perubahan, baik perubahan struktur maupun perubahan proses birokrasi dan kultur birokrasi. Perubahan kultur meliputi pembaharuan yang sifatnya kelembagaan (institutional reform ) yaitu perubahan struktur birokrasi pemerintah daerah yang lebih ramping akan tetapi kaya fungsi (form follow functions). Perubahan proses meliputi perubahan yang menyentuh

keseluruhan aspek dalam siklus pengendalian manajemen di pemerintah daerah, yaitu perumusan strategis, perencanaan strategis, penganggaran, pelaporan kinerja, penilaian kinerja, dan mekanisme reward and punishment system. Perubahan kultur birokrasi terkait dengan perubahan budaya kerja dan perilaku pegawai yang mengarah pada tercapainya profesionalisme birokrasi.

Usaha penyempurnaannya melakukan konsepsi anggaran yang berorientasi pada program yang dapat dilihat pada kegiatan-kegiatan

(19)

pelaksanaan. Berorientasi pada program berarti bahwa penggunaan sejumlah dana tertentu telah mempunyai maksud dan tujuan yang diperlukan disusun dalam suatu anggaran yang ditentukan besar kecilnya target yang hendak dicapai oleh suatu program yang menjadi pusat perhatian ialah kegunaan mengukur efisiensi terhadap kegiatan dan penilaian terhadap hasil akhir

Reformasi anggaran tidak hanya pada aspek perubahan struktur APBD, namun juga di ikuti dengan perubahan proses penyusunan anggaran. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah dalam era otonomi daerah disusun dengan pendekatan kinerja. Anggaran dengan pendekatan kinerja adalah suatu system anggaran yang mengutamakan kepada upaya pencapaian hasil kinerja dan output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan.

(20)

Renstrada, Repetada akan dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun. APBD sekurang-kurangnya mencakup 3 (tiga) aspek yaitu aspek perencanaan, aspek pengendalian, dan akuntabilitas public.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Anggaran

Secara umum Anggaran merupakan suatu alat untuk perencanaan dan pengawasan operasi keuntungan dalam suatu organisasi laba dimana tingkat formalitas suatu budget tergantung besar kecilnya organisasi.

Munandar (1985: hal 1) Pengertian anggaran yaitu budget (Anggaran) ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan swasta maupun sector public. Yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.

(21)

2.2.1.1 Pengertian Anggaran Keuangan Daerah

Suparmoko,(2002) Anggaran keuangan daerah merupakan suatu alat perencanaan mengenai pengeluaran dan pendapatan pada masa yang akan datang umumnya disusun untuk masa satu tahun. Anggaran juga berfungsi sebagai alat kontrol atau pengawasan, baik terhadap pendapatan maupun pengeluaran pada masa yang akan datang).

2.2.1.2 Konsep Anggaran Daerah

Sejak tahun 1967 Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) di Indonesia disusun dan diberlakukan mulai 1 April sampai dengan 31 Maret tahun berikutnya. Namun, khusus untuk tahun 2000 anggaran dimulai 1 April sampai dengan 31 Desember dan selanjutnya anggaran ditetapkan mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember yang berlaku hingga sekarang.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) menurut Mamesah (1995) didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan pemerintah daerah. APBD tersebut di satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaraan setinggi-tinginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek dalam satu tahun anggaran tertentu dan di pihak lain menggambarkan perkiraan pendapatan dan sumber-sumber pendapatan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran dimaksud.

(22)

manajemen yang dipakai dalam suatu periode tertentu sebagai petunjuk/blue print dalam periode itu.

Menurut Bastian (2001 : 79) mengatakan anggaran dapat diimplementasikan sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang.

Sedangkan Mardiasmo ( 2002 : 61) mengatakan bahwa anggaran merupakan pernyataan estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran financial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran.

2.2.1.3 Siklus Anggaran

Siklus anggaran adalah suatu masa atau jangka waktu mulai saat anggaran di persiapkan, disusun sampai dengan saat perhitungan anggaran yang ditetapkan dalam suatu peraturan perundang-undangan.

Tahapan dalam siklus anggaran : 1. tahapan persiapan anggaran 2. tahap ratifikasi

3. tahap pelaksanaan implementasi 4. tahap pelaporan

(23)

Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 dalam Bastian (2006 : 101), berikut ini adalah gambar siklus Perencanaan Daerah

Gbr 2.1 : Siklus Perencanaan Anggaran

Pedoman Dijabarkan Diacu diperhatikan

Pedoman Dijabarkan

20 tahun 5 tahun 1 tahun

Pedoman Diacu

1 tahun 5 tahun Pedoman

RPJP Nasional

RPJP Daerah RPJM Daerah RKP Daerah

RKP

RPJM Nasional

Rensrta SKPD Renja SKPD

Sumber : Bastian (2006 : 101)

(24)

Rancangan APBD terdiri dari beberapa tahapan proses perencanaan anggaran daerah. Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 serta Undang-Undang No. 32 dan 33 Tahun 2004, tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Pemerintah daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya sebagai landasan penyusunan rancangan APBD paling lambat pada pertengahan bulan Juni tahun berjalan. Kebijakan umum APBD tersebut berpedoman pada RKPD. Proses penyusunan RKPD tersebut dilakukan antara lain dengan melaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) yang selain diikuti oleh unsur-unsur pemerintahan juga mengikutsertakan dan/atau menyerap aspirasi masyarakat terkait, antara lain asosiasi profesi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat (LSM), pemuka adat, pemuka agama, dan kalangan dunia usaha.

2) DPRD kemudian membahas kebijakan umum APBD yang disampaikan oleh pemerintah daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.

(25)

4) Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun RKA-SKPD tahun berikutnya dengan mengacu pada prioritas dan plafon anggaran sementara yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah bersama DPRD.

5) RKA-SKPD tersebut kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD.

6) Hasil pembahasan RKA-SKPD disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah sebagai bahan penyusunan rancangan perda tentang APBD tahun berikutnya.

7) Pemerintah daerah mengajukan rancangan perda tentang APBD disertai dengan penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama bulan Oktober tahun sebelumnya.

8) Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai rancangan perda tentang APBD dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.

2.2.1.4 Tahap Penyusunan Anggaran

(26)

Yuwono Penganggaran Sektor Publik (2005) mengemukakan secara garis besar penyusunan rancangan APBD dengan pendekatan kinerja dilakukan dengan pentahapan sebagai berikut :

a. Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) APBD b. Penyusunan strategi dan prioritas APBD

c. Pernyataan Anggaran, yang memuat :

 Visi, misi, tupoksi, dan sasaran unit kerja

 Program dan kegiatan unit kerja  Rancangan anggaran Unit Kerja dan

d. Rancangan APBD

Atas dasar pentahapan tersebut, proses penyusunan APBD dengan pendekatan kinerja dapat dikatakan sebagai sebuah proses panjang yang melibatkan partisipasi publik secara luas dan terbuka sebagai wujud akuntabilitas publik. Adapun proses punyusunannya secara umum pada

Penyusunan anggaran oleh unit keuangan menghasilkan RAPBD, yang selanjutnya akan diserahkan ke panitia anggaran untuk ditelaah. RAPBD yang telah ditelaah selanjutnya dibahas oleh panitia anggaran dengan DPRD. Selanjtunya DPRD akan menyetujui RAPBD menjadi APBD dan menyerahkan ke unit anggaran pendapatan daerah.

(27)

mengajukan SPP dan setelah dinyatakan kelengkapannya sah maka diterbitkan surat permintaan pembayaran (SPM). SPM yang telah diterbitkan diajukan kepada kuasa BUD.

Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan oleh pengguna anggaran agar pengeluaran yang diajukan tidak melampaui pagu dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan, kemudian diterbitkan SP2D.

Dalam hal SP2D yang diterbitkan untuk keperluan uang persediaan / ganti uang persediaan / tambahan uang persediaan, kuasa BUD menyerahkan SP2D pada pengguna anggaran sedangkan dalam hal SP2D yang diterbitkan untuk keperluan pembayaran langsung, kuasa BUD menyerahkan kepada pihak ketiga. Kuasa BUD sendiri harus mencatat SP2D dan nota debit (dari Bank) pada buku kas penerimaan dan buku kas pengeluaran.

Anggaran dan realisasi SPBD secara keseluruhan akan dibukukan secara computerized oleh unit pembukuan dan hasilnya dalam bentuk buku besar pengeluaran. Pada akhir periode anggaran, system akuntansi berbasis computer ini menghasilkan laporan perhitungan anggaran, neraca dan aliran kas.

(28)

kinerja instansi pemerintah pada khususnya dan akuntansi public pada umumnya. Laporan pertanggungjawaban keuangan diatas akan menjadi umpan baik dalam penyusunan anggaran pada tahun anggaran berikutnya.

APBD pada dasarnya memuat rencana keuanganyang diperoleh dan digunakan pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan kewenangannya untuk penyelenggaraan pelayanan umum dalam satu tahun anggaran . sesuai dengan pendekatan kinerja yang digunakan dalam penyusunan APBD, setiap alokasi biaya yang direncanakan harus dikaitkan dengan tingkat pelayanan atas hasil yang diharapkan dapat dicapai. Kinerja pemerintah daerah dapat diukur melalui evaluasi terhadap pelaksanaan APBD. Proses penyusunan rancangan APBD dapat dilihat dari bagan dibawah ini :

Gbr 2.2 : Proses Penyusunan Anggaran

Rancangan APBD PERNYATAAN ANGGARAN

1. Visi, misi, tupoksi, tujuan dan sasaran unit kerja 2. Program dan kegiatan unit kerja

3. Rancangan anggaran unit kerja Strategi dan Prioritas APBD

Kebijakan Umum Anggaran (KUA) APBD

(29)

2.2.2 Anggaran Berbasis Kinerja Dan Manfaat yang diperoleh 2.2.2.1 Anggaran Berbasis Kinerja

Penganggaran merupakan rencana keuangan yang secara

sistimatis menunjukkan alokasi sumber daya manusia, material, dan sumber daya lainnya. Berbagai variasi dalam sistem penganggaran pemerintah dikembangkan untuk melayani berbagai tujuan termasuk guna pengendalian keuangan, rencana manajemen, prioritas dari penggunaan dana dan pertanggungjawaban kepada publik. Penganggaran berbasis kinerja diantaranya menjadi jawaban untuk digunakan sebagai alat pengukuran dan pertanggungjawaban kinerja pemerintah.

Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja. Sedangkan bagaimana tujuan itu dicapai, dituangkan dalam program diikuti dengan pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan.

(30)

sebagai cara untuk mencapai kinerja tahunan. Dengan kata lain, integrasi dari rencana kerja tahunan (Renja SKPD ) yang merupakan rencana operasional dari Renstra dan anggaran tahunan merupakan komponen dari anggaran berbasis kinerja. Elemen-elemen yang penting untuk diperhatikan dalam penganggaran berbasis kinerja adalah :

1) Tujuan yang disepakati dan ukuran pencapaiannya.

2) Pengumpulan informasi yang sistimatis atas realisasi pencapaian kinerja dapat diandalkan dan konsisten, sehingga dapat diperbandingkan antara biaya dengan prestasinya.

Penyediaan informasi secara terus menerus sehingga dapat digunakan dalam manajemen perencanaan, pemrograman, penganggaran dan evaluasi. Kondisi yang harus disiapkan sebagai faktor pemicu keberhasilan implementasi penggunaan anggaran berbasis kinerja, yaitu :

1) Kepemimpinan dan komitmen dari seluruh komponen organisasi. 2) Fokus penyempurnaan administrasi secara terus menerus.

3) Sumber daya yang cukup untuk usaha penyempurnaan tersebut (uang, waktu dan orang).

4)

Penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) yang jelas

.

(31)

2.2.2.2 Manfaat Yang Diperoleh Dari Anggaran Berbasis Kinerja

Kepada masyarakat, sebagai pernyataan pembangunan yang dinyatakan oleh pemerintah daerah untuk menjawab setiap kebutuhan, tuntutan atau aspirasi masyarakat untuk mencapai kesejahteraan.

Kepada kepala daerah selaku manajemen, digunakan sebagai alat manajemen untuk mengendalikan dan mengarahkan setiap aktivitas pemerintah daerah agar senantiasa mengacu pada rencana yang telah dibuat.

Kepada aparatur dan SKPD pelaksana, sebagai sarana untuk mendorong setiap satuan kerja agar lebih selektif dalam merencanakan aktifitas berdasarkan skala prioritas daerah, tugas pokok, fungsi, dan tujuan serta terjaminnya sinkronisasi aktivitas serta terhindarnya tumpang tindih aktivitas.

Kepada stakeholder, yang diwakili oleh DPRD, digunakan sebagai media komunikasi dan pertanggungjawaban tentang keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi pemerintah daerah dalam menjalankan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta menerangkan kinerja yang telah dilaksanakan.

2.2.2.3 Tolok Ukur Kinerja

(32)

Tolok ukur kinerja adalah ukuran keberhasilan yang dicapai pada setiap unit kerja.

Tolok ukur kinerja = indikator keberhasilan untuk setiap jenis pelayanan pada bidang-bidang kewenangan yang diselenggarakan oleh unit organisasi perangkat daerah, ditetapkan dalam bentuk standar pelayanan yang diatur oleh masing-masing daerah.

2.2.2.4 Indikator Keberhasilan

Relevan, secara logis dan langsung berhubungan dengan tujuan dan sasaran unit kerja. Program atau kegiatan.

Mudah dipahami, dapat dikomunikasikan dengan jelas.

Konsisten, digunakan secara seragam dalam perencanaan, penggangaran, system akuntansi dan pelaporan.

Dapat dibandingkan, dapat menunjukan perkembangan dan perbedaan kinerja dari program atau kegiatan yang sejenis.

Handal (reliable), diperoleh dari sistem data yang terkendali dan dapat diverifikasi.

2.2.3 Prinsip-prinsip Anggaran Daerah

2.2.3.1 Prinsip-prinsip Anggaran Menurut Para Ahli

(33)

a. Otoritas oleh legislatif. Anggaran harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.

b. Komprehensif. Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu, non budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif. c. Keutuhan anggaran. Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus

terhimpun dalam dana umum (general fund).

d. Nondiscretionary propriation. Jumlah uang disetujui oleh legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis, efisien dan efektif.

e. Periodik. Anggaran merupakan suatu proes yang periodik, dapat bersifat tahunan maupunmulti tahunan.

f. Akurat. Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yan tersembunyiyang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan efisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan overestimate pengeluaran. g. Jelas. Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat,

dan tidak membingungkan.

h. Dikehendaki publik. Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas, sebagai wujud dari good governance.

(34)

Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah 3, seperti yang terjabarkan di bawah ini :

1) Transparansi dan akuntabilitas anggaran APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat. Masyarakat juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.

2) Disiplin anggaran Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan pada setiap pos/pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan/proyek yang belum/tidak tersedia anggarannya dalam APBD/perubahan APBD.

(35)

pelayanan karena pendapatan daerah pada hakekatnya diperoleh melalui peran serta masyarakat.

4) Efisiensi dan efektifitas anggaran Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan azas efisiensi, tepat guna, tepat waktu pelaksanaan, dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan. Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan dan kesejahteraan yang maksimal untuk kepentingan masyarakat.

5) Disusun dengan pendekatan kinerja APBD disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah ditetapkan. Hasil kerjanya harus sepadan atau lebih besar dari biaya atau input yang telah ditetapkan. Selain itu harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap organisasi kerja yang terkait.

2.2.3.2 Prinsip-prinsip Anggaran menurut UU No 17 Tahun 2003

Selain prinsip-prinsip secara umum seperti yang telah diuraikan diatas, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 mengamanatkan perubahanperubahan kunci tentang penganggaran sebagai berikut :

(36)

perencanaan dan penganggaran, mengembangkan disiplin fiskal, mengarahkan alokasi sumber daya agar lebih rasional dan strategis, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan pemberian pelayanan yang optimal dan lebih efisien. Dengan melakukan proyeksi jangka menengah, dapat dikurangi ketidakpastian di masa yang akan datang dalam penyediaan dana untuk membiayai pelaksanaan berbagai inisiatif kebijakan baru dalam penganggaran tahunan agar tetap dimungkinkan, tetapi pada saat yang sama harus pula dihitung implikasi kebijakan baru tersebut dalam konteks keberlanjutan fiskal dalam jangka menengah. Cara ini juga memberikan peluang untuk melakukan analisis apakah perlu melakukan perubahan terhadap kebijakan yang ada, termasuk menghentikan program-program yang tidak efektif, agar kebijakan-kebijakan baru dapat diakomodasikan.

2. Penerapan penganggaran secara terpadu

(37)

keseluruhan, baik yang bersifat investasi maupun biaya yang bersifat operasional.

3. Penerapan penganggaran berdasarkan kinerja

Pendekatan ini memperjelas tujuan dan indikator kinerja sebagai bagian dari pengembangan sistem penganggaran berdasarkan kinerja. Hal ini akan mendukung perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam pemanfaatan sumber daya dan memperkuat proses pengambilan keputusan tentang kebijakan dalam kerangka jangka menengah.

Rencana kerja dan anggaran (RKA) yang disusun berdasarkan prestasi kerja dimaksudkan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Oleh karena itu, program dan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga atau SKPD harus diarahkan untuk mencapai hasil dan keluaran yang telah ditetapkan sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) atau rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

2.2.4 Akuntansi Anggaran

2.2.4.1. Pengertian Akuntansi Anggaran

(38)

pengendalian manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diselenggarakan sesuai dengan struktur dan komponen anggaran yang terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Anggaran pendapatan meliputi estimasi pendapatan. Anggaran belanja terdiri dari apropriasi yang dijabarkan menjadi otorisasi kredit anggaran. Anggaran pembiayaan terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

2.2.4.2. Teknik Penyusunan Akutansi Anggaran

(39)

2.2.4.3. Pencatatan Akuntansi Anggaran Menurut PP No. 24 Tahun 2005 Akuntansi Pemerintahan atau keuangan daerah merupakan salah satu jenis akuntansi, maka dalam akuntansi keuangan daerah juga terdapat proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi-transaksi ekonomi yang terjadi di pemerintahan sebelum era reformasi keuangan daerah, pengertian pencatatan dalam akuntansi keuangan daerah selama ini adalah pembukuan. Padahal menurut akuntansi, pengertian demikian tidaklah tepat. Hal ini disebabkan karena akuntansi menggunakan beberapa macam sistem pencatatan yang dapat digunakan, yaitu sistem pencatatan single entry, double entry.

Pembukuan hanya menggunakan sistem pencatatan single entry, sedangkan akuntansi dapat menggunakan ketiga sistem pencatatan tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembukuan merupakan bagian dari akuntansi.

2.2.5 FUNGSI DAN KENDALA SUATU ANGGARAN DAERAH

(40)

mewujudkan otonomi daerah. Dalam era otonomi daerah kemampuan finansial yang berasal dari sumber sendiri sangat menentukan kemampuan kemandirian suatu daerah. Namun, jangan sampai kemampuan finansial yang tinggi dan

(41)

terdapat beberapa kendala. Secara umum kendala yang ada dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Political context, yakni tersebarnya wajib pajak, pembuat keputusan, dan peneriman manfaat jasa/keuntungan.

2. Legal context, yakni menyangkut aspek keabsahan anggaran yang harus berdasarkan undang-undang yang berlaku.

3. Economic conditions, yakni menyangkut tentang tingkat inflasi, kendala fiskal, dan bencana alam.

4. Historical context, yakni menyangkut tentang kebijakan yang diambil dan komitmen terhadap kebijakan tersebut, termasuk menyangkut aspek hubungan dengan pihak luar negeri.

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Memilih dan menentukan metode yang tepat dalam penelitian, seharusnya ditentukan dulu maksud dan tujuan penelitian. Berdasarkan maksud dan tujuan penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Uma Sekaran (2006:4) penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan kepada peneliti sebuah riwayat atau untuk menggambarkan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena perhatian dari perspektif seseorang, organisasi, orientasi industri, atau lainnya. Obyek dari peneltian ini adalah manusia, sehingga peneliti merasa lebih tepat jika menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan pendekatan yang menekankan pada deskriptif yang terjadi secara ilmiah, apa adanya dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya. Data yang dihasilkan dari jawaban yang luas terhadap pertanyaan spesifik dalam wawancara, atau dari respons terhadap pertanyaan terbuka dalam kuesioner, lewat observasi, atau dari informasi dari berbagai sumber yang telah ada sebelumnya.

Sedangkan variasi pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi bertujuan memahami respon atas keberadaan manusia/masyrakat, serta pengalaman

(43)

yang dipahami dalam berinteraksi (Saladien, 2006). Jadi, fenomenologi mempelajari suatu yang tampak atau apa yang menampakkan diri.

3.2 Alasan ketertarikan peneliti (Acknowledge)

Alasan peneliti untuk meneliti permasalahan ini yaitu untuk memahami dan mengetahui bagaimana sesungguhnya cara atau proses penyusunan anggaran keuangan pemerintah daerah, terutama pada Pemerintah Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Peneliti ingin memahami dan mengetahui alur yang sebenarnya dalam menyusun suatu anggaran daerah, apakah alur/prosedur penyusunan anggaran yang terjadi di lapangan sesuai dengan yang ada pada teori atau peraturan-peraturan yang sudah ada.

Peneliti ingin mengetahui, bagaimana kerja dari para aparatur yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran daerah pada pemerintah Kabupaten Banggai.

Dalam penyusunan anggaran, aparatur/birokrat memiliki power yang sangat besar dalam mengalokasikan suatu anggaran. Di satu sisi, pemerintah daerah dituntut lebih transparan dan akuntabilitas terhadap publik. Disini, peneliti ingin mengetahui sejauh mana transparansi dan akuntabilitas yang di berikan aparatur terhadap publik/masyarakat.

(44)

membangun daerah mereka, sesuai dengan yang mereka inginkan. Tentu saja, harus sesuai visi-misi Pemerintah Kota tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui sejauhmana kinerja dinas pendapatan, pengelolaan keuangan dan asset daerah (DPPKAD) kabupaten Banggai dalam proses penyusunan anggaran daerah untuk pembangunan daerah masyarakat setempat. Sudahkah mereka melakukan proses penyusunan anggaran sesuai dengan teori dan undang-undang yang berlaku??

Seberapa besarkah pengaruh Dinas pengelolaan pendapatan dan keuangan daerah (DPPKAD) dan Masyarakat didaerah setempat terhadap adanya “Musrenbang” Musyawarah Perencanaan Pembangunan?

Apakah aspirasi masyarakat dalam Musrenbang dapat dijadikan suatu ‘prioritas’, atau aspirasi mereka hanya sekedar ‘formalitas’?

(45)

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Pemerintah Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Dalam penelitian ini kita akan mengetahui Proses Penyusunan Anggaran Daerah pada TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah) dalam lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Banggai. Lokasi ini dipilih peneliti karena pemerintah Kabupaten Luwuk Banggai memiliki sumber daya alam yang sangat berlimpah, baik berupa hasil laut (ikan, udang, mutiara, rumput laut, dsb), aneka hasil bumi (kopra, sawit, coklat, beras, kacang mente, dsb) dan hasil pertambangan (nikel yang sedang dalam taraf eksplorasi) dan gas (Blok Matindok dan Senoro).

Sebagai objek yang dipilih adalah Pemerintah Kabupaten Luwuk Banggai di DPPKAD, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah. Pemerintah Kabupaten Luwuk Banggai dipilih karena menurut survei dilapangan dan di situs Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK), bahwa Pemerintah Kabupaten Banggai telah membuat laporan keuangan yang transparan dengan opini yang cukup memuaskan yaitu opini secara wajar yang dinilai cukup baik oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada tahun 2007.

(46)

opini BPK kepada terhadap laporan keuangan kabupaten Luwuk Banggai dapat berubah menjadi wajar tanpa pengecualian.

3.4 Informan

Jumlah informan ditetapkan dengan menggunakan teknik snowball sampling. Menurut Sumarsono (2004 : 52) snowball sampling

adalah teknik penarikan sampel yang pada awalnya responden dipilih secara random dengan menggunakan metode non-probabilitas yang selanjutnya responden yang telah terpilih tersebut diminta untuk memberikan informasi mengenai responden-responden lainnya sehingga diperoleh tambahan responden. Semakin lama kelompok responden tersebut semakin besar, ibarat bola salju yang jika menggelinding semakin lama semakin besar.

(47)

3.5 Sumber Data dan Jenis Data

Unit (satuan) analisis data penelitian ini pertama adalah Pejabat dan karyawan Pemerintah Kabupaten Banggai, dengan kriteria :

1. Menguasai manajemen administrasi pemerintah 2. Menguasai proses penyusunan anggaran daerah

3.Mengetahui kondisi, strategi pembangunan daerah dan visi misi Kabupaten Banggai

4. Menguasai dan memahami pencatatan akuntansi dalam membuat laporan keuangan sebagai akuntabilitas publik

Kedua, unit analisis yang berupa situasi kegiatan informan (terutama untuk teknik observasi) yang meliputi: situasi para informan di dalam kantor masing-masing pada jam kerja, rapat dengan pihak konsultan, berbincang-bincang santai baik dalam gedung maupun di luar gedung.

(48)

3.6 Teknik Pengumpulan Data

informasi tentang akuntansi keuangan daerah pada Pemerinah Kabupaten Banggai sangat dibutuhkan peneliti untuk menunjang dan akan digali sebagai instrumen, melalui teknik pertama digunakan adalah wawancara mendalam terhadap informan. Dengan teknik ini akan digali bagaimana Proses Penyusunan Anggaran Daerah pada TAPD Pemerintah Kabupaten Bangai untuk digunakan sebagai akuntabilitas publik, sehingga diharapkan dapat mengungkap baik pengalaman dan pengetahuan eksplisit mapun tersembunyi dibalik itu, termasuk informasi yang berkaitan dengan masa lampau, sekarang maupun harapan dan cita-cita (visi-misi) Pemerintah Kabupaten Banggai. Dengan demikian peneliti sebagai instrumen dituntut bagaimana membuat responden lebih terbuka dan leluasa dalam memberikan informasi atau data, untuk mengemukakan pengetahuan dan pengalamannya terutama yang berkaitan dengan informasi sebagai jawaban terhadap permasalahan penelitian, sehingga terjadi sebuah diskusi, obrolan santai, spontanitas (alamiah) dengan subjek peneliti sebagai pemecah masalah dan peneliti sebagai pemancing timbulnya permasalahan agar muncul wacana detail. Disini wawancara diharapkan berjalan secara tidak (terbuka, bicara apa saja) dalam garis besar yang terstruktur (mengarah menjawab permasalahan penelitian).

(49)

penyaringan usulan masyarakat, perencanaan penganggaran, penyusunan anggaran, pelaksanaan program kerja, dan pelaporan (relisasi anggaran).

Semua yang didengar dan dilihat oleh peneliti sebagai aktivitas observasi ketika para responden atau informan melakukan kegiatan ini, diceritakan kembali atau dicatat sehingga merupakan data atau informasi yang berasal.

Ada 3 (tiga) teknik yang akan digunakan dalam pengumpulan data. Yaitu wawancara mendalam, obsevasi dan dokumentasi. Ketiga teknik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : (Bungin, 2005)

a. Wawancara mendalam

Wawancara jenis ini tidak dilaksanakan dengan stuktur ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin memfokus pada permasalahan sehingga infomasi yang dikumpulkan cukup mendalam. Kelonggaran semacam ini mampu mengorek kejujuran informan untuk memberikan informasi yang sebenarnya, terutama yang berkenaan dengan kualitas data informasi keuangan daerah. Teknik wawancara semacam ini dilakukan dengan semua informan yang ada pada lokasi penelitian terutama mendapat data yang valid guna menjawab masalah penelitian. b. Observasi

(50)

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan bukti-bukti penelitian yang dilakukan pada Pemerintahan Kabupaten Luwuk Banggai Provinsi Sulawesi Tengah.

3.7 Analisis Data

Analisi data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaannya lagi, sampai tahp tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Dikutip dari Sugiono (2005:91-99), Miles and Huberman (1992:16-21), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data :

1. Data Reduction (Reduksi Data)

(51)

2. Data Display (Penyajian Data)

Dari hasil reduksi yang dilakukan, peneliti menampilkan data – data yang berkaitan dan berhubungan ataupun menjawab permasalahan yang diteliti. Dengan disertai refleksi dan analisis dari peneliti berkaitan dengan data yang diperoleh. Penyajian dalam penelitian ini dengan teks yang bersifat naratif.

3. Conclusion Drawing/ Verication

Dalam aktivitas ini peneliti mencoba menemukan pola atau keterkaitan antara data-data yang diperoleh dan analisis yang dilakukan. Sihingga dari pola tersebut memungkinkan peneliti melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

3.8 Keabsahan Data

Uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian

a. Perpanjangan pengamatan

(52)

report, maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian. Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah kembali dicekke lapangan data sudah benar berarti kredible, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.

b. Meningkatkan Ketekunan

(53)

BAB IV

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Pemerintah Kabupaten Banggai

Peneliti mengambil lokasi penelitian di Pemerintah Kabupaten Banggai di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang bertempat di Jl. Bukit Halimun, Dan Kantor lurah Bungin Jl, yos sudarso Kecamatan Luwuk, Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Kota Luwuk adalah ibu kota Kabupaten Banggai, dan merupakan Daerah Tingkat II Provinsi Sulawesi Tengah. Kabupaten banggai di bentuk berdasarkan undang-undang nomor 29 tahun 1959 dan mulai operasional tanggal 8 juli 1960. Dengan jumlah penduduk saat ini + 284.275 jiwa (Data BPS tahun 2004) dan luas wilayah 9.672,70 Km2. Secara administrasi pemerintah kabupaten Banggai dikepalai oleh bupati yang membawa koordinasi atas wilayah administrasi yang dikepalai oleh camat. Jumlah kecamatan yang ada di kabupaten Banggai sebanyak 13 kecamatan terbagi dalam 22 kelurahan dan 219 desa. Dalam menjalankan kegiatan pemerintahan umum dan pembangunan, dibentuk struktur organisasi dan tata kerja pemerintah daerah kabupaten banggai yang meliputi sekretaris daerah, sekretaris DPRD, 18 dinas, 7 badan, 5 kantor, dan 2 perusahaan daerah.

(54)

4.2. Sejarah Pemerintah Kabupaten Banggai

Kabupaten Banggai adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di kota Luwuk. Kabupaten banggai di bentuk berdasarkan undang-undang nomor 29 tahun 1959 dan mulai operasional tanggal 8 juli 1960.

Ahli entomologi Belanda Alfred Russel Wallace menggolongkan Pulau Sulawesi dengan Kabupaten Banggai di dalamnya, berbeda flora dan fauna dengan pulau-pulau lain di Indonesia, seperti Jawa, Sumatera atau Irian Jaya. Salah satu obyek wisata di Kabupaten Banggai adalah Suaka Margasatwa Bangkiriang. Areal seluas 3.500 hektar dengan jarak 56 kilometer dari Luwuk, adalah tempat perlindungan bagi Burung Maleo. Jenis unggas berukuran lebih kecil dari ayam biasa, dan memiliki cara bertelur mirip penyu ini, diperlakukan khusus oleh masyarakat setempat. Tiap tahunnya, khususnya tiap panen telur Maleo, mereka selalu mengadakan upacara Tumpe demi menghindari diri dari kutukan wabah penyakit. Acara-acara seperti itu tentunya sangat unik sebagai daya tarik wisata.

Tempat wisata andalan lainnya adalah; Suaka Marga Satwa Patipati, Panorama Alam Salodik, Pulau Bandang, Pantai Kilometer 5, Air Terjun Hanga-Hanga, Lombuyan (suaka marga-satwa bagi Anoa), Pulau Tikus yang terkenal dengan pasir putihnya, dan banyak lagi lainnya.

(55)

4.3. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah, Kabupaten Banggai.

Gbr 4.1 : Struktur organisasi dinas DPPKAD

UNIT PELAKSANAAN TEKNIS DATA

Seksi Pajak

n & Tuntutan Ganti Rugi

(56)

4.3.1. Tugas dan Fungsi Pokok Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

 

Dinas Pendapatan , Pengelolaan Keuangan Dan Aset mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah daerah berdasarkan azas ekonomi dan tugas pembantuan dibidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan asset.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dijelaskan diatas, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Aset, mempunya fungsi sebagai berikut ;

a. perumusan kebijakan teknis dibidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset;

b. penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum dibidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset;

c. Penyusunan program kegiatan dibidang pendapatan asli daerah, pendapatan lain-lain, anggaran, perbendaharaan, pengelolaan aset dan akuntansi;

d. Pembinaan system dan mekanisme pengelolaan pendapatan asli daerah, pendapatan lain-lain, anggaran perbendaharaan, pengelolaan aset dan akuntansi;

(57)

f. Pengelolaan pendapatan, pendataan, penetapan, penagihan, doleansi/penyelesaian keberatan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain; g. Pengelolaan administrasi umum meliputi, ketatalaksanaan keuangan,

kepegawaian, perlengkapan dan perencanaan; h. Pengelolaan unit pelaksana teknis daerah (UPTD); i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati.

4.3.2 susunan kepengurusan Dinas pendapatan pengelolaan keuangan Dan Aset daerah

Adapun susunan kepengurusan Dinas pendapatan pengelolaan keuangan Dan Aset daerah, antara lain :

1. Kepala Dinas

Kepala dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan aset, mempunyai tugas melaksanakankewenangan desentralisasi dibidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset.

2. Sekretaris Dinas

(58)

Sub Bagian Umum Dan Kepegawaian yang mempunyai tugas

membantu sekretaris dalam menyelenggarakan ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan serta pengelolaan administrasi kepegawaian dinas;

Sub Bagian Keuangan Dan Aset mempunya tugas membantu

sekretaris dalam melaksanakan kegiatan anggaran berbasis kinerja serta pertanggung jawaban administrasi keuangan dan aset;

Sub Bagian Perencanaan Program mempunyai tugas membantu

sekretaris dalam melaksanakan perencanaan program pengendalian data, pembinaan dan evaluasi program/kegiatan dinas.

3. Kepala Bidang Pajak Dan Retribusi

kepala bidang pajak dan retribusi mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam melaksanakan pendataan, penetapan serta penagihan dan penyelesaian pajak dan retribusi. Bidang pajak dan retribusi terdiri dari :

Seksi Pajak, mempunyai tugas membantu kepala bidang pajak dan

retribusi dalam melaksanakan. Pendataan, penetapan serta penagihan dan

penyelesaian pajak;

Seksi Retribusi, mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam

melaksanakan pendataan, penetapan serta penagihan dan penyelesaian

keberatan retribusi;

(59)

membantu kepala bidang dalam melaksanakan doleansi penyelesaian keberatan pajak dan retribusi.

4. Kepala Bidang Pendapatan Lain-lain

Kepala Bidang Pendapatan Lain-lain mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam melaksanakan pendataan, pembinaan, dan optimalisasi bagi hasil pajak dan bukan pajak, dana perimbangan serta lain-lain pendapatan. Bidang pendapatan lain-lain terdiri dari :

Seksi Bagi Hasil Pajak Dan Bukan Pajak, mempunyai tugas

membantu kepala bidang dalam melaksanakan optimalisasi penanganan pendapatan lain-lain menyangkut hasil pajak dan bukan hasil pajak.

Seksi Dana Perimbangan, mempunyai tugas membantu kepala

bidang dalam melaksanakan optimalisasi dana perimbangan.

Seksi Lain-lain Pendapatan, mempunyai tugas membantu kepala

bidang dalmam melaksnakan optimalisasi lain-lain pendapatan.

5. Kepala Bidang Anggaran

(60)

yang akan disampaikan kepada pihak legislative dan petunjuk pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah. Bidang anggaran terdiri dari :

Seksi Perencanaan Anggaran, mempunyai tugas membantu

kepala bidang dalam melaksanakan perencanaan anggaran tahunan.

Seksi Pengembangan Kebijakan Pengelolaan Keuangan,

mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam melaksanakan pengembangan kebijakan pengelolaan keuangan.

Seksi Pengendalian Anggaran, mempunyai tugas membantu

kepala bidang dalam melaksanakan pengendalian anggaran APBD kabupaten.

6. Kepala Bidang Perbendaharaan

Kepala Bidang Perbendaharaan mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam urusan perbendaharaan meliputi gaji dan non gaji, bendahara umum dan tuntutan ganti rugi. Bidang perbendaharaan terdiri dari :

Seksi Gaji Dan Non Gaji, mempunyai tugas membantu kepala

bidang dalam melaksanakan pembayaran dan penata usahaan gaji dan non

gaji yang diajukan oleh SKPD.

Kepala Seksi Bendahara Umum Daerah, mempunyai tugas

(61)

Seksi Tuntutan Perbendaharaan Dan Tuntutan Ganti Rugi,

mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam melaksanakan penatausahaan TPTGR dan tindak lanjut.

7. Kepala Bidang Pengelolaan

Kepala bidang pengelolaan aset mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam melakukan inventaris, penatausahaan, penertiban, pengkajian dan penghapusan aset. Bidang pengelolaan aset terdiri dari :

Seksi Analisa Kebutuhan, yang mempunyai tugas membantu

kepala bidang dalam melaksankan analisa kebutuhan aset daerah.

Seksi Pengadaan, Distribusi Dan Pemeliharaan Aset, yang

mempunyai tugas membantu kepala bidang memantau, mengendalikan, membina, menelitikan, mengawasi, mengevaluasi, dan melaporkan kegiatan pengadaan, distribusi dan pemeliharaan aset daerah oleh SKPD.

Seksi Penyimpanan Dan Penghapusan, mempunyai tugas

membantu kepala bidang menginventarisir, mengadministrasikan, mengitung, mengkaji, menganalisis, menyimpan, menghapus, (retensi) aset pemerintah daerah.

8. Kepala Bidang Akuntansi

(62)

menjadi wewenang pemerintah daerah. Bidang akuntansi terdiri dari : Seksi Pembukuan Dan Pelaporan, mempunyai tugas membantu

kepala bidang dalm pencatatan, perhitungan, analisis dan pelaporan

pelaksanaan APBD kabupaten.

Seksi Verifikasi, mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam

pemeriksaan penelitian dan pengkajian penerbitan surat perintah penagihan penerimaan membayar uang serta menguji kebenaran penagihan anggaran belanja serta pelaksanaan dan pengeluaran APBD kabupaten.

4.4 Visi dan Misi Kelurahan Bungin

4.4.1 Visi Kelurahan Bungin

Terwujudnya kelurahan yang tangguh dan mampu berperan sebagai pelayanan masyarakat yang prima ditahun 2012.

4.4.2 Misi Kelurahan Bungin

mewujudkan aparatur kelurahan yg professional , yang mampu memberikan pelayanan yang efektif dan efisien kepada masyarakat.

 

 

 

 

 

(63)

 

4.4.3 Struktur organisasi Kelurahan Bungin Gbr 4.2 : Struktur Organisasi Kelurahan Bungin

 

Sumber : Staf Sekretaris Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan aset daerah

KELOMPOK JABATAN 

FUNGSIONAL  DAN KETERTIBAN 

SEKSI SOSIAL  SEKSI Ekonomi 

Dan 

Pembangunan 

4.5 Visi misi Kecamatan Luwuk

 

4.5.1 Visi Kecamatan Luwuk

Mewujudkan terciptanya pelayanan prima bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan

kemasyarakatan menuju banjarbaru kota mandiri dan terdepan

4.5.2 Misi Kecamatan Luwuk

(64)

 

4.5.3 Struktur Organisasi Kecamatan Luwuk

Gbr 4.3 : Struktur Organisasi Kecamatan Luwuk

 

KELOMPOK JABATAN 

FUNGSIONAL 

SEKRETARIS CAMAT 

SEKSI  Pemerintahan 

SEKSI  Perekonomian  SEKSI Ketentraman 

dan Ketertiban 

SEKSI Pengendalian 

Pembangunan  SEKSI Sosial 

C A M A T

Sumber : Staf Sekretaris Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan aset daerah

4.6 Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Banggai 4.6.1 Visi Pemerintah Kabupaten Banggai

(65)

4.6.2 Misi Pemerintah Kabupaten Banggai

a. Perwujudan konfigurasi permilayahan pembangunan dan aksebilitas daerah

b. Pemberdayaan ekonomi masyarakat yang mampu menciptakan produk yang berdaya saing tinggi

c. Penciptaan iklim usaha yang kondusif dan mandiri

d. Pengelolaan SDM secara optimal yang berwawasan lingkungan e. Perwujudan peningkatan kualitas SDM

f. Perwujudan peningkatan mutu dan kepribadian rakyat yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

g. Perwujudan peningkatan supremasi hokum dan pemantapan stabilitas stabilitas hokum dan pemantapan stabilitas sos-pol daerah

h. Perwujudan pelestarian dan pengembangan budaya daerah i. Perwujudan peningkatan mutu kesenian daerah

(66)

4.6.3 Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Banggai

Gbr 4.4 : Struktur Organisasi Kabupaten Banggai

Asisten Pemerintahan

Asisten Perekonomian &

Pembangunan

SATPOL PP

Bupati WAKIL Bupati

DINAS DAERAH

LEMBAGA SEKRETARIAT

DPRD

KELURAHAN KECAMATAN

Asisten Administrasi

Umum

STAF AHLI SEKRETARIAT

DAERAH

DPRD

(67)

BAB V

HASIL PEMBAHASAN

5.1. Penganggaran Daerah di Pemerintahan Kabupaten Banggai

Proses penyusunan anggaran terdiri dari proses perencanaan dan penganggaran daerah di pemerintah kabupaten Banggai yang melibatkan TAPD sebagai Tim Anggaran Pemerintah Daerah, yang terdiri dari Bappeda, Bina Program, dan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Daerah. Adapun proses penyusunan anggaran daerah di Pemerintah Kabupaten banggai adalah sebagai berikut :

Gbr 5.1 : proses penyusunan anggaran daerah :

(Perencanaan) (Penganggaran)

Kegiatan Pelaksanaan

Program

Sumber : Staf Sekretaris Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan aset daerah

(68)

menurut hasil survei dilapangan terdapat beberapa kendala dalam proses penyusunan anggaran daerah terkait dengan masalah sumber daya manusianya yang menyebabkan keterlambatan dalam penyusunan anggaran tepat waktu, kurangnya informasi terhadap anggaran daerah dari masing-masing SKPD dan masyarakat yang menyebabkan kurangnya partisipasi masyarakat terhadap anggaran daerahnya, disamping itu juga masih adanya perbedaan persepsi dan tumpang tindihnya Peraturan Pemerintah antara PP 24 Tahun 2005 dengan Permendagri 13 Tahun 2006 sebagai pedoman pengelolaan keuangan daerah yang menyebabkan sulitnya pengawasan/penilaian terhadap kinerja pemerintah daerah yang bersangkutan dalam melaksanakan kewenangannya.

(69)

TAPD, selaku Tim Anggaran Pemerintah Daerah dalam proses penyusunan anggaran memiliki tugas dan fungsi masin-masing dalam proses perencanaan dan penganggaran. Bappeda bertujuan untuk mengkaji usulan program dari masing-masing SKPD yang berdasarkan isu dari bawah berupa kegiatan Musrenbang, dengan membuat adanya pagu indikatif sebagai batas maksimal anggaran. Bina Program bertujuan untuk mengevaluasi usulan kegiatan dari masing-masing SKPD sesuai dengan perencanaan program dari Bappeda, sedangkan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah bertujuan untuk melaksanakan program/kegiatan yang telah disetujui dengan adanya Dokumen Pelaksanaan Anggaran.

Keberhasilan suatu daerah dalam mengoptimalkan fungsi daerahnya harus memperhatikan adanya anggaran daerahnya dan pemerintah daerah dalam hal ini harus memiliki kemampuan mengatur keuangan daerahnya sebagaimana yang telah diatur dalam Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah menyatakan bahwa APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah, dimana penyusunan APBD ini berpedoman pada RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara.

(70)

anggaran dari suatu SKPD tidak terlepas dari adanya perencanaan anggaran, maka dalam hal ini perencanaan dan penganggaran merupakan kegiatan yan terintegrasi. Partisipasi masyarakat yang berkembang melalui Musrenbang yang kemudian menjadi bahan bagi para SKPD dan TAPD untuk menyusun kegiatan yang akan dilaksanakan. Musrenbang adalah langkah awal dalam perencanaan anggaran. Melalui musrenbanglah pemerintah kabupaten Banggai melakukan pembangunan daerah ini yang tidak lepas dari RPJMD. Pada era saat ini, pemerintah tidak lagi menggunakan sistem sentralisasi yang telah dianut semasa orde baru. Saat ini pemerintah khususnya pemerintah kabupaten banggai benar-benar menggunakan aspirasi masyarakat dalam bekerja. Pemerintah kabupaten saat ini menggunakan sistem desentralisasi dan bottom-up, yaitu alur yang berjalan dari bawah – ke atas. Seperti yang disampaikan seorang informan Hj. S.U (Kepala Dinas pada Dinas Pendapatan Pengelolaan keuangan dan aset daerah) menyatakan :

“dikantor ibu menggunakan pendekatan bottom up, yaitu pendekatan dari bawah, awalnya torang harus menjalin asmara dengan masyarakat atau yg dinamakan silahturahmi dengan masyarakat, fungsinya untuk taw apa maunya masyarakat. Selain itu kita turun lapangan beserta tim TAPD baik itu perwakilan DPR, DPPKAD, Bapedda. Biar kita taw maunya masyarakat.”

(71)

memnyusun dan memprioritaskan atau bikin urutan urutan apa saja yang sangat di perlukan oleh warga maupun masyarakat”.

(bapak Hendra staf system informasi di DPPKAD)

Salah seorang informan yaitu tokoh masyarakat H.U Menambahkan :

 

dalam proses musrenbang biasanya kurang cukup efisien, hal ini dikarenakan banyak undangan yang tidak hadir. Sehingga, tim TAPD kewalahan untuk memutuskan skala prioritas ke tingkat kecamatan, sehingga di tingkat kecamatan atau tingkat kabupaten, sering terjadi kisruh antar tokoh masyarakat mengenai pemerataan anggaran dan prioritas anggaran

Musrenbang mutlak adanya, dan sudah diatur dalam undang-undang tentang tata cara dan prosedur musrenbang. Seperti pada SE Bersama Kepala Bappenas dan Mendagri Nomor 1181/M.PPN/02/2006 dan 050/224/SJ tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang Tahun 2006. Sudah jelas bahwa musrenbang adalah bagian awal dari penyusunan APBD dan masyarakatlah yang memegang kendali.

(72)

informasi akan memberikan kemudahan dan pengetahuan bagi masing-masing SKPD akan program dan kegiatan apa saja yang dilaksanakan dan memberi kemudahan bagi masyarakat untuk mengetahui apa saja yang telah dianggarakan dan dapat memberikan usulan kegiatan apa yang diinginkan untuk masuk dalam anggaran berikutnya dalam forum pengajuan.

Gbr 5.2 : alur dari Musrenbang sebagai berikut

Musrenbang Kecamatan

Musrenbang Kabupaten/

Kota

TAPD

Tim Anggaran

Pemerintah Daerah

SKPD

Musrenbang Kelurahan

Sumber : Staf Sekretaris Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan aset daerah

(73)

elemen masyarakat yang paling bawah muncul dan berkembang. Adapun yang hadir dalam Musrebang tingkat Kelurahan adalah RT, RW, Pokja, LKMK, Paud, Tokoh Masyarakat Dalam satu lingkup Kelurahan. Mereka saling mengungkapkan kebutuhan daerah mereka masing-masing. Pada Musrenbang tingkat Kecamatan, yang hadir hanyalah wakil/delegasi yang telah ditunjuk oleh tingkat Kelurahan setempat untuk memperjuangkan aspirasi mereka dan dihadiri oleh 15 SKPD. Kemudian Musrenbang tingkat Kab/Kota dihadiri seluruh Kecamatan dalam satu daerah, 15 SKPD yang kemudian akan di bahas lebih lanjut oleh TAPD yang terdiri dari Bappeda, Bina Program, dan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan aset.

Namun berdasarkan hasil penelitian lapangan oleh peneliti dalam 1 Kelurahan, peneliti melihat ada sesuatu yang ganjal dalam kegiatan Musrenbang tingkat Kelurahan.

(74)

program/kegiatan yang bersifat pembangunan fisik, sementara pembangunan non fisik tidak terlalu banyak di bahas.

Bappeda sebagai bagian dari Tim Anggaran Pemerintah Daerah, sebagai badan Perencana Program Daerah dan badan yang terjun langsung dalam kegiatan Musrenbang tingkat Kecamatan, bersama petugas kecamatan menghimbau kepada masyarakat akan kesadaran mereka akan partisipasi dalam Musrenbang. Seperti diungkapkan oleh Ibu S.U (Kepala dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan aset) menyatakan :

“dalam kaitannya mengenai musrenbang, proses perencanaan itu da tiga tahap yaitu musrenbang tingkat desa atau kelurahan, musrenbang tingkat kecamatan, dan musrenbang tingkat kabupaten, dalam musrenbang ini setiap tingkatan akan mengusulkan program dan kegiatannya masing masing, dan kemudian di prioritaskan mana yang lebih dibutuhkan oleh masyarakat setempat dan kemudian diajukan ke tingkat yg lebih tinggi atau ke TAPD.

Seperti diungkapkan oleh Bapak H.U (Tokoh Masyarakat kelurahan Luwuk, mantan lurah di kelurahan luwuk dan bungin.) :

“sebenarnya dalam musrenbang baik di tingkat kelurahan, kecamatan dan kabupaten tidak ada masalah siiiihh, Cuma yang torang sering kecewakan, masih banya usulan usulan kami yang belum dikabulkan oleh pemerintah, dan kami pun lumayan paham dengan keadaan keuangan daerah, arti kata pemerataan kesejahteraan daerah kita gitu..."

Ditambahkan oleh lurah bungin bapak K.C :

Referensi

Dokumen terkait

Latar belakang masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa kelas X dan Bagaimana peran guru mata pelajaran al-Islam

Sin δ - Sin φ. Tetapi perhitungan rumus tersebut tidak dapat langsung dilakukan karena data hasil pengukuran yang diperoleh adalah tinggi dan azimuth ke tepi

This research aimed at proving that the use of authentic materials which can improve the listening comprehension of grade XI students of MAN Tolitoli.. The researcher

Mengerjakan soal yang diajukan terkait apa saja yang telah dipelajari pada kompetensi “ mempersiapkan instalasi sistem operasi jaringan berbasis GUI ”. Soal yang diujikan

Skripsi berjudul “Pengembangan Alat Peraga Magram Sempunan sebagai Media Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas VII”ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Didownload

diperlukan program pada Pemeliharaan dan perawatan rumah tongkonan dengan cara tradisional dapat menggunakan bahan alami Bagaimanakah konservasi lahan, rekayasa

Banyak aspek yang terlibat dalam membentuk suatu gaya mengajar: kepribadian anda, penampilan anda, cara anda berbicara, bergerak dan menggunakan ruangan, serta