• Tidak ada hasil yang ditemukan

Development of Grading Algorithm for Cut Orchid Derultobium sp Using Image Processing.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Development of Grading Algorithm for Cut Orchid Derultobium sp Using Image Processing."

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)

PENGEMBANGAN ALGORITMA GRADING

BUNGA ANGGREK POTONG Dendrobium

sp

DENGAN MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA

OLEH

AGUNG WAHYONO

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(100)

ABSTRACT

AGUNG WAHYONO. Development of Grading Algorithm for Cut Orchid

Derultobium sp

Using

Image Processing. (Supervised

by

HAD1 Ko PURWADARIA,

SUROSO, and IRAWATI).

The domestic and export market of orchid as one of the famous cut flowers in Indonesia required a prime and consistent quality. However, the manual-grading system based on the human vision resulting in

an

inconsistency of quality. The objective of this study was to develop a @ng algorithm of Dendrobium orchid by the image processing. The image processing algorithm

was

developed for a grading system based on the cane length, the number of flower bloom, and

the

total flower (bud and bloom). A

CCD

(charged couple device) camera equipped with the ASUS-LIVE 3000 image frame grabber was used for the image capturing. The algorithm was developed using the Visual Basic 6.0

(101)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

Pengembangan Algoritma Grading Bunga Anggrek Potong Dendrobium sp Dengan Menggunakan Pengolahan Citra

adalah benar hasil karya saya sendiri. Semua sumber data dan informasi yang digunakan

telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

(102)

PENGEMBANGAN ALGORITMA GRADING

BUNGA ANGGREK POTONG

Dendrobium

sp

DENGAN MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA

AGUNG WAHYONO

Tesis

Sebagai salah satu syarat

untuk

memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Teknologi Pascapanen

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(103)

Judul Tesis : PENGEMBANGAN ALGORITMA GRADING BUNGA ANGGREK

POTONG Dendrobium sp DENGAN MENGGUNAKAN

PENGOLAHAN CITRA

Nama : AGUNG WAHYONO

NRP

: P24500005

Program Studi : Teknologi Pascapanen

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hadi K. Punvadaria Ketua

Dr. Ir. Suroso Anggota

r. Ir. Irawati

/F

/

Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi Teknologi Pascapanen

Prof. Dr. Ir. Hadi K. Punvadaria

(104)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sidoarj o pada tanggal 29 Desember 1973 sebagai anak kedua

dari pasangan Walujo dan Endah Suwarni. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi

Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Jember, lulus pada tahun 1997. Pada tahun

2000, penulis diterima di Program Studi Teknologi Pascapanen pada Program Pascasarjana

IPB dan menamatkannya pada tahun 2002. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh

dari Departemen Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.

Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Politeknik Pertanian Negeri Jember sejak

tahun 1998. Mata kuliah yang diasuh adalah Teknologi Pascapanen dan Analisis Pangan.

Sebuah artikel telah diterbitkan dengan judul "Penghambatan Pemasakan Buah Tomat

Menggunakan Teknik Rekayasa Genetika" pada jurnal Agribisnis JUBC, Universitas

(105)

PRAKATA

Grading atau pemutuan merupakan salah satu tahapan pascapanen yang penting.

Teknologi grading telah berkembang, salah satunya adalah menggunakan pengolahan citra

(image processing). Pengolahan citra telah banyak diterapkan pada produk hortikultura

terutama buah-buahan, akan tetapi pada produk florikultur masih terbatas jurnlahnya.

Untuk itu penulis melakukan penelitian yang dilaksanakan di Laboratorium Teknik

Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus IPB

Darmaga, Bogor, hasilnya dituangkan dalam tulisan ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof Dr. Hadi K. Punvadaria

selaku ketua kornisi pembimbing, Bapak Dr. Ir. Suroso, dan Ibu Dr. Ir. Irawati selaku

anggota komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Usman Ahmad selaku penguji luar komisi

atas segala saran, bantuan dan pemikiran sehingga penelitian dan tulisan ini tenvujud.

Bantuan dari pegawai-pegawai Fateta, Istri dan Anakku tercinta, teman-teman TPP

dan adik-adik S 1, serta rekan-rekan dari Pondok Citra Ami Tumuhu sangat penulis hargai.

Untuk penyempurnaan tulisan ini, penulis dengan senang hati menerima segala

saran dan kritik.

Bogor, Agustus 2002

(106)

DAFTAR IS1

Halaman

DAFTAR TABEL ...

... DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ...

x

PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1

...

Tuj uan 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

...

Karakteristik Anggrek Dendrobium 5

Grading untuk Anggrek Potong ... 7 Teknik Pengolahan Citra (image processing) ... 12

Sistem Penangkap Citra Digital ... 13 Perangkat Keras Pengolahan Citra ... 15

Perangkat lunak Pengolahan Citra ... 16 Aplikasi Pengolahan Citra pada Produk Pertanian ... 16

BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 20

Tempat dan Waktu ... 20 Bahan dan Alat ... 20

...

Prosedur Penelitian 21

Penelitian Pendahuluan ... 21

...

Penelitian Utama 22

Pengambilan Citra Bunga Anggrek Dendrobium dengan Teknik Peng-

...

olahan Citra 22

...

Pengolahan Citra 23

...

Klasifikasi dan Validasi 25

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

Pengolahan Citra Anggrek Dendrobium ... 26

(107)

Jumlah Kuntum Mekar ... 36

...

Jumlah Kuntum Total 37

Panj ang Malai ... 38 Pendugaan Panjang Malai. Jumlah Kuntum Mekar. dan Jumlah Kuntum

Total ... 39

...

Pendugaan Kelas Mutu 42

...

Pendugaan Kelas Mutu Berdasarkan Kriteria Panjang Malai 45

...

Pendugaan Kelas Mutu Berdasarkan Kriteria Jumlah Kuntum Mekar 47

...

Pendugaan Kelas Mutu Berdasarkan Knteria Jumlah Kuntum Total 49

Pendugaan Kelas Mutu Berdasarkan Kriteria Panjang Malai. Jumlah

...

Kuntum Mekar. dan Jumlah Kuntum Total 51

KESIMPULAN DAN SARAN ... 55 Kesimpulan ... 55 Saran ... 56

(108)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Standar mutu anggrek potong Arachnis Maggie Oei ... ... 9

2. Standar mutu anggrek potong Aranthera James Storie ... 10

3. Standar mutu anggrek potong Oncidium Goldiana Varietas Golden Shower ... 10

4. Persyaratan umum bunga anggrek potong yang diterapkan di Malaysia

.

. .

. .

. . . 1 1

5. Persyaratan mutu bunga potong anggrek D. Syarifah Fatimah dan D. Ekapol . . . 1 1

6. Persyaratan mutu bunga anggrek potong Dendrobium yang di ekspor oleh

Thailand ... ... ... ... ... 1 1

7. Standar mutu anggrek potong Dendrobium ... 12

8. Kriteria pemutuan berdasarkan panjang malai yang diterapkan pada program

grading bunga anggrek D. Sonia dan D. Miss Singapore ... 45

9. Pendugaan kelas mutu bunga anggrek potong D. Sonia berdasarkan panjang

malai ... 46

10. Pendugaan kelas mutu bunga anggrek potong D. Miss Singapore berdasarkan

panjang malai . . .

.

. . .

.

. . .

.

. . . .

.

. . . 46

1 1. Kriteria pemutuan berdasarkan jumlah kuntum mekar yang diterapkan pada

program grading bunga anggrek D.Sonia dan D. Miss Singapore ... 48

12. Pendugaan kelas mutu bunga anggrek potong D. Sonia berdasarkan jumlah

kuntum mekar . . .

.

. . . , . . .

. . .

. . . 4 8

13. Pendugaan kelas mutu bunga anggrek potong D. Miss Singapore berdasarkan

jumlah kuntum mekar . . .

.

. . .

.

. . . 48

14. Kriteria pemutuan berdasarkan jumlah kuntum total yang diterapkan pada

program grading bunga anggrek D.Sonia dan D. Miss Singapore ... ... ... 49

15. Pendugaan kelas mutu bunga anggrek potong D. Sonia berdasarkan jumlah

kuntum total ... 49

16. Pendugaan kelas mutu bunga anggrek potong D. Miss Singapore berdasarkan

jumlah kuntum total ... .. .. .. .. ... .. . ... .... ... ... ... ...

..

. .. .. .. .. ... .. ... .... .. .. ... 49

17. Pendugaan kelas mutu bunga anggrek potong D. Sonia berdasarkan panjang

(109)

18. Pendugaan kelas mutu bunga anggrek potong D. Miss Singapore berdasarkan

panjang malai, jumlah kuntum mekar, clan jumlah kuntum total ... 52

19. Pendugaan kelas mutu bunga anggrek potong D. Sonia berdasarkan panjang

malai, jumlah kuntum mekar, dan jumlah kuntum total setelah pemutuan

...

ulang pada malai NG 53

20. Pendugaan kelas mutu bunga anggrek potong D. Miss Singapore berdasarkan

panjang malai, jumlah kuntum mekar, dan jumlah kuntum total setelah

pemutuan ulang pada malai NG ... 53

(110)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Elemen-elemen dari sistem pengolahan citra . . .

.

. . . 13

2. Diagram sistem penangkap citra digital ... 14

3. Bunga Anggrek

D.

Sonia pada kelas mutu S (short), M (medium), dan L (long).. 20

4. Bunga Anggrek

D.

Miss Singapore pada kelas mutu S (short), M (medium),

dan L (long) . . .

.

. . . 2 1

5. Diagram blok peralatan pada sistem pengolahan citra ... 23

6. Citra bunga anggrek D. Sonia hasil digitasi penangkap bingkai citra (image

frame grabber) secara utuh (bawah), dan citra bunga anggrek yang diperbesar

(atas) . . . , . . . 27

7. Citra bunga anggrek D. Miss Singapore hasil digitasi penangkap bingkai citra

(image frame grabber) secara utuh (bawah), dan citra bunga anggrek yang

diperbesar (atas) ... 28 8. Tampilan awal program pengolahan citra ... 29 9. Tampilan program saat thresholding citra bunga anggrek . . . .. ... . .. ... ... .. .. ... . 30

10. Tampilan program pada saat binerisasi dan perhitungan luas, panjang,

lebar proyeksi, serta perimeter citra . . .

.

. . .

.

. . .

.

. . .

.

. . .

. .

. . .

. . .

. . . . 3 1

1 1. Citra bunga anggrek D. Sonia sebelum proses pengolahan citra (atas), dan

citra bunga anggrek setelah binerisasi (bawah) ... 32

12. Citra bunga anggrek D. Miss Singapore sebelum proses pengolahan citra

(atas), dan citra bunga anggrek setelah binerisasi (bawah) ... 33

13. Citra bunga anggrek D. Sonia yang diperbesar sebelum proses pengolahan

citra (atas), dan citra bunga anggrek setelah binerisasi (bawah) ... 34

14. Citra bunga anggrek D. Miss Singapore yang diperbesar sebelum proses

pengolahan citra (atas), dan citra bunga anggrek setelah binerisasi (bawah) . . . . 3 5

15. Populasi jumlah kuntum mekar anggrek D. Sonia (kiri), dan D. Miss Singapore

(kanan) ... 36

16. Populasi jumlah kuntum total anggrek D. Sonia (kiri), dan D. Miss Singapore

(111)

17. Rataan panjang malai I). Sonia (kiri) dan D. Miss Singapore (kanan) pada

berbagai kelas mutu ... ... 38

18. Hubungan panjang proyeksi malai dengan panjang malai bunga anggrek

D. Sonia (kiri) dan D. Miss Singapore (kanan) ... 40 19. Hubungan luas proyeksi kuntum mekar dengan jumlah kuntum mekar bunga

anggrek D. Sonia (kiri) clan D. Miss Singapore (kanan) ... 41

20. Hubungan luas proyeksi kuntum total dengan jumlah kunturn total bunga

anggrek D. Sonia (kiri) dan D. Miss Singapore (kanan) ... ... ... .. .. .. ... 4 1

2 1. Perbandingan kuntuln bunga anggrek D. Sonia yang normal dan yang rusak . . . . 43

22. Perbandingan kuntum bunga anggrek D. Miss Singapore yang normal dan

(112)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 . Data sampel anggrek D . Sonia pada kelas mutu S, My dan L yang

digunakan untuk pengembangan model linier ... 61

2 Data sampel anggrek D . Miss Singapore pada kelas mutu S. M. dan L

yang digunakan untuk pengembangan model linier ... 64

3 . Data validasi D . Sonia pada kelas mutu S. My dan L ... 67 4 . Data validasi D . Miss Singapore pada kelas mutu S.

My

dan L ... 70
(113)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bunga mempunyai arti penting yang berfungsi sebagai simbol dan hlasan

(decorative) pada budaya maupun tradisi di seluruh dunia, serta telah lama dibudidayakan

untuk keperluan acara keagamaan dan sosial. Perkembangan produksi dan perdagangan

bunga potong secara komersial terutarna didorong oleh kebiasaan konsumsi orang-orang

kaya di negara maju. Kebiasaan tersebut kemudian banyak ditiru oleh orang-orang yang

tergolong dalarn kelas menengah di negara sedang berkembang.

Perkembangan yang cepat pada industri bunga potong di negara sedang

berkembang merupakan respon dari peluang pasar yang sangat terbuka di Eropa, Arnerika

Utara, dan beberapa negara dr Asia. Konsumsi bunga potong yang diproduksi secara

komersial terkonsentrasi di Amerika Utara, Eropa Barat, dan Jepang, dengan Amerika

Serikat dan Jepang masing-masing mengeluarkan devisa sebesar US$ 8 milyar pada tahun

1990 (Haak et al., 1992). Italia dan Jerman termasuk pasar yang besar dengan konsumsi

masing-masing sekitar US$ 5 dan US$ 4 milyar, sedangkan Eropa Barat mengkonsumsi

hampir setengah dari total konsumsi bunga potong dunia. Kondisi pasar dunia yang

demiluan potensial belum direspon secara memadai pasar Indonesia. Hal ini dapat dilihat

pada perkembangan ekspor bunga anggrek yang berfluktuasi mulai tahun 1997 sampai

tahun 2001. Pada tahun 1997 nilai ekspor sebesar US$ 269 ribu, tahun 1998 US$ 37.6

ribu, tahun 1999 US$2.4 juta, tahun 2000 US$ 1.68, dan US$ 1.17 juta pada tahun 2001

(114)

2

Menurut Nurmalinda et al. (1999) eksport tanaman h a s Indonesia tahun 1991

mencapai US$ 2 155 0 12, dan khusus untuk anggrek adalah sekitar US$ 61 8 612. Pada

tahun 1994, eksport anggrek meningkat menjadi US$ 1 801 292 yang berarti terjadi

peningkatan sebesar 343.4 % dalarn kurun waktu 3 tahun.

Anggrek banyak digemari masyarakat karena bunganya indah dengan warna-warni

yang menarik dan mengagumkan. Selain sebagai tanaman pot, anggrek dikenal juga

sebagai bunga potong karena masa mekarnya relatif lebih lama dibandingkan dengan

bunga potong lain, rajin berbunga, serta mudah penanganan pascapanennya.

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Abidin (1996), dari 160 ribu tangkai

bunga potong yang diperdagangkan di pasar Rawa Belong, Jakarta setiap harinya, sekitar

28 ribu tangkai atau 17.5% diantaranya adalah anggrek. Jenis-jenis yang diperdagangkan

tersebut cukup beragam, antara lain Dendrobium, Vunda, Oncidium Golden Shower, dan

Arantheru James Storie. Sedangkan dari hasil studi yang dilakukan oleh Nurmalinda et al.,

(1999), jenis Dendrobium merupakan jenis yang paling banyak disukai oleh konsumen

dengan tingkat preferensi sebesar 34.29%. Jenis Dendrobium memang memiliki kelayakan

tersendiri, karena mempunyai bentuk, warna dan ukuran yang lebih beragam. Anggrek ini

juga banyak diminati pasaran Eropa, Jepang dan USA (Anonim, 1994).

Setelah dipanen bunga potong memerlukan sistem penanganan tertentu karena

sifatnya yang mudah mengalami kerusakan. Sistem penanganan bunga potong bervariasi

tergantung dari jenis bunga, produsen, area produksi, dan sistem pemasaran. Secara umurn

langkah-langkah penanganannya adalah: panen, sortasi atau grading, pen~katan

(bunching), pengepakan, precooling, penyimpanan, transportasi, dan pemasaran (Acedo

(115)

Salah satu tahapan pascapanen yang penting adalah grading (pemutuan), karena

pasar eksport akan selalu mensyaratkan knteria-kriteria tertentu yang perlu dipenuhi oleh

eksportir dengan parameter kuantitatif maupun kualitatif. Menurut Acedo and

Kanlayanarat (2001), secara resmi tidak ada mutu standar yang diakui dan diterapkan

untuk bunga potong di negara anggota ASEAN. Secara umum bunga di sortasi berdasarkan

pada panjang dan kelurusan batang, ukuran bunga, adanya kerusakan, ketuaan, serta

kualitas daun.

Selama ini proses sortasi atau grading terhadap bunga anggrek potong dilakukan

secara visual dalam proses sortasi manual. Pemeriksaan dengan cara ini mempunyai

beberapa kelemahan diantaranya membutuhkan waktu relatif lama serta menghasilkan

produk sortasi yang beragam karena keterbatasan visual manusia, kelelahan dan perbedaan

persepsi tentang mutu produk yang disortasi.

Berdasarkan ha1 tersebut diperlukan suatu metoda atau teknik untuk dapat

mensortasi secara e f e b f dan efesien. Pengolahan citra merupakan suatu alternatif untuk

mengatasi ha1 tersebut. Pongolahan citra menggunakan sistim visual berdasarkan sensor

elektro-optika yang mempunyai kemampuan yang lebih peka, tepat, dan obyektif daripada

kemampuan visual manusia dalam menangkap pantulan gelombang elektromagnetik

obyek. Dengan sistem pengolahan citra ini grading anggrek Dendrobium dapat dilakukan

secara obyektif dan konsisten, sehingga bunga anggrek Dendrobium yang telah digrading

(116)

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan algoritma grading bunga anggrek potong Dendrobium sp dengan menerapkan pengolahan citra. Tujuan yang lebih khusus adalah sebagai berikut:

1. Menyusun algoritma pengolahan citra untuk menduga mutu bunga anggrek potong

Dendrobium sp berdasarkan panjang malai, jurnlah kuntum mekar, dan jumlah kuntum

total.

(117)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Anggrek Dendrobium

Genus Dendrobium pertama kali ditemukan oleh seorang botanis terkenal bernama

Olof Swartz pada tahun 1800. Nama Dendrobium drturunkan dari bahasa latin dendron

(pohon) dan bios (hidup). Jadi Dendrobium berarti hidup di pohon. Di habitat aslinya

Dendrobium umumnya ditemukan epifit dengan menempel pada batang atau cabang

pepohonan (William et al., 1989).

Dendrobium sering dijumpai pada daerah terbuka, sehingga mendapat cahaya

matahari sepanjang tahun. Penyebaran Dendrobium sangat ektensif dan dapat ditemui dari

Asia Timur hingga kepulauan Pasifik dan pegunungan Himalaya melalui Myanmar

menyebar ke semenanjung Malaya, Australia, Selandia Baru, Papua Nugini, Cina, Jepang,

Philipina, dan Fiji (Northen, 1986).

Pada umumnya klasifikasi tanarnan anggrek berdasarkan pada keistimewaan bunga,

khususnya pada bagian alat reproduksinya. Klasifikasi botani anggrek Dendrobium sebagai

berikut (Hsuang, 1978; Fanfani dan Rossi, 1984 di dalarn Solvia dan Toto, 1997):

Kingdom Divisi Sub Divisi Klas Ordo Famili Sub Famili Suku Sub Suku Genus Spesies

: Planthae

: Spermatophyta

: Angiospermae

: Monocotyledoneae

: Orchidales

: Orchiddaceae

: Epidendroidae

: Epidendreae dan Dendrobieae

: Dendrobiinae

: Dendrobium

(118)

Seperti tanaman anggrek pada umumnya, Dendrobium mempunyai bagian-bagian

utama bunga seperti sepal (kelopak bunga), petal (mahkota bunga), polinia (alat kelamin

jantan), gymnostenurn atau putik (alat kelamin betina) dan ovari (bakal buah). Bagian-

bagian lain yang menjadikan bunga anggrek lebih menarik ialah bibir atau lip (labellurn),

tugu bunga (column), mentum dan taji (kaki tugu) (Solvia dan Toto, 1997).

Menurut bentuk bunganya, anggrek Dendrobium dikelompokkan lagi ke dalarn 3

kelompok (Gunadi, 1979):

1. Kelompok bunga bentuk bundar

a. Bundar menutup, tepi petal dan sepal saling menutupi

b. Bundar overlapping, tepi petal dan sepal saling turnpang tindih

2. Kelompok bunga bentuk tanduk, bentuk sepal yang menyerupai tanduk rusa

3. Kelompok bunga bentuk bintang, bentuk sepalnya merupakan antara bentuk bundar

dan bentuk tanduk.

Sesuai dengan habitat dan cara hidupnya, akar anggrek Dendrobium telah

termodifikasi menjadi akar udara. Akar udara ini urnurnnya tumbuh pada pangkal batang

dalarn jurnlah banyak, seringkali membentuk massa yang tebal. Sedangkan batang semu

Dendrobium menggelembung dan berdaging, karena berfungsi sebagai cadangan makanan

dan air. Panjang batang semu tersebut berkisar antara beberapa centimeter hingga satu

meter atau lebih (Williams et al., 1989).

Menurut Sutiyoso (1997) Dendrobium mempunyai bentuk tanarnan simpodial,

berbatang semu dan rajin berbunga. Tiap batang semunya dapat menghasilkan lebih dari 1

tunas, sehingga dalam satu pot saja dapat berisi beberapa batang semu yang dapat

menghasilkan beberapa malai bunga. Tanaman dapat memperbanyak diri sendiri seperti

(119)

Pertumbuhan tipe simpodial yaitu anggrek dengan pertumbuhan ujung batang terbatas. Batang ini akan tumbuh terus, setelah mencapai batas maksimum, perturnbuhan

batang akan berhenti. Pertumbuhan baru dilanjutkan oleh anakan baru yang turnbuh

disampingnya. Pada anggrek simpodial ini terdapat suatu penghubung yang disebut

rimpang atau batang di bawah batang yang sebenarnya. Pertumbuhan tunas baru akan

keluar dari rimpang ini (Gunawan, 200 1).

Dendrobium Sonia merupakan hasil persilangan antara D. Caesar dan D. Tomie

Drake yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar 50% pada generasi ke delapan.

Secara keseluruhan jenis yang memberikan kontribusi terhadap pembentukan D. Sonia

sebanyak 35 elemen.

Grading untuk Anggrek Potong

Grading merupakan cara untuk membedakan mutu atau kualitas komoditi yang

akan dipakai sebagai standar atau ukuran baku dalarn perdagangan produk hortikultura.

Grading dapat dilakukan secara konvensional atau manual dengan mengandalkan

pengamatan visual manusia. Disarnping itu dapat juga hlakukan dengan cara mekanik

maupun elektronik, sudah tentu dengan tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan cara

manual.

Berbagai jenis alat grading otomatis maupun semi-otomatis telah dikembangkan

untuk produk hortikultura, terutarna buah-buahan. Grading otomatis atau semi otomatis

menggunakan informasi morfologi produk atau sifat-sifat radiasi elektromaknetik sebagai

dasar pengklasifikasian. Sebagai contoh adalah pengembangan alat sortasi berdasarkan

sifat DLE ( delayed light emision) yang dikembangkan oleh Jacob et al. ( 1965) dalam

(120)

berdasarkan sifat ketebalan dan densitasnya ( Lenker and Adrian, 1971 dalam Mohsenin,

1984).

Berdasarkan mekanisme kerjanya jenis mesin sortasi atau grading otomatis relatif

banyak jurnlahnya, diantaranya adalah:

1) Mesin sortasi atau grading ukuran tipe Trornmel.

Sistem sortasi mesin menggunakan drum berlubang untuk menggolongkan buah

berdasarkan uksmnnya. Ketelitian alat cukup tinggi dengan kapasitas yang besar. Buah

dibongkar secara otornatis dengan menggunakan otomatik drumpen, kemudian buah

diangkut dengan trommel dengan menggunakan ban be rjalan. Buah dengan diameter lebih

kecil dari diameter lubang trommel akan jatuh ke bawah clan diangkut oleh ban berjalan ke

tempat pengepakan, sedangkan buah yang lebih besar dari diameter lubang trommel akan

dibawa ke trommel berikutnya dengan ban berjalan. Disini diameter tromrnel lebih besar

dari trommel pertama, dan seterusnya sesuai dengan ukuran yang akan digolongkan.

2) Mesin sortasi atau grading ukuran type Belt

Mesin ini memiliki dua sistem sortasi ukuran yaitu tipe roller pada bagian atas dan

tipe belt pada bagian bawah. Buah yang akan disortir dimasukkan kedalam hopper, dan

dengan ban be rjalan diangkut ke bagian pemisah tipe roller dan tipe belt untuk dipisahkan

berdasarkan ukuran (Budiastra, 2000).

Grading bunga anggrek potong sarnpai saat ini rnasih dilakukan secara manual

berdasarkan persepsi visual manusia. Oleh karena itu ketrarnpilan dan pengalaman cukup

menentukan keseragaman dalam klas-klas bunga anggrek yang telah ditentukan.

Seperti di Malaysia untuk melakukan grading telah ditentukan spesifikasi bunga

(121)

kualitasnya menjadi 3 kelas yaitu kelas Ekstra, kelas I, dan kelas 11, yang didasarkan pada kenampakan umum dan sifat-sifat fisiknya (Agrolink, tth).

Di Indonesia, untuk melakukan grading bunga anggrek potong didasarkan pada

Standar Nasional Indonesia yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN).

Akan tetapi secara umurn bunga anggrek potong untuk pasar domestik dan pasar ekspor

mempunyai kriteria yang berbeda. Kriteria pasar ekspor cenderung mempunyai standar

yang lebih tinggi dari pasar domestik, tabel berikut adalah knteria standar mutu beberapa

jenis anggrek potong.

Tabel 1. Standar mutu anggrek potong Arachnis Maggie Oei (SNI 0 1-3 17 1

-

1995Rev. 1992)

Karakteristik

Panjang tangkai, min (cm).

Jumlah bunga, min.

Jurnlah bunga kuncup, min.

Susunan bunga dalam tangkai

lengkap.

Bunga rusak karena

(122)

Tabel 2. Standar mutu anggrek potong Aranthera James Storie (SNI 0 1 -3 17 1

-

[image:122.612.87.522.123.635.2]

1995IRev. 1992)

Tabel 3. Standar mutu anggrek potong Oncidium Goldiana Varietas Golden Shower

(SNI 0 1 -3 17 1

-

1995/Rev. 1992)

Karakteris tik

Panjang tangkai, min.

(cm>*

Jumlah bunga, min.

Jumlah kuncup, min.

Jumlah cabang, min.

Susunan bunga Dalam

tangkai

Bunga rusak

karena serangga,

jamurl mekanis

Karakteristik Cara Pengujian SP-SMP-287- 1980 organoleptik organoleptik organoleptik organoleptik organoleptik Syarat

I I

I 75 7 2 3 lengkap

tidak ada

Syarat

Panjang tangkai, min. (ern)*.

J~mlah bung+ (%) min.

Cara Pengujian

I , I I

I

*) Keterangan :

-

Susunan bunga dalam tangkai yang lengkap adalah apabila dalam tangkai tersebut tidak ada b u n g a h c u p yang hilang 1 gugur

Panjang tangkai dihitung dari pangkal tangkai sampai bunga 1 kuncup ujung.

I1 67.5 6 2 2 lengkap

tidak ada

67.5

70

Jumlah kuncup, (%) min.

Jumlah cabang, min.

I11 60 6 2 1 lengkap tidak ada 60 70 5 9

Iv

40 5 1

-

lengkap tidak ada

3 5

(123)

Tabel 4. Persyaratan umum bunga anggrek potong yang diterapkan di Malaysia

(Hai et al, 1988)

Tabel 5. Persyaratan mutu bunga potong anggrek D. Syarifah Fatimah dan

D.

Ekapol

(Rachrnan, 1988)

Karakteristik

Panjang Malai

Tabel 6. Persyaratan mutu bunga anggrek potong Dendrobium yang di ekspor oleh Thailand

Kisaran (cm)

> 66

51 -66

46

-

51

Karakteristik

Panjang malai (cm)

Jumlah bunga mekar

Jumlah bunga kuncup

Kelas Mutu

Super A

A B

Karakteristik

Panjang Malai

Jumlah Kuntum Total

Jumlah Kuntum Mekar

D. Syarifah Fatimah

L

>55

15

4

D. Sonia /D. Ekapol

[image:123.616.76.526.33.836.2]
(124)

Tabel 7. Standar mutu anggrek potong Dendrobiunz (SNI 0 1-3 17 1

-

19951Rev. 1992)

-- --

Teknik Pengolahan Citra (Image processing) Jenis Uji

Panj ang malai

Jurnlah bunga keseluruhan

Jumlah bunga mekar

Jumlah kuncup

Susunan bunga dalam malai

Bekas pestisida

Bunga rusak

Binatang hidup

Pengolahan citra menggunakan komputer dikembangkan pertama kali sekitar tahun

1960-an untuk memproses dari satelit-satelit antar planet karena saat itu belurn ada satelit

yang secara khusus digunakan untuk memonitor gejala yang terjadi di bumi. Pengolahan

citra satelit secara digital mengarah pada penggunaan komputer untuk memanipulasi data

image (citra) yang disimpan dalam format digital. Implementasinya untuk menghasilkan

aplikasi-aplikasi yang berorientasi pada pada informasi geografis dengan lebih cepat, luas,

dan akurat (Dusig, tth).

Pengertian pengolahan citra (image processing) sedikit berbeda dengan pengertian

machine vision atau mesin visual, meskipun keduanya seolah-olah dapat dipergunakan

dengan maksud yang sama. Kata image processing dipergunakan bila hasil olahan data

yang berupa citra, adalah juga berbentuk citra yang lain, yang mengandung atau

memperkuat informasi khusus pada citra hasil olahan sesuai dengan tujuannya (Ahrnad,

2000). Satuan Cm

-

-

-

-

-

-

-

Persyaratan I<elas I

Min 60

Min 16

Min 10

~ a k s 6

Lengkap

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Kelas Il

Min 50 Min 12 Min 8 - Maks 4 Lengkap Tidak ada Tidak ada Tidak ada Kelas JII Min 40 Min 8

Min 6

~ a k s y

Lengkap

Tidak ada

Tidak ada

(125)

Sistem Penangkap Citra Digital

Menurut Arymurthy dan Setiawan (1992) komputer digital hanya dapat memproses

suatu citra dalam bentuk digital. Citra digital dapat dlperoleh secara otomatis dari sistem

penangkap citra digital (digitizer) yang melakukan penjelajahan citra dan membentuk suatu

matrik dimana elemen-elemennya menyatakan nilai intensitas cahaya pada suatu himpunan

diskrit

dari

titik-titik. Sistem tersebut merupakan bagian terdepan dari suatu sistem

pengolah citra, seperti terlihat pada Gambar 1.

Citra

Masukan Komputer bigital

______,

Monitor Penyimpan

Bingkai Citra Peraga

Gambar 1. Elemen-elemen dari sistem pengolahan citra.

Sistem penangkap citra digital sendiri terdiri dari tiga komponen dasar, yaitu:

sensor citra yang bekerja sebagai pengukur intensitas cahaya, perangkat penjelajah yang

bertugas merekam hasil pengukuran intensitas pada seluruh bagian citra, dan pengubah

analog ke digital yang mengubah harga kontinyu menjadi harga d i s h t sehingga dapat

diproses dengan komputer. Diagram sistem penangkap citra dapat dilihat pada Gambar 2.

(126)

Citra kontinyu f(x,y)

Sub-sistem perekam

I

Citra kontinyu g(x,y)

*

Sub-sistem sampling

I

Citra diskrit-kontinyu g,(x,y)

[image:126.622.216.424.99.375.2]

1

Citra digital &~(x,y)

Gambar 2. Diagram sistem penangkap citra digital.

Di sini g(x,y) adalah citra kontinyu dan merupakan citra masukan pada sub-sistem

sampling yang kemudian menghasilkan citra diskrit-kontinyu g,(x,y). Selanjutnya citra

disluit-kontinyu g(x,y) dilalukan pada pengubah analog-ke-digital untuk mendapatkan

citra diskrit-diskrrt gd(x,y). Gabungan proses sampling yang sebetulnya merupakan proses

kuantisasi spasial, dan proses kuantisasi yang merupakan proses kuantisasi intensitas

masukan, kemudian dikenal sebagai proses digitasi. Citra f(x,y) disimpan dalam memori

komputer atau penyimpan bingkai citra dalam bentuk array N x M dari sampel disknt

(127)

Setiap elemen array diatas disebut sebagai elemen gambar atau pixel, yang

merupakan suatu daerah persegi empat kecil dengan ukuran tertentu; ukuran pixel ini

sering disebut sebagai resolusi pixel. Setiap elemen diatas menunjukkan harga intensitas

keabuan pixel pada lokasi bersangkutan. Bila untuk menyimpan nilai intensitas setiap pixel

digunakan tempat sebesar 8 bit, maka nilai intensitas pixel berlusar dari 0 sampai dengan

256 (Arymurthy dan Setiawan, 1992).

Perangkat Keras Pengolahan Citra

Perangkat keras yang pertama adalah sensor citra (image sensor). Jenis sensor

dapat diklasifikasikan berdasarkan caranya melakukan scanning, yang umurnnya

dibedakan menjadi dua yaitu jenis charge-coupled device (CCD) dan metal-oxide

semiconductor. Jenis CCD mempunyai kelebihan pada resolusi yang tingg sedangkan

jenis metal-oxide semiconductor mempunyai kelebihan pada hasil citra yang tajam. Sinyal

yang dihasilkan oleh kamera TV adalah sinyal citra yang dapat digambarkan sebagai sinyal

analog dari sebuah gelombang listrik. Sinyal analog ini kemudian dikonversi menjadi

sinyal digital oleh sebuah analog-digital ( A D ) converter. Selanjutnya sinyal digital

keluaran A/D converter ditransmisikan kepada memori citra digital. Rangkai yang

dilengkapi dengan

A/D

converter dan memori citra ini disebut penangkap bingkai citra

(image pame grabber) (Ahmad, 2000).

Sinyal analog yang diteruskan oleh karnera TV dan diterima

A/D

converter untuk

diubah menjadi sinyal digital ini mempunyai format tertentu sama dengan format video

dan citra yang dipancarkan stasiun-stasiun TV. Diantaranya adalah National Television

(128)

alat ini disebut alat digitasi (image digitizer) dan prosesnya disebut digitasi citra (image

digitizing). Perangkat lainnya adalah unit display untuk memonitor citra yang ditangkap

oleh kamera, menampilkan citra yang sudah diproses dan sebagainya. Selain itu diperlukan

peralatan tambahan yaitu lampu-lampu khusus untuk mensuplai cahaya yang cukup dan

diatur sedemikian rupa sehlngga iluminasi merata pada seluruh obyek yang ditangkap

citranya (Ahmad, 2000).

Perangkat Luna k Pengolahan Citra

Perangkat lunak (software) yang digunakan pada pengolahan citra tergantung pada

image frame grabber yang digunakan. Biasanya setiap pembelian paket image digitizer,

paket tersebut sudah dilengkapi dengan perangkat lunak untuk menggunakannya. Dari segi

penggunaan, sedikitnya ada dua jenis image frame grabber, pertama yaitu jenis yang bisa

diprogram (programable) dimana pustaka fungsinya disertakan dan cara pemakaian dalam

pemrograman dengan bahasa pemrograman tertentu diberikan. Kedua yaitu jenis yang

tidak bisa dlprogram (non-programable) yang banyak dilengkapi dengan perangkat lunak,

jadi siap pakai. Jenis pertama banyak digunakan pada kegatan penelitian sedangkan jenis

kedua banyak dijual sebagai paket untuk kegiatan seni gratis dan pengeditan citra digital

serta home user sebagai entertainment (Ahrnad, 2000).

Aplikasi Pengolahan Citra Pada Produk Pertanian

Saat ini aplikasi pengolahan citra telah banyak digunakan pada bidang pertanian.

Aplikasi pengolahan citra memanfaatkan sifat-sifat dari produk pertanian yang berupa sifat

morfologi maupun sifat radiasi elektromagnetik (Mohsenin, 1984). Aplikasi tersebut sering

(129)

Dalam aplikasi analisis citra, pengolahan citra digunakan untuk mempertinggi dan

menambah informasi dari citra itu sendiri. Visi robotik mengacu pada penggunaan kamera

pengolahan citra untuk memberikan informasi visual yang benar-benar nyata dan

orientasinya untuk robot tangan atau robot bergerak. Sedangkan aplikasi pengawasan

meliputi pengujian kualitas, pembuangan atau pembersihan kerusakan, serta sortasi dan

grading.

Penelitian-penelitian untuk aplikasi pengolahan citra telah banyak dilakukan. Sakai

and Yonekawa (1991) melakukan analisis bentuk tiga dimensi biji kedele. Bentuk tiga

dimensi biji kedele dapat direpresentasikan oleh nilai-nilai perimeter (R), luas permukaan

(Sa), volume (V), compactness (C), dan panjang axial (AL). Untuk kedele jenis Enrei

bentuk dan ukurannya dapat direpresentasikan oleh sampel yang telah dianalisis. Dimana

nilai massa biji adalah 3 15.3 mg dengan CV (koefisien keragaman) 16.5%, panjang aksial

8.9 mm (CV= 6.3%), luas permukaan 216.1 mm2 (CV= 13.1%), volume 237.2 mm3

(CV= 20. I%), density 1.34 &m3, dan compactness 0.78 (CV= 3.1%).

Budiastra et a1.(1995) melakukan penelitian untuk mengkaji sifat fisik mangga

gedong seperti ukuran dan warna dengan menggunakan teknik pengolahan citra. Sampel

yang diteliti adalah mangga gedong dengan urnur petik 80, 90, dan 100 hari. Algoritrna

pengolahan citra disusun untuk melakukan analisis ukuran dan warm mangga gedong serta

klasifikasi mangga gedong berdasarkan ukuran dan warna. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa luas proyeksi mangga gedong mempunyai hubungan yang linier dengan beratnya

dengan koefisien determinasi 0.95. Hasil validasi dengan analisis diskriminan komponen

warna merah menunjukkan mangga gedong &pat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok

(130)

Prasojo (1996) mengadakan penelitian untuk mendeteksi bentuk dari ketimun

Jepang dengan menggabungkan metode pengolahan citra dan metode fourier. Hasil analisa

menunjukkan bahwa ketimun jepang dapat diklasifikasikan dalarn 3 jenis mutu yaitu mutu

A, B, dan C berdasarkan koefisien harmonis ke-2 dan ke-4. Dari hasil pengujian statistika

terhadap koefisien harmonis ke-2 dan ke-4 terdapat perbedaan sangat nyata dimana mutu A

berbeda nyata dengan mutu C, demiluan juga mutu B berbeda nyata dengan mutu C, tetapi

antara mutu A dengan mutu B tidak berbeda nyata.

Susanti (1996) menguji metode pengolahan citra untuk mendeteksi kematangan

ketimun jepang berdasarkan warna dan ukuran. Pengujian dilakukan dengan

membandingkan metode pengolahan citra dengan cara manual/visual. Dari hasil pengujian

diperoleh bahwa luas proyeksi ketimun Jepang mempunyai hubungan linier dengan

beratnya dengan koefisien determinasi 0.9 8.

Morio and Ikeda (2000) mengevaluasi kualitas bunga mawar potong dengan teknik

pelengkungan batang dan mengkajinya menggunakan teknik pengolahan citra. Bentuk 3

dimensi batang direkontruksi menggunakan pergerakan memutar batang pada meja

berputar. Pergerakan memutar dapat direpresentasikan oleh bentuk 2 dimensi yang diarnbil

dari sudut-sudut yang berbeda. Sedangkan bentuk 2 dimensi batang dapat diekstraksi

dengan baik menggunakan perbedaan hstogram warna.

Senoaji (2001) menggabungkan teknik pengolahan citra dengan ArtrJicial Neural

N e ~ o r k (ANN) untuk menduga mutu ketimun Jepang berdasarkan bentuknya. Hasil studi menunjukkan bahwa teknik pengolahan citra dapat digunakan untuk memperoleh nilai

koefisien Fourier yang digunakan sebagai input untuk menduga bentuk ketimun Jepang.

Model pelatihan ANN yang digunakan adalah algoritma backpropagation yang selanjutnya

(131)

dengan output adalah mutu A(1,0,0), B(0,1,0), dan C(0,0,1). Hasil training 60 set data

dengan jumlah iterasi 3000 menghasilkan Root Mean Square Error (RMS error) sebesar

0.0106 dan proses validasi 30 set data menghasilkan tingkat keberhasilan 100% untuk

(132)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil

Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian

Bogor. Penelitian berlangsung selama 5 bulan, dimulai Pebruari 2002 sampai Juni 2002.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga anggrek Dendrobium

dengan kultivar Sonia dan Miss Singapore yang diperoleh masing-masing dari pasar bunga

Rawabelong, dan Taman Anggrek Ragunan, Jakarta. Cuplikan diambil dari populasi

sebanyak 45 dari kriteria S (6-8 kuntum), M (9-1 1 kuntum), dan L (lebih 11 kuntum)

[image:132.620.82.499.38.816.2]

dengan kisaran bunga mekar 70 - 80% dan panjang malai minimal 30 cm seperti pada

Gambar 3 dan 4.

(133)
[image:133.618.179.416.77.325.2]

Gambar 4. Bunga Anggrek D. Miss Singapore pada kelas mutu S (short), M (medium),

dan L (long).

Sedangkan peralatan yang dipakai adalah karnera CCD (Charge Coupled Device)

Sony, perangkat komputer dengan prosesor Pentium I1 350 Mhz, RAM (random access

memory) 128 MB, dan kartu graphis ASUS V-3000 dengan Video RAM 32 MB, empat

buah lampu TL 20 watt, dan penggaris. Perangkat lunak yang digunakan sebagai

penangkap bingkai citra (image frame grabber) adalah ASUS-Live 3000. Untuk

pengolahan citra digunakan algoritma yang disusun menggunakan bahasa Visual Basic

versi 6.0 yang merupakan pengembangan program yang dibuat oleh Dwinanto (2001), dan

Senoaji (2001).

Prosedur penelitian

Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan jarak kamera dan sudut

pencahayaan yang sesuai untuk memperoleh citra bunga anggrek terbaik. Jarak kamera

(134)

dikehendaki. Disamping itu juga dilakukan pengambilan citra menggunakan latar belakang

(background) dengan warna yang bermacam-macam. Hal ini dilakukan untuk menentukan

latar belakang terbaik dalam proses pengolahan citra selanjutnya.

Penelitian Utama

Pengambilan Citra Bunga Anggrek Dendrobium dengan Teknik Pengolahan Citra

Pengambilan citra bunga anggrek dengan kamera CCD dengan langkah-langkah

sebagai berikut, seperti terlihat pada Gambar 5.

a) Anggrek diletakkan pada kertas putih (sebagai background) untuk menciptakan warna

yang kontras dengan warna bunga anggrek Dendrobium. Hasil penelitian pendahuluan

menunjukkan bahwa latar belakang putih akan memberikan hasil thresholding terbaik,

sehingga dapat membedakan antara citra dengan latar belakang tanpa menghasilkan

noise (piksel diluar anggota piksel citra sesungguhnya).

b) Pengambilan citra dilakukan dengan posisi kuntum bunga menghadap ke kamera,

malai bunga diletakkan secara horizontal pada image board (alas latar belakang citra).

Sesuai dengan percobaan pendahuluan, jarak kamera yang digunakan adalah 75 cm,

dan jarak lampu 50 cm dengan sudut pencahayaan 30'.

c) Perangkat komputer, kamera CCD dan lampu pijar dinyalakan. Selanjutnya perangkat

lunak ASUS-Live 3000 yang digunakan untuk mengambil (capture) citra diatur

propertinya misalnya kecerahan (brightness), kontras (contrast), kejenuhan

(saturation) warna, dan hue. Pengaturan properti ini di,lakukan untuk mendapatkan

hasil rekaman citra terbaik.

d) Intensitas reflektan dari bunga anggrek ditangkap sensor karnera CCD melalui lensa

(135)

e) Citra yang telah terekam akan dikonversi dari citra analog menjadi citra digital oleh

perangkat lunak ASUS-Live 3000 yang selanjutnya disimpan dalam bentuk file citra

berukuran 288 x 352 pixel, dalam format RGB.

f) Citra bunga anggrek yang telah direkam, disimpan dalam sebuahfile dengan ekstensi

.bmp untuk analisis citra lebih lanjut.

Image frame grabber

Kamera

1

A/D conventer Memori citra

i

j

Obyek

/

Algoritma

Pengolahan Citra

i

Gambar 5. Diagram blok peralatan pada sistem pengolahan citra.

Pengolahan Citra

Algoritma pengolahan citra dibangun untuk menentukan panjang malai, jurnlah

kuntum mekar, dan jurnlah kuntum total anggrek Dendrobium. Panjang malai bunga

anggrek akan diduga dengan panjang piksel secara horisontal. Sedangkan jumlah kuntum

mekar dan jurnlah kunturn total akan diduga oleh luas proyeksinya. Adapun langkah-

(136)

a. Membuka program pengolahan citra yang disusun menggunakan bahasa Visual Basic

versi 6.0 yang diikuti oleh proses kompilasi (menjalankan program).

b. Membuka (loading) citra yang tersimpan dalam memori hardisk pada frame citra 1,

dilanjutkan dengan penyalinan citra pada frame citra 2 sebagai kotak tampilan image

yang telah diolah.

c. Melakukan thresholding dengan cara menentukan batas-batas intensitas piksel RGB.

Proses thresholding berguna untuk membedakan anggota piksel obyek dengan piksel

latar belakang serta menghilangkan piksel-piksel noise. Selanjutnya dilakukan proses

binerisasi yaitu mernberikan nilai yang hornogen untuk masing-masing kelompok

piksel obyek (PO(x,y)) dan kelompok piksel latar belakang (PL(x,y)).

d. Menentukan panjang, dan luas proyeksi citra. Penentuannya dilakukan dengan cara

melakukan pelacakan terhadap seluruh kelompok piksel obyek sebagai berikut:

Panjang = PO(Xkanan) - PO(Xkiri)

LWS =

C

(po(X,y))

Panjang proyeksi berdasarkan jarak horisontal terbesar dari dua piksel obyek terujung

secara horisontal. Sedangkan luas piksel obyek adalah hasil penjumlahan keseluruhan

piksel yang terlacak oleh program.

e. Menentukan bentuk hubungan antara panjang malai, jumlah kuntum mekar, dan jumlah

kuntum total secara manual dengan pengukuran rnenggunakan teknik pengolahan citra

melalui analisis regresi. Dari hasil analisis regresi akan dapat diketahui keterandalan

model yang dibuat. Model yang handal ditunjukkan oleh kemampuan teknik

pengolahan citra untuk menduga panjang malai, jumlah kuntum mekar, dan jumlah

kuntum total bunga anggrek Dendrobium dengan tingkat kesalahan yang rendah.

f. Melakukan pengolompokan (clustering) berdasarkan standar rnutu bunga yang telah

(137)

Klasifikasi dan Validasi

Klasifikasi dilakukan untuk mengelompokkan bunga berdasarkan syarat mutu yang

telah ditetapkan dengan menggunakan program yang disusun berdasarkan model yang

dibuat dengan analisis regresi. Standar mutu yang umum ditetapkan pada bunga anggrek

potong diantaranya adalah panjang malai, jumlah kuntum mekar, jumlah kuncup, clan

bebas dari kerusakan karena hama dan penyakit. Dari hasil analisis panjang malai pada

sampel dilakukan pengelompokkan yaitu panjang malai kelas mutu S (30-40 cm), kelas

mutu M (41-50 cm), clan kelas mutu L (>50 cm). Untuk jumlah kuntum mekar

dikelompokkan menjadi kelas mutu S (4-5 kuntum), kelas mutu M (6-7 kunturn), dan

kelas mutu L (> 8 kuntum). Sedangkan untuk jumlah kuntum total dikelompokkan menjadi

kelas mutu S (6-8 kuntum), kelas mutu M (8-10 kuntum), dan kelas mutu L (>lo kuntum).

Validasi digunakan untuk mengetahui keterandalan model yang telah dibuat.

Validasi dilakukan dengan cara menganalisis bunga secara manual sehingga diketahui

mutunya. Kemudian dilakukan pendugaan mutu dengan teknik pengolahan citra.

Pendugaan mutu dengan teknik pengolahan citra dilakukan dengan menyusun program

pengelompokan (clustering) berdasarkan kriteria standar mutu yang telah ditetapkan.

Selanjutnya dibandingkan hasil pengelompokan mutu yang dilakukan secara manual

dengan pengelompokan mutu yang dilakukan dengan teknik pengolahan citra. Semalun

kecil persentase kesalahan pendugaan mutu oleh teknik pengolahan citra maka semakin

(138)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengolahan Citra Anggrek Dendrobium

Hasil perekaman citra bunga anggrek D. Sonia dan D. Miss Singapore yang

dilakukan oleh kamera CCD akan di digitasi oleh penangkap bingkai citra (image frame

grabber) dengan resolusi 288 x 352 piksel seperti pada Gambar 6 dan 7. Hasil perekarnan

dan digitasi disimpan dalam mamori hardisk untuk analisis citra lebih lanjut.

Program pengolahan citra anggrek yang digunakan merupakan modifikasi dari

program yang sudah ada yang dibuat oleh Dwinanto (2001) clan Senoaji (2001). Pada saat

dikompilasi program akan menunjukkan tampilan form 1 yaitu form judul program yang

mempunyai tombol untuk membuka form ke-2. Form ke-2 merupakan form inti yang

digunakan untuk pengolahan citra, terdiri dari tombol-tomb01 yaitu: 1) tombol untuk

mengambil (loading) citra yang tersimpan dalam memori hardisk, 2) tombol untuk

menyalin citra pada frame citra ke 2,3) tombol perintah thresholding, 4) tombol binerisasi,

5) tombol perhitungan perimeter, panjang, lebar, dan luas proyeksi, 6) tombol untuk

penentuan kelas mutu D. Sonia dan D. Miss Singapore, dan 7) tombol keluar dari program

(139)

Keterangan:

S = pendek

M = sedang

[image:139.612.89.477.84.745.2]

L = panjang

Gambar 6. Citra bunga anggrek D. Sonia hasil digitasi penangkap bingkai citra (image

(140)

Keterangan:

S = pendek

M = sedang

[image:140.612.84.505.80.727.2]

L = panjang

Gambar 7. Citra bunga anggrek D. Miss Singapore hasil digitasi penangkap bingkai citra

(141)
[image:141.618.150.449.142.374.2]

Gambar 8. Tampilan awal program pengolahan citra

Citra dipanggil dengan menekan tombol load image, maka akan muncul kotak

dialog open file. File citra yang telah dipilih akan ditampilkan pada kotak citra (picture

box) 1. Citra tersebut selanjutnya dikopi pada kotak citra ke 2 untuk proses thresholding,

sehingga setiap piksel latar akan diwakili dengan piksel yang berwama merah dan piksel

(142)
[image:142.612.142.462.127.375.2]

Gambar 9. Tampilan program saat thresholding citra bunga anggrek.

Selanjutnya citra dibinerisasi yaitu hanya memberikan dua nilai intensitas pada

citra. Piksel obyek akan diwakili oleh warna hitarn (RGB=(O,O,O)), dan piksel latar diwakili

oleh warna putih (RGB=(255,255,255)), seperti ditunjukkan pada Gambar 10. Gambar 11

dan 12 merupakan gambar citra bunga anggrek D. Sonia dan D. Miss Singapore utuh,

sebelum pengolahan citra dan sesudah binerisasi. Sedangkan Gambar 13 dan 14

merupakan citra bunga anggrek D. Sonia dan D. Miss Singapore yang telah diperbesar

sebelum pengolahan citra dan sesudah binerisasi.

Tujuan binerisasi citra adalah untuk mempermudah mendapatkan data-data

pengolahan citra yang diharapkan. Setelah binerisasi dilanjutkan dengan perhitungan nilai-

(143)

Implementasi pengembangan algoritma untuk grading bunga anggrek potong dapat

dijabarkan dalam langkah-langkah pada program seperti dijelaskan berikut ini. Untuk

pendugaan kelas mutu bunga anggrek Dendrobium terdapat dua tombol yang berbeda

yaitu untuk D. Sonia dan D. Miss Singapore. Pendugaan dapat dilakukan dengan menekan

salah satu tombol tersebut tergantung jenis bunga yang akan diduga mutunya. Kemudian

muncul kotak dialog input yang meminta masukan panjang proyeksi, luas proyeksi kuntum

mekar, dan luas proyeksi kuntum total. Apabila input yang diminta sudah dimasukkan

maka program akan memproses masukan tersebut yang hasilnya akan ditampilkan pada

kotak teks kelas mutu. Apabila kriteria yang dimasukkan dalam kotak input tidak sesuai

dengan dengan standar mutu yang telah ditetapkan maka program akan menampilkan

pesan dalam bentuk kotak pesan (message box) bahwa malai bunga yang dianalisis tidak

[image:143.612.76.503.37.820.2]

tennasuk dalam knteria kelas mutu atau diluar mutu standar (NG) (Lampiran 5).

(144)
[image:144.612.89.446.82.724.2]
(145)
[image:145.612.87.432.81.718.2]
(146)
[image:146.612.89.467.94.689.2]
(147)
[image:147.612.89.467.98.724.2]
(148)

Karakteristik Sampel Anggrek Dendrobium

Jumlah Kuntum Mekar

Jumlah kuntum mekar pada sampel D. Sonia dan D. Miss Singapore relatif tidak

ada perbedaan, Qmana D. Sonia mempunyai kuntum mekar antara 4-8 kuntum per tangkai,

sedangkan pada D. Miss Singapore berkisar antara 4-9 kuntum per tangkai. Jurnlah kuntum

mekar 6 kuntum per tangkai paling banyak jumlahnya baik pada D. Sonia maupun pada

D. Miss Singapore, pada D. Sonia berjumlah 22 tangkai, sedangkan pada D. Miss

Singapore berjumlah 16 tangkai seperti ditunjukkan Gambar 15.

Kunturn Mekar Kuntum Mekar

Gambar 15. Populasi jumlah kuntum mekar anggrek D. Sonia (kiri), dan D. Miss

Singapore (kanan).

Persyaratan jumlah kuntum mekar berbeda-beda tergantung dari kelas mutu dan

jenis bunga. Bahkan pada jenis bunga yang sarna mempunyai syarat mutu yang berbeda

untuk standar ekspor dan standar pemasaran domestik. Seperti dijelaskan oleh Rachman

(1988) untuk standar ekspor bunga D. Sonia minimal mempunyai jumlah kuntum mekar

berkisar 6-13

kuntum

per tangkai. Sedangkan untuk jenis D. Syarifah Fatimah minimal
(149)

Jumlah Kuntum Total

Jumlah kuntum total untuk D. Sonia dan D. Miss Singapore dapat dilihat pada

Gambar 16. Jumlah kuntum total pada D. Sonia berkisar antara 5 - 12 kuntum, sedangkan

pada D. Miss Singapore berkisar 6 - 16 kuntum. Walaupun D. Sonia dan D. Miss

Singapore mempunyai kisaran jumlah kuntum total yang cukup luas, distibusinya

mendekati kurva normal.

Populasi kuntum total terbanyak untuk D. Sonia adalah 9 kuntum yang berjumlah

13 tangkai, kemudian kuntum total 10, 7, 8, dan 11 yang masing-masing berjumlah 8, 7,

dan 5 tangkai, sedangkan 5,6, dan 12 kuntum masing-masing 1,4, dan 2 tangkai. Populasi

kuntum total terbanyak untuk D. Miss Singapore adalah 7 kunturn clan 10 kuntum yang

masing-masing berjumlah 10 tangkai, kemudan 8 dan 9 kuntum yang masing-masing

berjumlah 9 dan 8 tangkai, sedangkan 6 kuntum dan 11 sampai 16 kuntum, frekuensinya

berkisar antara 1 - 3 tangkai.

(150)

Jumlah kuntum total masih belum bisa mencerminkan mutu anggrek potong,

karena perbandingan antara jumlah kuntum mekar dan jumlah kuncup ikut menentukan

kelas mutu. Untuk kualitas eksport minimal 50% dari total kuntum merupakan kuntum

mekar (Anonim, 2002). Standar umum yang banyak dipakai di Indonesia untuk jenis

Dendrobium, minimal jumlah kuncup 2-3 kuntum dan sisanya merupakan kuntum mekar

(SNI, 1992). Sedangkan anggrek potong di Malaysia mensyaratkan jumlah kuntum mekar

70 sampai 80% sebagai knteria pemanenan (Hai et al, 1988).

Panjang Malai

Rataan panjang malai D. Sonia dan D. Miss Singapore berdasarkan kelas mutu

disaj ikan pada Gambar 17.

Gambar 17. Rataan panjang malai D. Sonia (kiri) dan D. Miss Singapore (kanan) pada berbagai kelas mutu.

Secara umurn panjang malai D. Sonia dan D. Miss Singapore berkisar antara 30

(151)

mutu S (kecil) mempunyai panjang rata-rata 36.5 5 1.8 cm, kelas mutu M (sedang) 42.8 i-

1.1 cm, dan kelas mutu L (panjang) 56.9 f 2.8 cm. Sedangkan pada D. Miss Singapore,

untuk kelas mutu S (kecil) rata-rata panjang malainya 44.0 i- 1.1 cm, untuk kelas mutu M

adalah 48.6 i- 1.5, dan kelas mutu

L

sebesar 56.3 i- 3.1.

Untuk kriteria panjang malai, setiap negara eksportir anggrek mempunyai knteria

yang berbeda-beda. Ada yang menerapkan.3 level kelas mutu seperti di Malaysia, 5 kelas

mutu seperti di Thailand, dan 6 kelas mutu seperti di Hawai.

Pendugaan Panjang Malai, Jumlah Kuntum Mekar, dan Jumlah Kuntum Total

Pendugaan panjang malai, jumlah kuntum mekar, dan jumlah kuntum total

dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier. Melalui regresi linier ini dibangun

model pendugaan nilai Y (nilai sebenarnya) atas nilai panjang malai, jumlah kuntum

mekar, dan jumlah kuntum total melalui teknik pengolahan citra. Menurut Mattjik dan

Surnertajaya (2000) keterandalan model yang diperoleh dapat dilihat dari kemampuan

model menerangkan keragaman nilai peubah Y. Ukuran ini sering disebut sebagai

koefisien determinasi yang dilambangkan dengan huruf R2. Semakin besar nilai R~ berarti

model semakin mampu menerangkan perilaku peubah Y, dimana kisaran nilai R2 mulai

dari 0% sampai 100%.

Nilai dugaan panjang malai, jumlah kuntum mekar, dan jumlah kuntum total

didapatkan melalui proses thresholding dan binerisasi. Dilanjutkan dengan menekan

tomb01 perintah binerisasi yang akan menghitung panjang, lebar, luas, dan perimeter obyek

(152)

mekar diduga oleh luas proyeksi bunga tanpa menyertakan kuntum bunga yang masih

kuncup, dan jumlah kuntum total diduga oleh luas proyeksi bunga keseluruhan.

Hubungan nilai panjang malai bunga anggrek D. Sonia dan D. Miss Singapore yang

diukur secara visual dengan teknik pengolahan citra ditampilkan pada Gambar 18.

Hubungan tersebut dalam model linier mempunyai nilai koefisien deterrninasi (R2) = 0.994

untuk D. Sonia, sedangkan untuk D. Miss Singapore mempunyai nilai R2 = 0.980. Nilai R2

yang tinggi menunjukkan bahwa model linier yang dikembangkan untuk menjelaskan

bentuk hubungan kedua peubah cukup handal, yang berarti model yang dibuat mampu

menjelaskan perilaku peubah Y (panjang malai yang sebenamya) dengan baik.

200 250 300 350 250 300 350

Panjang Proyeksi (piksel) Panjang Proyeksi (piksel)

Gambar 18. Hubungan panjang proyeksi malai dengan panjang malai bunga anggrek

D. Sonia (kiri) dan D. Miss Singapore (kanan)

Hubungan antara jumlah kuntum mekar dengan luas proyeksi bunga anggrek

D. Sonia dan D. Miss Singapore ditampilkan pada Gambar 19. Dari grafik hubungan

tersebut diperoleh nilai R2 = 0.699 untuk D. Sonia dan D. Miss Singapore R2 = 0.882. Luas

proyeksi kuntum mekar diharapkan dapat menduga jurnlah kuntum mekar yang

sebenamya. Karena jumlah kuntum merupakan salah satu h t e r i a utama yang dijadikan

(153)

Hubungan antara jumlah kuntum total (kunturn mekar dan kuncup) dengan luas

proyeksinya untuk D. Sonia dan D. Miss Singapore dapat dlihat pada Gambar 18. Untuk

D. Sonia model liniernya mempunyai nilai R~ = 0.670, dan D. Miss Singapore model

liniernya mempunyai nilai R~ = 0.725.

Luas Proyeksi (piksel)

D D

Y = 1.10281 + 9.69EUX

R S q = 0.882

I

I I I I IJ

3000 4000 5000 6000 7000 8000

Luas Proyeksi (piksel)

Gambar 19. Hubungan luas proyeksi kuntum mekar dengan jumlah kuntum mekar

bunga anggrek D. Sonia (kiri) dan D. Miss Singapore (kanan).

Y = 3.10947 + 9.90E-04X R-Sq = 0.670

3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000

R-Sq = 0.725

5

[image:153.612.75.526.72.815.2]

Luas Proyeksi (piksel) Luas Proyeksi (piksel)

Gambar 20. Hubungan luas proyeksi kuntum total dengan jumlah kuntum total bunga

(154)

Pendugaan Kelas Mutu

Pendugaan kelas mutu yang dikembangkan menggunakan teknik pengolahan citra

didasarkan pada model hubungan linier yang telah dibangun. Hasil analisis regresi

menunjukkan bahwa ketiga model yang dibangun bisa digunakan lebih lanjut sebagai

kriteria grading yaitu, model linier hubungan panjang malai dengan panjang proyeksi

malai, jumlah kuntum mekar dengan luas proyeksinya, dan jumlah kuntum total dengan

luas proyeksinya.

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa model dengan R~ yang tinggi akan lebih baik

untuk pendugaan mutu dalam pengembangan algoritrna. Nilai R' yang tinggi menjamin

pendugaan depen

Gambar

Tabel 3. Standar mutu anggrek potong Oncidium Goldiana Varietas Golden Shower -
Tabel 4. Persyaratan umum bunga anggrek potong yang diterapkan di Malaysia
Gambar 2. Diagram sistem penangkap citra digital.
Gambar 3 dan 4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mateus Dimas Wahyu Hary Wibowo (672015731) Suprihadi, S.Si., M.Kom. Program Studi

[r]

Hipertensi pada kehamilan merupakan keadaan pada masa kehamilan yang ditandai dengan terjadinya kenaikan tekanan darah lebih dari 140/ 90 mmHg atau kenaikan tekanan darah sistolik

Pertama, mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana bentuk bahasa penolakan dalam transaksi jual beli di Pasar Klewer Surakarta serta faktor yang mempengaruhinya, hasil

Aplikasi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pramuka Indonesia untuk mengakses informasi maupun materi dari aplikasi buku saku gerakan pramuka bilingual

Kegiatan pendampingan yang berlokasi di Dusun Padang Kerta dilaksanakan dengan mengundang beberapa alumni pelatihan yang pada saat pembuatan Rencana Tindak Lanjut

Seorang Notaris adalah pejabat publik yang sangat dipercaya oleh masyarakat. Namun, dalam prakteknya masih ada saja Notaris yang menyalahgunakan tugas dan

2012, Hambatan dalam implementasi pelaksanaan konsep Restorative Justice sebagai bagian dari perlindungan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum di Indonesia (12