• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI SEMEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE AGGREGATE PLANNING DI PT. SEMEN GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI SEMEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE AGGREGATE PLANNING DI PT. SEMEN GRESIK."

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran “ Jawa Timur

Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Teknik Industri Diajukan Oleh :

ERIK PRASETYO

NPM : 0632010097

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAWA TIMUR SURABAYA

(2)

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir (Skripsi) ini dengan judul “ PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI SEMEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE AGGREGATE PLANNING DI PT SEMEN GRESIK “

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam menyusun skripsi ini, mulai dari persiapan sampai dengan selesai. Penulis tidak lepas dari banyak pihak, yang secara langsung maupun secara tidak langsung telah turut membimbing dan mendukung penulisan skripsi ini yang semuanya sangat besar artinya bagi penulis. Oleh karena itu, tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya laporan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih sebesar – besarnya kepada :

1. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Teknik Industri Universitas Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(3)

terselesainya Tugas Akhir ini

5. Bapak Tri Edy selaku pembimbing dari PT. Semen Gresik (Persero) Tbk., dan seluruh staff dan karyawan yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian

6. Bapak, Ibu, Kakak, dan Keluarga Besarku yang penulis sayangi, karena telah memberikan semangat, perhatian serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan lancar.

7. Semua teman–teman mahasiswa UPN TI satu angkatan, angkatan atas dan angkatan bawah, yang telah mengenal saya, atas bantuan dan dukungannya saya ucapkan banyak tarima kasih.

8. Penghuni kost MA 2 N no 22 yang selalu setia mengganggu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, tapi walaupun begitu tanpa kalian semua skripsi ini tidak akan terselesaikan (Tengsle, Me2t, Aris, Tex, Lucky, Ian). 9. Buat S Hafsoh Okta Fitria trimakasih atas semangat yang selalu diberikan

kepada penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini.

10. Pihak-pihak lain yang membantu penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua keikhlasan dan bantuanya yang diberikan kepada penulis.

(4)

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terutama bagi penulis sendiri.

Surabaya, 23 Februari 2011

(5)

KATA PENGANTAR ... i 2.1. Perencanaan dan Pengendalian Produksi ... 6

2.1.1. Perencanaan Produksi ... 6

2.1.2. Pengendalian Produksi………. 11

2.2. Peramalan………...………..……… 13

2.2.1. Peramalan Permintaan ……….... 14

(6)

2.3.2. Metode Bottom-Up……….. 23

2.3.3. Metode Delphi………. 23

2.3.4. Metode Nominal Group……….……….. 25

2.3.5. Metode Time Series ……… 26

2.4. Definisi Aggregate Planning... 31

2.4.1. Tujuan ... 31

2.4.2. Dasar-dasar Proses Aggregate Planning ... 32

2.4.3. Metode Aggregate Planning ... 33

2.4.3.1 Perencanaan Agregat dan JIP dengan Metode Transportasi... 34

2.4.3.2 Perencanaan Agregat Dengan Metode ’Dinamic Programming... 39

2.4.3.3 Perencanaan Agregat dan JIP Dengan Metode Linier Goal Programming... 43

2.4.4. Setrategi Perencanaan Agregat……….... 46

2.4.5. Perencanaan Produksi Agregat ………... 52

2.4.6. Konsep Perencanaan agregat ... 55

2.5. Disaggregate ... 55

2.6. Produk ... 58

2.6.1. Sejarah Singkat Perkembangan Semen ... 58

(7)

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 68

3.2 Identifikasi Variabel ... 68

3.3 Metode Pengumpulan Data ...………... 70

3.4 Metode Pengolahan Data ... 71

3.4.1 Peramalan Permintaan ... 71

3.4.2 Menentukan Safety Stock ... 73

3.4.3 Menghitung Kapasitas Produksi Bulanan Berdasarkan Hari Kerja... 74

3.4.4 Perencanaan Produksi Agregat dengan Menggunakan Metode Linier Programming... 75

3.5 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah... 76

BAB IV : HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ………... 82

4.1.1 Data Permintaan Produk Januari 2009 – Desember 2010 Untuk Produk OPC dan PPC………... 83

4.1.2 Data Persediaan Akhir Periode Desember 2009……... 84

4.1.3 Data Mesin………... 84

4.1.4 Kapasitas Produksi………... 85

4.1.5 Unit Production Cost…………... 85

4.1.6 Holding Cost………... 86

(8)

4.5 Peramalan Permintaan Januari 2011 – Desember 2011………... 98 4.6 Uji Verifikasi Dengan Moving Range Chart (MRC)…... 101

4.7 Perencanaan Agregat Januari 2011 – Desember 2011……... 104 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(9)

Gambar 2.2. Strategi Variasi Tingkat Persediaan ... 47

Gambar 2.3. Strategi Variasi Jam Kerja ... 49

Gambar 3.1. Flow Chart Pemecahan Masalah ... 78

Gambar 4.1. Plot Data Produk OPC Januari 2010 – Desember 2010 ... 98

Gambar 4.2. Plot Data Produk PPC Januari 2010 – Desember 2010... 98

Gambar 4.3. Plot Data Produk OPC Januari 2009 – Desember 2009... 99

Gambar 4.4. Plot Data Produk PPC Januari 2009 – Desember 2009... 99

(10)

Tabel 2.2. Matriks Transportasi... 38

Tabel 2.3.Prosedur Fungsi Pencapaian... 46

Tabel 4.1. Data Permintaan Bulanan Januari 2009 – Desember 2010... 83

Tabel 4.2. Data Persediaan Akhir Periode Desember 2009... 84

Tabel 4.3. Data Mesin...………..………...…….. 85

Tabel 4.4. Rincian Biaya Pembuatan per Ton (Unit Cost)…...…...…….. 86

Tabel 4.5. Biaya Tenaga Kerja...……….………...…….. 88

Tabel 4.6. Jumlah Hari Kerja dan Jam Kerja……...……..…..…...…….. 92

Tabel 4.7. Safety Stock Periode Januari 2010 – Desember 2010 …...…….. 95

Tabel 4.8. Nilai MSE Dari Hasil Peramalan Masing - Masing Metode... 100

Tabel 4.9. Hasil Peramalan Dengan Metode Terpilih... 101

Tabel 4.10.Perhitungan Moving Range Chart (MRC)... 102

Tabel 4.11. Nilai MAD Hasil Peramalan...………...…….. 107

Tabel 4.12. Safety Stock Periode Januari 2011 – Desember 2011 ………... 109

(11)

Lampiran A : Gambaran Umum PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.

(12)

memenuhi permintaan konsumen dengan tepat waktu, tentunya juga dengan biaya produksi seminimal mungkin.

PT Semen Gresik (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri semen. Saat ini kapasitas terpasang Semen Gresik Group (SGG) sebesar 19 juta ton semen per tahun, dan menguasai sekitar 46% pangsa pasar semen domestik. Semen adalah produk yang esensial bagi masyarakat terutama pada negara berkembang seperti Indonesia. Kebutuhan semen ini tidak pernah berhenti, sehingga menimbulkan permintaan pasar yang bersifat dinamis dan fluktuatif. Sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan dengan tepat waktu yang mengakibatkan kehilangan penjualan pada waktu – waktu tertentu.. Juga timbulnya biaya persediaan yang tinggi diakibatkan kurangnya pengendalian dalam menentukan jumlah persediaan yang tepat disesuaikan dengan peramalan permintaan.

Perencanaan agregat merupakan cara untuk memperkirakan jumlah output yang akan diproduksi untuk memenuhi permintaan selama periode perencanaan (3 sampai 18 bulan) ke depan dan disesuaikan dengan kapasitas produksi perusahaan. Perencanaan agregat memungkinkan perusahaan untuk menyusun suatu cara pemanfaatan sumber daya perusahaan secara optimal, agar dapatmencapai kapasitas yang efektif dan efisien yang dibuat berdasarkan ramalan permintaan di masa yang akan datang.

Hasil penelitian didapatkan total biaya riil perusahaan untuk periode Januari 2010 – Desember 2010 sebesar Rp 2.061.701.494.700,00 sedangkan total biaya yang didapatkan dari hasil metode usulan sebesar Rp 1.985.085.000.000,00 terjadi penghemata sebesar 3,7 % dan dari hasil peramalan tahun 2011 diperoleh total biaya sebesar Rp 2,005,519,000,000.00.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, dunia industri telah tumbuh dan berkembang dengan pesatnya. Seiring dengan perkembangannya tentunya persaingan antar perusahaan akan semakin ketat khususnya pada industri semen di tanah air. Dengan meningkatnya persaingan, tentunya perusahaan akan lebih meningkatkan kualitas menejemennya agar dapat tetap bertahan dalam persaingan. Salah satunya adalah memperbaiki kelangsungan produksi agar dapat memenuhi permintaan konsumen dengan tepat waktu, tentunya juga dengan biaya produksi seminimal mungkin.

PT Semen Gresik (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri semen. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Saat ini kapasitas terpasang Semen Gresik Group (SGG) sebesar 19 juta ton semen per tahun, dan menguasai sekitar 46% pangsa pasar semen domestik. Semen adalah produk yang esensial bagi masyarakat terutama pada negara berkembang seperti Indonesia. Kebutuhan semen ini tidak pernah berhenti, sehingga menimbulkan permintaan pasar yang bersifat dinamis dan fluktuatif.

(14)

dengan baik dikarenakan dalam perencanaan permintaan tersebut perusahaan tidak mempertimbangkan kapasitas dari sumber daya yang dimiliki perusahaan ( kapasitas mesin, tenaga kerja, teknologi yang dimiliki, dan lain-lain ). Sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan dengan tepat waktu yang mengakibatkan kehilangan penjualan pada waktu – waktu tertentu.. Juga timbulnya biaya persediaan yang tinggi diakibatkan kurangnya pengendalian dalam menentukan jumlah persediaan yang tepat disesuaikan dengan peramalan permintaan.

Perencanaan agregat merupakan cara untuk memperkirakan jumlah output yang akan diproduksi untuk memenuhi permintaan selama periode perencanaan (3 sampai 18 bulan) ke depan dan disesuaikan dengan kapasitas produksi perusahaan. Perencanaan agregat memungkinkan perusahaan untuk menyusun suatu cara pemanfaatan sumber daya perusahaan secara optimal, agar dapatmencapai kapasitas yang efektif dan efisien yang dibuat berdasarkan ramalan permintaan di masa yang akan datang. Efektif yang berarti keselarasan antara perencanaan dengan hasil yang didapat, sedangkan efisien berarti mampu memproduksi suatu output tertentu dengan sumber daya yang ada dengan seminimal mungkin.

(15)

datang agar dapat membuat suatu perencanaan dan pengendalian dalam mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki perusahaan, tentu saja juga untuk mengatasi permintaan konsumen yang dinamis dengan biaya yang minimal. Dengan harapan semua permintaan dapat terpenuhi secara tepat waktu dengan biaya yang minimal.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana merencanakan dan mengendalikan produksi semen untuk memenuhi

permintaan yang akan datang dengan total biaya produksi yang mínimum?1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan-batasan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Masalah yang dibahas adalah kondisi yang ada diperusahaan yang bersangkutan dan terbatas pada perencanaan agregat dalam permintaan konsumen.

2. Faktor produksi yang dilibatkan adalah material, mesin, dan tenaga kerja. 3. Penelitian ditekankan pada produk semen jenis OPC dan PPC.

1.4 Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kelebihan persediaan dari suatu periode dapat digunakan untuk periode berikutnya.

(16)

3. Harga bahan baku tidak mengalami perubahan dan selalu tersedia. 1.5 Tujuan penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan produksi di 12 periode yang akan datang.

2. Menentukan penghematan biaya produksi dan menghitung total biaya produksi di 12 periode yang akan datang.

3. Menentukan jumlah persediaan pengaman di 12 periode yang akan datang sebagai langkah pengendalian dalam persediaan.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan tugas akhir ini adalah: 1. Bagi peneliti

Dengan penelitian ini, peneliti dapat mempelajari penerepan aggregate planning dalam perencanaan dan pengendalian produksi untuk mendukung rencana produksi.

2. Bagi universitas

Penelitian dapat digunakan sebagai pembendaharaan perpustakaan agar dapat berguna bagi mahasiswa yang akan datang dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

3. Bagi perusahaan

(17)

1.7 Sistematika Penulisan BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang gambaran mengenai latar belakang dilakukannya penelitian, batasan masalah, perumusan masalah yang akan dibahas, tujuan yang ingin dicapai, asumsi yang digunakan manfaat yang didapatkan dan sistematikan tugas akhir ini.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang teori perencanaan dan pengendalian produksi beserta aggregate planning dan studi lainya yang digunakan untuk memecahkan masalah.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini membahas lokasi penelitian, metode pengumpulan data, identifikasi variabel, langkah-langkah pemecahan beserta flowchartnya dan metode analisa data.

BAB IV : HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil penelitian serta pengolahan atau perhitungan data dan analisa terhadap hasil-hasil yang diperoleh pada bab-bab sebelumnya.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dirumuskan kesimpulan yang merupakan hasil dari penelitian dan saran sebagai bahan pertimbangan perbaikan selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Perencanaan dan pengendalian produksi dapat dideinisikan sebagai proses

untuk merencanakan dan mengendalikan aliran material yang masuk , mengalir dan

keluar dari system produksi/operasi sehingga permintaan pasar dapat dipenuhi

dengan jumlah yang tepat, waktu penyerahan yang tepat, dan biaya produksi yang

minimum. (Hakim,1999;11)

Tujuan dari perencanaan dan pengendalian produksi adalah merencanakan

dan mengendalikan aliran material kedalam, didalam, dan diluar pabrik sehingga

posisi keuntungan optimal yang merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai.

2.1.1. Perencanaan Produksi

Perencanaan produksi dilakukan dengan tujuan menentukan arah awal dari

tindakan-tindakan yang harus dilakukan dimasa mendatang, apa yang harus

dilakukan, berapa banyak melakukannya, dan kapan kapan harus melakukannya.

Perencanaan ini berkaitan dengan masa mendatang, maka perencanaan harus disusun

atas dasar perkiraan yang dibuat berdasarkan data masa lalu dengan menggunakan

beberapa asumsi. Setiap perencanaan yang dibuat harus dievaluasi secara berkala

(19)

Perencanaan produksi adalah perencanaan dan pengorganisasian sebelumnya

mengenai orang-orang , bahan-bahan, mesin-mesin dan peralatan lain serta modul

yang diperlukan untuk memprodusir barang-barang pada suatu periode tertentu

dimasa depan dengan yang diperkirakan atau diramalkan.

Adapun beberapa tujuan perencanaan produksi antara lain :

1. Untuk mencapai tingkat/level keuntungan (profit) yang tertentu

2. Untuk menguasai pasar tertentu, sehingga hasil atau output perusahaan ini

tetap mempunyai pangsa pasar tertentu.

3. Untuk mengusahakan supaya perusahaan dapat bekerja pada tingkat efisien

tertentu.

4. Untuk mengusahakan dan mempertahankan supaya pekerjaan dan kesempatan

kerja yang sudah tetap pada tingkatnya dan berkembang.

5. Untuk menggunakan sebaik-baiknya fasilitas yang sudah ada pada perusahaan

yang besangkutan.

Dalam menentukan perencanaan produksi, ada beberapa hal yang harus

(20)

a. Berjangka Waktu

Dalam menentukan perencanaan produksi, biasanya terdapat tiga jenis

perencanaan berdasarkan periode waktu yang dicakup oleh perencanaan

tersebut, yaitu :

1. Perencanaan Produksi Jangka Panjang

Perencanaan produksi jangka panjang biasanya melihat 5 tahun

atau lebih kedepan. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengubah

kapasitas yang tersedia. Perencanaan ini dibuat dengan pertimbangan

ramalan kondisi umum perekonomian dan kependudukan, situasi

politik dan social, perunahan teknologi dan perilaku pesaing, dimana

semua factor tersebut akan dievaluasi dampaknya terhadap aktivitas

perusahaan. (Hakim,1999:4)

2. Perencanaan Produksi Jangka Menengah (Perancaan Agregat).

Perencanaan agregat mempunyai horizon perencanaan antara

1-12 bulan, dan dikembangkan berdasarkan kerangka yang telah

ditetapkan pada perencanaan produksi jangka panjang. Perencanaan

agregat didasarkan pada peramalan permintaan tahunan dari bulan ke

bulan dan sumberdaya produktif ada dengan asumsi kapasitas produksi

(21)

b. Perencanaan Produksi Jangka Pendek

Perencanaan produksi jangka pendek mempunyai horizon perencanaan

kurang dari 1bulan, dan bentuk perencanaannya berupa jadwal produksi.

Tujuan dari jadwal produksi adalah menyeimbangkan permintaan actual

(yang dinyatakan dengan jumlah pesanan yang diterima) dengan

sumberdaya yang tersedia sesuai batasan-batasan yang ditetapkan pada

perencanaan agregat.

c. Berjenjang

Perencanaan produksi harus dilakukan secara bertahap dan berjenjang.

Artinya, perencanaan produksi akan meningkat dari perencanaan produksi

level tinggi sampai perencanaan produksi level rendah,

dimanaperencanaan produksi pada alevel yang lebih rendah adalah

merupakan penjabaran dari perencanaan produksi level yang lebih tinggi.

d. Terpadu

Perencanaan produksi akan melibatkan banyaak factor, dimana factor

tersebut harus sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan dalam

mencapai target produksi tertentu yang didasarkan atas perkiraan.

Rencana harus dibuat dengan mengacu pada satu rencana terpadu untuk

produksi, rencana tersebut juga harus terkait dengan rencana-rencana lain

(22)

e. Berkelanjutan

Perencanaan produksi disusun untuk satu periode tertentu yang

merupakan masa berlakunya rencana tersebut. Setelah habis masa

berlakunya, maka harus dibuat rencana baru untuk periode waktu

berikutnya lagi. Rencana baru ini dibuat berdasarkan hasil evaluasi

terhadap rencana sebelumnya. Denbgan demikian, rencana baru tersebut

haruslah merupakan dari rencana yang dibuat sebelumnya.

f. Terukur

Selama perencanaan produksi, realisasi rencana produksi akan selalu

dimonitor umtuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan dari rencana

yang telah ditetapkan. Maka rencana produksi harus menetapkan suatu

nilai yang dapat diukur, sehingga dapat digunakan sebagai dasarnuntuk

menetapkan ada tidaknya penyimpangan.

g. Realistic

Rencana produksi yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi yang ada

diperusahaan, sehingga target yang ditetapkan merupakan nilai yang

realistic untuk dapat dicapai dengan kondisi yang dimiliki perusahaan

(23)

akan dapat memotivasi pelaksana untuk berusaha mencapai apa yang

telah disusun pada rencana tersebut.

h. Akurat

Perencanaan produksi harus dibuat berdasarkan informasi-informasi yang

akurat tentang kondisi internal dan eksternal angka-angka yang

dimunculkan dalam target produksi dapat dipertanggung jawabkan.

Kesalahan dalam membuat perkiraan nilai parameter produksi akan

berakibat fatal terhadap rencana produksi yang disusun.

i. Menantang

Meskipun rencana produksi harus dibuat serealistis mungkin, hal ini

bukan berarti rencana produksi haarus menetapkan target yang dengan

mudah dapat dicapai. Rencana produksi yang baik harus menetapkan

target produksi yang hanya dapat dicapai dengan usaha yang

sungguh-sungguh. (Hakim,1999:5)

2.1.2 PengendalianProduksi

Rencana produksi yang telah disusun tidak akan dapat dilaksanakan tanpa

adanya pengendalian terhadap rencana tersebut. Hal ini disebabkan karena rencana

tersebut dibuat berdasarkan perkiraan yang bisa saja meleset. Pengendalian produksi

(24)

organisasi. Pengendalian produksi mungkin diadakan setiap tingkatan menajemen

tergantung dari kebutuhan langsung. (Hakim,1999:16)

Sesuai dengan fungsinya, pengendalian produksi melakukan

aktivitas-aktivitas sebagai berikut :

- Mengukur realisasi dari rencana produksi dalam aktivitas ini, hasil

pelaksanaan produksi dicatat dalam satuan ukuran seperti yang digunakan

pada target produksi. Pengukuran harus dilakukan sesering mungkin sehingga

penyimpangan akan dengan cepat dapat dideteksi.

- Membandingkan realisasi dengan produksi. Hasil pencatatan dari pelaksanaan

produksi harus dibandingkan dengan rencana atau target yang telah ditetapkan

sebelumnya untuk dijadikan dasar dalam menentukan tindakan berikutnya.

- Mengamati penyimpangan yang terjadi. Penyimpangan yang terjadi dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyimpangan yang dapat ditolerir dan

yang tidak dapat ditolerir. Penyimpangan yang tidak dapat ditolerir adalah

penditolerir adalah penyimpangan yang terjadi karena proses produksi yang

sedang berjalan sudah menyimpang dari yang direncanakan, sehingga perlu

diadakan tindakan-tindakan perbaikan. Sedangkan penyimpangan yang masih

bias ditolerir adalah penyimpangan bersifat semu yang terjadi karena factor

acak.

- Menganalisa terjadinya sebab-sebab. Untuk dapat melakukan perbaikan secara

(25)

penyimpangan. Kita harus bisa membedakan manan yang merupakan gejala

dan mana yang merupakan factor penyebab sesungguhnya.

- Melakukan tindakan perbaikan. Setelah penyebab diketahui dengan pasti,

maka tindakan perbaikan dapat dilakukan untuk menghilangkan penyebab

tersebut dan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang dapat

mengkompensasikan penyimpanan yang terjadi.

2.2 Peramalan

Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan dimasa

dating yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kualitan, kuantitas, waktu dan lokasi

yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa.

(Hakim,1999:21). Ramalan digunakan untuk mengetahui besarnya permintaan di

masa datang yang amsuk ke perusahaan. Sehingga dengan diketahuinya perkiraan

permintaan di masa datang maka dapat ditentukan strategi atau kebijakan

perencanaan kebutuhan material dan dan penjadwalan yang harus dilakukan. Adapun

(26)

Table 2.1.Tipe peramalan

Peramalan fasilitas Output maksimum yang

diharapkan (Volume

dengan tipe yang dipilih

Beberapa siklus pembuatan

atau paling sedikit satu

siklus permintaan dengan

penjualan musiman

Permalan produk Satuan produk yang dijual Tanggang waktu (waktu

tunggu) ditambah paling

sedikit sat siklus

pembuatan

2.2.1 Peramalan Permintaan

Peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan produk-produk yang

diharapkan akan terealisir untuk jangka waktu tertentu pada masa yang akan dating.

(27)

bersifat bebas (tidak tegantung), seperti peramalan produk jadi. Adapun factor yang

mempengaruhi permintaan, antara lain :

- Siklus bisnis. Penjualan produk akan dipengaruhi oleh permintaan akan

produk tersebut, dan permintaan akan suatu produk akan dipengaruhi oleh

kondisi ekonomi yang membentuk siklus bisnis dengan fase-fase inflasi,

resesi, depresi dan masa pemulihan.

- Siklus hidup produk. Siklus hidup suatu produk biasanya mengikuti suatu pola

yang biasa disebut kurva S. Kurva S menggambarkan besarnya permintaan

terhadap waktu dimana siklus hidup suatu produk akan dibagi menjadi fase

pengenalan, fase pertumbuhan, fase kematangan, dan akhirnya fase

kejenuhan. Untuk mmenjaga kelangsungan usaha, perlu dilakukan inovasi

(28)

Gambar 2.1. Siklus hidup produk

- Factor-faktor lain. Beberapa factor lain yang mempengaruhi permintaah

adalah reaksi balik dari pesaing, perilaku konsumen yang berubah, dan

usaha-usaha yang dilakukan sendiri oleh perusaha-usahaan seperti peningkatan kualitas,

pelayanan, anggaran perikanan, dan kebijaksanaan pembayaran secara kredit.

(Hakim,1999:23)

2.2.2 Prosedur Peramalan Permintaan

Permalan permintaan memiliki karakteristik tertentu yang berlaku secara

umum.karakteristik ini harus diperhatikan untuk menilai suatu proses peramalan Penjualan

I II III IV

Perkenala Pertumbuhan Kejenuhan Penurunan

(29)

permintaan dan metode peramalan yang digunakan. Karakteristik peramaln adalah

sebagai berikut :

1. factor penyebab yang berlaku di masa lalu diasumsikan dan akan

berfungsi juga di masa yang akan datang

2. Permalan tidak pernah sempurna, permintaan actual selalu berbeda dengan

permintaan yang diramalkan.

3. tingkat ketepatan ramalan akan berkurang dalam renatan waktu yang

semakin panjang. (Baroto,2002:26)

Secara umum untuk memastikan bahwa peramalan permintaan yan dilakukan

dapat mencapai taraf ketepatan yang optimal, beberapa langkah yang perlu

diperhatikan adalah :

1. Penentuan tujuan

Tujuan ramalan tergantung pada kebutuhan informasi para manajer. Analisis

peramalan membicarakan dengan para “decision maker” untuk mengetahui

apa kebutuhan mereka ada selanjutnya menentukan hal sebagai berikut :

a. variable apa yang diramalkan

b. siapa yang akan menggunakan hasil peramalan

c. untuk tujuan apa hasil peramalan digunakan

(30)

e. derajat ketepatan peramalan yang diingiinkan

f. kapan peramalan diperlukan

g. bagian-bagian peramalan yang diinginkan, seperti peramalan untuk

kelompok pembeli, kelompok produk, atau daerah geografis.

2. Pengembangan model

Model merupakan cara pengolahan dan penyajian data agar lebih sederhana

sehingga mudah untuk dianalisis. Model adalah suatu kerangka analitik yang

bila dimasukkan data input akan menghasilkan output berupa ramalan di masa

yang akan datang. Pemilihan model yang dikembangkan bersifat krusial,

setiap model memiliki asumsi yang harus sesuai dengan tipe data input

sebagai syarat. Validitas dan realibilitas ramalan asangat ditentukan oleh

model yang digunakan.

3. Pengujian model

pengujian model digunakan untuk tingkat akurasi, validitas, dan reabilitas

yang diharapka. Nilai suatu model ditentukan oleh derajat ketepatan hasil

peramlan dengan kenyatan (actual). Bila model telah memenuhi tinkat

akurasi, validitas, dan rebilitas yang ditentukan,maka model ini dapat

diterima. Perlu dipahami bahwa model yang dipilih belum tentu model yang

(31)

4. Penerapan model

Penerapan dilakukan dengan cara memasukkan data histories (data masa lalu)

untuk menghasilkan suatu peramalan.

5. Revisi dan evaluasi

Hasil peramaln yang dibuat harus senantiasa ditinjau unutk diperbaiki.

Perbaikan perlu dilakukan apabila terdapat perubahan berarti. Pada variable

input. Hasil peramalan harus dibandingkan dengan koindisi yang nyata untuk

menentukan pakah model peramalan yang digunakan masih memiliki tingkat

akurasi yang ditetapkan. Bila tidak, maka model peramalan harus

dikembangkan ulang.

2.2.3 Ukuran Akurasi Hasil Peramalan

Ukuran akurasi hasil peramalan yang merupakan ukuran kesalahan peramalan

adalah ukuran tentang tingkat perbedaan antara hasil peramlan dengan permintaan

yang sebenarnya terjadi.(Hakim,1999:25). Ada 4 jenis ukuran yang biasa digunakan,

antara lain yaitu :

1. Rata-Rata Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviation=MAD)

MAD merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu

tanpa memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau lebih kecil

dibandingkan kenyataannya secara sitematis, MAD dirumuskan sebagai

(32)

2. Rata-rata kuadrat kesalahan (Mean Square Error = MSE)

MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan

peramalan pada setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode

peramalan. Secara matematis, MSE dirumuskan sebagai berikut :

3. Rata-rata kesalahan peramalan (Mean Forecast Error = MFE)

MFE sangat efektif untuk mengetahui pakah suatu hasil peramalan

selama periode tertentu terlalu tinggi atau terlalu rendah. Bila hasil peramalan

tidak biasa, maka nilai MFE akan mendekati nol. MFE dihitung dengan

menjumlahkan semua kesalahan selama periode peramalan dan membaginya

dengan jumlah periode peramalan. Secara sistematis, MFE dinyatakan sebagai

(33)

4. Rata-Rata Presentasi Kesalahn Absolute (Mean Absolute Percentage Error =

MAPE)

MAPE merupakan kesalahan relative. MAPE biasanya lebih berarti

dibandingkan MAD karena MAPE menyatakan persentasi kesalahan hasil

peramalan terhadap permintaan actual selama periode tertentu yang akan

memberikan informasi persentasi kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Secara sistematis MAPE dinyatakan sebagai berikut :

2.3 Metode Peramalan

Untuk peramalan permintaan, harus menggunakan suatu metode tertentu.

Pada dasarnya, semua metode peramalan memiliki ide sama yaitu menggunakan data

masa lalu untuk memperkirakan atau memproyeksikan data dimasa yang akan datang.

Berdasarkan tekniknya, metode peramalan dapat dikategorikan sebagai metode

kuantitatif. Berdasarkan tingkatan awal peramalan, metode peramalan dapat dibagi

menjadi top down, metode bottom-up, dan metode interpretsi permintaan. (Baroto,

20002:27)

Metode kalitatif biasanya digunakan bila tidak ada atau sedikit data masa lalu

tersedia. Dalam periode ini, pendapat pakar dan prediksi mereka dijadikan prediksi

(34)

dikenal adalah metode Delphi dan metode kelompok nominal (nominal group

technique)

Metode kuantitatif. Pad metode ini suatu set data histories digunakan untuk

mengekstrapolasi (meramalkan) permintaan masa depan. Ada dua kelompok besar

metode kuantitatif,yaitu metode time series dan metode ‘non time series’ (structural

model)

Metode time series adalah metode peramalan yang menggunakan waktu

sebagai dasar peramalan. Yang termasuk dalam metode time series adalah :

1. Metode Free hand (grafis)

2. Metode Moving average

3. Metode Weight Moving Average

4. Metode Exponential Smoothing

5. Metode Regresi Linier Sederhana

2.3.1 Metode Top-Down

Metode ini sering dimulai dengan hasil-hasil peramalan berbagai kondisi

bisnis umum yang dibuat oleh para ekonomi dalam lembaga-lembaga pemerintahan,

dalam perusahaan-perusahaan besar, atau perguruan tinggi. Ramalan-ramalan seperti

(35)

terperinci dapat dibeli dari organisasi-organisasi khusus yang bergerak dalam bidang

peramalan ‘ekonometrik’.

2.3.2 Metode Bottom-Up

Permalan dengan metode ini dimulai dengan perkiraan permintaan produk akhir

individual. Pertama, dicari informasi pengecer mengenai permintaan konsumen,

pendapat distributor mngenai prilaku permintaan produk, dan perkiraan dari

orang-orang penjualan. Informasi selanjutnya ditambah dengan informasi mengenai pola

permintaan dimasa lalu dan dianalisis untuk membuat perkiraan berapa banyak setiap

produk akhir akan dapat dijual perusahaan tahun depan atau berapa jampelayanan

akan diminta. Berikutna permal menambahkan ramalan produk-produk lainnya dan

memperoleh hasil peramalan total (peramalan aggregate). Umumnya perusahaan

menggunakan kedua metode bottom-up dan top-down secara bersamaan dan

berikutnya menggunakan mettode Delphi untuk meyakinkan hasil ramalam tersebut.

2.3.3. Metode Delphi

Metode Delphi pada dasarnya merupakan proses untuk mencapai consensus

(esepakatan kelompok) pakar yang terlibat dalam peramalan. Angota kelompo terdiri

atas para pakar yang berpengalaman dalam bidangnya. Hasil yang lebih baik dapat

(36)

Langkah-langkah metode Delphi adalah :

1. Seorang yang erpilih menjadi kordinator panel mengajukan kuisoner secara

tertulis kepada para angota panel. Isi pertanyaan dapat menyangkut berbagai

hal yang berkaitan dengan perkiraan di masa yang akan datang. Pertanyaan ini

dimasudkan untuk ditanggapi oleh setiap angota panel secara tertulis pula.

2. Masing-masing anggota kelompok menanggapi pertanyaan kordinator

tersebut dan menyerahkan hasilnya secara tertulis. Dalam menanggapi

pertanyaan tersebut, tidak diadakan komunikasi antara anggota satu dengan

anggota yang lain.

3. Koordinator mengedit tanggapan tertulis dari masing-masing angota,

merangkum jawaban kelompok dengan disertai penjelasan dan lain-lain

informasi yang dikemukakan oleh para anggota panel. Hasil tersebut

kemudian dikirimkan kepada para angota panel disertai dengan

pertanyaan-pertanyaan berikutnya dengan ditanggapi secara tertulis.

4. Masing-masing anggota kelompok menanggapi pertanyaan coordinator.

Biasanya tangapan anggota panel ini diwarnai oleh hasil rekapan langkah 3.

5. Koordinator (seperti angkah 3) mengedit, merangkum, dan seterusnya.

Demikian prosesnya beruang antara tiga sampai empat kali, sehingga akhirnya

kordinator menilai cukup memuaskan terhadap hasil panel yang merupakan

(37)

Kunci keberhasilan metode ini pada dasarnya tergantung pada kompetensi

koordinator dan kepakaran anggota panel serta variasi pengalamannya. Kordinator

perlu memiliki kemampuan menjalin sintesa atas berbagai pendapat dan rramalan dari

peserta yang bervariasi.

2.3.4. Metode Nominal Group

Metode ini melibatkan orang-orang yang berpengalaman dalam berbagai

bidang. Perbedaan dengan metode Delphi terletak pada interaksi antara anggota

panel. Dalam metode ini terdapat diskusi antara anggota secara langsung dan secara

tatap muka, sedangkan dalam metode Delphi sama sekali tidak terdapat interaksi

lisan. Langkah-langkah metode kelompok nominal adalah sebagai berikut :

1. Kelompok yang terdiri atas tujuh sampai sepuluh orang ahli bertemu dalam

suatu ruangan dan duduk dalam formasi “meja bundar”, sehingga

masing-masing anggota panel dapat saling menatap. Seorang fasilitator membafikan

berkas mengenai masalah tertentu kepada anggota kelompok dengan maksud

untuk ditanggapi secara tertulis oleh masing –masing anggota.

2. Masing-masing anggota menulis tanggapan secara perorangan tanpa

mengadakan diskusi dengan orang lain. Fasilitator kemudian mempersilakan

masing-masing anggota secara bergantian mempresentasikan ide-ide yang

ditulis tanpa diberi komentar oleh anggoa lain. Fasilitator merekam ide-ide

(38)

3. Fasilitator mempersilahkan kelompok untuk mendiskusikan setiap gagasan

yang telah direkam. Dalam proses diskusi ini, bila terdapat kesamaan gagasan

antara anggota, maka fasilitator merangkum dan merumuskan.

4. Setelah setiap gagasan diolah oleh kelompok dan dirumuskan kembali,

fasilitator akan mempersilakan parqa anggota untuk membuat ranking dari

gagasan-gagasan yang diterima oleh kelompok. Ranking perorangan dibuat

berdasarkan persepsi anggota mengenai prioritas dan elevansi. Ranking dibuat

oleh anggota secara tertulis.

5. Fasilitator mengumpulpkan hasil ranking yang telah dibuat oleh setiap

anggota dan menganalisanya untuk mendapatakan hasil perhitungan rata-rata

dari ranking peserta. Hasil analisa inilah yang merupakan consensus ari

kelompok nominal.

2.3.5. Metode Time Series

Metode time series adalah metode peramalan secara kuantitatif dengan

menggunakan waktu sebagai dasar peramalan. Secara umum, ppermintaan pada masa

akan datang dipengaruhi oleh waktu. Untuk membuat suatu peramalan diperlukan

data histories permintaan. Data inilah yang akan dianalaisa dengan mengguanakan

parameter waktu sebagai dasra analisa. (Baroto 2002:30 )

Metode yang memberikan hasil peramalan secara tepat belum tentu te[pat

untuk meramalkan data yang lain. Dalam peramalan time series, metode peramalan

(39)

berupa mean absolute deviation (MAD), mean sequare of error (MSE), atau mean

absolute procentage of error (MAPE)

Procedure peramalan permintaan dengan metode time series adalah sebagai

berikutt :

1. Tentukan pola data permintaan. Dilakukan dengan cara memplotkan data

secara grafis dan menyimpulkan apakah data itu berpola trend, musiman,

siklika, atau eratik/random.

2. Mencoba beberapa metode time series yang sesuai dengan pola permintaan

tersebut untuk melakukan peramalan. Metode yang dicoba semakin banyak

semakin bak. Pad setiap metode, sebaiknya dilakukan peramalan dengan

parameter yang berbeda.

3. Mengevaluasi tingkat kesalahan dari tiap-tiap metode yang telah dicoba.

Tingkat kesalahan diukur dengan criteria MAD, MSE, MAPE, atau yang

lainnya. Sebainya nilai tingkatan kesalahan (apakah MAD, MSE, atau MAPE)

ini ditentukan dulu.tidak ada ketentuan mengenai berapa tingkat kesalahan

maksimal dalam peramalan.

4. memilih metode peramalan terbaik diantara metode yang dicoba. Metode

terbaik adalah metode yang memberikan tingkat kesalahan tersebut di bawah

batas tingkat kesalahan yang telah ditetapkan.

(40)

Berikut ini merupakn beberapa macam metode yang termasuk dalam metode

time series hanya terdiri dari komponen average level dan komponen random.

1. Metode simple moving average.

Metode ini merupakan metode time series yang paling sederhana. Pada

metode ini dasumsikan bahwa pola time series hanya terdiri dari komponen

average level dan random error.

Rumusnya :

Rata-rata demand dari jumlah periode N,

 

Jika diasumsikan komponen time series adalah average level maka peramalan

pada periode t+1 adalah sama denga rata-rata demand sebelumnya.

t t A F 1

2. Metode Weigh Moving Average

Model peramalan time series dalam bentuk lain dimana untuk

mendapatkan tanggapannya yang lebih cepat, dilakukan dengan cara memberikan

(41)

Rumusnya :

3. Metode Exponensial Smoothing

Metode ini adalah salah satu jenis metode peramalan time series yang

didasarkan pada asumsi bahwa angka rata-rata baru dapat diperoleh dari angka

rata-rata lama dan data demand yang terbaru.(Sumayang 2003:36)

Ada beberapa metode yang dikelompokkan dala metode exponential

smooting, yaitu :

a. Single Exponential Smoothing

Rumus untuk metode ini adalah :

1

Dimana : At = Perkiraan permintaan pada periode t

 = Pembobotan yang diberikan pada demand terbaru (0 1)

b. Doubel Single Exponential Smoothing

Double Single Exponential Smoothing adalah modifikasi dari exponential

(42)

 2

Xt =Xt X2t1

Dimana : Xt 2 : Permalan double exponential smoothing

 : Factor smoothing dan  1

j. Metode Regresi Linier

Regresi linier adalah metode popular untuk bebagai macam permasalahan.

Untuk peramalan time series, formulasi regresi linier cocok digunakan bila pola data

adalah trend (Baroto,2002:41). Formulasi asli regresi linier adalah :

 

t a bt t f0  .

Dimana : f

 

t = nilai dari fungsi permintaan pada periode t (variable terikat)

a0,b = intercept dan slope

t = periode (variable bebass)

t = error atau kesalahan atau penyimpangan pada periode t

Bila digunakan unutk peramalan, maka formula regresi linier adalah :

(43)

 

 

2.4. Definisi Agregat Planning

Agregat planning adalah suatu aktivitas operasional untuk menentukan jumlah

dan waktu produksi pada waktu dimasa yang akan datang. Agregat planning juga

didefinisikan sebagai usaha untuk menyamakan antara supply dan demand dari suatu

produk atau jasa dengan jalan menentukan jumlah dan waktu input, tranformasi, dan

output yang tepat. Dimana keputusan agregat planning dibuat untuk produksi,

staffing, inventory, dan back order level. (Satria, 2007: Agregat Planning; on review)

2.4.1. Tujuan

Tujuan dari agregat planning adalah untuk meminimasi biaya akhir pada

periode perencanaan dengan mengetur : production raters, Labor levels, Inventory

levels, Overtime work, Subcontracting, dan variabel yang terkontrol lainnya. Bisa

dikatakan bahwa tujuan agregat planning pada dasarnya adalah membangkitkan

(gregate) suatu rencana produksi dalam tingkatan top level production plans Output

(Hasil).

Hasil dari agregar planning dihubungkan dengan strategi tujuan suatu

(44)

Sedangkan pada perusahaan service / jasa. Agregat planning terkait dengan strategi

untuk menghasilkan suatu penjadwalan tenaga kerja yang terperinci.

2.4.2 Dasar Proses Aggregat Planning

Dasar analisis dalam dalam agregat planning adalah hasil ramalan permintaan

produk (Forcast) dan target produksi perusahaan. Hasil ramalan permintaan

merupakan input utama dalam proses agregat planning. Selain peramalan, semua

input untuk permintaan produk juga harus dimasukkan dalam proses agregat

planning, misalnya pesanan-pesanan actual yang telah dijanjikan, kebutuhan

persediaan gudanng, dan penyesuaian tingkat persediaan.

Target produksi ditentukan oleh top level business plan yang memperhatikan

kapasitas dan kapabilitas perusahaan. Keterlibatan manajemen puncak sangat

diperlukan pada tahap perencanaan produksi, khususnya perencanaan mengenai

penentuan pabrikasi, pemasaran dan keuangannya. Agragat planning dikembangkan

untuk merencanakan kebutuhan produksi bulanan atau triwulan bagi

kelompok-kelompok produk sebagaimana yang telah dipikirkan dalam peramalan permintaan.

Analisis dalam proses agregat planning dilakukan dalam kelompok produk (product

family) dengan unit agregat, disamping itu proses agregat planning juga melibatkan

pemilihan strategi planning adalah sebagaimana interface antara perusahaan atau

(45)

2.4.3. Metode Agregat Planning

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan

permasalahan pada perencanaan produksi agregat. Beberapa diantaranya adalah

sebagai berikutnya : (Sritomo,2002:256)

1. Jumlah Tenaga Kerjanya Tetap dan Struktur Biayanya Linier

a. Trial dan Error

b. Program Linier

c. Transportasi

d. Program Dinamis

2. Jumlah Tenaga Kerjanya Berubah-ubah dan Struktur Biaya Linier

- Progran Linier

3. Jumlah Tenaga Kerjanya Berubah-ubah dan Struktur Biayanya Non Linier

a. Linier Decision Rule

b. Heuristic Search

Perencanaan agregat menggunakan metode transportasi yang merupakan

bagian dari perencanaan produksi program linier dengan jumlah tenaga kerja

(work-force) tetap. Metode ini mengijinkan penggunakan produksi regular,overtime,

(46)

dijamin optimal dengan asumsi optimistic bahwa tingkat produksi (yang dipengaruhi

oleh hiring dan training pekerja) dapat diubah dengan cepat. Agar metode ini dapat

diaplikasikan, kita harus memformulasikan persoalan perencanaan agregat sehingga :

1. Kapasitas tersedia (supply) ditanyakan dalam unit yang sama dengan

kebutuhan (demand)

2. Total kapasitas untuk horison perencanaan harus sama dengan total

peramalan kebutuhan. Bila tidak sama, kita gunakan variabel bayangan

(dummy) sebanyak jumlah selisih tersebut dengan unit cost = 0

3. Semua hubungan biaya merupakan hubungan linier. (Hakim,1999:71)

2.4.3.1. Perencanaan Agregat dan JIP dengan Metode Transportasi

Metode transportasi merupakan metode linier programming yang

disederhanakan. Metode ini memberikan hasil yang optimal jika kasus yang

diselesaikan sesuai dengan asumsi/persyaratan masalah transportasi. Asumsi metode

transportasi adalah sebagai berikut.

1. Kapasitas produksi dan permintaan dinyatakan dalam satuan yang sama.

2. Total kapasitas sama dengan total permintaan dalam horizon yang sama.

Jika ini tidak terpenuhi, maka harus dibuat kapasitas atau permintaan buatan

atau dummy dengan biaya nol per unit, sehingga system jadi seimbang.

(47)

Sasaran metode transportasi adalah meminimumkan biaya total (produksi

regular, subkontrak , lembur, menganggur, dan penyimpanan). Metode matematis

untuk menyelesaikan maslah transportasi ini ada banyak, di antaranya metode north

west corner (NCR), metode vogel’s approximated methods (VAM), metode least

cost, dan lain-lain

Algoritma Metode Transportasi Nort West Corner Rule

a. Mendefinisikan Aternatif Produksi

Alternatif produksi dalam arti sempit adalah jenis sumber daya (kapasitas) yang

akan disertakan dalam kegiatan produksi (pemenuhan permintaan). Karena

alternative sumber daya produksi sifatnya bervariasi,maka kapasitas yang harus

dinyatakan dalam satuan yang sama. Satuan untuk menyatakan kapasitas alternative

produksi biasanya dinyatakan dalam satuan jam kerja, jam tenaga kerja, atau tenaga

kerja. Produksi dapat dilakukan secara :

- regular time (RTt) dengan kapasitas per periode L,

- over time (OTt) dengan kapasitas Mt,

- subcontract (SCt),

- inventory (It) dengan kapsitas tidak terbatas.

(48)

b. Tentukan Biaya Per Unit

- Biaya Reguler Time (Cr)

- Biaya Over time (Co)

- Biaya Simpan (Ci)

- Biaya Back Order (Cb)

- Biaya subkontrak (Cs)

c. Menjumlahkan Semua Alternatif Kapasitas Produksi

Semua kapasitas yang tersedia selama satu tahun horizon perencanaan

(termasuk inventory awal) harus dijumlahkan. Jika suatau horizon terdapat n periode.

total kapasitas

jumlah total produksi selama periode adalah :

total permintaan

Dimana :

Yt = Permintaan pada periode t

Jika total kapasitas lebih besar dari total permintaan, maka harus dibuat

(49)

kapasitas, maka harus dibuat kapasitas dummy dengan biaya nol. Kenyataannya,

kapasitas atau permintaan dummy tidak akan diproduksi.

d. Memformulasikan Permasalahan dalam Matriks Transportasi

Matriks untuk formulasi masalah dengan horizon sebesar 4 periode. Kolom

pertama dan terakhir menunjukan alternative produksi yang tersedia tiap periode dan

kapasitasnya. Kolom kedua, ketiga, keempat, kelima menunjukan permintaan yang

harus dipenuhi. Total permintaan per periode diletakkan pada baris terakhir, yaitu Y1,

Y2, Y3, dan Y4. Tiap sel matriks berisi nilai r, v, dan seterusnya menunjukan biaya

(50)

Tabel 2.2 Matriks Transportasi

e. Mengalokasikan Kapasitas (Sumber) Secara Optimal untuk Permintaan

Mengalokasikan tiap permintaan tiap periode pada sel biaya terendah lebih

dahulu. Pemilihan sel hanya pada sel-sel kolom produksi yang bersangkutan. Bila

(51)

total produksi tiap periode (baris 2,3,4,5) dan hasilnya menjadi rencana agregat untuk

horizon tersebut.

2.4.3.2. Perencanaan Agregat Dengan Metode ‘Dinamic Programming

Perencanaan agregat juga dapat dibuat dengan menerapkan metode program

dinamis (dynamic programming). Penerapan pada kondisi back order (kelambatan

pemenuhan permintaan) tidak diijinkan dan back order diijinkan

1. Back order tidak diizinkan

Asumsi bahwa biaya produksi k(Pi) adalah :

Di mana :

At = Biaya tetap produksi (set up)

C = Biaya Produksi Vvariabel

Pt = Jumlah produksi pada periode t

Variabel yang lain :

Dt =Demand forecast pada periode t.

(52)

Cjk= Biaya produksi dalam periode j untuk memenuhi demand pada

periode J, J+1, J+2, …+ k. Cjk termasuk biaya produksi dan biaya

persediaan.

Biaya produksi pada selang waktu j hingga k, k(Pjk) adlah sebagai berikut :

K(Pjk) = Aj + ct(Dj + Dj + 1 + Dj + 2 + … +Dk)

=Aj + ct Pj

dan

di mana :

Hr = holding cost pada periode t

H(Pjk) = Biaya produksi pada interval j hingga k

K(Ir) = Biaya inventory pada akhir periode r

K(Ijk) = Biaya nventory selama interval j hinga k

Dari sini, total biaya produksi dan biaya inventory selama selang waktu j

hingga k adalah :

Cjk = k(Pjk) + k(Ijk)

= Aj + c Pj +

Cjk didefinisikan sebagai biaya selama sub periode j hingga k dari total

horizon perencanaan 0 hingga T. fungsi tujan untuk model dynamic programming

(53)

2. Back order diizinkan

Asumsi bahwa biaya produksi k(Pi) adalah :

Di mana :

At = Biaya tetap produksi (set up)

C = Biaya Produksi Vvariabel

Pt = Jumlah produksi pada periode t

Variabel yang lain :

Dt =Demand forecast pada periode t.

It = Jumlah persediaan pada akhir periode t.

Cjk= Biaya produksi dalam periode j untuk memenuhi demand pada

periode J, J+1, J+2, …+ k. Cjk termasuk biaya produksi dan biaya

persediaan.

Biaya produksi pada selang waktu j hingga k, k(Pjk) adlah sebagai berikut :

(54)

=A1 + ct Pj

dan

di mana :

Hr = holding cost pada periode t

H(Pjk) = Biaya produksi pada interval j hingga k

K(Ir) = Biaya inventory pada akhir periode r

K(Ijk) = Biaya nventory selama interval j hinga k

Dari sini, total biaya produksi dan biaya inventory selama selang waktu j

hingga k adalah :

Cjk = k(Pjk) + k(Ijk) + k(Sr)

Cjk didefinisikan sebagai biaya selama sub periode j hingga k dari total

horizon perencanaan 0 hingga T. fungsi tujan untuk model dynamic programming

(55)

2.4.3.3. Perencanaan Agregat dan JIP Dengan Metode Linier Goal Programming

Linier goal programming merupakan modifikasi atau variasi khusus dari

linier programming. Oleh karena itu, linier goal programming pada banyak aspek

memiliki persamaan dengan linierl programming. Di antaranya keduanya

menggunakan model matematis linier dan dapat diseleaikan dengan algoritma

simpleks.

Perbadaan antara lain sebagai berikut.

1. Linierl programming hanya bergerak dalam analisis masalah-masalah yang

mempunyai satu tujuan, sedangkan linier goal programming dapat bergerak

dalam masalah-masalah yang mempunyai tujuan lebih dari satu.

2. Linier goal programming menggunakan struktur prioritas tujuan dan pembobotan.

Struktur prioritas menentukan urutan kepentingan di antara tujuan-tujuan derajat

preferensi untuk tujuan-tujuan yang berada pada level prioritas, yang lebih tinggi

akan dipenuhi dahulu sampai mencapai nilai yang mungkin tidak diperbaiki lagi

begitu seterusnya. Sedangkan untuk tujuan-tujuan yang berada level yang sama

pemuasannya, akan lebih diutamakan pada tujuan yang memiliki nilai bobot yang

lebih tinggi.

Model Umum Linier Goal Programming

Pada model Linier goal programming, fungsi f(x) ditransformasikan dalam

bentuk fungsi linier yang lebih spesifik, yaitu Cij dengan memperhatikan nilai

sebelumnya, bentuk umum dari permasalahan linier goal programming dapat

(56)

Tentukan agar meminimumkan

Sedemikian hingga memenuhi

Untuk semua I dan x, n, p ≥ 0 di mana;

I = Koefisien yang berkaitan dengan variabel keputusan ke j pada tujuan ke i

xj = Variabel keputusan ke j

bi = Tetapan sisi kanan untuk sasaran atau kendala i

fi(x) = Sisis kiri dari kendala untuk sasaran linier

gk (d-, d+) = fungsi linier variabel deviasi yang berkaitan dengan tujuan atau kendala

pada tingkat prioritas ke k

Perumusan Masalah Linier Goal Programming

Perumusan permasalahan linier goal programming hamper sama dengan

perumusan linier programming. Perbedaannya adalah dalam penentuan fungsi tujuan,

yang digunakan pada linier programming ada variabel simpangnya, sementara pada

linier goal programming adalah variabel keputusannya. Berikut ini beberapa langkah

dalam perumusan masalah linier goal programming.

1. Penentuan variabel keputusan, merupakan dasar dalam pembuatan model

keputusan untuk mendapatkan solusi yang dicari.

2. Penetuan fungsi tujuan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam

(57)

a. Setiap funsi tujuan harus dinyatakan sebagai fungsi dari variabel keputusan

yang disimbolakan dengan fi (xi),

b. Setiap fungsi nilai tujuan memiliki nilai yang berhubungan dengan nilai

sisi kanan (bi) yang merupakan target atau tujuan dari fungsi tujuan

tersebut.

3. Perumusan fungsi sasaran. Pada langkah ini tiap tujuan pada sisi kirinya

ditambahkan dengan variabel simpangan negatif. Dengan ditambahkannya

variabel simpangan, maka bentuk fungsi dari sasaran menjadi fi(xi) + di- - di+ = bi.

4. Penentuan prioritas utama. Pada langkah ini dibuat urutan dari tujuan-tujuan.

5. Penentuan pembobotan. Pada tahap ini merupakan kunci dalam menentukan

urutan dalam suatu tujuan dibandingkan dengan tujuan yang lain.

6 Penentuan fungsi pencapaian (achievement fungsi). Di sini kuncinya adalah

memilih variabel simpangan yang benar untuk dimasukkan dalam fungsi

pencapaian dan kemudian ditambahkan prioritas dan bobot yang diperlukan.

Langkah pertama yang dilakukan adalah fungsi linier variabel simpangan.

Selanjutnya dalam memformulasikan fungsi pencapaian adalah menggabungkan

setiap tujuan yang berbentuk meminimasi variabel simpangan sesuai dengan

prioritasnya. Dengan demikian persamaan matematis dapat ditulis sebagai

berikut.

Minimasi a = {P1 (gi, di-, di+), P2,(d2-, d2+), …, Pk (gk (dk-, dk+)}

Minimasi yang dilakukan tergantung pada pertimbangan nilai sisi kanannya

(58)

Tabel 2.3 Prosedur Fungsi Pencapaian

Tujuan Kemungkinan Simpangan Prodesur

Xi ≥ bi

Terdapat 7 strategi yang digunakan dalam perencanaan agregat, yaitu :

1. Melakukan Variasi Tingkat Persediaan

Pada strategi ini jumlah karyawan dan waktu kerja dipertahankan tetap

sehinggga rata-rata tingkat produksi akan tetap. Kelebihan produksi yang

terjadi pada periode permintaan rendah disimpan sebagai persediaan yang

nantinya digunakan untuk menutupi kekurangan produksi pada waktu

terjadi permintaan yang lebih tinggi dari tingkat produksi (Gambar 2.2)

Kelemahan strategi ini adalah timbulnya biaya penyimpanan

persediaan berupa biaya sewa gudang, adminitrasi, asuransi, kerusakan

material, dan bertambahnya modal yang tertanam. Namun pihak lain, pada

waktu terjadi permintaan tinggi perusahaan dapat menghindari terjadinya

kehilangan penjualan karena memiliki kelebihan persediaan yang

(59)

Kelebihan produksi 

disimpan sebagai 

Permintaan 

Kekurangan produksi  dipenuhi dengan persediaan

Tingkat produksi

akibat tidak adanya persediaan membawa pengaruh kepada ketidakpuasan

pelanggan, bahkan beralihnya pelanggan kepada pihak pesaing

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Gambar 2.2: Strategi Variasi Tingkat Persediaan

Strategi ini tidak dapat digunakan untuk kegiatan jasa (misalnya

transportasi, kesehatan, atau pendidikan) karena jasa tidak dapat disimpan

sebagai persediaan. Strategi ini juga tidak tepat bagi perusahaan yang

produknya cepat rusah / tidak tahan lama, berhubungan dengan mode /

fashion, bernilai tinggi / mahal, atau memerlukan ruang simpan yang

sangat besar.

2. Melakukan Variasi Jam Kerja

Dalam strategi ini jumlah karyawan dijaga tetap untuk suatu tingkat

(60)

Jika permintaan naik, diadakan penambahan jamkerja (lembur, over time)

untuk menambah produksi, sedangkan jika permintaan turun dilakukan

pengurangan jam kerja (Under time). Gambar 2.3 Menunjukkan keadaan

ini.

Lembur biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar karena upah

lembur lebih besar dari pada upah pada waktu regular. Selain itu, terlalu

banyak lembur dapat menurunkan produktivitas dan menambah biaya

overhead. Under time disini bisa dalam bentuk seluruh atau sebagian

karyawan bekerja dalam tingkat kecepatan yang lebih lambat tetapi

dengan upah yang tetap (regular). Yang tentunya menimbulkan biaya

tinggi, atau dengan melalui penggunaan jumlah hari / jam kerja yang lebih

pendek yang dikaitkan dengan pengurangan jumlah upah. Apabila tingkat

kecepatan kerja dan kerja dipertahankan tetap, untuk mengisi kekosongan

jam kerja karyawan dapat dimanfaatkan untuk pemeliharaan masin dan

(61)

Permintaan  

Tingkat produksi 

pada jam kerja  l Pengurangan jam kerja Penambahan jam kerja

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Gambar 2.3: Strategi variasi jam kerja

3. Melakukan Variasi Jumlah Tenaga Kerja

Apabila terjadi permintaan tinggi maka dilakukan penambahan tenaga

kerja. Sebaliknya, pada waktu permintaan rendah dilakukan pengurangan

tenaga kerja (Lay Off). Biaya yang timbul mencakup biaya pengadaan

tenaga kerja (Iklan, tes, wawancara, pelatihan) atau pesangon bagi tenaga

kerja yang dikurangi.

Strategi ini cocok untuk ditetapkan apabila tenaga kerja yang disewa

atau dikurangi mempunyai ketrampilan yang rendah (misalnya untuk

hotel, retoran, perkebunan, atau beberapa pabrik) dan jika pasar tenaga

kerja memiliki suplai yang besar. Bagi perusahaan yang memerlukan

tenaga kerja dengan ketrampilan tinggi, strategi ini tidak mudah

(62)

yang tetap dan terjamin. Selain itu, pengurangan tenaga kerja yang terlalu

sering dapat mempunyai pengaruh negatiuf, yaitu menurunkan moral kerja

karyawan yang mengakibatkan penurunan produktivitas.

4. Sub Kontraak

Sub kontrak dilakukan apabila terjadi permintaan yang bertambah

sementara kapasitas produksi tidak cukup untuk memenuhinya, sedangkan

perusahaan tidak menghendaki kehilangannya permintaan atau pelanggan

penting. Sub kontraktor yang dipilih tentunya yang dapat memenuhi

standart mutu yang disyaratkan dan dapat memenuhi jadwal pengiriman.

Kerugian strategi sub kontrakadalah harga pokok produksi menjadi lebih

tinggi, bias memberikan kesempatan pada pesaing untuk maju, dan adanya

resiko karena tidak dapat secara langsung mengontrol mutu produk dan

penjadwalan.

5. Menggunakan Pekerja Paruh Waktu

Dalam sektor jasa, pekerja paruh waktu (part time) dalam memenuhi

kebutuhan tenaga kerja berketerampilan rendah, seperti direstoran, took

eceran, dan supermarket. Metode ini membawa konsekuensi biaya yang

rendah dan lebih fleksibel dari pada menggunakan tenaga kerja tetap.

Kelemahan metode ini, mengakibatkan perputaran (turn over) tenaga kerja

dan biaya pelatihan yang tinggi, serta mempengaruhi konsistensi mutu

(63)

memerlukan ketrampilan tinggi, masalah yang perlu diantisipasi ialah

tidak tersedianya tenaga kerja pada saat diperlukan karena mereka

mencari kerja ditempat lain.

6. Mempengaruhi Permintaan

Jika permintaan turun / rendah, perusahaan berusaha menaikkan

permintaan melalui iklan, promosi, pemotongan harga (diskon), atau

mengalakkan bentuk kegiatan pemasaran ini. Misalnya, perusahaan

penerbangan sering memberikan potongan harga pada akhir pecan atau

pada musim-musim sepi. Biaya tambahan yang timbul tentunya berupa

biaya iklan, potongan harga dan biaya program promosi lainnya.

Strategi ini juga termasuk menggeser permintaan dari periode

permintaan tinggi ke periode permintaan rendah, seperti yang dilakukan

perusahaan telekomunikasi. Pada saat siang hari, banyak permintaan

telepon yang tidak terlayani karena seluruhnya penuh (kapasitas yang

tersedia terpakai semua). Untuk itu, dilakukan strategi menggeser tarif

yang sangat signifikan. Hal itu menyebabkan konsumen yang tadinya akan

menggunakan jasa telepon siang hari beralih kemalam hari karena igin

mendapatkan biaya rendah. Permintaan siang hari yang potensi hilang

menjadi tetap ada karena pindah kemalam hari karena ingin mendapatkan

biaya rendah. Permintaan siang hari yang potensi hilang menjadi tetap ada

(64)

7. Pemesanan Tertunda Selama Periode Permintaan Tinggi

Pemesanan tertunda (back-order)vadalah pemesanaan barang atau jasa

yang diterima perusahaan tetapi baru dapat dipenuhi kemudian setelah

perusahaan mempunyai persediaan. Pemesanan tertunda berlaku umum

bagi perusahaan mail-order atau perusahaan yang memproduksi

barang-barang yang kompleks atau bernilai tinggi, seperti mesin-mesin khusus,

pesawat terbang, kapal laut da, kendaraan bermotor. Demikian juga untuk

perusahaan jasa tertentu, seperti reparasi yang sulit, jasa konsultasi, dan

pelayanan dokter. Strategi ini sering tidak dapat dilaksanakan untuk

perusahaan menjual barang-narang konsumsi, seperti makanan,

obat-obatan, atau pakaian. Demikian pula bagi perusahaan yang memberikan

jasa rutin, seperti restoran, bioskop dan kendaraan transportasi umum.

Keuntungan strategi ini, dapat menghindari lembur dan tetap menjaga

kapasitas produksi yang konstan. Sementara kelemahannya adalah

tertundanya penerimaan / penjualan hanya dapat dilakukan apabila

permintaan lebih tinggi daripada penawaran.

2.4.5 Perencanaan Produksi Agregat

Perencanaan produksi agregat merupakan perencanaan produksi jangka

menegah yang secara sistimatis menentukan pilihan terbaik dari serangkaian

alternative fasilitas produksi untuk memenuhi total permintaan produk dengan total

(65)

semua sumber daya yang tersedia yang termasuk orang, mesin, energy dan lain-lain.

Kata agregat dalam perencanaan agregat itu sendiri mempunyai maksud bahwa

perencanaan dilakukan dengan mempertimbangkan nilai secara keseluruhan atau

kelompok besar yang merupakan total dari nilai-nilai elemen yang ada.

Biaya yang terlibat dalam penambahan agregat antara lain :

1. Hiring Cost (Ongkos Penambahan tenaga kerja).

Tambahan tenaga kerja menimbulkan biaya-biaya untuki iklan, proses seleksi

dan training. Ongkos training merupakan ongkos yang besar apabila tenaga kerja

yang direkrut adalah tenaga kerja baru yang belum berpengalaman.

2. Firing Cost (Ongkos pemberhentian tenaga kerja)

Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya

permintaan akan produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi menurun dengan

drastis. Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan uang

pasongan bagi karyawan yang diPHK, menurunnya moral kerja dan produktivitas

karyawan yang masih bekerja, dan tekanan yang bersifat social.

3. Overtime cost dan undertime cost atau (ongkos lembur atau ongkos menganggur )

Pengunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi,

tetapi konsekuensinya perusahaan harus mngeluarkan ongkos tambahan lembur yang

biasanya 150 % dari ongkos kreja regular. Disamping ongkos tersebut, adanya

(66)

4. Inventori cost dan backorder cost (ongkos persediaan dan ongkos kehabisan

persediaan)

Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan permintaan

pada saat-saat tertentu. Konsekwensinya dari kebijaksanaan persediaan bagi

perusahaan adalah timbulnya ongkos penyimpanan (inventory cost/holding cost) yang

berupa ongkos tertahannya modal, pajak, asuransi, kerusakan bahan, dan ongkos

sewa gudang.

Kebalikan ari kondisi diatas, kebijaksanaan tidak mengadakan persediaan seolah-olah

menguntungkan, tetapi sebenarnya dapat menimbulkan kerugian dalam bentuk

ongkos kehabisan persediaan. Ongkos kehabisan persediaan ini dihitung berdasarkan

berapa permintaan yang datang tetapi tidak dapat dilayani Karena barang yang

diminta tidak tersedia.

5. Subcontrak cost (ongkos subkontrak)

Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas regular, biasanya

perusahaan mensubkontrakkan kelebihan permintaan yang tidak bias ditanganinya

sendiri kepada perusahaan lain. Konsekuwensi dari kebijaksanaan ini adalah

timbulnya ongkos subkontrak, dimana biasanya ongkos ini lebih mahal disbanding

(67)

2.4.6 Konsep Perencanaan Agregat

Pembangunan suatu agregat dapat dicapai dengan mengidentifikasi suatu

ukuran dari output yang dihasilkan. Hal ini tidak menjadi masalah apabila produk

yang dihasilkan hanya satu jenis saja sedangkan pada kenyataannya produk yang

dihasilkan ada beberapa jenis sehingga pengukuran jumlah output tidaklah mudah

untuk dilakukan. Pengukuran selalu dapat dilakukan dengan mengidentifikasikan

setiap produk dalam suatu group (family), walaupun berbeda, tetapi mempunyai

persamaan dalam proses produksi ataupun dalam bahan bakunya.

Perencanaan agregat akan menghasilkan master production schedule (MPS)

atau disebut juga jadwal induk produksi untuk produk akhir. Master production

schedule ini berisi jadwal kapan produk akhir tersebut harus selesai diproduksi. Hasil

dari MPS ini kemudian dibuat perencanaan kebutuhan material (material

requirements planning). Sedangkan tujuan dari perencanaan aggregate yaitu

menyesuaikan ramalan permintaan yang digunakan sebagai target produksi dengan

kapasitas fasilitas yang dimiliki secara optimal sehingga maminimumkan total biaya

produksi yang dikeluarkan.

2.5 Disagregate

Proses disaggregate bertujuan untuk membuat jadwal produksi setiap item

produk secara terperinci, karena perencanaan aggregate dilakukan pada tigkat

(68)

produksi terperinci untuk setiap produk. Metode untuk mendisagregasikan rencana

aggregate yang di bahas dalam bab ini adalah metode HAX dan MEAL. Metode

HAX adan MAEL ini pada dasarnya adalah masalah pengendalian produk jadi yang

dibatasi oleh kapasitas produksi. Bedworth dan Bailey menyatakan bahwa model

HAX dan MEAL ini merupakan model yang palikatif jika dibandingkan dengan

model disagregasi lainya karena teknik perhitungannya tidak terlalu rumit,disamping

juga memudahkan pengendalian tingkat persediaan produk jadi.

Kebanyakan fasilitas produksi menghasilkan beberapa family dalam satu

lintas produksi yang sama. Family ialah kelompok produk sejenis yan diproduksi

secara bersamaan, karena alas an teknologi atau ekonomi. Karena ongkos set up

untuk penggantian famili yang diproduksi biasanya ebih mahal dari ongkos set up

untuk penggantian item dalam famili yang bersangkutan sebelum melakukan set up

untuk melakukan produksi item dalam famili yang lainnya. Dengan berlandaskan

pada filosifi diatas, pada dasarnya metode HAX dan MEAL terdiri atas dua tahap,

yaitu menentukan famili produk mana yang harus diproduksi pada periode yang akan

datang dan menetukan jumlah iitem produk yang harus diproduksi dalam famili

tersebut.

Algoritma Metode HAX dan MEAL

Langkah pertama dalam algoritma HAX dan MEAL ialah memilih famili

yang akan dimasukkan dalam rencana produksi di jadwal induk. Langkah ini

Gambar

Gambar  2.1. Siklus Hidup Produk ..................................................................
Table 2.1.Tipe peramalan
Gambar 2.1. Siklus hidup produk
Tabel 2.2 Matriks Transportasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data permintaan 12 bulan sebelumnya yang dimulai dari November 2011 sampai dengan Oktober 2012 dilakukan peramalan pada masing- masing distribution center

MAPE biasanya lebih berarti dibandingkan MAD karena MAPE menyatakan persentase kesalahan hasil peramalan terhadap permintaan aktual selama periode tertentu yang akan

Tujuannya adalah untuk membantu kegiatan perencanaan produksi dalam menentukan jumlah produksi obat yang akan diproduksi dengan proses peramalan serta memudahkan

Dalam proses penelitian, perhitungan dilakukan dengan tahap awal yaitu peramalan permintaan, dilanjutkan dengan metode perencanaan agregat untuk mengetahui kapasitas produksi

adalah diperoleh peramalan jumlah produksi yang akan diproduksi agar jumlah yang diproduksi mendekati jumlah permintaan, order quantity untuk setiap DC sehingga

Hasil dari penggunaan metode DRP adalah diperoleh peramalan jumlah produksi yang akan diproduksi agar jumlah yang diproduksi mendekati jumlah permintaan, order quantity

Metode yang digunakan untuk melakukan peramalan pada ketiga produk tersebut adalah Single Moving Average dan Single Exponential Smoothing, sedangkan untuk perencanaan

Dalam memenuhi permintaan pada bulan Desember 2011 – Desember 2012 dengan menggunakan jam kerja 8 jam/shift, ternyata perusahaan masih mengalami kekurangan kapasitas waktu