Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran “ Jawa Timur
Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Teknik Industri Diajukan Oleh :
ERIK PRASETYO
NPM : 0632010097
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAWA TIMUR SURABAYA
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir (Skripsi) ini dengan judul “ PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI SEMEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE AGGREGATE PLANNING DI PT SEMEN GRESIK “
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam menyusun skripsi ini, mulai dari persiapan sampai dengan selesai. Penulis tidak lepas dari banyak pihak, yang secara langsung maupun secara tidak langsung telah turut membimbing dan mendukung penulisan skripsi ini yang semuanya sangat besar artinya bagi penulis. Oleh karena itu, tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya laporan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih sebesar – besarnya kepada :
1. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Teknik Industri Universitas Nasional “Veteran” Jawa Timur.
terselesainya Tugas Akhir ini
5. Bapak Tri Edy selaku pembimbing dari PT. Semen Gresik (Persero) Tbk., dan seluruh staff dan karyawan yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian
6. Bapak, Ibu, Kakak, dan Keluarga Besarku yang penulis sayangi, karena telah memberikan semangat, perhatian serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan lancar.
7. Semua teman–teman mahasiswa UPN TI satu angkatan, angkatan atas dan angkatan bawah, yang telah mengenal saya, atas bantuan dan dukungannya saya ucapkan banyak tarima kasih.
8. Penghuni kost MA 2 N no 22 yang selalu setia mengganggu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, tapi walaupun begitu tanpa kalian semua skripsi ini tidak akan terselesaikan (Tengsle, Me2t, Aris, Tex, Lucky, Ian). 9. Buat S Hafsoh Okta Fitria trimakasih atas semangat yang selalu diberikan
kepada penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini.
10. Pihak-pihak lain yang membantu penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua keikhlasan dan bantuanya yang diberikan kepada penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terutama bagi penulis sendiri.
Surabaya, 23 Februari 2011
KATA PENGANTAR ... i 2.1. Perencanaan dan Pengendalian Produksi ... 6
2.1.1. Perencanaan Produksi ... 6
2.1.2. Pengendalian Produksi………. 11
2.2. Peramalan………...………..……… 13
2.2.1. Peramalan Permintaan ……….... 14
2.3.2. Metode Bottom-Up……….. 23
2.3.3. Metode Delphi………. 23
2.3.4. Metode Nominal Group……….……….. 25
2.3.5. Metode Time Series ……… 26
2.4. Definisi Aggregate Planning... 31
2.4.1. Tujuan ... 31
2.4.2. Dasar-dasar Proses Aggregate Planning ... 32
2.4.3. Metode Aggregate Planning ... 33
2.4.3.1 Perencanaan Agregat dan JIP dengan Metode Transportasi... 34
2.4.3.2 Perencanaan Agregat Dengan Metode ’Dinamic Programming... 39
2.4.3.3 Perencanaan Agregat dan JIP Dengan Metode Linier Goal Programming... 43
2.4.4. Setrategi Perencanaan Agregat……….... 46
2.4.5. Perencanaan Produksi Agregat ………... 52
2.4.6. Konsep Perencanaan agregat ... 55
2.5. Disaggregate ... 55
2.6. Produk ... 58
2.6.1. Sejarah Singkat Perkembangan Semen ... 58
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 68
3.2 Identifikasi Variabel ... 68
3.3 Metode Pengumpulan Data ...………... 70
3.4 Metode Pengolahan Data ... 71
3.4.1 Peramalan Permintaan ... 71
3.4.2 Menentukan Safety Stock ... 73
3.4.3 Menghitung Kapasitas Produksi Bulanan Berdasarkan Hari Kerja... 74
3.4.4 Perencanaan Produksi Agregat dengan Menggunakan Metode Linier Programming... 75
3.5 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah... 76
BAB IV : HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ………... 82
4.1.1 Data Permintaan Produk Januari 2009 – Desember 2010 Untuk Produk OPC dan PPC………... 83
4.1.2 Data Persediaan Akhir Periode Desember 2009……... 84
4.1.3 Data Mesin………... 84
4.1.4 Kapasitas Produksi………... 85
4.1.5 Unit Production Cost…………... 85
4.1.6 Holding Cost………... 86
4.5 Peramalan Permintaan Januari 2011 – Desember 2011………... 98 4.6 Uji Verifikasi Dengan Moving Range Chart (MRC)…... 101
4.7 Perencanaan Agregat Januari 2011 – Desember 2011……... 104 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Gambar 2.2. Strategi Variasi Tingkat Persediaan ... 47
Gambar 2.3. Strategi Variasi Jam Kerja ... 49
Gambar 3.1. Flow Chart Pemecahan Masalah ... 78
Gambar 4.1. Plot Data Produk OPC Januari 2010 – Desember 2010 ... 98
Gambar 4.2. Plot Data Produk PPC Januari 2010 – Desember 2010... 98
Gambar 4.3. Plot Data Produk OPC Januari 2009 – Desember 2009... 99
Gambar 4.4. Plot Data Produk PPC Januari 2009 – Desember 2009... 99
Tabel 2.2. Matriks Transportasi... 38
Tabel 2.3.Prosedur Fungsi Pencapaian... 46
Tabel 4.1. Data Permintaan Bulanan Januari 2009 – Desember 2010... 83
Tabel 4.2. Data Persediaan Akhir Periode Desember 2009... 84
Tabel 4.3. Data Mesin...………..………...…….. 85
Tabel 4.4. Rincian Biaya Pembuatan per Ton (Unit Cost)…...…...…….. 86
Tabel 4.5. Biaya Tenaga Kerja...……….………...…….. 88
Tabel 4.6. Jumlah Hari Kerja dan Jam Kerja……...……..…..…...…….. 92
Tabel 4.7. Safety Stock Periode Januari 2010 – Desember 2010 …...…….. 95
Tabel 4.8. Nilai MSE Dari Hasil Peramalan Masing - Masing Metode... 100
Tabel 4.9. Hasil Peramalan Dengan Metode Terpilih... 101
Tabel 4.10.Perhitungan Moving Range Chart (MRC)... 102
Tabel 4.11. Nilai MAD Hasil Peramalan...………...…….. 107
Tabel 4.12. Safety Stock Periode Januari 2011 – Desember 2011 ………... 109
Lampiran A : Gambaran Umum PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
memenuhi permintaan konsumen dengan tepat waktu, tentunya juga dengan biaya produksi seminimal mungkin.
PT Semen Gresik (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri semen. Saat ini kapasitas terpasang Semen Gresik Group (SGG) sebesar 19 juta ton semen per tahun, dan menguasai sekitar 46% pangsa pasar semen domestik. Semen adalah produk yang esensial bagi masyarakat terutama pada negara berkembang seperti Indonesia. Kebutuhan semen ini tidak pernah berhenti, sehingga menimbulkan permintaan pasar yang bersifat dinamis dan fluktuatif. Sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan dengan tepat waktu yang mengakibatkan kehilangan penjualan pada waktu – waktu tertentu.. Juga timbulnya biaya persediaan yang tinggi diakibatkan kurangnya pengendalian dalam menentukan jumlah persediaan yang tepat disesuaikan dengan peramalan permintaan.
Perencanaan agregat merupakan cara untuk memperkirakan jumlah output yang akan diproduksi untuk memenuhi permintaan selama periode perencanaan (3 sampai 18 bulan) ke depan dan disesuaikan dengan kapasitas produksi perusahaan. Perencanaan agregat memungkinkan perusahaan untuk menyusun suatu cara pemanfaatan sumber daya perusahaan secara optimal, agar dapatmencapai kapasitas yang efektif dan efisien yang dibuat berdasarkan ramalan permintaan di masa yang akan datang.
Hasil penelitian didapatkan total biaya riil perusahaan untuk periode Januari 2010 – Desember 2010 sebesar Rp 2.061.701.494.700,00 sedangkan total biaya yang didapatkan dari hasil metode usulan sebesar Rp 1.985.085.000.000,00 terjadi penghemata sebesar 3,7 % dan dari hasil peramalan tahun 2011 diperoleh total biaya sebesar Rp 2,005,519,000,000.00.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, dunia industri telah tumbuh dan berkembang dengan pesatnya. Seiring dengan perkembangannya tentunya persaingan antar perusahaan akan semakin ketat khususnya pada industri semen di tanah air. Dengan meningkatnya persaingan, tentunya perusahaan akan lebih meningkatkan kualitas menejemennya agar dapat tetap bertahan dalam persaingan. Salah satunya adalah memperbaiki kelangsungan produksi agar dapat memenuhi permintaan konsumen dengan tepat waktu, tentunya juga dengan biaya produksi seminimal mungkin.
PT Semen Gresik (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri semen. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Saat ini kapasitas terpasang Semen Gresik Group (SGG) sebesar 19 juta ton semen per tahun, dan menguasai sekitar 46% pangsa pasar semen domestik. Semen adalah produk yang esensial bagi masyarakat terutama pada negara berkembang seperti Indonesia. Kebutuhan semen ini tidak pernah berhenti, sehingga menimbulkan permintaan pasar yang bersifat dinamis dan fluktuatif.
dengan baik dikarenakan dalam perencanaan permintaan tersebut perusahaan tidak mempertimbangkan kapasitas dari sumber daya yang dimiliki perusahaan ( kapasitas mesin, tenaga kerja, teknologi yang dimiliki, dan lain-lain ). Sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan dengan tepat waktu yang mengakibatkan kehilangan penjualan pada waktu – waktu tertentu.. Juga timbulnya biaya persediaan yang tinggi diakibatkan kurangnya pengendalian dalam menentukan jumlah persediaan yang tepat disesuaikan dengan peramalan permintaan.
Perencanaan agregat merupakan cara untuk memperkirakan jumlah output yang akan diproduksi untuk memenuhi permintaan selama periode perencanaan (3 sampai 18 bulan) ke depan dan disesuaikan dengan kapasitas produksi perusahaan. Perencanaan agregat memungkinkan perusahaan untuk menyusun suatu cara pemanfaatan sumber daya perusahaan secara optimal, agar dapatmencapai kapasitas yang efektif dan efisien yang dibuat berdasarkan ramalan permintaan di masa yang akan datang. Efektif yang berarti keselarasan antara perencanaan dengan hasil yang didapat, sedangkan efisien berarti mampu memproduksi suatu output tertentu dengan sumber daya yang ada dengan seminimal mungkin.
datang agar dapat membuat suatu perencanaan dan pengendalian dalam mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki perusahaan, tentu saja juga untuk mengatasi permintaan konsumen yang dinamis dengan biaya yang minimal. Dengan harapan semua permintaan dapat terpenuhi secara tepat waktu dengan biaya yang minimal.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana merencanakan dan mengendalikan produksi semen untuk memenuhi
permintaan yang akan datang dengan total biaya produksi yang mínimum? “ 1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan-batasan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Masalah yang dibahas adalah kondisi yang ada diperusahaan yang bersangkutan dan terbatas pada perencanaan agregat dalam permintaan konsumen.
2. Faktor produksi yang dilibatkan adalah material, mesin, dan tenaga kerja. 3. Penelitian ditekankan pada produk semen jenis OPC dan PPC.
1.4 Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kelebihan persediaan dari suatu periode dapat digunakan untuk periode berikutnya.
3. Harga bahan baku tidak mengalami perubahan dan selalu tersedia. 1.5 Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan produksi di 12 periode yang akan datang.
2. Menentukan penghematan biaya produksi dan menghitung total biaya produksi di 12 periode yang akan datang.
3. Menentukan jumlah persediaan pengaman di 12 periode yang akan datang sebagai langkah pengendalian dalam persediaan.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan tugas akhir ini adalah: 1. Bagi peneliti
Dengan penelitian ini, peneliti dapat mempelajari penerepan aggregate planning dalam perencanaan dan pengendalian produksi untuk mendukung rencana produksi.
2. Bagi universitas
Penelitian dapat digunakan sebagai pembendaharaan perpustakaan agar dapat berguna bagi mahasiswa yang akan datang dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
3. Bagi perusahaan
1.7 Sistematika Penulisan BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang gambaran mengenai latar belakang dilakukannya penelitian, batasan masalah, perumusan masalah yang akan dibahas, tujuan yang ingin dicapai, asumsi yang digunakan manfaat yang didapatkan dan sistematikan tugas akhir ini.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang teori perencanaan dan pengendalian produksi beserta aggregate planning dan studi lainya yang digunakan untuk memecahkan masalah.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini membahas lokasi penelitian, metode pengumpulan data, identifikasi variabel, langkah-langkah pemecahan beserta flowchartnya dan metode analisa data.
BAB IV : HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil penelitian serta pengolahan atau perhitungan data dan analisa terhadap hasil-hasil yang diperoleh pada bab-bab sebelumnya.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dirumuskan kesimpulan yang merupakan hasil dari penelitian dan saran sebagai bahan pertimbangan perbaikan selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Perencanaan dan pengendalian produksi dapat dideinisikan sebagai proses
untuk merencanakan dan mengendalikan aliran material yang masuk , mengalir dan
keluar dari system produksi/operasi sehingga permintaan pasar dapat dipenuhi
dengan jumlah yang tepat, waktu penyerahan yang tepat, dan biaya produksi yang
minimum. (Hakim,1999;11)
Tujuan dari perencanaan dan pengendalian produksi adalah merencanakan
dan mengendalikan aliran material kedalam, didalam, dan diluar pabrik sehingga
posisi keuntungan optimal yang merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai.
2.1.1. Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi dilakukan dengan tujuan menentukan arah awal dari
tindakan-tindakan yang harus dilakukan dimasa mendatang, apa yang harus
dilakukan, berapa banyak melakukannya, dan kapan kapan harus melakukannya.
Perencanaan ini berkaitan dengan masa mendatang, maka perencanaan harus disusun
atas dasar perkiraan yang dibuat berdasarkan data masa lalu dengan menggunakan
beberapa asumsi. Setiap perencanaan yang dibuat harus dievaluasi secara berkala
Perencanaan produksi adalah perencanaan dan pengorganisasian sebelumnya
mengenai orang-orang , bahan-bahan, mesin-mesin dan peralatan lain serta modul
yang diperlukan untuk memprodusir barang-barang pada suatu periode tertentu
dimasa depan dengan yang diperkirakan atau diramalkan.
Adapun beberapa tujuan perencanaan produksi antara lain :
1. Untuk mencapai tingkat/level keuntungan (profit) yang tertentu
2. Untuk menguasai pasar tertentu, sehingga hasil atau output perusahaan ini
tetap mempunyai pangsa pasar tertentu.
3. Untuk mengusahakan supaya perusahaan dapat bekerja pada tingkat efisien
tertentu.
4. Untuk mengusahakan dan mempertahankan supaya pekerjaan dan kesempatan
kerja yang sudah tetap pada tingkatnya dan berkembang.
5. Untuk menggunakan sebaik-baiknya fasilitas yang sudah ada pada perusahaan
yang besangkutan.
Dalam menentukan perencanaan produksi, ada beberapa hal yang harus
a. Berjangka Waktu
Dalam menentukan perencanaan produksi, biasanya terdapat tiga jenis
perencanaan berdasarkan periode waktu yang dicakup oleh perencanaan
tersebut, yaitu :
1. Perencanaan Produksi Jangka Panjang
Perencanaan produksi jangka panjang biasanya melihat 5 tahun
atau lebih kedepan. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengubah
kapasitas yang tersedia. Perencanaan ini dibuat dengan pertimbangan
ramalan kondisi umum perekonomian dan kependudukan, situasi
politik dan social, perunahan teknologi dan perilaku pesaing, dimana
semua factor tersebut akan dievaluasi dampaknya terhadap aktivitas
perusahaan. (Hakim,1999:4)
2. Perencanaan Produksi Jangka Menengah (Perancaan Agregat).
Perencanaan agregat mempunyai horizon perencanaan antara
1-12 bulan, dan dikembangkan berdasarkan kerangka yang telah
ditetapkan pada perencanaan produksi jangka panjang. Perencanaan
agregat didasarkan pada peramalan permintaan tahunan dari bulan ke
bulan dan sumberdaya produktif ada dengan asumsi kapasitas produksi
b. Perencanaan Produksi Jangka Pendek
Perencanaan produksi jangka pendek mempunyai horizon perencanaan
kurang dari 1bulan, dan bentuk perencanaannya berupa jadwal produksi.
Tujuan dari jadwal produksi adalah menyeimbangkan permintaan actual
(yang dinyatakan dengan jumlah pesanan yang diterima) dengan
sumberdaya yang tersedia sesuai batasan-batasan yang ditetapkan pada
perencanaan agregat.
c. Berjenjang
Perencanaan produksi harus dilakukan secara bertahap dan berjenjang.
Artinya, perencanaan produksi akan meningkat dari perencanaan produksi
level tinggi sampai perencanaan produksi level rendah,
dimanaperencanaan produksi pada alevel yang lebih rendah adalah
merupakan penjabaran dari perencanaan produksi level yang lebih tinggi.
d. Terpadu
Perencanaan produksi akan melibatkan banyaak factor, dimana factor
tersebut harus sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan dalam
mencapai target produksi tertentu yang didasarkan atas perkiraan.
Rencana harus dibuat dengan mengacu pada satu rencana terpadu untuk
produksi, rencana tersebut juga harus terkait dengan rencana-rencana lain
e. Berkelanjutan
Perencanaan produksi disusun untuk satu periode tertentu yang
merupakan masa berlakunya rencana tersebut. Setelah habis masa
berlakunya, maka harus dibuat rencana baru untuk periode waktu
berikutnya lagi. Rencana baru ini dibuat berdasarkan hasil evaluasi
terhadap rencana sebelumnya. Denbgan demikian, rencana baru tersebut
haruslah merupakan dari rencana yang dibuat sebelumnya.
f. Terukur
Selama perencanaan produksi, realisasi rencana produksi akan selalu
dimonitor umtuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan dari rencana
yang telah ditetapkan. Maka rencana produksi harus menetapkan suatu
nilai yang dapat diukur, sehingga dapat digunakan sebagai dasarnuntuk
menetapkan ada tidaknya penyimpangan.
g. Realistic
Rencana produksi yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi yang ada
diperusahaan, sehingga target yang ditetapkan merupakan nilai yang
realistic untuk dapat dicapai dengan kondisi yang dimiliki perusahaan
akan dapat memotivasi pelaksana untuk berusaha mencapai apa yang
telah disusun pada rencana tersebut.
h. Akurat
Perencanaan produksi harus dibuat berdasarkan informasi-informasi yang
akurat tentang kondisi internal dan eksternal angka-angka yang
dimunculkan dalam target produksi dapat dipertanggung jawabkan.
Kesalahan dalam membuat perkiraan nilai parameter produksi akan
berakibat fatal terhadap rencana produksi yang disusun.
i. Menantang
Meskipun rencana produksi harus dibuat serealistis mungkin, hal ini
bukan berarti rencana produksi haarus menetapkan target yang dengan
mudah dapat dicapai. Rencana produksi yang baik harus menetapkan
target produksi yang hanya dapat dicapai dengan usaha yang
sungguh-sungguh. (Hakim,1999:5)
2.1.2 PengendalianProduksi
Rencana produksi yang telah disusun tidak akan dapat dilaksanakan tanpa
adanya pengendalian terhadap rencana tersebut. Hal ini disebabkan karena rencana
tersebut dibuat berdasarkan perkiraan yang bisa saja meleset. Pengendalian produksi
organisasi. Pengendalian produksi mungkin diadakan setiap tingkatan menajemen
tergantung dari kebutuhan langsung. (Hakim,1999:16)
Sesuai dengan fungsinya, pengendalian produksi melakukan
aktivitas-aktivitas sebagai berikut :
- Mengukur realisasi dari rencana produksi dalam aktivitas ini, hasil
pelaksanaan produksi dicatat dalam satuan ukuran seperti yang digunakan
pada target produksi. Pengukuran harus dilakukan sesering mungkin sehingga
penyimpangan akan dengan cepat dapat dideteksi.
- Membandingkan realisasi dengan produksi. Hasil pencatatan dari pelaksanaan
produksi harus dibandingkan dengan rencana atau target yang telah ditetapkan
sebelumnya untuk dijadikan dasar dalam menentukan tindakan berikutnya.
- Mengamati penyimpangan yang terjadi. Penyimpangan yang terjadi dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyimpangan yang dapat ditolerir dan
yang tidak dapat ditolerir. Penyimpangan yang tidak dapat ditolerir adalah
penditolerir adalah penyimpangan yang terjadi karena proses produksi yang
sedang berjalan sudah menyimpang dari yang direncanakan, sehingga perlu
diadakan tindakan-tindakan perbaikan. Sedangkan penyimpangan yang masih
bias ditolerir adalah penyimpangan bersifat semu yang terjadi karena factor
acak.
- Menganalisa terjadinya sebab-sebab. Untuk dapat melakukan perbaikan secara
penyimpangan. Kita harus bisa membedakan manan yang merupakan gejala
dan mana yang merupakan factor penyebab sesungguhnya.
- Melakukan tindakan perbaikan. Setelah penyebab diketahui dengan pasti,
maka tindakan perbaikan dapat dilakukan untuk menghilangkan penyebab
tersebut dan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang dapat
mengkompensasikan penyimpanan yang terjadi.
2.2 Peramalan
Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan dimasa
dating yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kualitan, kuantitas, waktu dan lokasi
yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa.
(Hakim,1999:21). Ramalan digunakan untuk mengetahui besarnya permintaan di
masa datang yang amsuk ke perusahaan. Sehingga dengan diketahuinya perkiraan
permintaan di masa datang maka dapat ditentukan strategi atau kebijakan
perencanaan kebutuhan material dan dan penjadwalan yang harus dilakukan. Adapun
Table 2.1.Tipe peramalan
Peramalan fasilitas Output maksimum yang
diharapkan (Volume
dengan tipe yang dipilih
Beberapa siklus pembuatan
atau paling sedikit satu
siklus permintaan dengan
penjualan musiman
Permalan produk Satuan produk yang dijual Tanggang waktu (waktu
tunggu) ditambah paling
sedikit sat siklus
pembuatan
2.2.1 Peramalan Permintaan
Peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan produk-produk yang
diharapkan akan terealisir untuk jangka waktu tertentu pada masa yang akan dating.
bersifat bebas (tidak tegantung), seperti peramalan produk jadi. Adapun factor yang
mempengaruhi permintaan, antara lain :
- Siklus bisnis. Penjualan produk akan dipengaruhi oleh permintaan akan
produk tersebut, dan permintaan akan suatu produk akan dipengaruhi oleh
kondisi ekonomi yang membentuk siklus bisnis dengan fase-fase inflasi,
resesi, depresi dan masa pemulihan.
- Siklus hidup produk. Siklus hidup suatu produk biasanya mengikuti suatu pola
yang biasa disebut kurva S. Kurva S menggambarkan besarnya permintaan
terhadap waktu dimana siklus hidup suatu produk akan dibagi menjadi fase
pengenalan, fase pertumbuhan, fase kematangan, dan akhirnya fase
kejenuhan. Untuk mmenjaga kelangsungan usaha, perlu dilakukan inovasi
Gambar 2.1. Siklus hidup produk
- Factor-faktor lain. Beberapa factor lain yang mempengaruhi permintaah
adalah reaksi balik dari pesaing, perilaku konsumen yang berubah, dan
usaha-usaha yang dilakukan sendiri oleh perusaha-usahaan seperti peningkatan kualitas,
pelayanan, anggaran perikanan, dan kebijaksanaan pembayaran secara kredit.
(Hakim,1999:23)
2.2.2 Prosedur Peramalan Permintaan
Permalan permintaan memiliki karakteristik tertentu yang berlaku secara
umum.karakteristik ini harus diperhatikan untuk menilai suatu proses peramalan Penjualan
I II III IV
Perkenala Pertumbuhan Kejenuhan Penurunan
permintaan dan metode peramalan yang digunakan. Karakteristik peramaln adalah
sebagai berikut :
1. factor penyebab yang berlaku di masa lalu diasumsikan dan akan
berfungsi juga di masa yang akan datang
2. Permalan tidak pernah sempurna, permintaan actual selalu berbeda dengan
permintaan yang diramalkan.
3. tingkat ketepatan ramalan akan berkurang dalam renatan waktu yang
semakin panjang. (Baroto,2002:26)
Secara umum untuk memastikan bahwa peramalan permintaan yan dilakukan
dapat mencapai taraf ketepatan yang optimal, beberapa langkah yang perlu
diperhatikan adalah :
1. Penentuan tujuan
Tujuan ramalan tergantung pada kebutuhan informasi para manajer. Analisis
peramalan membicarakan dengan para “decision maker” untuk mengetahui
apa kebutuhan mereka ada selanjutnya menentukan hal sebagai berikut :
a. variable apa yang diramalkan
b. siapa yang akan menggunakan hasil peramalan
c. untuk tujuan apa hasil peramalan digunakan
e. derajat ketepatan peramalan yang diingiinkan
f. kapan peramalan diperlukan
g. bagian-bagian peramalan yang diinginkan, seperti peramalan untuk
kelompok pembeli, kelompok produk, atau daerah geografis.
2. Pengembangan model
Model merupakan cara pengolahan dan penyajian data agar lebih sederhana
sehingga mudah untuk dianalisis. Model adalah suatu kerangka analitik yang
bila dimasukkan data input akan menghasilkan output berupa ramalan di masa
yang akan datang. Pemilihan model yang dikembangkan bersifat krusial,
setiap model memiliki asumsi yang harus sesuai dengan tipe data input
sebagai syarat. Validitas dan realibilitas ramalan asangat ditentukan oleh
model yang digunakan.
3. Pengujian model
pengujian model digunakan untuk tingkat akurasi, validitas, dan reabilitas
yang diharapka. Nilai suatu model ditentukan oleh derajat ketepatan hasil
peramlan dengan kenyatan (actual). Bila model telah memenuhi tinkat
akurasi, validitas, dan rebilitas yang ditentukan,maka model ini dapat
diterima. Perlu dipahami bahwa model yang dipilih belum tentu model yang
4. Penerapan model
Penerapan dilakukan dengan cara memasukkan data histories (data masa lalu)
untuk menghasilkan suatu peramalan.
5. Revisi dan evaluasi
Hasil peramaln yang dibuat harus senantiasa ditinjau unutk diperbaiki.
Perbaikan perlu dilakukan apabila terdapat perubahan berarti. Pada variable
input. Hasil peramalan harus dibandingkan dengan koindisi yang nyata untuk
menentukan pakah model peramalan yang digunakan masih memiliki tingkat
akurasi yang ditetapkan. Bila tidak, maka model peramalan harus
dikembangkan ulang.
2.2.3 Ukuran Akurasi Hasil Peramalan
Ukuran akurasi hasil peramalan yang merupakan ukuran kesalahan peramalan
adalah ukuran tentang tingkat perbedaan antara hasil peramlan dengan permintaan
yang sebenarnya terjadi.(Hakim,1999:25). Ada 4 jenis ukuran yang biasa digunakan,
antara lain yaitu :
1. Rata-Rata Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviation=MAD)
MAD merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu
tanpa memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau lebih kecil
dibandingkan kenyataannya secara sitematis, MAD dirumuskan sebagai
2. Rata-rata kuadrat kesalahan (Mean Square Error = MSE)
MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan
peramalan pada setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode
peramalan. Secara matematis, MSE dirumuskan sebagai berikut :
3. Rata-rata kesalahan peramalan (Mean Forecast Error = MFE)
MFE sangat efektif untuk mengetahui pakah suatu hasil peramalan
selama periode tertentu terlalu tinggi atau terlalu rendah. Bila hasil peramalan
tidak biasa, maka nilai MFE akan mendekati nol. MFE dihitung dengan
menjumlahkan semua kesalahan selama periode peramalan dan membaginya
dengan jumlah periode peramalan. Secara sistematis, MFE dinyatakan sebagai
4. Rata-Rata Presentasi Kesalahn Absolute (Mean Absolute Percentage Error =
MAPE)
MAPE merupakan kesalahan relative. MAPE biasanya lebih berarti
dibandingkan MAD karena MAPE menyatakan persentasi kesalahan hasil
peramalan terhadap permintaan actual selama periode tertentu yang akan
memberikan informasi persentasi kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Secara sistematis MAPE dinyatakan sebagai berikut :
2.3 Metode Peramalan
Untuk peramalan permintaan, harus menggunakan suatu metode tertentu.
Pada dasarnya, semua metode peramalan memiliki ide sama yaitu menggunakan data
masa lalu untuk memperkirakan atau memproyeksikan data dimasa yang akan datang.
Berdasarkan tekniknya, metode peramalan dapat dikategorikan sebagai metode
kuantitatif. Berdasarkan tingkatan awal peramalan, metode peramalan dapat dibagi
menjadi top down, metode bottom-up, dan metode interpretsi permintaan. (Baroto,
20002:27)
Metode kalitatif biasanya digunakan bila tidak ada atau sedikit data masa lalu
tersedia. Dalam periode ini, pendapat pakar dan prediksi mereka dijadikan prediksi
dikenal adalah metode Delphi dan metode kelompok nominal (nominal group
technique)
Metode kuantitatif. Pad metode ini suatu set data histories digunakan untuk
mengekstrapolasi (meramalkan) permintaan masa depan. Ada dua kelompok besar
metode kuantitatif,yaitu metode time series dan metode ‘non time series’ (structural
model)
Metode time series adalah metode peramalan yang menggunakan waktu
sebagai dasar peramalan. Yang termasuk dalam metode time series adalah :
1. Metode Free hand (grafis)
2. Metode Moving average
3. Metode Weight Moving Average
4. Metode Exponential Smoothing
5. Metode Regresi Linier Sederhana
2.3.1 Metode Top-Down
Metode ini sering dimulai dengan hasil-hasil peramalan berbagai kondisi
bisnis umum yang dibuat oleh para ekonomi dalam lembaga-lembaga pemerintahan,
dalam perusahaan-perusahaan besar, atau perguruan tinggi. Ramalan-ramalan seperti
terperinci dapat dibeli dari organisasi-organisasi khusus yang bergerak dalam bidang
peramalan ‘ekonometrik’.
2.3.2 Metode Bottom-Up
Permalan dengan metode ini dimulai dengan perkiraan permintaan produk akhir
individual. Pertama, dicari informasi pengecer mengenai permintaan konsumen,
pendapat distributor mngenai prilaku permintaan produk, dan perkiraan dari
orang-orang penjualan. Informasi selanjutnya ditambah dengan informasi mengenai pola
permintaan dimasa lalu dan dianalisis untuk membuat perkiraan berapa banyak setiap
produk akhir akan dapat dijual perusahaan tahun depan atau berapa jampelayanan
akan diminta. Berikutna permal menambahkan ramalan produk-produk lainnya dan
memperoleh hasil peramalan total (peramalan aggregate). Umumnya perusahaan
menggunakan kedua metode bottom-up dan top-down secara bersamaan dan
berikutnya menggunakan mettode Delphi untuk meyakinkan hasil ramalam tersebut.
2.3.3. Metode Delphi
Metode Delphi pada dasarnya merupakan proses untuk mencapai consensus
(esepakatan kelompok) pakar yang terlibat dalam peramalan. Angota kelompo terdiri
atas para pakar yang berpengalaman dalam bidangnya. Hasil yang lebih baik dapat
Langkah-langkah metode Delphi adalah :
1. Seorang yang erpilih menjadi kordinator panel mengajukan kuisoner secara
tertulis kepada para angota panel. Isi pertanyaan dapat menyangkut berbagai
hal yang berkaitan dengan perkiraan di masa yang akan datang. Pertanyaan ini
dimasudkan untuk ditanggapi oleh setiap angota panel secara tertulis pula.
2. Masing-masing anggota kelompok menanggapi pertanyaan kordinator
tersebut dan menyerahkan hasilnya secara tertulis. Dalam menanggapi
pertanyaan tersebut, tidak diadakan komunikasi antara anggota satu dengan
anggota yang lain.
3. Koordinator mengedit tanggapan tertulis dari masing-masing angota,
merangkum jawaban kelompok dengan disertai penjelasan dan lain-lain
informasi yang dikemukakan oleh para anggota panel. Hasil tersebut
kemudian dikirimkan kepada para angota panel disertai dengan
pertanyaan-pertanyaan berikutnya dengan ditanggapi secara tertulis.
4. Masing-masing anggota kelompok menanggapi pertanyaan coordinator.
Biasanya tangapan anggota panel ini diwarnai oleh hasil rekapan langkah 3.
5. Koordinator (seperti angkah 3) mengedit, merangkum, dan seterusnya.
Demikian prosesnya beruang antara tiga sampai empat kali, sehingga akhirnya
kordinator menilai cukup memuaskan terhadap hasil panel yang merupakan
Kunci keberhasilan metode ini pada dasarnya tergantung pada kompetensi
koordinator dan kepakaran anggota panel serta variasi pengalamannya. Kordinator
perlu memiliki kemampuan menjalin sintesa atas berbagai pendapat dan rramalan dari
peserta yang bervariasi.
2.3.4. Metode Nominal Group
Metode ini melibatkan orang-orang yang berpengalaman dalam berbagai
bidang. Perbedaan dengan metode Delphi terletak pada interaksi antara anggota
panel. Dalam metode ini terdapat diskusi antara anggota secara langsung dan secara
tatap muka, sedangkan dalam metode Delphi sama sekali tidak terdapat interaksi
lisan. Langkah-langkah metode kelompok nominal adalah sebagai berikut :
1. Kelompok yang terdiri atas tujuh sampai sepuluh orang ahli bertemu dalam
suatu ruangan dan duduk dalam formasi “meja bundar”, sehingga
masing-masing anggota panel dapat saling menatap. Seorang fasilitator membafikan
berkas mengenai masalah tertentu kepada anggota kelompok dengan maksud
untuk ditanggapi secara tertulis oleh masing –masing anggota.
2. Masing-masing anggota menulis tanggapan secara perorangan tanpa
mengadakan diskusi dengan orang lain. Fasilitator kemudian mempersilakan
masing-masing anggota secara bergantian mempresentasikan ide-ide yang
ditulis tanpa diberi komentar oleh anggoa lain. Fasilitator merekam ide-ide
3. Fasilitator mempersilahkan kelompok untuk mendiskusikan setiap gagasan
yang telah direkam. Dalam proses diskusi ini, bila terdapat kesamaan gagasan
antara anggota, maka fasilitator merangkum dan merumuskan.
4. Setelah setiap gagasan diolah oleh kelompok dan dirumuskan kembali,
fasilitator akan mempersilakan parqa anggota untuk membuat ranking dari
gagasan-gagasan yang diterima oleh kelompok. Ranking perorangan dibuat
berdasarkan persepsi anggota mengenai prioritas dan elevansi. Ranking dibuat
oleh anggota secara tertulis.
5. Fasilitator mengumpulpkan hasil ranking yang telah dibuat oleh setiap
anggota dan menganalisanya untuk mendapatakan hasil perhitungan rata-rata
dari ranking peserta. Hasil analisa inilah yang merupakan consensus ari
kelompok nominal.
2.3.5. Metode Time Series
Metode time series adalah metode peramalan secara kuantitatif dengan
menggunakan waktu sebagai dasar peramalan. Secara umum, ppermintaan pada masa
akan datang dipengaruhi oleh waktu. Untuk membuat suatu peramalan diperlukan
data histories permintaan. Data inilah yang akan dianalaisa dengan mengguanakan
parameter waktu sebagai dasra analisa. (Baroto 2002:30 )
Metode yang memberikan hasil peramalan secara tepat belum tentu te[pat
untuk meramalkan data yang lain. Dalam peramalan time series, metode peramalan
berupa mean absolute deviation (MAD), mean sequare of error (MSE), atau mean
absolute procentage of error (MAPE)
Procedure peramalan permintaan dengan metode time series adalah sebagai
berikutt :
1. Tentukan pola data permintaan. Dilakukan dengan cara memplotkan data
secara grafis dan menyimpulkan apakah data itu berpola trend, musiman,
siklika, atau eratik/random.
2. Mencoba beberapa metode time series yang sesuai dengan pola permintaan
tersebut untuk melakukan peramalan. Metode yang dicoba semakin banyak
semakin bak. Pad setiap metode, sebaiknya dilakukan peramalan dengan
parameter yang berbeda.
3. Mengevaluasi tingkat kesalahan dari tiap-tiap metode yang telah dicoba.
Tingkat kesalahan diukur dengan criteria MAD, MSE, MAPE, atau yang
lainnya. Sebainya nilai tingkatan kesalahan (apakah MAD, MSE, atau MAPE)
ini ditentukan dulu.tidak ada ketentuan mengenai berapa tingkat kesalahan
maksimal dalam peramalan.
4. memilih metode peramalan terbaik diantara metode yang dicoba. Metode
terbaik adalah metode yang memberikan tingkat kesalahan tersebut di bawah
batas tingkat kesalahan yang telah ditetapkan.
Berikut ini merupakn beberapa macam metode yang termasuk dalam metode
time series hanya terdiri dari komponen average level dan komponen random.
1. Metode simple moving average.
Metode ini merupakan metode time series yang paling sederhana. Pada
metode ini dasumsikan bahwa pola time series hanya terdiri dari komponen
average level dan random error.
Rumusnya :
Rata-rata demand dari jumlah periode N,
Jika diasumsikan komponen time series adalah average level maka peramalan
pada periode t+1 adalah sama denga rata-rata demand sebelumnya.
t t A F 1
2. Metode Weigh Moving Average
Model peramalan time series dalam bentuk lain dimana untuk
mendapatkan tanggapannya yang lebih cepat, dilakukan dengan cara memberikan
Rumusnya :
3. Metode Exponensial Smoothing
Metode ini adalah salah satu jenis metode peramalan time series yang
didasarkan pada asumsi bahwa angka rata-rata baru dapat diperoleh dari angka
rata-rata lama dan data demand yang terbaru.(Sumayang 2003:36)
Ada beberapa metode yang dikelompokkan dala metode exponential
smooting, yaitu :
a. Single Exponential Smoothing
Rumus untuk metode ini adalah :
1
Dimana : At = Perkiraan permintaan pada periode t
= Pembobotan yang diberikan pada demand terbaru (0 1)
b. Doubel Single Exponential Smoothing
Double Single Exponential Smoothing adalah modifikasi dari exponential
2
Xt =Xt X2t1
Dimana : Xt 2 : Permalan double exponential smoothing
: Factor smoothing dan 1
j. Metode Regresi Linier
Regresi linier adalah metode popular untuk bebagai macam permasalahan.
Untuk peramalan time series, formulasi regresi linier cocok digunakan bila pola data
adalah trend (Baroto,2002:41). Formulasi asli regresi linier adalah :
t a bt t f 0 .Dimana : f
t = nilai dari fungsi permintaan pada periode t (variable terikat)a0,b = intercept dan slope
t = periode (variable bebass)
t = error atau kesalahan atau penyimpangan pada periode t
Bila digunakan unutk peramalan, maka formula regresi linier adalah :
2.4. Definisi Agregat Planning
Agregat planning adalah suatu aktivitas operasional untuk menentukan jumlah
dan waktu produksi pada waktu dimasa yang akan datang. Agregat planning juga
didefinisikan sebagai usaha untuk menyamakan antara supply dan demand dari suatu
produk atau jasa dengan jalan menentukan jumlah dan waktu input, tranformasi, dan
output yang tepat. Dimana keputusan agregat planning dibuat untuk produksi,
staffing, inventory, dan back order level. (Satria, 2007: Agregat Planning; on review)
2.4.1. Tujuan
Tujuan dari agregat planning adalah untuk meminimasi biaya akhir pada
periode perencanaan dengan mengetur : production raters, Labor levels, Inventory
levels, Overtime work, Subcontracting, dan variabel yang terkontrol lainnya. Bisa
dikatakan bahwa tujuan agregat planning pada dasarnya adalah membangkitkan
(gregate) suatu rencana produksi dalam tingkatan top level production plans Output
(Hasil).
Hasil dari agregar planning dihubungkan dengan strategi tujuan suatu
Sedangkan pada perusahaan service / jasa. Agregat planning terkait dengan strategi
untuk menghasilkan suatu penjadwalan tenaga kerja yang terperinci.
2.4.2 Dasar Proses Aggregat Planning
Dasar analisis dalam dalam agregat planning adalah hasil ramalan permintaan
produk (Forcast) dan target produksi perusahaan. Hasil ramalan permintaan
merupakan input utama dalam proses agregat planning. Selain peramalan, semua
input untuk permintaan produk juga harus dimasukkan dalam proses agregat
planning, misalnya pesanan-pesanan actual yang telah dijanjikan, kebutuhan
persediaan gudanng, dan penyesuaian tingkat persediaan.
Target produksi ditentukan oleh top level business plan yang memperhatikan
kapasitas dan kapabilitas perusahaan. Keterlibatan manajemen puncak sangat
diperlukan pada tahap perencanaan produksi, khususnya perencanaan mengenai
penentuan pabrikasi, pemasaran dan keuangannya. Agragat planning dikembangkan
untuk merencanakan kebutuhan produksi bulanan atau triwulan bagi
kelompok-kelompok produk sebagaimana yang telah dipikirkan dalam peramalan permintaan.
Analisis dalam proses agregat planning dilakukan dalam kelompok produk (product
family) dengan unit agregat, disamping itu proses agregat planning juga melibatkan
pemilihan strategi planning adalah sebagaimana interface antara perusahaan atau
2.4.3. Metode Agregat Planning
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan pada perencanaan produksi agregat. Beberapa diantaranya adalah
sebagai berikutnya : (Sritomo,2002:256)
1. Jumlah Tenaga Kerjanya Tetap dan Struktur Biayanya Linier
a. Trial dan Error
b. Program Linier
c. Transportasi
d. Program Dinamis
2. Jumlah Tenaga Kerjanya Berubah-ubah dan Struktur Biaya Linier
- Progran Linier
3. Jumlah Tenaga Kerjanya Berubah-ubah dan Struktur Biayanya Non Linier
a. Linier Decision Rule
b. Heuristic Search
Perencanaan agregat menggunakan metode transportasi yang merupakan
bagian dari perencanaan produksi program linier dengan jumlah tenaga kerja
(work-force) tetap. Metode ini mengijinkan penggunakan produksi regular,overtime,
dijamin optimal dengan asumsi optimistic bahwa tingkat produksi (yang dipengaruhi
oleh hiring dan training pekerja) dapat diubah dengan cepat. Agar metode ini dapat
diaplikasikan, kita harus memformulasikan persoalan perencanaan agregat sehingga :
1. Kapasitas tersedia (supply) ditanyakan dalam unit yang sama dengan
kebutuhan (demand)
2. Total kapasitas untuk horison perencanaan harus sama dengan total
peramalan kebutuhan. Bila tidak sama, kita gunakan variabel bayangan
(dummy) sebanyak jumlah selisih tersebut dengan unit cost = 0
3. Semua hubungan biaya merupakan hubungan linier. (Hakim,1999:71)
2.4.3.1. Perencanaan Agregat dan JIP dengan Metode Transportasi
Metode transportasi merupakan metode linier programming yang
disederhanakan. Metode ini memberikan hasil yang optimal jika kasus yang
diselesaikan sesuai dengan asumsi/persyaratan masalah transportasi. Asumsi metode
transportasi adalah sebagai berikut.
1. Kapasitas produksi dan permintaan dinyatakan dalam satuan yang sama.
2. Total kapasitas sama dengan total permintaan dalam horizon yang sama.
Jika ini tidak terpenuhi, maka harus dibuat kapasitas atau permintaan buatan
atau dummy dengan biaya nol per unit, sehingga system jadi seimbang.
Sasaran metode transportasi adalah meminimumkan biaya total (produksi
regular, subkontrak , lembur, menganggur, dan penyimpanan). Metode matematis
untuk menyelesaikan maslah transportasi ini ada banyak, di antaranya metode north
west corner (NCR), metode vogel’s approximated methods (VAM), metode least
cost, dan lain-lain
Algoritma Metode Transportasi Nort West Corner Rule
a. Mendefinisikan Aternatif Produksi
Alternatif produksi dalam arti sempit adalah jenis sumber daya (kapasitas) yang
akan disertakan dalam kegiatan produksi (pemenuhan permintaan). Karena
alternative sumber daya produksi sifatnya bervariasi,maka kapasitas yang harus
dinyatakan dalam satuan yang sama. Satuan untuk menyatakan kapasitas alternative
produksi biasanya dinyatakan dalam satuan jam kerja, jam tenaga kerja, atau tenaga
kerja. Produksi dapat dilakukan secara :
- regular time (RTt) dengan kapasitas per periode L,
- over time (OTt) dengan kapasitas Mt,
- subcontract (SCt),
- inventory (It) dengan kapsitas tidak terbatas.
b. Tentukan Biaya Per Unit
- Biaya Reguler Time (Cr)
- Biaya Over time (Co)
- Biaya Simpan (Ci)
- Biaya Back Order (Cb)
- Biaya subkontrak (Cs)
c. Menjumlahkan Semua Alternatif Kapasitas Produksi
Semua kapasitas yang tersedia selama satu tahun horizon perencanaan
(termasuk inventory awal) harus dijumlahkan. Jika suatau horizon terdapat n periode.
total kapasitas
jumlah total produksi selama periode adalah :
total permintaan
Dimana :
Yt = Permintaan pada periode t
Jika total kapasitas lebih besar dari total permintaan, maka harus dibuat
kapasitas, maka harus dibuat kapasitas dummy dengan biaya nol. Kenyataannya,
kapasitas atau permintaan dummy tidak akan diproduksi.
d. Memformulasikan Permasalahan dalam Matriks Transportasi
Matriks untuk formulasi masalah dengan horizon sebesar 4 periode. Kolom
pertama dan terakhir menunjukan alternative produksi yang tersedia tiap periode dan
kapasitasnya. Kolom kedua, ketiga, keempat, kelima menunjukan permintaan yang
harus dipenuhi. Total permintaan per periode diletakkan pada baris terakhir, yaitu Y1,
Y2, Y3, dan Y4. Tiap sel matriks berisi nilai r, v, dan seterusnya menunjukan biaya
Tabel 2.2 Matriks Transportasi
e. Mengalokasikan Kapasitas (Sumber) Secara Optimal untuk Permintaan
Mengalokasikan tiap permintaan tiap periode pada sel biaya terendah lebih
dahulu. Pemilihan sel hanya pada sel-sel kolom produksi yang bersangkutan. Bila
total produksi tiap periode (baris 2,3,4,5) dan hasilnya menjadi rencana agregat untuk
horizon tersebut.
2.4.3.2. Perencanaan Agregat Dengan Metode ‘Dinamic Programming’
Perencanaan agregat juga dapat dibuat dengan menerapkan metode program
dinamis (dynamic programming). Penerapan pada kondisi back order (kelambatan
pemenuhan permintaan) tidak diijinkan dan back order diijinkan
1. Back order tidak diizinkan
Asumsi bahwa biaya produksi k(Pi) adalah :
Di mana :
At = Biaya tetap produksi (set up)
C = Biaya Produksi Vvariabel
Pt = Jumlah produksi pada periode t
Variabel yang lain :
Dt =Demand forecast pada periode t.
Cjk= Biaya produksi dalam periode j untuk memenuhi demand pada
periode J, J+1, J+2, …+ k. Cjk termasuk biaya produksi dan biaya
persediaan.
Biaya produksi pada selang waktu j hingga k, k(Pjk) adlah sebagai berikut :
K(Pjk) = Aj + ct(Dj + Dj + 1 + Dj + 2 + … +Dk)
=Aj + ct Pj
dan
di mana :
Hr = holding cost pada periode t
H(Pjk) = Biaya produksi pada interval j hingga k
K(Ir) = Biaya inventory pada akhir periode r
K(Ijk) = Biaya nventory selama interval j hinga k
Dari sini, total biaya produksi dan biaya inventory selama selang waktu j
hingga k adalah :
Cjk = k(Pjk) + k(Ijk)
= Aj + c Pj +
Cjk didefinisikan sebagai biaya selama sub periode j hingga k dari total
horizon perencanaan 0 hingga T. fungsi tujan untuk model dynamic programming
2. Back order diizinkan
Asumsi bahwa biaya produksi k(Pi) adalah :
Di mana :
At = Biaya tetap produksi (set up)
C = Biaya Produksi Vvariabel
Pt = Jumlah produksi pada periode t
Variabel yang lain :
Dt =Demand forecast pada periode t.
It = Jumlah persediaan pada akhir periode t.
Cjk= Biaya produksi dalam periode j untuk memenuhi demand pada
periode J, J+1, J+2, …+ k. Cjk termasuk biaya produksi dan biaya
persediaan.
Biaya produksi pada selang waktu j hingga k, k(Pjk) adlah sebagai berikut :
=A1 + ct Pj
dan
di mana :
Hr = holding cost pada periode t
H(Pjk) = Biaya produksi pada interval j hingga k
K(Ir) = Biaya inventory pada akhir periode r
K(Ijk) = Biaya nventory selama interval j hinga k
Dari sini, total biaya produksi dan biaya inventory selama selang waktu j
hingga k adalah :
Cjk = k(Pjk) + k(Ijk) + k(Sr)
Cjk didefinisikan sebagai biaya selama sub periode j hingga k dari total
horizon perencanaan 0 hingga T. fungsi tujan untuk model dynamic programming
2.4.3.3. Perencanaan Agregat dan JIP Dengan Metode Linier Goal Programming
Linier goal programming merupakan modifikasi atau variasi khusus dari
linier programming. Oleh karena itu, linier goal programming pada banyak aspek
memiliki persamaan dengan linierl programming. Di antaranya keduanya
menggunakan model matematis linier dan dapat diseleaikan dengan algoritma
simpleks.
Perbadaan antara lain sebagai berikut.
1. Linierl programming hanya bergerak dalam analisis masalah-masalah yang
mempunyai satu tujuan, sedangkan linier goal programming dapat bergerak
dalam masalah-masalah yang mempunyai tujuan lebih dari satu.
2. Linier goal programming menggunakan struktur prioritas tujuan dan pembobotan.
Struktur prioritas menentukan urutan kepentingan di antara tujuan-tujuan derajat
preferensi untuk tujuan-tujuan yang berada pada level prioritas, yang lebih tinggi
akan dipenuhi dahulu sampai mencapai nilai yang mungkin tidak diperbaiki lagi
begitu seterusnya. Sedangkan untuk tujuan-tujuan yang berada level yang sama
pemuasannya, akan lebih diutamakan pada tujuan yang memiliki nilai bobot yang
lebih tinggi.
Model Umum Linier Goal Programming
Pada model Linier goal programming, fungsi f(x) ditransformasikan dalam
bentuk fungsi linier yang lebih spesifik, yaitu Cij dengan memperhatikan nilai
sebelumnya, bentuk umum dari permasalahan linier goal programming dapat
Tentukan agar meminimumkan
Sedemikian hingga memenuhi
Untuk semua I dan x, n, p ≥ 0 di mana;
I = Koefisien yang berkaitan dengan variabel keputusan ke j pada tujuan ke i
xj = Variabel keputusan ke j
bi = Tetapan sisi kanan untuk sasaran atau kendala i
fi(x) = Sisis kiri dari kendala untuk sasaran linier
gk (d-, d+) = fungsi linier variabel deviasi yang berkaitan dengan tujuan atau kendala
pada tingkat prioritas ke k
Perumusan Masalah Linier Goal Programming
Perumusan permasalahan linier goal programming hamper sama dengan
perumusan linier programming. Perbedaannya adalah dalam penentuan fungsi tujuan,
yang digunakan pada linier programming ada variabel simpangnya, sementara pada
linier goal programming adalah variabel keputusannya. Berikut ini beberapa langkah
dalam perumusan masalah linier goal programming.
1. Penentuan variabel keputusan, merupakan dasar dalam pembuatan model
keputusan untuk mendapatkan solusi yang dicari.
2. Penetuan fungsi tujuan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
a. Setiap funsi tujuan harus dinyatakan sebagai fungsi dari variabel keputusan
yang disimbolakan dengan fi (xi),
b. Setiap fungsi nilai tujuan memiliki nilai yang berhubungan dengan nilai
sisi kanan (bi) yang merupakan target atau tujuan dari fungsi tujuan
tersebut.
3. Perumusan fungsi sasaran. Pada langkah ini tiap tujuan pada sisi kirinya
ditambahkan dengan variabel simpangan negatif. Dengan ditambahkannya
variabel simpangan, maka bentuk fungsi dari sasaran menjadi fi(xi) + di- - di+ = bi.
4. Penentuan prioritas utama. Pada langkah ini dibuat urutan dari tujuan-tujuan.
5. Penentuan pembobotan. Pada tahap ini merupakan kunci dalam menentukan
urutan dalam suatu tujuan dibandingkan dengan tujuan yang lain.
6 Penentuan fungsi pencapaian (achievement fungsi). Di sini kuncinya adalah
memilih variabel simpangan yang benar untuk dimasukkan dalam fungsi
pencapaian dan kemudian ditambahkan prioritas dan bobot yang diperlukan.
Langkah pertama yang dilakukan adalah fungsi linier variabel simpangan.
Selanjutnya dalam memformulasikan fungsi pencapaian adalah menggabungkan
setiap tujuan yang berbentuk meminimasi variabel simpangan sesuai dengan
prioritasnya. Dengan demikian persamaan matematis dapat ditulis sebagai
berikut.
Minimasi a = {P1 (gi, di-, di+), P2,(d2-, d2+), …, Pk (gk (dk-, dk+)}
Minimasi yang dilakukan tergantung pada pertimbangan nilai sisi kanannya
Tabel 2.3 Prosedur Fungsi Pencapaian
Tujuan Kemungkinan Simpangan Prodesur
Xi ≥ bi
Terdapat 7 strategi yang digunakan dalam perencanaan agregat, yaitu :
1. Melakukan Variasi Tingkat Persediaan
Pada strategi ini jumlah karyawan dan waktu kerja dipertahankan tetap
sehinggga rata-rata tingkat produksi akan tetap. Kelebihan produksi yang
terjadi pada periode permintaan rendah disimpan sebagai persediaan yang
nantinya digunakan untuk menutupi kekurangan produksi pada waktu
terjadi permintaan yang lebih tinggi dari tingkat produksi (Gambar 2.2)
Kelemahan strategi ini adalah timbulnya biaya penyimpanan
persediaan berupa biaya sewa gudang, adminitrasi, asuransi, kerusakan
material, dan bertambahnya modal yang tertanam. Namun pihak lain, pada
waktu terjadi permintaan tinggi perusahaan dapat menghindari terjadinya
kehilangan penjualan karena memiliki kelebihan persediaan yang
Kelebihan produksi
disimpan sebagai
Permintaan
Kekurangan produksi dipenuhi dengan persediaan
Tingkat produksi
akibat tidak adanya persediaan membawa pengaruh kepada ketidakpuasan
pelanggan, bahkan beralihnya pelanggan kepada pihak pesaing
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Gambar 2.2: Strategi Variasi Tingkat Persediaan
Strategi ini tidak dapat digunakan untuk kegiatan jasa (misalnya
transportasi, kesehatan, atau pendidikan) karena jasa tidak dapat disimpan
sebagai persediaan. Strategi ini juga tidak tepat bagi perusahaan yang
produknya cepat rusah / tidak tahan lama, berhubungan dengan mode /
fashion, bernilai tinggi / mahal, atau memerlukan ruang simpan yang
sangat besar.
2. Melakukan Variasi Jam Kerja
Dalam strategi ini jumlah karyawan dijaga tetap untuk suatu tingkat
Jika permintaan naik, diadakan penambahan jamkerja (lembur, over time)
untuk menambah produksi, sedangkan jika permintaan turun dilakukan
pengurangan jam kerja (Under time). Gambar 2.3 Menunjukkan keadaan
ini.
Lembur biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar karena upah
lembur lebih besar dari pada upah pada waktu regular. Selain itu, terlalu
banyak lembur dapat menurunkan produktivitas dan menambah biaya
overhead. Under time disini bisa dalam bentuk seluruh atau sebagian
karyawan bekerja dalam tingkat kecepatan yang lebih lambat tetapi
dengan upah yang tetap (regular). Yang tentunya menimbulkan biaya
tinggi, atau dengan melalui penggunaan jumlah hari / jam kerja yang lebih
pendek yang dikaitkan dengan pengurangan jumlah upah. Apabila tingkat
kecepatan kerja dan kerja dipertahankan tetap, untuk mengisi kekosongan
jam kerja karyawan dapat dimanfaatkan untuk pemeliharaan masin dan
Permintaan
Tingkat produksi
pada jam kerja l Pengurangan jam kerja Penambahan jam kerja
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Gambar 2.3: Strategi variasi jam kerja
3. Melakukan Variasi Jumlah Tenaga Kerja
Apabila terjadi permintaan tinggi maka dilakukan penambahan tenaga
kerja. Sebaliknya, pada waktu permintaan rendah dilakukan pengurangan
tenaga kerja (Lay Off). Biaya yang timbul mencakup biaya pengadaan
tenaga kerja (Iklan, tes, wawancara, pelatihan) atau pesangon bagi tenaga
kerja yang dikurangi.
Strategi ini cocok untuk ditetapkan apabila tenaga kerja yang disewa
atau dikurangi mempunyai ketrampilan yang rendah (misalnya untuk
hotel, retoran, perkebunan, atau beberapa pabrik) dan jika pasar tenaga
kerja memiliki suplai yang besar. Bagi perusahaan yang memerlukan
tenaga kerja dengan ketrampilan tinggi, strategi ini tidak mudah
yang tetap dan terjamin. Selain itu, pengurangan tenaga kerja yang terlalu
sering dapat mempunyai pengaruh negatiuf, yaitu menurunkan moral kerja
karyawan yang mengakibatkan penurunan produktivitas.
4. Sub Kontraak
Sub kontrak dilakukan apabila terjadi permintaan yang bertambah
sementara kapasitas produksi tidak cukup untuk memenuhinya, sedangkan
perusahaan tidak menghendaki kehilangannya permintaan atau pelanggan
penting. Sub kontraktor yang dipilih tentunya yang dapat memenuhi
standart mutu yang disyaratkan dan dapat memenuhi jadwal pengiriman.
Kerugian strategi sub kontrakadalah harga pokok produksi menjadi lebih
tinggi, bias memberikan kesempatan pada pesaing untuk maju, dan adanya
resiko karena tidak dapat secara langsung mengontrol mutu produk dan
penjadwalan.
5. Menggunakan Pekerja Paruh Waktu
Dalam sektor jasa, pekerja paruh waktu (part time) dalam memenuhi
kebutuhan tenaga kerja berketerampilan rendah, seperti direstoran, took
eceran, dan supermarket. Metode ini membawa konsekuensi biaya yang
rendah dan lebih fleksibel dari pada menggunakan tenaga kerja tetap.
Kelemahan metode ini, mengakibatkan perputaran (turn over) tenaga kerja
dan biaya pelatihan yang tinggi, serta mempengaruhi konsistensi mutu
memerlukan ketrampilan tinggi, masalah yang perlu diantisipasi ialah
tidak tersedianya tenaga kerja pada saat diperlukan karena mereka
mencari kerja ditempat lain.
6. Mempengaruhi Permintaan
Jika permintaan turun / rendah, perusahaan berusaha menaikkan
permintaan melalui iklan, promosi, pemotongan harga (diskon), atau
mengalakkan bentuk kegiatan pemasaran ini. Misalnya, perusahaan
penerbangan sering memberikan potongan harga pada akhir pecan atau
pada musim-musim sepi. Biaya tambahan yang timbul tentunya berupa
biaya iklan, potongan harga dan biaya program promosi lainnya.
Strategi ini juga termasuk menggeser permintaan dari periode
permintaan tinggi ke periode permintaan rendah, seperti yang dilakukan
perusahaan telekomunikasi. Pada saat siang hari, banyak permintaan
telepon yang tidak terlayani karena seluruhnya penuh (kapasitas yang
tersedia terpakai semua). Untuk itu, dilakukan strategi menggeser tarif
yang sangat signifikan. Hal itu menyebabkan konsumen yang tadinya akan
menggunakan jasa telepon siang hari beralih kemalam hari karena igin
mendapatkan biaya rendah. Permintaan siang hari yang potensi hilang
menjadi tetap ada karena pindah kemalam hari karena ingin mendapatkan
biaya rendah. Permintaan siang hari yang potensi hilang menjadi tetap ada
7. Pemesanan Tertunda Selama Periode Permintaan Tinggi
Pemesanan tertunda (back-order)vadalah pemesanaan barang atau jasa
yang diterima perusahaan tetapi baru dapat dipenuhi kemudian setelah
perusahaan mempunyai persediaan. Pemesanan tertunda berlaku umum
bagi perusahaan mail-order atau perusahaan yang memproduksi
barang-barang yang kompleks atau bernilai tinggi, seperti mesin-mesin khusus,
pesawat terbang, kapal laut da, kendaraan bermotor. Demikian juga untuk
perusahaan jasa tertentu, seperti reparasi yang sulit, jasa konsultasi, dan
pelayanan dokter. Strategi ini sering tidak dapat dilaksanakan untuk
perusahaan menjual barang-narang konsumsi, seperti makanan,
obat-obatan, atau pakaian. Demikian pula bagi perusahaan yang memberikan
jasa rutin, seperti restoran, bioskop dan kendaraan transportasi umum.
Keuntungan strategi ini, dapat menghindari lembur dan tetap menjaga
kapasitas produksi yang konstan. Sementara kelemahannya adalah
tertundanya penerimaan / penjualan hanya dapat dilakukan apabila
permintaan lebih tinggi daripada penawaran.
2.4.5 Perencanaan Produksi Agregat
Perencanaan produksi agregat merupakan perencanaan produksi jangka
menegah yang secara sistimatis menentukan pilihan terbaik dari serangkaian
alternative fasilitas produksi untuk memenuhi total permintaan produk dengan total
semua sumber daya yang tersedia yang termasuk orang, mesin, energy dan lain-lain.
Kata agregat dalam perencanaan agregat itu sendiri mempunyai maksud bahwa
perencanaan dilakukan dengan mempertimbangkan nilai secara keseluruhan atau
kelompok besar yang merupakan total dari nilai-nilai elemen yang ada.
Biaya yang terlibat dalam penambahan agregat antara lain :
1. Hiring Cost (Ongkos Penambahan tenaga kerja).
Tambahan tenaga kerja menimbulkan biaya-biaya untuki iklan, proses seleksi
dan training. Ongkos training merupakan ongkos yang besar apabila tenaga kerja
yang direkrut adalah tenaga kerja baru yang belum berpengalaman.
2. Firing Cost (Ongkos pemberhentian tenaga kerja)
Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya
permintaan akan produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi menurun dengan
drastis. Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan uang
pasongan bagi karyawan yang diPHK, menurunnya moral kerja dan produktivitas
karyawan yang masih bekerja, dan tekanan yang bersifat social.
3. Overtime cost dan undertime cost atau (ongkos lembur atau ongkos menganggur )
Pengunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi,
tetapi konsekuensinya perusahaan harus mngeluarkan ongkos tambahan lembur yang
biasanya 150 % dari ongkos kreja regular. Disamping ongkos tersebut, adanya
4. Inventori cost dan backorder cost (ongkos persediaan dan ongkos kehabisan
persediaan)
Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan permintaan
pada saat-saat tertentu. Konsekwensinya dari kebijaksanaan persediaan bagi
perusahaan adalah timbulnya ongkos penyimpanan (inventory cost/holding cost) yang
berupa ongkos tertahannya modal, pajak, asuransi, kerusakan bahan, dan ongkos
sewa gudang.
Kebalikan ari kondisi diatas, kebijaksanaan tidak mengadakan persediaan seolah-olah
menguntungkan, tetapi sebenarnya dapat menimbulkan kerugian dalam bentuk
ongkos kehabisan persediaan. Ongkos kehabisan persediaan ini dihitung berdasarkan
berapa permintaan yang datang tetapi tidak dapat dilayani Karena barang yang
diminta tidak tersedia.
5. Subcontrak cost (ongkos subkontrak)
Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas regular, biasanya
perusahaan mensubkontrakkan kelebihan permintaan yang tidak bias ditanganinya
sendiri kepada perusahaan lain. Konsekuwensi dari kebijaksanaan ini adalah
timbulnya ongkos subkontrak, dimana biasanya ongkos ini lebih mahal disbanding
2.4.6 Konsep Perencanaan Agregat
Pembangunan suatu agregat dapat dicapai dengan mengidentifikasi suatu
ukuran dari output yang dihasilkan. Hal ini tidak menjadi masalah apabila produk
yang dihasilkan hanya satu jenis saja sedangkan pada kenyataannya produk yang
dihasilkan ada beberapa jenis sehingga pengukuran jumlah output tidaklah mudah
untuk dilakukan. Pengukuran selalu dapat dilakukan dengan mengidentifikasikan
setiap produk dalam suatu group (family), walaupun berbeda, tetapi mempunyai
persamaan dalam proses produksi ataupun dalam bahan bakunya.
Perencanaan agregat akan menghasilkan master production schedule (MPS)
atau disebut juga jadwal induk produksi untuk produk akhir. Master production
schedule ini berisi jadwal kapan produk akhir tersebut harus selesai diproduksi. Hasil
dari MPS ini kemudian dibuat perencanaan kebutuhan material (material
requirements planning). Sedangkan tujuan dari perencanaan aggregate yaitu
menyesuaikan ramalan permintaan yang digunakan sebagai target produksi dengan
kapasitas fasilitas yang dimiliki secara optimal sehingga maminimumkan total biaya
produksi yang dikeluarkan.
2.5 Disagregate
Proses disaggregate bertujuan untuk membuat jadwal produksi setiap item
produk secara terperinci, karena perencanaan aggregate dilakukan pada tigkat
produksi terperinci untuk setiap produk. Metode untuk mendisagregasikan rencana
aggregate yang di bahas dalam bab ini adalah metode HAX dan MEAL. Metode
HAX adan MAEL ini pada dasarnya adalah masalah pengendalian produk jadi yang
dibatasi oleh kapasitas produksi. Bedworth dan Bailey menyatakan bahwa model
HAX dan MEAL ini merupakan model yang palikatif jika dibandingkan dengan
model disagregasi lainya karena teknik perhitungannya tidak terlalu rumit,disamping
juga memudahkan pengendalian tingkat persediaan produk jadi.
Kebanyakan fasilitas produksi menghasilkan beberapa family dalam satu
lintas produksi yang sama. Family ialah kelompok produk sejenis yan diproduksi
secara bersamaan, karena alas an teknologi atau ekonomi. Karena ongkos set up
untuk penggantian famili yang diproduksi biasanya ebih mahal dari ongkos set up
untuk penggantian item dalam famili yang bersangkutan sebelum melakukan set up
untuk melakukan produksi item dalam famili yang lainnya. Dengan berlandaskan
pada filosifi diatas, pada dasarnya metode HAX dan MEAL terdiri atas dua tahap,
yaitu menentukan famili produk mana yang harus diproduksi pada periode yang akan
datang dan menetukan jumlah iitem produk yang harus diproduksi dalam famili
tersebut.
Algoritma Metode HAX dan MEAL
Langkah pertama dalam algoritma HAX dan MEAL ialah memilih famili
yang akan dimasukkan dalam rencana produksi di jadwal induk. Langkah ini