1
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI PADA BANK SINAR BALI
SKRIPSI
Oleh:
IDA AYU GEDE KESUMA DEWI NIM: 1206205205
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana Denpasar
2
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji
pada tanggal: ………..
Tim Penguji: Tanda Tangan
1. Ketua : Drs. Putu Yadnya, MM. ………
2. Sekretaris : Dra. Ni Ketut Purnawati, MS. ………
3. Anggota : Drs. I Made Dana, MM ………
Mengetahui,
Ketua Jurusan Manajemen Pembimbing
3 PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di
dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang
lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Denpasar, 21 Januari 2016
Mahasiswa,
Ida Ayu Gede Kesuma Dewi
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Pada Bank Sinar Bali”dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si,Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S, Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE., M.Si, Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana sekaligus sebagai Pembimbing Akademik.
4. Ni Made Purnami, SE., MM, selaku dosen pembimbing akademik.
5. Dra. Ni Ketut Purnawati, MS selaku dosen pembimbing atas waktu, bimbingan, masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.
6. Drs. Putu Yadnya, MM , selaku dosen pembahas skripsi ini.
7. Keluarga tercinta Ayah Drs. Ida Bagus Gede Swastika, IbuIda Ayu Mas Yuniari, KakakIda Bagus Gede Putra Wibawa Kesuma, SE dan Ida Bagus Alit Manurbawa Kesuma S.Ds atas dukungan dan doanya yang tulus dan tiada henti selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
8. Rekan seperjuangan Juanita Bias Dwialesi serta teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan motivasi.
10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap keseluruhan isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Denpasar, 21 Januari 2016
5
Judul : Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Pada Bank Sinar Bali
Nama : Ida Ayu Gede Kesuma Dewi NIM : 1206205205
Abstrak
Akuisisi merupakan salah satu penggabungan usaha dengan cara pengambilalihan atas saham atau aset bank lain dengan tujuan untuk penambahan modal inti. Dengan dilakukan akuisisi diharapkan bank dapat meningkatkan kinerja dan memenuhi kriteria standar kecukupan modal dengan bantuan dan kerjasama bank lain yang selanjutnya dapat saling bersinergi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam penelitian ini rasio kinerja keuangan perbankan yang digunakan adalah Return On Asset (ROA), Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Non Performing Loan (NPL). Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan ROA, BOPO, LDR dan NPL sebelum dan sesudah dilakukan akuisisi pada Bank Sinar Bali.
Penelitian ini dilakukan pada Bank Sinar Bali periode sebelum akuisisi 2002-2008 semester I dan sesudah akuisisi periode 2002-2008 semester II -2014. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang bersumber dari Bank Sinar Bali. Pengumpulan data menggunakan metode observasi terhadap dokumen atau laporan keuangan Bank Sinar Bali selama periode 2002-2014. Teknik analisis data yang digunakan adalah paried sampels t-test.
Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa kinerja keuangan ROA, BOPO, LDR, dan NPL tidak terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan akuisisi
6 DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………... i
HALAMAN PENGESAHAN………. ii
PERNYATAAN ORISINALITAS………. iii
KATA PENGANTAR………. iv
ABSTRAK……… v
DAFTAR ISI……… vi
DAFTAR TABEL……… viii
DAFTAR LAMPIRAN……… ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ……… 7
1.3 Tujuan Penelitian ……….. 8
1.4 Kegunaan Penelitian ………. 8
1.5 Sistematika Penulisan ……… 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ………... 11
2.1.1 Kinerja Keuangan ……….. 11
2.1.2.1 ROA Sebagai Pengukur Kinerja Keuangan ………... 12
2.1.2.2 BOPO Sebagai Pengukur Kinerja Keuangan ………... 13
2.1.2.3 LDR Sebagai Pengukur Kinerja Keuangan ………... 14
2.1.2.4 NPL sebagai Pengukur Kinerja Keuangan ………... 15
2.1.3 Akuisisi ……….. 16
2.1.3.1 Alasan Melakukan Akuisisi ………... 17
2.1.3.2 Jenis akuisisi ……….. 20
2.1.3.3 Proses Akuisisi ……….. 21
2.2 Hipotesis Penelitian ……… 22
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ……… 24
3.2 Lokasi Penelitian ………..……… 24
3.3 Objek Penelitian ……….. 24
3.4 Identifikasi Variabel ……… 24
3.5 Definisi Operasional Variabel ………. 25
3.6 Jenis Data dan Sumber Data ……… 26
3.6.1 Jenis Data ……… 26
7
3.8 Metode Pengumpulan Data ………. 27
3.9 Teknik Analisis Data ……….. 27
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Bank Sinar Bali…..………….. 29
4.1.1 Sejarah Singkat Bank Sinar Bali ………... 29
4.2 Hasil Analisis Data ……… 31
4.2.1 Deskriptif Hasil Penelitian ……… 31
4.2.2 Hasil Uji Normalitas Data ………. 35
4.2.3 Hasil Uji Beda Dua Sampel Berpasangan ……….. 37
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ……… 40
5.2 Saran ……….. 40
DAFTAR RUJUKAN……….. 42
8
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
1.1 Laporan Rasio Keuangan Pada Bank Sinar Bali ………. 5
4.1 Hasil Statistik Deskriptif Kinerja Keuangan Bank Sinar
Sebelum dan Sesudah Akuisisi ……… 32 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Rasio Keuangan Bank
Sinar Bali ……….………... 36
9
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Halaman
1 LDR ……….…... 46
2 ROA ………..…………... 47
3 NPL ………..……….. 48
4 BOPO ………...……..…. 49
5 Laporan Rasio Keuangan Pada Bank Sinar Bali Tahun 2002-2014………..….. 50
6 Uji Normalitas …………...………. 51
10 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan industri perbankan yang semakin pesat menuntut
industri perbankan untuk mampu bersaing. Perbankan merupakan salah satu sektor
yang diharapkan mampu untuk memberikan prospek yang baik di masa yang akan
datang sebab perkembangan ekonomi Indonesia semakin ramai. Dengan adanya
industri perbankan maka tidak akan terlepas dari sistem keuangan suatu negara.
Dengan semakin aktifnya industri perbankan maka perbankan akan mulai
mendominasi perkembangan bisnis dalam negara, bahkan aktivitas serta keberadaan
industri perbankan akan menjadi penentu dalam kemajuan negara tersebut.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November
1998 mengenai perbankan, di mana bank merupakan badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat
dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak. Kinerja industri perbankan dalam beberapa tahun mengalami
pasang surut sebagai akibat kebutuhan masyarakat yang semakin beragam (Kasmir:
2008:25).
Adanya peraturan pemerintah yang menetapkan standar modal usaha yang
11
menyatakan bahwa bank umum wajib memenuhi modal inti sebanyak Rp 80 miliar
pada tanggal 31 Desember 2007, akan memaksa bank-bank umum yang ada di
Indonesia harus mencari dana tambahan untuk memenuhi standar ketentuan tersebut.
Ekspansi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan industri perbankan dalam
mepertahankan eksistesinya. Ekspansi bisnis dapat dilakukan dengan cara eksternal
dengan melakukan penggabungan usaha untuk mencapai efisiensi, lebih kompetitif
dalam persaingan dan untuk profit bank.
Penggabungan usaha dapat dilakukan dalam bentuk marger, akuisisi, dan
konsolidasi. Akuisisi merupakan salah satu penggabungan usaha, dengan cara
pengsmbilalihan atas saham atau aset suatu bank lain dengan tujuan untuk
penambahan modal inti. Dengan dilakukannya akuisisi diharapkan bank dapat
melanjutkan dan memenuhi kriteria standar kecukupan modal dengan bantuan dan
kerjasama dengan bank lain yang selanjutnya dapat saling bersinergi untuk mencapai
tujuan tertentu. Di Indonesia akuisisi mulai marak dilakukan sejak majunya pasar
modal. Isu akuisisi mulai hangat dibicarakan oleh para pengamat ekonomi, ilmuan
maupun pebisinis sejak tahun 1990-an (Kurniawan, 2011). Pada dasarnya akuisisi
merupakan hal yang sudah sering dibicarakan yang sejalan dengan berkembangnya
dunia bisnis tidak hanya di Indonesia tetapi di seluruh belahan dunia.
Akuisisi di dalam bank diharapkan mampu memberikan sejumlah keuntungan
yang akan tercipta apabila kombinasi perusahaan dapat menekan biaya operasi karena
12
terjadi penghematan bank yang terjadi karena adanya sumber pendanaan. Dengan
kata lain kondisi saling menguntungkan terjadi apabila kegiatan akuisisi tersebut
memperoleh sinergi. Sinergi berarti nilai gabungan dari kedua perusahaan tersebut
lebih besar dari penjumlahan masing-masing nilai perusahaan yang digabungkan
Wiagustini (2010:282). Sebagai akibat dari sinergi, bank diharapkan mampu
meningkatkan kinerja yang akan berdampak langsung pada keuangan bank.
Menurut Wiagustini (2010:75) kinerja keuangan bank dapat diukur dengan
menganalisis rasio keuangan yang biasanya dikelompokkan ke dalam lima kelompok
rasio yaitu: rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, rasio aktivitas dan
rasio penilaian. Return on Asset (ROA) merupakan salah satu kelompok dan jenis
rasio profitabilitas digunakan sebagai indikator dalam menilai efektifitas bank untuk
menghasilkan profit dengan memanfaatkan Asset yang dimiliki bank. Selain penilaian
terhadap asset bank, penilaian kinerja keuangan dapat diukur dengan rasio biaya
operasional pendapatan operasional (BOPO) yang menjadi indikator bank dalam
melakukan penilaian terhadap biaya operasional bank yang harus dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan operasional. Sebagai salah satu perantara dalam
menyalurkan dana ke masyarakat, tentunya bank akan menyalurkan kredit kepada
masyarakat untuk menjalankan salah satu fungsinya. Penggunaan Loan to Deposit
Ratio (LDR) digunakan sebagai indikator dalam mengukur kinerja perbankan dalam
hal jumlah kredit yang disalurkan oleh bank. Sedangkan Non Performing Loan (NPL)
13
Terdapat beberapa penelitian yang memberikan kesimpulan yang
menyebutkan kinerja keuangan bank sebelum dan sesudah melakukan akuisisi
memiliki dampak yang negatif terhadap kinerja keuangan. Beberapa penelitian
lainnya terdapat hasil yang menyatakan bahwa bank setelah malakukan akuisisi
memiliki dampak yang positif terhadap kinerja keuangan. Penelitian yang dilakukan
oleh Kushwah (2015), Bassi dan Gupta (2015), Ramdas dan Kumar (2015), Kelshikar
(2015), Joshua (2011) hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut menunjukkan
bahwa kinerja keuangan perbankan mengalami kenaikkan sesudah melakukan
akuisisi. Sementara terdapat penelitian yang menghasilkan kesimpulan berlawanan
yang diteliti oleh Akhtar dan Iqbal (2014), Kemal (2011), Abbas, dkk (2014), Darko
dan Twum (2014), Liargovas dan Repousis (2011). Hasil yang didapatkan dari
penelitian tersebut menunjukkan kinerja keuangan perbankan tidak mengalami
perubahan bahkan cenderung mengalami penurunan sesudah dilakukan akuisisi.
Untuk memenuhi peraturan Bank Indonesia No.7/15/PBI/2005 yang diatur
dalam pasal 2 mengenai ketentuan bank umum wajib memenuhi jumlah modal inti
paling kurang sebesar Rp 80 miliar pada tanggal 31 Desember 2007. Sehubungan
dengan hal tersebut maka pada tanggal 3 Mei 2008 Bank Sinar Bali resmi diakuisisi
oleh PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. sehingga PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
menjadi pemegang saham pengendali. Sejak dilakukannya akuisisi yang dilakukan
pada tahun 2008, selama kurun waktu 6 tahun Bank Sinar Bali telah mengalami
14
keuangan per semester yang diperoleh dari Bank Sinar Bali selam periode sebelum
dan sesudah akuisisi 2002-2014 terjadi fluktuasi kinerja keuangan.Secara rinci
[image:14.612.106.535.266.630.2]besarnya rasio keuangan selama periode pengamatan dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 1.1
Laporan Rasio Keuangan Pada Bank Sinar Bali Tahun 2002-2014 (dalam persen)
Sumber: lampiran 5
Tahun Rasio Keuangan
NPL gross ROA LDR BOPO
Smt I Smt II Smt I Smt II Smt I Smt II Smt I Smt II
2002 1.92 1.84 2.13 2.33 89.33 92.30 72.77 77.14
2003
2.22 1.94 2.54 2.62 96.69 100.03 88.78 89.28
2004
1.52 1.25 6.24 3.49 102.30 85.85 72.40 82.59
2005
1.04 0.82 1.76 1.69 96.35 96.72 90.21 90.28
2006
1.04 1.25 1.54 1.72 95.55 90.98 91.61 90.36
2007
1.06
0.63
3.43 2.40 108.90 101.99 82.31 85.70
2008
0.65 0.75 1.90 3.68 107.67 108.78 87.05 76.51
2009
0.58 0.68 4.05 3.56 114.02 97.45 76.42 80.00
2010
0.83 1.73 3.31 2.49 90.25 83.16 79.48 84.58
2011
2.59 1.94 2.17 2.11 86.32 76.38 87.15 86.98
2012
1.83 1.81 2.32 2.01 75.40 75.14 84.50 86.75
2013
1.80 1.75 1.67 2.28 81.53 87.61 88.60 85.76
2014
15
Pada tabel 1.1 dapat dilihat fluktuasi pada tiap tahun dari rasio keuangan
bank. Tahun 2002-2008 semester I yang merupakan tahun sebelum dilakukan akuisisi
tidak mengalami fluktuasi nilai kinerja keuangan sekitar 1 sampai 2 persen pada NPL,
3 sampai 6 persen pada ROA, 80 sampai 109 persen pada LDR dan 70 sampai 92
persen pada BOPO.
NPL merupakan rasio yang digunakan dalam menghitung risiko kredit yang
disalurkan ke masyarakat yang diharapkan mampu dikelola perusahaan dengan baik,
namun pada tahun setelah dilakukan akusisi mengalami kenaikan sekitar 0,18 sampai
0,86 persen yang menunjukan risiko kredit setelah dilakukan akuisisi naik. Hal yang
berbeda terjadi pada ROA pada semester II pada tahun 2008 setelah diakuisisi terjadi
kenaikan yang cukup besar sekitar 1,78 persen tetapi mengalami kenaikan pada tahun
berikutnya dan mengalami kenaikan kembali pada tahun 2013 semester II. Hal ini
menunjukan kinerja keuangan bank membaik setelah dilakukan akusisi. Sedangkan
pada LDR dapat dilihat bahwa terjadi penurunan setelah dilakukan akuisisi sekitar 10
persen, hal ini manunjukan bahwa bank sudah mampu menjalankan fungsinya
sebagai financial intermediary dengan sedikitnya dana menganggur (idle fund) dan
BOPO dapat dilihat pada tabel 1.1 tidak memenuhi kriteria ideal yang diberikan oleh
Bank Indonesia yaitu antara 50 sampai 75 persen dan pada laporan keuangan Bank
Sinar Bali berkisar antara 70 sampai 90 persen hal ini menunjukkan bahwa jumlah
biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank tinggi yang akan menyebabkan
16
Berdasarkan fluktuasi laporan keuangan dan penelitian mengenai kinerja
keuangan sebelum dan sesudah akuisisi masih ada perbedaan hasil – hasil penelitian
tentang kinerja keuangan, maka dilakukan penelitian mengenai “Kinerja Keuangan
Perbankan Sebelum dan Sesudah Akuisisi pada Bank Sinar Bali”.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,maka
yang menjadi rumusan masalahnya:
1) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan ROA sebelum dan sesudah akuisisi
pada Bank Sinar Bali?
2) Apakah terdapat perbedaan yang siginifikan BOPO sebelum dan sesudah
akuisisi pada Bank Sinar Bali?
3) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan LDR sebelum dan sesudah akuisisi
pada Bank Sinar Bali?
4) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan NPL sebelum dan sesudah akuisisi
17 1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari uraian permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
1) Untuk mengetahui signifikansi perbedaan ROA sebelum dan sesudah akuisisi
pada Bank Sinar Bali.
2) Untuk mengetahui signifikansi perbedaan BOPO sebelum dan sesudah
akuisisi pada Bank Sinar Bali.
3) Untuk mengetahui signifikansi perbedaan LDR sebelum dan sesudah akuisisi
pada Bank Sinar Bali.
4) Untuk mengetahui signifikansi perbedaan NPL sebelum dan sesudah akuisisi
pada Bank Sinar Bali.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu:
1) Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu digunakan sebagai refrensi yang dapat
memberikan sebuah pemahaman dan wawasan tentang pengaruh akuisisi terhadap
kinerja keuangan perbankan sebelum dan sesudah akuisisi dilakukan.
2) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu digunakan sebagai informasi bagi manajer
18
dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dan sumber informasi dalam
menilai kinerja keuangan perbankan sebelum dan sesudah dilakukan akuisisi.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran dalam penelitian ini, maka penyajian akan
disusun menjadi bab secara sistematis sehingga antara satu bab dengan lainnya
memiliki hubungan erat. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II : Kajian Pustaka dan Rumusan Masalah
Dalam bab ini diuraikan tentang teori-teori atau konsep-konsep yang
relevan sebagai acuan dan landasan dalam memecahkan permasalahan
yang ada, penelitian terdahulu dan perumusan hipotesis.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini akan menguraikan desain penelitian, lokasi atau ruang lingkup
penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional
variabel, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, metode
19 Bab IV : Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan gambaran umum perusahaan yang diteliti dan
hasil analisis data.
Bab V : Simpulan dan Saran
Dalam bab ini dijelaskan simpulan dari permasalahan yang dibahas
20 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Kinerja Keuangan
Menurut Wiagustini (2010:37) penilaian kinerja keuangan dapat dilakukan
dengan menganalisis laporan keuangan bank yang mencakup apakah suatu aktiva dan
pasiva bank dikelola secara benar, termasuk juga aktivitas pendanaannya untuk
meningkatkan nilai bank (value of the frim). Analisis kinerja keuangan meliputi
rasio-rasio keuangan yang berdasarkan laporan keuangan perusahaan dan telah melewati
proses auditing. Kinerja keuangan dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan
pengendalian terhadap keuangan bank.
Analisis kinerja keuangan dapat diketahui berdasarkan informasi dari rasio
keuangan bank. Rasio keuangan terdiri dari: rasio likuiditas, rasio solvabilitas/
leverage, rasio profitabilitas/rentabilitas, rasio aktivitas usaha, dan rasio pasar
Wiagustini (2010: 75).
2.1.2 Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan suatu teknik analisis yang
menghubungkan antara satu pos dengan pos lainnya baik dalam neraca atau rugi laba
21
bank dengan tujuan untuk memberi informasi atas hasil interpretasi mengenai kinerja
yang dicapai bank Wiagustini (2010: 75).
Ada beberapa rasio keuangan yang digunakan dalam menilai kondisi keuangan:
1) Rasio Likuiditas yang merupakan kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban
jangka pendek yang tepat pada waktunya.
2) Rasio Leverage merupakan rasio dalam mengukur sampai seberapa banyak bank
dibiayai oleh utang.
3) Rasio Profitabilitas merupakan rasio dalam mengukur kemampuan bank dalam
menghasilkan laba.
4) Rasio Aktivitas usaha merupakan rasio mengukur efektivitas bank dalam
penggunaan sumber daya.
5) Rasio Penilaian Pasar merupakan penggabungan antara pengaruh risiko dan return
dari resiko.
2.1.2.1 Return On Asset (ROA) sebagai Pengukur Kinerja Keuangan
ROA merupakan rasio laba bersih terhadap total asset mengukur
pengembalian atas total asset setelah bunga dan pajak Bringham dan Huston
(2010:148). Sedangkan menurut Hanafi dan Halim (2009:159) ROA digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total
asset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya
untuk mendanai asset tersebut. Munawir (2001:57) menjelaskan bahwa profitabilitas
digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan
22
Sedangkan menurut Mardiyanto (2009:196) ROA merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari
aktivitas investasi. ROA merupakan rasio yang digunakan dalam mengukur
keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva, dimana jika semakin
tinggi ROA maka produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih semakin
tinggi menurut Lestari dan Sugiharto (2007:196).Menurut peraturan Bank Indonesia
No. 6/9/PBI/2004 standar terbaik ROA adalah 1,5 persen.
2.1.2.2 Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Sebagai Pengukur Kinerja Keuangan
Biaya operasional terhadap pendapatan opersasional (BOPO) merupakan rasio
yang menunjukan besaran perbandingan antara beban atau biaya operasional terhadap
pendapatan operational bank pada periode tertentu (Riyadi, 2006). BOPO menjadi
rasio yang nilai perubahannya sangat diperhatikan terutama sektor perbankan, hal ini
disebabkan oleh kriteria penentuan tingkat kesehatan oleh Bank Indonesia salah
satunya adalah besaran dari rasio ini.
Bank yang memiliki rasio BOPO tinggi maka menunjukan bank tersebut tidak
beroperasi dengan efisien karena tingginya nilai dari rasio ini akan menentukan
besarnya jumlah biaya operasional yang harus dikerluarkan oleh pihak bank untuk
memperoleh pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien
biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan
23
yang ideal berada diantara 50 sampai 75 persen hal ini sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia dalam Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001.
2.1.2.3 Loan to Deposit Ratio (LDR) Likuiditas Sebagai Pengukur Kinerja Keuangan
Fungsi utama bank adalah sebagai lembaga perantara keuangan atau financial
intermediary. Fungsi intermediasi ditunjukkan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR).
Loan to Deposit Ratio merupakan rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan
bank dengan dana yang diterima oleh bank. LDR merupakan rasio untuk mengukur
komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana
masyarakat dan modal sendiri yang digunakan Kasamir (2004:272). Semakin tinggi
rasio ini maka semakin rendah kemampuan likuiditas bank. Hal ini disebabkan
penyaluran kredit merupakan salah satu tujuan dari penghimpunan dana bank yang
sekaligus akan memberikan kontribusi pendapatan bagi bank.
Tingginya rasio LDR menunjukan pendapatan bank semakin besar tetapi
menyebabkan suatu bank tidak likuid dan memberikan konsekuensi meningkatknya
rasio yang harus ditanggung oleh bank berupa meningkatnya jumlah NPL atau risiko
kredit. Namun disisi lain rendahnya rasio LDR menunjukkan tingkan likuiditas yang
semakin tinggi tetapi menyebabkan bank memiliki banyak dana menganggur (idle
fund) yang apabila tidak dimanfaatkan dapat menghilangkan kesempatan bank untuk
memperoleh pendapatan sebesar-besarnya dan menunjukan bahwa fungsi utama bank
24
Bank Indonesia yang bertindak sebagai otoritas moneter per tanggal 1 Maret
2011 BI akan memberlakukan peraturan Bank Indonesia No. 012/19/PBI/2010 yang
menetapkan standar LDR pada tingkat 78 sampai 110 persen.
2.1.2.4 Non Performing Loan (NPL) Sebagai Pengukur Kinerja Keuangan
Risiko kredit dapat didefinisikan sebagai risiko yang dikaitkan dengan
kemungkinan kegagalan klien membayar kewajiban atau risiko di mana debitur tidak
dapat melunasi hutangnya. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga. Tingkat risiko kredit diproksikan dengan NPL dikarenakan
NPL dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana kredit yang bermasalah yang ada
dapat dipenuhi dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank.Bank Indonesia
menetapkan standar risiko kredit yaitu kurang dari 5 persen karena dengan rasio
dibawah 5 persen maka Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang
harus disediakan bank guna menutup kerugian yang ditimbulkan oleh aktiva
produktif non lancar (kredit bermasalah) menjadi kecil (Mahardian, 2008).
Menurut Siamat (2001: 175) Kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL)
25 1) Faktor internal
Faktor internal NPL berhubungan dengan kebijakan dan strategi yang ditempuh
pihak bank antara lain:
(1) Kebijakan perkreditan yang ekspansif
(2) Penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan
(3) Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit
(4) Lemahnya sistem informasi kredit
(5) Itikad kurang baik dari pihak bank
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal ini sangat terkait dengan kegiatan usaha debitur yang
menyebabkan terjadinya kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) antara
lain terdiri dari:
(1) Penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya tingkat bunga kredit
(2) Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur
(3) Kegagalan usaha debitur
(4) Debitur mengalami musibah.
2.1.3 Akuisisi
Akuisisi merupakan istilah yang sering dilakukan bank dalam melakukan
ekspansi atau perluasan usaha. Akuisisi menurut Hitt (dalam Kurniawan, 2011)
adalah strategi yang melaluinya suatu bank membeli hak untuk mengontrol atau 100
26
kompetensi inti bank itu secara efektif, dengan cara menjadikan bank yang diakuisisi
itu sebagai bagian dari bisnis dalam protofolio bank yang mengakuisisi. Sedangkan
dalam terminologi bisnis, akuisisi diartikan sebagai pengambilalihan atas saham atau
asset suatu bank oleh bank lain, dan dalam peristiwa baik bank pengambilalihan atau
yang diambilalih tetap eksis sebagai badan hukum terpisah Hadiningsih (dalam
Kurniawan, 2011). Dengan mempertimbangkan lebih efektif jika bank melakukan
akuisisi dari pada harus membangun usahanya menjadi salah satu alasan bank
melakukan akuisisi.
Peraturan pemerintah Republik Indonesia menjelaskan bahwa akuisisi,
konsolidasi, dan merger bank diatur dalam peraturan No.28/1999 tentang merger,
konsolidasi, dan akuisisi bank pada bab I mengenai ketentuan umum, bab II
syarat-syarat melakukan akuisisi, bab V mengenai tata cara melakukan akuisi.
2.1.3.1 Alasan Melakukan Akuisisi
Akuisisi merupakan keputusan strategis bank dalam rangka peningkatan nilai
ekonomi yang diperoleh dengan pengambilalihan pengendalian saham atas bank
pengaukisisi dengan tujuan untuk penambahan modal inti bank. Menurut Wiagustini
(2010: 290) motif bank melakukan akuisisi adalah motif ekonomi yang terjadi dengan
terciptanya synergy yang berarti bahwa gabungan dari kedua bank tersebut lebih
besar dari penjumlahan masing-masing nilai perusahaa yang digabungkan. Sedangkan
27
timbul dari empat sumber, yaitu (1) penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala
ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi; (2) penghematan
keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang lebih
baik oleh para analis sekuritas; (3) perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa
manajemen salah satu bank, lebih efisien dan aktiva bank yang lemah akan lebih
produktif setelah akuisisi dan (4) peningkatan penguasaan pasar akibat berkurangnya
persaingan.
Menurut Wiagustini (2010: 282), selain dengan peningkatan sinergi terdapat
beberapa alasan yang tidak masuk akal seperti:
1) Diversifikasi, konsep Capital Assets Pricing Model (CAPM) diketahui bahwa
diversifikasi tidaklah menimbulkan manfaat, karena pasar akan menentukan nilai
bank berdasarkan atas risiko yang tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi
(risiko sistematis).
2) Meningkatkan pertumbuhan, pertumbuhan akan memperbesar bank, tetapi tanpa
peningkatan efisiensi atau sinergi, maka tidak ada pengaruh positif terhadap
pemegang saham.
3) Meningkatkan EPS, tujuan meningkatkan EPS juga merupakan tujuan yang tidak
masuk akal, karena peningkatan EPS belum tentu memberikan nilai tambah
terhadap pemegang saham. Peningkatan EPS tanpa melalui peningakatan
efisiensi/sinergi hanya akan menciptakan perangkap bagi bank, karena untuk
28
yang penting adalah pertumbuhan EPS bukan jumlah EPS saat ini. Alasan EPS
yang membingungkan juga tejadi karena analisis dilakukan atas dasar
pertimbangan jumlah EPS saat ini.
Tujuan dari akuisisi adalah sebagai pembuktian atas ekspansi dan asset dari
bank. Menurut Sudarsana (dalam Kurniawan, 2011) menyatakan dalam prespektif
neoklasik, semua keputusan bank temasuk akuisisi dibuat dengan tujuan
memaksimalkan kekayaan pemegang saham bank, dalam prespektif manajer
melakukan akuisisi karena beberapa alsan berikut:
1) Untuk memperbesar ukuran bank, karena penghasilan, bonus, status, dan
kebiasaan mereka merupakan suatu fungsi dari ukuran bank (sindrom empire
building)
2) Untuk menyusun kemampuan manajerial yang saat ini belum digunakan secara
maksimal (motivasi pemenuhan diri)
3) Untuk mengurangi risiko atau diversifikasi dan meminimalkan biaya finasial dan
kebangkrutan (motivasi keamanan pekerjaan). Tekanan keuangan merupakan
kondisi dimana bank menemui kesulitan memenuhi kewajiban dan dipaksa
membuat keputusan operasi, investasi dan financial dalam akuisisi
4) Untuk menghindari pengambilalihan. Hal ini dimaksudkan ketika terjadi sebuah
bank menjadi incaran pengambilalihan yang memaksa dan tidak berasahabat. Di
mana pengambilalihan memaksa bersifat bank target tidak diberi otonomi dalam
tingkatan bank setelah pengabilalihan dan tidak memiliki kekuasaan atas hak-hak
29
mengakuisisi bank lain, dan membiayai pengambilalihan dengan hutang, karena
beban hutang ini, kewajiban bank menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh
bildding firm yang berminat.
2.1.3.2 Jenis Akuisisi
Menurut Wiagustini (2010: 283) terdapat dua jenis cara yaitu dengan
perluasan dan jenis penggabungan. Berdasarkan cara perluasan dapat dilakukan
dengan:
1) Horizontal : penggabungan bank lain dalam jenis bisnis yang sama
2) Vertical : penggabungan bank yang mempunyai keterkaitan antara
input - output
3) Congeneric : penggabungan bank dalam industri yang sama tetapi tidak
memproduksi produk yang sama dan tidak ada keterkaitan
supplier
4) Conlemerate : penggabungan bank dari industri yang berbeda
Sedangkan berdasarkan penggabungannya meliputi:
Akuisisi saham, terjadi bila bank yang mengakuisisi membeli sebagian besar saham
bank yang menjadi target akuisisi. Akuisisi saham dapat dilakukan dengan cara
30
1) Friendly merger, terjadi bila manajemen kedua belah pihak berunding
bersama, dan hasil perundingan tersebut (menyangkut harga yang wajar,
pembayaran akuisisi dan lain-lain) akan diusulkan ke pemilik bank.
2) Hostile merger, terjadi bila manajemen bank dari acquired company tidak
diajak berunding, tetapi bank yang akan mengakuisisi (acquiring company)
langsung menawarkan ke pemegang saham acquired company persyaratan–
persyaratan yang dinilai cukup menarik.
Akuisisi asset, terjadi bila bank yang mengakuisi membeli sebagaian atau seluruh
asset bank yang menjadi target akuisisi. Persetujuan formal dari pemegang saham
bank yang menjual diperlukan. Bentuk ini akan menghindarkan bank dari
kemungkinan memiliki pemegang saham minoritas.
2.1.3.3 Proses dalam Akuisisi
Akuisisi adalah hal yang umum dilakukan bank dalam perkembangan bank
dan memenangkan persaingan untuk tetap tumbuh dalam persaingan. Akuisisi akan
suskses apabila penggabungan antara dua bank saling mendukung dalam hal
perencanaan, pendanaan, serta pemilihan yang cermat dalam mencari partner dalam
penggabungan dengan salah satu motif yang sering dilupakan orang adalah
untukmempertahankan sumber daya bank. Proses dalam akuisisi dilakukan dalam
beberapa tahap, menurut Setyasih (dalam Kurniawan, 2011) meliputi:
1) Penetapan tujuan
31 3) Menyeleksi calon target
4) Mengadakan kontak dengan manajemen bank target untuk mendapatkan
informasi
5) Mencari informasi yang dibutuhkan, terutama informasi kondisi keuangan bank
target, yang mencakup periode 5 tahun terakhir dan komitmen yang dilakukan
bank target
6) Menetapkan harga penawaran dan cara pembiayaan
7) Mencari alternatif sumber pembiayaan
8) Melakukan uji kelayakan terhadap bank target
9) Mempersiapkan dan menandatangani kontrak akuisisi
10)Pelaksanaan marger dan akuisisi.
2.2 Hipotesis
Akuisisi dilakukan dengan motif untuk penambahan modal bank yang sesuai
dengan peraturan Bank Indonesia yang tentunya untuk memperoleh keuntungan
antara kedua belah pihak bank.dalam melihat keberhasilan akuisisi yang telah
dilakukan bank dalam motif ekonomi, perubahan terhadap kinerja keuangan menjadi
tolak ukur dari keberhasilan akuisisi.
Beberapa penelitian mengenai kinerja keuangan sebelum dan sesudah
dilakukan akusisi yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kinerja
keuangan sebelum dan sesudah dilakukan akusisi pada semua periode pengamatan
dan pengujian. Penelitian ini juga di dukung oleh Kushwah (2015), Bassi dan Gupta
32
Iqbal (2014), Kemal (2011), Abbas, dkk (2014), Darko dan Twum (2014), Liargovas
dan Repousis (2011). Berdasarkan teori dan kajian empiris, dapat dirumusakan
hipotesis sebagai berikut:
H1: Terdapat perbedaan signifikan ROA sebelum dan sesudah akuisisi
H2: Terdapat perbedaan siginifikan BOPO sebelum dan sesudah akuisisi
H3: Terdapat perbedaan signifikan LDR sebelum dan sesudah akuisisi
H4: Terdapat perbedaan signifikan NPL sebelum dan sesudah akuisisi
H0: Tidak terdapat perbedaan signifikan ROA, BOPO, LDR, dan NPL sebelum