• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISKUSI KELOMPOK KE-2 (PERTEMUAN KE-14) RESUME PENGARUH PENAMBAHAN PENGAWET ALAMI TERHADAP KUALITAS SELAI BUAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DISKUSI KELOMPOK KE-2 (PERTEMUAN KE-14) RESUME PENGARUH PENAMBAHAN PENGAWET ALAMI TERHADAP KUALITAS SELAI BUAH"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

DISKUSI KELOMPOK KE-2 (PERTEMUAN KE-14)

KELAS : B

KELOMPOK : 3

NAMA (NIM) : 1. Anisa Tresnaning Nurani (H0919011) 2. Arini Kusumawardhani (H0919019) 3. Diinah Salwa Kamiilah (H0919037) 4. Filia Ariska Meylana (H0919046) 5. Galih Dwi Prasetyo (H0919048) 6. Rossinta Ratna Komala S. (H0919089)

RESUME PENGARUH PENAMBAHAN PENGAWET ALAMI TERHADAP KUALITAS SELAI BUAH

A. Penyebab Kerusakan Produk Artikel 1 :

Selai nanas mudah rusak oleh khamir dan kapang karena memiliki kadar gula yang tinggi sebesar 60-73%. Kapang menyerang bahan yang mengandung banyak pektin, pati, dan selulosa sedangkan khamir menyerang bahan-bahan yang banyak mengandung gula.

Khamir akan memfermentasi gula menjadi alkohol dan Co2 dan beberapa khamir dapat memproduksi asam organik sehingga dapat menyebabkan perubahan bau dan rasa.

Pertumbuhan mikroba pada selai nanas juga dipengaruhi oleh pH dan water activity (Aw), Kapang dan khamir dapat tumbuh pada kisaran pH 5,3-4,0 serta dapat tumbuh pada Aw lebih dari 0,88. Pertumbuhan mikroba dalam makanan sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang tersedia. Semakin tinggi jumlah air yang tersedia (Aw) untuk pertumbuhan mikroba maka semakin berkembang mikroba pada bahan tersebut. Cara mikroba merusak selai nanas yaitu dengan menghidrolisis atau mendegradasi makromolekul yang menyusun bahan menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil serta dapat mengeluarkan toksin.

Artikel 2 :

Selai dikembangkan untuk menjawab permasalahan dari kerusakan buah panen selama proses penanganan, distribusi, pemasaran dan penyimpanan. Hal ini ditujukan sebagai strategi pengoptimalan buah, karena ketika musim panen, buah mengalami surplus sehingga banyak yang terbuang tetapi pada musim non panen terjadi sebaliknya. Sehingga, teknik pengembangan dengan selai ini diharapkan mampu memperpanjang umur simpan dan mengoptimalkan ketersediaan buah. Penyebab kerusakan produk selai yang sering

(2)

ditemui adalah adanya penurunan pH selama interval penyimpanan sehingga mengganggu pembentukan gel optimum dalam pembuatan selai. Penyebab selanjutnya disebabkan oleh adanya hidrolisis pati menjadi gula sederhana sehingga terjadi peningkatan total padatan terlarut pada selai yang menyebabkan terjadi keasaman yang berlebih pada selai buah.

Peningkatan keasaman juga disebabkan oleh adanya hidrolisis asam pektin dan pemecahan gula dari sampel. Kerusakan selanjutnya yaitu adanya perubahan warna, perubahan warna ini disebabkan oleh pencoklatan enzimatik dan degradasi asam askorbat.

Artikel 3:

Selai merupakan campuran dengan konsistensi gel yang sesuai yang terbuat dari gula, pulp dan/atau pure dari satu atau lebih buah dan air. Meskipun selai adalah produk yang stabil karena kadar gulanya yang tinggi, tetapi terdapat mikroorganisme tertentu seperti jamur (kapang dan khamir) yang dapat tumbuh dalam produk berkadar gula tinggi.

Selain itu, strawberry sensitif terhadap patogen dan sering terjadi kontaminasi jamur.

Jamur tersebut dapat mengurangi masa penyimpanan. Cinnamon EO telah menunjukkan aktivitas antimikroba yang kuat tetapi beberapa laporan menunjukkan perilaku versus jamur dan ragi. Penggunaan bahan tambahan kimia sangat efektif untuk mencegah pembusukan makanan akibat perkembangbiakan kapang dan khamir. Namun demikian, konsumen menjadi lebih khawatir tentang dampak buruk aditif sintetis pada kesehatan manusia. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari penggunaan emulsi minyak dalam air kulit kayu manis untuk mengawetkan selai stroberi dari kontaminasi jamur. Di dalam rasa, pengawet alami seperti minyak esensial (EO) telah banyak digunakan selama beberapa tahun terakhir karena sifat antioksidan dan antimikroba.

(3)

C. Aplikasi Pengawetan Produk Artikel 1:

Gambar 1.1 Diagram Alir Pembuatan Bubuk Cengkeh

(4)

Gambar 1.2 Diagram Alir Pembuatan Selai Nanas dengan Penambahan Bubuk Cengkeh

(5)

Selai nanas dengan penggunaan cengkeh dapat dijadikan antimikroba alami dan meningkatkan kandungan antioksidan sehingga dapat memperpanjang umur simpan produk. Penggunaan bubuk cengkeh terhadap selai nanas mempengaruhi pertumbuhan total mikroba. Semakin banyak penggunaan konsentrasi bubuk cengkeh maka semakin efektif menekan pertumbuhan mikroba. Semakin tinggi konsentrasi bubuk cengkeh pada selai nanas, semakin besar pH, dan Aw yang dihasilkan. Konsentrasi penggunaan bubuk cengkeh 0,6% memiliki nilai penangkapan radikal bebas tertinggi. Sehingga pada penambahan bubuk cengkeh 0,6% dapat menghasilkan umur simpan selain nanas yang lebih lama.

Artikel 2 :

Gambar 2.2 Diagram Alir Pembuatan Sari Jahe Pemotongan

Sari Jahe Pengupasan

Jahe

Pemasukan ke mesin juicer

(6)

Gambar 2.3 Diagram Alir Pembuatan Produk Selai Campuran Wortel-Kinnow Berikut proses pembuatan selai campuran wortel-kinnow. Wortel dikupas lalu dipanaskan dalam air untuk melunakkan pulp. Wortel rebus dimasukkan ke dalam mesin pulping untuk mendapatkan ampasnya. Kinnow dipotong menjadi dua bagian yang sama, lalu jusnya diekstraksi melalui ekstraktor jus. Lemon dipotong menjadi dua bagian yang sama dan jusnya diekstraksi secara manual. Jahe dikupas, dipotong kecil-kecil, dihaluskan kemudian diperas sarinya melalui mesin juicer. Campuran bubur wortel dan kinnow dibuat dengan perbandingan 7:3. Dilakukan penambahan gula sebesar 750 gram. Terdapat 4

Wortel

Perebusan

Pemasukan ke mesin pulp

Pulp Air

Mendidih

Pengupasan

Pengkestrakan

Sari Kinnow Pemotongan

Kinnow

Pengkestrakan

Ekstrak Lemon Pemotongan

Lemon

Pencampuran

Penambahan Sari Jahe

Pemanasan

Pengamatan

(7)

perlakuan yaitu T0, T1, T2, T3, T4, dan T5. Sampel kontrol (T0) yaitu sampel tanpa penambahan jus lemon maupun ekstrak jahe, sedangkan sampel T1 hingga T5 mendapat perlakuan penambahan 10 ml jus lemon dan ekstrak jahe berturut-turut sebesar 5 ml, 10 ml, 15 ml, 20 ml, dan 25 ml. Selai campuran wortel dan kinnow dikemas dalam toples kaca 550 gram yang telah disterilkan. Semua sampel kemudian dianalisis secara fisikokimia dan sensorik. Sampel dianalisis dengan interval lima belas hari selama tiga bulan penyimpanan.

Artikel 3:

Gambar 2.3 Diagram Alir Proses Pengawetan Produk Selai Stroberi

Proses pengawetan selai stroberi dengan emulsi kayu manis dimulai dengan persiapan emulsi CBEO (0,06, 0,08, 0,10, 0,12 mg/g) digunakan sebagai fase lipid. Setelah menyiapkan emulsi O/W, dan terlepas dari proses yang digunakan, EO diekstraksi dengan menambahkan 15 mL n-heksana ke dalam 2 g emulsi O/W, diikuti dengan pengadukan vorteks selama 2 menit. Campuran dikocok perlahan dan disaring melalui kertas saring. n- heksana diuapkan pada suhu 40-C dalam rota-uap. Selai stroberi disiapkan Emulsi O/W ditambahkan ke selai setelah produk didinginkan pada suhu kamar dan kemudian dihomogenisasi. Jumlah emulsi yang ditambahkan ke selai stroberi ditetapkan untuk mencapai konsentrasi 1 g emulsi M/A dalam 100 g selai dalam produk akhir. Selai yang dibuat dengan emulsi minyak dalam air yang diinokulasi dengan Aspergillus flavus, Penicillium expansum, Zygosaccharomyces rouxii dan Zygosaccharomyces bailii tidak menunjukkan pertumbuhan selama 28 hari analisis hasil yang diperoleh menunjukkan kesesuaian emulsi minyak kulit kayu manis-xanthan gum untuk mengawetkan selai stroberi.

Pencampuran emulsi dengan selai stroberi

Pengemasan

Penyimpanan

15 mL n-heksana Pencampuran emulsi

Kayu manis

(8)

D. Efek Proses Pengawetan terhadap Kualitas Produk Artikel 1:

Proses pengawetan selai nanas terbaik menurut hasil pengamatan pada artikel 1 adalah penggunaan bubuk cengkeh sebanyak 0,6%, sedangkan kualitas selai nanas yang terbaik adalah dengan penggunaan bubuk cengkeh sebanyak 0,2%. Pada penggunaan bubuk cengkeh 0,6%, total plate count selain nanas hingga hari pengamatan ke-4 sebanyak 2,53 yang berarti berada di bawah standar total mikroba yang telah ditetapkan SNI 3746:2008 yaitu sebesar 3.00. Namun, nilai Aw yang ditampilkan pada Tabel 2 menunjukan sampel selai nanas dengan penggunaan bubuk cengkeh 0,6% memiliki Aw tertinggi pada hari ke-4 yaitu sebesar 0,9025. Pada aspek keasaman (pH), sampel selai nanas dengan penggunaan bubuk cengkeh 0,6% pada hari ke-4 memiliki pH tertinggi (4,4) dan paling mendekati batas standar pH selai, yaitu 4,6. Pada aspek padatan terlarut berdasarkan hasil perhitungan statistik pada Tabel 4 penggunaan bubuk cengkeh pada selai nanas tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai padatan terlarut selama penyimpanan hari ke-0, 1, 2, 3, dan 4. Sementara, pada aspek aktivitas antioksidan, penggunaan bubuk cengkeh 0,6% pada selai nanas menghasilkan jumlah aktivitas antioksidan terbesar, yaitu sebesar 70,771% dalam menangkap radikal bebas. Aspek terakhir, yaitu sifat organoleptik selai nanas dengan penggunaan bubuk cengkeh sebanyak 0,6% menghasilkan warna yang coklat, aroma kuat, aftertaste yang kuat, kemudahan dalam pengolesan kurang lembut, dan nilai keseluruhan sebesar 2,87 yang berarti tidak disukai panelis.

Sementara itu, pada penggunaan bubuk cengkeh 0,2% total plate count selai nanas hingga hari pengamatan ke-4 sebanyak 3,87 yang berarti sudah melebihi batas total mikroba yang ditetapkan SNI 3746:2008. Nilai Aw mengalami penurunan selama dilakukannya 4 hari pengamatan yaitu dari 0,90 menjadi 0,8825. Pada aspek keasaman (pH) sampel selai nanas dengan penggunaan bubuk cengkeh 0,2% pada hari ke-4 memiliki pH 4,2 yang berarti masih berada dalam standar pH selai sebesar 4,6. Sedangkan pada aspek aktivitas antioksidan, dalam menangkal radikal bebas penggunaan bubuk cengkeh 0,2% (56,579%) kurang efektif jika dibandingkan dengan penggunaan bubuk cengkeh 0,6%. Tetapi dari hasil organoleptik, selain nanas dengan penggunaan bubuk cengkeh 0,2%

memiliki atribut mutu yang cenderung disukai konsumen dengan warna netral, aroma

(9)

netral menuju agak coklat, aftertaste yang agak lemah, tingkat kemudahan oles yang kurang lembut, dan penilaian keseluruhan sebesar 5,67 yang berarti kurang disukai menuju disukai oleh panelis.

Artikel 2:

Secara statistik baik penyimpanan maupun perlakuan penambahan ekstrak jahe memiliki pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap pH, total padatan terlarut, keasaman, vitamin C, gula pereduksi, gula nonreduksi, warna, flavor, tekstur, dan penerimaan keseluruhan selai campuran wortel-kinnow. Nilai pH buah-buahan merupakan faktor yang sangat penting karena membantu dalam pembentukan gel yang optimal dalam pembuatan selai. Selama interval penyimpanan, peningkatan persen keasaman selai buah disebabkan oleh pembentukan senyawa asam yang mengakibatkan penurunan nilai pH produk. Nilai rata-rata pH secara signifikan (P<0,05) menurun dari 3,62 menjadi 3,40 selama penyimpanan. Berdasarkan Tabel 4-1, dapat diamati bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak jahe, maka makin rendah penurunan pH pada selai campuran wortel-kinnow. Jadi ekstrak jahe dapat mempertahankan pH dari selai. Nilai rata-rata total padatan terlarut signifikan (P<0,05) meningkat dari 67,46 menjadi 71,68 selama penyimpanan.

Peningkatan total padatan terlarut mungkin karena hidrolisis pati menjadi gula sederhana.

Pada Tabel 4-2, dapat diamati bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak jahe, maka makin rendah peningkatan total padatan terlarut pada selai campuran wortel-kinnow.

Nilai rata-rata keasaman secara signifikan (P<0,05) meningkat dari 0,63 menjadi 0,85 selama penyimpanan. Peningkatan keasaman pada selai buah mungkin disebabkan oleh degradasi asam askorbat (vitamin C) dan hidrolisis pektin. Peningkatan persen keasaman selai buah mungkin juga disebabkan oleh peningkatan kandungan TSS padatan terlarut total dan pemecahan gula sampel. Dapat diamati pada Tabel 4-3 bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak jahe, maka makin rendah peningkatan keasamaan pada selai wortel-kinnow. Nilai rata-rata vitamin C secara signifikan (P<0,05) meningkat dari 5,74 menjadi 5,23 selama penyimpanan. Asam askorbat (vitamin C) adalah faktor penting untuk kualitas produk. Asam askorbat mudah terpengaruh karena oksidasi selama pemrosesan dan penyimpanan. Selain itu, hilangnya kandungan vitamin C dapat disebabkan oleh efek cahaya di lingkungan penyimpanan. Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 4-4, dapat

(10)

diamati bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak jahe, maka peningkatan Vitamin C pada selai campuran wortel-kinnow akan semakin rendah.

Nilai rata-rata gula pereduksi yang signifikan (P<0,05) meningkat dari 16,42 menjadi 21,21 selama penyimpanan. Peningkatan gula pereduksi kemungkinan disebabkan oleh fluktuasi suhu dan kondisi asam yang mengakibatkan terjadinya konversi sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Pada Tabel 4-5 dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak jahe, maka makin rendah peningkatan gula pereduksi pada selai campuran wortel-kinnow. Nilai rata-rata gula non-reduksi signifikan (P< 0,05) menurun dari 46,42 menjadi 31,58 selama penyimpanan. Fluktuasi suhu dan kondisi asam terjadi seiring waktu yang mengakibatkan konversi sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa yang akan menyebabkan penurunan gula non-reduksi. Berdasarkan Tabel 4-6 dapat diamati bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak jahe, maka peningkatan gula non-reduksi pada selai wortel-kinnow akan semakin rendah.

Nilai rata-rata warna secara signifikan (P<0,05) menurun dari 7,76 menjadi 5,93 selama penyimpanan. Warna suatu produk makanan dianggap sebagai parameter kunci mengenai opini konsumen. Penurunan warna mungkin karena pencoklatan enzimatik dan degradasi asam askorbat. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4-7, dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak jahe, maka makin rendah penurunan warna pada selai campuran wortel-kinnow. Nilai rata-rata flavor secara signifikan (P<0,05) menurun dari 7,95 menjadi 5,68 selama penyimpanan. Selama penyimpanan penurunan flavor mungkin terjadi karena penurunan nilai pH produk atau karena fluktuasi asam. Berdasarkan Tabel 4-8, dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak jahe, maka makin rendah penurunan flavor yang terjadi pada selai campuran wortel-kinnow. Nilai rata-rata tekstur secara signifikan (P<0,05) menurun dari 7,71 menjadi 6,05 selama penyimpanan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang tercantum pada Tabel 4-9, dapat diamati bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak jahe, maka makin rendah penurunan nilai tekstur pada selai campuran wortel-kinnow. Nilai rata-rata penerimaan keseluruhan secara signifikan (P<0,05) menurun dari 7,41 menjadi 4,35 selama penyimpanan. Berdasarkan hasil pengamatan yang tercantum pada Tabel 4-10, dapat diamati bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak jahe, maka makin rendah penurunan nilai penerimaan keseluruhan pada selai campuran wortel-kinnow. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan

(11)

penambahan ekstrak jahe sebesar 25 ml merupakan perlakuan paling baik secara fisiokimia dan organoleptik. Oleh karena itu, perlakuan ini direkomendasikan untuk penggunaan komersial dan untuk produksi skala besar di tingkat industri.

Artikel 3:

Selai dibuat dengan emulsi minyak dalam air yang diinokulasi dengan Aspergillus flavus, Penicillium expansum, Zygosaccharomyces rouxii dan Zygosaccharomyces bailii.

Setelah pengujian diketahui bahwa minyak atsiri kulit kayu manis menunjukkan penghambatan terhadap pertumbuhan jamur pada selai strawberry yang bergantung pada konsentrasi dan Konsentrasi Penghambatan Minimal (MIC) dari cinnamon bark essential oil (CBEO) yang bervariasi dari 0,04 hingga 0,05 mg/g. Hasilnya menunjukkan aktivitas antimikroba yang lebih besar dari CBEO terhadap Z. rouxii dibandingkan terhadap Z. bailii, dengan nilai MIC 0,04 mg/g. Nilai MIC tertinggi (0,05 mg/g) pada 103 sel/mL ditunjukkan terhadap Z. bailii. Tren yang sama diamati untuk nilai MIC ketika suspensi sel tertinggi digunakan (106 CFU/mL). Data yang diperoleh menunjukkan bahwa konsentrasi suspensi ragi memainkan peran kunci dalam mengurangi pembusukan khamir.

Pada suspensi spora yang paling encer, nilai Konsentrasi Fungisida Minimal (MFC) untuk P. expansum, A. flavus, dan A. niger berturut-turut adalah 0,03, 0,04 dan 0,05 mg/g.

Namun, 0,05 mg/g CBEO adalah Konsentrasi Penghambatan Minimal (MIC) pada 106 CFU/mL untuk tiga galur. Hasil ini menunjukkan bahwa konsentrasi EO berhubungan dengan larutan spora, dimana konsentrasi suspensi jamur memainkan peran penting dalam perkembangan jamur

Aktivitas antijamur dari emulsi O/W dari CBEO diketahui dapat meningkatkan fase Lag dari semua kapang yang diuji dengan penurunan tingkat perkecambahan untuk kedua suspensi jamur (103 CFU/mL dan 106 CFU/ ml). Emulsi O/W yang dibuat dengan 0,08 mg/g CBEO pada 40 MPa pada densitas emulsi spora terendah (103 CFU/mL) memiliki efek antijamur yang signifikan (p<0,05) pada semua kapang yang dipelajari. Pada konsentrasi EO tertinggi (0,05 mg/g), pertumbuhan miselium benar-benar terhambat di semua kapang yang diteliti, terlepas dari konsentrasi jamur yang digunakan. Sementara itu, penggunaan 0,03 dan 0,04 mg/g dari CBEO mengurangi pertumbuhan A. flavus, A.

niger dan P. expansum, terlepas dari suspensi jamur yang dievaluasi.

(12)

Pada suspensi jamur 106 CFU/mL, pertumbuhan miselia dari ketiga jamur yang diuji (Aspergillus flavus, Aspergillus niger, dan Penicillium expansum) meningkat.

Semakin tinggi tekanan yang diterapkan dalam homogenisasi, semakin besar % kehilangan trans-cinnamaldehyde (senyawa utama CBEO) yang dapat mengurangi efektivitas antijamur dari emulsi O/W. Pada kondisi ini, emulsi M/A yang dibuat dengan 0,08 mg/g CBEO pada 40 MPa mampu menghambat pertumbuhan total A. flavus, A. niger dan P.

expansum. Sebaliknya, ketika konsentrasi EO naik di atas 0,08 mg/g dan tekanan yang diterapkan pada emulsi primer adalah 80 MPa terjadi perkembangan A. niger pada media kultur.

Konsentrasi Penghambatan Minimal (MIC) dari emulsi O/W juga diuji terhadap Z.

rouxii dan Z. bailii pada suspensi sel yang berbeda (103 dan 106 CFU/mL). Nilai MIC terendah (0,06 mg/g) diperoleh pada 103 CFU/mL untuk kedua strain dengan menggunakan emulsi primer hingga 40 MPa. Pada 106 CFU/mL, nilai MIC emulsi untuk Z. rouxii dan untuk Z.bailii masing-masing adalah 0,06 dan 0,08 mg/g CBEO pada 40 MPa.

Hal ini mempengaruhi penghambatan pertumbuhan khamir yang menjadi kurang efektif karena hilangnya senyawa aktif.

Selai yang dibuat dengan emulsi O/W yang diinokulasi dengan A. flavus, P.

expansum, Z. rouxii dan Z. bailii tidak menunjukkan pertumbuhan selama pengujian.

Konsentrasi inokulum jamur mempengaruhi derajat inhibisi. Pada suspensi paling encer (103 CFU/mL), CBEO menyebabkan penghambatan total P. expansum, terlepas dari konsentrasi EO yang digunakan. Selanjutnya, A. flavus dan A. niger secara total dihambat ketika masing-masing 0,04 dan 0,05 mg/g CBEO digunakan. Perilaku ini mencerminkan resistensi yang lebih besar dari A. niger dan sensitivitas tertinggi P. expansum terhadap paparan CBEO. Konsentrasi jamur yang dinilai tertinggi menunjukkan penghambatan pertumbuhan miselium 100% ketika 0,05 mg/g CBEO dimasukkan ke dalam media. Pada A. niger, terjadi pengurangan sekitar 1 log. Hal ini menunjukan bahwa A. niger menunjukkan resistensi terbesar terhadap perlakuan CBEO dan emulsi O/W yang ditambahkan ke selai strawberry.

Dapat disimpulkan bahwa Aktivitas antimikroba dari emulsi ditentukan oleh suspensi jamur, konsentrasi minyak esensial, dan sensitivitas mikroba terhadap minyak esensial. Dimana, perlakuan terbaik adalah pada emulsi yang mengandung 0,08 mg/g

(13)

minyak atsiri kulit kayu manis. Penambahan 0,08 mg/g minyak atsiri kulit kayu manis ke dalam selai strawberry memungkinkan pengawetannya terhadap Aspergillus flavus, Penicillium expansum, Zygosaccharomyces rouxii, dan Zygosaccharomyces bailii selama keseluruhan periode evaluasi (7 hari). Berdasarkan analisis sensoris yang dilakukan, ketahui bahwa tidak ada perbedaan signifikan yang diamati antara konsentrasi minyak atsiri yang digunakan yaitu, konsistensi dan atribut warna tidak berbeda secara signifikan (p>0,05) dari sampel control. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penambambahan emulsi dari minyak atsiri kulit kayu manis tidak mengubah tekstur atau warna produk, tetapi secara negatif mempengaruhi aroma, rasa, dan penerimaan selai secara keseluruhan.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Ribes, Susana, Ana Fuentes, Pau Talens, dan Jose Manuel Barat. 2017. Application of Cinnamon Bark Emulsions to Protect Strawberry Jam from Fungi. LWT- Food Science and Technology, 78: 265 - 272.

Ullah, Irfan., Ali M., Naeem U., Usman A., Suliman K., and Imran K. 2020. Effect of natural preservative (Ginger extract) on the over quality of carrot and kinnow blended jam.

International Journal of Horticulture and Food Science, 2(1): 01-09.

Utami, Rohula., Kawiji, dan Shintanova Parwitasari. 2010. Pengaruh Bubuk Cengkeh (Syzygium aromaticum) terhadap Selai Nanas sebagai Antimikroba Alami dan Antioksidan. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, III(2): 127-134,

Gambar

Gambar 1.1 Diagram Alir Pembuatan Bubuk Cengkeh
Gambar 1.2 Diagram Alir Pembuatan Selai Nanas dengan Penambahan Bubuk Cengkeh
Gambar 2.2 Diagram Alir Pembuatan Sari Jahe Pemotongan Sari Jahe Pengupasan Jahe Pemasukan ke mesin juicer
Gambar 2.3 Diagram Alir Pembuatan Produk Selai Campuran Wortel-Kinnow  Berikut  proses  pembuatan  selai  campuran  wortel-kinnow
+2

Referensi

Dokumen terkait

Proses BLU ini dimulai dari seluruh pendapatan yang diterima oleh institusi harus disetorkan terlebih dahulu ke kas negara sebagai PNBP (Penerimaan Negara Bukan

Dengan budaya organisasi yang baik tentunya akan meningkatkan kinerja karyawan pada UKM Suci Rizki sehingga hasil kerja yang didapatkan akan lebih maksimal. Analisis

kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi Sempadan Danau sebagai kawasan

Informasi awal ini dapat berasal dari berbagai sumber, baik primer (first-hand) berdasarkan sistem pemantauan media (media monitoring), info dari internal Kemenpar, maupun

PhET dikembangkan menggunakan prinsip-prinsip desain berikut: 1) men- dorong penyelidikan ilmiah; 2) menye- diakan interaktivitas; 3) membuat sesu- atu yang tak terlihat

Berdasarkan hasil jawaban pada tabel 8, mahasiswa matematika dapat membangun model sebab akibat dari suatu sifat yang diberikan baik bentuk integral tak tentu mapun integral

Sedangkan salafi desa adalah mereka yang tinggal di berbagai desa/dusun di seluruh kabupaten Lombok (khususnya Lombok Barat) Nusa Tenggara Barat. Selanjutnya, ketika berbicara

Basis data adalah suatu kumpulan data terhubung (Interre Lated Data) yang disimpan secara bersama-sama pada suatu media, tanpa mengatap satu sama lain atau tidak