• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memilih melalui wadah pemilihan umum. Sebagaimana dikemukakan Bung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. untuk memilih melalui wadah pemilihan umum. Sebagaimana dikemukakan Bung"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara yang menjunjung tinggi nilai demokrasi. Dimana negara yang menganut sistim demokrasi lebih mementingkan kepentingan bersama ketimbang kepentingan pribadi, secara langsung ataupun tidak, yang menentukan adalah suara masyoritas masyarakat yang memiliki hak untuk memilih melalui wadah pemilihan umum. Sebagaimana dikemukakan Bung Hatta (Lenggono, Soedarno, dan Subiakto, 2016 : 1), pendeknya cara mengatur pemerintahan negeri, cara menyusun perekonomian rakyat, semuanya harus diputuskan oleh rakyat dengan mufakat. Di Indonesia, sistim demokrasi dianggap sistim yang tepat, karena didalamnya berbicara tentang kehendak rakyat, demokrasi juga berbicara tentang kebaikan bersama. Jadi Pemerintahan yang menganut sistim demokrasi bisa menciptakan kebaikan bersama melalui kontrak politik yang disetujui oleh masyarakat, sehingga demokrasi tidak lepas dari yang namanya pemilihan umum.

Di Indonesia, pemilihan umum (pemilu) diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum atau biasa kita sebut dengan KPU setiap 5 tahun sekali . Yang mana dalam pemilu kita memilih orang-orang untuk berada di lembaga Eksekutif maupun Legislatif. Lembaga Eksekutif sendiri meliputi presiden, wakil presiden, mentri, pemerintahan di tingkat daerah seperti gubernur, bupati/walikota, camat, dan kades/lurah. Sedangkan yang meliputi lembaga Legislatif adalah dewan

(2)

perwakilan daerah (DPD), dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) (Undang-Undang Nomor 8 tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang).

Jika kita melihat ke belakang, dalam sejarahnya kala itu pemilu dilakukan guna memilih anggota DPR dan anggota Konstituate. Pada pemilu pertama, partai ataupun perorangan yang mengikuti pemilu ada 29 partai/perorangan untuk kursi DPR, dan 35 partai/perorangan untuk kursi Konstituate. Hal menarik dari pemilu pertama adalah, tingginya kesadaran untuk berkompetisi secara sehat, misalnya, meski yang menjadi calon anggota DPR adalah perdana menteri dan menteri yang sedang menjabat, mereka tidak menggunakan fasilitas negara dan otoritasnya kepada pejabat bawahan untuk menggiring pemilih yang menguntungkan partainya. Karena itu, sosok pejabat negara tidak dianggap sebagai pesaing yang menakutkan dan akan memenangkan Pemilu dengan segala cara. Adapun tujuan dari di adakannya pemilu antara lain, untuk melaksanakan kedaulatan rakyat, guna terbentuk perwujudan dari hak asasi politik rakyat, memilih wakil wakil rakyat yang duduk di DPR, DPD, DPRD, serta Presiden dan Wakil Presiden, malaksanakan pergantian personal pemerintah secara damai, aman dan tertib, dan yang paling penting adalah untuk menjamin kesinambungan pembangunan nasional. Jadi bisa dikatakan pemilu ini sangatlah krusial bagi bangsa Indonesia.

Tidak semua warga Indonesia dapat menyuarakan hak pilihnya, karena dari pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku penyelenggara sendiri mempunyai

(3)

beberapa aturan bagaimana menjadi seorang pemilih, yang terdaftar sebagai pemilih antara lain, Warga Negara Indonesia, Pernah/Sudah Kawin, dan 17 tahun pada saat pemilihan, adapun yang tidak terdaftar sebagai pemilih, yaitu orang yang sedang terganggu jiwanya, dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai hukum tetap, dan anggota TNI/POLRI (website KPU, 2008).

Banyak anggapan yang mengakatan bahwa pemilu adalah pesta rakyat, semakin banyak variasi yang tersaji, semakin tinggi juga partisipasi masyarakat.

Variasi yang dimaksud disini adalah apa saja program kerja yang ditawarkan, kebijakan apa yang akan dikeluarkan guna mensejahterakan masyarakat. Tentu yang menjadi penentu dalam pemilu adalah suara dari masyarakat Indonesia sendiri. Guna mendapatkan suara dari masyarakat pasti lah setiap pasangan calon mempunyai strategi masing masing dalam melaksanakan kampanye, mulai dari melakukan pertemuan terbatas dengan pihak pihak tertentu, pertemuan tatap muka/dialog langsung, debat publik dengan pasangan calon lain, melakukan penyebaran bahan kampanye, penggunaan alat praga kampanye, dan memasangan iklan di media massa cetak ataupun elektronik. Sebuah kampanye dalam pemilu dianggap sebagai suatu ajang berlangsung proses komunikasi politik tertentu, yang tinggi intentitasnya. Itu terjadi bukan lain karena saat terjadinya kampanye, secara tidak langsung interaksi komunikasi politik yang terjadi meningkat dalam tempo yang cukup cepat. Setiap pasangantcalon menggunakan kampanye untuk meyakinkan masyarakat bahwa mereka lah yang cocok untuk duduk dikursi yang telah dipertaruhkan. Dari sekian banyak cara

(4)

kampanye yang dilakukan, media adalah alat yang paling efektif, karena ide dan gagasan politik sangat mudah untuk disalurkan kepada masyarakat selaku sasaran politik.

Media massa dipercaya dapat memberi pengaruh besar terhadap pola pikir, persepsi, dan tindakan seseorang terhadap suatu hal. Media massa merupakan komponen dari infrastruktur politik yang berfungsi mensosialisasikan nilai-nilai politik kepada publik dan memberikan edukasi untuk penyadaran hak-hak dan kewajiban politik publik. Bahkan media massa saat ini semakin memegang peran yang penting dalam kehidupan politik, salah satunya dalam Pemilihan Umum (Pemilu). Dalam memutuskan pilihan politik, tak jarang masyarakat menggunakan informasi yang tersaji di media massa sebagai referensi.

Fokus utama dalam media massa adalah penyajian berita atas apa yang akan diinformasikan kepada masyarakat, agar masyarakat dapat dengan dalam memaknai informasi yang dimaksud. Berita biasanya memberikan informasi atas suatu realita yang terjadi, akan tetapi tidak semua berita adalah realita murni yang terjadi dilapangan. Berita adalah hasil dari konsturksi sosial yang selalu melibatkan pandangan-pandangan, ideologi, dan nilai-nilai wartawan atau media (Eriyanto, 2001:29). Oleh karena itulah berita yang dimuat dalam media massa bukan murni cerminan dari realita yang dilihat dan didengar oleh seorang wartawan, tapi ada unsur konstruksi yang dilakukan terhadap realita tersebut. Bisa disimpulkan bahwa berita yang ada pada media massa sudah dikontruksikan, baik

(5)

oleh pihak wartawan atau media dengan nilai-nilai, pandangan, bahkan ideologi mereka (Jemat, 2014:57).

Cara yang digunakan untuk menkonstruksikan berita adalah dengan melakukan framing pada hal-hal tertentu. Menurut William A.Gamson (Eriyanto, 2001:78), Framing adalah suatu cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna persitiwa- peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima. Jadi penyajian berita dan konstruksi atas realitas yang ada mulai dibuat dengan melihat aspek-aspek yang ditonjolkan media untuk mempermudah khalayak untuk mengingat hal-hal tertentu yang disajikan menonjol oleh media (Hoesin Abdat, 2014:2).

Hal ini dikuatkan pula oleh beberapa penelitian terdahulu, yang menekankan bahwa framing atau konstruksi berita sering digunakan oleh media dalam beberapa kasus. Pertama dari penelitian yang dilakukan oleh Abdurrahman Jemat (2014), yang meneliti tentang Framing Media Online Terhadap Pemberitaan Mengenai Susilo Bambang Yudhoyono Menjelenag Pemilu Legislastif 2014. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Jemat ini menggunakan teori Framing dari William A. Gamson dan pendekatan penelitian ini menggunakan pendeketan kualitatif. Hasil dari penelitian tersebut yaitu media inilah.com mengesankan 1) sebagai Presiden, SBY gagal. 2) sebagai kepala

(6)

pemerintahan, SBY cenderung menghambat proses hukum, dan 3) sebagai ketua umum partai, SBY cenderung berlaku curang. Sedangkan pada media Kompas.com cenderung apa adanya, namun khusus menyangkut SBY sebagai ketua umum partai, Kompas.com juga memframing SBY cenderung curang.

Kedua dari penelitian yang dilakukan oleh Dewi Prawitasari (2013), dengan menggunakan teori Framing dari Pan dan Kosicki dan pendekatan penelitian kualitatif, yang meneliti tentang Analisis Framing Pemberitaan Kompas.com dan Vivanews.com Padal emberitaan Runtuhnya Terowongan Tambang PT. Freeport Indonesia. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kedua media tersebut memberitakan secara berbeda, karena terdapat fakta yang ditemukan dari ekonomi politik bahwa kepemilikan saham 10% PTFI yang pernah dimiliki oleh anak perusahaan Bakrie Group yakni PT. Indocopper Investama, diasumsi akan memperngaruhi konten pemberitaan PTFI dalam Vivanews.com yang merupakan andalan Bakrie Group untuk memenuhi investasi dalam media portal berita. Sedangkan Kompas.com yang tidak memiliki kepentingan dalam PTFI merasa bahwa peristiwa yang dialami atau yang berkaitan dengan respon terhadap peristiwa runtuhnya terowongan tambang tersebut perlu digali lebih dalam untuk diinformasikan kepada khalayak, agar khalayak memiliki presepsi lain terhadap apa saja yang telah dilakukan perusahaan milik asing tersebut, yakni PTFI.

Ketiga ada penelitian yang dilakukan oleh Jihan Hoesin Abdat (2012), beliau menggunakan pendekatan kualitatif dengan teori Framing dari Pan dan Kosicki, yang meniliti tentang Konstruksi Media Terhadap Realitas Pemberitaan

(7)

Pemilihan Calon Gubernur DKI, Joko Widodo di Harian Umum Solopos Bulan Februari – Mei 2012. Dari hasil penelitian didapat bahwa Solopos berusaha membangun konstruksi yang mendekati realitas yang sebenarnya. Artinya Solopos berusaha membangun realitas sosial di masyarakat mendekati realitas yang sesungguhnya, bahkan Jokowi adalah pribadi yang tidak ambisius, loyal, dan amanah. Solopos secara konsisten membingkai peristiwa keikutsertaan Jokowi dalam Pilkada DKI ke arah yang positif.

Keempat penelitian dari M. Rizky Afriyandi (2017), dengan pendekatan

penelitian kualitatif dan menggunakan teori Framing Agenda Setting dari Goffman, yang meneliti tentang Konstruksi Pemberitaan Media Online Pasca Debat Kandidat Pertama Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa a) Paslon Agus dan Sylvi, tribunnews.com menggambarkan Agus Yudhoyono selaku calon gubernur yang belum mampu mengeksplorasi gagasan yang original sehingga terkesan menghafal saat menjawab pertanyaan debat. b) Paslon Ahok dan Djarot, tribunnews.com mengarahkan pernyataan kontroversial Ahok saat debat dimana Ahok membawa- bawa profesi dosen dalam ucapannya. Hal ini dianggap menyinggung profesi dosen karena Ahok menganggap dosen hanya mampu berteori dan tidak menekankan pada action. c) Paslon Anies dan Sandi, tribunnews.com cenderung mengangkat sosok Anies selaku calon gubernur yang dianggap memiliki kecakapan dalam hal berkomunikasi, Anies juga dinilai sebagai sosok yang mampu menjembatani perbedaan antar warga melalui proses komunikasi.

(8)

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Ismaya Indri Astuti (2014), dengan

pendekatan penelitian kualitatif dan didukung oleh teori Analisis Wacana Kritis dari Teun A. Van Dijk,Eyang meneliti tentang Analisis Wacana Pemberitaan Surat Kabar Jawa Pos Menjelang Pemilihan Presiden Tahun 2014. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa, a) wacana yang disampaikan melalui pemberitaan di headline Jawa Pos banyak memberi informasi terkait dengan program kerja yang dicanangkan oleh setiap kendidat Pilpres tahun 2014 dan wacana himbauan secara tidak langsung untuk berpasrtisipasi aktif dalam Pilpres 2014. b) isu-isu yang dipresentasikan dalam surat kabar Jawa Pos menjelang Pilpres tahun 2014 ialah terkait pencitraan politik dan situasi politik yang terjadi di Indonesia. Dari lima hasil penelitian yang sejenis diatas, penulis berkeyakinan bahwa setiap media melakukan konstruksi atas realita yang terjadi.

Karena peristiwa diatas tadi, penulis ingin mengetahui bagaimana perlakuan salah satu media online yang masih berumur cukup muda, sekitar tiga tahun, terhadap fenomena Pasca Debat Pertama Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden 2019. Cara yang digunakan oleh penulis ialah menggunakan Analisis Framing yang dimuat pada media tersebut. Mengingat bahwa fenomena politik ini hanya terjadi 5 tahun sekali, dapat dipastikan berita tentang Pasca Debat Pertama Capres dan Cawapres akan selalu menarik untuk dibahas oleh media. Ada yang menjadi pembeda dalam penelitian ini, yaitu penelitian ini mengambil salah satu media online yang cukup fenomenal saat ini dalam menkostruksi sebuah berita atas realita yang terjadi.

(9)

Dalam penelitian ini, penulis ingin membahas mengenai bagaimana framing media online Tirto.id tentang pemberitaan pasca debat pertama pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2019, di rubrik infografik periode 18 – 21 Januari 2019. Media ini sendiri merupakan media online yang berumur ‘muda’

namun sudah mendapatkan beberapa penghargaan bergengsi didunia jurnalistik Indonesia. Tirto.id pada tahun 2016, mendapatkan penghargaan sebagai media dengan laman Berita dan Media terbaik dalam ajang ID Website Awards 2016 yang diadakan oleh Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI). Tidak hanya sampai disitu, pada tahun 2017 Tirto.id juga mendapatkan penghargaan sebagai Media Siber Terinovatif dari Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2017 yang diselenggarakan setiap tahun oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Penghargaan tersebut diberikan berdasarkan konsistensi 5W+1H, kelengkapan berita dengan infografis dan independensi dapur redaksi.

Tirto.id juga memiliki mempunyai semangat juang yang tinggi dalam memberikan informasi atau berita kepada masyarakat, filosofi dari nama Tirto sendiri diambil dari nama Tirto Adi Soerjo (1880 – 1918) selaku bapak Pers Indonesia sekaligus pahlawan nasional. Almarhum Tirto terlibat dalam penerbitan Soenda Berita, Medan Prijaji, dan Putri Hindia, serta pembentukan Sarekat Dagang Islam. Semasa beliau hidup, Tirto dikenal cerdas dan kritis memanfaatkan surat kabar sebagai alat perlawanan terhadap pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Atas dasar itu juga semangat dari Tirto diterapkan pada media online Tirto.id.

Dalam setiap berita yang mereka (Tirto.id) publish, Tirto.id selalu menghadirkan data atau hasil riset yang bisa dipertanggung jawabkan, bahkan

(10)

pada salah satu tools dibagian bawah portal website mereka ada penjelasan tentang metodologi riset yang mereka lakukan. Hal itu terbukti karna pada 12 Januari 2018 Tirto.id berhasil mejadi media Pertama di Indonesia yang lolos verifikasi oleh Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact- Checking Network (IFCN), dan dikawasan ASEAN sendiri baru ada tiga media

yang terverifikasi oleh IFCN, yaitu Rappler dan Vera Files dari Filipina, serta Tirto.id dari Indonesia.

Situasi politik di Indonesia saat ini terutama dalam konteks pemilihan presiden tahun 2019 memang menjadi perhatian publik, karena ini menyangkut masa depan Bangsa Indonesia. Melihat kandidat yang akan bersaing merupakan dua kandidat yang pada pemilu sebelumnya juga mencalonkan diri, cuman perbedaannya hanya pada calon wakilnya saja, banyak anggapan Pemilu tahun ini merupakan pemilu rematch atau pertandingan ulang, antara Pak Joko Widodo melawan Pak Prabowo Subianto. Untuk tema debat pertama kali ini akan membahas tentang Hukum, HAM, Korupsi, dan Terorisme. Kedua pasangan calon sama-sama mempunyai track record tersendiri terhadap isu-isu pada tema debat kali, Jokowi sendiri merupakan incumbent pada ajang pilpres kali ini, seharusnya setelah menjalani satu periode sebagai presiden terpilih, Jokowi lebih menguasai dan memahami persoalan-persoalan tentang tema pada debat kali ini.

Sedangkan untuk Prabowo sendiri, beliau merupakan ketua partai Gerindra yang mendapatkan kursi terbanyak nomor 2 di DPR RI, dan beliau pernah menjadi Komandan Kopassus tahun 1995 - 1998. Jadi bisa dikatakan kedua pasangan calon sama -ama familiar dengan isu pada tema debat pertama kali ini.

(11)

Sebelum Debat Pertama Capres dan Cawapres ini diselenggarakan, para pasangan calon presiden belum memaparkan visi dan misi mereka secara resmi didepan publik, karena isu yang ada sampai sebelum debat merupakan isu-isu yang bersifat sensasional belum isu-isu yang bersifat esensial. Sehingga memang bisa dikatakan bahwa debat capres dan cawapres sangatlah penting bagi rakyat Indonesia untuk mengetahui seperti apa calon presiden yang akan mereka pilih pada 17 April 2019 mendatang. Oleh karena itu, menarik bagi penulis untuk meneliti secara mendalam guna memaknai framing pemberitaan pasca debat pertama pemilihan presiden dan wakil presiden, oleh Tirto.id khususnya di rubrik infografik periode 18-21 Januari 2019.

1.2 Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang diatas, maka penulis memfokuskan penelitian ini bagaimana Framing media online Tirto.id tentang pemberitaan pasca debat pertama pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2019, di rubrik infografik periode 18 – 21 Januari 2019.

1.3 Tujuan Penelitian

Dari pernyataan penulis diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Framing media online Tirto.id tentang pemberitaan pasca debat pertama pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2019, di rubrik infografik periode 18 – 21 Januari 2019.

(12)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

a. Penelitian ini diharapkan bisa memperkaya ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu komunikasi massa melalui media.

Tentang bagaimana proses penerapan pembingkaian berita atau framing media online Tirto.id tentang pemberitaan pasca debat pertama pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2019, di rubrik infografik periode 18 – 21 Januari 2019.

b. Penelitian ini juga diharapkan bisa bermanfaat bagi penulis lain yang ingin melakukan penelitian tentang framing media terhadap suatu fenomena.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara tertulis maupun secara refrensi mengenai framing pemberitaan media terhadap suatu fenomena yang telah diteliti oleh penulis.

b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat terhadap pemberitaan yang ada dimedia massa apalagi saat bertepatan dengan sebuah fenomena Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2019.

Referensi

Dokumen terkait

1) Penjatuhan tindakan disiplin dilaksanakan seketika dan langsung pada saat diketahuinya pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh anggota Kepolisian Negara Republik

Akan tetapi, selisih mata uang asing dari penjabaran investasi ekuitas yang tersedia untuk dijual diakui dalam penghasilan komprehensif lain, kecuali pada penurunan

Hasil penelitian dilihat dari beberapa indikator: (1) kondisi kelembagaan menunjukkan, sekolah umumnya mempunyai pengelola khusus kelengkapan surat ijin dalam

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan ditemukan bahwa diversifikasi umur dan pendidikan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan perbankan yang

Bahan yang digunakan pada sistem pakar diagnosa penyakit kulit akibat virus dengan metode Teorema Bayes adalah sebagai berikut:.. Data pasien dan pemeriksaan diperoleh dari

Dengan demikian t hitung lebih besar dari t tabel, dengan demikian hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) yaitu “Terdapatnya hubungan yang

Pada gambar 6 menunjukkan perbedaan grafik jika PID menggunakan Kp 1.5 dan Kp 1, perbedaan ini terlihat bahwa respon PID pada KP 1.5 terlihat osilasi yang tidak

Penelitian ini dilakukan bertujuan Untuk mengetahui bagaimana minat belajar peserta dan mengetahui penerapan metode diskusi dengan pendekatan talking stick