• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Finansial dan Kontribusi Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica) Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Finansial dan Kontribusi Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica) Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI

OLEH :

AGFANTI SIANIPAR

110304033

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

1

KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI

OLEH :

AGFANTI SIANIPAR 110304033 AGRIBISNIS

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Ir Luhut Sihombing, MP) (Sri Fajar Ayu, SP, MM,DBA)

NIP. 196510081992031001 NIP. 197008272008122001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

AGFANTI SIANIPAR (110304033) dengan judul penelitian ANALISIS

FINANSIAL DAN KONTRIBUSI USAHATANI KOPI ARABIKA (Coffea

arabica) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI DESA PARADUAN

KECAMATAN RONGGUR NIHUTA KABUPATEN SAMOSIR. Penelitian

ini dibimbing oleh Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP dan Ibu Sri Fajar Ayu, SP,MM,DBA.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kelayakan finansial agribisnis kopi Arabika di daerah penelitian, untuk mengetahui besar kontribusi pendapatan agribisnis kopi Arabika terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian dan untuk mengetahui hambatan-hambatan teknis usahatani kopi Arabika dalam upaya peningkatan produktivitas normal.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling (sampling dengan maksud tertentu), karena Desa Paraduan memiliki luas lahan terbesar di Kecamatan Ronggur Nihuta tetapi memiliki produktivitas terendah kedua dan dengan pertimbangan bahwa di Desa Paraduan penduduknya 93% adalah petani kopi Arabika. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kelayakan yaitu metode analisis NPV, Net B/C dam IRR, serta metode analisis proporsi (kontribusi pendapatan keluarga) dana analisis deskriptif tentang hambatan-hambatan teknis usahatani kopi Arabika terhadap upaya peningkatan produktivitas normal.

Hasil dari penelitian adalah analisis kelayakan yaitu NPV yaitu sebesar Rp. 2.113.081 dan Net B/C yaitu sebesar Rp. 1.546 dan IRR yaitu sebesar 4,9% , kontribusi pendapatan usahatani kopi Arabika terhadap pendapatan keluarga yaitu sebesar 50% dan hambatan hambatan teknis yaitu hambatan internal yaitu kurangnya modal dan sikap pasrah petani serta hambatan internal yaitu kurangnya perhatian seta peran pemerintah dan harga juaal kopi yang rendah.

(4)

ii

Agfanti Hanna Lamhinsa Sianipar lahir di Kampung Sukarame, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun pada tanggal 06 Agustus 1993 anak dari Bapak Manson Sianipar (Alm) dan Ibu Dameria Siallagan. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1999 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 095199 Kampung Melayu , Kecamatan Tanah Jawa dan tamat pada tahun 2005.

2. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Balimbingan, Kecamatan Tanah Jawa dan tamat tahun 2018.

3. Tahun 2008 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta RK Budi Mulia Pematangsiantar dan tamat tahun 2011.

4. Tahun 2011 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN tertulis.

5. Bulan Agustus hingga September 2014 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Secanggang, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.

(5)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan hikmat dan karunia-Nya serta kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lengkap. Adapun judul skripsi adalah

“Analisis Finansial dan Kontribusi Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica)

terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur

Nihuta, Kabupaten Samosir” Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari

bimbingan,dukungan,dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini secara khusus penulis mengucap terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Luhut Sihombing,MP, selaku Ketua Komisi Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan arahan serta banyak pengetahuan dan pengalaman hidup serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Serta Ibu Sri Fajar Ayu, SP,MP,DBA selaku Anggota komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan rahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini yang telah memberikan banyak dukungan dan bantuan kepada penulis,

(6)

iv

3. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Pegawai Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan banyak pengetahuan selama masa pendidikan di Fakultas Pertanian.

4. Kedua orangtua penulis, Ayahanda tercinta Manson Sianipar (Alm) dan Ibunda tercinta Dameria Siallagan ,yang telah membesarkan dan memberikan dukungan baik secara moril maupun materi dan mendoakan penulis setiap waktu dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

5. Abang dan Kakak Penulis, Abangda Andi Sianipar,SE & kak Novelina Suryani Tampubolon, SE, Abangda Herbeth Sianipar, Abangda Pandapotan Sianipar, SE & kak Ririn Rena Simbolon, AMK, Abangda Octava Formen Sianipar & kak Florentina Silaen, yang telah memberikan semangat, materi dan doa kepada penulis.

6. Kepala Desa Paraduan , Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir, Bapak Hotdin Gurning, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Desa Paraduan, Bapak Togar Malau,SP, Ibu-ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Paraduan serta masyarakat Desa Paraduan yang sudah saya anggap seperti keluarga sendiri secara khusus kepada Keluarga J. Gurning/br. Simbolon (Op. Berliana), yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis serta izin untuk melakukan penelitian di Desa Paraduan.

(7)

kak Ester Purba,SP & kak Octa Manurung, SP serta Panitia Retreat Pembinaan UKM KMK USU, yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat penulis, Apryanti Siagian, SKep, Arga Saragih, Johana Batubara, Vyvyan Siagian, Vanny Vitha dan keluarga, Rut Siahaan, Budi Bramantara Telaumbanua, Daniel Siahaan,SP, serta Titus Sembiring,SP, yang telah memberikan dukungan semangat dan doa dan yang telah menemani penulis dari awal hingga akhir dapat memperoleh gelar sarjana pertanian.

10. Kawan-kawan Seperjuangan, Agri Manda Damanik, SP, Novita Sinaga,SP, Surya Alexander,SP, Febri Al Rasyid, Claudia Laia, Robby Rumapea, Hermawan Damanik, Alun Faruqi, Putri Filza Hidayat, Ahmad Riandy Hrp, Abdillah Al Hazmi, Denti Juli, Dena Ambarita,SP, Dian Pebriyani serta Anak Sukses-KRD dan Kawan-Kawan 2011 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

11. Abang Kakak Senior , khususnya stambuk 2005,2008,2009,2010 yang telah banyak membantu serta memberiakan motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung.

(8)

vi dan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkam kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis ucapkan terimakasih dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan.

Medan, Januari 2016

(9)

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penulisan ... 7

1.4 Kegunaan Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1 Tinjauan Agronomi Tanaman Kopi ... 9

2.1.2 Tinjauan Ekonomi Tanaman Kopi ... 11

2.1.3 Prospek dan Keberhasilan tanaman Kopi sebagai Tanaman Penyegar ... 13

2.1.4 Tinjauan Finansial Tanaman Kopi ... 15

2.2 Landasan Teori ... 18

2.3 Penelitian Terdahulu ... 25

2.4 Kerangka Pemikiran ... 27

2.5 Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian... 32

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 33

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.4 Metode Analisis Data ... 35

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 40

3.5.1 Defenisi ... 40

(10)

viii

4.1.2 Demografi ... 42

4.1.3 Sarana dan Prasarana... 44

4.1.4 Distribusi Penduduk Menurut Agama Yang Dianut…………...45

4.2 Karakteristik Sampel ... 46

4.2.1 Umur Petani Sampel ... 46

4.2.2 Pendidikan Petani Sampel ... 47

4.2.3 Luas lahan kopi arabika Petani Sampel ... 48

4.2.4 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 49

4.2.5 Umur Tanaman Kopi Arabika ... 50

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kelayakan Usahatani kopi Arabika ... 52

5.1.1 Secara Teori ... 52

5.1.2 Secara Aktual (Pengamatan lapangan) ... 55

5.2 Ketersediaan Lahan dan Sarana Produksi ... 57

5.2.1 Lahan ... 57

5.2.2 Tenaga Kerja ... 57

5.2.3 Sarana Produksi ... 59

5.2.4 Alat alat Pertanian ... 62

5.3 Penerimaan Petani ... 64

5.4 Pendapatan Bersih Petani Kopi ... 65

5.5 Analisis Finansial Usahatani Kopi ... 66

5.5.1 Net Present Value (NPV) ... 66

5.5.2 Internal Rate of Return (IRR) ... 67

5.5.3 Benefit-cost ratio (B/C) ... 67

5.6 Kontribusi Pendapatan Usahatani kopi Arabika terhadap Total Pendapatan Keluarga ... 68

5.7 Hambatan-Hambatan Teknis dalam Usahatani Kopi Arabika ... 70

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 73

6.2 Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA

(11)
(12)

x

18 Rata-Rata Jumlah dan Biaya Pupuk untuk Usahatani kopi Arabika di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta , Kabupaten Samosir tahun 2015

61

19 Rata-Rata Jumlah dan Biaya Pestisida untuk Usahatani kopi Arabika di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta , Kabupaten Samosir tahun 2015

62

20 Rata-Rata Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani kopi Arabika di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta , Kabupaten Samosir tahun 2015

63

21 Rata-Rata Total Biaya Produksi Kopi Arabika Petai Sampel Selama Tahun 2015 Di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta , Kabupaten Samosir

64

22

23 24

25

Rata-Rata Penerimaan Petani Kopi Arabika Per Petani Dan Per Hektar Di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir Tahun 2015

Rata-Rata Pendapatan Bersih Petani Kopi Arabika Per Petani Dan Per Hektar Di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir Tahun 2015 Kriteria Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Arabika di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir 2015.

Kontribusi Masing-Masing Sumber Pendapatan Petani Sampel Terhadap Total Pendapatan Petani Sampel Selama Tahun 2015 Di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir.

65

65 68

(13)

No Judul Halaman

(14)

xii

No Judul Lampiran

1 Karakteristik Petani Sampel

2 Data Penggunaan Input Produksi Bibit(per petanitahun) 3 Data Penggunaan Input Produksi Pupuk Per Petani/tahun 4 Biaya Penggunaan Input Produksi Pupuk Per petani/tahun 5 Data Penggunaan Pestisida Per Petani/tahun

6 Data Penggunaan Pestisida dan Biaya Pestisida Per Petani/tahun 7 Data Penggunaan Peralatan Usahatani Per Petani/tahun

8 Data Penggunaan Peralatan Usahatani dan Biaya Peralatan Usahatan Per Petani/tahun

9 Data Penggunaan Tenaga Kerja Per Petani/tahun

10 Data rekapitulasi Penggunaan Tenaga Kerja dalam dan Luar Keluarga (per petani/tahun)

11 Data Penggunaan Tenaga Kerja dan Biaya Tenaga kerja (per petani/tahun)

12 Biaya tanaman Usahatani Kopi arabika (per petani/tahun)

13 Biaya Variabel (Variable Cost) dan Biaya Tetap (Fixed Cost) Usahatani Kopi arabika (Per petani/tahun)

14 Data produksi, harga Jual, dan penerimaan Kopi Arabika (per petani/tahun)

15 Data Biaya Penggilingan Kopi Arabika (per petani/tahun)

16 Data jumlah Penerimaan,Biaya Tanaman, Biaya Penggilingan Kopi Usahatani Kopi Arabika (per petani/tahun)

17 Biaya produksi Kopi Arabika (per petani/tahun)

18 Data Jumlah Penerimaan, Biaya Produksi, dan Pendapatan Usahatani Kopi Arabika (per petani/tahun)

19 Analisis Finansial Usahatani Kopi Arabika di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir

20 Data Penggunaan Input Produksi Bibit(per hektar/tahun) 21 Data Penggunaan Input Produksi Pupuk Per hektar/tahun 22 Biaya Penggunaan Input Produksi Pupuk Per hektar/tahun 23 Data Penggunaan Pestisida Per hektar/tahun

24 Data Penggunaan Pestisida dan Biaya Pestisida Per hektar/tahun 25 Biaya Peralatan Usahatan Per hektar/tahun

26 Data Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar/tahun

27 Data rekapitulasi Penggunaan Tenaga Kerja dalam dan Luar Keluarga (per hektar/tahun)

28 Data Penggunaan Tenaga Kerja dan Biaya Tenaga kerja (per hektar/tahun)

29 Biaya tanaman Usahatani Kopi arabika (per hektar /tahun)

(15)

33 Data jumlah Penerimaan,Biaya Tanaman, Biaya Penggilingan Kopi Usahatani Kopi Arabika (per hektar/tahun)

34 Biaya produksi Kopi Arabika (per hektar/tahun)

35 Data Jumlah Penerimaan, Biaya Produksi, dan Pendapatan Usahatani Kopi Arabika (per hektar/tahun)

36 37 38

Total Pendapatan dari Usahatani Non-kopi Arabika Total Pendapatan dari Non-Usahatani

(16)

i

AGFANTI SIANIPAR (110304033) dengan judul penelitian ANALISIS

FINANSIAL DAN KONTRIBUSI USAHATANI KOPI ARABIKA (Coffea

arabica) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI DESA PARADUAN

KECAMATAN RONGGUR NIHUTA KABUPATEN SAMOSIR. Penelitian

ini dibimbing oleh Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP dan Ibu Sri Fajar Ayu, SP,MM,DBA.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kelayakan finansial agribisnis kopi Arabika di daerah penelitian, untuk mengetahui besar kontribusi pendapatan agribisnis kopi Arabika terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian dan untuk mengetahui hambatan-hambatan teknis usahatani kopi Arabika dalam upaya peningkatan produktivitas normal.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling (sampling dengan maksud tertentu), karena Desa Paraduan memiliki luas lahan terbesar di Kecamatan Ronggur Nihuta tetapi memiliki produktivitas terendah kedua dan dengan pertimbangan bahwa di Desa Paraduan penduduknya 93% adalah petani kopi Arabika. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kelayakan yaitu metode analisis NPV, Net B/C dam IRR, serta metode analisis proporsi (kontribusi pendapatan keluarga) dana analisis deskriptif tentang hambatan-hambatan teknis usahatani kopi Arabika terhadap upaya peningkatan produktivitas normal.

Hasil dari penelitian adalah analisis kelayakan yaitu NPV yaitu sebesar Rp. 2.113.081 dan Net B/C yaitu sebesar Rp. 1.546 dan IRR yaitu sebesar 4,9% , kontribusi pendapatan usahatani kopi Arabika terhadap pendapatan keluarga yaitu sebesar 50% dan hambatan hambatan teknis yaitu hambatan internal yaitu kurangnya modal dan sikap pasrah petani serta hambatan internal yaitu kurangnya perhatian seta peran pemerintah dan harga juaal kopi yang rendah.

(17)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan sektor pertanian di Indonesia sangat dirasakan manfaatnya lewat hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai selama ini. Hal ini tidak dapat dipungkiri mengingat Indonesia memiliki modal kekayaan sumberdaya alam yang sangat besar, sehingga memberikan peluang bagi berkembangnya usaha-usaha pertanian, yang salah satunya adalah tanaman perkebunan khususnya tanaman kopi. Perkebunan kopi berbeda dengan perkebunan lainnya yang banyak dikuasai oleh perusahaan dan usaha perkebunan pemerintah, perkebunan kopi lebih banyak dikuasai oleh rakyat. Permasalahan yang sering dihadapi dalam mendapatkan kopi yang berkualitas adalah kesadaran dan kemampuan petani kopi yang berbeda-beda. Misalnya kampanye “petik merah” adalah usaha untuk mendorong petani untuk menunggu kopi menjadi matang dipetik, karena hal ini sangat mempengaruhi harga jual dan kualitas kopi dan yang lebih luas lagi adalah pencitraan kopi di daerah tersebut (Anggraini, 2006).

(18)

kopi Indonesia dihasilkan oleh petani kopi rakyat yang rata-rata kepemilikan lahan per keluarga berkisar antara 0,8-1,5 hektar dengan tingkat pendidikan dan kemampuan budidaya kopi masih tergolong rendah sampai sedang (AEKI, 2012).

Bidang usaha kopi merupakan sumber penghidupan masyarakat diberbagai daerah dan menjadi salah satu sumber pendapatan devisa bagi negara. Perlu kiranya diadakan pengkajian mendalam mengenai prospek perkopian dunia dan peluang-peluang nyata bagi perkopian Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pasar agar dapat meningkatkan perekonomian nasioanal maupun memperbaiki pendapatan masyarakat, terutama masyarakat petani-petani kopi (Siswoputranto, 1993).

Keberhasilan agribisnis kopi membutuhkan dukungan semua pihak yang terkait dalam proses produksi kopi pengolahan dan pemasaran komoditas kopi. Upaya meningkatkan produktivitas dan mutu kopi terus dilakukan sehingga daya saing kopi di Indonesia dapat bersaing dipasar dunia. Kandungan yang ada di dalam kopi selain protein, larutan kopi mengandung asam chiorogen, pembangkit chlor, yang merangsang keluarnya sama chloride dalam lambung. Juga kandungan kafein, yang bisa memacu peredaran darah. Namun dalam situasi yang peka, kafein murni bisa menjadi racun (Rahardjo, 2012).

(19)

Statistik (BPS) tahun 2013, Kabupaten dengan luas areal tanam kopi arabika terbesar di Sumatera Utara salah satunya ialah Kabupaten Samosir, yakni sebesar 2.712 ha selama tahun 2013, hal ini disebabkan karena di Kabupaten samosir semua petani kopi menanam Kopi Arabika. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1 : Tabel 1. Luas Tanaman dan Produksi kopi Arabika Perkebunan Rakyat

Menurut Kabupaten Tahun 2013

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, 2013

Kabupaten/Kota Luas Tanaman(Ha) Produksi

TBM TM TTM Jumlah (ton)

Kabupaten

1. Nias - - - - -

2. Mandailing Natal 516,00 1 188,00 60,00 1 764,00 1 273,00

3. Tapanuli Selatan - - - - -

4. Tapanuli Tengah - - - - -

5. Tapanuli Utara 3 660,00 9 809,00 299,00 13 768,00 10 123,00 6. Toba Samosir 640,00 2 003,00 194,00 2 837,00 2 353,00

7. Labuhanbatu - - - - -

8. Asahan - - - - -

9. Simalungun 882,00 5 991,00 206,00 7 079,00 8 475,00

10. Dairi 2 292,00 7 398,00 927,00 10 617,00 9 583,00

11. Karo 895,00 4 797,00 198,00 5 890,00 6 848,00

12. Deli Serdang 145,00 543,00 12,00 700,00 546,00

13. Langkat - - - - -

14. Nias Selatan - - - - -

15. Humban

Hasundutan 2 896,00 7 298,00 1 131,00 11 325,00 5 899,00 16. Pakpak Bharat 150,00 1 170,00 65,00 1 385,00 1 233,00

17. Samosir 1 230,00 2 659,00 304,00 4 193,00 2 712,00

18. Serdang Bedagai - - - - -

19. Batu Bara - - - - -

20. Padang Lawas

Utara - - - - -

21. Padang Lawas - - - - -

22. Labuhanbatu

Selatan - - - - -

23. Labuhanbatu Utara - - - - -

24. Nias Utara - - - - -

25. Nias Barat 3,00 13,00 4,00 20,00 7,00

Kota

(20)

4

terletak pada wilayah dataran tingggi dengan ketinggian antara 700-1.700 mdpl dengan komposisi : 700 m s/d 1.000 mdpl = ± 10% 1.000 m s/d 1.500 mdpl = ±25% >1.500 mdpl = ±65% merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan berbagai jenis tanaman agribisnis dan hortikultura khususnya kopi dengan syarat tumbuh 1000 mdpl (Anonimus, 2013).

(21)

Total (ton)

2012 1.218,80 2.588,40 499,70 4.306,90 2.831,07

2011 1.361,30 2.398,40 415,70 4.175,40 2.542,69

2010 1.341,90 2.326,50 423,70 4.092,10 2.467,65

2009 978,60 2.506,10 409,20 3.893,90 2.573,40

2008 992,80 2.298,62 456,20 3.747,62 2.418,70

2007 831,00 2.476,50 591,70 3.899,20 7.495,22

2006 672,37 1.768,02 318,97 2.759,36 1.742,64

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Samosir, 2012

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa produksi kopi Arabika mengalami fluktuasi. Terjadi peningkatan yang signifikan produksi tahun 2006 ke tahun 2007, selanjutnya dari tahun 2007 ke tahun 2008 mengalami penurunan signifikan dan selanjutnya hingga tahun 2012 terjadi fluktuasi produksi kopi.

Tabel 3. Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Kopi Arabika menurut Kecamatan di Kabupaten Samosir Tahun 2012

No Kecamatan Luas Tanam

(Ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (ton/ha)

1 Sianjur Mulamula 405,40 334,22 0,82

2 Harian 194,70 114,09 0,585

3 Sitiotio 128,50 124,98 0,972

4 Onanrunggu 286,50 192,18 0,670

5 Nainggolan 218,00 158,71 0,728

6 Palipi 602,50 332,62 0,552

7 Ronggurnihuta 1.447,00 997,11 0,689

8 Pangururan 626,00 447,39 0,714

9 Simanindo 523,30 247,57 0,470

Jumlah 4.431,90 2.948,68 0,68

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Samosir diolah, 2012

(22)

menurut Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2002 dalam Panggabean (2011), hasil produktivitas kopi arabika dapat mencapai 0,8 – 2,5 ton/ha/tahun. Namun, menurut Tabel 3, produktivitas rata – rata kopi Arabika di Kabupaten Samosir adalah 0,68 ton/ha, sedangkan di Kecamatan Ronggur Nihuta hanya mencapai 0,689. Hal ini membuktikan bahwa ada perbedaan antara teori dan fakta. Berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi suatu masalah sehingga penulis tertarik untuk meneliti bagaimana tingkat kelayakan finansial agribisnis kopi berdasarkan tingkat pendapatan dan biaya yang dikeluarkan, seberapa besar kontribusi pendapatan agribisnis kopi terhadap pendapatan keluarga, serta hambatan teknis dalam usahatani yang mengakibatkan produksi dan produktivitas tidak mencapai standar yang ditetapkan.

(23)

di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir (PPL Desa Paraduan, 2015).

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka masalah penelitian ini di identifikasikan sebagai berikut :

1) Bagaimana kelayakan finansial agribisnis kopi Arabika di daerah penelitian?

2) Berapa besar kontribusi pendapatan agribisnis kopi Arabika terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian?

3) Apa hambatan – hambatan teknis usaha tani kopi arabika dalam upaya peningkatan produktivitas normal?

1.3. Tujuan penelitian

1) Untuk mengetahui bagaimana kelayakan finansial agribisnis kopi Arabika di daerah penelitian.

2) Untuk mengetahui besar kontribusi pendapatan agribisnis kopi Arabika terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian.

(24)

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian yang harus dilakukan adalah :

1) Sebagai bahan informasi dan referensi bagi petani dan pihak-pihak yang terkait pada usahatani Kopi Arabika.

2) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah terhadap pengembangan usahatani komoditi kopi

(25)

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Tinjauan Agronomi Tanaman Kopi

Kopi adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam familia

Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang, dan bila

dibiarkan tingginya dapat mencapai 12 m. Daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang , cabang, dan ranting-rantingnya . Kopi mempunyai sistem percabangan agak berbeda dengan tanaman lain. Tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya berbeda.

Kopi umumnya tidak menyukai sinar matahari langsung dalam jumlah banyak, tetapi menghendaki sinar matahari yang teratur. Sengatan sinar matahari langsung dan dalam jumlah banyak akan meningkatkan penguapan dari tanah maupun daun, yang pada gilirannya dapat mengganggu keseimbangan proses fotosintesis pada musim kemarau. Dengan demikian untuk mengatur datangnya sinar matahari, biasanya diantara tanaman ditanami tanaman pelindung

(Najiyati dan Danarti, 2004).

(26)

Dalam Rahardjo (2012), kopi arabika pertama kali dibudidayakan di Indonesia tahun 1996. Dalam rangka mengatasi karat daun, telah dilakukan seleksi pohon induk dari populasi kopi arabika yang ada serta penyilangan antartipe kopi arabika atau dengan varietas lain.

Menurut Nadjiyati (2004), ada beberapa sifat penting kopi Arabika yaitu:

1. Menghendaki daerah dengan ketinggian antara 700-1700 m dpl, dan suhu 16-20º C

2. Menghendaki daerah yang mempunyai iklim kering atau bulan kering 3 bulan/tahun secara berturut-turut, yang sesekali mendapat hujan kiriman. 3. Umumnya peka terhadap serangan penyakit Hemeleia vastatrix, terutama

bila ditanam di dataran rendah 500 mdpl.

4. Rata-rata produksi sedang sekitar 4,5-5 kw/ha/tahun, tetapi mempunyai kualitas dan harga yang relatif lebih tinggi dari kopi lainnya. Dan bila dikelola secara intensif produksinya bisa mencapai 15-20 kw/ha/tahun. 5. Umumnya panen raya terjadi dalam setahun.

(27)

kualitas kopi. Sementara itu pengolahan pasca panen yang tepat mempegaruhi 50% kualitas kopi. Sehingga penanganan pada masing-masing proses tersebut harus dikerjakan secara tepat dan selalu diawasi kualitasnya (Panggabean, 2011).

2.1.2 Tinjauan Ekonomi Tanaman Kopi

Pemasaran kopi di Indonesia tergolong cukup baik. Salah satu indikatornya adalah kenaikan harga jual kopi yang signifikan setiap tahunnya. Beberapa hal penting mengenai perdagangan kopi di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Sebagian besar pemasaran kopi di Indonesia dikuasai oleh pihak asing (Negara lain).

2. Pedagang besar local cukup banyak yang mengalami kebangkrutan , tetapi pengumpul kecil bertambah.

3. Terjadi peningkatan luas areal perkebunan kopi arabikadan robusta di berbagai wilayah.

4. Penguasaan harga berdampak sangat positif untuk petani kopi, yakni harga jual kopi semakin tinggi.

(28)

Produktivitas kopi arabika di Indonesia pada tahun lebih tinggi dari kopi robusta. Produktivitas kopi arabika mencapai 658 – 847 Kg/ha/tahun, sedangkan produktivitas kopi robusta hanya mencapai 529 – 557 Kg/ha/tahun. Lebih tingginya produktivitas kopi arabika disebabkan karena yang bersifat lebih unggul yakni varietas Catimor yang berhabitus katai dan produksi yang tinggi (Pelita Perkebunan, 1999).

Laju rata - rata perkembangan produksi kopi Sumatera Utara (2, 19%),volume ekspor kopi Sumatera Utara (1,03%), lebih cepat dari laju rata – rata perkembangan produksi kopi dunia (1,9%), dan pekembangan volume ekspor kopi dunia (0,55%). Selain itu jumlah produksi kopi Sumatera Utara setiap tahunnya masih lebih kecil dari jumlah volume ekspor kopi. Hal ini menunjukkan masih terbukanya peluang bagi para petani kopi untuk mengembangkan produksinya (Marlina, 2007).

Menurut Panggabean (2011), Harga jual kopi Arabika dalam enam tahun terakhir (2004-2010) mengalami peningkatan yaitu tahun 2004-2005 yaitu sebesar 7.000 hingga 8.000 rupiah, tahun 2005-2006 yaitu sebesar 8.000 hingga 11.500 rupiah , tahun 2006-2007 yaitu sebesar 11.500 hingga 14.000 rupiah, tahun 2007-2008 yaitu 14.000 hingga 19.000 rupiah , tahun 2008-2009 yaitu sebesar 19.000 hingga 22.000 rupiah dan tahun 2009-2010 yaitu sebesar 22.000 hingga 30.000 rupiah.

(29)

2.1.3 Prospek dan Keberhasilan Kopi sebagai Tanaman Penyegar

Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu Arabika dan Robusta . Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Ethiopia di benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya . Di samping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker,diabetes ,batu empedu , dan penyakit jantung (AAK, 2009).

Peluang kopi di Indonesia meningkat beberapa tahun mendatang seiring dengan peningkatan perluasan areal penanaman kopi yang dilakukan oleh petani (Anggara dan Sri, 2011).

Kopi (Cofea spp.) dikenal sebagai bahan minuman yang memiliki aroma harum, rasa nikmat yang khas, serta dipercaya memiliki khasiat menyegarkan badan. Karena beberapa kelebihan yang dimilikinya, kopi sangat akrab dilidah dan

banyak digemari tidak saja di Indonesia , tapi di mancanegara (Najiyati dan Danarti, 2007).

(30)

Tabel 4. Komposisi kimia, Vitamin dan Mineral Kopi Arabika

Komposisi Kopi Beras (%)

Air 11,22

Kafein 1,21

Lemak 12,27

Gula 8,55

Selulosa 18,07

Abu 3,92

Vitamin dan Mineral

 Vitamin B1 0,2

 Vitamin B2 0,23

 Vitamin B6 0,143

 Vitamin B12 0,00011

 Sodiun 4

 Ferrum 3,7

 Fluor 0,45

(Najiyati dan Danarti, 2004).

Keseluruhan komposisi tersebut sangat bermanfaat bagi tubuh, hal ini yang menjadi salah satu menyebabkan masyarakat lebih memilih kopi Arabika disamping kapasitasnya sebagai bahan baku industri di Negara-negara Eropa. Berdasarkan standar kualitas, kemampuan produksi, harga yang tinggi dan tingkat permintaan terhadap kopi arabika yang baik sehingga menyebabkan masyarakat memilih untuk membudidayakan kopi arabika baik secara intensif maupun tradisional.

Menurut Siswoputranto (1992), walaupun kopi terutama diperuntukkan hanya untuk minuman tapi ternyata kopi sumber citarasa kopi dapat digunakan untuk macam macam makanan, pernak-pernik kerajinan tangan, maupun berbagai manfaat lain yang dapat diperoleh dari:

(31)

menghasilkan minyak biji kopi dan dapat dipergunakan untuk campuran dalam pembuatan sabun, campuran minyak cat, bahkan industri plastik memanfaatkannya untuk pembuatan jenis plastik cavelite.

2) Daging buah dapat dimanfaatkan untuk bahan baku yang diproses untuk campuran pakan ternak.dan kulit buah dapat dijadikan bahan pembuatan pupuk kompos.

3) Kayu pohon kopi dapat dipergunakan untuk pembuatan barang barang kerajinan, patung, dan kipas yang serba menarik.

Dari segi produksi yang paling menonjol dalam kualitas dan kuantitas adalah jenis kopi arabika karena kopi arabika berproduksi lebih cepat dibandingkan dengan kopi robusta. Memasuki tahun kedua sejak penanaman kopi arabika telah menghasilkan meskipun masih dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu jenis arabika lebih diminati para petani kopi dibandingkan robusta disebabkan produksinya yang cepat. Sedangkan robusta mulai menghasilkan memasuki tahun ketiga sejak penanaman. Selain produksi kopi arabika yang cepat, harga jual kopi jenis arabika lebih tinggi dibandingkan robusta. Hal ini tentu sangat menguntungkan petani kopi yang mengusahakan jenis kopi arabika, namun tingkat kesulitan dalam pengelolahannya juga lebih dirasakan oleh petani kopi yang memilih jenis arabika. Dengan demikian dapat dikatakan kalau kopi arabika memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan jenis kopi robusta, namun tingkat produktivitas kopi arabika di Indonesia tergolong lebih rendah dibandingkan tingkat produktivitas robusta.

2.1.4 Tinjauan Finansial Tanaman Kopi

(32)

tren. Manfaat dari meminum kopi sudah banyak dibuktikan oleh masyarakat, bahkan beberapa pakar ilmu kedokteran dan medis banyak menuliskan artikel dari penelitiannya tentang manfaat meminum kopi.

Indonesia merupakan salah satu penghasil kopi terbaik didunia, khususnya untuk jenis kopi arabika. Hal ini dapat dilihat dari jumlah ekspor dari Indonesia yang dilakukan oleh perusahaan eksportir komoditas kopi. Beberapa tahun terakhir, berbagai perusahaan asing telah melakukan ekspansi besar-besaran untuk mendapatkan kopi arabika di Sumatera Utara, Aceh Tenggara dan Sulawesi Selatan. Pada tahun 2003, ekspor kopi dari Indonesia sebesar 5.800 ton (bernilai US $ 17,9 juta). Sementara itu, impor kopi pada tahun yang sama mencapai 1.560 ton atau setara US $ 3,56 juta (Panggabean, 2011).

(33)

Perbedaan harga kopi biji dengan harga kopi olahan juga mampu mempengaruhi pendapatan petani. Pendapatan petani biji kopi relatif lebih rendah apabila dibandingkan dengan produk olahan kopi yang memiliki nilai tambah. Prospek pengembangan perkopian di Indonesia akan semakin meningkat dalam hal daya saing dan efisiensi memproduksi specialty coffee sehingga mampu bertahan dan meningkatkan pangsa pasar luar negeri.

Kabupaten Samosir sangat berpotensial untuk usaha perkebunan kopi mengingat topografi yang berbukit. Sentra produksi komoditi Kopi di Kabupaten ini, yaitu di Kecamatan Ronggur Nihuta, Kecamatan Pangururan dan Kecamatan Palipi.

(34)

ditingkat distributor mencapai 80,000 hingga 100,000 rupiah per kilogramnya sesuai dengan kualitas biji kopi. Hal ini menyebabkan petani menggunakan pupuk yang lebih murah dan sekedarnya sehingga produksi tanaman tidak maksimal.

Penurunan produksi tanaman kopi di Desa Paraduan juga sangat dipengaruhi perubahan cuaca yang berakibat buruk terhadap petani kopi. Selain biaya pemeliharaan dan biaya saprodi yang tinggi, pengalaman bertani juga mengakibatkan petani kopi cenderung kurang memperhatikan tanaman yang terserang hama maupun penyakit. Dengan berkurangnya jumlah produksi tanaman kopi, yang akhirnya mengurangi penerimaan petani mengakibatkan petani mencari sumber pendapatan lain seperti menanam cengkeh , jagung, cabai rawit sebagai tanaman tumpang sari dan beternak.

Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis kelayakan finansial untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dihasilkan petani kopi dalam membudidayakan usahatani kopi.

2.2 Landasan Teori

(35)

mempengaruhi perkembangan perkopian Indonesia untuk masa-masa mendatang (Sastraatmadja, 1991).

Untuk mendapatkan hasil produksi kopi yang optimal maka sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang mendukung proses produksi kopi tersebut. Faktor produksi tersebut adalah lahan, modal, tenaga kerja, dan faktor lingkungan. Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan dengan baik, Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi proses produksi seperti iklim, kondisi lingkungan, kondisi tanah (Daniel, 2002).

Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dengan usaha tani. Suatu usaha tani sebagai bisnis menjadi lebih efisien dan menguntungkan seringkali disebabkan oleh perubahan - perubahan yang dilaksanakan dalam rangka pengembangan usaha tani. Suatu usaha tani dikatakan berhasil apabila usaha tani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat - alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi dan dapat menjaga kelestarian usahanya (Suratiyah, 2008).

(36)

Produktivitas tanaman adalah totalitas hasil yang diperoleh tanaman dalam satu kali berproduksi. Produktivitas ditentukan oleh keunggulan bibit, metode budidaya seperti pemupukan, pemberantasa hama dan penyakit, sistem pemasaran dan sistem panen (Simanjuntak, 2004).

Menurut Prawirokusumo (1990), biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam dalam suatu periode produksi. Nilai biaya dinyatakan dengan uang, yang termasuk dalam biaya adalah:

 Sarana produksi yang habis terpakai, seperti bibit, ppuk Pestisida, bahan bakar, bunga modal dalam penanaman lain.

 Lahan seperti sewa lahan baik berupa uang atau natura, pajak, iuran pengairan, taksiran biaya penggunaan jika yang digunakan ialah tanah milik sendiri

 Biaya dari alat - alat produksi tahan lama, yaitu seperti bangunan, alat dan perkakas yang berupa penyusutan

 Tenaga kerja dari petani itu sendiri dan anggota keluarganya, tenaga kerja tetap atau tenaga bergaji tetap

 Biaya-biaya lain

(37)

produksi yang diperoleh, seperti biaya saprodi (tenaga kerja, pupuk, Pestisida, dan bibit).

Biaya yang dibutuhkan dalam usahatani kopi berupa biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan petani pada awal penanaman kopi sampai tanaman kopi belum menghasilkan, terdiri dari biaya untuk mendapatkan lahan dan pembukaan lahan, biaya memperoleh peralatan, bibit tanaman kopi, naungan, dan pencampur, serta biaya untuk pemeliharaan tanaman kopi sebelum menghasilkan seperti pupuk, obat - obatan, dan tenaga kerja (Witjaksono, 2006).

Menurut Prasmatiwi et al. (2010), pada tahun ke - 1 petani mengeluarkan biaya lahan dan peralatan yang tinggi, dan tahun ke - 2, biaya usahatani kopi adalah paling kecil dan kemudian naik lagi pada tahun ke - 3 dan ke -4. Setelah tanaman kopi menghasilkan, umumnya biaya yang dikeluarkan petani untuk pengelolaan usahatani kopi sama setiap tahunnya. Perbedaan biaya akan terjadi pada kegiatan panen dan penggilingan hasil, dimana kebutuhan tenaga kerja pada kegiatan ini bergantung pada produksi kopi yang dihasilkan.

Biaya untuk pengelolaan tanaman kopi menghasilkan terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi. Biaya tenaga kerja diperlukan untuk kegiatan pemupukan, pemangkasan, panen, dan pengolahan, sedangkan biaya sarana produksi,seperti biaya pembelian pupuk,obat - obatan, dan karung.

(38)

adanya harga jual. Harga penjualan yang dapat diperoleh petani ditentukan oleh berbagai faktor yaitu : mutu hasil, pengolahan hasil, dan sistem pemasaran serta struktur pasar yang dihadapi. Produksi yang diperoleh petani dijual ke pasar sehingga akan mendapatkan penerimaan.

Pendapatan bersih suatu usaha dinyatakan dalam bentuk jutaan rupiah. Tujuan petani dalam berusahatani pada masyarakat yang telah memasuki sistem pasar adalah memperoleh pendapatan bersih yang sebesar-besarnya. Dalam memperoleh pendapatan bersih yang tinggi maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah (Simanjuntak, 2004).

Analisis finansial lebih menekankan pada aspek input dan output pada penerimaan dan pengeluaran yang sebenarnya. Dengan demikian pada analisis ini, variabel yang dipakai adalah data harga real, tenaga kerja dalam keluarga yang terlibat tidak diperhitungkan tetapi pajak serta biaya bea masuk tetap diperhitungkan. Begitu pula dengan besarnya bunga pinjaman juga dihitung pada analisis finansial ini (Soekartawi, 1991).

(39)

yang sesuai dengan standar internasional (traded good) sehingga peningkatan kesejahteraan masyarakat petani dapat tercapai dengan baik.

Menurut Gray (1999), dalam penelitian digunakan berbagai kriteria aspek finansial yang dikenal dengan kriteria investasi (Investment Criteria) yang digunakan untuk menentukan kelayakan usahatani tersebut tanpa melihat pengaruhnya terhadap perekonomian secara luas. Kriteria investasi yang umum dikenal ada 6 yaitu : (1) Net Present Value dari arus benefit dan biaya (NPV) ; (2)

Internal Rate of Return (IRR) ; (3) Net Bebefit- Cost Ratio (Net B/C) ; (4) Gross

Benefit-Cost Ratio (Gross B/C) ; (5) Profitability Ratio (PV/C) ; (6) Return on

Investment (ROI). Setiap kriteria ini mempergunakan perhitungan nilai sekarang

atas arus benefit dan biaya selama umur proyek.

Net Present Value (NPV) adalah finansial yang memperhitungkan selisih antara penerimaan dan biaya terhadap besarnya suku bunga atau lebih dikenal dengan istilah analisis yang sudah mempetimbangkan faktor diskonto pada waktu -waktu tertentu.

(40)

Benefit Cost ratio (B/C) yaitu tingkat perbandingan antara penerimaan dengan biaya yaitu antara semua nilai-nilai positif dan arus keuntungan bersih setiap tahun (bulan) setelah didiskontokan dengan jumlah nilai negative.

Kelayakan dari suatu usaha diperhitungkan atas dasar besarnya laba finansial yang diharapkan. Kegiatan usaha dikatakan layak jika memberikan keuntungan finansial, sebaliknya kegiatan usaha dikatakan tidak layak apabila kegiatan usaha tersebut tidak memberikan keuntungan finansial (Kasmir dan Jakfar, 2003).

Pendapatan petani (Farmers Income) adalah pendapatan tenaga kerja petani ditambah bunga modal milik sendiri dan sewa tanah milik sendiri. Pendapatan keluarga petani (Family’s Income) merupakan pendapatan tenaga kerja keluarga

petani ditambah bunga modal sendiri (Prawirokusumo, 1990).

Pendapatan rumah tangga petani tidak hanya berasal dari usaha pertanian, tetapi juga dari usaha –usaha di luar sektor petanian seperti perdagangan, industri pengolahan, pengangkutan dan lainnya. Pada sebagian rumahtangga pertanian, usaha pertanian masih merupakan usaha utama dan menjadi sumber pendapatan utama, tetapi bagi sebagian rumahtangga pertanian lainnya, usaha non pertanian merupakan usaha yang utama.

(41)

atau potensi desa tersebut. Pendapatan total keluarga petani diperoleh dengan menjumlahkan pendapatan usahatani dan pendapatan non usahatani baik yang berasal dari sektor pertanian maupun sektor non pertanian.

Pada dasarnya setiap rumah tangga tani bertujuan untuk meningkatkan produksi usahatani kopinya agar pendapatannya meningkat. Oleh karena itu petani sebagai pengelola usahatani harus memahami dan mengerti cara mengalokasikan input atau faktor produksinya sehingga tujuan peningkatan pendapatan dapat tercapai. Pertanamana kopi yang ada di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir umumnya adalah perkebunan rakyat. Pola perkebunan rakyat pada dasarnya mempunyai pengelolaan yang masih bersifat sederhana, penggunaan teknologi yang masih rendah, seperti pohon pelindung yang kurang terawat, kurangnya pemeliharaan pada tanaman kopi seperti tidak dilakukannya pemangkasan pada tanaman kopi. Hal-hal tersebut yang menyebabkan produksi rendah, rendahnya mutu biji kopi yang dihasilkan, terlambatnya panen bukan gagal panen. Selain masalah teknis tersebut, masalah lain yang ditemukan menjadi kendala usahatani kopi, yaitu : kurangnya modal, tingginya upah tenaga kerja harian, iklim, hama dan penyakit, dan kebijakan pemerintah setempat.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Jun Verawati Siregar (2009) berjudul “ Analisis Usahatani

(42)

dan menganalisis kelayakan usahatani andaliman di daerah penelitian , mengetahui besarnya kontribusi andaliman terhadap pendapatan keluarga petani andaliman , mengetahui masalah - masalah yang dihadapi petani dalam mengusahakan andaliman di daerah penelitian, dan mengetahui upaya - upaya yang dilakukan dalan menyelesaikan masalah dalam usahatani andaliman. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskripsi, analisis NPV, Net B/C, IRR dan analisis kontribusi andaliman terhadap pendapatan keluarga adalah pendapatan andaliman dibagi pendapatan keluarga dikali seratus persen. Dari penelitian tersebut maka diperoleh hasil (1) Analisis kelayakan adalah Nilai NPV yaitu sebesar Rp 21.355.433,1 sedangkan nilai Net B/C yaitu sebesar Rp 23,10 dan nilai IRR (tingkat pengembalian terhadap Bunga Bank) yaitu sebesar 542,83% (2) Kontribusi andaliman terhadap pendapatan keluarga adalah sebesar 36,67% (3) Masalah yang dihadapi oleh petani adalah yang dihadapi oleh petani andaliman di daerah penelitian pada umumnya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang teknik budidaya tanaman andaliman yang baik dan kurangnya modal.

Rochimah (2010) meneliti dengan judul “Analisis Kelayakan Finansial dan

Kontribusi Pendapatan Usahatani Kopi Rakyat Terhadap Pendapatan Total Keluarga di Kecamatan Silo Kabupaten Jember”. Metode analisis data yang

(43)

Pace dan Sidomulyo terhadap pendapatan total keluarga petani kopi rakyatHasil peneltian menunjukkan (1) Usahatani kopi rakyat di Desa Pace dan Sidomulyo secara finansial layak diusahakan, (2) Hasil analisis sensitifitas usahatani kopi rakyat di Desa Pace dan Sidomulyo tidak peka terhadap peningkatan biaya pupuk 20% dan penurunan harga jual 10%, (3) Kontribusi usahatani kopi rakyat di Desa Pace dan Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember terhadap total pendapatan keluarga petani kopi adalah tinggi.

2.4 Kerangka Pemikiran

Usahatani kopi merupakan salah satu jenis usahatani yang banyak diusahakan. Adapun jenis kopi yang paling umum dibudidayakan oleh petani adalah kopi Arabika. Dalam melakukan usahataninya, petani membutuhkan input produksi atau faktor produksi seperti lahan, modal, tenaga kerja dan sarana produksi lainnya yang mendukung kegiatan usahatani sehingga menghasilkan output yang memuaskan.

(44)

Tenaga kerja adalah orang yang bersedia dan sanggup bekerja baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain, dengan tidak atau menerima upah. Tenaga kerja ini merupakan faktor yang penting dalam usahatani, khususnya tenaga kerja petani dan anggota keluarganya.

Sarana produksi adalah sarana yang dibutuhkan dalam proses produksi. Sarana produksi terdiri dari lahan, bibit, pupuk, Pestisida dan tenaga kerja. Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan sarana produksi dan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi merupakan biaya produksi. Biaya produksi yang dikeluarkan petani dipengaruhi oleh harga input produksi .

(45)

Usahatani tersebut dikatakan layak apabila menguntungkan dan dikatakan tidak layak apabila usahatani yang di jalankan mengalami kerugian atau pendapatan besih yang diperoleh lebih kecil dari total biaya produksi yang dikeluarkan dalam menjalan usahatani tersebut.

(46)

Keterangan :

: Menyatakan Hubungan : Menyatakan Pengaruh

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Usahatani Kopi

Arabika

Input Produksi :

Lahan

Modal

Tenaga Kerja

Sarana lainnya

Output Produksi

Produktivitas

Penerimaan Biaya

Produksi

Konsumsi keluarga Pendapatan

Analisis Finansial

 NPV

 B/C

 IRR

Layak Tidak Layak

Proses produksi

Harga Input

Harga Output

Modal Usahatani

Petani Hambatan

(47)

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan Identifikasi Masalah dan kerangka Pemikiran maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

1) Agribisnis kopi Arabika di daerah penelitian layak secara finansial.

(48)

32 3.1. Metode Penentuan Daerah Sampel

Daerah penelitian ditetapkan secara purposive, artinya daerah penelitian didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2006). Kabupaten Samosir dipilih dengan pertimbangan bahwa kabupaten samosir merupakan salah satu sentra produksi kopi tertinggi di Sumatera Utara khususnya di Kecamatan Ronggurnihuta. Desa Paraduan ditentukan sebagai daerah penelitian karena desa ini merupakan salah satu desa yang memiliki luas lahan terbesar di Kecamatan Ronggurnihuta tetapi memiliki produktivitas terendah kedua dapat dilihat dalam Tabel 5 :

Tabel 5. Luas Tanaman dan produksi Kopi Menurut Kecamatan di Kabupaten Samosir 2014

Desa/ Kelurahan Produksi

(ton)

Luas Tanam Ha)

Produktivitas (ton/ha)

1 Paraduan 13 115 0,11

2 Lintong Nihuta 15 85 0,17

3 Ronggur Nihuta 28 90 0,31

4 Sijambur 51 90 0,56

5 Sabungan Nihuta 11 95 0,11

6 Salaon Toba 109 87 1,25

7 SalaonTonga-tonga 83 70 1,18

8 Salaon Dolok 110 155 0,70

Jumlah/Total 420 787 0,53

Sumber : Badan Pusat Statistik,2014

(49)

mempunyai kontribusi terhadap pendapatan keluarga di Kecamatan Ronggurnihuta, oleh sebab itu peneliti tertarik meneliti kelayakan dan kontribusi usahatani kopi Arabika terhadap pendapatan keluarga di Desa Paraduan.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006), sedangkan menurut Sudjana (1996) menyatakan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari dari sifat-sifatnya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani tanaman kopi yang telah menghasilkan, dengan jenis kopi Arabika yang terdapat di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir. Jumlah populasi petani kopi Arabika dalam penelitian ini sebanyak 280 orang.

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Pada dasarnya semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama menjadi anggota sampel dalam sebuah penelitian (Hadi, 2000). Sampel dalam penelitian ini yang mewakili populasi terdiri dari petani kopi Arabika itu sendiri. Penentuan sampel ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin dalam Umar (1998) berikut ini :

n =

Dimana :

(50)

e = error tolerance/ persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan (12%)

n =

n = 55,64 = 56

Pada umumnya persentase kesalahan yang bisa ditolerir pada penelitian sosial sebesar 5% - 20% karena pada hasil penelitian sosial sulit dipastikan keakuratan data seperti pada penelitian ilmu pasti. Pada penelitian ini digunakan toleransi kesalahan sebesar 12%, yaitu diantara 5% hingga 20%. Perhitungan diatas diperoleh nilai sampel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 56 petani kopi Arabika dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 280 petani.

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel ialah metode Purposive

dimana semua unsur dari populasi petani kopi Arabika dipilih berdasarkan criteria dan tujuan tertentu.

3.3 Metode Pengumpulan Data

(51)

3.4 Metode Analisis Data

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani. Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lainlain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001).

Menurut Soekartawi (1995), penerimaan dalam usahatani merupakan perkalian antara produksi fisik dengan harga jual atau harga produksi. Sedangkan menurut Boediono (1995), penerimaan total (total revenue) adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan output-nya. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR = Q x P

Keterangan:

TR = Penerimaan total (Rp)

Q = Jumlah produksi yang dihasilkan (kg) P = Harga (Rp)

(52)

Untuk menghitung seluruh biaya digunakan rumus : TC = FC + VC

Dimana : TC = Total cost FC = Fixed Cost VC = Variabel Cost

Pendapatan bersih (keuntungan) petani adalah selisih antara total penerimaan (TR) dengan total biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam satu kali masa tanam (TC). Untuk menghitung jumlah pendapatan petani digunakan rumus :

π = TR –TC

Dimana:

π = Pendapatan petani

TR = Total Revenue TC = Total Cost

(53)

ke proses produksi tertentu. Petani bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan dengan kendala yang dihadapi (Sunaryo, 2001).

Untuk tujuan pertama, yaitu menganalisis kelayakan usahatani kopi Arabika digunakan alat analisis dengan menggunakan metode analisis NPV, Net B/C dan IRR dalam Ibrahim (2009), dengan mengamati arus kas dari usahatani.

Net Present Value (NPV)

NPV merupakan manfaat yang diperoleh pada suatu masa proyek yang diukur pada tingkat suku bunga tertentu. Bila NPV > 0, maka usahatani tersebut layak.

Dimana :

NPV = Nilai uang sekarang dan waktu tertentu Bt- Ct = Pendapatan bersih pada tahun t

i = Tingkat suku Bunga yang berlaku t = Jangka waktu (tahun ke)

I = Investasi awal usaha Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return (IRR) adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung

pada saat NPV sama dengan nol. Rumusnya sebagai berikut:

(54)

Net B/C

B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan dengan C (cost). Output yang dihasilkan dinotasikan dengan B (benefit).

Apabila net B/C > 1, maka usahatani kopi layak untuk dilaksanakan. Demikian pula sebaliknya, apabila net B/C < 1, maka usahatani tidak layak untuk dilaksanakan.

Dimana:

Bt = Benefit usahatani pada tahun t Ct = Biaya usahatani pada tahun t n = Umur ekonomis

t = Jangka waktu (tahun ke) I = Investasi Awal usaha

i = Tingkat suku bunga yang berlaku

(55)

usahatani kopi Arabika sebagai komoditas utama keluarga terhadap pendapatan total keluarga. Analisis proporsi ditentukan dengan menggunakan Rumus dari Tan (1977), yaitu:

Y =

x 100%

Dimana :

Y = Proporsi pendapatan/ kontribusi pendapatan A = Jumlah pendapatan usahatani kopi Arabika

B = Pendapatan rumahtangga petani (Pendapatan Total Keluarga) i = 1,2,3,…………..n

Keterangan, dengan ketentuan apabila :

Kontribusi Pendapatan Usahatani kopi Arabika > 50% Kontribusinya besar Kontribusi Pendapatan Usahatani kopi Arabika < 50% Kontribusinya rendah

Pendapatan total keluarga petani diperoleh dengan menjumlahkan pendapatan usahatani dan pendapatan non usahatani baik yang berasal dari sektor pertanian maupun sektor non pertanian.

(56)

3.5. Defenisi Dan Batasan Operasional 3.5.1 Defenisi

Penelitian ini perlu dibuat definisi dan batasan operasional untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran sebagai berikut :

1. Usahatani adalah suatu kegiatan yang dilakukan petani untuk mengkombinasikan dan mengoperasikan berbagai faktor produksi seperti lahan, tenaga, dan modal sebagai dasar bagaimana petani memilih jenis dan besarnya cabang usahatani berupa tanaman atau ternak sehingga memberikan hasil maksimal dan kontinyu.

2. Usahatani kopi Arabika adalah suatu kegiatan yang dilakukan petani mulai dari memproduksi biji kopi Arabika hingga dipasarkan yang dilakukan oleh petani di daerah penelitian.

3. Produktivitas adalah produksi tanaman kopi Arabika yang diusahakan per satuan luas lahan per satuan waktu.

4. Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu bisnis akan menguntungkan selama umur bisnis.

5. Luas lahan adalah areal pertanaman kopi yang dimiliki oleh petani diukur dengan satuan hektar.

6. Produksi tanaman kopi adalah semua hasil tanaman kopi arabika yang dibudidayakan petani dalam bentuk kopi beras dan buah kopi merah.

7. Kopi Biji adalah biji kopi yang sudah dijemur terlebih dahulu di bawah sinar matahari.

(57)

9. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama proses produksi masih berlangsung yang dinyatakan dalam rupiah per tahun. 10.Penerimaan usahatani adalah total produksi yang dihasilkan dikali dengan

harga oleh tanaman usahatani kopi dan tanaman semusim selama musim tanam masa produksi yang dihitung dalam rupiah/musim tanam.

11.Pendapatan usahatani adalah selisih antara total penerimaan dari usahatani dengan total biaya atau pengeluaran usahatani (biaya variabel ditambah biaya tetap), selama satu musim tanam atau pendapatan yang diperoleh dari hasil produksi usahatani setelah dikurangi dengan biaya total produksi yang dikeluarkan per satuan luas dalam satu rupiah.

12.Pendapatan usahatani kopi adalah hasil yang diterima dari selisih penerimaan usahatani kopi Arabika dengan total biaya produksi kopi Arabika.

13.Pendapatan total keluarga adalah pendapatan yang dihasilkan oleh seluruh anggota keluarga baik dari kegiatan usahatani, maupun non usahatani.

14.Kontribusi pendapatan usahatani kopi Arabika adalah bagian pendapatan yang dihasilkan usahatani kopi Arabika terhadap pendapatan total keluarga.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Paraduan , Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir.

2. Petani sampel adalah petani yang melakukan usahatani kopi Arabika yang umur tanamannya 3-15 tahun, dan sampel petani usahatani kopi Arabika adalah 56 petani.

(58)

42

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1. Geografi dan Topografi

Desa Paraduan merupakan salah satu dari 8 Desa yang terletak di Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir. Desa Paraduan berada pada ketinggian 1200 m – 1300m di atas permukaan laut dengan luas wilayah 925 Km2 serta menempuh jarak 10 Km dari Ibukota Kecamatan Ronggur Nihuta dan 12 Km dari Ibukota Kabupaten Samosir. Desa Paraduan memiliki batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Sabungan Nihuta Kecamatan Ronggur Nihuta Sebelah Selatan : Desa Parmonangan Kecamatan Pangururan

Sebelah Barat : Desa Salaon Hutanamora Kecamatan Pangururan Sebelah Timur : Desa Lintong Nihuta Kecamatan Ronggur Nihuta 4.1.2. Demografi

A. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Keadaan penduduk di Desa Paraduan menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 6 :

Tabel 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015

No. Jenis Kelamin Jumlah

(Jiwa)

Persentase (%)

1 Laki-Laki 651 49,4

2 Perempuan 667 50,6

Jumlah 1318 100,00

(59)

Dari Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki yakni, perempuan sebanyak 667 jiwa dengan persentase 50,6 %, sedangkan laki-laki sebanyak 651 dengan persentase 49,4%. Jumlah penduduk Desa Paraduan berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Kepala Desa tahun 2015 ialah 1318 jiwa.

B. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Jumlah penduduk di Desa Paraduan menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 7 :

Tabel 7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Paraduan , Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir, Tahun 2015

No. Kelompok Umur

(Tahun)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1. 0 – 4 172 13.05

2. 5 – 9 171 12,98

3. 10 – 14 143 10.92

4. 15 – 19 121 9,19

5. 20 – 24 100 7,58

6. 25 – 29 78 5,91

7. 30 – 34 122 9,20

8. 35 – 39 95 7,21

9. 40 – 44 90 6,82

10. 45 – 49 65 4,93

11. 50 – 54 45 3,41

12. 55 – 59 52 3,94

13. 60 – 64 34 2,55

14. 65+ 30 2,27

Jumlah 1318 100

Sumber : Profil Desa Paraduan 2014

(60)

C. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Penduduk di Desa Paraduan memiliki jenis pekerjaan yang cukup beraneka ragam. Jumlah kepala keluarga (KK) di Desa Tanjung Beringin berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat dari Tabel 8 :

Tabel 8. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015

No. Pekerjaan Jumlah

(KK)

Persentase (%)

1 Petani 280 93,96

2 Pedagang 4 1,34

3 PNS 14 4,70

Jumlah 298 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Paraduan 2015

Dari Tabel 8 dapat dijelaskan bahwa penduduk Desa Paraduan yang berjumlah 1318 Jiwa terbagi atas 298 kepala keluarga (KK). Sebagian besar penduduk Desa Paraduan bekerja sebagai petani yakin sebanyak 280 KK atau berkisar 93,96% dari sekuruh jumlah KK yang ada. Sedangkan penduduk yang bekerja sebagai PNS sebesar 14 KK atau berkisar 4,7 %, dan paling kecil bekerja sebagai pedagang sebesar 4 KK atau berkisar 1,34%.

4.1.3. Sarana dan Prasarana

(61)

Tabel 9. Sarana dan Prasarana di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir, Tahun 2015

Sumber : Kantor Kepala Desa Paraduan 2015

4.1.4. Distribusi Penduduk Menurut Agama Yang Dianut

Penduduk Desa Paraduan menganut 3 (tiga) agama yaitu Kristen Khatolik, Kristen protestan dan Islam. Kehidupan beragama di Desa Paraduan secara umum berlangsung harmonis. Distribusi penduduk menurut agama yang dianut dapat dilihat jelas pada Tabel 10:

Tabel 10. Sarana dan Prasarana di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir, Tahun 2014

No. Agama Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Persentase (%)

1 Kristen Protestan 60 4,5

2 Kristen Khatolik 1250 94,9

3 Islam 8 0,6

Jumlah 1318 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Paraduan 2015

Dari Tabel 10 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Desa Paraduan menganut agama Kristen Khatolik yaitu sebanyak 1250 jiwa dengan persentasi 94,9% dari total penduduk di Desa Paraduan, Kristen Protestan sebanyak 60 jiwa dengan persentasi 4,5 % dari total penduduk di Desa Paraduan, dan Islam sebanyak 8 jiwa dengan persentasi 0,6 % dari total penduduk di Desa Paraduan.

No. Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah

(Unit)

1. Polindes 1

2. Gereja 6

3. PAUD 2

4. SD Negeri 2

5. Jalan Tanah 5

6. Jalan Koral 14

7. Jalan Poros 2

8. Embung Air 5

(62)

4.2. Karakteristik Sampel

Petani sampel yang dimaksud disini adalah seluruh petani kopi Arabka yang memiliki usahatani kopi Arabika dan menjualnya dalam bentuk biji putih yang berada di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir. Karakteristik petani sampel dalam penelitian ini terdiri dari umur petani, tingkat pendidikan petani, lama berusahatani, luas lahan kopi Arabika, jumlah tanggungan keluarga, dan umur tanaman kopi Arabika.

4.2.1. Umur Petani Sampel

Dalam hal ini umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan langsung dengan kemampuan petani dalam melaksanakan kegiatan usahataninya. Semakin tua umur petani maka kemampuan bekerjanya pun cenderung menurun, yang akhirnya dapat mempengaruhi produksi dan pendapatan yang diperoleh petani itu sendiri. Hal ini dikarenakan pekerjaan sebagai petani lebih banyak mengandalkan kondisi fisik dari petani. Rata-rata keadaan umur petani sampel di Desa Paraduan ialah 47 tahun dengan interval umur antara 27-75 tahun. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan umur petani sampel dapat dilihat pada Tabel 11 :

Tabel 11. Keadaan Umur Petani Sampel di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir, Tahun 2015

No. Kelompok Umur

(Tahun)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 25 – 35 9 16,07

2 36 – 45 19 33,99

3 46 – 55 17 30,34

4 > 55 11 19,6

Jumlah 56 100

(63)

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa jumlah petani sampel yang terbesar berada pada kelompok umur 36-45 tahun yaitu dengan jumlah petani sebanyak 19 orang atau sekitar 33,99% dari jumlah petani sampel. Artinya petani sampel didaerah penelitian berada pada usia produktif yang masih berpotensi dalam mengoptimalkan usahataninya. Sedangkan jumlah terkecil berada pada kelompok 25-35 tahun yaitu dengan jumlah petani sebanyak 9 orang atau sekitar 16,07% dari jumlah petani sampel.

4.2.2. Pendidikan Petani Sampel

Pendidikan petani sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam mengadopsi teknologi baru yang dapat menunjang usahataninya yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani. Pendidikan petani yang semakin tinggi membuat petani memiliki pendapatan yang semakin tinggi pula. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 1 dimana rata-rata pendidikan petani sampel ialah 7 tahun atau setara dengan jenjang SMP. Untuk lebih jelas lagi mengenai tingkat pendidikan petani sampel dapat dilihat pada Tabel 12 :

Tabel 12. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir, Tahun 2015

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

(Jiwa)

Persentase (%)

1. Tidak bersekolah 10 17,86

2. SD 15 26,78

3. SMP 10 17,86

4. SMA 21 37,5

Jumlah 56 100

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1

(64)

4.2.3. Luas Lahan kopi Arabika Petani Sampel

Luas lahan penanaman kopi Arabika sangat berkaitan langsung terhadap jumlah produksi kopi Arabika serta pendapatan petani kopi Arabika serta pendapatan petani kopi karena pada penelitian ini objek utama peneliti ialah pendapatan keluarga petani kopi Arabika. Semakin luas lahan penanaman kopi Arabika maka hasil produksinya pun cenderung meningkat yang akhirnya dapat meningkatkan pendapatan yang diperoleh petani itu sendiri, begitu pula sebaliknya. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 1 dimana rata rata luas lahan petani sampel adalah 0,58 ha. Namun ada hal lain yang dapat membedakan jumlah produksi kopi Arabika terhadap dua ukuran luas lahan yang sama, yaitu , jarak tanam kopi Arabika itu sendiri. Di Desa Paraduan terdapat berbagai jenis tanam yang diberlakukan oleh petani sampel, yaitu, 2mx2m, 3mx3m dan 1,5mx1,5m. Untuk lebih jelasnya mengenai luas lahan penanaman kopi Arabika di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 13 :

Tabel 13. Luas lahan Penanaman kopi Arabika Petani Sampel di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir, Tahun 2015

No. Kelompok Luas Lahan

(Hektar)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1. > 0,0 - 0,5 38 67,85

2. > 0,5 – 1.0 10 17,85

3. > 1,0 – 1,5 2 3,58

4. > 1,5 – 2,0 5 8,93

5. > 2,0 1 1,78

Jumlah 56 100,00

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1.

Gambar

Tabel 1. Luas Tanaman dan Produksi kopi Arabika Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten Tahun 2013
Tabel 3.   Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Kopi Arabika menurut
Tabel 4. Komposisi kimia, Vitamin dan Mineral Kopi Arabika
Gambar  1.       Skema Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

5.9 Total Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan pada Petani Sampel Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun Tahun 2015. 5.10

Metode analisis yang digunakan adalah analisis kelayakan yaitu metode analisis NPV, Net B/C dam IRR, serta metode analisis proporsi (kontribusi pendapatan

5.9 Total Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan pada Petani Sampel Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun Tahun 2015. 5.10

Dilihat dari analisis sensitivitas, jika diasumsikan biaya produksi meningkat sebesar 5 dan 10% maka usahatani Kopi Arabika masih memiliki kelenturan untuk menanggung

Tabel 1.2 Luas Tanaman dan Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013. Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

Aplikasi Multivariat dengan Program SPSS Edisi Keempat.. Penerbit

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui tingkat efesiensi secara (teknis, harga, ekonomi) kopi arabika (Coffea arabica L.) di daerah penelitian, (2) untuk mengetahui

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah petani pada usaha perkebunan kopi arabika di Nagari Kajai Kecamatan Talamau sebaiknya melakukan budidaya kopi arabika