• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu dan angka kematian bayi merupakan indikator yang paling penting untuk melakukan penilaian kemampuan suatu negara untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, khususnya dalam bidang obstetri. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dan data Biro Pusat Statistik (BPS) angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan di seluruh dunia mencapai 515 ribu jiwa pertahun. Ini berarti seorang ibu meninggal hampir setiap menit karena komplikasi kehamilan dan persalinannya.

Sedangkan angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2007 2-5 kali lebih tinggi mencapai 34 per 1000 kelahiran hidup atau 2 kali lebih besar dari target WHO yaitu sebesar 15% per kelahiran hidup (Suprayitno, 2007).

Adapun penyebab kematian perinatal adalah kelainan kongenital, prematuritas, trauma persalinan, infeksi, gawat janin dan asfiksia neonatorum. Terjadinya gawat janin di sebabkan oleh induksi persalinan, infeksi pada ibu, perdarahan, insufisiensi plasenta, prolapsus tali pusat, kehamilan dan persalinan preterm dan postterm. Persalinan postterm menunjukkan bahwa kehamilan telah melampaui waktu perkiraan persalinan menurut hari pertama menstruasinya. Ballantyne 1902 seperti dikutip Manuaba, seorang bidan Scotlandia, untuk pertama kali menyatakan bahwa janin yang terlalu lama dalam kandungan dapat

membahayakan dirinya dan ibunya saat persalinan berlangsung. Kemudian berturu-turut 1950 Clifford mengemukakan tentang sindrom postterm baby, sedangkan 1960 Mc Clure menyatakan bahwa angka kematian bayi dengan kehamilan postdate semakin meningkat (Manuaba, 2007).

Faktor yang merupakan predisposisi terjadinya persalinan postterm diantaranya faktor ibu adalah karena hanya sebagian kecil ibu yang mengingat tanggal menstruasi pertamanya dengan baik dan adanya gangguan terhadap timbulnya persalinan seperti pengaruh esterogen, oksitosin dan saraf uterus. Banyaknya kasus persalinan postterm di Indonesia yang tidak dapat ditegakkan secara pasti diperkirakan sebesar 22% (Prawirohardjo, 2008).

Beberapa ahli dapat menyatakan bahwa persalinan preterm akan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayi. Seringnya kesalahan dalam mendefinisikan postterm diperlukan deteksi sedini mungkin untuk menghindari kesalahan dalam menentukan

(2)

usia kehamilan. Jika taksiran persalinan telah ditentukan pada trimester terakhir atau

berdasarkan data yang tidak dapat diandalkan bidan harus tetap siaga pada reabilitas taksiran persalinan tersebut. Data yang terkumpul sering menunjukkan peningkatan resiko lahir mati seiring peningkatan usia kehamilan lebih dari 40 minggu. Penyebab kematian tidak mudah dipahami dan juga tidak ada kesepakatan tentang pendekatan yang paling tepat guna mencegah kematian tersebut. (Varney, Helen, 2007).

Bertolak dari pernyataan diatas, maka penulis sebagai calon bidan dalam rangka mempersiapkan diri sebagai seorang bidan yang terampil dan memiliki keahlian diberikan penugasan untuk melakukan pembinaan pada seorang ibu bersalin . Melalui pembinaan tersebut penulis dapat memahami berbagai proses yang terjadi selama ibu hamil dan bersalin, sehingga dapat menerapkan asuhan kebidanan yang tepat dan aman.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari postterm?

2. Apa patofisiologi dari postterm?

3. Bagaimana diagnosis dari postterm?

4. Bagaimana penatalaksanaan dari postterm?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari postterm 2. Untuk mengetahui patofisiologi dari posterm 3. Untuk mengetahui diagnosis dari postterm 4. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari postterm

1.4 Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada kasus persalinan postterm.

2. Tujuan Khusus

(3)

1) Dapat melaksanakan pengkajian data dengan cara wawancara, observasi dan pemeriksaan pada pada kasus persalinan postterm.

2) Dapat menegakkan diagnosa, mengkaji masalah dan kebutuhan pada kasus persalinan postterm.

3) Dapat melakukan pendokumentasian pada kasus persalinan postterm.

1.5 Manfaat Penulisan

Dari makalah ini penulis berharap khususnya untuk mahasiswa yang mengambil jurusan di bidang kesehatan agar lebih memahami mengenai kehamilan postterm.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian

Kehamilan postterm, sering disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat waktu, kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, extended pregnancy, postdate/pos datisme atau pascamaturitas, adalah: kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (WHO 1997, FIGO 1986).1 9 [Sarwono]

(4)

Menurut WHO persalinan postterm adalah keadaan yang menunjukkan bahwa kehamilan berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Defenisi ini didasarkan pada hasil observasi epidemiologi yang membuktikan bahwa persalinan postterm dengan disertai gawat janin mempunyai kontribusi terhadap out come kesehatan yang buruk atau 10% dari persalinan adalah persalinan postterm (Hidayat, 2009).

2.1 Sebab Terjadinya Kehamilan Postterm

1. Pengaruh progesteron

Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekular pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesteron.

2. Teori oksitosin

Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisilogis memegang peranan penting dalam menimbulkan persalina dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan postterm.

3. Teori Kortisol/ACTH janin

Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostagladin. Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.

(5)

4. Saraf Uterus

Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi kesesuaianya diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan postterm.

5. Heriditer

Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya. Morgen (1999) seperti dikutip Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya akan mengalami kehamilan postterm.

2.2 Diagnosis

Dalam menentukan diagnosis kehamilan postterm disamping dari riwayat haid, sebaiknya dilihat pula hasil pemeriksaan antenatal.

Riwayat haid

Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit untuk ditegakkan bilamana hari pertama haid terakhir (HPHT) diketahui dengan pasti. Untuk riwayat haid yang dapat dipercaya, diperlukan beberapa kriteria antara lain:

- Penderita harus yakin betul dengan HPHT-nya - Siklus 28 Hari dan teratur

- Tidak minum pil antihamil setidaknya 3 bulan terakhir

Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan menghitung menurut rumus Naegele.

Berdasarkan riwayat haid, seorang penderita yang ditetapkan sebagai kehamilan postterm kemungkinan adalah sebagai berikut:

(6)

- Terjadi kesalahan dalam menentukan tanggal haid terakhir atau akibat menstruasi abnormal

- Tanggal haid terakhir diketahui jelas, tetapi terjadi kelambatan ovulasi

- Tidak ada kesalahan menentukan haid terakhir dan kehamilan memang berlangsung lewat bulan (keadaan ini sekitar 20-30% dari seluruh penderita yang diduga kehamilan postterm).

Riwayat pemeriksaan antenatal

- Tes kehamilan. Bila pasien melakukan pemeriksaan tes imunologik sesudah terlambat 2 minggu, maka dapat diperkirakan kehamilan memang telah berlangsung 6 minggu.

- Gerak janin. Gerak janin atau quickening pada umumnya dirasakan ibu pada umur kehamilan 18 sampai 20 minggu. pada primigradida dirasakan sekitar umur kehamilan 18 minggu, sedangkan pada multigravida pada 16 minggu.

Petunjuk umum untuk menentukan persalinan adalah quickening ditambah 22 minggu pada primigravida atau ditambah 24 minggu pada multiparitas.

- Denyut Jantung Janin (DJJ). Dengan stetoskop Laennec DJJ dapat didengar mulai umur kehamimlan 18-20 minggu, sedangkan dengan Doppler dapat terdengar pada usia kehamilan 10-12 minggu.

Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan postterm bila didapat 3 atau lebih dari 4 kriteria hasil pemeriksaan sebagai berikut.

 Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif

 Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan Doppler

 Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali

 Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan stetoskop Laennec

Tinggi Fundus Uteri

(7)

Dalam trimester pertama pemeriksaan tinggi fundus uteri serial dalam sentimeter dapat bermanfaat bila dilakukan secara berulang tiap bulan. Lebih dari 20 minggu, tinggi fundus uteri dapat menentukan umur kehamilan secara kasar.

Pemeriksaan Ultrasonografi

Ketepatan usia gestasi sebaiknya mengacu pada hasil pemeriksaan ultrasonografi pada trimester pertama. Kesalahan perhitungan dengan rumus Naegele dapat mencapai 20 %.

Bila telah dilakukan pemeriksaan ultrasonografi serial terutama sejak trimester pertama, hampir dapat dipastikan usia kehamilan. Pada trimester pertama pemeriksaan panjang kepala-tungging (crocwn-rump length/CRL) memberikan ketepatan kurang lebih 4 hari dari taksiran persalinan. Pada umur kehamilan sekitar 16-26 minggu, ukuran diameter biparietal dan panjang femur memberikan ketepatan sekitar 7 hari dari taksiran persalinan.

Selain CRL, diameter biparietal dan panjang femur, beberapa parameter dalam pemeriksaan USG juga dapat dipakai seperti lingkar perut, lingkar kepala, dan beberapa rumus yang merupakan perhitungan dari beberapa hasil pemeriksaan parameter tersebut di atas. Sebaliknya, pemeriksaan sesaat setelah trimester III dapat dipakai untuk menentukan berat janin, keadaan air ketuban, ataupun keadaan plasenta yang sering berkaitan dengan kehamilan postterm, tetapi sukar untuk memastikan usia kehamilan.

Pemeriksaan Radiologi

Umur kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penulangan. Gambaran epifisis femur bagian distal paling dini dapat dilihat pada kehamilan 32 minggu, epifisis tibia proksimal terlihat setelah umur kehamilan 36 minggu, dan epifisis kuboid pada kehamilan 40 minggu. Cara ini sekarang jarang dipakai selain karena dalam pengenalan pusat penulangan seringkali sulit, juga pengaruh radiologik yang kurang baik terhadap janin.

Pemeriksaan Laboratorium

- Kadar lesitin/spingomielin. Bila lesitin/spingomielin dalam cairan amnion kadarnya sama, maka umur keehamilan sekita r 22-28 minggu, lesitin 1,2 kali kadar spingomielin : 28-32 minggu, pada kehamilan genap bulan rasio

(8)

menjadi 2:1. Pemeriksaan ini tidak dapat dipakai untuk menentukan kehamilan postterm, tetapi hanya digunakan untuk menentukan apakah janin cukup umur/matang untuk dilahirkan yang berkaitan dengan mencegah kesalahan dalam tindakan peakhiran kehamilan.

- Aktivitas tromboplastin cairan amnion (ATCA). Harswell berhasil membuktikan bahwa cairan amnion mempercepat waktu pembekuan darah.

Aktivitas ini meningkat dengan bertambahnya umur kehamilan. Pada umur kehamilan 41-42 minggu ATCA berkisar antara 45-65 detik, pada umur kehamilan lebih dari 42 minggu didapatkan ATCA kurang 45 detik. Bila didapat ATCA antara 42-46 detik menunjukkan bahwa kehamilan berlangsung lewat waktu.

- Sitologi cairan amnion. Pengecatan nile blue sulphate dapat melihat sel lemak dalam cairan amnion. Bila jumlah sel yang mengandung lemak melebihi 10 %, maka kehamilan diperkirakan 36 minggu dan apabila 50%

atau lebih., maka umur kehamilan 39 minggu atau lebih.

- Sitologi vagina. Pemeriksaan sitologi vagina (indeks kariopiknotik >20 %) mempunyai sensitivitas 75 %. Perlu diingat bahwa kematangan serviks tidak dapat dipakai untuk menentukan usia gestasi.

2.3 Permasalahan pada Plasenta

Kehamilan postterm mempunyai resiko lebih tinggi daripada kehamilan aterm, terutama terhadap kematian perinatal (antepartum, intrapartum, dan postpartum) berkaitan dengan aspirasi mekonium dan asfiksia. Pengaruh kehamilan postterm antara lain sebagai berikut.

- Perubahan Plasenta

Disfungsi plasenta merupakan faktor penyebab terjadinya komplikasi pada kehamilan postterm dan meningkatnya risiko pada janin. Penurunan fungsi plasenta dapat dibuktikan dengan penurunan kadar estriol dan plasentasl laktogen. Perubahan yang terjadi pada plasenta sebagai berikut,

(9)

 Penimbunan kalsium. Pada kehammilan postterm terjadi peningkatan penimbunan kalori pada plasent. Hal ini dapat menyebabkan gawat janin dan bahkan kematian janin intrauterin yang dapat meningkat sampai 2-4 kali lipat.

Timbunan kalsium plasenta meningkat sesuai dengan progresivitas degenerasi plasenta. Namun, beberapa vili mungkin mengalami degenerasi tanpa mengalami klasifikasi.

 Selaput vaskulosinsisial menjadi tambah tebal dan jumlahnya berkurang.

Keadaan ini dapat menurunkan mekanisme transpor plasenta.

 Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema, timbunan fibrinoid, fibrosis, trombosis intervili, dan infark vili.

 Perubahan biokimia. Adanya insufisiensi plasenta menyebabkan protein plasenta dan kadar DNA di bawah normal, sedangkan konsentrasi RNA meningkat. Transpor kalsium tidak terganggu, aliran natrium, kalium, dan glukosa menurun. Pengangkutan bahan dengan berat molekul tinggi seperti asam amino, lemak, dan gama globulin biasanya mengalami gangguan sehingga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin intrauterin.

- Pengaruh pada janin

Pengaruh kehamilan postterm terhadap janin sampai saat ini masih diperdebatkan.

Beberapa ahli menyatakan bahwa kehamilan postterm menambah bahaya pada janin, sedangkan beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa bahaya kehamilan postterm terhadap janin terlalu dilebihkan. Kiranya kebenaran terletak di antara keduanya.

Fungsi plasenta mencapai puncak pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan kadar estriol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin risiko 3 kali. Akibat dari proses penuaan plasenta, pemasokan makanan dan oksigen akan menurun di samping adanya spasme arteri spiralis. Sirkulasi uteroplasenter akan berkurang dengan 50 % menjadi hanya 250 ml/menit. Beberapa pengaruh kehamilan postterm terhadap janin antara lain sebagai berikut,

(10)

 Berat janin. Bila terjadi perubahan anatomik yang besar pada plasenta, maka terjadi penurunan berat janin. Dari penelitian Vorherr tampak bahwa sesudah umur kehamilan 36 minggu grafik rata-rata pertumbuhan janin mendatar dan tampak adanya penurunan sesudah 42 minggu. Namun, seringkali pula plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga berat janin bertambah uterus sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan. Zwerdling menanyakan bahwa rata-rata berat janin lebih dari 3.600 gram sebesar 44,5 % pada kehamilan postterm, sedangkan pada kehamilan genap bulan (term) sebesar 30,6 %. Risiko persalinan bayi dengan berat lebih dari 4.000 gram pada kehamilan postterm meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term.

 Sindroma postmaturitas. Dapat dikenali pada neonatus dengan ditemukannya beberapa tanda seperti gangguan pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering, keriput seperti kertas, (hilangnya lemak subcutan), kuku tangan dan kaki panjang, tulang tengkorak lebih keras, hilangnya verniks kaseosa dan lanugo, maserasi kulit terutama daerah lipat paha dan genital luar, warna cokelat kehijauan atau kekuningan pada kulit dan tali pusat, muka tampak menderita, dan rambut kepala banyak atau tebal. Tidak seluruh neonatus kehamilan postterm menunjukkan tanda postmaturitas tergantung fungsi plasenta. Umumnya didapat sekitar 12 – 20 % neonatus dengan tanda postmaturitas pada kehamilan postterm. Berdasarkan derajat insufisiensi plasenta yang terjadi, tanda postmaturitas ini dapat dibagi dalam 3 stadium, yaitu :

Stadium I : kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.

Stadium II : gejala diatas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit

Stadium III : disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.

(11)

 Gawat janin atau kematian perinatal menunjukkan angka meningkat setelah kehamilan 42 minggu atau lebih, sebagian besar terjadi intrapartum. Umumnya disebabkan oleh :

- Makrosomia yang dapat menyebabkan terjadinya distosia pada persalinan, fraktur klavikula, palsi Erb – Duchene, sampai kematian bayi.

- Insufisiensi plasenta yang berakibat :

 Pertumbuhan janin terhambat

 Oligohidramnion : terjadi kompresi tali pusat, keluar mekonium yang kental, perubahan abnormal jantung janin.

 Hipoksia janin

 Keluarnya mekonium yang berakibat dapat terjadi aspirasi mekonium pada janin

- Cacat bawaan : terutama akibat hipoplasia adrenal dan anensefalus.

Kematian janin akibat kehamilan postterm terjadi pada 30% sebelum persalinan, 55% dalam persalinan dan 15% pascanatal.

Komplikasi yang dapat dialami oleh bayi baru lahir ialah suhu yang tak stabil, hipoglikemi, polisitemi, dan kelainan neurologi.

Pengaruh Pada Ibu

 Morbiditas/mortalitas ibu : dapat meningkat sebagai akibat dari makrosomia janin dan tulang tengkorak menjadi lebih keras yang menyebabkan terjadi distosia persalinan, incoordinate uterine action, partus lama, meningkatkan tindakan obstetric dan persalinan traumatis atau perdarahan postpartum akibat bayi besar.

 Aspek emosi : ibu dan keluarga menjadi cemas bilaman kehamilan terus berlangsung melewati taksiran persalinan. Komentar tetangga atau teman seperti “belum lahir juga?” akan menambah frustasi ibu.

2.5

Pengelolaan Kehamilan Postterm

Kehamilan postterm merupakan masalah yang banyak dijumpai dan sampai saat ini pengelolaannya masih belum memuaskan dan masih banyak perbedaan pendapat. Perlu ditetapkan terlebih dahulu bahwa pada setiap kehamilan postterm dengan komplikasi spesifik seperti diabetes mellitus, kelainan factor rhesus atau isoimunisasi, preeclampsia/eklampsia, dan hipertensi kronis yang meningkatkan resiko terhadap janin,

(12)

kehamilan jangan dibiarkan berlangsung lewat bulan. Demikian pula pada kehamilan dengan factor risiko lain seperti primitua, infertilitas, riwayat obstetric yang jelek. Tidak ada ketentuan atau aturan yang pasti dipertimbangkan masing – masing kasus dalam pengelolaan kehamilan postterm. Beberapa masalah yang sering dihadapi pada pengelolaan kehamilan postterm antara lain sebagai berikut :

 Pada beberapa penderita, umur kehamilan tidak selalu dapat ditentukan dengan tepat, sehingga janin bisa saja belum matur sebagaimana yang diperkirakan.

 Sukar menentukan apakah janin akan mati, berlangsung terus, atau mengalami morbiditas serius bila tetap dalam rahim.

 Sebagian besar janin tetap dalam keadaan baik dan tumbuh terus sesuai dengan tambahnya umur kehamilan dan tumbuh semakin besar.

 Pada saat kehamilan mencapai 42 minggu, pada beberapa penderita didapatkan sekitar 70% serviks belum matang dengan nilai bishop rendah sehingga induksi tidak selalu berhasil.

 Persalinan yang berlarut – larut akan sangat merugikan bayi posmatur.

 Pada postterm sering terjadi disproporsi kepala panggul dan distosia bahu (8% pada kehamilan genap bulan, 14% pada postterm)

 Janin postterm lebih peka terhadap obat penenang dan narkose, sehingga perlu penetapan jenis narkose yang sesuai bila dilakukan bedah sesar (risiko bedah sesar 0,7% pada genap bulan dan 1,3% pada postterm)

 Pemecahan selaput ketuban harus dengan pertimbangan matang. Pada oligohidramnion pemecahan selaput ketuban akan meningkatkan risiko kompresi tali pusat tetapi sebaliknya dengan pemecahan selaput ketuban akan dapat diketahui adanya mekonium dalam cairan amnion.

Sebelum mengambil langkah, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kehamilan postterm adalah sebagai berikut :

 Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lebih bulan atau bukan. Dengan demikian, penatalaksanaan ditujukan kepada dua variasi dari postterm ini.

 Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.

- Pemeriksaan kardiokografi seperti non stress test (NST) dan contraction stress test dapat mengetahui kesejahteraan janin sebagai reaksi terhadap

(13)

gerak janin atau kontraksi uterus. Bila didapat hasil reaktif, maka nilai sfesifitas 98,8% menunjukkan kemungkinan besar janin baik.

Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan besar janin, denyut jantung janin, gangguan pertumbuhan janin, keadaan dan kematangan plasenta, jumlah (indeks cairan amnion) dan kualitas air ketuban.

- Beberapa pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan seperti pemeriksaan kadar estriol.

- Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7kali/20 menit) atau secara objektif dengan tokografi (normal 10 kali/20 menit).

- Amnioskopi , bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan janin masih baik. Sebaliknya, air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan mengalami risiko 33% asfiksia.

 Periksa kematangan serviks dengan skor bishop. Kematangan serviks ini memegang peranan penting dalam pengelolaan kehamilan postterm.

Sebagian besar kepustakaan sepakat bahwa induksi persalinan dapat segera dilaksanakan baik pada usia 41 maupun 42 minggu bilamana serviks telah matang.

Pada umumnya pentalaksanaan sudah dimulai sejak umur kehamilan mencapai 41 minggu dengan melihat kematangan serviks, mengingat dengan bertambahnya umur kehamilan, maka dapat terjadi keadaan yang kurang menguntungkan, seperti janin tumbuh makin besar atau sebaliknya, terjadi kemunduran fungsi plasenta, dan oligohidramnion. Kematian janin neonates meningkat 5-7% pada persalinan 42 minggu atau lebih.

 Bila serviks telah matang ( dengan nilai bishop > 5) dilakukan induksi persalinan dan dilakukan pengawasan intrapartum terhadap jalannya persalinan dan keadaan janin. Induksi pada serviks yang telah matang akan menurunkan risiko kegagalan ataupun persalinan tindakan.

 Bila serviks belum matang, perlu dinilai keadaan janin lebih lanjut apabila kehamilan tidak di akhiri :

(14)

- NST dan penilaian volume kantong amnion. Bila keduanya normal, kehamilan dapat dibiarkan berlanjut dan penilaian janin dilanjutkan seminggu dua kali.

- Bila ditemukan oligohidramnion (< 2 cm pada kantong yang vertical atau indeks cairan amnion < 5) atau dijumpai deselerasi variable pada NST, maka dilakukan induksi persalinan.

- Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, tes pada kontraksi (CST) harus dilakukan. Bila hasil CST positif, terjadi deselerasi lambat berulang, variabilitas abnormal (< 5/20 menit) menunjukkan penurunan fungsi plasenta janin, mendorong agar janin segera dilahirkan dengan mempertimbangkan bedah sesar. Sementara itu, bila CST negative kehamilan dapat dibiarkan berlangsung dan penilaian janin dilakukan lagi 3 hari kemudian.

- Keadaan serviks (skor bioshop) harus dinilai ulang setiap kunjungan pasien dan kehamilan dapat diakhiri bila serviks datang.

 Kehamilan lebih dari 42 minggu diupayakan diakhiri.

(15)

BAB III TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN POSTTERM

No. Register : 045 / BPS/ BUMIL

I. PENGKAJIAN DATA

Tanggal/Pukul : 09 April 2014/ 15.00 WIB Oleh : Bidan

A. DATA SUBJEKTIF

1. Biodata Ibu Suami

Nama : Ny. Y Tn. P

Umur : 21 tahun 25 tahun

Agama : Islam Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMU SMU

Pekerjaan : IRT Buruh

Alamat : Kwaru RT 1/RW 3 Kwaru RT 1/RW 3

Gunung Kidul Gunung Kidul

2. Keluhan utama

Ibu mengatakan kehamilannya sudah lewat bulan dari hari perkiraan lahir 3. Riwayat mensturasi

Menarce : 14 tahun Siklus : 28 hari

Lama : 7 hari Teratur : teratur

Sifat darah : cair Keluhan : tidak ada 4. Riwayat kehamilan sekarang

a) HPHT : 02-06-2013 Perkiraan Lahir : 09-3-2014 b) ANC pertama umur kehamilan : 4 minggu

(16)

c) Kunjungan ANC Trimester I

Frekuensi : 2x, Tempat :bidan , Oleh : bidan Keluhan : tidak ada

Terapi : vitonal f 1x1/hari, vit C 1x1/hari Trimester II

Frekuensi : 3x, Tempat : bidan , Oleh : bidan Keluhan : tidak ada

Terapi : vitonal f 1x1/ hari, vit C 1x1/ hari Trimester III

Frekuensi : 1x, Tempat : bidan,Oleh : bidan

Keluhan : rasa nyeri saat perut dipegang bagian atas Terapi : FE, Vit C, Kalk

d) Imunisasi TT TT I : 20-5-2007

TT II: 20-6-2007 TT III : 23-9-2013 e) Pergeraakan janin selama 24 jam (dalam sehari )

Ibu mengatakan merasakan pergerakan janin 2x/ jam dalam sehari 5. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu punya riwayat penyakit asma sejak sebelum hamil, kambuh bila ibu makan ikan laut atau kedinginan, tapi jarang kambuh karena ibu selalu menghindari factor alergen.

Penyakit menurun, menular lainnya tidak ada.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Selama 2 minggu ini ibu sering sesak napas dan batuk pada malam hari.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Di keluarga pasien ada keturunan penyakit asma, penyakit menular dan menurun lainnya tidak ada.

d. Riwayat operasi

ibu mengatakan belum pernah operasi e. Riwayat alergi obat

(17)

ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi obat 6. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Pola nutrisi sebelum hamil saat hamil

Makan

Frekuensi : 3x/ hari 3x/ hari

Porsi : 1 piring 1 piring

Jenis : nasi, lauk, sayur nasi,sayur, lauk

Pantangan : tidak ada tidak ada

Keluhan : tidak ada tidak ada

Minum

Frekuensi : 10x/ hari 12x/ hari

Porsi : 1 gelas 1 gelas

Jenis : air putih, susu, teh nasi,sayur, lauk Pantangan : tidak ada tidak ada

Keluhan : tidak ada tidak ada

Pola eliminasi BAB

Frekuensi : 1x/ hari 1x/hari

Konsistensi : lembek lembek

Warna : kuning kuning

Keluhan : tidak ada tidak ada

BAK

Frekuensi : 5x/ hari 10x/hari

Konsistensi : cair cair

Warna : kuning jernih kuning jernih

Keluhan : tidak ada tidak ada

Pola istirahat Tidur siang

Lama : 2 jam / hari 2 jam / hari

Keluhan : tidak ada tidak ada

Tidur malam

(18)

Keluhan : tidak ada tidak ada

Personal hygiene

Mandi : 2x/ hari 2x/ hari

Ganti pakaian : 2x/ hari 2x/ hari

Gosok gigi : 2x/ hari 2x/ hari

Keramas : 4x/ minggu 4x/ minggu

Pola sexsualitas

Frekuensi : 4x/ minggu 1x/ minggu

Keluhan : tidak ada tidak ada

7. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minuman berakohol) ibu mengatakan tidak pernah melakukan kebiasaan yang mengganggu kesehatan seperti merokok, minum jamu, minuman berakohol

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan umum Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmetis Status emosional : stabil

Tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mMHg Nadi : 80x/ menit Pernapasan : 21x/ menit Suhu : 36,5 C Berat badan : sebelumnya 48 kg Tinggi bdn:160 cm

Sekarang 57 kg

2. Pemeriksaan fisik

Wajah : wajah simetris, tidak ada oedema dan tidak ada chloasma gravidarum

(19)

Mata : simetris, tidak starbismus, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada tanda-tanda infeksi

Dada : payudara simetris, puting menonjol, hiperpigmentasi mamae. Tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat benjolan.

Abdomen : tidak ada bekas operasi, tidak ada linea alba, tidak ada striegravidarum

Palpasi leopod

- Leopod I : TFU berada dipertengahan pusat-proceccus xypoideus

- Leopod II : bagian kiri teraba kecil-kecil,tidak ada tahanan berat ekstremitas, bagian kanan teraba memanjang seperti papan,ada tahanan berarti punggung

- Leopod III : bagian terendah janin teraba bulat, melenting, keras, tidak bisa digerakan, sudah masuk PAP.

Mc. Donald TFU : 33 cm

Auskultasi DJJ : 132x/menit kuat, teratur

- Ekstremitas atas : jumlah jari lengkap, kuku tidak pucat, tidak terdapat odem, gerakan aktif

- Ekstremitas bawah : jumlah jari lengkap, kuku tidak pucat, tidak odem, tidak varises, reflek patela positif

- Genetalia luar : bersih, tidak ada pembesaran kelenjar bartolini, tidak varises, - Anus : bersih, belubang, tidak hemoroid

3. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laborat HB : 10 gr%

4. Data penunjang Tidak ada

C. ASSESMENT

Seorang Ny Y umur 21 tahun G1P0A0 Usia kehamilan 41minggu 4 hari, dengan kehamilan postterm. Janin tunggal hidup intra uterine presentasi kepala.

D. PLANNING

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dan kepada keluarga bahwa kehamilan ibu sudah

(20)

2. Menganjurkan ibu untuk perbanyak istirahat, rileks dan mengurangi aktifitas yang berat.

3. Memberitahu ibu untuk makan,makanan yang bergizi yang mengadung protein misalnya tahu, tempe, telor dan ikan. Karbohidrat misalnya nasi, roti, jagung, singkong dan lain- lain. Vitamin misalnya buah-buahan dan sayuran. Mineral misalnya susu dan sayuran hijau-hijauan. Memberitahu ibu agar tidak makan makanan yang mengganggu kesehatan misalnya bahan makanan yang banyak mengadung bahan pengawet, minum minuman berakohol, minum jamu dan merokok.

4. Melakukan rujukan ke dokter SPOG

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Postmatur menunjukan atau menggambarkan kaadaan janin yang lahir telah melampauhi batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Belum ada penyebab pasti terjadinya postmatur ini dan sebagian besar bias diselesaikan dengan persalinan induksi maupun seksio sesaria dan bidan tidak berwenang menolong persalinan dengan kehamilan postmatur kecuali bidan di rumah sakit dengan kolaborasi dengan dokter.

(21)

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya.

Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter kandungan merupakan perhitungan yang lebih tepat.. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu itu.

Perhitungannya, jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir hingga saat itu dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu). Misalnya, hari pertama haid terakhir Bu A jatuh pada 2 Januari 1999. Saat ini tanggal 4 Maret 1999. Jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir adalah 61. Setelah angka itu dibagi 7 diperoleh angka 8,7. Jadi, usia kehamilannya saat ini 9 minggu.

Kehamilan lewat waktu merupakan salah satu kehamilan yang beresiko tinggi, dimana dapat terjadi komplikasi pada ibu dan janin. Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari Hari Pertama haid terakhir. Kehamilan lewat waktu juga biasa disebut serotinus atau postterm pregnancy, yaitu kehamilan yang berlangsung selama lebih dari 42 minggu atau 294 hari.

Penyebab pasti kehamilan lewat waktu sampai saat ini belum kita ketahui.

Diduga penyebabnya adalah siklus haid yang tidak diketahui pasti, kelainan pada janin (anenefal, kelenjar adrenal janin yang fungsinya kurang baik, kelainan

pertumbuhan tulang janin/osteogenesis imperfecta; atau kekurangan enzim sulfatase plasenta).

Kehamilan lewat bulan dapat juga menyebabkan resiko pada ibu, antara lain distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding (moulage) kepala kurang. Sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum.

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2

(22)

kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya.

4.2

Saran

 Sebaiknya persalinan dengan postmatur dilakukan di rumah sakit atas kolaborasi dengan dokter

 Kehamilan postmatur harus secepatnya dideteksi untuk menghindari komplikasi terutama pada janin

 Bidan sebaiknya dapat mendeteksi kehamilan postmatur untuk menghindari komplikasi dan mengambil tindakan yang tepat untuk menanganinya.

Referensi

Dokumen terkait

Epiglotitis akut adalah suatu keadaan inflamasi akut yang terjadi pada daerah supraglotis dari orofaring, meliputi epiglotis, valekula, aritenoid, dan lipatan

Riset partisipan memiliki harga diri yang baik, karena dukungan keluarga dan orang disekitar membuat riset partisipan tidak merasa malu atau menarik diri karena penyakit

Sehingga, jika dilihat dari salah satu parameter iklim yaitu curah hujan, berdasarkan data curah hujan harian ekstrim di Stasiun Jatiwangi Jawa Barat

Salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam meningkatkan loyalitas pelanggan adalah dengan meningkatkan kepuasan pelanggan dengan merek produk yang ditawarkan

Dengan telah diberlakukannya Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor

Saya bersetuju bahawa berdasarkan kepada prinsip Al-Mudharabah dan lain-lain hukum Syariah yang berkaitan, sumbangan takaful saya kepada Syarikat dikreditkan ke

 Siklon digunakan untuk menyisihkan partikulat berukuran Siklon digunakan untuk menyisihkan partikulat berukuran lebih besar dari 5 mikron, dengan efisiensi penyisihan. lebih