e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DECISON MAKING BERBANTUAN MEDIA VIDEO TERHADAP
HASIL BELAJAR IPS
Indi Syifa Maulidati1, Ndara Tanggu Renda2, Made Sumantri3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe decision making berbantuan media video dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di Gugus VI Kecamatan Sukasada tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yang menggunakan desain non-equivalent post test only control group design. Populasi penelitian ini berjumlah 180 orang. Sampel penelitian ini menggunakan random sampling. Data hasil belajar IPS dikumpulkan dengan instrumen tes berbentuk pilihan ganda. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thitung = 5,747 dan ttabel (pada taraf signifikansi 5%) = 1,999. Hal ini berarti bahwa thitung > ttabel, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Dari rata-rata hitung, diketahui rata-rata hitung kelompok eksperimen adalah 22,72 dan rata-rata hitung kelompok kontrol adalah 16,8. Hal ini berarti bahwa rata-rata hitung eksperimen > rata-rata hitung kelompok kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making berbantuan Media Video berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V di Gugus VI Kecamatan Sukasada.
Kata-kata Kunci: decision making, video, hasil belajar IPS
Abstract
This research aims to know the significant difference of Social Science learning outcomes among students who follow the cooperative learning model type decision making of video and media- aided students who follow the conventional learning model with learning in students of class V in the cluster Sukasada Sub-district VI year lessons 2016/2017.This type of research is quasi experiment research that use of non-equivalent design post test only control group design. This research population totalling 180 people. The sample of this study using random sampling. Data results collected social science learning with multiple choice tests-shaped instrument. The collected data were analyzed using descriptive statistics and statistical analysis inferensial (test- t). Based on the results of data analysis, retrieved tvalue = 5.74 and ttable (significance level at 5%) = 1.999. This means that tvalue > ttable, so it can be interpreted that there is a significant difference of social science learning outcomes among students who follow learning with a learning model cooperative type Decision Making and students who follow the conventional learning model with learning. Of the average count, calculating the average group of experiments is 22.72 average and calculate the control group was 16.8. This means that the average count experiment >
averaged to calculate control group, so that it can be concluded that the application of the cooperative learning model type Decision Making assisted Video Media influence on learning outcomes social science grade V in the cluster VI Sukasada Sub-district.
Keywords : decision making, videos, learning outcomes social science.
2 PENDAHULUAN
Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni dan budaya.
Sementara itu, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini tidak lepas dari peran pendidikan.
Pendidikan merupakan “Sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan pembangunan suatu bangsa” (Susanto, 2013). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Bab II Pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan mmbentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. keseluruhan kompenen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, maka harus menempuh pendidikan formal, non formal dan informal. Pendidikan formal meliputi SD, SMP dan SMA, dan pendidikan informal meliputi ,pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan keaksaraan dan lain-lain. Sedangkan pendidikan informal meliputi lingkungan keluarga, dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Untuk itudiberikan muatan pelajaran yang tercantum pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 37 Ayat 1 yang menyebutkan Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: a) pendidikan agama, b) Pendidikan kewarganegaraan, c) bahasa, d) matematika, e) ilmu pengetahuan alam, f) ilmu pengetahuan sosial, g) seni budaya, h) pendidikan jasmani dan olahraga, i)
keterampilan/kejuruaan;dan, j) muatan lokal.
Salah satu mata pelajaran tersebut adalah IPS seperti pasal 37 yang merupakan mata pelajaran yang wajib dikuasai oleh peserta didik khususnya di Sekolah Dasar. Buchori Alma (dalam Susanto 2013) menyatakan, “IPS adalah sebagai suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik, maupun dan lingkungan sosialnya dan yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial, seperti: geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik,dan psikologi”.Tujuan diberikan pembelajaran IPS dalam KTSP adalah1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya,2) memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial,3) memilki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusian, 4) memiliki kemampuan berkomunikasi dalam masayarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS seperti yang ditetapkan dalam KTSP sangat ditentukan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan studi dokumenter pada tanggal 30-31 Januari di Gugus VI Kecamatan Sukasada sebagai berikut.
Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh informasi bahwa mata pelajaran IPS di Gugus VI Sukasada memilki hasil belajar rendah. Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh bahan materi pelajaran IPS yang penuh dengan konsep-konsep yang bersifat abstrak sehingga sulit untuk diterapakan pada keseharian siswa. Konsep seperti waktu, arah mata angin, lingkungan, ritual agama, akulturasi budaya, kekuasaan, demokrasi, nilai-nilai kepahlawanan, dan lain sebagainya. Sedangkan guru juga kurang menggunakan media dalam pembelajaran karena tidak tersedia media disekolah dan kalau ada, gurupun kurang
3 memanfaatkan media sehingga pembelajaran menjadi sulit untuk dipahami oleh siswa karena bersifat abstrak.
Berdasarkan hasil observasi, diperoleh fakta pada pelaksanaan pembelajaran IPS di kelas guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional dengan cara hafalan dan mencatat materi yang diberikan. Selama kegiatan pembelajaran hanya berpusat pada guru dengan mendominasi pembelajaran dengan metode ceramah, sehingga siswa cendrung pasif dalam menerima materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Ditambah lagi dengan penggunaan media dalam pembelajaran IPS yang sangat minim, yang berdampak siswa cendrung tidak serius dan sulit untuk memahami dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga berpengaruh pada rendahnyahasil belajar IPS siswa kelas V.
Berdasarkan hasil pencatatan dokumen yang dilakukan di Gugus VI pada 30-31 Januari menunjukkan bahwa nilai UAS mata pelajaran IPS kelas V pada semester II tahun pelajaran 2015/2016 masih rendah. Hasil yang diperoleh dari deskripsi belajar IPS siswa kelas V di Gugus VI Kecamatan Sukasada masih rendah dengan kategori cukup, yang dapat dilihat bahwa dari jumlah siswa 180 orang, yaitu 78 orang siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sedangkan yang memperoleh nilai di bawah KKM berjumlah 102 orang. Dilihat dari nilai rata-rata kelas pada masing- masing SD baru berkisar 58,36 -70,28 dan berkategori cukup. Rendahnya hasil belajar ini harus diatasi dengan menggunakan salah satu model pembelajaran yang tepat yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang tepat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making.
Model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerja sama antar sesama dalam memilih tindakan-tindakan alternatif untuk memecahkan suatu permasalahan.
Kelebihan model ini dapat memberikan pengalaman yang berbeda bagi setiap siswa, seperti siswa dapat berfikir kritis dalam memecahkan masalah, berani mengemukakan pendapat di dalam kelompok maupun di luar kelompok, menghargai ide/pendapat orang lain, dan mampu membuat/ mimilih keputusan pada setiap alternatif dalam pemecahan masalah. Model ini diharapkan akan mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap berbagai macam konsep yang mereka pelajari. Jika pemanfaatan model ini dipadukan dengan penggunaan media video, maka pembelajaran akan semakin menarik dan memudahkan siswa untuk memahami atau menguasai materi pembelajaran. Karena penggunaan media menurut Sadiman, dkk (2006:17) yang menyatakan, “Bahan yang disajikan menjadi lebih jelas maknanya bagi siswa, dan tidak bersifat verbalistik; (2) metode pembelajaran lebih bervariasi;(3) siswa menjadi lebih aktif melakukan beragam aktivitas; (4) pembelajaran lebih menarik;
dan (5) mengatasi keterbatasan ruang.”
Berdasarkan uraian diatas, maka diangkat permasalahan ini dalam suatu penelitian yang telah dilakukan berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Decision Making Berbantuan Media Video terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Semester Genap di Sekolah Dasar Gugus VI Kecamatan Sukasada Tahun Pelajaran 2016/2017”.
METODE
Jenis peneilitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperiment).
Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen Non Equivalent Post-test Only Control Group Design. Rancangan penelitian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Non Equivalent Post-test Only Control Group Design
Kelas Perlakuan Post-test
Eksperimen X O1
Kontrol - O2
(sumber: dimodifikasi dari Sugiyono, 2011)
4
Keterangan: E = kelas eksperimen, K =kelas kontrol, X = Perlakuan dengan Model Pembelajaran kooperatif tipe Decision Making berbantuan media video, = Tidak mendapat perlakuan (model pembelajaran konvensional) O1 = post–test terhadap kelas eksperimen, O2 = post–test terhadap kelas kontrol.
Berdasarkan tabel di atas, kelompok pertama merupakan kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making, sedangkan kelompok kedua merupakan kelompok Kontrol yang memakai model konvensional. Masing-masing kelompok diberikan post test setelah mengalami perlakuan dalam jangka waktu tertentu.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus VI Kecamatan Sukasada yang terdiri dari 7 sekolah, 7 kelas dengan jumlah siswa 180 siswa.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Teknik random sampling dilakukan dengan sistem undian. Dalam suatu penelitian, sampel yang diacak bisa kelas atau sekolah.
Apabila penelitian hanya melibatkan satu sekolah, maka sampel yang diacak adalah kelas. Apabila penelitian melibatkan beberapa sekolah, maka sampel yang diacak adalah sekolah. Dalam teknik random sampling, semua subjek mendapat hak yang sama untuk mendapat kesempatan menjadi sampel penelitian.
Dari delapan sekolah dasar yang terdapat di Gugus VI Kecamatan Sukasada, hanya diambil dua kelas yang akan dijadikan sebagai sampel. Sebelum dilakukan penentuan sampel penelitian, dilakukan uji kesetaraan pada semua sekolah yang ada di Gugus VI Kecamatan Sukasada. Data yang digunakan dalam uji kesetaraan adalah nilai ulangan akhir semester (UAS) ganjil mata pelajaran IPS kelas V sekolah dasar. Uji kesetaraan ini menggunakan analisis anava satu jalur.
Setelah semua kelas dinyatakan setara, maka dilanjutkan dengan penentuan sampel penelitian. Semua nama sekolah di Gugus VI Kecamatan Sukasada ditulis dalam kertas kecil, kemudian digulung. Selanjutnya peneliti memilih dua gulungan kertas secara acak.
Berdasarkan hasil pengundian tahap pertama, diperoleh dua kelas sampel yaitu kelas V SD No.2 Panji Anom yang
berjumlah jumlah 33 siswa dan kelas V SD. No.4 Panji Anom yang berjumlah 30 siswa. Setelah terpilih 2 kelas yang dijadikan sampel, maka dilakukan pengundian untuk menentukan kelas yang bertindak sebagai eksperimen dan kelas yang bertindak sebagai kontrol. Undian yang dilakukan sama seperti mengundi sampel penelitian, yaitu menulis kedua nama sekolah dalam kertas kecil, kemudian digulung. Selanjutnya peneliti mengambil gulungan. Pengundian sampel ini dilakukan pada semua kelas dan setiap kelas mendapatkan kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai kelas sampel. Kelas sampel yang didapatkan kemudian diundi lagi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Berdasarkan hasil pengundian tahap kedua, diperoleh kelas V SD No.2 Panji Anom sebagai kelas eksperimen dan kelas V SD No.4 Panji Anom sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making berbantuan media video dan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan..
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian eksperimen terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap perencanaan dan persiapan eksperimen, tahap pelaksanaan eksperimen, dan tahap pelaporan eksperimen. Pelaksanaan eksperimen dilaksanakan mulai tanggal 12 Maret sampai 5 Mei 2017. Setelah pelaksanaan pembelajaran selesai pada tanggal 9 Mei 2017 selanjutnya dilaksanakan post test pada kelas eksperimen. Jadi pertemuan dilaksanakan sebanyak 8 kali dan pada pertemuan yang terakhir diaksanakan post tes. Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini melibatkan variabel bebas dan variabel terikat yang dijelaskan sebagai berikut.
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran
5 kooperatif tipe Decision Making berbantuan media video dan variabel terikat adalah hasil belajar IPS.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SD No. 2 Panji Anom dan SD No.
4 Panji Anom. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan metode tes dan metode non tes. Metode tes dilakukan dengan membagikan sejumlah tes untuk mengukur hasil belajar siswa. Sedangkan metode non tes dilakukan dengan mengobservasi kegiatan pembelajaran dikelas dan hasilnya tidak dianalisis seperti tes obyektif tetapi hanya dijadikan sebagai acuan data atau hasil temuan dari pelaksanaan kegiatan penerapan model pembelajaran decision making. Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar IPS siswa adalah tes objektif bentuk pilihan dengan jumlah butir soal 40.
Soal-soal yang akan digunakan telah dikonsultasikan terlebih dahulu dengan ahli pakar (judges).
Penilaian dilakukan oleh 2 orang dosen.
Satu orang dosen sebagai pakar (judges) IPS dan 1 orang dosen sebagai pakar tata bahasa yang bertujuan untuk mengetahui validitas isi, tata bahasa dan apakah soal tersebut layak diujicobakan ke sekolah dasar. Kemudian, soal yang sudah disetujui oleh kedua pakar di uji cobakan ke sekolah dasar dan hasilnya di analisis
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda, dan analisis pengecohnya.
Soal yang telah dianalisis dan memenuhi syarat tersebut, digunakan sebagai post- test.
Hasil penelitian dianalisis dengan statistik deskriptif dan statistik inferensial.
Uji prasyarat yang dilakukan adalah uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varian. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah perhitungan uji-t.
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
Data penelitian ini adalah skor hasil belajar IPS siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe decision making berbantuan media video pada kelompok eksperimen dan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional. Setelah dilakukan penelitian diperoleh hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen dan hasil belajar IPS siswa kelompok kontrol. mean, median, modus, varians, standar deviasi, skor minimum, skor maksimun hasil belajar siswa kelas V SD No. 2 Panji Anom dan SD No.4 Panji Anom. Deskripsi data hasil belajar IPS siswa yang memaparkan mean, median, modus, standar deviasi, varians. Hasil deskripsi data dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2. Deskripsi Pemahaman Konsep IPS
Data Hasil Belajar IPS
Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Mean 22,72 16,8
Median 23,18 16,6
Modus 25 16,3
Standar Deviasi 4,29 4,17
Varians 18,40 17,39
Skor Maksimum 29 25
Skor Minimum 13 9
Berdasarkan deskripsi tabel diatas dapat dikemukakan bahwa kelompok eksperimen yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Decision making memiliki mean= 22,72, median = 23,18, modus = 25, varians = 18,40, standar deviasi = 4,29, skor minimum = 13, skor maksimum = 29.
Sedangkan kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional memiliki mean = 16,8 median 16,6, modus = 16,3, varians = 17,39, standar deviasi = 4,17, skor minimum = 9, skor maksimum = 25.
Dari data tersebut, kelompok eksperimen yang dibelajarkan
6 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Decision making memiliki rata-rata hasil belajar IPS lebih besar dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar IPS kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
Data hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen menunjukan bahwa skor tertinggi adalah 29 dan skor terendah adalah 13. Mean, median, modus hasil belajar IPS kelompok siswa yang dibelajarakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Decision making disajikan ke dalam bentuk grafik polygon seperti pada gambar 1.
Gambar 1. Grafik Polygon Data Post- Test IPS Kelompok Eksperimen
Berdasarkan gambar polygon diatas, diketahui modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean Mo>Md>M (25,>23,18>22,72). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Jika dikonversi ke dalam pedoman penetapan kategori hasil belajar IPS kelompok eksperimen berada pada kategori sangat tinggi.
Sedangkan hasil analisis data yang dilakukan pada kelas kontrol, menunjukan bahwa skor tertinggi adalah 25 dan skor terendah adalah 9. Mean, median, modus hasil belajar IPS kelompok siswa menggunakan model pembelajaran konvensional disajikan ke dalam dalam bentuk grafik polygon seperti pada gambar 2 dibawah ini.
Gambar 2. Grafik Polygon Data Post-Test IPS Kelompok Kontrol
Berdasarkan gambar polygon di atas, diketahui Mean (M), Median (Md), Modus (Mo) digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurva sebaran data kelompok siswa dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional merupakan juling positif karena M>Md>Mo (16,8>16,6,>16,3). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa cenderung rendah. Jika dikonversi ke dalam pedoman penetapan kategori hasil belajar IPS kelompok eksperimen berada pada kategori sedang.
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis untuk mendapatkan simpulan, maka prasyarat yang harus dipenuhi adalah data setiap kelompok berdistribusi normal dan semua harus homogen.
Adapun hasil mengenai pengujian normalitas dan homogenitas terhadap data skor hasil belajar IPS.
Data skor hasil belajar IPS diuji normalitas secara manual menggunakan rumus Chi-Square. Apabila x2hitung < x2tabel, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Berdasarkan tabel hasil uji normalitas sebaran data hasil belajar IPS diatas, diperoleh x2hitung
kelompok eksperimen = 3,32 dan x2hitung
kelompok kontrol = 2,61 lebih kecil dari x2tabel = 11,07 (x2hitung < x2tabel), sehingga seluruh kelompok data berdistribusi normal.
Untuk menguji homogenitas varians pada kedua kelompok digunakan uji F. Agung (2016:76) kriteria pengujian varians homogen jika Fhitung < Ftabel,
sedangkan kriteria pengujian varians tidak homogen jika Fhitung > Ftabel. Taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1 –1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n2 – 1.
7 Berdasarkan hasil uji homogenitas, diketahui Fhitunghasil belajar IPS siswa kelompok yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe decision making dan kelompok yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional adalah 1,05, sedangkan Ftabel dengan dbpembilang = 33, dbpenyebut = 30, dan taraf signifikansi 5% adalah 1,93.
Hal ini berarti, varians data hasil belajar IPS siswa kelompok yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Decision making dan kelompok yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional adalah homogen.
Kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui pangaruh dari model pembelajaran yang diterapkan. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan uji-t.
Kriteria ketentuan untuk data homogen, maka untuk menguji hipotesis akan digunakan t-test dengan polled varians dengan derajat kebebasan (n1+n2)-2.
Adapun rangkuman hasil perhitungan uji-t antar kelompok eksperimen dan kontrol dapat disajikan seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t
Data Kelompok N X̅ s2 thit ttab (t.s 5%)
Post-test Eksperimen 33 22,72 18,40
5,747 1,999
Kontrol 30 16,8 17,39
Berdasarkan tabel hasil perhitungan uji-t diatas, diperoleh thitung
sebesar 5,747. Sedangkan ttab dengan dk
= 33+30-2 = 61 dan taraf signifikansi 5%
adalah 1,999. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga H0
ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus VI Kecamatan Sukasada Tahun Pelajaran 2016/2017
PEMBAHASAN
. Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe decision making memiliki rata-rata skor hasil belajar IPS yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan analisis sebaran data menggunakan uji-t, diperoleh nilai thitung
lebih besar dari pada ttabel (thit> ttab), sehingga terdapat perbedaan yang
signifikan antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making berbantuan media video dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang tergolong tinggi pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making yang dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut.
Pertama, dalam proses pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe decision making adanya pemberian informasi dalam kegiatan pembelajaran. yang mengarahkan siswa dalam menyampaikan tujuan materi yang dibahas dengan berbantuan media video.
Penggunaan video ini dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran dan dapat membuat kegiatan pembelajaran semakin menarik.
Ini terbukti dari antusias siswa dalam kegiatan pembelajaran siswa menjadi lebih semangat dan serius ketika menyimak materi yang ada pada video.
Golu (2016) menyatakan penggunaan video sebagai media audio visual dalam proses pembelajaran dapat menarik perhatian siswa sehingga membantu meningkatkan minat belajar siswa terhadap pelajaran yang diberikan oleh
8 guru. Dikatan oleh Golu penggunaan video dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Kedua, proses pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe decision making adanya perumusan permasalahan yang dapat memberikan antusias siswa dengan menjawab pertanyaan yang diberikan guru melalui video yang ditayangkan , sehingga terjadinya proses berfikir pada pengetahuan baru yang diperolehnya.
Pada tahap ini siswa sangat kritis dalam mencermati permasalahan yang ada. Hal ini terbukti pada saat LKS diberikan siswa langsung menjawab LKS tersebut
bersama kelompoknya dan
mengumpulkan informasi-informasi dari pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS untuk dicari jawabannya yang tepat. Putri (2014) menyatakan berpikir kritis (critical thinking) artinya untuk sampai suatu kesimpulan diawali dengan pertanyaan dan pertimbangan kebenaran serta nilai apa yang sebenarnya ada dalam pertanyaan itu. Maka hendaknya proses pembelajaran haruslah dapat memancing nalar siswa dengan memberikan latihan- latihan dalam bentuk sebuah pertanyaan agar nantinya siswa akan lebih mudah lama mengingat materi pembelajaran yang diberikan.
Ketiga, proses pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe decision making adanya pemecahan masalah, yang dimana siswa dapat bekerja sama dengan teman sesama dalam memilih alternatif-alternatif keputusan jawaban yang benar sehingga pembelajaran ini dapat menumbuh kembangkan keterampilan sosial peserta didik yaitu bekerjasama, saling toleransi, berkomunikasi dan juga menghargai pendapat sesame kawan. Terbukti dalam pelaksanaan pembelajaran siswa bekerjasasama dalam mencari solusi dalam memecahkan masalah yang berbentuk LKS siswa sangat aktif dalam memberikan masukan jawaban terhadap teman kelompoknya dan membuat kesimpulan. Putri (2014) menyatakan pemecahan masalah (problem solving) artinya untuk sampai pada kesimpulan
diawali dengan masalah yang dihadapi dan mempertanyakan bagaimana masalah itu dapat diselesaikan/
dipecahkan.Ini dapat diartikan pemecahan masalah haruslah dapat dicari jalan kelurnya. Pemecahan masalah ini apabila diterapkan pada siswa dengan baik, maka menjadikan siswa lebih mandiri untuk mencari jawaban-jawaban yang paling benar.
Keempat, model kooperatif tipe decision making dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang sangat menyenangkan, karena kegiatan tersebut diindikasikan melibatkan peserta didik yang terlihat dari pembelajaran yang tidak ceramah terus, tetapi juga melakukan suatu diskusi berkaitan dengan masalah- masalah sosial yang ada di masyarakat, dalam materi pembelajaran tidak hanya terpaku pada buku teks tapi lebih mengkontekstual, karena guru mengaitkan konsep-konsep yang ada dalam pembelajaran dengan kondisi riil siswa dan masalah sosial dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam memecahkan suatu permasalahan.
Hanifah (2008) menyatakan pembelajaran ini dapat menumbuh kembangkan keterampilan sosial peserta didik yaitu bekerjasama, saling toleransi, berkomunikasi dan juga menghargai pendapat sesame kawan. Furi (2016) pembelajaran ini juga dapat meningktkan kemampuan berfikir kritis siswa dengan mengkontruksi pemikiran secara kontruktivisme.
Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe decision making dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritisnya dan meningkatkan kerjasama antar siswa dalam menerima materi pembelajaran.
Berbeda hal-nya dengan kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional yang didominasi oleh metode ceramah dan hapalan pada siswa, sehingga berpusat pada guru. Hal ini dapat dilihat dari pada saat guru menjelaskan materi pelajaran siswa banyak bercerita dengan teman sebangkunya dan asyik sendiri tanpa
9 memperhatikan penjelasan dari guru.
Hanya siswa tertentu yang memperhatikan guru saat menjelaskan materi. Kegiatan ini lebih berpusat pada guru, sehingga siswa menjadi pasif dan tidak aktif dalam belajar (Santyasa 2005).
Pada saat guru menanyakan siapa yang belum paham, siswa hanya diam saja, sehingga membuat guru kurang mengetahui batas pemahaman siswa.
Perbedaan langkah-langkah pembelajaran antara model pembelajaran koopertaif tipe decision making dengan model pembelajaran konvensional tentunya akan memberikan dampak yang berbeda pula terhadap hasil belajar dalam mata pelajaran IPS. Dengan demikian, hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS yang diajarkan dengan model pembelajaran koopertaif tipe decision making berbantuan video akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.
Dalam melakukan sebuah penelitian, tentunya ada hambatan yang ditemui selama penelitian berlangsung.
Setelah diamati, siswa yang berada pada kelas eksperimen pada saat dimulai pembelajaran, membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. Ini dapat terlihat dari saat siswa dibagi kelompok terjadi sedikit kegaduhan didalam kelas, hal ini dikarenakan siswa masih belum terbiasa dengan dibentuk kelompok belajar Sedangkan pada pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, siswa terlihat pasif hal ini dikarenakan guru yang jauh lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran.Tetapi hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi atas kerja sama dari guru pengempu mata pelajaran IPS yang sudah mengetahui karekteristik siswa tersebut serta peran pihak sekolah yang terjalin baik
PENUTUP
Berdasarkan tujuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe decision making dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional di Gugus VI Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. Hal ini ditunjukkan pada hasil hipotesis uji-t yang diketahui bahwa thitung= 3,502>ttabel = 1,999, Ini berarti terdapat hasil belajar yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making berbantuan media Video dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan perhitungan statistik diskriptif hasil belajar siswa pada mata peajaran IPS yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe decision making berbantuan media Video, menunjukkan rata-rata hasil belajar IPS lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensioanal yaitu M1 = 22,72 > M2 = 16,8. Terdapat perbedaan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe decision making berbantuan media Video berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPS Siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.
DAFTAR RUJUKAN
Agung, Anak Gede. 2016. Statistik Dasar untuk Pendidikan. Yogyakarta:
Deepublish
Furi, Novita Indah. 2016. “Penerapan Model Klarifikasi Nilai Tentang Konflik Sosial dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Keterampilan Pengambilan Keputusan (Decision Making) Siswa Kelas VIII SMPN 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Profinsi Lampung.” Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial.Vol.25. No.1.
Golu, Siti Fajaria. “Penggunaan Media Video untuk Meningkatkan Minat Belajar IPA Kelas IV SD Negeri
10 Bakalan.” Jurnal Pendidikan Guru SekoIah Dasar Edisi 7.
Hanifah, Nurdinah. “Pengembangan Decision Making Model (Model Pembuatan Keputusan) dalam Pembelajaran IPS di SD Kelas 6.”Jurnal Pendidikan Dasar. No.10 Nurkholis.2003. Manajemen Berbasis
Sekolah Teori, Model, dan Aplikasi. Jakarta: PT Grasindo.
Putri, Diani Yulia. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran Decision Making Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMAN 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015. ”Tersedia pada http://mahasiswa.mipastkipllg.com/
repository/Jurnal%20diani.pdf
Diakses pada tanggal 26 Januari 2017.
Sadiman, Arif S dkk. 2006. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Pembelajaran di Sekolah Dasar.Jakarta:Kencana
Winardi, J. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi.
Jakarta: Kencana