• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI SARANA DAN TATA RUANG PERPUSTAKAAN PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN ASAHAN SKRIPSI OLEH NURATIKA FITRI MANURUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EVALUASI SARANA DAN TATA RUANG PERPUSTAKAAN PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN ASAHAN SKRIPSI OLEH NURATIKA FITRI MANURUNG"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI SARANA DAN TATA RUANG PERPUSTAKAAN PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN ASAHAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam Bidang

Ilmu Perpustakaan dan Informasi OLEH

NURATIKA FITRI MANURUNG 130709040

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Evaluasi Sarana Dan Tata Ruang Perpustakaan Pada Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Asahan

Oleh : Nuratika Fitri Manurung NIM : 130709040

Pembimbing : Dra. Eva Rabita,M.Hum

Tanda Tangan : ________________________________

Tanggal : ________________________________

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Evaluasi Sarana Dan Tata Ruang Perpustakaan Pada Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Asahan

Oleh : Nuratika Fitri Manurung NIM : 130709040

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN Ketua : Ishak, S.S., M.Hum

Tanda Tangan : ______________________________

Tanggal : ______________________________

FAKULTAS ILMU BUDAYA

Dekan : Dr. Budi Agustono, M.S.

Tanda Tangan : _____________________________

Tanggal : _____________________________

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ini adalah karya orisinalitas dan belum pernah disajikan sebagai suatu tulisan untuk memperoleh suatu kualifikasi tertentu atau dimuat pada media publikasi lain.

Penulis membedakan dengan jelas pendapat atau gagasan penulis dengan pendapat atau gaagsan yang bukan berasal dari penulis dengan mencantumkan tanda kutip.

Medan, Januari 2018

Nuratika fitri manurung 130709040

(5)

ABSTRAK

Manurung, Nuratika fitri . 2018. Evaluasi Sarana dan Tata Ruang Perpustakaan Pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Asahan. Medan.

Program Studi Ilmu Perpustakaan Dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sarana dan tata ruang pada Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Asahan melalui standar nasional perpustakaan No 003 tahun 2011 meliputi sarana layanan atau sarana kerja, penataan ruang dan penyediaan internet. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Informan pada penelitian ini adalah kepala perpustakaan, pustakawan, dan pegawai bagian perencanaan.

Hasil dari penelitian menunjukan sistem sarana dan tata ruang perpustakaan dengan kategori yang pertama, sarana layanan atau sarana kerja yang disediakan oleh perpustakaan untuk pengguna maupun pegawai perpustakaan. Untuk sarana layanan dan sarana kerja sudah baik tetapi harus lebih di perbaiki lagi pengaturan prabot dan perlengkapan perpustakaan agar lebih efektif. Kedua, penataan ruang pada perpustakaan diatur sesuai fungsinya seperti ruang sirkulasi , ruang baca, ruang kepala ,ruang staf, ruang pengolahan, ruang audiovisual dan ruang referensi.

Pengaturan letak prabot dan perlengkapan perpustakaan di tata sesuai dengan kenyaman dan kebutuhan pengguna. Pengaturan fasilitas maupun perabot yang ada pada ruangan tersebut sudah dilakukan sebagaimana mestinya, hanya jarak antara meja baca dan rak diruang baca terlalu dekat.. Pengaturan temperatur dan suhu udara menggunakan AC (Air Conditioner) di setiap ruangan dengan suhu berkisar berkisar 22-24 ºC. Ketiga, Penyediaan internet di Dinas Perpustakaan Dan Arsip Kabupaten Asahan sudah digunakan untuk akses informasi oleh pengguna dan pegawai perpustakaan. Jaringan internet untuk pengguna harus dimaksimalkan lagi.

Kata Kunci : Sarana Layanan, Sarana Kerja , Tata Ruang

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya , sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ―Evaluasi Sarana Dan Tata Ruang Perpustakaan Pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Asahan‖. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan informasi.

Secara khusus peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda Saparuddin Manurung dan ibunda Supartik yang telah memberikan segenap kasih sayang, perhatian dan semangat baik moril maupun materil kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, kepada kakakku Nur Syafriami Manurung, abangku Ahmad Syafriama, adikku Mahdi Habibi Manurung serta keponakanku Kalila Rifda yang selalu memberikan semangat kepada peneliti.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa hasil penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik itu susunan kata demi kata maupun isinya. Untuk itu peneliti dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun agar peneliti dapat meningkatkan kemampuan menulis dimasa yang akan datang.

(7)

Dalam kesempatan ini pula, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya atas bantuan, motivasi, semangat, didikan yang diberikan kepada peneliti. Peneliti berterima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ishak, SS, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Eva Rabita, M.Hum, selaku pembimbing I dimana beliau telah meluangkan waktunya dalam membimbing dan memberikan masukan kepada peneliti untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Zurni Zahara Samosir, M.Si, selaku penguji I yang banyak memberikan kritik dan saran kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Zaslina Zainudin, M.Pd selaku penguji II yang banyak memberikan masukan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar/dosen beserta pegawai administrasi Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang telah memberikan ilmu dan bimbingan yang bermanfaat bagi peneliti.

7. Kepada Kepala Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Asahan beserta Pustakawan dan pegawai lainya yang telah memberikan izin dan waktunya untuk peneliti melakukan penelitian.

(8)

8. Kepada sahabat peneliti ami, dewi, dessi, dini, fauzia, imeh, indri, sheila, putri, rini, dan silfa yang telah memberikan semangat kepada peneliti.

9. Teman-teman yang telah membantu, serta memberi motivasi dan semangat kepada peneliti.

10. Dan terima kasih kepada teman-teman stambuk 2013 SI Ilmu Perpustakaan dan Informasi.

Akhirnya peneliti berharap dan berdoa semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya kepada semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Medan, Januari 2018 Penulis

Nuratika Fitri Manurung 130709040

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... ... i

KATA PENGANTAR... ... ii

DAFTAR ISI... ... v

DAFTAR TABEL... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Umum ... 7

2.1.1 Definisi Perpustakaan Umum ... 7

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Umum ... 8

2.1.3 Fungsi Perpustakaan Umum ... 9

2.1.3 Peran Perpustakaan Umum ... 10

2.2 Sarana Perpustakaan Umum ... 12

2.2.1 Definisi Sarana Perpustakaan Umum... 12

2.2.2 Jenis Perabotan Dan Perlengkapan Perpustkaan ... 13

2.2.3 Pengaturan Letak Perabot Dan Perlengkapan Perpustakaan ... 15

2.2.4 Tujuan Penataan Peralatan Dan Perlengkapan Prabot ... 18

2.3 Tata Ruang Perpustakaan Umum ... 19

2.3.1 Defenisi Tata Ruang Perpustakaan ... 19

2.3.2 Konsep Perencanaan Tata Ruang Perpustakaan ... 22

2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Tata Ruang Perpustakaan ... 24

2.3.4 Pencahayaan Dan Penerangan ... 26

2.3.5 Temperatur/Suhu Udara ... 30

2.4 Standar Nasional Perpustakaan No 003 Tahun 2011 ... 32

2.4.1 Standar Nasional Perpustakaan 003 : 2011 ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 39

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian... 39

3.3 Penentuan Informan ... 40

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 40

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.9 Analisis Data ... 42

3.7 Keabsahan Data ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data…… ... 45

4.2 Hasil Analisis ... 48

(10)

4.2.1 Sarana layanan atau Sarana kerja ... 48

4.2.2 Penataan Ruangan Perpustakaan ... 54

4.2.2.1 Penataan Prabot Dan Perlengkapan Perpustakaan... 56

4.2.2.2 Pencahayaan Dan Penerangan ... 59

4.2.2.3 Temperatur Dan Suhu Udara ... 60

4.2.5 Penyediaan Internet ... 61

BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran…. ... 68

DAFTAR PUSTAKA... ... 70 LAMPIRAN.... ...

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan standar sarana dan prasarana ... 35 Tabel 4.1 Karakteristik Informan…. ... 46 Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Penelitian…. ... 63

(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Sarana dan prasarana perpustakaan sangat berperan penting dalam penentuan situasi dan kondisi perpustakaan. Sarana dan prasarana perpustakaan adalah semua peralatan dan perlengkapan pokok dan penunjang agar perpustakaan dapat berjalan dengan baik. Sebuah perpustakaan yang memiliki struktur bangunan dan ruangan yang baik serta bahan pustaka yang tertata rapi akan memberikan kenyamanan dan kepuasan bagi pustakawan dan pemustaka. Pentingnya tata ruang yang baik untuk menunjang sebuah perpustakaan umum, karena perpustakaan umum memiliki peranan penting bagi masyarakat sekitarnya dalam memberikan layanan informasi yang diperlukan, serta dapat mewujudkan masyarakat dan bangsa yang cerdas.

Perpustakaan umum merupakan lembaga pendidikan masyarakat nonformal yang diselenggarakan dengan tujuan melayani masyarakat secara luas dan merata dengan menyediakan berbagai informasi mutakhir beserta kemudahan aksesnya.

Perpustakaan umum juga berfungsi untuk kebutuhan penelitian, pendidikan, rujukan, dokumentasi, kebudayaan, dan rekreasi.

Dalam mendukung serta mewujudkan visi dan misi, maka perpustakaan juga harus ditunjang dengan fasilitas gedung yang memadai untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sukses tidaknya pelayanan perpustakaan tergantung dari beberapa faktor, yaitu kelengkapan gedung atau ruangan, koleksi yang ada, dan juga staf perpustakaan

(13)

yang bersangkutan. Faktor-faktor tersebut sangat perlu mendapat perhatian serius, karena tingkat keberhasilan perpustakaan secara umum ditentukan oleh kelengkapan ruangan maupun fasilitas yang ada. Begitu juga dengan tata ruang perpustakaan, karena ruang dengan tata ruang yang baik pengunjung akan merasa betah dan nyaman untuk berlama-lama di perpustakaan.

Dalam Undang-Undang No 26 tahun 2007 pasal 1 dan 2 tentang penataan ruang bahwa ruang merupakan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara termasuk ruang didalam bumi sebagai suatu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

Tata ruang merupakan salah satu aspek pembinaan perpustakaan yang memiliki pengaruh dan peranan yang sangat besar dalam memperlancar layanan maupun pelaksanaan fungsi perpustakaan. Penataan ruangan perpustakaan perlu dilakukan secara hati-hati dan mempertimbangkan berbagai aspek. Untuk dapat memikat perhatian pemustaka agar mau datang ke perpustakaan, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melalui penataan ruangan yang menarik dan fungsional.

Ruangan yang tertata rapi dan buku–buku yang juga tertata akan membuat suatu perpustakaan memberikan nuansa nyaman sehingga pemustaka tertarik untuk membaca buku dan betah berada di perpustakaan. Tata ruang perpustakaan perlu diperhatikan dan dikelola dengan baik oleh badan pengelola perpustakaan.

(14)

Untuk itu perpustakaan dari segi fisknya memerlukan pembinaan yang tepat yang memperhatikan perpaduan aspek lokasi gedung ruangan dan koleksi agar serasi, selaras dan seimbang. Tidak boleh terjadi alur kerja yang terhambat karena masalah lokasi dan tata ruang. Pemilihan lokasi perpustakaan yang strategis mudah diakses oleh masyarakat dan nyaman mempunyai daya tarik tersendiri bagi pengunjung perpustakaan. Penataan ruangan perpustakaan harus sesuai dengan standart tata ruang perpustakaan, penataan perabot, peralatan dan fasilitas lainnya yang tersedia harus bedasarkan aturan dan memenuhi standar yang berlaku yang memperlancar seluruh kegiatan yang ada perpustakaan tersebut.

Adapun acuan dasar penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan umum menurut standar nasional perpustakaan No 003 tahun 2011untuk sarana terbagi dua yaitu sarana layanan dan sarana kerja. Perpustakaan menyediakan sarana perpustakaan sekurang-kurangnya meliputi: rak buku (30 buah); rak majalah (3 buah); rak audio visual (2 buah); rak buku referensi (7 buah); meja baca (100 buah);

meja kerja (20 buah); laci katalog (2 buah); kursi baca (100 buah); perangkat komputer (5 unit); AC (1 buah); rak display buku baru (1 buah); rak surat kabar (2 buah); jaringan internet; lemari penitipan tas (2 buah). Untuk Ruang perpustakaan sekurang-kurangnya terdiri dari ruang koleksi, ruang baca, ruang kepala, ruang staf, ruang pengolahan, ruang serba guna, area publik (ruangan ibadah dan toilet tidak berada didalam ruang koleksi). Sedangkan untuk penyediaan komputer internet, Setiap 10.000 jumlah penduduk, sekurang-kurangnya disediakan 1 unit komputer yang terkoneksi dengan internet. Perpustakaan memanfaatkan dan mendayagunakan

(15)

sarana komputer untuk mengembangkan e-library (perpustakaan digital) dan kepentingan pelayanan akses informasi.

Demikian halnya dengan tata ruang yang ada pada Dinas Perpustakaan Dan Arsip Kabupaten Asahan yang merupakan salah satu perpustakaan umum yang dikelola oleh pemerintah daerah Kabupaten Asahan. Dari observasi awal yang dilakukan peneliti, luas gedung perpustakaan seluas 648 m² yang terdiri dari ruang koleksi yang berukuran 6,00 m x 4,80 m, ruang baca 12.30 m x 12.25 m, ruang kepala kantor 6.00 m x 4.80 m, ruang administrasi 6.00 m x 4.80 m,ruang pengolahan 6.00 m x 4.80 m, ruang penyimpanan arsip dan dokumentasi 7,20 x 6,00, ruang staf terdiri dari 6 ruang yang masing-masing berukuran 6.00 m x 4.80 m, ruang diskusi atau ruang rapat 7,20 m x 6,00 m, ruang baca referensi 7,20 m x 6,00 m, ruang server 6.00 m x 4.80 m ,ruang sirkulasi 7,20 m x 6,00 m, ruang ibadah, toilet dan parkiran.

Perpustakaan menyediakan sarana layanan dan sarana kerja meliputi rak buku (32 buah), rak audio visual (2 buah), rak buku referensi (7 buah), meja baca (60 buah), meja kerja (27 buah), laci katalog (2 buah), kursi baca (112 buah), meja kerja (27 buah), perangkat komputer (15 unit), lemari penitipan tas (5 buah) dan jaringan internet.

Dari observasi awal, sebagaimana yang diuraikan diatas peneliti menyatakan pengaturan sarana di perpustakaan masih belum beraturan, seperti layanan komputer untuk pengguna masih kurang dikondisikan. Penempatan prabot dan perlengkapan perpustakaan belum ditata secara beraturan. Diantaranya masih ada penempatan atau jarak perabot dalam ruang bacanya, seperti meja baca dan kursi baca, jarak meja baca

(16)

dengan rak buku masih sangat berdekatan dan masih banyak rak kosong yang tidak diisi oleh buku, yang menciptakan suasana yang tidak nyaman karena jarak antara rak buku dengan meja baca yang kurang luas sehingga suasana di ruang baca tidak nyaman. Penyediaan jaringan internet untuk akses pengguna perpustakaan masih kurang tersedia. Pemilihan warna cat juga menentukan faktor kenyamanan dan kebetahan pemustaka di perpustakaan. Sebagaimana diketahui bahwa Dinas Perpustakaan dan Kearsipan merupakan perpustakaan umum yang pengunjung dan pengguna semua adalah seluruh masyarakat, maka perlu dilakukan perubahan demi kemajuan perpustakaan selanjutnya.

Berdasarkan uraian diatas , peneliti ingin mengetahui sarana dan penataan ruang di Dinas Perpustakaan Dan Arsip Kabupaten Asahan dengan judul ―Evaluasi Sarana Dan Tata Ruang Perpustakaan Pada Dinas Perpustakaan Dan Arsip Kabupaten Asahan‖

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Sarana dan Penataan Ruang pada Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Asahan ? 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sarana dan tata ruang pada Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Asahan .

1.4. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini terbagi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat secara praktis.

(17)

1.Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah khasanah penelitian di bidang ilmu perpustakaan tentang sarana dan tata ruang perpustakaan

b. Dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya, untuk meneliti topik yang sama dengan aspek yang berbeda.

2.Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan untuk menetapkan kebijakan bagi Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Asahan dalam meningkatkan sarana dan tata ruang perpustakaan.

b. Bagi pustakawan Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Asahan untuk lebih dapat memahami mengenai sarana dan tata ruang perpustakaan

c. Dapat menambah wawasan dan informasi peneliti lebih mendalam tentang sarana dan tata ruang perpustakaan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan dan dibatasi meliputi ruang perpustakaan, sarana layanan atau sarana kerja, dan penyedian komputer internet.

(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perpustakaan Umum

2.1.1 Definisi Perpustakaan Umum

Perpustakaan sebagai sarana pendidikan untuk mendidik diri sendiri atau dengan kata lain untuk mendapatkan pendidikan nonformal, mempunyai tugas untuk menghimpun,memelihara dan mendayagunakan bahan perpustakaan untuk kepentingan masyarakat.

Menurut (Sutarno 2003, 32) menyatakan :

Perpustakaan umum merupakan lembaga pendidikan yang sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan suku bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang dan tingkat sosial, umur dan pendidikan serta perbedaan lainnya. Pendek kata perpustakaan umum memberikan layanan kepada semua orang, anak-anak, remaja, pelajar, mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga, para usia lanjut, laki-laki maupun perempuan.

Selanjutnya pengertian perpustakaan umum dalam Standar Nasional Indonesia 7495 (Badan Standarisasi Nasional 2009, 2) adalah:

Perpustakaan yang kegiatannya diselenggarakan oleh pemerintah daerah kabupaten atau kotamadya yang mempunyai tugas pokok melaksanakan pengembangan perpustakaan di wilayah kabupaten atau kotamadya serta melaksanakan layanan perpustakaan kepada masyarakat umum yang tidak membedakan usia, ras, agama, status sosial ekonomi dan gender.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan di pemukiman penduduk untuk semua lapisan masyarakat tanpa membedakan agama, suku bangsa, jenis kelamin, pendidikan dan stasus sosial.

(19)

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Umum

Secara umum tujuan dari perpustakaan umum adalah memberikan kesempatan bagi umum untuk memanfaatkan bahan pustaka atau sumber informasi yang dimiliki perpustakaan untuk meningkatkan pengetahuan yang berguna dalam memperbaiki kehidupan masyarakat. Perpustakaan umum menyediakan sumber informasi yang murah dan tepat mengenai topik-topik yang sedang hangat dalam masyarakat maupun topik yang berguna bagi masyarakat. Selain itu perpustakaan umum membantu warga mengembangkan kemampuan yang dimiliki sehingga yang bersangkutan dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Menurut Hermawan dan Zen (2006, 31), tujuan perpustakaan umum adalah sebagai berikut:

1. Memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk menggunakan bahan pustaka dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesejahteraan.

2. Menyediakan informasi yang mudah, cepat, dan tepat yang berguna bagi masyarakat dalm kehidupan sehari-hari.

3. Membantu dalam pengembangan dan pemberdayaan komunitas melalui penyediaan bahan pustaka dan informasi.

4. Bertindak sebagai agen kultural, sehingga menjadi pusat utama kehidupan budaya masyarakat sekitarnya.

5. Memfasilitasi masyarakat untuk belajar sepanang hayat.

Sedangkan dalam Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan,

―perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa‖.

(20)

Berdasarkan kedua pernyataan tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa tujuan dari perpustakaan umum yaitu memberikan dan memfasilitasi pelayanan informasi kepada masyarakat luas sehingga dapa menambah wawasan dan pengetahuan dengan akses yang mudah dan cepat.layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa‖.

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum pada era informasi sekarang ini mengarahkan pemikiran tentang fungsi perpustakaan umum yang semakin kompleks.

Menurut Buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000, 6) adalah :

1. Pengkajian kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan bahan pustaka.

2. Penyediaan bahan pustaka yang diperkirakan diperlukan, melalui pembelian, langganan, tukar menukar, pengadaan, penerbitan dan lain-lain.

3. Pengolahan dan penyiapan bahan pustaka.

4. Penyimpanan dan pemeliharaan koleksi.

5. Pendayagunaaan/pemberdayaan koleksi.

6. Pemberian layanan kepada masyarakat dengan sistem yang mudah, cepat, dan tepat serta sederhana.

7. Permasyarakatan perpustakaan.

8. Pengkajian dan pengembangan atas semua aspek kepustakawanan.

9. Menjalin kerjasama dengan perpustakaan lain dalam rangka pemanfaatan bersama koleksi, sarana prasarana.

10. Pelaksanaan koordinasi dengan berbagai pihak-pihak dan mitra kerja lainnya.

11. Administrasi perpustakaan, seperti kepegawaian, ketatausahaan, keuangan, dan kerumahtanggaan (p. 54).

Sedangkan menurut Sutarno (2006, 43), ―fungsi perpustakaan umum adalah melayani semua lapisan masyarakat dalam rangka memperoleh dan meningkatkan berbagai ilmu pengetahuan‖.

(21)

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan umum berfungsi sebagai pusat untuk pendidikan (edukatif), informatif, kebudayaan, rekreasi, tempat penelitian, serta sebagai tempat mengumpulkan, mengolah, menyimpan, memelihara, melestarikan, dan mendayagunakan bahan pustaka yang sesuai dengan kebutuhan yang diperuntukkan bagi seluruh anggota masyarakat.

2.2 Peran Perpustakaan Umum

Standar Nasional Perpustakaan (2011, 8), menyebutkan beberapa peran perpustakaan umum kabupaten/kota adalah:

1. Menyediakan sarana pengembangan kebiasaan membaca sejak usia dini;

2. Menyediakan sarana pendidikan seumur hidup;

3. Menunjang sistem pendidikan formal, non formal dan informal;

4. Menyediakan sarana pengembangan kreativitas diri anggota masyarakat;

5. Menunjang terselenggaranya pusat budaya masyarakat setempat sehingga aspirasi budaya lokal dapat terpelihara dan berkembang dengan baik;

6. Mendayagunakan koleksi termasuk akses informasi koleksi perpustakaan lain serta berbagai situs Web;

7. Menyelenggarakan kerja sama dan membentuk jaringan informasi;

8. Menyediakan fasilitas belajar dan membaca;

9. Menfasilitasi pengembangan literasi informasi dan komputer;

10. Menyelenggarakan perluasan layanan perpustakaan proaktif antara lain melalui perpustakaan keliling;

(22)

11. Melakukan pengembangan dan pembinaan perpustakaan kecamatan dan perpustakaan desa/kelurahan diwilayahnya;

12. Menghimpun dan melakukan pemutakhiran data perpustakaan diwilayah dan menginformasikan ke sistem data nasional perpustakaan.

Sedangkan Agussafi (2004, 2) mengatakan ―Dalam perannya sebagai fasilitator ini, perpustakaan dituntut untuk menyediakan hubungan-hubungan dengan para ahli ataupun pusatpusat informasi dengan cara mencari, mengumpulkan, bekerjasama, baik secara gratis maupun berlangganan pangkalan data yang sesuai agar dapat diakses oleh pengguna dari mana saja dan kapan saja secara fleksibel.‖

Dari penjelasan tersebut peran perpustakaan sebagai fasilitator sangat mempengaruhi perkembangan dari perpustakaan itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari peran perpustakaan sebagai penghubung antara informasi dengan pengguna, sehingga pengguna dapat memanfaatkan dan mengembangkan yang mereka peroleh.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa tugas perpustakaan umum adalah menyediakan sarana dan prasarana untuk melayani kebutuhan bahan pustaka seluruh lapisan masyarakat. Sehingga melalui sarana dan prasarana yang disediakan perpustakaan dapat menumbuhkan kegairahan masyarakat untuk belajar dan membaca serta dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang layak untuk berpartisipasi dalam pembangunan nasional.

(23)

2.2 Sarana Perpustakaan Umum

2.2.1 Pengertian Sarana Perpustakaan Umum

Sarana dan prasarana perpustakaan sangat berperan penting dalam penentuan situasi dan kondisi perpustakaan.Menurut Widodo (2009, 3) menyatakan bahwa :

Sarana perpustakaan adalah peralatan dan perabot yang diperlukan untuk mempermudah pelaksanaan tugas perpustakaan antara lain berupa peralatan ruang pengolahan, peralatan ruang koleksi, peralatan ruang pelayanan, peralatan akses informasi.Adapun yang termasuk sarana perpustakaan adalah Perabotan dan Perlengkapan Perpustakaan

Menurut Lasa (2005, 131) menyatakan bahwa prabotan adalah sejumlah alat yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan perpustakaan yang tidak abis dipakai, seperti kursi , meja , rak, lemari, bangku dan lainnya.

Dan menurut Moenir yang dikutip oleh Syamrilaode (2011, 5) menyatakan bahwa :

―Prasarana perpustakaan adalah fasilitas mendasar/penunjang utama terselenggaranya perpustakaan antara lain berupa lahan dan bangunan atau ruang perpustakaan‖.Adapun yang termasuk prasarana perpustakaan adalah Gedung perpustakaan‖

Sedangkan dalam IMB (Izin Mendirikan Bangunan) (2011, 8) ,yaitu bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan

(24)

kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan khusus

Perpustakaan dikatakan baik dan ideal apabila memiliki ruangan yang memadai, koleksi yang lengkap, dan fasilitas yang cukup. Ruang, perabotan dan perlengkapan perpustakaan merupakan kebutuhan utama menyangkut bagaimana perpustakaan melayani para penggunanya. Penampilan estetis perpustakaaan memberikan rasa nyaman dan merangsang pengguna untuk berkunjung ke perpustakaan. Sarana dan prasarana yang dimaksud yaitu ruangan, perlengkapan, dan peralatan. Untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana tersebut diperlukan perhatian khusus dari pimpinan dan pegawai perpustakaan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana perpustakaan adalah segala sesuatu dalam bentuk fisik baik yang menjadi perlengkapan dan peralatan perpustakaan baik yang mendasar seperti lahan, gedung maupun yang bersifat melengkapi seperti mobeler yang di miliki perpustakaan untuk dapat menjalankan kegiatannya maupun untuk menunjang kegiatan pelayanannya.

2.2.2 Jenis Perabotan Dan Perlengkapan Perpustakaan

Perabotan dan perlengkapan di perlukan di perpustakaan untuk dapat menunjang kegiatan di perpustakaan serta memberikan pelayanan yang prima kepada pengguna. Menurut Siregar (2008: 18) perabotan adalah :

Barang-barang yang berfungsi sebagai wadah atau wahana penunjang fungsi perpustakaan seperti meja, kursi, rak buku dan lain-lain. Sedangkan perlengkapan adalah barang-barang yang merupakan perlengkapan dari suatu

(25)

komponen dan kegiatan perpustakaan antara lain mesin tik, komputer, layar proyektor dan lain lain.

Adapun perlengkapan dan perabotan utama perpustakaan umum. Dalam Buku Pedoman Penyelengaraan Perpustakaan Umum (2006, 13) adalah :

1.Rak bahan pustaka : buku, majalah, surat kabar dan audiovisual 2. Lemari katalog; ukurannya disesuaikan dengan kartu katalog

3. Meja kursi untuk para pembaca di ruang baca, bentuknya dapat bermacam - macam.

4. Meja sirkulasi/layanan.

5. Mesin tik untuk pembuatan kartu katalog dan surat-surat.

6. Meja kerja pengelolahan untuk pegawai.

7. Lemari penitipan tas/barang.

8. Papan pamer (display).

9. Alat baca khusus untuk koleksi tertentu.

10. Lemari arsip untuk tata usaha.

11. Papan pengumuman.

12. Telpon/Faximili 13. Kotak saran.

14. Jam dinding.

15. Troli pembawa bahan pustaka.

16. Tangga Injakan

17. Komputer dan lain-lain.

Sedangkan dalam buku pedoman tata ruang dan perabotan perpustakaan umum (2011, 61) area pelayanan dilengkapi dengan perabotan yang terdiri dari :

1. Meja dan kursi pelayanan yang digunakan petugas untuk berinteraksi dan memberikan layanan kepada pengguna

2. Meja dan kursi kerja yang digunakan petugas untuk melakukan kegiatan pekerjaan yang lain, seperti pekerjaan administrasi, pengelolahan koleksi 3. Perabotan penyimpanan untuk menyimpan peralatan administrasi

perpustakaan, menyimpan koleksi yang baru datang dan belum diolah, menyimpan koleksi majalah dan koran yang akan dijilid, menyimpan koleksi yang rusak dan perlu diperbaiki, serta menyimpan peralatan lain.

(26)

4. Perabotan untuk katalog, baik berupa lemari katalog atau berupa terminal komputer yang dapat digunakan pengunjung untuk mencari koleksi perpustakaan

5. Perabotan lain, misalnya perabot untuk meletakan tas yang dititipkan Sehubungan dengan hal tersebut di atas dalam Standar Perpustakaan Umum Kab/Kota (2011, 5), Perpustakaan menyediakan perabotan dan perlengkapan sekurang-kurangnya meliputi:

1. Rak buku (30buah);

2. Rak majalah (3 buah);

3. Rak audio visual (2 buah);

4. Rak buku referensi (7 buah);

5. Meja baca (100 buah);

6. Meja kerja (20 buah);

7. Laci katalog (2 buah);

8. Kursi baca (100 buah);

9. Perangkat komputer (5 unit);

10. Alat baca tunanetra (5 unit) ; 11. AC (1 buah);

12. Rak display buku baru (1 buah);

13. Rak surat kabar (2 buah);

14. Jaringan internet;

15. Lemari penitipan tas (2 buah).

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa perabotan dan perlengkapan perpustakaan adalah barang-barang yang memiliki fungsi sebagai penunjang fungsi perpustakaan seperti meja, kursi, rak buku dan lain-lain.

(27)

2.2.3 Pengaturan Letak Prabot

Perabot dan peralatan perpustakaan digunakan dalam proses pelayanan pemakai perpustakaan dan merupakan kelengkapan yang harus ada untuk terselenggaranya perpustakaan.

Perpustakaan memiliki sistem pelayanan yang berbeda yang terdiri dari sistem tertutup dan sistem terbuka. Dan biasanya kedua sistem ini memiliki alokasi ruangan yang berbeda juga.

Menurut Darmono (2001) terdapat beberapa pengaturan perlengkapan pokok yang dibutuhkan sebuah perpustakaan antara lain:

1. Rak atau lemari buku; berfungsi untuk menempatkan koleksi buku. Ada rak buku yang terdiri atas satu sisi dan ada pula yang dua sisi. Untuk rak satu sisi ditempatkan merapat pada dinding ruang perpustakaan, adapun rak dua sisi dapat diletakkan ditengah ruangan, pada masing-masing sisinya diisi dengan koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan. Biasanya rak buku memiliki ketinggian 190 cm dan terdiri atas 4-5 sap untuk menempatkan koleksi buku.

2. Rak surat kabar; berfungsi untuk meletakkan surat kabar agar tidak mudah rusak atau sobek. Biasanya rak surat kabar terbuat dari kayu dan lebarnya disesuaikan dengan ukuran surat kabar yang dilanggan oleh perpustakaan.

Rak ini dilengkapi alat penjepit yang panjangnya 36 inci, yang memudahkan surat kabar untuk dipasang atau dilepas kembali.

3. Rak majalah; berfungsi untuk meletakkan majalah dan biasanya hanya terdiri atas 2 sap. Konstruksi rak yang rendah ini dapat memudahkan pengguna perpustakaan mengambil koleksi majalah yang dibutuhkan.

4. Meja dan kursi baca; perlengkapan ini sangat dibutuhkan oleh perpustakaan untuk melayani pengguna perpustakaan yang ingin membaca koleksi buku di ruang perpustakaan. Pemilihan jenis meja dan kursi baca selain harus disesuaikan dengan kondisi luas ruangan juga disesuaikan dengan dana yang dialokasikan untuk membeli perlengkapan tersebut. Sebaiknya meja dan kursi baca terbuat dari bahan yang kuat (kayu), nyaman dan seragam baik warna dan bentuknya.

5. Meja dan kursi kerja; berguna bagi staf perpustakaan untuk melaksanakan aktivitas dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Umumnya meja dan kursi kerja disediakan dalam bentuk tunggal tidak digabung antara staf yang satu

(28)

dengan lainnya, artinya untuk satu orang staf akan mendapatkan satu buah meja dan kursi.

6. Meja sirkulasi; berfungsi untuk melayani pengguna yang akan meminjam atau mengembalikan koleksi buku perpustakaan. Meja sirkulasi biasanya didesain khusus agar dapat menampung buku dan berkas lainnya dalam jumlah yang banyak. Agar pelayanan sirkulasi berjalan optimal, maka desain meja sirkulasi biasanya terdiri atas beberapa meja yang digabung menjadi satu sehingga membentuk meja yang fleksibel dalam melakukan kegiatan sirkulasi.

7. Lemari catalog; berfungsi untuk menyimpan kartu catalog. Besarnya lemari catalog disesuaikan dengan jumlah laci yang diinginkan sedangkan tingginya disesuaikan dengan tinggi badan pengguna perpustakaan pada umumnya.

8. Kereta buku; berfungsi untuk mengangkut buku yang dikembalikan oleh pengguna perpustakaan (dari sirkulasi ke rak buku) atau mengangkut buku yang telah diproses dibagian pembinaan koleksi ke rak buku. Biasanya kereta buku terbuat dari bahan yang kuat dan beroda.

9. Papan display; berfungsi untuk memamerkan koleksi buku baru yang akan dilayankan oleh perpustakaan.

Purwati (2007) berpendapat bahwa menurut fungsinya pembagian persentase untuk masing-masing ruang adalah sebagai berikut:

1. Untuk perpustakaan dengan sistem tertutup:

a) areal untuk koleksi 45 % b) areal untuk pengguna 25 % c) areal untuk staf 20 %

d) areal untuk keperluan lain 10 % 2. Untuk perpustakaan dengan sistem terbuka:

a) areal koleksi dan pengguna 70 % b) areal untuk staf 20 %

c) real untuk keperluan lain 10 %

Yang termasuk dalam areal koleksi adalah:

a) areal buku rujukan

b) areal majalah, surat kabar/ kliping c) areal koleksi non buku

Sedangkan yang termasuk areal pengguna adalah:

a) areal peminjaman

b) areal baca yang bercampur dengan koleksi c) areal katalog perpustakaan

d) areal fotocopy

e) areal baca perorangan / studi carel

(29)

f) areal pameran Yang termasuk areal staf:

a) areal pengadaan, pengolahan b) areal kerja pimpinan

c) areal komputer pengolahan d) areal tata usaha/administrasi e) areal makan

f) gudang buku dan perlengkapan

2.2.4 Tujuan Penataan Prabot dan Perlengkapan Perpustakaan

Pengaturan atau penataan yang menarik dan fungsional akan mengakibatkan pelaksanaan tugas dan fungsi perpustakaan dapat diatur secara tertib dan lancar.

Dengan demikian komunikasi baik antar petugas perpustakaan (pustakawan) maupun pengguna perpustakaan akan semakin lancar, sehingga koordinasi dan pengawasan semakin mudah serta mendapatkan pencapaian efisiensi dan kenyamanan kerja.

Menurut Lasa (2005: 148) Penataan peralatan ,perlengkapan prabot ruangan perpustakaan bertujuan untuk:

1. Memperoleh efektifitas kegiatan dan efisiensi waktu, tenaga dan anggaran.

2. Menciptakan lingkungan yang aman suara, nyaman cahaya, nyaman udara, dan nyaman warna.

3. Meningkatkan kualitas pelayanan.

4. Meningkatkan kinerja petugas perpustakaan.

Sedangkan menurut (Yusuf, 2007: 99) Penataan ruangan perpustakaan yang baik, diharapkan tercipta hal sebagai berikut :

1. Komunikasi dan hubungan antar ruang, staf, dan pengguna perpustakaan tidak terganggu.

2. Pengawasan dan pengamanan koleksi perpustakaan bisa dilakukan dengan baik.

3. Aktivitas layanan bisa dilakukan dengan lancar.

4. Udara dapat masuk ke ruangan perpustakaan dengan leluasa namun harus dihindari sinar matahari menembus koleksi perpustakaan

5. secara langsung.

(30)

6. Tidak menimbulkan gangguan terhadap pembaca/pengguna dan staf perpustakaan.

2.3 Tata Ruang Perpustakaan Umum 2.3.1 Definisi Tata Ruang Perpustakaan

Ruangan perpustakaan adalah tempat diselenggarakannya perpustakaan (Yusuf, 2007: 95).

Tata ruang merupakan salah satu aspek pembinaan perpustakaan yang memiliki pengaruh dan peranan yang sangat besar dalam memperlancar layanan maupun pelaksanaan fungsi perpustakaan.

Menurut suwarno (2011 : 45) Penataan ruangan perpustakaan perlu dilakukan secara hati-hati dan mempertimbangkan berbagai aspek. Untuk dapat memikat perhatian pemustaka agar mau datang ke perpustakaan, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melalui penataan ruangan yang menarik dan fungsional.

Sedangkan Dan Afrianto (2007 : 3) menyatakan bahwa: ‖Tata ruang adalah salah satu cara untuk menciptakan suasana yang kondusif dan menyenangkan dalam perpustakaan. Ruangan yang tetata rapi dan buku-buku yang juga tertata akan membuat suatu perpustakaan memberi nuansa nyaman sehingga pemakai perpustakaan tertarik untuk membaca buku dan berlama-lama di perpustakaan‖.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa tata ruang perpustakaan adalah salah satu cara untuk menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan dalam perpustakaan dengan upaya penyusunan perabot dan perlengkapan perpustakaan pada tata letak dan susunan yang tepat serta pengaturan

(31)

tempat kerja sehingga memberi kepuasan kerja para pustakawan dan pengguna perpustakaan secara efisien dan efektif disebuah perpustakaan.

Menurut lasa (2005) menyatakan ,dalam merancang ruang perpustakaan perlu diperhatikan dalam penataan ruang baca, ruang koleksi, dan ruang sirkulasi yang dapat dipilih dengan sistem tata sekat, tata parak, dan tata baur.

1. Sistem tata sekat yaitu cara pengaturan ruangan perpustakaan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca pengunjung. Sistem ini, tidak memperkanan pengunjung untuk masuk ke ruang koleksi dan petugaslah yang akan melayaninya.

2. Sistem tata parak yaitu sistem pengaturan ruangan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca. Sistem ini, memungkinkan pengunjung untuk mengambil koleksi sendiri, kemudian dicatat dan dibaca di ruang lain.

3. Sistem tata baur yaitu suatu cara penempatan koleksi yang dicampur dengan ruang baca agar pembaca lebih mudah mengambil dan mengembalikan koleksi sendiri.

Selanjutnya Lasa (2007, 202) juga menyatakan bahwa prinsip-prinsip penataan ruangan perpustakaan adalah sebagai berikut:

1. Untuk pelaksanaan tugas yang memerlukan konsentrasi hendaknya ditempatkan di ruangan terpisah atau di tempat yang aman dari gangguan.

Hal ini bertujuan agar tidak mengganggu konsentrasi dalam melaksanakan pekerjaan.

2. Bagian yang bersifat pelayanan umum hendaknya ditempatkan di lokasi yang strategis. Tujuannya agar lebih mudah dicapai, misalnya bagian sirkulasi. Apabila pelayanan kurang memuaskan akan mengakibatkan semakin sedikit jumlah pengunjung, tetapi sebaliknya apabila pelayanannya baik jumlah pengunjung akan semakin bertambah.

3. Dalam penempatan perabot seperti meja, kursi, rak buku, lemari, dan lainnya hendaknya disusun dalam bentuk garis lurus. Tujuannya agar segala kegiatan pemustaka lebih mudah dikontrol oleh pustakawan. Selain itu juga akan membuat ruangan lebih indah, teratur dan tidak sempit.

(32)

Pemustaka juga akan lebih leluasa melakukan kegiatannya di perpustakaan,,karena ruangannya tidak sempit.

4. Jarak antara satu perabot dengan perabot lainnya dibuat agak lebar. Jarak perabot diatur agar pustakawan maupun pemustaka bisa leluasa untuk berjalan. Selain itu juga bertujuan agar ruangan tidak terlihat sempit yang akan membuat pustakawan dan pemustaka merasa tidak nyaman.

5. Bagian-bagian yang mempunyai tugas yang sama, hampir sama, atau merupakan kelanjutan, hendaknya ditempatkan di lokasi yang berdekatan.

6. Bagian yang menangani pekerjaan yang bersifat berantakan seperti pengolahan, pengetikan atau penjilidan hendaknya ditempatkan di tempat yang tidak tampak oleh khalayak umum. Bertujuan agar pemustaka tidak terganggu oleh suasana yang berantakan.

7. Apabila memungkinkan, semua petugas dalam suatu unit/ruangan hendaknya duduk menghadap ke arah yang sama dan pimpinan duduk di belakang. Situasi ini akan lebih menciptakan komunikasi yang lancar antarpetugas.

8. Alur pekerjaan hendaknya bergerak maju dari satu meja ke meja lain dari garis lurus. Hal ini bertujuan agar tidak adanya keraguan ataupun kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan oleh pustakawan. Misalnya dalam proses pengolahan bahan pustaka dan proses penyelesaian fisik bahan pustaka seperti penyampulan buku.

9. Ukuran tinggi, rendah, panjang, lebar, luas dan bentuk perabot hendaknya dapat diatur lebih leluasa. Hal ini dimaksudkan agar tidak tercipta situasi jenuh bagi pustakawan maupun pemustaka. Selain itu juga akan membuat ruangan perpustakaan akan terlihat lebih indah dan menarik.

10. Perlu ada lorong yang cukup lebar untuk jalan apabila sewaktu-waktu terjadi kebakaran dan bencana alam. Bisa juga dibuat jalan keluar alternatif apabila terjadi kejadian yang tidak terduga. Hal ini bertujuan agar lebih mudah menyelamatkan diri apabila terjadi bencana yang tidak terduga.

Pendapat lain juga dikemukakan Yusuf (2007, 98), penataan ruangan perpustakaan meliputi :

a. Tata Ruang

Perpustakaan dalam hal penempatan dan penataan perabot maupun kelengkapan lainnya serta bahan bacaan perlu diletakkan dan ditata sedemikian rupa agar apa yang disajikan kelihatan menarik.

(33)

b. Dekorasi

Dekorasi yang menarik dapat menambah ketertarikan pemustaka dan mengakibatkan pemustaka betah berlama-lama di perpustakaan. Pemilihan warna cat juga menentukan faktor kenyamanan dan kebetahan pemustaka di perpustakaan.

c. Penerangan

Penerangan harus diatur sehingga tidak terjadi penurunan gairah membaca atau membuat silau.

d. Ventilasi

Sistem ventilasi berkaitan dengan temperatur dan suhu ruangan. Lubang- lubang angin perlu dibuat dengan jumlah yang cukup sehingga udara bisa masuk secara leluasa. Melalui lubang angin ini juga perputaran oksigen di dalam ruangan perpustakaan dengan di luar bisa lebih lancar.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa penataan ruang perpustakaan meliputi tata ruang, dekorasi, penerangan dan ventilasi perlu dilakukan agar dapat memikat pengguna perpustakaan untuk datang berkunjung ke perpustakaan serta dapat memperlancar jalannya kegiatan di perpustakaan.

2.3.2 Konsep Perencanaan Tata Ruang Perpustakaan

Berikut konsep perencanaan ruang perpustakaan menurut Listiani (2007 : 39), yaitu sistem layanan, penempatan rak bahan pustaka, sistem sirkulasi, sistem pencahayaan, sirkulasi udara, ruang informasi, dan ruang baca.

1) Sistem Layanan

Sistem layanan perpustakaan berkaitan erat dengan perawatan koleksi yang harus dilakukan. Ada tiga tipe dasar pola ruang berdasarkan dinding pembatasnya:

Pertama, ruang terbatas tetap (fixed-featured space). Ruang berbatas tetap dilingkupi oleh pembatas yang relatif tetap dan tidak mudah digeser, seperti dinding masif, jendela, pintu atau lantai.

Kedua, ruang berbatas semi tetap (semifixed-featured space) adalah ruang yang pembatasnya bisa dipindahkan. Ruang-ruang yang dibatasi oleh partisi yang dapat dipindahkan ketika dibutuhkan setting yang berbeda.

(34)

Ketiga, ruang informal adalah ruang yang dibentuk untuk waktu singkat, seperti ruang yang dibentuk ketika dua atau lebih orang berkumpul.

2) Penempatan Rak Bahan Pustaka

Untuk menempatkan rak bahan pustaka dalam ruangan perpustakaan, pustakawan harus memperhatikan luas ruangan, banyaknya perabot, letak jendela dan pintu, serta tinggi plafon tersebut. Hal ini dimaksudkan agar bahan pustaka terlindungi dari kerusakan yang berasal dari sinar matahari yang masuk dari jendela.

3) Sistem Sirkulasi Sirkulasi adalah space atau ruang di luar perabot, biasanya digunakan untuk lalu lintas pengunjung. Dalam penataan ruangan perlu diperhatikan pengaturan jarak dalam penataan perabot yang ada di perpustakaan. Kalau spacenya terlalu dekat akan menyebabkan pustakawan ataupun pemustaka tidak leluasa untuk bergerak.

4) Sistem Pencahayaaan

Pencahayaan merupakan salah satu unsur utama dalam menciptakan suasana yang nyaman dalam ruangan. Sumber pencahayaan dapat berasal dari sumber cahaya alami misalnya sinar matahari dan sumber cahaya buatan misalnya berasal dari lampu. Sumber pencahayaan ini dapat menimbulkan efek bagi mata pemustaka dan memberi pengaruh penting terhadap faktor betah atau tidaknya pemustaka untuk berlama-lama di perpustakaan.

5) Sirkulasi Udara

Tidak adanya pertukaran udara luar dengan udara di dalam ruangan dapat menyebabkan ruangan terasa pengap. Situasi ini dapat menyebabkan pemustaka tidak nyaman. Sebagai antisipasi dari kepengapan tersebut adalah dengan memakai AC atau ventilasi yang banyak.

6) Ruang Informasi

Ruang informasi adalah tempat pustakawan memberikan layanan informasi baik tentang buku, proses peminjaman atau pengembalian buku. Agar tidak terjadi keraguan antara yang meminjam dengan yang mengembalikan buku, pustakawan bisa memisahkan tempat menjadi dua bagian. Bagian peminjaman dipisahkan dengan bagian pengembalian buku.

7) Ruang Baca

Ruang baca tidak dirancang sekedar untuk menyediakan kebutuhan fisik dan visual saja. Ruang baca juga disesuaikan dengan fungsi yang

(35)

mendukung ruang tersebut. Secara fisik semua orang membutuhkan besar ruang tertentu untuk merasa aman dan nyaman dalam membaca.

Sedangkan menurut Lasa (2005) dalam merancang ruang perpustakaan perlu diperhatikan dalam penataan ruang baca, ruang koleksi, dan ruang sirkulasi yang dapat dipilih dengan sistem tata sekat, tata parak, dan tata baur .

1. Sistem tata sekat yaitu cara pengaturan ruangan perpustakaan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca pengunjung. Sistem ini, tidak memperkanan pengunjung untuk masuk ke ruang koleksi dan petugaslah yang akan melayaninya.

2. Sistem tata parak yaitu sistem pengaturan ruangan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca. Sistem ini, memungkinkan pengunjung untuk mengambil koleksi sendiri, kemudian dicatat dan dibaca di ruang lain.

3. Sistem tata baur yaitu suatu cara penempatan koleksi yang dicampur dengan ruang baca agar pembaca lebih mudah mengambil dan mengembalikan koleksi sendiri.

Berdasarkan uraian pendapat tersebut, dapat dinyatakan bahwa dalam penyusunan konsep penataan ruangan perpustakaan harus benar-benar diperhatikan, baik dari segi sistem pelayanan, penempatan rak bahan pustaka, sistem sirkulasi, sistem pencahayaan, sirkulasi udara, ruang informasi, dan ruang baca sehingga akan tercipta penampilan ruangan perpustakaan yang baik dan para pengguna akan merasa nyaman selama berada dalam ruangan perpustakaan.

2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Tata Ruang Perpustakaan

Agar menghasilkan penataan ruangan perpustakaan yang optimal serta dapat menunjang kelancaran tugas perpustakaan sebagai lembaga pemberi jasa, seperti yang dikemukakan Suwarno (2009, 100-1), sebaiknya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

(36)

1. Faktor Fungsional

Artinya penataan ruangan harus mampu mendukungkinerja perpustakaan secara keseluruhan baik bagi petugas maupun bagi pemustaka. Penataan yang fungsional dapat tercipta jika antar ruangan mempunyai hubungan yang fungsional dan arus barang (bahan pustaka) dan peralatan lainnya serta arus dan pergerakan pemustaka dapat mengalir dengan lancer. Antar ruang saling mendukung sehingga betul-betul tercipta fungsi penataan ruangan secara optimal.

2. Faktor Psikologis Pemustaka

Artinya penataan ruangan bisa mempengaruhi aspek psikologis pemustaka.

Dilihat dari aspek ini tujuan dari penataan ruangan adalah agar pemustaka bisa nyaman, leluasa bergerak di perpustakaan, dan merasa tenang. Kondisi ini dapat diciptakan melalui penataan ruangan yang harmonis dan serasi, termasuk dalam hal penataan perabot perpustakaan. Pilihan warna dinding juga dapat mempengaruhi rasa tenang. Karena perpustakaan memerlukan suasana yang tenang, maka pilihan warna dasar ruangan hendaknya tidak terlalu tajam dan mencolok. Warna netral sangat menunjang suasana tenang di perpustakaan.

3. Faktor estetika

Keindahan penataan ruangan salah satunya bisa melalui penataan ruang dan perabot yang digunakan. Penataan ruangan yang serasi, bersih dan tenang bisa mempengaruhi kenyamanan pemustaka untuk berlama-lama berada di perpustakaan.

4. Faktor keamanan bahan pustaka

Keamanan bahan pustaka dapat dikelompokkan dalam dua bagian. Pertama faktor keamanan bahan pustaka akibat kerusakan secara alamiah, dan kedua faktor kerusakan akibat manusia. Penataan ruangan harus memperhatikan kedua faktor tersebut. Masuk sinar matahari dengan panas yang cukup tinggi secara langsung ke ruangan baik untuk dihindari, apalagi langsung mengenai koleksi. Hal ini perlu didesain sesuai tingkat kebutuhan tersebut. Begitu pula desain untuk hal pengawasan yang dapat mengantisipasi kerusakan karena faktor manusia.

Berdasarkan pendapat tersebut, yaitu dengan memperhatikan faktor-faktor penataan ruangan perpustakaan yang terdiri dari faktor fungsional, faktor psikologis pemustakafaktor estetika, dan faktor keamanan bahan pustaka, maka segala aktifitas

(37)

di dalam sebuah perpustakaan akan berjalan dengan lancar dan mungkin akan lebih menarik minat pengunjung untuk datang ke perpustakaan tersebut. Sehingga dengan banyaknya pemustaka yang datang berkunjung, maka perpustakaan tersebut akan mudah berkembang dan maju.

2.3.4 Pencahayaan dan Penerangan

Penerangan di ruangan perpustakaan harus diatur dan mendapat perhatian cukup, sehingga tidak terjadi penurunan gairah atau membuat silau. Dalam hal ini setiap perpustakaan diharuskan memperhatikan aspek penerangan, mulai dari lampu yang digunakan, ketahanan lampu, efek penerangan bagi penglihatan dan cahaya yang dihasilkan lampu apakah menyilaukan atau tidak. Di samping itu juga, kelebihan penerangan/cahaya pada ruangan perpustakaan perlu dihindarkan, karena dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti:

a. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja.

b. Kelelahan mental.

c. Keluhan-keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala sekitar mata.

d. Keluhan kerusakan penglihatan.

e. Meningkatkan kecelakaan. (Lasa, 2005, 169)

Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa orang tidak dapat beraktifitas seperti membaca dan bekerja dengan baik tanpa penerangan/cahaya yang cukup. Juga sebaliknya bila terkadang penerangan yang melebihi dapat menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti uraian di atas. Penerangan/cahaya yang memadai dan memancar ditempat akan menambah efisiensi dalam beraktifitas

(38)

Dalam buku Perpustakaan Pergururan Tinggi: Buku Pedoman (2004, 131) ditetapkan daftar intesitas cahaya untuk setiap ruangan dalam sebuah perpustakaan, adalah sebagai berikut:

a. Area baca (ruang majalah dan surat kabar) 200 lumen b. Meja baca (ruang baca umum) 400

c. Meja baca (ruang baca rujukan) 600 d. Area sirkulasi 600

e. Area pengolahan 400 6. Area akses tertutup (closed access) 100 f. Area koleksi buku 200 8. Area kerja 400

g. Area pandang dengar 100

Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan agar penerangan dapat tercukupi dan menghindarkan terjadinya penurunan gairah membaca serta tidak membuat silau, dengan cara:

1. Menghindari sinar matahari langsung.

2. Memilih jenis lampu yang dapat memberikan sifat dan tarif penerangan yang tepat dengan kebutuhan, misalnya:

a. Lampu pijar : memberikan cahaya setempat.

b. Lampu TL/PL/Fluorescent : memberi cahaya yang merata.

c. Lampu Sorot : memberi cahaya yang terfokus pada objek tertentu.

(Purwati, 2007: 8).

Dalam perencanaan ruang perpustakaan perlu dipahami sifat dan pengaruh warna. Warna mempengaruhi suasana orang bekerja dan membaca di perpustakaan.

Warna juga mempengaruhi tingkat emosi seseorang yang bisa membuat suasana menjadi nyaman, hangat dan romantis. Menurut Purwono dalam Suriyanto (2006, 355) bahwa: ‖Pemilihan warna untuk suatu ruangan agar tampil indah dan nyaman dipadukan dengan perabot, asesoris pendukung, tata ruang (lay-out) serta sistem pencahayaan akan menghadirkan suasana ruang yang berbeda-beda. Seperti warna terang (kuning, orange, merah) membuat ruangan terasa meriah, hangat serta akrab‖.

(39)

Penggunaan warna di dalam ruangan perpustakaan perlu diperhatikan, karena dapat mempengaruhi efektifitas kegiatan yang dilakukan oleh pengguna maupun petugas perpustakaan. Lasa (2005, 164) menyatakan bahwa, warna yang kondusif untuk ruangan perpustakaan antara lain:

1. Warna merah, menggambarkan panas, kegemaran dan kegiatan bekerja.

Warna ini berguna untuk merangsang panca dan jiwa agar bersemangat dalam melaksanakan tugasnya.

2. Warna kuning, menggambarkan kehangatan. Warna ini akan merangsang mata dan syaraf yang dapat menimbulkan gembira.

3. Warna hijau menimbulkan suasana sejuk dan kedamaian. Oleh karena itu, warna ini cocok untuk tempat-tempat ibadah, perpustakaan, rumah tinggal dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa warna memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap emosi manusia, dapat berpengaruh negatif bila menggunakan warna yang salah yaitu menggunakan warna yang tidak sesuai atau paduan warna yang tidak sesuai. Sebaliknya warna juga berpengaruh positif bila menggunakan warna yang dapat membuat kita nyaman, betah berada di ruangan dalam waktu yang cukup lama. Darmono (2001, 202) menyatakan bahwa, ‖Pilihan warna dinding juga dapat mempengaruhi rasa tenang. Karena perpustakaan memerlukan suasana tenang, maka pilihan warna dasar ruangan hendaknya jangan terlalu tajam dan mencolok. Warna netral dan tenang sangat menunjang suasana tenang di perpustakaan‖. Memilih warna dinding dan perabot yang mendominasi ruangan, dapat memantulkan atau menyerap sinar datang. Untuk itu perlu diperhatikan intensitas pemantulan warna antara lain:

(40)

1. white (putih) 80 2. Salmon (blewah) 53 3. Ivory muda (krem) 71

4. Pale apple green (hijau apel) 51 5. Apricot beige (kuning kunyit) 66 6. Medium grey (abu-abu) 43 7. Lemon yellow (kuning muda) 65 8. Light green (hijau muda) 41 9. Ivory (kuning gading) 59 10. Pale blue (biru muda) 41 11. Light buff (coklat muda) 56 12. Deep rose (merah mawar) 12 13. Peach (kuning tua) 53

14. Drak green (hijau tua) 9 (Depdiknas RI, 2004, 132)

Pemilihan warna yang tepat dapat mempengaruhi intensitas cahaya yang cukup dan memberikan kesan-kesan terhadap ruang tersebut, yaitu antara lain:

1.Suasana yang menyenangkan dan menarik.

2.Secara tidak langsung dapat meningkatkan semangat dan gairah dalam beraktifitas. Dengan demikian diharapkan akan mampu meningkatkan produktifitas dan efektifitas.

3.Mengurangi kelelahan. (Lasa, 2005, 166)

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa ruang diwarnai secara psikologis mempengaruhi para petugas serta pembaca di ruangan tersebut. Tiap warna memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap perilaku dan sikap manusia, sehingga warna menentukan kenyamanan suatu perpustakaan. Pemilihan warna pada dinding ruangan

(41)

dan perabot juga dapat mempengaruhi penerangan di perpustakaan. Oleh karena itu, pengelola perpustakaan harus mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan warna- warna yang dipilih untuk dipergunakan pada ruangan-ruangan yang ada di perpustakaan.

2.3.5 Temperatur dan Suhu Udara

Setiap bangunan perpustakaan mempunyai sistem ventilasi atau sirkulasi udara yang berbeda-beda, karena ventilasi merupakan salah satu komponen yang terdapat pada lingkungan dan kondisi fisik dari tata ruang perpustakaan. Penggunaan ventilasi yang berbeda-beda pada perpustakaan, disebabkan adanya kebutuhan yang berbeda-beda pula.Dengan adanya ventilasi yang cukup, yang membantu pertukaran udara dengan lancar, maka dapat memberikan kenyamanan dan kesegaran udara bagi para pegawai yang bekerja di perpustakaan maupun penggunanya.

Purwati (2007, 9) menyatakan bahwa, terdapat 2 macam system ventilasi yang digunakan perpustakaan yaitu:

1. Ventilasi pasif adalah ventilasi yang didapat dari alam caranya membuat lubang angin atau jendela pada sisi dinding yang berhadapan serta sejajar dengan arah angin lokal. Luas lubang angin atau jendela diusahakan sebanding persyaratan dan fasilitas ruang (10% dari ruang bersangkutan).

Bila menggunakan ventilasi pasif seperti ini sebaiknya rak tidak ditempatkan dekat jendela demi keamanan koleksi dan terhindar dari matahari langsung.

2. Ventilasi aktif adalah ventilasi yang menggunakan sistem penghawaan buatan yaitu menggunakan AC (Air Conditioning). Karena temperatur dan kelembaban ruang perpustakaan yang stabil maka dapat menjaga keawetan

(42)

koleksi dan peralatan tertentu seperti koleksi langka, pandang dengar dan komputer.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disampaikan bahwa 2 jenis ventilasi tersebut memiliki peranan penting dari masing-masing fungsinya. Dimana penentuan lubang ventilasi pasif harus ditempatkan sesuai dan sebanding persyaratan dan fasilitas ruang yang bersangkutan agar kondisi ruang mempunyai tingkat kelembaban yang rendah sehingga keamanan koleksi buku dan bahan pustaka dapat terjamin dan terhindar dari matahari langsung. Ventilasi aktif AC/kipas angin juga akan bermanfaat untuk menjaga kondisi temperatur dan kelembaban ruang perpustakaan stabil sehingga ruangan terasa nyaman dan koleksi perpustakaan maupun peralatan tertentu terjamin keawetannya serta mencegah gangguan serangga dan cendawan pada buku.

Adapun secara umum ruangan perpustakaan yang perlu dijaga kondisi temperatur dan kelembabannya adalah:

a) Area penyimpanan penggunaan multimedia b) Area koleksi

c) Area koleksi buku d) Ruang baca

e) Ruang kerja pustakawan. (Depdiknas RI, 2004, 131)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disampaikan bahwa pentingnya pengaturan suhu pada ruangan perpustakaan. Menurut buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2004, 131), ‖Tingkat pengkodisian ruang yang diinginkan

(43)

adalah sebagai berikut: temperatur 22-24ºC (untuk ruang koleksi buku, ruang baca dan ruang koleksi), 20ºC (ruang komputer) dan kelembaban 45-55ºC‖. Agar kenyamanan ruangan perpustakaan terjaga, maka diperlukan pemasangan alat pengatur suhu, misalnya:

1.Memasang AC (Air Conditioning) untuk mengatur udara di dalam ruangan.

2.Mengusahakan agar peredaran udara dalam ruangan itu cukup baik, misalnya dengan memasang lubang-lubang angin dan membuka jendela pada saat kegiatan diperpustakaan sedang berlangsung.

3.Memasang kipas angin untuk mempercepat pertukaran udara dalam ruangan. Kecepatan pertukaran ini mempengaruhi kenyamanan udara.

Adapun kecepatan udara yang ideal adalah berkisar antara 0,5 – 1 m/detik.

(Lasa, 2005: 168)

2.4 Standar Nasional Perpustakaan

2.4.1 Standard Nasional Perpustakaan 003 : 2011 1. Gedung

a. Luas gedung sekurang-kurangnya 0,008 m² per kapita dikalikan jumlah penduduk.

b. Memenuhi standar kesehatan, keselamatan, kenyamanan, ketenangan, keindahan,pencahayaan, keamanan, dan sirkulasi udara.

c. Perencanaan gedung memungkinkan pengembangan fisik.

d. Memenuhi aspek teknologi, ergonomik, konstruksi, lingkungan, efektifitas, efisiensi dan kecukupan.

e. Berbentuk permanen.

(44)

f. Memperhatikan kekuatan dan memenuhi persyaratan konstruksi lantai untuk ruang koleksi perpustakaan (minimal 400 kg/m²).

g.Dilengkapi atau difasilitasi sarana kepentingan umum seperti toilet, dan area parkir.

2. Lokasi dan/atau lahan

a. Berada pada lokasi yang mudah dilihat, dikenal, dan di jangkau masyarakat.

b.Di bawah kepemilikan atau kekuasaan pihak pemerintah daerah.

c. Memiliki status hukum yang jelas.

d.Jauh dari lokasi rawan bencana.

3 Ruang Perpustakaan

Ruang perpustakaan sekurang-kurangnya terdiri dari ruang koleksi, ruang baca, ruang kepala,ruang staf, ruang pengolahan, ruang serba guna, area publik (mushola dan toilet tidak berada didalam ruang koleksi).

4. Sarana layanan dan sarana kerja

Perpustakaan menyediakan sarana perpustakaan sekurang-kurangnya meliputi: rak buku (30 buah); rak majalah (3 buah); rak audio visual (2 buah); rak buku referensi (7 buah); meja baca (100 buah); meja kerja (20 buah); laci katalog (2 buah); kursi baca (100 buah); perangkat komputer (5 unit); AC (1 buah); rak display buku baru (1 buah); rak surat kabar (2 buah); jaringan internet; lemari penitipan tas (2 buah).

(45)

5. Penyediaan Komputer Internet

a. Setiap 10.000 jumlah penduduk, sekurang-kurangnya disediakan 1 unit komputer yangterkoneksi dengan internet.

b.Perpustakaan memanfaatkan dan mendayagunakan sarana komputer untuk mengembangkan e-library (perpustakaan digital) dan kepentingan pelayanan akses informasi.

2.4.2 Standar Nasional Perpustakaan 003 : 2011

Keterangan perbandingan Standar Nasional Perpustakaan ( SNP ) No 003 Tahun 2011 Dengan Kondisi Sarana Prasarana Dinas Perpustakaan Dan Arsip Kabupaten Asahan.

Tabel 2.1 Perbandingan sarana dan prasarana No Indikator SNP No 003 Tahun 2011 Sarana

Dan Prasarana

Dinas Perpustakaan Dan Arsip Kabupaten Asahan 1. Gedung a. Luas gedung sekurang-

kurangnya 0,008 m² per kapita dikalikan jumlah penduduk.

b. Memenuhi standar kesehatan, keselamatan,kenyamanan,ket enangan,

keindahan,pencahayaan,keam anan,dan sirkulasi udara.

c. Perencanaan gedung memungkinkan

pengembangan fisik.

d. Memenuhi aspek teknologi, ergonomik, konstruksi, lingkungan, efektifitas,

a. Luas gedung dinas perpustakaan dan arsip kabupaten asahan sekitar 648 m2

b.Memiliki pencahayaan yang cukup bagus dan sirkulasi udara bagus dimana sudah terdapat AC

c. Perpustakaan melakukan pengembangan fisik

d.Sudah mengacu aspek teknologi tetapi lingkungan cukup efektivitas dan efisien.

e. Berbentuk permanen

(46)

efisiensi dan kecukupan.

e. Berbentuk permanen.

f. Memperhatikan kekuatan dan memenuhi persyaratan konstruksi lantai untuk ruang koleksi perpustakaan (minimal 400 kg/m²).

g. Dilengkapi atau difasilitasi sarana kepentingan umum seperti toilet, dan area parkir.

f. Kondisi lantai sudah sesuai persyaratan kontruksi g.Dilengkapi sarana

kepentingan umum seperti toilet dan area parker.

2. Lokasi dan/atau lahan

a. Berada pada lokasi yang mudah dilihat, dikenal, dan di jangkau masyarakat.

b. Di bawah kepemilikan atau kekuasaan pihak pemerintah daerah.

c. Memiliki status hukum yang jelas. Jauh dari lokasi rawan bencana.

a. Perpustakaan berada di lokasi yang mudah di jangkau masyarakat karna terletak dipusat kota kisaran kabupaten asahan

b.Dan dibawah kepemilikan pemerintah kabupaten asahan

c. Memiliki status hukum yang jelas

d.Jauh dari lokasi rawan bencana dan aman

3. Ruang perpustaka an

Ruang perpustakaan sekurang- kurangnya terdiri dari ruang koleksi, ruang baca, ruang kepala,

ruang staf, ruang pengolahan, ruang serba guna, area publik (ruang ibadah dan toilet tidak berada

didalam ruang koleksi).

Ruang perpustakaan memiliki ruang koleksi (2), ruang baca (2), ruang kepala (1), ruang staf (6), ruang pengolahan (1), ruang serbaguna (1), dan ruang ibadah dan toiet tidak berada didalam ruang koleksi

4. Sarana layanan dan sarana

Perpustakaan menyediakan sarana perpustakaan sekurang- kurangnya meliputi: rak buku(30

Dinas perpustakaan dan arsip kabupaten asahan

menyediakan:

(47)

kerja buah); rak majalah (3 buah); rak audio visual (2 buah); rak buku referensi (7 buah); meja baca (100 buah); meja kerja (20 buah); laci katalog (2 buah);

kursi baca (100 buah); perangkat komputer (5 unit); AC (1 buah);

rak display buku baru (1 buah);

rak

surat kabar (2 buah); jaringan internet; lemari penitipan tas (2 buah).

Rak buku (32 buah), rak audio visual (2 buah), rak majalah (3 buah), rak surat kabar (3 buah), rak buku referensi (7), meja baca (60 buah), meja kerja (27 buah), kursi baca (112), perangkat computer (15), AC (5), lemari penitipan tas (2), rak display buku baru (1), laci katalog (2 buah) jaringan internet, dan lemari penitipan tas (5 buah) 5. Penyediaan

komputer internet

a. Setiap 10.000 jumlah penduduk, sekurang-kurangnya disediakan 1 unit komputer yang terkoneksi dengan internet.

b.Perpustakaan memanfaatkan dan mendayagunakan sarana

komputer untuk

mengembangkan e-library (perpustakaan digital) dan kepentingan pelayanan akses informasi.

a. Tersedia 5 komputer untuk digunakan bagi pengunjung perpustakaan.

b. Perpustakaan

memanfaatkan dan mendayagunakan sarana

komputer untuk

mengembangkan e-library (perpustakaan digital) dan kepentingan pelayanan akses informasi.

Berdasarkan perbandingan Standar Nasional Perpustakaan (SNP) no 003 tahun 2011 dengan kondisi sarana prasarana dinas perpustakaan dan arsip kabupaten asahan :

1.Gedung

Referensi

Dokumen terkait

sarana dan prasarana yang memadai guna mewujudkan layanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pemustaka. Perpustakaan Kabupaten Aceh Timur merupakan Perpustakaan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan desain tata ruang pada ruang baca di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Umum Daerah Sijunjung dan untuk mengetahui

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sarana pendukung kegiatan layanan arsip statis pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) D.I Yogyakarta apakah sudah

Dari pernyataan informan di atas dapat diuraikan bahwa apakah sarana dan prasarana dapat membantu dalam meningkatkan kinerja layanan di perpustakaan merasa

Pertanyaan: Apakah ada usaha lain yang dilakukan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai dalam kegiatan pemeliharaan arsip. Jawaban

1. Preservasi dilakukan dengan cara menyediakan sarana dan prasarana perlindungan arsip, termasuk penyimpanan arsip dan perbaikan fisik seperti memilah tingkat kerusakan arsip,

Layanan akan berjalan dengan baik apabila system layanan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan pemustaka.Dari hasil wawancara dengan kedua informan, dapat

Perlu diketahui bahwa perpustakaan merupakan suatu lembaga layanan informasi dan bahan bacaan kepada masyarakat umum baik orang dewasa maupun anak-anak. oleh karena itu