• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pengelolaan Arsip Statis Pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Pengelolaan Arsip Statis Pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai Chapter III V"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai terbentuk

berdasarkan peraturan daerah Kota Tanjung Balai No.28 Tahun 2004 yang

ditindaklanjuti dengan peraturan daerah Kota Tanjung Balai No.16 Tahun

2008. Adapun Tugas Pokok dan Fungsinya sesuai dengan Peraturan daerah

Kota Tanjung Balai No.37 Tahun 2008 adalah melaksanakan urusan

pemerintahan bidang perpustakaan dan arsip berdasarkan atas asas otonomi

dan tugas perbantuan.

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai dibangun

tahun 2003 dan diresmikan pada tanggal 7 April 2003 oleh Walikota Tanjung

Balai Dr. Sutrisno Hadi, SpOG yang berada dibawah Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Pemerintah Kota Tanjung Balai. Dengan Peraturan Daerah Kota

Tanjung Balai No.28 Tahun 2004 terbentuklah Kantor Perpustakaan Umum

Kota Tanjung Balai yang berubah nama menjadi Kantor Perpustakaan dan

Arsip Kota Tanjung Balai yang kemudian berubah nama kembali menjadi

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Dinas Perpustakaan dan

Kearsipan Kota Tanjung Balai yang beralamat di jalan Jendral Sudirman

(2)

dilakukan pada bulan Mei-Juni 2017. Alasan pemilihan lokasi didasarkan

kepada permasalahan pengelolaan arsip statis yang terdapat pada Dinas

Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai, sehingga setelah penelitian

berlangsung dapat dijadikan masukan untuk lebih memperhatikan dan

memperbaiki proses pengelolaan arsip statis sehingga dapat berjalan dengan

efektif dan efesien.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang ditempuh sehubungan dengan

penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis.

Metode penelitian juga menyangkut masalah kerjanya, yaitu cara untuk

dapat memahami objek yang menjadi sasaran penelitian yang bersangkutan,

meliputi prosedur penelitian dan teknik penelitian (Hasan, 2002: 20).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan “salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau

tulisan dan perilaku orang yang diamati” (Bogdan dan Taylor, 1992: 21-22).

Penelitian ini dipilih karena peneliti hanya berupaya untuk menyajikan

data secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada di

lapangan. Penelitian ini dilakukan untuk menggali fakta mengenai

pelaksanaan pengelolaan arsip statis yang ada Pada Dinas Perpustakaan dan

Kearsipan Kota Tanjung Balai dengan menggunakan desain penelitian

(3)

3.4 Data dan Sumber Data

Untuk jenis dan sumber data yang dibutuhkan adalah data primer dan

skunder.

1. Data Primer

Data primer penelitian ini adalah hasil dari wawancara dan

pengamatan penulis berupa kata-kata, sikap dan pemahaman dari

pegawai bagian kearsipan pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

Kota Tanjung Balai.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah berbagai sumber tertulis yang diperoleh atau

dikumpulkan untuk dimanfaatkan bagi penelitian ini dan akan

digunakan untuk mendorong keberhasilan penelitian, diantaranya

buku-buku literatur, internet, majalah atau jurnal ilmiah, dan dokumen

yang berhubungan dengan penelitian.

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data, peneliti memakai beberapa teknik yaitu:

1. Wawancara.

Wawancara adalah “percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu dan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

(4)

kearsipan pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung

Balai dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (depth

interview) mengenai pengelolaan arsip statis pada Dinas

Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai.

Untuk memudahkan pelaksanaan wawancara penulis menyusun

pedoman wawancara agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian.

Pedoman wawancara terdiri dari daftar pertanyaan yang disusun

berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini bersifat semi

terstruktur yang artinya apabila terdapat keterangan yang kurang

jelas terhadap jawaban yang di berikan, peneliti dapat mengulang

pertanyaan yang dirasa belum terjawab dengan jelas dan

pertanyaan wawancara diambil dari pedoman wawancara. Data dari

wawancara tersebut direkam dengan memakai media tertentu dan

juga dibantu dengan alat tulis lainnya. Hasil rekaman wawancara

yang telah dilakukan selanjutnya dibuat dalam bentuk tertulis

secara verbal, yang kemudian dibaca dan diteliti ulang untuk

mendapatkan data yang benar.

2. Observasi

Observasi yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan

cara mengamati secara langsung ke Dinas Perpustakaan dan

(5)

pengelolaan arsip statis pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

Kota Tanjung Balai

Kegiatan Observasi dilakukan setelah peneliti melakukan

wawancara, peneliti akan mengamati kesesuaian informasi yang

ada dilapangan dengan data yang diberikan informan.

Tujuannya adalah melihat apakah informa yang sudah diberikan

oleh informan itu benar atau tidak.

3. Studi Dokumentasi

Selain melakukan teknik wawancara dan observasi, peneliti

juga melakukan studi dokumentasi. Peneliti melakukan suatu

kegiatan pengumpulan berbagai informasi dan data dari

beberapa dokumen yang berhubungan, guna menunjang

kelengkapan data yaitu melalui buku, majalah, jurnal, hasil

seminar dan artikel yang tersedia dalam media online maupun

yang ada dalam perpustakaan. Studi dokumentasi ini dilakukan

agar mengetahui setiap permasalahan yang dihadapi dan setelah

itu dibandingkan keadaan yang diteliti atau survei di lokasi atau

tempat penelitian yaitu Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota

Tanjung Balai.

3.6 Mengidentifikasi Informan

Informan dalam penelitian adalah orang-orang yang terlibat dan dapat

(6)

keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti sehingga dapat diperoleh

data yang akurat, serta mengerti tentang pokok permasalahan yang terjadi

dan bersedia memberikan keterangan dalam masalah penelitian ini. Adapun

informan dalam penelitian ini adalah Pegawai bagian kearsipan pada Dinas

Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai yang secara langsung

melaksanakan kegiatan kearsipan.

Tabel 3.1 Data Informan

Kode Informan Strata Pendidikan Jabatan

S1 Ilmu Hukum Kabid Penyelenggaraan Kearsipan

S1 Ilmu Ekonomi Kasi Pembinaan dan Kearsipan

S1 Ilmu Ekonomi Kasi Pengawasan Kearsipan

SMA Kasi Pengelolaan Arsip

3.7 Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis

catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan

pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai

temuan kepada orang lain.

Menurut Sugiono (2014:91) analisis data dalam penelitian kualitatif

terdiri beberapa alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data, verifikasi

data dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi data

Reduksi data dapat diartikan sebagai merangkum, memilih hal-hal

(7)

dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Pada reduksi data

penulis melakukan pengelompokan hasil wawancara yang

membahas tentang pengelolaan arsip statis pada Dinas

Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai yang meliputi

1)Akuisisi, 2)Deskripsi, 3)Pemeliharaan, 4)Perawatan,

5)Penggunaan (Pelayanan), dan 6)Temu Kembali.

2. Penyajian data

Penyajian data yang akan digunakan dalam penelitian ini

berbentuk teks naratif. Untuk mempermudah pemahaman tentang

informasi yang besar jumlahnya, maka dalam penyajian data akan

dilakukan penyederhanaan informasi yang kompleks kedalam

satuan bentuk yang disederhanakan dan selektif. Penulis

melakukan penyajian data dengan bentuk teks naratif yang

terdapat pada BAB IV hasil dan pembahasan penelitian.

3. Verifikasi data dan Penarikan Kesimpulan.

Tahap Selanjutnya setelah reduksi data dan penyajian data, maka

dilakukan verifikasi dan kegiatan sebelumnya dan dilanjutkan

kepenarikan kesimpulan. Pada tahap ini peneliti akan melakukan

proses interprestasi data-data yang telah dikumpul;kan dengan

metode wawancara dan dokumentasi sambil terus menerus

melakukan pencocokan terhadap kesimpulan yang akan dibuat.

Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa teknik yang dilakukan

(8)

pengumpulan data, reduksi data, display data, penarikan kesimpulan dan

verifikasi.

3.9 Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan teknik

trianggulasi data, yaitu teknik yang dilakukan dengan cara meminta

keterangan lebih lanjut. Data yang diperoleh dengan mencari informasi lebih

dari satu orang. Menurut Moleong (2007: 330), “triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain”. Diluar data untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui

sumber lainnya.

Denzin yang dikutip oleh Moleong (2007: 330) membedakan empat

macam, triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan

pengguna sumber, metode, penyidik, dan teori.

Triangulasi dilakukan berdasarkan wawancara dengan informan.

Teknik pengumpulan data juga dilakukan untuk melengkapi data primer dan

data sekunder. Adapun teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah:

1. Triangulasi Data

Menggunakan berbagai sumber data seperti hasil wawancara dan hasil

observasi. Penulis mewawancarai pegawai bagian kearsipan pada

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai. Penulis juga

(9)

berbagai dokumen Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung

Balai yang berhubungan dengan pengelolaan arsip statis melalui buku,

majalah, jurnal, hasil seminar, maupun artikel.

2. Triangulasi Teori

Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa

data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini,

berbagai teori telah dijelaskan pada bab II untuk menggunakan dan

menguji terkumpulnya data tersebut serta diperkuat dengan artikel

jurnal, buku, yang membahas tentang pengelolaan arsip statis.

3. Triangulasi Metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode

wawancara dan observasi, serta metode dikumentasi. Metode yang

dapat dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara ke sumber

penelitian dan observasi. Peneliti melakukan analisa dari berbagai

wawancara dan hasil observasi yang dilakukan langsung oleh peneliti

terhadap pegawai bagian kearsipan pada Dinas Perpustakaan dan

Kearsipan Kota Tanjung Balai.

Metode triangulasi merupakan salah satu metode yang paling umum

dipakai dalam uji validitas penelitian kualitatif, triangulasi dilakukan

berdasarkan wawancara dengan informan, studi dokumentasi oleh peneliti

dalam mengamati kejadian fakta yang terdapat dilapangan dan observasi.

Observasi yang dilakukan ada dua jenis, yaitu observasi langsung dan

(10)

bentuk pengamatan atas beberapa kelakuan dan kejadian yang kemudian

dari hasil pengamatan tersebut diambil benang merah yang menghubungkan

masalah yang ada pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung

(11)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karateristik Informan

Informan dalam penelitian ini adalah pegawai kearsipan yang bekerja di

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai yang bertugas mengelola

segala arsip yang ada di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai.

Berikut adalah daftar karateristik informan.

Tabel 4.1 Karakteristik Informan

No Kode Informan Jabatan Lokasi Wawancara

1 I1 Kabid Penyelenggara

Kearsipan

4 I4 Kasi Pengelolaan Arsip Ruang Arsip

Informan pertama (I1) adalah informan yang berahasil di wawancarai dengan

pendekatan perkenalan terlebih dahulu, begitu juga dengan I2, I3, dan I4,

Kemudian diminta waktunya untuk bersedia diwawancarai, dengan menjelaskan

terlebih dahulu maksud dan tujuan daripada penelitian ini yang dalam

pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan metode wawancara. (I1)

diwawancarai bertempat di bagian penyimpanan arsip Dinas Perpustakaan dan

Kearsipan Kota Tanjung Balai. Proses bertemunya penulis dengan (I1) adalah

dimulai pada tahap penulis datang kebagian tata usaha untuk meminta perizinan

penelitian dan menyerahkan surat penelitian. Dari hasil percakapan tersebut

(12)

wawancara penulis disarankan untuk menemui pegawai dibagian arsip yang lain

terlebih dahulu yang ada di bagian ruang arsip. Untuk menemui beliau maka

petugas dari tata usaha setempat menkonfirmasi terlebih dahulu melalui telepon.

Selanjutnya penulis menemui pegawai kearsipan yang dimaksud untuk melakukan

wawancara. Proses menemui pegawai kearsipan setempat dimulai dengan

perkenalan dan menerangkan maksud dari penelitian dan dengan memakai apa

metode pengumpulan datanya. Setelah proses perkenalan tersebut penulis

menanyakan waktu dari wawancara tersebut, apakah kegiatan wawancara bisa

dilakukan hari ini. Petugas kearsipan tersebut setuju untuk dilakukannya kegiatan

wawancara tersebut pada saat itu juga. Pada hari itu juga penulis berhasil untuk

melakukan wawancara dengan informan yang cocok dengan karateristik informan

dalam penelitian ini, yaitu dua orang pegawai kearsipan yang tugasnya melakukan

pembinaan kearsipan (I2) dan pengelolaan arsip (I4) yang ada di Dinas

Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai. Wawancara berlangsung secara

informal, wawancara dilakukan dengan pedoman wawancara dan dengan

wawancara mendalam (depth interview). Pelaksanaan wawancara dilakukan

secara substantif, artinya tidak diharuskan pada suatu tempat. Pelaksanaan

wawancara dilakukan pada pagi hari tepatnya berada di ruang arsip yang berada di

lantai 1 gedung Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai.

Selanjutnya wawancara dilanjutkan siang hari setelah jam istirahat dengan

informan pertama (I1) dan informan ketiga (I3) yang bertempat di ruang

penyimpanan arsip. Suasana dan kondisi wawancara bersifat latar alamiah, artinya

kondisi dan suasana yang apa adanya, yang tidak diatur sedemikian rupa untuk

tujuan tertentu.

Begitu juga dengan bahasa yang digunakan. Bahasa yang digunakan selama

percakapan adalah bahasa informal, meskipun terkadang penulis menggunakan

istilah bidang Ilmu Perpustakaan. Bahasa informal juga digunakan untuk

memancing percakapan awal kepada informan, kemudian menggunakan pedoman

wawancara. Percakapan berkembang sesuai dengan jawaban yang diberikan

informan. Wawancara dilakukan berulang jika penulis merasa masih ada yang

(13)

4.2 Kategori

Berdasarkan hasil wawancara dan pedoman wawancara, penulis menyusun

sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan

coding. Dengan pedoman ini, penulis kemudian kembali membaca transkrip

wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan

dengan pokok pembicaraan dan menunjukan hubungan antar bagian-bagian yang

diteliti sehingga menghasilkan beberapa kategori. Penulis menurunkan lima

kategori yang berkaitan. Adapun kelima kategori itu adalah, sebagai berikut :

1. Akuisisi

Kategori pertama yang diperoleh dari hasil transkrip wawancara dengan ke-4

informan adalah akuisisi atau pengadaan. Kegiatan akuisisi dianggap penting

karena tanpa adanya kegiatan ini arsip-arsip yang ada di lingkungan lembaga

pemerintahan Kota Tanjung Balai akan hilang begitu saja.

Dalam proses akuisis Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai

biasanya menerima arsip-arsip langsung dari pencipta dan membeli dari ANRI,

sesuai dengan pernyataan I1 dan I2 sebagai berikut:

Pertanyaan: Bagaimana proses pengadaan arsip statis pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai?

Jawaban Informan 1 dan 2:

(14)

I2: “Pengadaannya ada dua cara, yang pertama bisa di beli dan yang kedua dikumpulkan dengan cara meminta dari Dinas-Dinas yang bersangkutan. Kalau dibeli biasa ke ANRI langsung, karena cuma ANRI yang punya akses dan punya Undang-undang untuk mengkomersilkan arsip statis. Sedangkan Dinas-dinas yang berada di bawah Pemerintahan Kota Tanjung Balai diminta dan dihimbau menyerahkan arsipnya kepada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai karena berdarsarkan Undang-undang Kearsipan nomor 28 sama 43 itu kalau gak salah, agak lupa ibuk tapi ada kok bukunya nanti kalau mau. Jadi berdasarkan Undang-undang tersebut Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai mempunyai hak untuk meminta kepada Dinas-dinas yang bersangkutan tapi tidak bisa membeli.”

Dalam melaksanakan kegiatan akuisisi, pegawai kearsipan berpedoman pada

Undang-undang No. 28 Tahun 2009, Undang-undang No. 43 Tahun 2009, dan

Undang-undang No. 7 Tahun 1971, yang mana didalam pedoman itu telah diatur

tata cara penyerahan dan juga penyimpanan, hal ini sesuai dengan keterangan

yang diberikan oleh I1 dan I4, yaitu sebagai berikut:

Pertanyaan: Apakah ada pedoman undang undang yang digunakan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai dalam kegiatan akuisisi?

Jawaban Informan 1 dan 4:

I1: “...Dinas-dinas yang berada di bawah Pemerintahan Kota Tanjung Balai diminta dan dihimbau menyerahkan arsipnya kepada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai karena berdarsarkan Undang-undang Kearsipan nomor 28 sama 43 itu kalau gak salah, agak lupa ibuk tapi ada kok bukunya nanti kalau mau. Jadi berdasarkan Undang-undang tersebut Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai mempunyai hak untuk meminta kepada Dinas-dinas yang bersangkutan tapi tidak bisa membeli.”

I4: “Iya Undang undang No.7 tahun 1971 disitu cuma menegaskan saja, tetapi tidak ada memberikan sanksi. Coba saja kalau ada sanksinya pasti semua Instansi Pemerintahan pun takut dan semuanya menyerahkan arsipnya untuk

disimpan dan dikelola.”

Selain disamping telah adanya sebuah peraturan yang mengikat setiap

pencipta arsip untuk menyerahakan karyanya ke lembaga kearsipan daerah,

pegawai kearsian pun aktif dalam mengumpulkan arsip-arsip tersebut. Hal ini

sesuai dengan apa yang disebutkan oleh I2 dan I3 dalam wawancara, yaitu sebagai

berikut:

(15)

Jawaban Informan 2 dan 3:

I2: “Ada, ada kebijakannya kalau dalam meminta atau mengambil arsip dari Dinas-dinas yang berada di bawah Pemerintahan Kota Tanjung Balai.”

I3: “Ada kalau itu, nanti di buat dulu permintaan pengiriman arsip setelah itu baru dijemput Dinas Perpustakaan dan Kearsipan ini arsip-arsip dari Dinas

yang mau mengirimkan arsipnya tadi.”

Kegiatan yang dilakukan oleh pegawai kearsipan tersebut dilandasi karena

masih kurangnya kepedulian dari para pencipta arsip untuk melindungi karyanya.

Hal ini sesuai dengan apa yang disebutkan oleh I1 dan I4 sebagai berikut:

Pertanyaan: Apakah semua lembaga pemerintah di Kota Tanjung Balai menyerahkan arsipnya kepada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai?

Jawaban Informan 1 dan 4:

I1: “Seharusnya semua Instansi pemerintahan yang berada di bawah Pemerintahan Kota Tanjung Balai. Tapi kenyataannya masih ada beberapa Instansi Pemerintahan yang belum juga menyerahkan arsipnya.”

I4: “Tidak semua Instansi yang menyerahkan arsipnya. Tugas Dinas

Perpustakaan dan Kearsipan ini kan cuma menyimpan arsip-arsip yang ada dari Dinas-dinas di Kota Tanjung Balai ini. Seperti Dinas IPKA ini lah, belum ada menyerahkan arsip arsipnya ke Dinas Perpustakaan dan Kearsipan ini. Entah itu sertifikat tanah atau lain lainnya. Karena mereka kurang percaya

melihat kondisi penyimpanan yang begini.”

Pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai ini tidak ada

terdapat kriteria yang dipakai oleh pegawai kearsipan dalam menyeleksi arsip

yang masuk ke lembaga kearsipan. Keterangan ini sesuai dengan apa yang

dinyatakan oleh I1 dan I2 sebagai berikut:

Pertanyaan : Dalam proses penerimaan arsip statis, apakah ada kriteria/ketentuan khusus dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai?

Jawaban Informan 1 dan 2:

(16)

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai inilah nanti kami pilah-pilah. Karena tidak semua yangdi kirim ini isinya arsip.”

I2 :“Kalau yang itu, kami kan menerima saja arsip yang datang, nanti proses di digitalkan dokumennya lain lagi. Tapi tidaklah kami tetapkan harus memberikan dalam bentuk CD, Flasdisk. Tapi kalau ada yang memberi dalam bentuk seperti itu alhamdulillah juga. Cuma kalaupun dalam bentuk CD kami perlu jugak dokumen yang manual atau aslinya dalam bentuk kertas.”

Dari pernyataan diatas menunjukkan bahwa sebenarnya telah terdapat

panduan ataupun peraturan yang mengikat setiap para pencipta arsip untuk

menyerahkan karyanya kepada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung

Balai, namun peraturan tersebut belum dipatuhi secara maksimal oleh para

pencipta arsip karena masih kurangnya kesadaran masyarakat atau pencipta arsip

itu sendiri tentang arti penting sebuah arsip.

Dalam kegiatan akuisisi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung

Balai belum menerapkan suatu kategori untuk menyeleksi arsip yang masuk ke

lembaga kearsipan. Hal ini belum sesuai dengan apa yang telah di jelaskan pada

bab sebelumnya (lihat BAB II) bahwa dalam kegiatan akuisisi terdapat 2 kegiatan

didalamnya yaitu kegiatan penilaian dan seleksi arsip, yang mana dalam kegitan

tesebut intinya adalah menetukan layak atau tidaknya asip tersebut disimpan dan

dikelola oleh lembaga kearsipan daerah. Tetapi, Dinas Perpustakaan dan

Kearsipan Kota Tanjung Balai menilai dan menyeleksi ketika sesudah arsip telah

sampai di lembaga kearsipan tersebut.

4.2.2 Deskripsi

Kategori pertama yang diperoleh dari hasil transkrip wawancara dengan ke-4

informan adalah deskripsi. Pendeskripsian arsip merupakan kegiatan setelah

(17)

Dalam proses pendeskripsian pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota

Tanjung Balai terdapat beberapa kriteria yang digunakan oleh pegawai kearsipan

untuk mendeskripsikan arsip yaitu berdasarkan bentuknya, siapa pencipta arsip,

kondisi, tanggal arsip tersebut dicatat yang kemudian semua informasi tersebut

dicatat pada sebuah kartu deskripsi. Hal ini sesuai dengan informasi yang

diberikan oleh I4 sebagai berikut:

Pertanyaan: Bagaimana Prosedur penyusunan arsip statis yang dilakukan oleh Dinas Perpustakan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai?

Jawaban Informan 4:

I4: “...Arsip tadi disusun berdasarkan jenis indeks arsip, bentuknya, pencipta

arsipnya (misalnya: keuangan dengan keuangan), kemudian disesuaikan dengan tahun dan bulannya. Selanjutnya mencantumkan nomor urut berkas pada bungkus dan kotak. Tahap selanjutnya pembuatan daftar pertelean arsip. Tahap yang terakhir penyimpanan arsip kedalam kotak arsip dan

penyimpanan kedalam rak.”

Gambar 4.1 Arsip Yang Baru Dideskripsikan Sesuai Pencipta Arsip Dan Bentuk Arsip

Dari pernyataan diatas dapat kita ketahui bahwa pada Dinas Perpustakaan dan

Kearsipan Kota Tanjung Balai telah melakukan proses pendeskripsian arsip yang

(18)

deskripsi arsip (lihat BAB II) yang menyatakan bahwa Deskripsi arsip

dimaksudkan untuk dapat memberikan akses informasi mengenai asal–usul, isi dan sumber dari berbagai kumpulan arsip, struktur pemberkasannya, hubungannya

dengan arsip lain, dan cara bagaimana arsip tersebut dapat ditemukan dan

digunakan. Sehingga arsip yang tersimpan nantinya dapat ditemukan dengan

mudah.

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari para informan serta dari

observasi langsung, dapat diketahui proses pendeskripsian arsip pada Dinas

Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung balai berawal dari permintaan

pengiriman arsip kepada SKPD (satuan kerja perangkat daerah), penjemputan

arsip, persiapan dan pemilahan, pendaftaran arsip pada lembar kartu,

penyampulan, mencantumkan No.urut berkas pada bungkus/books, pembuatan

daftar pertelean arsip, penyimpanan arsip kedalam books arsip, penyimpanan

books kedalam rak sesuai dengan flowchart sebagai berikut:

(19)

Gambar 4.2 Peta Pengelolaan Arsip Statis Pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai

1. Permintaan Pengiriman Arsip Kepada SKPD (Satuan Kerja Perangkat

Daerah)

Pada tahap ini permintaan pengiriman kepada SKPD (Satuan Kerja

Perangkat Daerah) dilakukan oleh pegawai kearsipan dimana setiap Instansi

Pemerintahan yang berada dibawah Pemerintah Kota Tanjung Balai diminta

untuk mengirimkan arsipnya kepada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota

Tanjung Balai.

2. Penjemputan Arsip

Setelah mengimkan permintaan pengiriman arsip kepada SKPD,

arsip-arsip tersebut dijemput Dinas Perpustakan dan Kearsip-arsipan Kota Tanjung Balai

menggunakan transfortasi yang telah disediakan.

3. Persiapan dan Pemilahan

a. Persiapan

Pada tahap ini petugas harus mempersiapkan peralatan keselamatan

dan kesehatan seperti masker pelindung dan peralatan lainnya. Selain itu

peralatan untuk membersihkan arsip juga dibutuhkan mengingat arsip yang

akan ditangani cukup berdebu atau kotor yang diakibatkan kurangnya

kepedulian dari pencipta arsip yang menyimpannya sebelum diserahkan ke

lembaga kearsipan daerah. Persiapkan juga kertas pembungkus arsip yang

digunakan untuk membungkus arsip yang telah bersih. Setelah itu

persiapkan juga box arsip dimana box ini dipergunakan untuk menyimpan

(20)

b. Pemilahan

Pada tahap ini petugas memilah arsip dan non-arsip atau arsip dengan

duplikasi. Kemudian arsip dikelompokkan ke dalam kartu masalah, dan

apabila terdapat arsip yang berhubungan antara satu dengan yang lainnya,

maka arsip tersebut digabungkan kedalam satu rangkaian proses atau

kegiatan sehinggga arsip tersebut memberkas.

Pada kegiatan ini umumnya akan menghasilkan 3 (tiga) kelompok

berkas, yaitu:

1. Arsip bernilai guna

2. Non-arsip atau duplikasi

3. Buku, majalah, foto , dan bentuk arsip lainnya kecuali berbentuk

naskah. Apabila terdapat benda-benda yang menempel pada berkas

seperti paperclip, logam dan sebagainya maka benda-benda tersebut

harus disingkirkan dan untuk paperclip yang terbuat dari logam

maka akan diganti dengan yang terbuat dari plastik.

4. Mendaftar Arsip pada Lembar Kartu

Sebelum arsip didaftar pada kartu pembantu, terlebih dahulu

dikelompokkan berdasarkan masalah, sub masalahnya, dan KIN. Untuk

memudahkan penggabungan arsip yang belum memberkas atau masih

terpisah perlu digunakan kartu pembantu, dan penggabungannya didasarkan

(21)

Setelah arsip memberkas berdasrkan masalahnya, maka arsip tersebut

didaftar pada kartu pembantu yang ditulis secara lengkap dan terperinci yakni

dengan mencatumkan

1. Isi ringkas

2. Rincian arsip yang telah memberkas

3. Kurun waktu terciptanya arsip (tahunan atau bulanan)

4. Kondisi fisik arsip (Lengkap atau tidak lengkap, baik atau rusak dan

sebagainya)

Berikut adalah contoh dari kartu pembantu daftar arsip pada Dinas

Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai:

Gambar 4.3 Kartu Pembantu Daftar Arsip Pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai

Kegiatan berikutnya dalam tahap mendaftar arsip pada lembar kartu

pembantu adalah menyatukan arsip yang masih terpisah, untuk dimasukkan

kedalam folder. Apabila arsip yang telah memberkas tersebut tidak muat

(22)

lainnya dengan membuat nomor urut dari folder tersebut sehingga antara satu

sama lainnya tidak terpisah.

Dalam melaksanakan pendaftaran arsip perlu juga memperhatikan :

1. Mandaftar arsip tidak dilakukan dalam bentuk perlembar melainkan

dalam bentuk perkelompok

2. Tidak diperbolehkan untuk memberi suatu tanda apapun pada lembar

arsip

3. Untuk arsip yang bernilai tinggi dan rapuh perlu penanganan ekstra

hati-hati

5. Penyampulan

Dalam tahap ini arsip yang disimpan dalam folder akan diberikan suatu

nomor pada folder tersebut, dan selanjutnya nomor tesebut digunakan sebagai

nomor sampul. Selanjutnya dibungkus dengan kertas kissing, dan apabila

arsip tersebut tidak muat dalam satu kertas pembungkus (berkas). Maka dapat

dibungkus menjadi beberapa bagian yang kemudian disatukan dalam satu

bundel dengan memberikan nomor urut.

6. Menentukan atau Mencantumkan Nomor Urut Berkas pada Sampul

Pembungkus

(23)

Pembuatan daftar pertelaan arsip harus disesuaikan dengan sistem

penataannya, seperti:

1. Nomor urut, untuk arsip perundang-undangan dan/atau berdasarkan NIP

atau nama pegawai bagi arsip kepegawaian

2. Abjad, untuk arsip kepegawaian disusun berdasarkan nama pegawai

3. Waktu disusun berdasarkan urutan waktu atau kronologis

4. Badan atau instansi

5. Klasifikasi masalah

6. Gabungan antara keduanya sesuai dengan kebutuhan

Berikut adalah contoh dari daftar pertelaan arsip pada Dinas Perpustakaan

dan Kearsipan Kota Tanjung Balai :

Gambar 4.4 Daftar Pertelean Arsip Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai

8. Penyimpanan Arsip ke Dalam Box Arsip

Apabila arsip telah didaftar pada kartu dan telah dibungkus serta

dicantumkan nomor berkas, maka arsip tersebut langsung dimasukkan ke

(24)

9. Penyimpanan Box arsip ke dalam Rak Arsip

Penyimpanan box kedalam rak arsip dapat dilakukan apabila arsip tersebut

telah dimasukkan ke dalam daftar pertelaan arsip, yang disusun menurut

urutan nomor box berkas sesuai urutan sampul dalam box.

4.2.3 Pemeliharaan

Kategori ketiga yang diperoleh dari hasil transkrip wawancara dengan ke-4

informan adalah pemeliharaan. Dalam kegiatan pemeliharaan Dinas Perpustakaan

dan Kearsipan Kota Tanjung Balai belum memiliki prosedur khusus, hal ini sesuai

dengan pernyataan I2 sebagai berikut:

Pertanyaan: Untuk proses pemeliharaan, apakah ada prosedur khusus?

Jawaban Informan 2:

I2: “Kalau untuk sekarang ini, khususnya itu masih sederhana. Pemeliharaan dari debu, jangan sampai dimakan rayap. Ya paling kita semprot, dibersihkan. Pemeliharaan rutinitas biasalah seperti itu. Kalau dia khusus belum ada dibuat disini, karena butuh biaya yang besar.”

Begitu juga dengan ruangannya, pemeliharaan pada Dinas Perpustakaan dan

Kearsipan Kota Tanjung Balai juga belum memiliki ruangan khusus, sesuai

dengan pernyataan I1 dan I4 sebagai berikut:

Pertanyaan: Apakah ada ruangan khusus pemeliharaan dan perawatan arsip?

Jawaban Informan 1 dan 4:

I1: “Belum ada lah kalau ruang pemeliharaan dan perawatan arsip. adek udah lihat-lihatkan kondisi gedung kita ini.”

(25)

Pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai kegiatan

pemeliharaan telah dilakukan cukup baik. Walaupun hanya memanfaatkan

peralatan dan bahan yang minim dan sederhana seperti; pemberian kapur barus,

baygon/hit, kemoceng, tisu, pengharum ruangan, tetapi masih dinilai layak dan

terpenuhi. Berikut merupakan penyataan yang diperoleh dari I2 dan I4:

Pertanyaan: Bagaimana proses kegiatan pemeliharaan arsip pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai?

Jawaban Informan 2 dan 4:

I2: “...Pemeliharaan dari debu, jangan sampai dimakan rayap. Ya paling kita

semprot, dibersihkan. Pemeliharaan rutinitas biasalah seperti itu. Kalau dia

khusus belum ada dibuat disini, karena butuh biaya yang besar.”

I4: “Proses yang kami lakukan sekarang sederhana, dengan kapur barus. Masih sangat sangat sederhana. Kan adek melihat gudangnya kan.”

Gambar 4.5 Bahan Untuk Proses Kegiatan Pemeliharaan

Salah satu usaha lain dari pemeliharaan arsip sebaiknya ruangan

penyimpanan arsip memiliki AC dengan temperatur suhu khusus sesuai dengan

(26)

Tanjung Balai ruangan penyimpanan arsip statis yang ada sudah memiliki

pendingin udara atau AC.

Usaha lain yang dilakukan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung

Balai dalam kegiatan pemeliharaan adalah telah dilakukannya kegiatan duplikasi,

berikut sepenggal informasi dari I2:

Pertanyaan: Apakah ada usaha lain yang dilakukan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai dalam kegiatan pemeliharaan arsip?

Jawaban Informan 2:

I2: “...Proses di digitalkan dokumennya nanti juga akan kami lakukakan. Tapi kami tidak metapkan harus memberikan dalam bentuk CD, Flasdisk. Tapi kalau ada yang yanmg membei dalam bentuk seperti itu alhamdulillah juga. Cuma kalaupun diberikan dalam bentuk CD kami perlu jugak dokumen yang

manual atau aslinya dalam bentuk kertasnya.”

Jadi dapat dinyatakan bahwa kegiatan pemeliharaan yang dijalankan oleh

pegawai kearsipan pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai

telah dilakukan sudah cukup baik. Walaupun masih belum ada ruangan khusus

pemeliharaan dan hanya memanfaatkan bahan dan peralatan yang minim dan

sederhana, tetapi masih di nilai layak dan terpenuhi. Hal ini sesuai dengan bab

sebelumnya (lihat BAB II) yang membahas tentang pemeliharaan telah disebutkan

bahwa terdapat berbagai macam usaha untuk memepertahankan kondisi arsip

yang ada sehingga informasi yang terkandung didalamnya tetap terjaga.

4.2.4 Perawatan

Kategori keempat yang diperoleh dari hasil transkrip wawancara dengan ke-4

informan adalah Perawatan. Kegiatan perawatan merupakan hal yang sangat

(27)

kegiatan perawatan pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai

telah dilakukan dengan baik, hal ini ditandai dengan adanya usaha untuk

menyingkirkan berbagai benda yang dapat merusak yang sebelumnya menempel

pada arsip yang baru datang. Hal ini sesuai dengan pernyataan I3 sebagai berikut:

Pertanyaan: Bagaimana proses kegiatan perawatan arsip pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai?

Jawaban Informan 3:

I3: “Nanti arsip yang baru datang itu di pilih-pilih, kalau ada klipnya, penjempit kertas, langsung di buang dan pilih pilih lagi. Setelah itu dikelompokkanlah.”

Gambar 4.6 Perawatan Pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai

Hanya saja Dinas Perpustakaan tidak memiliki ruangan khusus dalam

pemeliharaan dan perawatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan I1 dan I4 sebagai

berikut:

Pertanyaan: Apakah ada ruangan khusus perawatan arsip?

(28)

I1: “Belum ada lah kalau ruang perawatan arsip. adek udah lihat-lihatkan

kondisi gedung kita ini”

I4: “Kan adek udah melihat langsung gudang arsipnya kan, begitulah

keadaannya. Serba kekurangan.”

Dapat kita ketahui bahwa Dinas Perpustakaan melakukan kegiatan perawatan

dengan cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari usaha untuk melindungi arsip dari

bebagai kerusakan yang bisa saja terjadi. Meskipun belum memiliki ruangan

khusus perawatan arsip tapi masih bisa di nilai layak dan terpenuhi.

4.2.5 Penggunaan (Pelayanan)

Kategori kelima yang diperoleh dari hasil transkrip wawancara dengan ke-4

informan adalah Penggunaan. Karena arsip juga merupakan sebuah sumber

informasi maka arsip juga digunakan oleh penggunanya. Untuk menggunakan

arsip yang ada pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai,

pengguna harus mengikuti prosedur terlebih dahulu yang diantaranya pegawai

kearsipan harus mengetahui apa hubungan pengguna dengan pencipta arsip yang

ingin digunakan, atau untuk keperluan apa pengguna ingin menggunakan arsip.

Hal ini sesuai dengan pernyataan I1 dan I2 sebagai berikut:

Pertanyaan: Bagaimana prosedur dalam penggunaan arsip statis pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai?

Jawaban Informan 1 dan 2:

I1: “Masih yang berkepentingan yang boleh menggunakannya. Itupun kalau ada surat pengantar dari Dinas dia berasal baru dibolehkan. Kalau mau melihat

lihat arsip orang lain masih belum dibolehkan.”

(29)

Penggunaan arsip statis pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota

Tanjung Balai adalah untuk keperluan penelitian, dan untuk keperluan Instansi

yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan pernyataan I4 sebagai berikut:

I4: “Harus yang berkepentinganlah yang boleh, seperti saat kamu (Peneliti) kemaren mau melihat-lihat arsip kan ada surat penelitian dari Universitas yang menyatakan untuk penelitian. Seperti itulah kalau perseorangan bukan dari instansi.”

Sistem pelayanan yang diberikan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota

Tanjung Balai menerapkan sistem tertutup. Hal ini sesuai dengan pernyataan I2

sebagai berikut :

Pertanyaan: Bagaimaana sistem layanan pengguna yang diberikan Dinas Perpustakaan dan Kearisipan Kota Tanjung Balai?

Jawaban Informan 2:

I2: “Kalau pengguna kami belum melayani secara terbuka, kecuali penggunanya

itu yang memang punya arsip.”

Jadi dapat kita peroleh informasi bahwa kegiatan pelayanan atau penggunaan

arsip statis yang dijalankan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung

Balai yang dilakukan oleh petugas kearsipan telah dilakukan dengan baik. Hal ini

ditandai dengan diterapkannya sistem layanan pengguna tertutup yang

dimaksudkan untuk menjaga arsip tersebut. Keterangan yang ada diatas juga

dijelaskan pada bab sebelumnya (lihat BAB II) dimana fungsi dari arsip statis

(30)

4.2.6 Temu Kembali

Kategori ke-6 yang diperoleh dari hasil transkrip wawancara dengan ke-4

informan adalah Temu Kembali. Agar proses temu kembali arsip dapat dilakukan

sebuah layanan haruslah mempunyai sebuah sistem temu kembali. Pada Dinas

Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai menggunakan pertelean

pengenalan dari buku untuk sistem temu kembali arsip. Hal ini sesuai dengan

pernyataan I2 sebagai berikut:

Pertanyaan: Bagaimana sistem temu kembali arsip pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai?

Jawaban Informan 2:

I2: “Kami kan punya pertelaan, jadi berdasarkan pertelaan itu kan bisa mengenali dan menemukan. Kalau secara khusus memang belum ada.

Pokoknya ada pertelaan pengenalan dari buku.”

Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa sistem temu kembali arsip

statis pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai menggunakan

perteleam pengenalan dari buku untuk sistem temu kembali arsip. Hal ini sesuai

dengan informasi yang ada di bab sebelumnya (baca BAB II) dimana dinyatakan

bahwa tujuan dari temu kembali adalah agar arsip tersebut dapat mudah

ditemukan kembali dan didayagunakan .

4.3 Evaluasi Pengelolaan Arsip Statis pada Dinas Perpustakaan dan

Kearsipan Kota Tanjung Balai

Berdasarkan masalah yang dituliskan pada bagian latar belakang masalah

bahwa pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai masih

(31)

membutuhkan waktu cukup lama sekitar 5-20 menit. Hal ini sebenarnya akibat

dari penyusunan arsip di rak yang tidak rapi dan tidak sesuai prosedur penyusunan

disebabkan oleh rak dan gedung penyimpanan arsip yang tidak memadai. Hal ini

sesuai dengan pernyataan I1 dan I4 sebagai berikut :

Pertanyaan: Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam temu kembali?

Jawaban Informan 1 dan 4:

I1: Kalau itu tergantung penyusunannya. Bisa lama, bisa jugak agak cepat. Karena adek lihat sendirilah kondisi gedung kita ini. Serba kekurangan. Sehingga waktu kita mencari arsip gak terus dapat dia. Diakibatkan

penyusunannya dan tempat atau raknya gak memadai.”

I4: “Dengan kata lain kalau kita memerlukan arsip gak segera dapat, akibat dari

susunanya gak benar, rapat rapat, gak jumpa.”

I4: “Kalau kita katakanla petugasnya perempuan, berapa lama la waktu orang itu menggeser isi gudang terasebut. Apalagi rak-rak besi tu. Bisa jadi sekitar 20 sampai 30 menit bahkan bisa jadi lebih. Yang jelasnya gedung penyimpanan arsip tu lah perlu di perbaharui.penataannya itu yang bermasalah akibat tidak memiliki gedung yang memadai. Udah itu arsip itu seharusnya khusus dan tersendiri jangan bercampur dengan perpustakaan

seperti ini.”

Selain itu, akibat dari rak dan gedung penyimpanan arsip yang tidak

memadai ini juga yang menyebabkan beberapa books arsip hanya diletakkkan

dilantai. Hal ini sesuai dengan pernyataan I4 sebagai berikut :

Pertanyaan: kemaren saya juga ada lihat di ruangan penyimpanan arsip yang di dekat gubahan itu ada banyak books arsip yang diletakkan dilantai, itu kenapa ya pak?

Jawaban Informan 4:

I4: “Karena gudang kami tidak mencukupi, jangankan rak, gudang pun tak

mencukupi. Sehingga kami pun menyewa gudang satu lagi yang didekat jalan arteri. Itupun raknya udah tak cukup lagi. Bertimpa-timpa penyusunannya...”

Dari keterangan diatas dapat diketahui permasalahan pada proses temu

(32)

sekitar 5-20 menit disebabkan oleh rak dan gedung penyimpanan arsip yang tidak

memadai yang mengakibatkan peyusunan arsip di rak yang tidak rapi dan tidak

sesuai prosedur penyusunan arsip, sehingga terkendala dalam proses temu

kembali arsip jika suatu waktu arsip itu dibutuhkan. Hal tersebut juga yang

menyebabkan beberapa box arsip yang hanya diletakkan dilantai. Hal ini belum

sesuai dengan informasi yang ada pada BAB II bahwa tujuan dari temu kembali

(33)

4.4 Rangkuman Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara mendalam (depth interview) dengan informan,

melalui proses analisa data yang menjaga keabsahan data serta melakukan

triangulasi, maka diperoleh beberapa kategori. Kategori tersebut sebagai berikut:

Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Wawancara

NO KATEGORI HASIL WAWANCARA

1 Akuisisi Kurangnya kesadaran pencipta arsip untuk menyerahkan arsipnya

kepada lembaga kearsipan daerah

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai ikut serta dalam mengumpulkan arsip dengan cara meminta langsung kepada penciptanya

2 Dekripsi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai telah

melakukan proses pendeskripsian yang ada dengan baik

3 Pemeliharaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai belum

memiliki ruangan khusus pemeliharaan

Pegawai bagian Kearsipan pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai sudah melakukaan kegiatan pemeliharaan dengan cukup baik. Meskipun hanya memanfaatkan peralatan dan bahan yang minim dan sederhana seperti; pemberian kapur barus, baygon/hit, kemoceng, tisu, pengharum ruangan, tetapi masih dinilai layak dan terpenuhi

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai juga telah melakukan kegiatan duplikasi sebagai usaha lain dalam kegiatan pemeliharaan

4 Perawatan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai belum

memiliki ruangan khusus perawatan arsip

Pegawai bagian kearsipan pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai telah melakukan proses perawatan dengan baik

5 Penggunaan

(Pelayanan)

Memakai sistem layanan pengguna tertutup yang dimaksudkan untuk menjaga arsip tersebut

6 Temu Kembali Untuk temu kembali arsip Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai menggunakan pertelean pengenalan dari buku yang telah disiapkan untuk temu kembali arsip

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengelolaan arsip statis pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota

Tanjung Balai yang dilakukan oleh pegawai kearsipan telah dilaksanakan

dengan baik. Hal ini terlihat pada dilakukannya kegiatan akusisi hingga temu

kembali arsip statis yang ada. Pada poin-poin dari daur hidup arsip, kegiatan

yang dilakukan juga hampir memenuhi persyaratan yang ada.

2. Pada kegiatan Akuisisi, kurangnya kepedulian masyarakat dan juga

lembaga-lembaga pencipta arsip untuk menyerahkan arsip mereka kepada lembaga-lembaga

kearsipan daerah secara sukarela untuk dikelola.

3. Pada kegiatan Pemeliharan dan Perawatan, masih menjadi masalah dimana

belum terdapatnya ruangan pemeliharaan dan perawatan, serta alat-alat dan

bahan yang digunakan dalam pengelolaan arsip yang belum memadai.

4. Pada kegiatan temu kembali, terdapat masalah dalam segi fasilitas dan

gedung yang menyebabkan terkendalanya proses temu kembali arsip yang

masih manual dan memakan waktu yang cukup lama.

5. Selain itu masalah SDM (Sumber Daya Manusia), dimana Dinas

Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai belum memiliki arsiparis

(35)

sebanyak 11 orang, hal ini belum dirasa cukup mengingat pentingnya peranan

arsiparis dalam pengelolaan arsip statis dan peningkatan wawasan dalam hal

kearsipan

5.2 Saran

1. Untuk masalah Akuisisi, Pegawai kearsipan diharapkan agar lebih tegas lagi

mengenai penerapan aturan serah simpan arsip dari pencipta arsip ke lembaga

kearsipan daerah, hal ini untuk menghindari hilangnya informasi arsip statis

yang ada.

2. Untuk masalah Pemeliharaan dan Perawatan, Dinas Perpustakaan dan

Kearsipan Kota Tanjung Balai diharapkan untuk melengkapi segala fasilitas

kearsipan, baik dari segi gedung, rak, ruangan khusus pemeliharaan dan

perawatan arsip, serta alat-alat dan bahan yang digunakan dalam pengelolaan

arsip.

3. Untuk masalah Temu kembali, Dinas Perpusatakaan dan Kearsipan Kota

Tanjung Balai sebaiknya juga menggunakan aplikasi yang bisa membantu

penyimpanan dan memudahkan dalam menemukan dokumen yang di

perlukan,

4. Untuk masalah SDM (Sumber Daya Manusia), Dinas Perpustakaan dan

Kearsipan Kota Tanjung Balai juga diharapkan untuk menambahkan

arsiparis pada tiap-tiap bagian pengelolaan arsip yang dibantu oleh pegawai

bagian kearsipan. Hal ini untuk mengantisipasi jumlah arsip statis yang akan

(36)

pencipta arsip agar arsip mereka tetap aman dan terjaga nilai informasi yang

ada pada arsip tersebut.

5. Peneliti selanjutnya, diharapkan adanya penelitian lanjutan yang membahas

evaluasi pengelolaan arsip statis pada lembaga kearsipan daerah karena masih

kurangnya penelitian secara mendalam dan berkelanjutan mengenai evaluasi

Gambar

Tabel 3.1 Data Informan
Tabel 4.1 Karakteristik Informan
Gambar 4.1 Arsip Yang Baru Dideskripsikan Sesuai Pencipta Arsip Dan
Gambar 4.3 Kartu Pembantu Daftar Arsip Pada Dinas  Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjung Balai
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya Sistem Informasi Kearsipan Statis pada Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, dapat menangani pengelolaan data Arsip. Statis sesuai dengan

Hasil penelitian menujukkan bahwa sistem pengelolaan arsip dinamis pada Kantor Asuransi Bumiputera Cabang Tanjung Balai masih dilakukan secara manual.. Arsip yang diciptakan

arsip yang ada di Kantor Asuransi Bumiputera Cabang Tanjung Balai sekitar 4500. dokumen

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan arsip dinamis dalam menunjang efisiensi kerja pegawai pada Kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

Dengan sistem penyimpanan dokumen/ arsip seperti ini, segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penyimpanan dokumen/ arsip pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten

Berdasarkan penelitian terkait beberapa permasalahan yang ada di pengelolaan arsip dinamis di dinas perpustakaan dan kearsipan daerah kabupaten sidoarjo terdapat

Berdasarkan observasi dan wawancara tentang prosedur pengelolaan arsip Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat, kemudian analisis masalah dan solusi

Meskipun demikian masih ada sarana dan prasaran yang perlu dilengkapi untuk kelancaran pengamanan dan penyelamatan arsip statis Kendala lain yang dihadapin Dinas Kearsipan dan