BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Profil Perkuliahan Pendidikan Sains
Pendidikan sains di FKIP UNS terdiri dari Prodi Pendidikan IPA, Pendidikan Biologi, Pendidikan Kimia, dan Pendidikan Fisika. Mahasiswa yang belajar pada prodi-prodi tersebut adalah mahasiswa calon guru. Perkuliahan pada umumnya dilaksanakan mulai dari Hari Senin hingga Jumat dengan jumlah sks tiap mata kuliah berkisar 2 sampai 4 sks. Responden berasal dari bidang ilmu murni dan pedagogik. Demografi responden pada penelitian ini ditampilkan pada Tabel 4.1 dan jejang pendidikan responden pada Tabel 4.2.
Tabel 4.1. Demografi Responden
Kode Responden
Jenis Kelamin
Usia Masa
Kerja
Prodi Mata Kuliah yang Diampu R1 Wanita 59 tahun 33 tahun Pend Kimia Kimia Dasar R2 Pria 50 tahun 24 tahun Pend Kimia Kimia Fisika R3 Wanita 49 tahun 13 tahun Pend Kimia Metopen R4 Wanita 35 tahun 12 tahun Pend Kimia Kurikul Kimia R5 Pria 55 tahun 20 tahun Pend Fisika Fisika Statistik R6 Wanita 31 tahun 2 tahun Pend Fisika Pengelolaan Lab R7 Pria 51 tahun 20 tahun Pend Fisika Fisika Dasar R8 Wanita 61 tahun 34 tahun Pend Fisika Evaluasi
Pendidikan R9 Pria 29 tahun 3 tahun Pend Fisika Telaah Kurikulum R10 Pria 28 tahun 2 tahun Pend Biologi Ekologi Hewan R11 Pria 46 tahun 13 tahun Pend Biologi English For
Education R12 Wanita 54 tahun 27 tahun Pend Biologi Morfologi Tumbuhan R13 Pria 38 tahun 10 tahun Pend Biologi Fisiologi Hewan R14 Wanita 39 tahun 12 tahun Pend Ipa Statistik
R15 Wanita 26 tahun 2 tahun Pend Ipa Statustik Dasar R16 Wanita 42 tahun 17 tahun Pend Ipa Metopen R17 Wanita 40 tahun 17 tahun Pend Ipa Transfer Energi
commit to user
Tabel 4.2 Jenjang Pendidikan Responden
Kode Responden
Jenis
Kelamin Prodi
Jenjang Pendidikan
S1 S2 S3
R1 Wanita Pend Kimia FKIE IKIP Semarang : Pend Kimia
MIPA UGM:
Kimia Analtik - R2 Pria Pend Kimia FKIP/PMIPA
UNS:
Pendidikan Kimia
FMIPA/Kimia ITB : Kimia Fisik
FMIPA/Kimia ITB : Kimia Fisik R3 Wanita Pend Kimia FKIP UNS
Surakarta : Pendidikan kimia
Pascasarjana UNY Yogyakarta : Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Pascasarjana UNY:
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
R4 Wanita Pend Kimia MIPA UNNES : Pendidikan Kimia
FMIPA UGM : Kimia
Anorganik
Chemistry and Pharmacy Universität Muenster, Jerman : Chemistry Didactics R5 Pria Pend Fisika FKIP
Universitas Sebelas Maret : Pendidikan Fisika
FMIPA Institut Teknologi Bandung : Ilmu Fisika
(Material Elektronik)
Colage of Arts and Sciences (CAS) Universiti Utara Malaysia : Educational Management R6 Wanita Pend Fisika FMIPA UGM :
Fisika
FMIPA UGM :
ILMU FISIKA -
R7 Pria Pend Fisika MIPA UGM : Fisika
MIPA UGM :
Ilmu Fisika -
R8 Wanita Pend Fisika IKIP
Yogyakarta : Pendidikan Fisika
Penelitian &
Evaluasi Pendidikan IKIP Jakarta,
Penelitian &
Evaluasi Pendidikan UNY R9 Pria Pend Fisika FKIP UNS :
Pendidikan Fisika
Pascasarjana UNS : Pendidikan Sains (Fisika FKIP UNS)
-
R10 Pria Pend Biologi FKIP UNS : Pendidikan Biologi
UGM : Biologi (Ekologi dan Konservasi) commit to user -
R11 Pria Pend Biologi Biologi UGM : Botani
Pertanian UGM
: Agribisnis -
R12 Wanita Pend Biologi FPMIPA UNY : Pendidikan Biologi
MIPA IPB : Taksonomi Tumbuhan
FMIPA IPB : Taksonomi Tumbuhan R13 Pria Pend Biologi FKIP UNS :
Penidikan Biologi
Pascasarjana
UNS : Biosains - R14 Wanita Pend Ipa MIPA UNS :
Matematika Statistika
MIPA UGM : Matematika Statistika
- R15 Wanita Pend Ipa FMIPA UNES:
Pendidikan Matematika
Pascasarjana UNES : Pendidikan Matematika
- R16 Wanita Pend Ipa Biologi
UNSOED : Biologi Lingkungan
Biologi UGM : Struktur Perkembangan Tumbuhan
- R17 Wanita Pend Ipa MIPA UNS :
Biologi
MIPA UGM : Biologi
MIPA UGM : Biologi Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa responden observasi kelas adalah 17 orang dosen yang merupakan perwakilan dari masing-masing prodi pendidikan sains di UNS. 17 dosen pada umumnya adalah wanita , dan berada pada rentang kategori rata-rata usia. 43 tahun dan ketujuh belas dosen rata-rata memiliki masa kerja 15 tahun. Data hasil observasi perkuliahan yang telah direkam dan dianalisis dari kegiatan pembelajaran di prodi pendidikan sains disajikan pada Tabel 4.3 dan pemetaan pada Tabel 4.4
Tabel 4.3 Hasil Persentase Observasi Kelas Kegiatan Pembelajaran
Kategori Kode
Deteksi per kegiatan
(%)
Ketercapaian (%) Instructional Practice
(praktik pembelajaran) Teacher-focused instruction (pembelajaran berpusat pada guru)
Mengajar (L) 5.353
Mengajar dan menulis (LW) 6.53 Mengajar dengan visuals
(LVIS)
24.82 Mengajar dengan fenomena
demonstrasicommit to user (LDEM) 0.59
Mengajar socrates.(SOC-L) 2.82
52,53 Mengatasi masalah (umumnya
menguraikan persamaan).(WP) 3.70 Bagian individu. (IND) 4.82
Ilustrasi.(IL) 2.35
Multimedia. (MM) 1.53
Mengumpulkan data. (A) - Tugas administratif.(AT) -
Student-focused instruction (pembelajaran berpusat pada siswa)
Diskusi.(SGW) 15.88
47,47
Kerja di meja.(DW) 5.59
Presentasi siswa(SP) 22.70 Menulis di papan tulis(SWB) 3.29
Rata-rata 50
Student Teacher Dialog
(dialog dosen dan mahasiswa) Teacher-led dialog (dialog dipimpin dosen)
Pertanyaan retoris
pengajar.(IRQ) 9.91
33,94 Tampilan pertanyaan
pengajar.(IDQ)
13.28 Pemahaman pertanyaan..(ICQ) 10.74 Student-led dialog
(dialog dipimpin mahasiswa)
Pertanyaan murid.(SQ) 7.7 Jawaban murid pada 42
pertanyaan guru.(SR) 14.3 Interaksi sejawat.(PI)
Papan tulis (CB)
20 9.65 Instructional
Technology (teknologi pembelajaran)
66,58 Proyektor overhead (OP) -
PowerPoint atau slide digital lain (PP),
46.6 Respon sistem clicker (CL) - Peralatan demonstrasi (D) -
Tablet digital (DT) -
Film, dokumentari, video klip, atau video Youtube (M),
2.41
Simulation (SI) 0.64
Website (WEB) 7.24
Cognitive Engagement
Membuat hubungan dengan kehidupan sendiri/
kasus spesifik (CNL)
25.56 commit to user
(keterlibatan kognitif)
Memecahkan Masalah (PS) 12.55 38.11
Menciptakan (CR) -
Pedagogical strategies (pedagogic)
Humor (HUM) 12.34
35.23 Memposting garis besar
(ORG)
5.09
Penekanan (EMP) 8.54
Anekdote atau Contoh (ANEX) 9.23 Tabel 4.4 Hasil Pemetaan Observasi Tiap Prodi
No Kode
Pembelajaran
Jenis Mata Kuliah
Kode TDOP
SFI SLD TFI TLD Pedagogik Kognitif Teknologi
1 P.K Pendidikan 45.5 42 54.5 35.5 31.7 47 61.9
2 K Sains 35 32 65 37.6 41.5 45.8 84.9
3 F Sains 62 60 38 33.8 40.7 39 61.7
4 P.F Pendidikan 49.3 39 50.7 33.7 42 41.7 71
5 P.B Pendidikan 50 45 50 25.2 35 30 56.5
6 B Sains 49.3 37 50.7 33.8 33.3 37.7 75
7 P.I Pendidikan 45 41 55 27 25 29 47
8 I Sains 43.7 40 56.3 44.9 32.7 34.7 74.7
Ket:
K (Kimia Murni) F (Fisika Murni) B (Biologi Murni) I (IPA Murni)
SFI (Instruksi berpusat pada mahasiswa)
SLD (Dialog dipimpin oleh mahasiswa)
TFI (Instruksi berpusat pada dosen) TFD (Dialog dipimpin dosen) P.K (Pendidikan Kimia) P.B (Pendidikan Biologi) P.F (Pendidikan Fisika) P.I (Pendidikan IPA)
commit to user
Berdasarkan hasil analisis observasi kelas, aktivitas yang sering muncul dalam praktek mengajar adalah instruksi berpusat pada guru (teacher focused instruction). Namun kegiatan ini tidak berbeda jauh dengan kegiatan yang berpusat pada siswa (47,7% dibandingkan dengan 52,53%). Pada proses perkuliahan yang diamati, ditemukan pola kegiatan sebagai berikut: Pola A yaitu pembelajaran yang dimulai dengan dosen menjelaskan materi yang akan dipelajari kemuadian membagi mahasiswa kedalam beberapa kelompok (3-5 mahasiswa) untuk melakukan diskusi, dan melakukan presentasi kelompok dari temuan hasil diskusi (dilakukan oleh perwakilan anggota atau semua anggota). Pola B yaitu pembelajaran yang dimulai dengan mahasiswa melakukan diskusi kelompok dengan junlah mahasiswa yang telah ditentukan, selanjutnya mahasiswa melakukan presentasi dari hasil diskusi kelompok serta diakhiri dengan dosen melakukan konfirmasi dari hasil kerja tiap-tiap prestasi dan memberikan kesimpulan secara bersama-sama pada materi yang telah dibahas. Pola C yaitu pembelajaran yang langsung diawali dengan kegiatan presentasi kelompok mahasiswa yang umumnya dilakukan tanya jawab pada akhir sesi presentasi dan diakhiri dengan konfirmasi dosen.
Pola yang paling banyak diamati saat observasi yaitu pola A dan pola C. Pada pola A dosen terlebih dahulu menyampaikan materi yang akan dibahas untuk didiskusikan oleh mahasiswa. Cara penyampaian yang dilakukan umumnya menggunakan media visual dan menulis di papan tulis, setelah itu baru dilaksanakan diskusi kelompok dengan pembahasan yang berbeda pada tiap kelompok dan bentuk hasil akhir dari diskusi berupa presentasi kelompok. Pada pola C kegiatan presentasi sudah dimulai dari awal kegiatan belajar, yang mana pencarian data materi pembahasan telah dilakukan sebelumnya, setelah presentasi tanya jawab dilakukan antara mahasiswa dan pemateri makalah. Dosen melakukan aktivitas bertanya di akhir sesi sebelum melakukan kegiatan konfirmasi yang dilakukan dengan seluruh mahasiswa.
Pada praktek mengajar, kegiatan dianggap teacher centered apabila dosen mengajar (L), mengajar sambil menulis (LW), mengajar dengan visual (LVIS), commit to user
mengajar dengan demonstrasi fenomena (LDEM), mengajar ala Socrates (SOC-L) atau mengajar dengan sistem tanya jawab berkepanjangan, mengumpulkan data (A), dan tugas administratif (AT). Dari ketujuh komponen ini yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah kegiatan mengajar dengan visual (LVIS) 24.82%; mengajar dan menulis (LW); dan Ceramah/Mengajar (L) 5.35%
Kegiatan yang dianggap student centered apabila pembelajaran berpusat pada mahasiswa berupa diskusi (SGW), kerja di meja (DW), presentasi mahasiswa (SP), dan menulis di papan tulis (SWB). Dari keempat kategori ini yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah presentasi mahasiswa (SP) 22.7 %;
diskusi (SGW) 15.88%; dan kerja di meja (DW) 5.59%.
Instructional practice bertolak belakang dengan student teacher dialog. Pada student teacher dialog, mahasiswa mendominasi dialog atau memimpin diskusi 42%. Berdasarkan pola komunikasi yang terjadi selama proses perkuliahan, yaitu antara didominasi oleh dosen atau didominasi oleh mahasiswa dilakukan pendeteksian dengan mengaktegorikan teacher-led apabila dosen menyampaikan pertanyaan retoris (IRQ) atau pertanyaan yang sebetulnya tidak perlu dijawab, karena jawaban pertanyaan sudah termuat dalam pertanyaanya; tampilan pertanyaan pengajar (IDQ) atau pertanyaan yang dilakukan untuk mencari informasi yang melibatkan mahasiswa dengan pemikiran mereka; pertanyaan pemahaman (ICQ) atau pertanyaan yang ditujukan mengecek tingkat pemahaman mahasiswa dengan cara bertanya yang berbeda dari dua bentuk sebelumnya, biasanya berupa “apakah ini masuk akal?” atau “apakah ini bisa seperti ini?” dll.
Di antara ketiga bentuk ini yang paling banyak teramati selama kegiatan belajar yaitu tampilan pertanyaan pengajar 13.28%.
Sebaliknya dialog dianggap didominasi atau dipimpin oleh mahasiswa (student led) apabila mahasiswa mengajukan pertanyaan kepada dosen (SQ), pertanyaan yang diajukan berupa materi yang belum dipahami; mahasiswa memberikan jawaban atas pertanyaan dosen (SR); dan dialog yang muncul dari interaksi antar mahasiswa (PI). Ketiga bentuk kategori ini didominasi oleh dialog antar mahasiswa atau sejawat berupa 20%.
commit to user
Penggunaan teknologi dalam perkuliahan menjadi kegiatan yang umumnya digunakan oleh dosen dan mahasiswa prodi pendidikan sains di UNS dan telah diidentifikasikan berupa papan tulis (CB), proyektor overhead (OP), powerpoint atau slide digital lain (PP), respon sistem clicker (CL), peralatan demonstrasi (D), tablet digital (DT), film-dokumentasi-video klip-atau video youtube (M), simulasi (SI), dan website (WEB). Teknologi yang paling banyak teramati pada kegiatan perkuliahan yang diobservasi adalah powerpoint atau slide digital lain (PP) 46.6%
dan papan tulis (CB) 9.65%.
Keterlibatan kognitif menjadi indikator yang diamati ketika melakukan pengamatan kelas. Pada keterlibatan kognitif terdapat tiga kategori yaitu membuat hubungan dengan kehidupan sendiri/kasus spesifik (CNL) atau dosen mengkaitkan contoh dengan berita; pengalaman umum mahasiswa; dan diberikan kasus tertentu; memecahkan masalah (PS) dalam aktifitas pembelajaran; dan menciptakan (CR). Dari ketiga kategori yang ada, membuat hubungan dengan kehidupan sendiri/kasus spesifik (CNL) 25.56% menjadi kegiatan yang dominan dilakukan responden dalam kegiatan mengajar.
Pada strategi pedagogik dilakukan pengukuran untuk mengetahui kategori yang muncul dalam kegiatan pembelajaran. Terdapat tiga kategori yaitu humor (HUM), memposting garis besar (ORG) atau membuat peta pikiran, penekanan (EMP) atau dosen menekankan secara jelas penting untuk diingat dan pentingnya materi tersebut untuk karir di masa depan, dan anekdote/contoh (ANEX) atau dosen memberikan contoh secara lisan baik melalui cerita atau gambar terkait materi yang diajarkan. Dari keempat kategori, humor (HUM) 12.34% merupakan kegiatan yang sering muncul saat belajar mengajar.
Pada hasil pemetaan observasi tiap prodi, keempat prodi yang telah diamati diuraikan menjadi klas pembelajaran sains (murni) dan klas pembelajaran pendidikan, sehingga terbentuk delapan golongan dari keempat prodi. Kondisi ini dimaksud untuk merinci data yang diperoleh di lapangan. Pada kode intruksi belajar berpusat pada dosen (TFI) didominasi dari kimia-sains 65%; instruksi berpusat pada mahaiswa (SFI) didominasi dari fisika-sains 62%; dialog dipimpin mahasiswa (SLD) umumnya tampak pada fisika-sains 60%; dialog yang dipimpin commit to user
dosen memperoleh persentase tinggi pada IPA-sains 44.9%; Pedagogik didominasi kimia-sains 41.5%; kognitif lebih menonjol pada kimia-pendidikan 47%; dan kode terakhir teknologi lebih terlihat kimia-sains 84.9%
2. Persepsi Dosen Tentang Konsep dan Praktek Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Cara mengajar antara satu dosen dengan yang lainnya memiliki perbedaan yang ditentukan dari kebutuhan dan materi mengajar. Pembelajaran aktif sebagai pendekatan yang berpusat pada mahasiswa menjadi strategi yang seharusnya diterapkan dosen di perkuliahan. Bagaimana persepsi dosen prodi-prodi pendidikan IPA di UNS tentang pembelajaran aktif ditemukan melalui wawancara terstruktur selama 30-45 menit. Cuplikan wawancara ditampilkan pada Tabel 4.5.
dan rekapan data koding wawancara dapat dilihat pada Tabel 4.6
Tabel 4.5. Rekapan cuplikan wawancara dosen tentang Active Learning
No Pertanyaan Responden Cuplikan Jawaban Kode
Kategori 1 Bagaimana Suatu
Pembelajaran Dapat Dikatakan Aktif?
R5 Pembelajaran aktif kalau menurut saya tidak hanya sekedar penyampaian materi melalui dari dosen saja ke mahasiswa, tapi disitu mahasiswanya sendiri yang mengkonstruk konsepnya
TWL
2 Seberapa pentingkah penggunaan teknologi pada materi yang disampaikan?
R6 Materi yang saya sampaikan banyak berkaitan dengan teknologi. Contohnya misalnya dengan mudah dia mencari contoh di lapangan itu.
Mencari contoh di media sosia;,
INET TECH
3 Apakah Memberikan Konsep Alternative
dalam Kegiatan
Pembelajaran?
R4 Ohh … terkadang SM
4 Bagaimana Caranya (pertanyaan lanjutan) ?
R4 Jadi konsep alternative itu saya sampaikan. Saya berharap itu menjadi apa ya pancingan, bahan debat untuk mereka tapi itu pelajaran saya terus terang hanya sedikit
LN STG
5 Mengapa dengan commit to user R2 Saya nyoba kaitkan anatara GL
mengaitkan materi pembelajaran pada pengalaman sehari-hari
dapat membantu
mahasiswa dalam proses belajar?
misalkan saya mengajarkan distribusi normal, itu kan dipake buat penelitian dan biasanya untuk hal tertentu yang bisa saya tahu pemanfaatanya ini untuk di dunia ini … untuk apa dst
6 Cara membangun
pemahaman konsep pada diri mahasiswa?
R1 Cara yang kita lakukan adalah dengan review dan jurnal
LS- REVJ 7 Cara dalam melatihkan
problem solving pada mahasiswa?
R2 Biasanya saya kasih studi kasus dulu, kasus kaya tu tadi di bio statistika, kemudian suruh mahasiswa untuk menduga dulu kalau bisa
CRT CAS
8 Soal seperti apakah yang diberikan kepada mahasiswa?
R6 Essay dan kasus gitu mbak.
Pilihan ganda bisa untuk melatihkan problem solving cuman lebih sulit
QST FOM
9 Apakah telah melakukan penilaian formatif?
R3 Iya YS
10 Bagaiaman bentuk penilaian formatif yang dilakukan (pertanyaan lanjutan diatas)?
R3 Bentuknya kuis ya QZ
11 Manfaat penilaian
formative yang
dilakukan (pertanyaan lanjutan diatas)?
R3 Ada, jelas ada. Sebenernya ya itu tadi, untuk mengukur apakah mahasiswa sudah mencapai kompetensi dasar yang sudah kita rencanakan di RPS dan silabus
LP
12 Apakah kegiatan umpan balik selama kegiatan pembelajaran dapat berlangsung?
R1 Selama pembelajaran tidak selalu saya lakukan, tidak selalu tiap pertemuan. Tetapi tetap dilakukan dalam satu mata kuliah pasti ada
SM
13. Jenis umpan balik seperti apa yang dilakukan (pertanyaan lanjutan di atas)?
R1 Adalah bisa berupa pertanyaan yang muncul dari siswa. Kalau tidak ada pertanyaan, kita bisa mengajukan pertanyaan. Dari situlah kita umpan balik mereka dari menjawab pertanyaan.”
CF
14. Bagaimana cara yang
dilakukan agar
mahasiswa dapat memahami materi yang telah disampaikan?
R3 dengan konsep energy gap ini, sekarang kita kenal dengan smartphone karena konsep yang abstrak tadi. Nah itu berangkat dari Breorenzone.
Energy gap mungkin ada semi onduktor, smart material, lebih
MPMK
commit to user
Tabel 4.6 Hasil wawancara Active Learning
No Indikator
Perta nyaa n ke-
Res pon den
Koding
1 Interaksi 1 R1
R2 R3 R4 R5 R6
TWL TWL TWL - TWL TWL
- - - SC - - 2 Keterlibatan
Teknologi
2 R1
R2 R3 R4 R5 R6
SP SP - - SP -
- -
INET TECH INET TECH -
INET TECH 3. Konsep
Alternatif
3 R1
R2 R3 R4 R5 R6
YS YS - - - YS
- - SM SM SM -
kesimpulannya fenomena alam yang kita hadapi apa.
15. Apakah
menginstruksikan untuk mengkaji kembali materi di luar jam pelajaran kepada mahasiswa?
R1 Kalau itu tentu iya, karena dengan tegas proyek yang kita berikan mereka tidak mungkin kalau gak belajar itu.
YS
16 Apakah secara
umumnya memanfaatkan penggunaan media yang telah tersedia di kampus?
R5 Iya YS
17 Bagaimana cara memanfaatkanya
(pertanyaan lanjutan diatas)?
R5 Kalau medianya … kalau di fisika, kimia sudah jelas ya mbak banyak praktikumnya.
Tapi kalau di materi saya palig LCDatau apa
BOC
18. Apakah penggunaan media pembelajaran
yang umumnya
bapak/ibu digunakan selama pembelajaran (pertanyaan lanjutan diatas)?
R5 Kita melakukan pengolahan data dengan SPSS
SWR
commit to user
4 R1 R2 R3 R4 R5 R6
LS-PM - LS-PM - - LS-PM
- LS-DIS - - - -
- - - LS-DB - -
- - - - LS-AD - 4 Mengkaji
Fenomena
5 R1
R2 R3 R4 R5 R6
GL GL GL - - -
- - - MTV MTV -
- - - - - ADV 5. Fokus pada
Konsep
6 R1
R2 R3 R4 R5 R6
LS-REVJ - LS-PM
LS-PR - - - LS-PS
LS-PK
LS-RV 6 Problem Solving 7 R1
R2 R3 R4 R5 R6
CRT CAS CRT CAS CRT CAS CRT CAS CRT CAS CRT CAS
8 R1
R2 R3 R4 R5 R6
QST FOM-ES QST FOM-ES QST FOM-ES QST FOM-ES QST FOM-ES QST FOM-ES 7 Penilaian
Formatif dan Umpan Balik
9 R1
R2 R3 R4 R5 R6
YS YS YS YS YS YS
10 R1
R2 R3 R4 R5 R6
QZ QZ QZ QZ QZ QZ
11 R1
R2 R3 R4 R5 R6
LP LP LP LP LP LP
12 R1
R2 SM -
- commit to user YS
R3 R4 R5 R6
- - - -
YS YS YS YS
13 R1
R2 R3 R4 R5 R6
CF CF CF CF CF CF 8 Kemampuan
Beradaptasi
14 R1
R2 R3 R4 R5 R6
MPMK - MPMK - - -
- - - TWL TWL -
- FBK - - - FBK
15 R1
R2 R3 R4 R5 R6
YS YS YS YS - YS
- - - - SM - 9 Multiple
representations
16 R1
R2 R3 R4 R5 R6
YS YS - YS YS YS
17 R1
R2 R3 R4 R5 R6
PP - - - - -
- BOC BOC - BOC BOC
- - -
IN TECH (SPADA) -
-
18 R1
R2 R3 R4 R5 R6
PP - PP - - -
- SWR - - SWR -
- - -
INT TECH -
INT TECH
Keterangan :
TWL (Pembelajaran dua arah) SP (Pendukung)
YS (Iya)
LS-RVJ (Strategi Pembelajaran- review dan jurnal)
GL (Tujuan)
CRT CAS (Membuat kasus) commit to user
QST FOM-ES (bentuk pertanyaan esai)
QZ (Kuis)
LP (Kemajuan Belajar) SM (kadang-kadang) CF (Congruent feedback) MPMK (Mengaplikasikan pengetahuan mata kuliah) PP (Powerpoint)
LS-DIS (Strategi pembelajaran- diskusi)
FBK (Umpan balik) BOC (Tergantung materi)
SWR (software)
INET TECH (teknologi dengan internet)
LS-PM (strategi pembelajaran- penguat materi)
LS-PR (strategi pembelajaran- praktek)
LS-PMB (strategi pembelajaran – pembelajaran bermakna)
SC (student center) MTV (motivasi)
LS-PS (strategi pembelajaran-tugas analisis masalah)
TWL (Pembelajaran dua arah) LS-AD (strategi pembelajaran- alternatif data)
LS-PK (strategi pembelajaran-prior knowledge)
ADV (manfaat)
LS-DB (Strategi pembelajaran- debat)
LS-RV (strategi pembelajaran- review)
Tabel 4.7 Jenjang Pendidikan Responden Kode
Responden
Jenis
Kelamin Prodi Jenjang Pendidikan
S1 S2 S3
R1 Wanita Pend
Kimia
FKIP UNS Surakarta : Pendidikan kimia
Pascasarjana UNY Yogyakarta : Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Pascasarjana UNY:
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
R2 Wanita Pend
Ipa
MIPA UNS : Matematika Statistika
MIPA UGM : Matematika Statistika
-
R3 Wanita Pend
Fisika
FMIPA UGM : Fisika
FMIPA UGM :
ILMU FISIKA -
R4 Wanita Pend
Kimia
MIPA UNNES : Pendidikan Kimia
FMIPA UGM : Kimia Anorganik
Chemistry and Pharmacy Universität Muenster, Jerman : Chemistry Didactics commit to user
R5 Wanita Pend Ipa
FMIPA UNES:
Pendidikan Matematika
Pascasarjana UNES : Pendidikan
Matematika -
R6 Pria Pend
Biologi
FKIP UNS : Pendidikan Biologi
UGM : Biologi (Ekologi dan Konservasi)
-
Berdasarkan data Tabel 4.6, hasil koding wawancara mengenai pengertian active learning (pertanyaan nomer satu), lima dari enam responden mendefinisikan active learning sebagai pembelajaran dua arah berupa keterlibatan mahasiswa secara aktif saat belajar, timbulnya komunikasi dua arah yang artinya siswa tidak hanya diam mendengarkan, tetapi melakukan aktivitas yang ada dalam pembelajaran itu baik dalam bentuk diskusi ataupun berkomunikasi dengan dosen.
Sedangkan satu dosen mendefinisikan active learning sebagai berpusat pada mahasiswa karena pembelajaran yang dilakukan di kelas adalah aktifitas milik mahasiswa.
Pada pengunaan teknologi dalam pembelajaran (pertanyaan nomer dua), tiga dari enam orang responden mengatakan teknologi sebagai pendukung dalam proses megajar, karena teknologi bukan satu-satunya dan utama, sedangkan tiga dosen lainnya mengatakan pembelajaran yang dilakukan saat ini umumnya menggunakan teknologi berbasis internet karena dilihat dari kebutuhan saat belajar.
Konsep alternative (pertanyaan nomer tiga) tidak selalu menjadi pilihan dalam belajar. Tiga dari enam responden menggunakan konsep alternative saat belajar mengajar, sedangkan tiga lainya tergolong kadang-kadang dalam penerapannya. Selanjutnya mengenai cara penerapan konsep alternative di kelas (pertanyaan nomer empat), tiga dari enam responden mengatakan cara yang dosen lakukan sebagai penguat materi dari konsep utama, sedangkan tiga dosen lainnya memiliki jawaban yang berbeda seperti dengan dilakukannya pancingan, bahan debat untuk meningkatkan pemahaman; memberikan beberapa referensi agar muncul diskusi antar mahasiswa; serta dengan memberikan beberapa alternatif data (pada statistika) dalam memberikan pemahaman analisis mahasiswa. Cara-
commit to user
cara di atas dimaksudkan agar mahasiswa dapat memperkaya pemahaman mahasiswa saat kegiatan belajar.
Tiap-tiap konsep yang dipelajari memiliki tingkat kesukaran yang beragam, sehingga dosen pada umumnya mengaitkan materi pembelajaran dengan keseharian agar membantu saat belajar (pertanyaan kelima). Jawaban dari tiga responden saat ditanya mengapa dosen mengaitkan materi dengan pengalaman sehari-hari, dosen mengatakan mereka memiliki tujuan dari materi yang sudah diajarkan, sedangkan dua dosen lainya mengatakan untuk menumbuhkan motivasi belajar mahasiswa karena dengen mengaitkan materi atas apa yang sudah diketahui mahasiswa dalam kesehariannya dapat menjadikan belajar itu hal yang bermakna. Sedangkan satu responden mengatakan dapat memberikan manfaat dalam kegiatan belajar mahasiswa.
Pemahaman konsep perlu dimiliki mahasiswa agar mampu memahami materi dan menganalisis materi-materi yang diajarkan dosen. Berdasarkan hasil wawancara ditemukan keenam dosen menggunakan cara yang berbeda-beda dalam membangun pemahaman konsep mahasiswa (pertanyaan keenam), diantaranya: dengan cara mencari jurnal sebagai literarture dan review; melakukan penguatan materi dari materi yang sederhana; melakukan demonstrasi atau alat peraga; memberikan tugas analisis masalah; dan melakukan prior knowledge yang berperan sebagai mengaitkan pemahaman awal mahasiswa.
Problem solving menjadi bagian yang sangat penting bagi mahasiswa dalam mengidentifikasi dan menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi sehingga untuk menjadi seorang problem solver khususnya mahasiswa harus selalu mengasah kemampuan ini dengan dibawah pengawasan dosen. Berdasarkan hasil wawancara dosen mengenai cara-cara yang digunakan untuk melatihkan problem solving (pertanyaan ketujuh) seluruh responden sepakat dengan memberikan kasus sebagai cara dalam melatihkan kemampuan problem solving, dan hasil wawancara dari pertanyaan bentuk soal apakah yang diberikan kepada mahasiswa (pertanyaan kedelapan), seluruh dosen mengungkapkan jawaban yang sama berupa bentuk soal esay.
commit to user
Pada hasil wawancara mengenai penggunaan penilaian formatif (pertanyaan kesembilan), semua dosen mengatakan telah menggunakan penilaian formatif saat kegiatan mengajar dan dari hasil jawaban pada pertanyaan (pertanyaan kesepuluh) bentuk penilaian formatif yang digunakan, seluruh responden sepakat mengatakan menggunakan kuis saat proses pembelajaran. Pada pertanyaan mengenai apakah manfaat penilaian formatif (pertanyaan kesebelas), seluruh responden mengatakan bahwa kemajuan belajar mahasiswa dapat terpantau sehingga dapat diketahui konsep-konsep yang sulit dipahami. Selanjutnya mengenai pertanyaan apakah kegiatan umpan balik selama pembelajaran dapat berlangsung (pertanyaan ketigabelas), satu dari dosen mengatakan kadang-kadang dan kelima dosen lainya mengatakan iya (dapat berlangsung), dan untuk jenis umpan balik yang dipakai (pertanyaan keempat belas) seluruh responden mengatakan menggunakan congruent feedback ketika kegiatan mengajar terjadi.
Kemampuan beradaptasi dilakukan untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa berdaptasi dengan pembelajaran. Pada pertanyaan mengenai cara yang dilakukan agar mahasiswa memahami materi (pertanyaan kelima belas), dua dari enam dosen menajawab dengan mengaplikasikan pengetahuan mata kuliah, sedangkan dua lainya dengan melakukan pembelajaran dua arah, dan dua dosen sisanya dengan melakukan umpan balik. Sebagai bentuk proses kemampuan beradaptasi dengan pembelajaran dibuat pertanyaan apakah dosen menginstruksikan kembali materi di luar jam pelajaran kepada mahasiswa, lima dosen melakukannya, sedangkan satu dosen tidak melakukannya.
Penggunaan media di kampus merupakan hal penting untuk dilakukan.
Seluruh dosen telah memanfaatkan media yang ada di kampus (jawaban dari pertanyaan keenam belas), kemudian bagaimana cara dosen memanfaatkannya (pertanyaan ketujuh belas) memiliki jawaban yang berbeda, empat dosen memanfaatkan ny tergantung (menyesuaikan) dengan materi yang diajarkan, sedangakan dua lainya memanfatkan dengan cara yang berbeda yaitu dengan memanfaatkan powerpoint daan fasilitas website SPADA (produk UNS), terakhir untuk pertanyaan tentang pengggunaan media pembelajaran yang umumnya digunakan dosen (pertanyaan kedelapan belas), dua dosen menjawab memakai commit to user
powerpoint, dua dosen lainya menjawab menggunakan software, dan dua terakhir memanfaatkan penggunaan teknologi internet untuk pembelajaran.
3. Persepsi Dosen Tentang Konsep dan Praktek Berpikir kritis (Critical Thinking)
Mahasiswa yang dididik di prodi pendidikan sains adalah calon guru dan sekaligus memiliki kompetensi sebagai peneliti di bidang pendidikan sains.
Penelitian memerlukan keterampilan dan kemampuan meneliti, dan beragumentasi ketika menyampaikan hasil penelitiannya. Selain itu, mahasiswa juga dihadapkan pada persoalan kemasyarakatan yang berkaitan dengan sains, sehingga mereka perlu memiliki kemampuan berpikir kritis. Dosen memiliki peran penting dalam membantu mahasiswa menguasai keterampilan berpikir kritis. Bagaimana persepsi dosen terkait pelatihan kemampuan berpikir kritis bagi mahasiswa ditampilkan melalui cuplikan wawancara (Tabel 4.8), sedangkan rekapan persepsi dosen tentang CT ditampilkan pada Tabel 4.9.
Tabel 4.8 Cuplikan wawancara Pelatihan berpikir kritis bagi mahasiswa
No Pertanyaan
Res pon den
Cuplikan Jawaban Kode
Kategori 1 Cara dalam melatihkan
kemampuan
mahasiswa untuk menarik kesimpulan berdasarkan fakta yang tersedia?
R3 Saya mengajarkannya dengan fenomena, kalau di fisika tidak selalu tentang rumus, tapi mereka menginterpretasikan dari persamaan itu.
LN STG
2 Seberapa pentingkah kemampuan membuat dugaan sementara yang perlu dimiliki oleh mahasiswa?
R1 Hmm … menurut saya penting siswa itu membuat dugaan sementara, karena akan membawa mereka pada arah yang lebih jelas dibandingkan mereka belum ada gambaran sama sekali. Jadi dugaan sementara berfungsi membawa mereka sampai pada jawaban itu mencari tahu jawaban yang sesungguhnya
CON
3. Apakah dalam kegiatan pembelajaran cenderung melatihkan kemampuan membuat kesimpulan
berdasarkan teori pada mahasiswa?
R6 Kalau saya sih variasi ya mbak, CB
4 Apakah manfaatnya R6 Yah commit to user ini mbak, melatih mahasiswa AS
bagi mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran (pertanyaan lanjutan diatas)?
mengobservasi bayak hal. Dia kan mengobservasi contoh-contoh dari banyak hal, terus memberi gambaran dulu berarti melatih siswa itu untuk berpikir maksudnya apa sih? Kemudian menghubungkan, mengaitkan, ketemu lah konsep
5 Cara yang dilakukan dalam membantu untuk menemukan bukti-bukti dalam suatu konsep?
R2 Yahh … saya suruh mahasiswa untuk mengumpulkan sendiri bukti itu Artinya menghitung langsung itu jadi nanti saya olah dengan bantuan visual garis bilangan atau apalah yang bisa membantu mereka dan membayangkannya, sehingga bisa langsung menyimpulkan oh esensi dari ukuran pusat itu seperti ini, oh .. ukuran dari variability itu seperti ini ada jarak gitu.
LN STG
6 Menemukan bukti- bukti secara mandiri oleh mahasiswa dirasa
lebih baik
dibandingkan dibantu oleh dosen (pertanyaan lanjutan diatas)?
R2 Kalau mandiri, saya akui mahasiswa itu belum bisa mandiri … Jadi yang bisa saya lakukan ya itu coba mengajarkan secara mandiri meskipun belum bias mandiri.
Akhirnya ya tetep kita yang clarify. Jadi kalau misalnya mereka di result nya udah bener tetep harus kita kuatin lagi dst
TWL
7 Cara yang dilakukan untuk mengetahui tingkat argument yang dilakukan mahasiswa?
R5 Oh kalau dari saya di perkuliahan ini banyaknya diskusi. Kalau dari pernyataan atau jawaban teman yang lain, saya minta mahasiswa untuk menanggapi. Kira-kira jawaban dari temanya itu sudah tepat atau belum? Kalau sudaha tepat itu kenapa, kalau masih salah itu seperti apa?
AI
8 Cara bertanya dilakukan untuk meningkatkan analisis argument pada mahasiswa
(pertanyaan lanjutan diatas)?
R5 Kira-kira dari materi yang sudah kita peroleh, jawaban dari teman ya itu sudah sesuai apa belum? Ya kalau misalnya belum, jawaban yang lebih tepat itu seperti apa? Mungkin dia jawabnya sudah benar, tapi masih ada apa ya kurang sempurna. Nah sempurnya gitunya seperti apa?
RSN
Tabel 4.9 Persepsi dosen tentang berpikir kritis No Indikator Pertanyaan
Ke- Responden Koding
1 Inference 1 R1
R2 R3 R4 R5 R6
CLU - - - - -
-
LN STG LN STG LN STG LN STG LN STG
2 Asumsi 2 R1
R2 R3
CON CON -
- - OK
- - commit to user -
R4 R5 R6
- - -
OK - -
- EV EV
3 Deduksi 3 R1
R2 R3 R4 R5 R6
DD DD DD - DD -
- - - IN - -
- - - - - CB
4 R1
R2 R3 R4 R5 R6
DI - - DI DI -
- RTA RTA - - -
- - - - - AS 4 Menginterpretasikan
Informasi
5 R1
R2 R3 R4 R5 R6
LN STG LN STG LN STG LN STG LN STG LN STG
6 R1
R2 R3 R4 R5 R6
TWL TWL TWL TWL TWL TWL
5 Analisis Argumen 7 R1
R2 R3 R4 R5 R6
CC - - - CC -
- AI AI AI - AI
8 R1
R2 R3 R4 R5 R6
RSN - RSN RSN RSN RSN
-
5WH QST -
- - - Keterangan :
CLU: petunjuk CON: kesimpulan DD: deduktif
DI: pembelajaran langsung LN STG: strategi pembelajaran TWL: pembelajaran dua arah EK: pengetahuan eksplisit
RSN: penalaran commit to user
CS : membuat kasus GA : aktifitas grup
RTA: menghargai kemampuan peserta didik AI: peningkatan artikulasi
5WH QST: pertanyaan 5WH OK: pengetahuan sendiri CC: perubahan konseptual
IN: induktif EV: bukti
RL : fenomena atau kehidupan nyata
Tabel 4.10 Jenjang Pendidikan Responden Kode
Responden
Jenis
Kelamin Prodi Jenjang Pendidikan
S1 S2 S3
R1 Wanita Pend
Kimia
FKIP UNS Surakarta : Pendidikan kimia
Pascasarjana UNY Yogyakarta : Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Pascasarjana UNY:
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
R2 Wanita Pend
Ipa
MIPA UNS : Matematika Statistika
MIPA UGM : Matematika Statistika
-
R3 Wanita Pend
Fisika
FMIPA UGM : Fisika
FMIPA UGM :
ILMU FISIKA -
R4 Wanita Pend
Kimia
MIPA UNNES : Pendidikan Kimia
FMIPA UGM : Kimia Anorganik
Chemistry and Pharmacy Universität Muenster, Jerman : Chemistry Didactics
R5 Wanita Pend
Ipa
FMIPA UNES:
Pendidikan Matematika
Pascasarjana UNES : Pendidikan
Matematika -
R6 Pria Pend
Biologi
FKIP UNS : Pendidikan Biologi
UGM : Biologi (Ekologi dan Konservasi)
-
Berdasarkan hasil analisis wawancara berpikir kritis didapat lima dosen menggunakan berbagai cara yang berbeda dalam melatihkan kemampuan mahasiswa untuk menarik kesimpulan, diantaranya dengan membuat kasus-kasus;
melakukan aktifitas grup; dan pembelajaran yang dikaitkan dengan fenomena.
Cara-cara ini merujuk dalam kegiatan pembelajaran yang melibatkan mahasiswa commit to user
dalam proses kegiatan belajar, sehingga menumbuhkan kegiatan belajar yang bermakna. Perlakuan yang beragam saat mengajar disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi belajar, sehingga memungkinkan cara mengajar yang berbeda pada tiap konsep yang diajarkan.
4. Strategi Active Learning Dosen untuk meningkatkan Berpikir Kritis Dosen memiliki pengalaman yang berbeda-beda saat melaksanakan tugas mengajar di kelas. Dosen prodi pendidikan sains dibebaskan dalam memilih cara penyampaian materi yang tepat agar mahasiswa aktif dan terampil mahasiswa, sehingga dosen secara flexible berkreasi dalam pembelajaran.Fokus pembelajaran yang berpusat pada dosen atau Teacher-centered biasanya menggunakan metode ceramah dalam kegiatan belajar, sedangkan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa atau learner-centered biasanya menggunakan metode yang melibatkan kerjasama dan keaktifan belajar, salah satunya active learning.
Pelaksanaan Active learning pada perkuliahan memiliki keterkaitan dengan berpikir kritis mahasiswa karena pada AL terdapat langkah-langkah pembelajaran yang mendukung proses pelatihan keterampilan berpikir kritis. Aspek-aspek AL yang dianalisis pada penelitian ini ada 9 komponen. Penerapan AL dalam perkuliahan juga sangat tergantung pada karakter, pengalaman mengajar, disiplin ilmu, dan konsep yang diajarkan. Hasil analisis angket active learning telah dirangkum pada Tabel 4.11 dan berpikir kritis pada Tabel 4.12.
Tabel 4.11 Hasil Angket Active Learning
Elemen Ketercapaian
(%)
Kategori
Active Learning
1. Interaksi
2. Keterlibatan Teknologi 3. Konsep Alternatif 4. Mengkaji Fenomena
72 66,8
72 75,3
Cukup Cukup Cukup Cukup
5. Fokus pada konsep 65,3 Cukup
6. Problem solving 71,1 Cukup
7. Penialain formative dan umpan balik
73 Cukup
commit to user
8. Kemampuan beradaptasi 73,8 Cukup
9. Multiple representations 71,4 Cukup
Rata – rata 71,22 Cukup
Tabel 4.12 Hasil Angket Berpikir Kritis
Indikator Ketercapaian (%)
Kategori
Critical Thinking
Inference 76,5 Baik
Asumsi 68,6 Cukup
Deduksi 67,8 Cukup
Menginterpretasikan
Informasi 67,1 Cukup
Analisis Argumen 72,1 Cukup
Rata-rata 70,42 Cukup
Pada persepsi tentang active learning rata-rata persentase indikator adalah di atas 70 % atau termasuk kategori cukup. Capaian tertinggi muncul pada aspek mengkaji fenomena (75%) yang artinya dalam kegiatan pembelajaran dosen menggunakan pengalaman sehari-hari mahasiswa sebagai cara untuk mengaitkan materi pembelajaran, sedangkan capaian terendah pada aspek fokus pada konsep (65%) yang artinya dosen dalam memberikan perkuliahan mementingkan atau fokus pada pemberian konsep. Rerata capaian adalah 71%
Terkait dengan persepsi dosen tentang pelatihan berpikir kritis memiliki persentase 70% atau termasuk dalam kategori cukup. Indikator inference merupakan indikator yang paling tinggi pencapaiannya (76.5%). Indikator inference bermakna upaya yang dilakukan dalam menarik kesimpulan dari hasil observasi yang dilakukan atau fakta yang telah tersedia. Sedangkan indikator menginterpretasikan informasi memiliki capaian terendah dari hasil angket (67.1%) artinya dalam meginterpretasikan informasi yang diperoleh kurang menghubungkan dengan bukti-bukti atau fakta-fakta yang tersedia.
B. Pembahasan
1. Profil Perkuliahan Pendidikan Sains
Tuntutan memenuhi standar kualifikasi lulusan perguruan tinggi dibutuhkan pemahaman materi dan keterampilan yang memadai agar lulusan mampu menjawab tantangan jaman dan persoalan riil di dunia kerja. Oleh karena itu, commit to user
pembelajaran di perguruan tinggi sebaiknya menerapkan learning of higher order sebagai bentuk menekankan pada pengetahuan, mengkonstruk ulang pengetahuan berdasarkan fakta dan menganalisis hubungan antara pengetahuan satu dengan dengan pengetahuan lain yang memiliki keterkaitan (Fry, Ketteridge, & Marshall, 2009)
Pendidikan sains termasuk dalam salah salah satu aspek pendidikan dengan penggunaan sains sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan pada umumnya, dan pendidikan sains pada khususnya. Pendidikan sains sebagai entitas pengetahuan yang mempunyai proses pembelajaran ilmiah menitikberatkan pada pemberian pengalaman langsung melalui penggunaan dan keterampilan sikap ilmiah. Dosen sebagai tenaga pendidik perguruan tinggi memiliki peran untuk menumbuhkan sikap ilmiah dan keterampilan yang diperlukan oleh mahasiswa guna mengembangkan potensi. Kehadiran dosen diharapkan mampu untuk menciptakan kegiatan belajar yang kondusif dan mentrransformasikan pengetahuan yang dimiliki.
Kegiatan pembelajaran yang berlangsung pada prodi-prodi pendidikan sains di FKIP UNS didominasi kegiatan belajar instruksi yang berfokus pada dosen, namun cukup berimbang dengan kegiatan yang berfokus pada mahasiswa. Selisih perolehan keduanya tidak terlampau jauh, yaitu terpaut 5,059. Ada tiga cara yang umumnya dilakukan pada instruksi berpusat pada dosen, seperti : mengajar dengan bantuan visual (LVIS), mengajar dan menulis (LW), dan meangajar/ceramah (L). Hasil analisis yang didapat memiliki beberapa kesamaan pada cara mengajar berdasarkan penelitian STEM Hora (2015), seperti didominasi mengajar dengan bantuan visual (LPV); mengajar dengan bantuan papan tulis (LHV); dan administrasi penilaian (A), sedangkan untuk instruksi berpusat pada mahasiswa didominasi dengan kode diskusi (SGW) dan kerja di meja (DW).
Kondisi yang sedikit berbeda terjadi pada hasil penelitian di pendidikan sains, dimana presentasi mahasiswa (SP) dan diskusi (SGW) yang mendominasi kegiatan pembelajaran berpusat pada mahasiswa.
Pengajaran yang berpusat pada dosen umumnya lebih diterapkan dibandingkan dengan pengajaran yang berpusat pada mahasiswa. Pada Gambar commit to user