• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 72 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 72 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

(2)

2

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA

KELAS V SDN 72 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

Wenny Hulukati, Murhima A. Kau, Ramlah ABSTRAK

“Meningkatkan Kemampuan Komunkasi Interpersonal Siswa Melalui Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi pada siswa Kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo”. Skripsi. Program Studi S1 Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. 2013, Pembimbing I Dr. Hj. Wenny Hulukati, M.Pd dan Pembimbing II Hj. Murhima A. Kau, S.Psi, M.Psi

Masalah dalam penelitian adalah: “Apakah bimbingan kelompok teknik diskusi dapat meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dan dokumentasi. Teknik analisa yang digunakan adalah analisa persentase. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan.

Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I siswa yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal sebanyak 17 orang (68%), yang kurang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal 8 orang (32%), selanjutnya pada siklus II diperoleh hasil siswa yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal siswa berjumlah 22 orang (88%), dan yang kurang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal 3 orang (12%) berada pada kategori cukup. Dengan demikian, hipotesis tindakan yang berbunyi:”Jika digunakan bimbingan kelompok teknik diskusi, maka kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo, akan meningkat, dapat diterima”.

Kata Kunci: Komunikasi Interpersonal, Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi

Dr. Hj. Wenny Hulukati, M.Pd, dosen pada jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo, Murhima A. Kau, S.Psi, M.Psi, dan Ramlah S.Pd guru wali kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo

(3)

3

Siswa merupakan bagian dari masyarakat dituntut dapat berkomunikasi dengan orang lain dilinkungan dimana siswa berinteraksi. Lingkungan yang dimaksud adalah sekolah. Karena sebagian waktu siswa, digunakan untuk berinteraksi di sekolah. Tugas siswa di sekolah yaitu belajar, dengan belajar siswa akan memperoleh perubahan yang positif dan dapat berkembang secara optimal serta siap melaksanakan peranannya dimasa yang akan datang.

Pada lingkungan sekolah khususnya, siswa dituntut mampu berkomunikasi yang dengan warga sekolah yakni guru, staf tata usaha dan teman sebaya maupun personil sekolah lainnya. Siswa yang memiliki kemampuan dalam komunikasi interpersonal yang baik akan mudah bersosialisasi dan lancar dalam memperoleh pemahaman dari guru dan sumber belajar disekolah. Belajar dan bersosialisai dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar merupakan proses tak henti-hentinya dalam kehidupan individu. Menurut Theodorson (dalam Rohim.2009:11)

“Komunikasi adalah proses pengalihan informasi dari satu orang atau sekelompok orang dengan menggunakan simbol-simbol tertentu pada satu orang atau kelompok lain. Proses komunikasi yang terjadi merupakan proses timbal balik karena sipengirim dan sipenerima saling mempengaruhi. Siswa sekolah dasar termasuk dalam masa pueral dan termasuk pada periode/masa sekolah. Pada masa ini anak bersifat agresif, egois, bahkan kearah desktruktif, misalnya suka mengeritik, mencemooh, sehingga komunikasi interpersonal dikelas tidak terbangun dengan baik”.

Memperhatikan uraian tersebut jelaslah siswa yang merasa sulit atau tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain lebih banyak berperilaku negatif dari pada siswa yang mampu dan mau berkomunikasi. Individu merasa senang jika berada diantara teman-temannya dan membicarakan hal-hal yang menarik, karena pertemuan seperti ini merupakan kesempatan untuk mengeluarkan isi hati dan memperoleh pandangan baru terhadap suatu masalah yang dihadapi.

Kurangnya kemampuan komunikasi interpersonal siswa sebagaimana diuraikan diatas tersebut ditemukan pula pada siswa kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo. Berdasarkan pengamatan selama ini, dari 25 orang siswa kelas V pada sekolah tersebut terdapat 8 orang siswa atau 32% yang kurang berkomunikasi interpersonal yang baik, hal ini tampak dari berbagai gejala, seperti dalam proses pembelajaran siswa merasa malu untuk menyampaikan pendapat, siswa tidak berani mengajukan pertanyaan, siswa tidak aktif berbicara dalam proses pembelajaran.

Menurut Theodorson (dalam Rohim, 2009:11) “komunikasi adalah proses pengalihan informasi dari satu orang atau sekelompok orang dengan menggunakan simbol–simbol tertentu kepada satu orang atau kelompok lain. Proses pengalihan informasi tersebut selalu mengandung pengaruh tertentu. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik”.

Menurut Agus M. Hardjana (dalam Suranto 2011:3) mengatakan, bahwa

“komunikasi interpersonal adalah interksi tatap muka antardua atau beberapa orang, di mana pengirim dapat menyampaikan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula”.

Menurut Deddy Mulyana (dalam Rohim 2009:18) komunikasi interpersonal adalah “Komunikasi antara orang–orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal”.

Komunikasi interpersonal dianggap efektif, jika orang lain memahami pesan dengan benar, dan memberikan respon sesuai dengan yang diinginkan. Menurut

(4)

4

Suranto (2011 : 79) komunikasi interpersonal yang efektif berfungsi untuk: a) Membentuk dan menjaga hubungan baik antarindividu; b) Menyampaikan pengetahuan/informasi; c) Mengubah sikap dan perilaku; d) Pemecahan masalah hubungan antarmanusia; e) Citra diri lebih baik; f) Jalan menuju sukses.

Menurut Suranto, (2011:93) meningkatkan kualitas hubungan interpersonal, maka diperlukan kecakapan komunikasi interpersonal yang baik, sebagai berikut: 1) Komunikasi interpersonal bersifat positif; 2) Ketrampilan Berbicara; 3) Kecakapan Bertanya; 4) Ketrampilan Menjaga Sopan Santun; 5) Cepat, Tanggap, dan Bertanggungjawab; 6) Kecakapan Menyampaikan Informasi; 7) Kecakapan Mendengarkan.

Berbagai macam cara untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa yakni: program home rome, karya wisata, diskusi kelompok, kegiatan kelompok, organisasi siswa, sosiodrama, psikodrama, pengajaran remedial.

Maka salah satu cara yang dilakukan melalui bimbingan kelompok teknik diskusi.

Bimbingan kelompok merupakan suatu memberikan bantuan kepada individu melalui kegiatan kelompok.

Berdasarkan pada hal-hal yang telah dikemukakan, peneliti merumuskan judul sebagai berikut: “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Melalui Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi pada Siswa Kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo”.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Siswa mengalami kesulitan dalam menyampaikan informasi b. Siswa mengalami kesulitan dalam mengajukan pertanyaan c. Siswa kurang aktif berbicara dalam proses pembelajaran.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah kemampuan komunikasi interpersonal dapat ditingkatkan melalui Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi pada siswa kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo?. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo dengan bimbingan kelompok melalui teknik diskusi.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah, memberikan konstribusi yang berarti bagi sekolah tempat penelitian dalam upaya meningkatkan mutu proses belajar mengajar.

2. Bagi Guru, diharapkan lebih memahami bagaimana menerapkan teknik bimbingan kelompok dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal.

3. Bagi Siswa, menjadi sarana latihan bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal.

4. Bagi Peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan sebagai guru sehingga memiliki pengalaman meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal.

Menurut Theodorson (dalam Rohim, 2009:11) “komunikasi adalah proses pengalihan informasi dari satu orang atau sekelompok orang dengan menggunakan simbol–simbol tertentu kepada satu orang atau kelompok lain. Proses pengalihan informasi tersebut selalu mengandung pengaruh tertentu. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik”.

Selain itu Agus M. Hardjana (dalam Suranto 2011:3) mengatakan, bahwa

“komunikasi interpersonal adalah interksi tatap muka antardua atau beberapa orang,

(5)

5

di mana pengirim dapat menyampaikan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula”.

Deddy Mulyana (dalam Rohim 2009:18) komunikasi interpersonal adalah

“Komunikasi antara orang–orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal”.

Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono (dalam Suranto 2011:4) memaparkan, komunikasi interpersonal adalah “komunikasi yang berbentuk tatap muka, interaksi orang ke orang, verbal dan non verbal, serta saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antarindividu di dalam kelompok kecil”.

Selanjutnya Arni Muhammad (dalam Suranto 2011:4) mendefinisikan komunikasi interpersonal adalah “proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat lansgsung diketahui balikannya (komunikasi langsung)”.

Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah suatu proses pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain atau beberapa orang, baik verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh orang lain dan merupakan interaksi antara pribadi–pribadi yang terlibat secara utuh dan langsung satu sama lain dalam menyampaikan dan menerima pesan secara nyata.

Menurut Suranto, (2011:93) meningkatkan kualitas hubungan interpersonal, maka diperlukan kecakapan komunikasi interpersonal yang baik, sebagai berikut:

1) Komunikasi Interpersonal Positif dan Negatif

Komunikasi interpersonal bersifat positif, apabila mengarah kepada suatu kerjasama (cooperation). Bersifat negatif apabila mengarah kepada suatu pertentangan. Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu kesepakatan menempuh langkah tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Biasanya kerjasama dapat terbentuk, ketika orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan- kepentingan yang sama, sehingga merasa saling memperoleh keuntungan apabila saling berbagi dan saling menolong.

2) Ketrampilan Berbicara

Komunikasi interpersonal sering dilakukan dengan teknik berbicara atau bercakap-cakap secara langsung. Dengan demikian pembicaraan yang terjadi merupakan proses tukar-menukar informasi dimuka orang lain.

3) Kecakapan Bertanya

Untuk lebih meningkatkan keberhasilan dalam usaha menjalin komunikasi interpersonal, perlu diperhatikan pada beberapa teknik yang efektif. Dengan pertanyaan terarah, maka kita akan dapat mengembangkan komunikasi interpersonal dua arah, dan pada gilirannya kita akan memperoleh banyak informasi penting.

4) Ketrampilan Menjaga Sopan Santun

Penampilan yang sopan dan ramah akan membuat kita lebih aman dalam memulai berkomunikasi ketimbang penuh emosi dan rasa curiga. Partner komunikasi akan lebih senang mendengarkan argumentasi yang disampaikan dengan sopan. Oleh karena itu kita perlu membiasakan diri bersikap sopan dan ramah, agar orang lain juga bersikap ramah kepada kita. Dengan selalu menjaga sopan santun, selanjutnya terjadi sikap saling menghargai.

5) Cepat, Tanggap, dan Bertanggungjawab

Ketrampilan komunikasi interpersonal berikutnya ialah kecepatan dalam merespon stimuli dari orang lain. Tanggap artinya peka atau sensitif terhadap situasi

(6)

6

dan kondisi, serta berperilaku secara kondusif sesuai dengan situasi tersebut.

Tanggung jawab, artinya bahwa kita sebagai pelaku komunikasi interpersonal harus bertanggung jawab terhadap dampak atau akibat dari aktivitas pelaksanaan komunikasi, serta hasil proses komunikasi interpersonal tersebut dapat memberikan manfaat dan berguna baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

6) Kecakapan Menyampaikan Informasi

Pada kesempatan tertentu kita mengemban tugas untuk menyampaikan informasi penting kepada sasaran yang dituju. Agar informasi dapat diterima dengan baik oleh sasaran, perlu kecakapan yang harus diperhatikan, misalnya:

- Tidak perlu tergesa-gesa dan terlalu berambisi menyampaikan informasi sekaligus, pemberian informasi dapat dilakukan secara bertahap.

- Ulangi informasi yang penting, sembari diikuti intonasi suara dan bahasa nonverbal yang mendukung.

- Gunakanlah empati, yaitu dapat merasakan apa yang dirasakan oleh komunikan.

- Berilah kesempatan kepaa komunikan untuk bertanya, dan memberikan pendapat.

7) Kecakapan Mendengarkan

Kecakapan mendengarkan, merupakan kecakapan penting dalam komunikasi interpersonal. Hal ini disebabkan dengan mendengarkan, kita dapat mengolah secara komprehensif semua stimuli dan pesan yang kita terima, sampai kita dapat memahami dan mengingat dengan cermat, dan pada gilirannya akan menjadi bekal penting untuk melakukan proses komunikasi interpersonal yang efektif.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi interpersonal siswa sangat dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal seseorang. Faktor internal dari diri individu berkaitan erat dengan faktor eksternal.

Hal ini disebabkan siswa dalam proses perkembangannya, tidak lepas dari kedua faktor tersebut. Kemampuan komunikasi interpersonal merupakan hal yang perlu dimiliki oleh siswa, agar dapat menjalin komunikasi antar sesama.

Bimbingan kelompok teknik diskusi dalam meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Thohirin (2007:170) bahwa “bimbingan kelompok merupakan suatu memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok.

Menurut Hartinah (2009:12) bahwa “bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk usaha pemberian bantuan kepada orang–orang yang mengalami masalah.

Suasana kelompok yaitu antarhubungan dari semua orang yang terlibat dalam kelompok, dapat menjadi wahana dimana masing–masing anggota kelompok tersebut secara perseorangan dapat memanfaatkan semua informasi, tanggapan kepentingan dirinya yang bersangkutan dengan masalahnya tersebut”.

Dari beberapa pendapat, dapat disimpulkan layanan bimbingan kelompok merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada individu melalui kelompok dengan menggunakan dinamika kelompok untuk mendapatkan informasi yang berguna agar mampu menyusun rencana dan keputusan yang tepat serta dapat memahami dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya dalam menunjang terbentuknya perilaku yang efektif serta adanya perubahan sikap dalam hidupnya dan mengembangkan dirinya secara optimal.

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Jika digunakan bimbingan kelompok teknik diskusi, maka kemampuan komunikasi interpersonal siswa di SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo, akan meningkat”.

(7)

7

Indikator kinerja dalam penelitian dirumuskan meningkatnya jumlah siswa yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal dari 17 siswa atau 68%

menjadi 22 orang siswa atau 88% dari 25 siswa yang berada di kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo.

Metode Penelitian

Pelaksanaan PTK ini dilakukan di kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo. Penelitian ini dilakukan pada anak yang berjumlah 25 orang, yang terdiri dari 10 orang perempuan dan 15 orang laki–laki. Waktu pelaksanaan penelitian direncanakan selama 2 (dua) bulan, yakni bulan November dan Desember. Variabel dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari:

a. Variabel Input (Masukan)

Variabel input dalam penelitan ini adalah siswa, guru, dan sumber belajar yang digunakan, lingkungan pembelajaran serta alat–alat pendukung lain.

b. Variabel Proses

Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa, digunakan langkah-langkah pelaksanaan bimbingan kelompok yang didasarkan pada pendapat Hartinah (2009: 132) yang meliputi:

1. Tahap I Pembentukan

- Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling

- Menjelaskan (a) cara-cara, dan (b) asas-asas kegiatan kelompok - Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri

- Teknik khusus

- Permainan penghangatan atau pengakraban 2. Tahap II Peralihan

- Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya

- Manawarkan atau mengamati apakah para menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga)

- Membahas suasana yang terjadi

- Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota jika perlu, kembali ke beberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukan)

3. Tahap III Kegiatan

- Pemimpin kelompok mengemukakan masalah atau topik

- Tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah/topik yang dikemukakan pemimpin kelompok

- Anggota membahas masalah/topik secara mendalam dan tuntas - Kegiatan selingan

4. Tahap IV Pengakhiran

- Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri

- Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan

- Membahas kegiatan lanjutan - Mengemukakan pesan dan harapan c. Variabel Output (Hasil)

Variabel output dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal yang berdasar pada pendapat Suranto (2011: 94-104), yakni:

(8)

8 a. Kecakapan menyampaikan informasi b. Kecakapan bertanya

c. Ketrampilan berbicara

Tahap persiapan merupakan tahap awal sebelum pelaksanaan penelitian.

Adapun kegiatan yang dilakukan selama tahap persiapan ini meliputi:

a. Menyusun Satuan Layanan bimbingan kelompok.

b. Menyiapkan media atau alat yang akan digunakan pada layanan bimbingan kelompok.

c. Menyiapkan skenario tentang pelaksanaan bimbingan kelompok.

d. Melatih/mempersiapkan siswa dalam pelaksanaan bimbingan kelompok.

e. Mempersiapkan lembar observasi yang akan digunakan untuk memperoleh data dalam upaya meningkatkan komunikasi interpersonal siswa.

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan, dengan tema pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Langkah-langkah pembelajaran pada setiap siklus, mengikuti langkah-langkah pelaksanaan bimbingan kelompok teknik diskusi. Pada kegiatan ini dilakukan proses pemantauan oleh guru mitra selaku observer terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Selanjutnya bersama guru mitra mengevaluasi hasil pemantauan yang dilakukan. Hasil analisis data pada setiap akhir siklus menjadi bahan refleksi diri. Jika masih terdapat kelemahan dalam proses pembelajaran yang berlangsung dari pelaksanaan siklus I ke siklus berikutnya, diadakan perbaikan- perbaikan atau penyempurnaan tindakan. Siklus ini terus berlanjut hingga penelitian mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dengan mengacu pada variabel output. Teknik dokumentasi sebagai pelengkap. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa persentase.

Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Sebelum melaksanakan siklus, peneliti melakukan observasi awal dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi awal siswa yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal dengan kategori Mampu berjumlah 17 orang atau 68%, yang termasuk pada kategori Tidak Mampu 8 orang atau 32% (berdasarkan aspek yang dinilai atau berdasarkan indikator). Siklus I pertemuan I kemampuan komunikasi interpersonal siswa dengan kategori Mampu berjumlah 17 orang siswa atau 68% dan yang termasuk pada kategori Tidak Mampu berjumlah 8 orang atau 32%. Siklus I pertemuan 2 skor kemampuan komunikasi interpersonal siswa dengan kategori Mampu berjumlah 17 orang atau 68%, kategori Kurang Mampu 2 orang atau 8%, serta yang termasuk kategori Tidak Mampu berjumlah 6 orang atau 24%.

Pelaksanaan siklus II pertemuan 1 skor kemampuan komunikasi interpersonal siswa dengan kategori Mampu berjumlah 17 orang siswa atau 68%, dan yang termasuk pada ketegori Kurang Mampu 7 orang siswa atau 28% dan yang masih termasuk pada kategori Tidak Mampu 1 orang atau 4%. Siklus II pertemuan 2 skor kemampuan komunikasi interpersonal siswa pada kategori Mampu 22 orang siswa atau 88%% dan yang masih termasuk pada kategori Kurang Mampu 3 orang siswa atau 12%. Dari tabel tersebut diperoleh hasil rata-rata siswa yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal berjumlah 22 orang siswa atau 88%, siswa yang belum memiliki kemampuan komunikasi interpersonal ada 3 oarng siswa atau

(9)

9

12%. Peningkatan ini terjadi karena adanya kerjasama, komunikasi keterbukaan, saling percaya dari siswa itu sendiri pada proses pelaksanaan bimbingan kelompok teknik diskusi. Sehingga dengan demikian, permasalahan yang dihadapi selama ini, khususnya pada kemampuan komunikasi interpersonal dapat dicarikan solusinya.

Pembahasan

Dapat dilihat pada observasi awal siswa yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal berjumlah 17 orang siswa (68%), dari siklus I pertemuan 1 diperoleh rata-rata kemampuan komunikasi interpersonal siswa belum mengalami peningkatan. Setelah dilanjutkan pada pelaksanaan tindakan siklus II telah meningkat menjadi 22 orang siswa atau 88% yang termasuk kategori mampu, 3 orang siswa atau 12% yang termasuk kategori kurang mampu.

Dengan demikian penelitian melalui bimbingan kelompok teknik diskusi untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo dinyatakan telah berhasil. Peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas V sangat berarti bagi peneliti selaku pendidik serta para pendidik lainya karena hal ini menjadi masalah yang menggangu proses pembelajaran dan kehidupan sosial siswa di sekolah maupun dalam kehidupan masyarakat.

Komunikasi interpersonal siswa, dapat diamati pada aktivitas belajar. Siswa dapat mengekespresikan dirinya dalam proses pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan oleh Suranto, (2011:93) meningkatkan kualitas hubungan interpersonal, maka diperlukan kecakapan komunikasi interpersonal yang baik.

Bimbingan kelompok teknik diskusi merupakan wadah yang difasilitasi guru, dengan tujuan agar siswa melalui tahapan-tahapan bimbingan kelompok dapat berinteraksi dengan temannya, terutama dalam membentuk komunikasi interpersonal. Karena hasil sudah mencapai pada indikator kinerja yang telah ditetapkan yakni dari 17 orang siswa (68%) yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal menjadi 22 orang siswa (88%). Dengan demikian hipotesis tindakan yang berbunyi: “Jika pembelajaran melakukan bimbingan kelompok teknik diskusi pada siswa kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo maka kemampuan komunikasi interpersonal siswa dapat meningkat”. Dapat diterima.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo seperti pada observasi awal 68%

setelah dilakukan siklus I belum meningkat dan pada siklus ke II meningkat menjadi 88%, maka dapat disimpulkan bahwa melalui bimbingan kelompok teknik diskusi dapat meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Dengan demikian hipotesis tindakan yang berbunyi: “jika menggunakan bimbingan kelompok teknik diskusi, maka kemampuan komunikasi interpersonal pada siswa kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo akan meningkat”, dapat diterima.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka perlu dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

a. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa hendaknya dalam pembelajaran dilakukan melalui bimbingan kelompok teknik diskusi.

b. Diharapkan kepada peneliti yang melaksanakan penelitian tindakan kelas hendaknya merencanakan langkah-langkah dengan baik khususnya dalam

(10)

10

pelaksanaan bimbingan kelompok teknik diskusi untuk meningkatkan komunikasi interpersonal siswa.

c. Hendaknya pada guru dapat mengadakan pengujian lebih lanjut tentang keefektifan bimbingan kelompok teknik diskusi untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta

Budyatna, Muhammad,dkk. (2012). Teori Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Damayanti, Nidya. (2012). Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseling.

Yogyakarta: Araska

Enjang. (2009). Komunikasi Konseling. Bandung. PT. Nuansa.

Hartinah, Sitti. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung. PT. Refika Aditama.

Muslich, Mansur. (2010). Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung. PT.

Refika Aditama.

Rakhmat, J. (2012). Psikologi Komunikasi. Bandung. Remaja Rosda Karya.

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di sekolah (metode, teknik Dan aplikasi). Bandung : Rizqi Press

Roestiyah, N.K. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Rohim, Syaiful. Teori Komunikasi. PT.Rineka Cipta. (2009). Jakarta.

Sumadayo, Samsu. (2013). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta. PT. Graha Ilmu.

Tohirin. (2007). Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah (berbasis integrasi). Jakarta : Raja Gravindo Persada

Referensi

Dokumen terkait

Apabila sistem pengapian tidak bekerja dengan baik dan tepat, maka kelancaran proses pembakaran campuran bahan bakar dan udara di dalam ruang bakar akan

Sedangkan faktor yang mempengaruhi kecakapan seorang individu yaitu: (1) faktor kelahiran (herediter); (2) pengalaman.. Sesuai dengan pendapat Makmun, bahwa salah satu

Usaha dan upaya untuk senantiasa melakukan yang terbaik atas setiap kerja menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian yang terwujud dalam bentuk penulisan skripsi

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/wali- kota sesuai dengan kewenang-annya wajib melakukan pengawasan ter- hadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas keten- tuan

Purna Anggit Cahyanto. KONTRIBUSI KEMAMPUAN ANALISIS DAN KEMAMPUAN MATEMATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI MIPA SEMESTER 2

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara status gizi pada remaja gemuk dan obesitas dengan asupan

[r]

Bentuk dan sifat suatu Negara dalam kebudayaan Yunani Purba masih bersifat “ polis-polis” atau “The Greek State” ,yaitu pada mula pertamanya merupakan suatu tempat atau