• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab III tesis ini bertujuan menjelaskan metode dan prosedur atau tahapan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab III tesis ini bertujuan menjelaskan metode dan prosedur atau tahapan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab III tesis ini bertujuan menjelaskan metode dan prosedur atau tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu mulai persiapan hingga akhir penelitian serta instrumen yang digunakan dalam penelitian. Untuk memudahkan dalam memahami metodologi penelitian ini, akan dijelaskan masing-masing sub bab sebagai berikut:

A. Metodologi Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model desain kurikulum yang sesuai dengan mata pelajaran muatan lokal, di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama kelas VIII. Sehubungan dengan hal tersebut, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitan dan pengembangan (Research and Developments) dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang berusaha menggambarkan, memahami dan menafsirkan suatu makna peristiwa interaksi perilaku manusia dalam situasi tertentu. Menurut Borg dan Gall (1983:775) yaitu sepuluh (10) langkah-langkah penelitian dan pengembangan. Secara garis besarnya ke sepuluh langkah terdiri dari studi pendahuluan, pengembangan model/produk dan validasi model/produk.

Produk yang dikembangkan melalui Research and Developments ini meliputi desain pengembangan kurikulum. Melalui metode ini diharapkan dapat

(2)

mengembangkan desain kurikulum yang mengembangkan life skills pada peserta didik di SLTP.

Secara rinci langkah-langkah yang ditempuh dalam Research and Developments menurut Borg dan Gall adalah sebagai berikut :

1. Research and information collecting (penelitian dan pengumpulan informasi) termasuk didalam review, literatur, observasi kelas dan persiapan laporan.

Pengumpulan informasi mengenai data lapangan berdasarkan studi awal dan studi literatur yang menunjang desain kurikulum untuk mengembangkan life skills peserta didik.

2. Planning (Perecanaan) termasuk didalamnya menjelaskan life skills yang nantinya di peroleh oleh peserta didik, menentukan urutan pembelajaran dan uji kelayakan dalam skala kecil yaitu uji coba terbatas pengembangan desain kurikulum muatan lokal yang mengembangkan life skills

3. Develop preliminary of product (Mengembangkan bentuk model awal) termasuk didalamnya menyiapkan materi belajar, buku-buku yang digunakan dan media. Mengembangkan model awal yang dimaksud adalah menyusun desain kurikulum muatan lokal

4. Preliminary field testing (Uji coba model awal) yang melibatkan sekolah dan subyek dalam jumlah terbatas. Dalam hal ini dilakukan analisa data berdasarkan hasil wawancara, angket dan observasi.

(3)

5. Main product revision (Revisi produk) yaitu perbaikan terhadap model awal yang dilakukan terhadap uji coba model pendahuluan dalam hal ini mengenai implementasi desain kurikulum

6. Main field testing (Uji coba utama) yang dikenal dengan uji coba model lebih luas dengan melibatkan sekolah dan subyek dalam jumlah yang lebih banyak.

Data kuantitaif diperoleh setelah guru melaksanakan desain kurikulum dan hasilnya sesuai dengan tujuan uji coba luas yang akan dilakukan di tiga kecamatan di kabupaten Banjarnegara.

7. Operational product revision (revisi produk) yang dilakukan berdasarkan hasil uji coba utama atau perbaikan hasil uji coba model lebih luas yang dilakukan peneliti berkolaborasi dengan guru untuk menghasilkan bentuk model yang ideal.

8. Operational filed testing (Uji coba operasional) yakni uji coba model yang melibatkan lebih banyak lagi sekolah dan subyek. Pada langkah ini dikumpulkan data dari angket, observasi dan hasil wawancara untuk kemudian dianalisis.

9. Final Product revision (Revisi produk terakhir) berdasarkan hasil uji coba model operasional dan ujicoba model lebih luas

10. Dissemination and distribution (diseminasi dan distribusi) yaitu penyebaran dan distribusi, pada langkah ini dilakukan monitoring sebagai kontrol terhadap kualitas model

(4)

Dari kesepuluh langkah yang dikembangkan oleh Borg dan Gall diatas, hanya tujuh langkah yang diadaptasikan dalam penelitian ini yaitu dari langkah pertama sampai langkah ketujuh. Hal ini dilakukan dengan segala keterbatasan, baik dari segi waktu maupun biaya dan sesuai dengan keperluan penelitian ini.

Namun demikian upaya untuk memvalidasi dokumen hasil penelitian tetap dilakukan agar tidak mengurangi esensi penggunaan model tersebut. Langkah- langkah yang diambil dalam penelitian ini terbagai dalam 3 tahap yaitu: (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan model, (3) ujicoba dan perbaikan.

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penyusunan model desain kurikulum muatan lokal yang akan dikembangkan.

Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan pengembangan desain kurikulum b. Mengkaji hasil penelitian terdahulu yang hasilnya berkaitan erat dengan

pengembangan kurikulum muatan lokal

c. Melakukan studi lapangan, untuk mendapatkan gambaran umum berkaitan dengan kurikulum yang digunaan, proses belajar mengajar, kondisi peserta didik, kondisi guru, proses pembelajaran yang sedang berlangsung, sarana, fasilitas pembelajaran yang mendukung sebagai bahan pertimbangan untuk

(5)

mengembangkan model kurikulum muatan lokal pada bidang pertanian salak, sehingga dapat mengingkatkan kompetensi perserta didik pada SLTP

d. Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk menemukan kekuatan dan kelemahan yang terkandung dalam kurikulum yang selama ini diterapkan. Hasil evaluasi akan dijadikan sebagai masukan (input) pertama dalam pengembangan model desain kurikulum muatan lokal.

e. Penilaian kebutuhan merupakan masukan yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan model desain pengembangan kurikulum muatan lokal.

Penilaian kebutuhan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang program pembelajaran benar-benar dibutuhkan oleh peserta didik, masyarakat dan pemerintah.

Hasil dari identifikasi kebutuhan atau pengumpulan informasi diperoleh bahwa selama ini sekolah sudah melaksanakan kurikulum muatan lokal, tetapi kurikulum muatan lokal yang di kembangkan belum sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimilikinya. Hal ini menimbulkan permasalahan khususnya bagi guru-guru mata pelajaran muatan lokal, untuk memberikan materi pelajaran yang sesuai dengan potensi daerahnya.

Adanya permasalahan yang dialami dalam materi pelajaran muatan lokal ini, peneliti pada tahap selanjutnya mengembangakan rencana model pengembangan kurikulum yang mengembangakan life skills sesuai dengan potensi daerahnya.

(6)

2. Perencanaan dan Penyusunan Model.

Setelah dilakukan studi pendahuluan dan produk yang akan dikembangkan teridentifikasi secara jelas, langkah selanjutnya adalah menyusun rencana pengembangan model desain kurikulum muatan lokal berdasarkan (relevansi) dengan yang diinginkan. Hal yang paling penting dalam merencanakan penelitian produk aalah merumuskan tujuan spesifik yang akan dicapai oleh produk hasil pengembangan pendidikan dan mengestimasi kebutuhan, dana, waktu dan sumber daya manusia yang kana terlibat dalam pengembangan produk pendidikan tersebut.

Agar perencanaan pengembangan model kurikulum muatan lokal dapat dilakukan secara cermat dan teliti, pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan yaitu meliputi: (1) analisis ketersediaan sumber daya, (2) analisis kebutuhan waktu, (3) analisis kebutuhan biaya, (4) menentukan unsur-unsur yang akan dilibatkan dalam pengembangan model desain kurikulum, (5) menetapkan indikator atau kriteria keberhasilan yang berkaitan dengan pengembangan model desain kurikulum muatan lokal, (6) menentapkan strategi dalam pengembangan model desain kurikulum muatan lokal, (7) menyusun rencana pengembangan model desain kurikulum mutan lokal, dan (8) model desain kurikulum muatan lokal yang dilaksanakan di sekolah.

Langkah selanjutnya menentapkan model yang akan digunakan dalam penyusunan desain kurikulum muatan lokal yang sesuai dengan potensi daerah

(7)

untuk dikembangkan di SLTP kelas VIII. Peneliti mencoba merumuskan model desain kurikulum yang sesuai dengan potensi daerah dengan memperhatikan dari kurikulum yang sudah dilaksanakan di sekolah terebut.

Pada tahap penyususnan model dilakukan dengan memperhatikan the domain of the field sebagaimana yang dikemukakan oleh Seels dan Richey (1994), yaitu Design (desain), Development (pengembangan), utilization (penggunaan), management (pengorgnisasian), dan evaluation (evaluasi). Model pengembangan life skills dalam kurikulum muatan lokal dalam mata pelajaran pertanian salak, diharapkan dapat mencapai hasil yang diharapkan.

Berdasakan dari mengkaji dan mengumpulkan informasi didasarkan pada indentifikasi kebutuhan yang dilaksanakan oleh peneliti ditemukan bahwa kurikulum muatan lokal yang sekarang ini dilaksanakan oleh sekolah-sekolah sudah melaksanakan kurikulum muatan lokal, tetapi kurikulum muatan lokal bahasa jawa. Dari pengumpulan informasi ditemukan adanya usulan dari sekolah- sekolah untuk mengembangkan kurikulum yang mengembangkan potensi sesuai dengan daerahnya. Dengan demkian disimpulkan bahwa diperlukan pengembangan kurikulum muatan lokal yang kompetensinya mengembangkan life skills sesuai dengan potensi yang ada.

(8)

3. Uji Coba Model

a. Uji coba model terbatas, dilaksanakan di SLTP di Kecamatan Rakit dan Kecamatan Wanadadi. Dalam pelaksanaan uji coba terbatas kegiatan observasi dilakukan peneliti lebih difokuskan pada proses pelaksanaan model, terutama pada desain dan pelaksanaan pembelajaran.

Pada tahap ini akan dilakukan perbaikan atau penyempurnaan terhadap desain kurikulum muatan lokal yang telah dihasilkan. Proses perbaikan dan penyempurnaan didasarkan atas temuaan pada saat melakukan uji coba terbatas dan penyempurnaan dari ahli atau pakar. Penyempurnaan atau perbaikan dilakukan terhadap substansi dan redaksi model kurikulum. (Hasil Ujicoba terbatas terlampir)

Pada uji coba terbatas ditemukan adanya masukan-masukan untuk perbaikan model: perbaikan berupa keluasan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang perlu di kurangi, hal ini agar tidak terlalu padat, sehingga materi yang diberikan kepada peserta didik selama satu semester dapat dijalankan secara maksimal.

b. Uji coba model yang lebih luas; dilaksanakan pada SLTP di Kecamatan Madukara, Sigaluh dan Banjarmangu. Dalam ujicoba lebih luas observasi lebih difokuskan pada kegiatan untuk melihat kemampuan peserta didik sebelum diberikan pembelajaran dengan model kurikulum muatan lokal,

(9)

dilakukan terlebih dahulu tes awal (pre test), dan setelah diberikan pembelajaran dengan kurikulum muatan lokal pertanian salak, maka dilakukan tes akhir (post test). Pre test dan post test dilakukan pada awal dan akhir kegiatan pembelajaran oleh guru. Kegiatan observasi atau pengamatan ini dilakukan untuk melihat sejauhmana model life skills dalam kurikulum muatan lokal bidang pertanian salak yang dilakasanakan oleh guru dan peneliti sehingga hasil belajar peserta didik yang mengembangkan life skills menjadi baik.

Hasil pengamatan dan hasil ujicoba luas dan hasil tes merupakan temuan atau masukan untuk merevisi model pengembangan kurikulum yang dikembangkan. Untuk lebih sempurnannya desain kurikulum yang dikembangkan juga diminta masukannya dari pakar dan ahli pengembang kurikulum. (Hasil uji coba luas terlampir)

Hasil penyempurnaan dari ujicoba luas ini merupakan produk desain kurikulum muatan lokal yang mengembangkan life skill pada bidang pertanian salak di SLTP kelas VIII, yang sudah siap untuk dilaksanakan di setiap SLTP yang berada di Kabupaten Banjarnegara.

(10)

Digram 3.1

Diagram langkah-langkah Pengembangan Life Skill dalam Kurikulum Mutan Lokal di SLTP

Fase Kegiatan Unsur terlibat Persiapan

Pelaksanaan

B. Instrumen Penelitian

Mengkaji dan mengumpulkan informasi

Menyusun rencana Pengbangan

Penyempurnan Desain Kurkikulum Muatan Lokal

Menyusun desain Kurikulum Muatan Lokal yang mengembanglan life

skills Uji coba Terbatas

Peneliti Peneliti dan Pembimbing

Peneliti dan Ahli Kurikulum

Peneliti, Guru, Siswa

Uji Coba Lebih Luas

Peneliti, Guru, Siswa

Peneliti dan Ahli Kurikulum

Model Desain Kurikulum Muatan Lokal

Peneliti Hasil

(11)

Penelitian ini akan menggunakan sembilan jenis instrumen penelitian sebagai berikut :

Pertama, instrumen yang digunakan untuk menjaring data yang berupa

identifikasi dalam pengembangan kurikulum yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Instrumen yang digunakan berupa instrumen identifikasi kebutuhan.

Kedua, instrumen untuk menjaring data dalam rangka menemukan

kekuatan-kekuatan dan kelemahan kurikulum muatan lokal yang mengembangkan life skills peserta didik. Instrumen ini berupa kuisioner utuk guru dan untuk peserta didik.

Ketiga, instrumen yang digunakan dalam rangka ujicoba terbatas

pengembangan life skills dalam kurikulum muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Instrumen tersebut berupa pedoman wawancara untuk menjaring informasi, masukan atau tanggapan dalam rangka validasi, model desain kurikulum yang mengembangkan life skills dan pedoman observasi dalam rangka simulasi penerapan kurikulum muatan lokal di SLTP.

Keempat, instrumen yang digunakan dalam rangka uji coba luas yang

mencakup pula tes hasil belajar yang akan digunakan dalam pretes dan post test Kelima, instrumen yang digunakan untuk mengukur sikap guru terhadap kemampuan dalam mengembangkan kurikulum muatan lokal. Instrumen yang digunakan berupa angket.

(12)

Keenam, instrumen yang digunakan untuk mengetahui pengaruh tingkat

pendidikan terhadap kemampuan dalam mengembangkan kurikulum muatan lokal. Instrumen yang digunakan berupa angket

Ketujuh, pedoman wawancara terhadap guru, hal ini untuk mengetahui

tentang berbagai macam kendala-kendala dalam pelaksanaan penelitian.

Kedelapan, pedoman observasi bagi peneliti, untuk mengetahui hasil

pembelajaran yang dilaksaakan.

Kesembilan, instrumen pre test dan post test yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar peserta didik.

C. Analisis Data

Untuk memberikan makna terhadap data yang telah terkumpul, sesuai dengan pertanyaan penelitian, maka dilakuan analisis dan interpretasi. Analisis dilakukan dalam penenlitian ini dilakukan melalui evaluasi terhadap situasi dari permasalahan yang dibahas, termasuk di dalamnya peninjauan dari berbagai aspek dan sudut pandang yang akan diteliti.

Sedangkan interpretasi adalah kegiatan menafsir, mengkaji, mengidentifikasi, dan mengenali objek penelitian, selanjutnya menilai arti penting dari objek penelitian tersebut sehingga menjadi bermakna. Data yang terkumpul diklasifikasikan menjadi dua kelompok data yaitu: data kualitatif dan data kuantitatif. Terhadap data yang bersifat kualitatif, yakni digambarkan dengan

(13)

kata-kata atau kalimat yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, dipisah-pisahkan menurut kategori dan kesimpulan. Sedangkan terhadap data yang bersifat kuantitatif dilakukan dengan uji normalitas data, uji linieritas data, analisis regresi. Data-data tersebut di olah dan diproses dengan menggunakan analisis statistika dengan bantuan program komputer.

menggunakan program SPSS release 12.

D. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini mendeskrpsikan pengembangan life skills dalam kurikulum muatan lokal pada peserta didik di SLTP dan untuk mengetahui sikap guru dan tingkat pendidikan dalam mengimplementasikan desain kurikulum.

1. Tempat Penelitian dan Waktu

Tempat dilaksanakannya penelitian adalah di kota Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah dengan mengambil data di kecamatan Madukara, Sigaluh, Banjarmangu bertempat di SLTP, pada tiap-tiap kecamatan. Waktu pelaksanaan uji coba penelitian dilaksanakan pada semester genap yaitu mulai bulan Februari sampai dengan bulan Juni tahun 2007.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian dalam hal ini adalah sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Sebagai tempat uji coba terbatasnya

(14)

yaitu di Kecamatan Rakit dan Kecamatan Wanadadi dengan mengambil 15 sekolah. Sedangkan untuk ujicoba lebih luas mengambil tempat di tiga Kecamatan yaitu kecamatan Sigaluh, Kecamatan Madukara, dan Kecamatan Banjarmangu dengan jumlah 20 sekolah.

Gambar

Diagram langkah-langkah Pengembangan Life Skill dalam Kurikulum  Mutan Lokal di SLTP

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap perencanaan tindakan dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang diteliti berdasarkan observasi lapangan. Kegiatan pada tahap ini dimulai dengan melakukan

Tahap Evaluasi Pengembangan Kurikulum ini merupakan tahapan tindak lanjut dari proses pengembangan kurikulum muatan lokal di MTs NU Miftahul Falah Dawe

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan, dengan membuat suatu kegiatan perencanaan, observasi dan pengamatan yang dilakukan sebelum dan sesudah dilakukannya

Tahapan pelaksanaan penelitian adalah, melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan multiple representations, melakukan pengamatan yang dilakukan

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah: 1) Menyusun RPP. 2) Merencanakan membagi kelompok-kelompok siswa. 3) Menyiapkan materi ajar berupa buku paket

Pada perencanaan tindakan ada beberapa macam kegiatan yang perlu dipersiapkan antara lain: (1) menetapkan pokok bahasan yang akan dipelajari, (2) membuat Rencana Pelaksanaan

Perencanaan SIKLUS I Pengamatan Perencanaan SIKLUS II Pengamatan Pelaksanaan Refleksi Refleksi Pelaksanaan ?.. Tahap perencanaan yang dilakukan dapat berupa

Observasi secara langsung dilakukan untuk melihat aktivitas kegiatan kader pada waktu melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam melaksanakan pendidikan pada