• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam perkembangan ekonomi. Perkembangan UKM yang pesat tidak serta merta membuat para pemilik UKM dapat mengatur usaha mereka dengan mudah. Laporan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) pada konferensi pengusaha seluruh Asia yang dilakukan di Singapura pada 14 Mei 2012 mengatakan bahwa UKM di Indonesia memiliki daya saing lemah karena kurangnya kemampuan kewirausahaan. Tidak memiliki tingkat keahlian yang kuat dalam menghadapi persoalan-persoalan organisasi dan manajemen sehingga menciptakan sebuah produk secara tidak efisien, fleksibel, dan cukup untuk bersaing dan terbatasnya akses informasi, pasar, dan input yang disebabkan oleh kurangnya jejaring yang dimilik oleh UKM di Indonesia. Hal-hal tersebut terjadi karena tidak adanya penerapan orientasi kewirausahaan dan pemanfaatan internet yang dilakukan oleh pemilik usaha.

Orientasi kewirausahaan sangat penting dalam menjalankan sebuah usaha karena sangat mempengaruhi pemikiran pemilik usaha untuk mampu berinovasi, antisipatif, memiliki inisiatif, melihat peluang, dan berani mengambil risiko khususnya dalam menghadapi pesaing yang semakin bertambah. Jajali et al., (2014) mengatakan orientasi kewirausahaan merupakan proses individu dalam mengejar peluang kewirausahaan berdasarkan tingkat dan sifat sumber daya yang tersedia yang dapat dilihat dari sikap inovatif, bersikap proaktif, serta berani mengambil risiko. Sedangkan menurut Andiningtyas & Nugroho (2014) orientasi kewirausahaan dapat digunakan sebagai proses, praktik dan aktivitas yang menggunakan inovasi produk, mengambil risiko, dan berusaha secara proaktif melakukan inovasi dengan tujuan untuk mengalahkan pesaing. Orientasi kewirausahaan dapat diartikan sebagai karakteristik pada tingkat suatu perusahaan

(2)

2

karena mencerminkan perilaku perusahaan tersebut (Covin dan Slevin 1989; Miller, 1983).

Wardi & Susanto (2015) mengatakan hal yang memengaruhi kinerja perusahaan adalah orientasi kewirausahaan. Covin dan Slevin (1986), Hult, Snow dan Kandemir (2003), Lee et al., (2001), Wiklund Shepherd (2003), Rauch et al., (2008) menyatakan bahwa suatu perusahaan yang menerapkan orientasi kewirausahaan memiliki kinerja yang lebih dibandingkan dengan yang tidak menerapkan orientasi kewirausahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Pangeran (2012) menunjukkan bahwa orientasi kewirausahaan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Sedangkan penelitian Mustikowati & Tysari (2014) yang dilakukan pada UKM Sentra Kabupaten Malang menunjukkan peningkatan kinerja UKM disebabkan pengusaha dalam memahami orientasi kewirausahaan, temuan lain menunjukkan bahwa inovasi berpengaruh secara langsung dan positif terhadap kinerja perusahaan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap salah satu UKM di Salatiga yang bergerak dalam bidang kerajinan tangan, sebagai contoh UKM milik Ibu Puhan. Pada awal perintisan usaha Ibu Puhan hanya membuat produk karikatur yang kemudian berinovasi dengan membuat produk seperti aksesori dan buku tulis yang dimana meningkatkan jumlah konsumen sehingga berpengaruh terhadap kinerja usaha yang dimilikinya.

Di era yang semakin modern ini teknologi berkembang sangat pesat, termasuk teknologi informasi (TI). Menurut Eva (2007) teknologi informasi memberikan dukungan penting dalam kegiatan usaha antara lain, meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya, meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, meningkatkan relasi dengan pelanggan atau konsumen dan membangun aplikasi- aplikasi strategi baru. Melalui pemanfaatan internet, pengusaha juga dapat memperkecil risiko dari setiap keputusan yang dibuatnya dengan mencari segala informasi yang dibutuhkannya yang ada di internet sebelum mengambil setiap keputusan.

Menurut Oviliani (2000), penggunaan internet dalam bisnis telah mengalami perubahan, dari fungsi sebagai alat untuk pertukaran informasi secara

(3)

3

elektronik menjadi alat untuk melakukan strategi bisnis seperti, pemasaran, penjualan dan pelayanan pelanggan sehingga pengusaha dapat mempertahankan konsumennya. Penelitian yang dilakukan oleh Endraswari (2006) menyatakan bahwa teknologi informasi dapat membantu dalam kegiatan usaha, dan meningkatkan kinerja perusahaan. Sedangkan penelitian Sari & Hanoum (2012) menunjukkan penggunaan internet memengaruhi peningkatan kinerja.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap salah satu UKM di Salatiga yang bergerak dalam bidang kerajinan tangan, sebagai contoh UKM milik Bapak Agit yang memilik usaha miniatur kendaraan. Sebelum memanfaatkan internet Bapak Agit memasarkan produk-produknya hanya melalui pameran- pameran, kemudian setelah memanfaatkan internet Bapak Agit dapat dengan mudah memasarkan produk-produknya hingga mancanegara, dan tentunya berdampak pada kinerja usaha yang dimilikinya.

Berdasarkan latar belakang di atas tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak yang diberikan setelah menerapkan orientasi kewirausahaan dan memanfaatkan internet pada usaha yang dimiliki.

1.2 Masalah Penelitian

Minimnya penerapan orientasi kewirausahaan dan pemanfaatan internet dalam mengembangkan suatu UKM yang dimana dapat dilihat dari latar belakang di atas, maka dari itu dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana orientasi kewirausahaan pada UKM yang bergerak dalam sektor kerajinan?

2. Bagaimana hubungan antara orientasi kewirausahaan dengan kinerja UKM?

3. Bagaimana pemanfaatan internet pada sektor kerajinan?

4. Bagaimana hubungan antara pemanfaatan internet dengan kinerja UKM?

5. Bagaimana hubungan yang terjadi antara orientasi kewirausahaan dengan pemanfaatan internet?

(4)

4 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis orientasi kewirausahaan pada UKM yang bergerak dalam sektor kerajinan.

2. Untuk menganalisis hubungan antara orientasi kewirausahaan dengan kinerja UKM.

3. Untuk menganalisis pemanfaatan internet pada sektor kerajinan.

4. Untuk menganalisis hubungan antara pemanfaatan internet dengan kinerja UKM.

5. Untuk menganalisis hubungan antara orientasi kewirausahaan dengan pemanfaatan internet.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Sebagai sumber informasi untuk pemilik UKM yang belum mengetahui mengenai orientasi kewirausahaan yang bergerak dalam sektor kerajinan.

2. Sebagai sumber informasi untuk pemilik UKM agar mengetahui hubungan antara orientasi kewirausahaan dengan kinerja UKM.

3. Sebagai sumber informasi untuk pemilik UKM agar mengetahui pemanfaatan internet pada sektor kerajinan.

4. Sebagai sumber informasi untuk pemilik UKM agar mengetahui hubungan antara pemanfaatan internet dengan kinerja UKM.

5. Sebagai sumber informasi untuk pemilik UKM agar mengetahui hubungan antara orientasi kewirausahaan dengan pemanfaatan internet.

(5)

5

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Orientasi Kewirausahaan

Kebutuhan pasar yang semakin banyak dan kompleks serta persaingan pasar yang semakin ketat mendorong setiap pengusaha untuk menghasilkan produk- produk baru yang lebih inovatif sesuai permintaan pasar yang tumbuh pesat, maka dari itu pentingnya orientasi kewirausahaan dalam sebuah perusahaan karena orientasi kewiraushaan adalah sikap penting yang harus dimiliki oleh pemilik usaha dalam menjalankan usahanya dan bersaing dalam menghadapi pesaingnya.

Orientasi kewirausahaan terdiri dari proaktif terhadap kesempatan pasar, toleransi tehadap risiko, dan menerima terhadap inovasi (Matsuno, 2002).

Sedangkan menurut Aji (2014) orientasi kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju kesuksesan. Miller (1983) menjelaskan orientasi kewirausahaan sebagai salah satu yang terlibat dalam inovasi produk-pasar, melakukan sedikit usaha berisiko, dan pertama kali datang dengan proaktif, serta memberikan pukulan untuk mengalahkan pesaing.

Miller (1983) juga menyatakan bahwa orientasi kewirausahaan dapat ditentukan berdasarkan pada tiga dimensi, yaitu: proactive, innovative dan risk – Taking. Menurut Soegiastuti & Haryana (2013) proaktif berarti seorang pemilik usaha mempunyai sikap inisiatif dan tidak menunggu, memiliki pemikiran visioner sehingga dapat merencanakan sesuatu dalam jangka waktu pendek maupun panjang, bersedia untuk belajar dari pengalaman, kegagalan serta dapat menerima kritik dan saran untuk mengembangkan usahannya. Sedangkan menurut Slater dan Narver (1994) penting menjadi proaktif terhadap kesempatan-kesempatan baru, tidak hanya selangkah lebih depan dibandingkan pesaing tetapi selangkah dalam memahami keinginan konsumen. Menurut Kobia dan Sikalich (2010) proaktif dapat diukur menggunakan empat indikator, antara lain: 1). Identifikasi peluang, 2).

(6)

6

Antisipasi perubahan permintaan, 3). Menyusun tindakan strategis, dan 4). Tindak lanjut eksekusi bisnis.

Menurut Hafeez et al., (2011) memiliki sikap atau pola pikir inovatif penting untuk kelangsungan suatu usaha, pemilik yang memiliki sikap inovatif akan lebih berani dan efektif dalam mengelola ide dibandingkan dengan pemilik usaha yang tidak memiliki sikap inovatif. Inovatif sendiri dapat diukur menggunakan empat indikator yang dikemukakan oleh Wiklund dan Shepherd (2005), antara lain:

1). Produk, 2). Proses, 3). Manajerial, dan 4) Pemasaran. Afiah (2009) mengatakan bahwa pengusaha dapat memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki dengan proses yang kreatif dan inovatif dalam menghadapi pasar. Berani mengambil risiko berarti pemilik usaha berani dalam mengambil risiko dengan menyesuaikan profil risiko serta manfaat dari risiko itu sendiri untuk kelangsungan usaha yang dimilikinya (Isa, 2013). Menurut Kobia dan Sikalich (2010) pengambilan risiko dapat diukur menggunakan empat indikator, antara lain: 1). Kecenderungan pengambilan risiko, 2). Intensitas melakukan eksplorasi, 3). Toleransi terhadap kesalahan karyawan, dan 4). Menerima risiko kerugian finansial.

Orientasi kewirausahaan memberikan hal positif yang besar untuk perusahaan atau UKM yang dimana mendorong pengusaha atau pemilik untuk berinovasi dalam menciptakan produk, mengantisipasi setiap kendala yang terjadi di perusahaan seperti terjadi kerusakan alat produksi, terhambatnya bahan baku produk, dan peningkatan biaya produksi yang diakibatkan dari melonjaknya harga bahan baku. Kemudian orientasi kewirausahaan juga mendorong pengusaha agar dapat melihat peluang seperti menciptakan produk yang sedang digemari oleh konsumen dan mendorong pengusaha untuk berani mengambil risiko seperti, menciptakan produk baru dengan kualitas tinggi dan menetapkannya dengan harga tinggi, kemudian berani mengambil risiko ketika mengambil bahan baku dari luar kota ataupun di luar negeri.

Hal ini tentunya dapat mendorong perusahaan untuk terus berkembang dalam menghadapi para pesaing, dan dapat mengembangkan perusahaan untuk memasarkan produk mereka dalam skala internasional. Supranoto (2009) menyatakan bahwa sebagian UKM memiliki kelemahan yang bersifat eksternal, hal

(7)

7

ini disebabkan karena kurangnya kemampuan untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang strategis, kurang cekatan dalam melihat peluang usaha, kurangnya kreativitas dan inovasi dalam mengantisipasi berbagai tantangan.

Dess dan Lumpkin (1996) mengatakan bahwa orientasi kewirausahaan dapat diartikan juga sebagai proses atau aktivitas dalam pengambilan keputusan untuk langkah-langkah yang akan diambil oleh perusahaan. Dess dan Lumpkin (1996) juga mendefinisikan orientasi kewirausahaan sebagai proses-proses, praktik-praktik, dan aktivitas-aktivitas pengambilan keputusan yang masuk ke hal- hal baru. Dess dan Lumpkin (2001) menyatakan terdapat lima dimensi kunci orientasi kewirausahaan yaitu: 1). Autonomy, yaitu mendorong tindakan independen bagi setiap individu atau kelompok untuk memunculkan sebuah ide atau gagasan dalam menyelesaikan suatu kendala yang dialami perusahaan. 2).

Innovativeness, yaitu sikap untuk terlibat dalam pemikiran atau eksperimen proses untuk menghasilkan produk atau jasa yang baru. 3). Risk Taking, yaitu kondisi dimana setiap individu berbeda dalam pengambilan risiko dan imbalan. 4).

Proactiveness, yaitu sebagai penggerak dalam melihat peluang pada pasar dan sebagai penentuan dalam pengambilan keputusan tindakan yang akan diambil. 5).

Competing Aggressiveness, yaitu upaya dalam menyingkirkan pesaing untuk kemajuan perusahaan. Sedangkan menurut Certo et al., (2009) mengatakan bahwa terdapat tiga level dalam penerapan orientasi kewirausahaan dalam perusahaan yaitu: 1). Level individu atau sumber daya manusia. 2). Level pendiri perusahaan atau entrepreneurs, dan 3). Perusahaan yang telah mapan.

Tentunya dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi dan semakin bertumbuhnya pesaing para pengusaha dituntut untuk memiliki sifat orientasi kewirausahaan agar usaha yang dimilikinya dapat terus bersaing dan mengembangkan usaha yang dimiliki. Lemahnya orientasi kewirausahaan yang dimiliki suatu usaha akan menjadikannya suatu ancaman serius terhadap produktivitas, dan kesejahteraan usaha tersebut (Puspitaningtyas, Wahono, Poernomo, 2013).

(8)

8

2.2 Hubungan antara Orientasi Kewirausahaan dengan Kinerja UKM

Orientasi kewirausahaan penting untuk pengusaha karena orientasi kewirausahaan mempengaruhi pemikiran pengusaha dalam menjalankan usaha khususnya untuk mengembangkan usahanya, karena orientasi kewirausahaan mendorong pengusaha untuk dapat berinovasi melihat peluang dan menanggung risiko. Gosselin (2005) mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara orientasi kewirausahaan yang ditetapkan dengan kinerja perusahaan. Suatu model yang terintegrasi dan terpadu yang menjelaskan hubungan antara perilaku kewirausahaan perusahaan dengan lingkungan, strategi, faktor internal perusahaan dan dengan kinerja perusahaan (Covin dan Slevin 1991).

Menurut Li, Zhao, Tan, dan Liu Yu (2001) orentasi kewirausahaan memoderatori hubungan antara orientasi pasar dan kinerja perusahaan pada usaha kecil. Poon, June, Ainudin, Raja, dan Junit, Sa’Odah (2006) menjelaskan orentasi kewirausahaan sebagai mediator hubungan efektivitas konsep diri dan kinerja perusahaan, Brown (1996) menjelaskan orentasi kewirausahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan kinerja perusahaan, dan Davidsson (1998) menjelaskan orientasi kewirausahaan secara signifikan berpengaruh untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

Quantananda & Haryadi (2015) mengatakan bahwa orientasi kewirausahaan dan kinerja UKM memiliki hubungan yang positif dan signifikan, sedangkan menurut Andiningtyas & Nugroho (2014) orientasi kewirausahaan memiliki hubungan yang kuat terhadap kinerja perusahaan ketika dikombinasikan dengan strategi dan lingkungan yang tepat. Dengan kata lain, orientasi kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja sebuah persuahaan. Menurut Weerawardena (2003) bila suatu perusahaan menekankan proaktif dalam kegiatan bisnis yang dimiliki, maka perusahaan tersebut telah melakukan aktivitas kewirausahaan yang akan secara tidak langsung mendorong tingginya kinerja perusahaan tersebut.

Porter (1993) mendefinisikan orientasi kewirausahaan sebagai strategi yang mrnguntungkan perusahaan untuk dapat berkompetisi secara lebih efektif di dalam market place yang sama. Sedangkan Supranoto (2009) mengatakan bahwa orientasi

(9)

9

kewirausahaan memiliki pengaruh positif terhadap keunggulan bersaing, yang dimana semakin tinggi orientasi kewirausahaan, maka semakin tinggi keunggulan bersaing. Dilihat dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa orientasi kewirausahaan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan karena orientasi kewirausahaan itu sendiri menuntut pengusaha atau pemilik UKM untuk bersaing yang dimana mendorong perusahaan atau UKM bersaing dengan pesaing yang lain.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Wardi dan Susanto (2015) didapatkan hasil bahwa UKM yang khususnya di daerah Sumatera Barat dipengaruhi oleh Inovasi, keaktifan pemilik, dan keberanian mengambil risiko. Dari data yang didapat oleh Wardi dan Susanto (2015) bahwa Inovasi merupakan pengaruh terbesar tehadap kinerja UKM. Penelitian yang dilakukan oleh Galindo & Picazo (2013) serta Hafeez et al., (2012) menemukan hasil yang dimana orientasi kewirausahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kemampuan inovasi perusahaan serta mampu berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya bagi negara-negara berkembang.

Sedangkan penelitian yang dilakukan Chaston & Scott (2012) mengemukakan bahwa kinerja suatu perusahaan yang terdapat di Peru mengalami peningkatan yang signifikan apabila sebuah perusahaan menerapkan sikap inovasi serta pembelajaran di dalam perusahaan tersebut, hal ini disebabkan karena perusahaan yang menerapkan sikap inovasi dapat memperpanjang siklus hidup produknya. Penelitian Ryadi & Yass (2016) yang dilakukan di UKM Denpasar sektor industri makanan menunjukkan orientasi kewirausahaan berpengaruh positif terhadap kemampuan inovasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Terziovski (2010) bahwa inovasi merupakan faktor pendorong utama, yang dimana inovasi yang berpengaruh besar terhadap UKM dalam bidang kerajinan tangan. Jenatabadi (2014) mengatakan bahwa inovasi merupakan pengaruh terbesar terhadap UKM dalam bidang industri makanan. Penelitian yang dilakukan Pangeran (2012) mengemukakan bahwa pengambilan risiko berpengaruh terhap kinerja keuangan.

Untuk mengukur kinerja ada beberapa indikator yang digunakan. Menurut Suci (2009) suatu kinerja suatu perusahaan dapat diukur peningkatan volume penjualan, peningkatan aset perusahaan, dan profitabilitas usaha.

(10)

10 2.3 Pemanfataan Internet pada UKM

Pada saat ini manusia sangat tergantung dengan hadirnya internet, terdapat banyak aktifitas-aktifitas yang dilakukan manusia dengan memanfaatkan internet.

Pengertian dari internet itupun sendiri, internet adalah singkatan dari interconnection networking yang secara sederhana bisa diartikan sebagai a global network of computer networks (Randal dan Latulipe, 2005).

Dalam beberapa tahun belakangan ini pemerintah semakin gencar memotivasi dan memfasilitasi UKM di dalam negeri untuk sepenuhnya memanfaatkan keberadaan TI atau internet. Hal ini dilakukan pemerintah, karena hingga saat ini jumlah UKM di Indonesia yang memanfaatkan internet dalam menjalankan usaha mereka masih relatif sedikit, walaupun cenderung meningkat dalam beberapa tahun belakangan ini.

Menurut riset Deloitte (2016), mengemukakan bahwa dari 57,9 juta UKM yang terdapat di Indonesia baru 9% menggunakan internet yang terlibat dalam jejaring sosial terintegrasi dan memiliki kemampuan e-commerce, 18% hanya menggunakan jejaring sosial media dalam penjualan produk, 36% memiliki akses internet tetapi tidak digunakan untuk penjualan produk, 37% tidak memiliki akses internet.

Masih terbatasnya pemanfaatan internet oleh UKM di Indonesia dikarenakan tidak terjangkaunya internet di wilayah-wilayah tertentu, dan biaya internet yang dianggap mahal, termasuk perangkat-perangkat terkait yang diperlukan (seperti komputer dan wifi) yang memerlukan biaya tidak sedikit.

Kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya pemanfaatan internet bagi perkembangan usaha kepada pengusaha-pengusaha UKM dapat menjadi salah satu alasan kenapa banyak pengusaha UKM beranggapan bahwa biaya penggunaan internet teralu mahal.

Menurut Adha dan Virianita (2010) UKM masih menemui kendala dalam penggunaan TI dikarenakan terbatasnya sumber daya, baik itu keuangan maupun manusia. Kendala lainnya adalah kurangnya dukungan yang diberikan pemerintah baik itu dari finansial maupun dari non finansial. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lubis dan Junaidi (2016) faktor-faktor yang mempengaruhi

(11)

11

kurangnya pemanfaatan internet dalam UKM yaitu rendahnya pemahaman dalam memanfaatkan internet, rendahnya ketersediaan peralatan dalam menggunakan TI, kurangnya dukungan dari lembaga pemerintahan, dan kemampuan individu dalam menjalankan TI.

Hadirnya internet itu sendiri bermanfaat untuk para pemilik UKM, terdapat banyak hal yang dapat dilakukan oleh para pemilik UKM dalam mengembangkan usahanya tersebut. Menurut Yadi (2001) sistem informasi menyediakan komunikasi yang diperlukan perusahaan dalam melaksanakan perdagangan dan mengelola bisnis dan skala global. Menurut Tanriverdi (2006) penggunaan internet dalam dibagi dalam tiga dimensi, antara lain: 1). Information Technology, 2).

Vendor Management Processes, 3). Human Resource Management Processes.

Menurut Tanriverdi (2006) Information Technology dapat diukur menggunakan empat indikator, antara lain: 1). Proses yang digunakan untuk merumuskan strategi, 2). Proses yang digunakan unutk melakukan penyesuaian bisnis, 3). Proses yang digunakan untuk melakukan pengelolaan hubungan antar unit bisnis, dan 4). Proses yang digunakan untuk melakukan penanaman modal.

Tanriverdi (2006) juga mengatakan bahwa Vendor Management Processes dapat diukur menggunakan tiga indikator, antara lain: 1). Strategi untuk masuk kedalam hubungan kerja dengan pihak lain, 2). Proses yang digunakan untuk bernegosiasi, 3). Proses yang digunakan untuk mengatur hubungan dengan pihak lain. Sedangkan Human Resource Management Processes diukur menggunakan enam indikator yang dikemukakan oleh Tanriverdi (2006), antara lain: 1). Program perekrutan SDM, 2). Program Pelatihan SDM, 3). Program motivasi SDM, 4).

Standar software TI yang digunakan unit bisnis, 5). Standar hardware TI yang digunakan unit bisnis, dan 6). Standar komunikasi TI yang digunakan unit bisnis.

Dengan memanfaatkan internet para pemilik dapat mengembangkan usahanya yang dimana internet tersebut membantu dan memudahkan pemilik UKM dalam menjalankan usaha yang dimiliki.

(12)

12

2.4 Hubungan antara Pemanfaatan Internet dengan kinerja UKM

Internet itu sendiri dapat memberikan banyak manfaat dalam mengembangkan sebuah usaha. Seperti mencari pemasok bahan baku, menambah relasi dengan para pemilik UKM lainnya yang berada di luar daerah maupun di luar negeri, dan tentunya pemilik UKM dapat memasarkan produknya melalui internet yang di mana hampir seluruh masyarakat sekarang menggunakan sosial media.

Menurut Priambada (2015) memanfaatkan internet dengan cara menggunakan sosial media dapat bermanfaat antara lain sebagai sarana komunikasi antara pemilik UKM dengan konsumen, sebagai sarana promosi, sebagai alat untuk mendata kebutuhan konsumen, menyampaikan respon kepada konsumen, dan sebagai dasar pengambilan keputusan pemilik UKM.

Penelitian yang dilakukan oleh Priambada (2015) menyatakan bahwa memanfaatkan internet khususnya menggunakan sosial media adalah manfaat yang paling dirasakan oleh UKM dikarenakan dengan menggunakan sosial media, komunikasi dengan konsumen dapat berjalan lebih efektif, dapat meningkatkan pangsa pasar serta membantu keputusan bisnis. Bertambahnya pesaing menuntut para pemilik UKM untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan menciptakan produk yang baru yang dimana berguna untuk menyingkirkan pesaing, dengan menghasilkan produk baru yang tidak dimiliki oleh pesaing dapat menarik konsumen dari pesaing, meningkatkan kualitas dari produk yang sudah ada dapat diperuntungkan untuk menarik konsumen dari pesaing lain dan tentunya hal tersebut didukung dari pemanfaatan internet.

Internet berperan penting dalam UKM karena dapat meningkatkan kinerja dari UKM tersebut, internet dapat meningkatkan kemampuan UKM untuk bersaing dengan UKM lainnya. Kettinger et al., (1994) dalam Fazli (1999); Galliers dan Sutherland, (1999) dan Turban et al., (2002) mengemukakan bahwa alasan utama bagi perusahaan menggunakan TI adalah untuk bersaing. Internet dapat meningkatkan kemampuan usaha kecil untuk bersaing dengan usaha besar dan juga memungkinkan usaha kecil untuk beroperasi dalam skala internasional (Endraswari, 2006).

(13)

13

Sedangkan menurut Arfan (2003), menyatakan bahwa penggunaan TI dapat sebagai langkah yang strategis bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan kecepatan dan keakuratan informasi, pelayanan terhadap konsumen, perbaikan proses bisnis serta peningkatan sumber daya manusia. Dalam berinovasi tentunya internet dapat berguna untuk memberikan informasi-informasi mengenai pasar agar pengusaha-pengusaha mengetahui target pasarnya.

Teknologi internet bagi usaha kecil memberikan biaya yang efektif, pengenalan produk baru, meningkatkan komunikasi, mengumpulkan informasi dan mencari mitra bisnis yang potensial (Kaplan et al., 1997; Coccia 1997; Hawking 1997 dalam Jeanette dan Cavaye, 1999). Raymon, Pare dan Bergeron (1995) dalam Gede (2000) dan Sohal et al. (1998) dalam Seyal et al. (2000) menyimpulkan bahwa pemakaian TI berhubungan positif pada kinerja perusahaan.

Penyebaran internet secara signifikan berpengaruh positif pada tiga dimensi kinerja perusahaan yaitu efisiensi, koordinasi dan perdagangan (Tachiki et al., 2004). Oviliani (2000) menjelaskan keuntungan yang dapat diperoleh dari berbisnis melalui internet adalah penghematan biaya mencapai 35%, pelayanan konsumen mencapai 32%, peningkatan penghasilan mencapai 18%, pemasaran mencapai 13%

dan lainnya mencapai 2%. Yadi (2001) dalam penelitiannya menjelaskan beberapa alasan yang dikemukakan oleh UKM eksportir dalam menggunakan TI internet antara lain, jaringan internet lebih praktis dan efisien dalam menunjang kegiatan UKM terutama sebagai alat komunikasi dan informasi (44%), motivasi UKM eksportir untuk memanfaatkan TI internet terutama untuk mencari pasar baru (28%) dan dalam rangka untuk menciptakan media komunikasi yang diinginkan oleh mitra usahanya (20%).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Endraswari (2006) menyatakan bahwa tingkat pemahaman TI, dukungan lembaga pemerintah, dan ketersediaan investasi TI berpengaruh positif dan signifikan pada program TI yang dilakukan di perusahaan yang dimana program TI tersebut berpengaruh positif terhadap kinerja UKM.

Perkembangan yang terus terjadi mendorong para pengusaha atau pemilik untuk mengikuti perkembangan tersebut agar tidak ditinggalkan para konsumen dan

(14)

14

perusaahaan atau UKM dapat bersaing dengan pesaing yang bergerak dalam bidang yang sama. Dengan tersediannya TI di perusahaan memudahkan perusahaan atau UKM mengembangkan bisnisnya karena sekarang internet sudah menjadi kewajiban untuk masyarakat yang dimana nantinya akan mempengaruhi kinerja perusahaan itu sendiri.

2.5 Hubungan antara Orientasi Kewirausahaan dengan Pemanfataan Internet Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Miller (1983) yang menyatakan terdapat tiga dimensi kunci orientasi kewirausahaan tentunya segala hal tersebut dapat didorong oleh penggunaan internet yang dilakukan perusahaan atau UKM.

Proaktif, sikap yang dimana sebagai penggerak dalam melihat peluang pada pasar dan sebagai penentuan dalam pengambilan keputusan tindakan yang akan diambil (Dess dan Lumpkin, 2001). Pemilik usaha dapat melihat informasi- informasi mengenai produk yang sedang diminati konsumen baik itu di dalam negeri dan di luar negeri dengan menggunakan internet dan selanjutnya pengusaha dan pemilik dapat menentukan keputusan yang akan diambil oleh perusahaan atau UKM.

Inovatif, sikap untuk terlibat dalam pemikiran atau eksperimen proses untuk menghasilkan produk atau jasa yang baru (Dess dan Lumpkin, 2001). Pemilik usaha dengan menggunakan internet dapat melihat hal baru yang sedang digemari masyarakat agar nantinya perusahaan atau UKM memproduksi produk sesuai yang dibutuhkan oleh konsumen.

Pengambilan Risiko, sikap yang dimana setiap individu memiliki perbedaan dalam pengambilan risiko dan imbalan dalam menghadapi risiko (Dess dan Lumpkin, 2001). Pemilik usaha dengan menggunakan internet dapat menentukan hal yang harus dilakukan seperti suatu UKM mengalami masalah pada saat harga Rupiah sedang naik para pemilik dapat mencari informasi mengenai UKM lain dalam menanggapi hal tersebut.

(15)

15

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian kali ini jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif.

Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman dan penafsiran secara lebih mendalam dari individu pemilik UKM. Saryono (2011) mengatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas dan keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan. Bogdan & Biklen (1982) mengatakan upaya yang dilakukan adalah bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

3.2 Objek Penelitian

Objek dari peneliatian ini adalah beberapa pemilik UKM yang bergerak dalam bidang kerajinan tangan yang berada di Kota Salatiga. Berkembangnya UKM di Salatiga yang sangat pesat termasuk UKM pada bidang kerajinan tangan yang dimana membutuhkan kreatifitas dan inovatif dalam mengembangkan usahanya. Jumlah responden yang akan diwawancara sebanyak lima orang yang masing-masing memiliki kerajinan tangan yang memproduksi produk berbeda- beda.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan alat bantu wawancara dan observasi yang dimana melakukan pengamatan secara langsung terhadap UKM yang diteliti. Wawancara menurut Nazir (1988) merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan

(16)

16

bertatap muka. Wawancara tersebut berisikan daftar pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada responden, yaitu pemilik UKM yang bergerak dalam bidang kerajinan tangan yang berada di Kota Salatiga. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengenai sifat orientasi kewirausahaan dan pemanfaatan internet yang berpengaruh terhadap pemilik UKM dalam menjalankan usaha yang dimiliki.

Observasi menurut Arifin (2011) merupakan proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi sebenarnya atau situasi buatan untuk mencapai tujuan.

3.4 Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (1992) menyatakan terdapat tiga jalur dalam menganalisis data kualitatif yaitu, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga didapatkan kesimpulan akhir. Penyajian data adalah kegiatan yang dimana meyusun informasi yang didapat sehingga memungkinkan mendapatkan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penarikan kesimpulan adalah informasi yang didapat oleh peneliti yang dimana dilakukan peneliti secara terus-menerus selama berada di lapangan.

(17)

17

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap pemilik UKM kerajinan, berikut ini dipaparkan gambaran kasus:

 Responden 1

Rima Pangastuti Florentina adalah seorang pengusaha, lulusan S1 di bidang sosiologi, yang berasal dari kota Salatiga. Ibu Rima pada tahun 2019 berumur 51 tahun, memulai usaha dari umur 45 tahun. Sebelum mendirikan usaha, beliau sempat bekerja di salah satu kantor yang memaksa Ibu Rima untuk berpindah- pindah kota. Dengan alasan tersebut dan pertimbangan keluarga Ibu Rima berada di Salatiga, serta kemampuan dalam hal menjahit yang dimiliki, akhirnya pada tahun 2013 beliau memutuskan untuk memulai usaha di Salatiga yang menghasilkan cindera mata. Sekarang usaha tersebut sudah berusia 6 tahun dan memiliki empat pegawai yang fokus pada pembuatan produk. Usaha tersebut diberi nama Family Collection yang bertempat di Jl. Purbaya 1 No. 36, Salatiga. Family Collection menawarkan berbagai macam produk cindera mata seperti tempat tissue, kotak penyimpanan, dan tas yang berbahan dasar rotan, sarung bantal yang berbahan kain, dan tudung saji yang memanfaatkan besi dan kain sebagai bahan dasar. Alasan Ibu Rima memilih produk tersebut karena sejak masih kuliah Ibu Rima hobi menjahit dan membuat bros, kemudian dijual kepada teman-teman kuliah.

Sebelum memutuskan produk yang akan diproduksi, Ibu Rima mencari informasi terlebih dahulu mengenai hal yang sedang digemari oleh masyarakat agar produk yang diproduksi sesuai dengan kebutuhan konsumen. Family Collection memproduksi berbagai macam produk. Setiap produk yang diperkirakan digemari konsumen diproduksi dengan jumlah yang besar sebagai antisipasi ketika keinginan

(18)

18

konsumen meningkat. Apa yang dilakukan Ibu Rima memperlihatkan bahwa beliau sangat proaktif.

Ibu Rima juga selalu rutin mengganti ketika salah satu produknya tidak laku, akan segera mencari sesuatu yang baru kemudian diproduksi untuk menggantikan produk tersebut, hal tersebut diungkapkan oleh Ibu Rima, sebagai berikut “Biasanya saya suka mengganti produk-produk yang kurang laku, terus saya suka lihat apa yang lagi disukain orang-orang, saya coba buat setelah itu saya ajarkan kepada pegawai, kemudian saya produksi”. Setiap pegawai masing- masing menangani produk berbeda yang harus diproduksi agar setiap pegawai fokus terhadap produk yang diproduksi. Pada saat proses produksi Ibu Rima sering memberikan pemasukan tambahan untuk pegawai yang dapat memenuhi target produksi, hal tersebut dilakukan oleh Ibu Rima agar para pegawainya semangat untuk memproduksi sesuai dengan target yang ditentukan. Setiap harinya beliau memantau pegawai agar tidak terjadi kesalahan, khususnya saat sedang memproduksi produk baru, disaat produk baru muncul beliau memasarkan produk tersebut dengan mengikuti pameran-pameran dan menjualnya di usaha makanan milik adiknya. Disini nampak ibu Rima sangat inovatif dalam menjalankan usahanya.

Ibu Rima sendiri sering mencoba hal-hal baru walaupun belum tentu digemari konsumen, seperti menciptakan tudung saji yang kerangkanya berasal dari besi, “Tudung sajinya dari kerangka besi, kan belum ada di UKM lain, soalnya saya ikut perkumpulan UKM Salatiga”. Ibu Rima sendiri tidak mempermasalahkan jika pegawainya melakukan kesalahan karena hal tersebut dianggap lumrah oleh Ibu Rima, beliau juga tidak mempermasalahkan kerugian biaya produksi jika salah satu produknya tidak laku.

Dari paparan di atas, Ibu Rima dapat dikatakan memiliki sikap proaktif, inovatif, dan berani untuk mengambil risiko. Ketiga sikap ini merupakan cermin bahwa dalam menjalankan usahanya beliau punya orientasi kewirausahaan yang tinggi. Sikap yang beliau terapkan dirasakan punya pengaruh pada perkembangan usahanya, dimana beliau merasa mengalami peningkatan pendapatan usaha dikarenakan meningkatnya volume penjualan yang terus terjadi khususnya saat Ibu

(19)

19

Rima mengeluarkan produk baru. Dari segi aset Family Collection juga mengalami peningkatan, dimana pada awalnya hanya memiliki dua mesin jahit, sekarang beliau memiliki empat mesin jahit, kemudian memiliki tempat produksi sendiri yang sebelumnya tempat produksi dilakukan dirumah miliknya.

Dalam menjalankan usaha, Ibu Rima memanfaatkan internet sebagai alat untuk mencari informasi mengenai hal-hal yang sedang digemari oleh konsumen, bahan baku, dan memasarkan produk-produknya. Selain itu, Ibu Rima juga memanfaatkan internet untuk membantu jika usaha milik teman yang membutuhkan bahan baku. Internet juga dimanfaatkan oleh Ibu Rima untuk alat berkomunikasi dan bernegosiasi dengan pemasok, hal itu dilakukan dikarenakan pemasok bahan baku untuk Familly Collection berasal dari kota Semarang. “Ini kan bahan-bahannya dari Semarang semua, ya paling nanti tinggal ‘WA’ aja mas- masnya suruh kirim, kadang malahan mas-masnya suka ngasih tahu kalo ada produk baru dari mereka untuk dijadikan bahan baku”.

Internet dimanfaatkan juga oleh Ibu Rima sebagai cara untuk memotivasi pegawainya. Dalam memotivasi pegawai untuk memproduksi produk baru, beliau menunjukkan foto yang terdapat di internet untuk ditunjukkan kepada pegawai tentang produk yang diinginkan Ibu Rima. Pemanfataan internet memberikan dampak positif pada perusahaan. Dari segi penjualan menurut Ibu Rima mengalami peningkatan karena dapat menemukan konsumen-konsumen baru bahkan dari luar kota, dan menjadi salah satu faktor dalam peningkatan aset dan pendapatan usaha.

“Ya, pasti ada, nambah pendapatan, nambah konsumen, nambah mesin, pasti ada”.

 Responden 2

Supoyo adalah seorang pengusaha, lulusan S1, yang berasal dari kota Salatiga. Bapak Supoyo pada tahun 2019 berumur 65 tahun, memulai usaha dari umur 60 tahun. Sebelum mendirikan usaha, beliau adalah seorang ketua RT (Rukun Tetangga) di RT tempat tinggal Bapak Supoyo, yaitu di Jl. Widosari No. 21 RT 3 RW 4, Tegalrejo, Salatiga. Sebagai ketua RT, Bapak Supoyo ingin memberdayakan masyarakat untuk membantu pemerintah dalam menangani masalah sampah,

(20)

20

khususnya kebersihan lingkungan dan pada akhirnya Bapak Supoyo membentuk Bank Sampah “Wares” yang didalamnya berisikan perhimpunan ibu-ibu PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) di wilayah Bapak Supoyo yang dimana ibu-ibu tersebut berjumlah sepuluh orang. Bank Sampah “Wares” terbentuk pada tahun 2014, hingga saat ini usia usaha tersebut sudah mencapai lima tahun. Usaha tersebut fokus terhadap produk cindera mata yang memanfaatkan limbah plastik dan koran bekas sebagai bahan dasar produk. Produk tersebut antara lain, tas dari bekas bungkus kopi kemasan, pot bunga dari bekas botol air mineral, dan kotak pensil dari koran bekas.

Selain ingin membantu pemerintah, Bapak Supoyo melihat peluang bahwa limbah plastik dan koran bekas dapat dimanfaatkan lagi untuk menciptakan suatu produk yang dapat digunakan oleh masyarakat. Bapak Supoyo juga ingin memanfaatkan keterampilan yang dimiliki oleh warganya khususnya ibu-ibu yang tergabung dalam PKK untuk ikut serta menciptakan produk dan memproduksinya dengan jumlah yang besar. Apa yang dilakukan Bapak Supoyo memperlihatkan bahwa beliau sangat proaktif.

Sebagai upaya untuk menghemat waktu, Bapak Supoyo mengizinkan para ibu-ibu untuk mengerjakan pekerjaannya di rumah dan selalu diawasi oleh Bapak Supoyo walaupun tidak diawasi secara lansgung. “Ibu-ibu disinikan tentu memiliki pekerjaan yang lain, jadi saya mengizinkan untuk dibawa pulang pekerjaanya untuk dikerjakan dirumah saja jadi bisa ngerjainnya pagi, siang, atau malam, jadi tidak harus disini, tetapi tetap saya pantau, kadang dihubungi oleh istri saya, atau disamperin kerumah oleh istri saya”. Hasil yang diciptakan oleh ibu-ibu tersebut nantinya akan dipasarkan oleh ibu-ibu itu sendiri, agar memperluas konsumen.

Disini dapat dilihat Bapak Supoyo sangat inovatif dalam menjalankan usahanya.

Bapak Supoyo menyadari jika tidak semua orang suka menggunakan produk-produk hasil dari daur ulang, tetapi demi menjaga lingkungan Bapak Supoyo tetap menciptakan produk hasil dari daur ulang. Saat terjadi kendala proses produksi, Bapak Supoyo memaklumi karena menurut beliau tentu ibu-ibu memiliki tanggung jawab yang lain. “kalo hambatan dari bahan baku tidak ada, soalnya selalu ada bahan baku, paling dari hambatan produksi, ibu-ibu tentu punya

(21)

21

tanggung jawab lain, kepada suami, anak, jadi saya maklumi saja jika ada keterlambatan”. Bapak Supoyo sendiri tidak mempermasalahkan mengenai pendapatan Bank Sampah “Wares”, karena tidak dilakukannya pembukuan. “Kita disini tidak ada pembukuan, jadi tidak teralu mempermasalahkan pemasukan, pokoknya setiap ada orang yang menjual sampah kita beli, uang hasil dari penjualan produk kita kumpulkan di satu tempat yang nantinya digunakan untuk beli sampah tapi tidak dicatat”.

Dari paparan di atas, Bapak Supoyo dapat dikatakan memiliki sikap proaktif, inovatif, dan berani untuk mengambil risiko. Ketiga sikap ini merupakan cermin bahwa dalam menjalankan usahanya beliau punya orientasi kewirausahaan yang tinggi. Sikap yang beliau terapkan dirasakan punya pengaruh pada perkembangan usahanya, dimana beliau merasa mengalami peningkatan pendapatan usaha dikarenakan meningkatnya volume penjualan yang terus terjadi khususnya saat Bapak Supoyo mengeluarkan produk baru. Dari segi aset Bank Sampah “Wares” tidak mengalami peningkatan aset, karena alat-alat produksi selalu dibawa pulang oleh ibu-ibu. “kalo peningkatan aset disini tidak ada, soalnya kayak mesin jahit suka dibawa pulang oleh ibu-ibu”.

Dalam menjalankan usaha, Bapak Supoyo memanfaatkan internet sebagai alat untuk mencari informasi mengenai hal-hal yang sedang digemari oleh konsumen, mencari informasi mengenai bahan baku, dan memasarkan produk- produknya. Bapak Supoyo juga memanfaatkan internet sebagai media untuk berkomunikasi dan bernegosiasi dengan pemasok, hal itu dilakukan untuk mempermudah Bapak Supoyo menjangkau pemasok di Salatiga agar menghemat waktu dan biaya. “ada internet jadi mudah, jadi gampang nyari pemasok, tidak usah harus kesana-kesini”.

Bapak Supoyo sering memberikan pelatihan-pelatihan kepada ibu-ibu dengan memanfaatkan internet, dengan menunjukkan video-video mengenai cara pembuatan yang ada di internet. Beliau juga memberikan motivasi kepada ibu-ibu dengan memanfaatkan internet. Pemanfataan internet itu sendiri ikut serta dalam memberikan dampak positif untuk Bank Sampah “Wares”, dari segi penjualan menurut Bapak Supoyo tentu mengalami peningkatan karena dapat memasarkan

(22)

22

produknya hingga kemana pun, bahkan luar kota. Peningkatan asetpun dialami oleh Bapak Supoyo setelah memanfaatkan internet, seperti penambahan mesin jahit yang dimiliki oleh Bank Sampah “Wares”.

 Responden 3

Agit Sasongko adalah seorang pengusaha, lulusan sekolah menengah atas, yang berasal dari Kota Salatiga. Bapak Agit pada tahun 2019 berusia 49 tahun, memulai usaha dari umur 44 tahun. Berawal dari membuat usaha yang dimana menjual alat pancing, Bapak Agit memiliki hobi membuat miniatur kendaraan motor tua, beliau memanfaatkan bahan dari alat pancing untuk dijadikan bahan miniaturnya. Bapak Agit memutuskan untuk menyalurkan hobinya dengan membuat usaha yang fokus dengan miniatur motor tua. Pada tahun 2014 usaha Bapak Agit berdiri dengan nama Miniatur Salatiga, yang berada di Jl. Telogo Tirto No.702, Kutowinangun Lor, Tingkir, Salatiga. Hingga saat ini usaha beliau sudah menginjak usia lima tahun. Akan tetapi usaha yang dimiliki beliau hingga saat ini tidak merekrut pegawai dikarenakan beliau tidak ingin kualitas produknya berbeda, jika dilakukan oleh orang lain.

Pemanfaatan timah yang digunakan untuk membuat alat pancing, Bapak Agit memiliki ide untuk memanfaatkan timah tersebut sebagai bahan dasar usaha beliau yang baru yaitu dengan membuat miniatur motor tua, dimana usaha ini masih terbilang baru dan pertama yang ada di Kota Salatiga. “Saya dulukan usaha pancing, terus suka dengan motor-motor tua, akhirnya saya maanfaatin aja timah yang digunakan dialat pancing untuk jadi bahan dasarnya, di Salatiga kan juga belum ada miniatur kendaraan motor tua”. Sebelum memasarkan produknya, Bapak Agit terlebih dahulu membuat berbagai macam jenis miniatur motor tua, yang kemudian diproduksi dengan jumlah besar. Apa yang dilakukan Bapak Agit memperlihatkan bahwa beliau sangat proaktif.

Saat ini Bapak Agit memproduksi sesuai dengan permintaan akan tetapi jika masih ada sisa bahan lebih, Bapak Agit memanfaatkannya lagi dan memproduksi lebih dari permintaan sebagai cadangan yang siap dijual. “Saya sekarang cuma buat sesuai pesanan saja tapi kadang saya lebihkan jumlahnya agar dapat saya

(23)

23

pasarkan ke orang lain, kayak misalnya orang pesennya lima tapi saya buat tujuh, jadi sisanya bisa saya jual ke orang lain”. Disini dapat dilihat Bapak Agit sangat inovatif dalam menjalankan usahanya dan berani mengambil risiko karena selama menjalankan usahanya, beliau tidak memikirkan biaya produksi dikarenakan sejak awal Bapak Agit memulai usaha hanya untuk dapat menyalurkan hobi.

Dari paparan di atas, Bapak Agit dapat dikatakan memiliki sikap proaktif, inovatif, dan berani mengambil risiko. Ketiga sikap ini merupakan cermin bahwa dalam menjalankan usahanya beliau punya orientasi kewirausahaan yang tinggi.

Selama Bapak Agit menerapkan orientasi kewirausahaan, Bapak Agit merasakan dampak positif terhadap usaha yang dimiliki beliau. Melalui usaha ini Bapak Agit mengalami peningkatan pendapatan usaha yang dia jalankan dari sebelumnya, hal ini disebabkan oleh meningkatnya volume penjualan dan hal ini berpengaruh terhadap aset yang dimiliki Miniatur Salatiga. Hal tersebut dapat dilihat dari bertambahnya jumlah kendaraan operasional yang dimiliki oleh Bapak Agit.

Dalam menjalankan usaha yang dimilikinya, Bapak Agit hanya memanfaatkan internet sebagai alat untuk memasarkan produknya dan mencari referensi dari produk yang dipesan oleh konsumen. Semenjak memanfaatkan internet Bapak Agit tidak lagi memasarkan produknya hanya melalui pameran.

“Semenjak ada internet saya terbantu untuk memasarkan usaha saya, jadi gausah capek-capek ikut pameran, jadi saya sekarang bisa nolak kalau diajak ikut pameran”. Dengan memanfaatkan internet Bapak Agit juga merasakan dampak positif terhadap usahanya. Dampak positif yang dirasakan Bapak Agit adalah meningkatnya volume penjualan karena dapat menjualkan produknya ke luar kota bahkan luar negeri sehingga sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan usahanya. Memanfaatkan internet juga menjadi faktor meningkatnya aset yang dimiliki oleh Bapak Agit.

 Responden 4

Khoirul Huda adalah seorang pengusaha, lulusan D3, yang berasal dari kota Salatiga. Bapak Khoirul pada tahun 2019 berumur 28 tahun, memulai usaha dari umur 27 tahun. Sebelum memiliki usaha tersebut Bapak Khoirul berkerja sebagai

(24)

24

apoteker di salah satu apotek yang berada di Kota Salatiga. Di tengah-tengah kesibukannya sebagai apoteker, Bapak Khoirul memutuskan untuk menciptakan suatu usaha yang belum ada di Salatiga yaitu tanaman kaktus. Alasan Bapak Khoirul memilih tanaman kaktus sebagai produk yang akan dijualnya, karena ingin menanam sesuatu yang unik, tidak repot dan tentunya yang belum ada di Salatiga.

Pada tahun 2018, Bapak Khoirul memutuskan untuk membuat usaha tanaman kaktus yang sampai saat ini sudah berusia satu tahun, yang diberi nama The Prickle House. Usaha tersebut berada di Jl. Kecandran, Sidomukti, Salatiga. Sampai saat ini, usaha milik Bapak Khoirul tidak memiliki pegawai, hal itu dikarenakan menurut Bapak Khoirul, beliau masih bisa mengurusnnya dengan sendiri, saat harus bekerja beliau bisa meminta tolong kepada adiknya untuk menjaga usahanya tersebut. Pada awalnya Bapak Khoirul hanya menjual tanaman kaktus, dengan seiring waktu kemudian Bapak Khoirul juga menjual berbagai pot hiasan yang terbuat dari tanah liat.

Bapak Khoirul memilih tanaman kaktus karena menurut beliau belum ada tanaman yang unik dan mudah perawatannya yang ada di Salatiga. Bapak Khoirul sendiri memiliki berbagai jenis tanaman kaktus akan tetapi tidak semua jenis Bapak Khoirul jual, hal ini dikarenakan Bapak Khoirul mempersiapkan saat jumlah konsumen mulai menurun. Di saat jumlah konsumen menurun, Bapak Khoirul akan menawarkan jenis kaktus lain yang sebelumnya disimpan untuk menarik kembali minat konsumen. “Biasanya ngeluarin dulu sebagian jenis kaktus, nanti saat konsumen mulai menurun baru kita keluarin jenis yang lain”. Apa yang dilakukan Bapak Khoirul memperlihatkan bahwa beliau sangat proaktif.

Saat jumlah tanaman kaktus tinggal sedikit, Bapak Khoirul melakukan penanaman terlebih dahulu sampai mencapai jumlah yang besar agar di saat jumlah konsumen yang menginginkan jenis tersebut meningkat tidak akan mengalami kehabisan produk. Seiring berjalannya waktu yang pada awalnya Bapak Khoirul hanya menawarkan tanaman kaktus, pada saat ini Bapak Khoirul juga menawarkan pot hias kepada konsumen. Disini dapat dilihat Bapak Khoirul berinovasi dalam menjalankan usahanya.

(25)

25

Bapak Khoirul rutin melakukan penambahan jenis baru tanaman kaktus dan dipasarkan melalui sosial media agar konsumen tidak bosan jika hanya jenis itu saja yang dijual. Pada saat memulai usaha tersebut, Bapak Khoirul sudah melakukan riset mengenai apa yang diinginkan masyarakat sehingga Bapak Khoirul berani untuk memutuskan membuka usaha tanaman kaktus.

Dari paparan di atas, Bapak Khoirul dapat dikatakan memiliki sikap proaktif, inovatif, dan berani untuk mengambil risiko. Ketiga sikap ini merupakan cermin bahwa dalam menjalankan usahanya beliau punya orientasi kewirausahaan yang tinggi. Setelah usaha tersebut berjalan selama satu tahun, Bapak Khoirul merasakan peningkatan pendapatan usaha. Hal tersebut diakibatkan oleh meningkatnya volume penjualan dari waktu kewaktu yang dikemudian berpengaruh terhadap meningkatnya aset usaha yang dimiliki Bapak Khoirul seperti, memperluas lahan usaha, memiliki rak-rak untuk memajangkan berbagai jenis kaktus yang dimiliki oleh beliau.

Dalam menjalankan usaha yang dimilikinya, Bapak Khoirul memanfaatkan internet sebagai alat untuk mencari informasi pesaing, keinginan konsumen, bahan baku, dan pemasaran. “Saya menggunakan internet mencari informasi soal pesaing, seberapa cepat dia berinovasi, saat kapan saja mereka ngeluarin produk, produk baru apa yang mereka tawarkan ke konsumen, mencari informasi juga soal konsumen, konsumen lagi menginginkan yang seperti apa atau jenis kaktus yang seperti apa, dan juga juga mencari bahan baku, soalnyakan di Salatiga masih belum ada penjual kaktus, sama ya paling pemasaran”. Selain itu, Bapak Khoirul memanfaatkan internet untuk berkomunikasi, bernegosiasi dan menjalin hubungan kerjasama dengan pemasok untuk mendapatkan jenis baru. Hal itu dikarenakan belum adanya penjual tanaman kaktus di Salatiga, sehingga pemasok bahan baku Bapak Khoirul berasal dari kota Bandung.

Internet dimanfaatkan juga oleh Bapak Khoirul sebagai media untuk mencari referensi menciptakan produk baru. “saya suka nyari referensi di internet, apakah ada jenis baru dari tanaman kaktus, apakah ada jenis pot yang bentuknya baru, atau hiasan yang baru”. Pemanfaatan internet itu sendiri ikut serta dalam memberikan dampak positif untuk The Prickle House, dari segi penjualan menurut

(26)

26

Bapak Khoirul tentu mengalami peningkatan karena dapat menemukan konsumen- konsumen baru, yang dimana sebelumnya hanya di sekitar Salatiga, kini konsumen beliau sudah mencapai luar Kota Salatiga. Hal tersebut tentunya juga berpengaruh terhadap aset yang dimiliki oleh Bapak Khoirul dan pendapatan usaha.

 Responden 5

Puhan Ayu Kristiyanto adalah seorang pengusaha, lulusan sekolah menengah atas, yang berasal dari Kota Salatiga. Ibu Puhan pada tahun 2019 berumur 28 tahun, memulai usaha dari umur 21 tahun. Berawal dari hobi menggambar saat masih bersekolah, beliau ingin menyalurkan hobinya tersebut ke dalam suatu usaha yang bisa dinikmati oleh orang lain. Selain itu, alasan Ibu Puhan berkeinginan membuka usaha karena beliau tidak ingin bekerja di kantor. Pada tahun 2012, Ibu Puhan membuka usaha aksesori yang diberi nama Sarang Lebah.

Usaha tersebut sudah berjalan selama tujuh tahun dan memiliki empat pegawai yang merupakan Sahabat Tuli, serta membuka cabang di Pulau Bali. Pada awalnya Ibu Puhan hanya membuat karikatur, kemudian dengan seiringnya waktu usaha milik Ibu Puhan menawarkan berbagai macam buku dan aksesori, seperti gantungan kunci, pena dan pajangan yang berasal dari hasil limbah kayu. Alamat Sarang Lebah berada di Jl. Nakula Sadewa 1 No. 17, Kembang Arum, Dukuh, Kec.

Sidomukti, Salatiga.

Beliau ingin menyalurkan hobinya dengan membuka usaha karikatur yang hasil dari hobinya dapat dinikmati oleh konsumen. Sebelum membuka usaha tersebut, Ibu Puhan mencari pegawai yang kemudian diajarkan kepada pegawainya agar membuat produksi sesuai dengan yang diingikan oleh Ibu Puhan, lalu kemudian Ibu Puhan akan memproduksinya dengan jumlah banyak untuk mengantisipasi meningkatnya penjualan. Apa yang dilakukan Ibu Puhan memperlihatkan bahwa beliau sangat proaktif.

Ibu Puhan mengembangkan usahanya dengan menawarkan produk-produk lain, yang dimana awalnya hanya menawarkan karikatur, kini Ibu Puhan juga menawarkan aksesori dan buku. Ibu Puhan juga melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam hal produksi agar mempercepat proses produksi. Produk-produk

(27)

27

tersebut kemudian akan dipasarkan melalui pameran dan beliau membuka kelas pelatihan untuk membuat produknya, dengan maksud lain untuk memasarkan produknya. Disini dapat dilihat Ibu Puhan sangat inovatif dalam menjalankan usahanya.

Dalam menjalankan usahanya, beliau sering mencoba membuat produk baru yang bisa dimanfaatkan dari limbah kayu, “biasanya saya suka mencoba dari limbah kayu bisa dijadikan apalagi yang baru”. Ibu Puhan sendiri tidak pernah memberikan sanksi terhadap pegawai-pegawainya, karena menurut beliau, dirinya dan pegawai sama-sama belajar untuk buat produk sama menjalankan usaha. Ibu Puhan juga tidak memikirkan jika terjadi kerugian karena dari awal membuat usaha, beliau hanya ingin menyalurkan hobinya.

Dari paparan di atas, Ibu Puhan dapat dikatakan memiliki sikap proaktif, inovatif, dan berani mengambil risiko. Ketiga sikap ini merupakan cermin bahwa dalam menjalankan usahanya beliau punya orientasi kewirausahaan yang tinggi.

Ibu Puhan merasakan dampak positif setelah menerapkan orientasi kewirausahaan.

Beliau mengalami peningkatan pendapatan usaha dan aset usaha setelah meningkatnya volume penjualan. Pada awalnya beliau hanya memanfaatkan rumah ibunya sebagai tempat usaha, kini beliau dapat membuka tempat usaha sendiri.

Peningkatan mesin jahit yang awalnya hanya memiliki satu kini sudah memiliki empat mesin, hal yang paling dirasakan Ibu Puhan adalah dapat membuka cabang di luar pulau.

Dalam menjalankan usaha yang dimilikinya, Ibu Puhan memanfaatkan internet sebagai alat mencari informasi sebelum mengeluarkan produk baru dan mengatur usaha. “Saya sekarang kan di Bali, jadi biasanya saya manfaatin internet untuk berkomunikasi dengan yang di Salatiga, apakah semua lancar atau mengalami kendala, saya juga suka memantau dari Instagram, yang di Salatiga benar tidak cara memasarkan produknya di Instagram”. Ibu Puhan juga menggunakan internet sebagai media untuk menjalin kerjasama dalam hal pemasaran, beliau akan memasarkan produk-produknya ditempat usaha lain.

Ibu Puhan sering memberikan pelatihan-pelatihan kepada pegawai- pegawainya dengan memanfaatkan internet dengan menunjukkan video-video

(28)

28

mengenai cara pembuatan yang ada di internet, selain itu melalui internet Ibu Puhan memotivasi pegawai-pegawainya dengan cara menunjukkan foto-foto produk yang bisa diciptakan. Pemanfataan internet itu sendiri ikut serta dalam memberikan dampak positif untuk Sarang Lebah, dari peningkatan volume penjualan tentunya mengalami peningkatan karena dapat menggapai konsumen yang berada dari luar kota Salatiga. Hal ini, berdampak terhadap meningkatnya pendapatan dan aset usaha. “Tentu berpengaruh, ngeluarin produk baru terus dipasarkan melalui internet, meningkatkan jumlah penjualan, hasilnya pendapatan bertambah, aset bertambah, seperti, mesin jahit yang bertambah, dulu usaha dirumah milik ibu sekarang bisa punya tempat sendiri, buka cabang juga di Bali”.

4.1.1 Karakteristik Narasumber

Berikut tabel yang menyajikan karakteristik lima responden pemilik UKM dalam bidang kerajinan tangan:

Tabel 4.1 Karakteristik Narasumber

Nama Nama

Usaha

Kode Produk Usaha

Bahan Dasar Produk

Usia Pengusaha

Umur Usaha

Pendidikan

Ibu Rima Pangastuti Florentina

Family Collection

N1 Cindera Mata

Rotan, Kain, dan Besi

51 6 Tahun S1

Bapak Supoyo

Bank Sampah

“Wares”

N2 Cindera Mata

Limbah Plastik &

Koran Bekas

65 5 Tahun S1

Bapak Agit Sasongko

Miniatur Salatiga

N3 Miniatur Kendaraan Motor Tua

Timah dan Besi

49 5 Tahun SMA

Bapak Khoirul

Huda

The Prickle

House

N4 Tanaman Kaktus &

Pot Hias

Tanaman Kaktus &

Tanah Liat

28 1 Tahun D1

Ibu Puhan Ayu Kristiyanto

Sarang Lebah

N5 Karikatur, Buku

&Aksesori

Limbah Kayu

28 7 Tahun SMA

Sumber : data primer 2019

Tabel 4.1 menunjukkan daftar responden dimana setiap UKM memiliki produk yang berbeda. Ibu Rima pemilik Family Collection berfokus pada produk cindera mata memanfaatkan rotan, kain, dan besi sebagai bahan dasar; Bapak

(29)

29

Supoyo pemilik Bank Sampah “Wares” yang berfokus pada produk cindera mata hasil daur ulang limbah plastik; Bapak Agit pemilik Miniatur Salatiga berfokus pada produk miniatur kendaraan motor tua dengan bahan dasar timah; Bapak Khoirul pemilik The Prickle House berfokus pada produk tanaman kaktus dan pot yang terbuat dari tanah liat; dan Ibu Puhan pemilik Sarang Lebah yang berfokus pada produk karikatur dan aksesori hasil daur ulang limbah kayu. Sebagian usaha memanfaatkan limbah.

Menurut Burgstone dan Murphy (2012) usia ideal dalam berwirausaha adalah 30 tahun. Tabel tersebut menunjukkan sebagian besar responden sudah menginjak usia diatas 30 tahun dan ada dua orang yang masih dibawah umur 30 tahun. Itu berarti usia tidak menjadi penentu dalam mulai menjalankan suatu usaha.

Usia usaha responden sebagian besar antara lima sampai tujuh tahun, hanya satu usaha yang baru memulai usaha selama satu tahun. Itu berarti sebagian besar pemilik sudah memasuki ketidak stabilan usaha dan mengarah pada keberlanjutan usaha.

Tingkat pendidikan pemilik sebagian lulusan perguruan tinggi, hanya dua orang yang berpendidikan tingkat sekolah menengah atas. Para responden usaha kerajinan pada umumnya memiliki pendidikan yang relatif tinggi.

4.1.2 Orientasi Kewirausahaan pada UKM Kerajinan Tangan

Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Miller (1983) orientasi kewirausahaan sebagai salah satu yang terlibat dalam inovasi produk-pasar, melakukan sedikit usaha berisiko, dan pertama kali datang dengan ‘proaktif’

inovasi, serta memberikan pukulan untuk mengalahkan pesaing. Miller (1983) juga menyatakan bahwa orientasi kewirausahaan dapat ditentukan berdasarkan pada tiga dimensi, yaitu: proaktif, inovatif, dan pengambilan risiko.

Berikut hasil wawancara dengan para narasumber yang dimana dibagi menjadi tiga dimensi, antara lain: 1). Proaktif, 2). Inovatif, dan 3). Pengambilan Risiko.

(30)

30

Tabel 4.2 Orientasi Kewirausahaan

No Dimensi Indikator Keterangan Ditemukan Pada 1. Proaktif K1 Identifikasi peluang N1, N2, N3, N4, N5

K2 Antisipasi perubahan permintaan

N1, N4 K3 Menyusun tindakan

strategis

N1, N2, N3, N4, N5 K4 Tindak lanjut eksekusi

bisnis

N1, N2, N3, N4, N5

2. Inovatif K1 Produk N1, N2, N3, N4, N5

K2 Proses N1, N2, N3, N5

K3 Manajerial N1, N2, N4, N5

K4 Pemasaran N1, N2, N3, N4, N5

3. Pengam bilan Risiko

K1 Kecenderungan pengambilan risiko

N1, N2, N4

K2 Intensitas melakukan eksplorasi

N1, N2, N4, N5 K3 Toleransi terhadap

kesalahan karyawan

N1, N2, N5 K4 Menerima risiko

kerugian finansial

N1, N2, N3, N4, N5 Sumber : diolah dari data primer 2019

 Proaktif

Secara umum, para pengusaha industri kerajinan memiliki orientasi kewirausahaan yang tinggi walaupun aspek-aspek yang diterapkan tidak selalu sama. Berkaitan dengan dimensi proaktif, semua UKM melakukan identifikasi peluang, menyusun tindakan strategis, dan tindak lanjut eksekusi bisnis. Namun hanya dua pengusaha yang melakukan antisipasi perubahan permintaan.

Berkenaan pada proaktif dapat dilihat secara detail yang dilakukan para narasumber dalam menjalankan usahanya, hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

(31)

31

Tabel 4.3 Proaktif yang Dilakukan Responden

Sumber : data primer 2019

 Inovatif

Dalam dimensi inovatif, semua UKM melakukan inovasi dalam produk dan pemasaran, namun hanya empat UKM yang melakukan inovatif proses dan manajerial. Berkenaan pada inovatif dapat dilihat secara garis besar yang dilakukan para narasumber dalam menjalankan usahanya, hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel 4.4 Inovatif yang Dilakukan Responden Nama Narasumber Keterangan

Rima Pangastusi Florentia Menyalurkan hobi dalam hal menjahit, melihat apa yang dibutuhkan masyarakat, mengajarkan kepada para karyawan, kemudian memproduksinya dalam jumlah banyak.

Supoyo Melihat apa yang bisa dimanfaatkan dari limbah plastik, memberdayakan ibu-ibu dari masyarakat sekitar, kemudian memproduksinya dalam jumlah banyak.

Agit Sasongko Memanfaatkan bahan yang ada dari usaha terdahulunya, melakukan pembuatan terlebih dahulu berbagai macam jenis kendaraan, kemudian memproduksinya dengan jumlah banyak.

Khoirul Huda Melihat apa yang belum ada di Kota Salatiga, mempersiapkan produk yang lain saat jumlah konsumen menurun, membudidayakan tanaman kaktus sebelum dijual kepada masyarakat, kemudiaan saat jumlah kaktus sudah banyak baru kemudian kaktus tersebut dipasarkan.

Puhan Ayu Kristiyanto Menyalurkan hobi dalam hal menggambar, mengajarkan kepada karyawan, kemudian memproduksinya dalam jumlah banyak.

Nama Narasumber Keterangan

Rima Pangastusi Florentia Rutin mengganti produk yang tidak laku dengan produk baru, memberikan pemasukan tambahan kepada karyawan yang memenuhi target pembuatan produk, melakukan pengawasan terhadap karyawan agar sesuai keinginan, kemudian memasarkannya melalui pameran-pameran.

Supoyo Membuat produk baru tetap menggunakan bahan limbah plastik, mengizinkan para ibu-ibu untuk membawa perkerjaannya ke rumah agar lebih menghemat waktu produksi, melakukan pengajaran dan pengawasan terhadap ibu-ibu yang tergabung, kemudian oleh ibu-ibu dan pengurus dipasarkan.

(32)

32 Sumber : data primer 2019

 Pengambilan Risiko

Berdasarkan dimensi pengambilan risiko, semua UKM menerima kerugian finansial, empat UKM yang melakukan eksplorasi. Sedangkan kecenderungan pengambilan risiko serta toleransi terhadap kesalahan karyawan merupakan hal yang paling sedikit dilakukan hanya oleh tiga UKM.

Berkenaan dengan pengambilan risiko dapat dilihat secara garis besar yang dilakukan para narasumber dalam menjalankan usahanya, hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel 4.5 Pengambilan Risiko yang Dilakukan Responden

Sumber : data primer 2019

Agit Sasongko Menggunakan bahan dasar timah dari alat pancing untuk menghasilkan produk lain, memproduksi produk tidak sesuai dengan jumlah permintaan, memproduksinya dengan jumlah besar agar produk tersebut dapat ditawarkan ke konsumen lain.

Khoirul Huda Meningkatkan berbagai jenis-jenis kaktus, melakukan perawatan terhadap tanaman tersebut, kemudian dipasarkan lewat sosial media

Puhan Ayu Kristiyanto Pengembangan produk dari karikatur, kemudian aksesoris, dan terakhir buku. Berkerja sama dengan usaha lain agar menghemat waktu produksi, kemudian memasarkannya melalui pameran dan membuka kelas pelatihan.

Nama Narasumber Keterangan

Rima Pangastusi Florentia Memproduksi produk yang usaha lain belum buat dengan menggunakan bahan yang baru, tidak memberikan sanksi kepada karyawan saat melakukan kesalahan, tidak mempermasalahkan jika produk tersebut tidak laku.

Supoyo Memproduksi produk yang usaha lain belum buat, menggunakan bahan baku dari limbah plastik yang bentuknya baru, memaklumi jika terjadi hambatan pada produksi karena memahami tanggung jawab lain para ibu- ibu, tidak melakukan pembukuan sehingga tidak mempermasalahkan kerugian.

Agit Sasongko Menerima kerugian saat produk tersebut tidak laku.

Khoirul Huda Memproduksi produk yang usaha lain belum buat, mencari apa yang dibutuhkan oleh masyarakat,

Puhan Ayu Kristiyanto Mencoba hal baru yang masih bisa dimanfaatkan dari hasil limbah kayu, tidak memberikan sanksi terhadap kesalahan yang dibuat oleh karyawan, menerima jika terjadi kerugian.

Gambar

Tabel 4.1 Karakteristik Narasumber
Tabel 4.2 Orientasi Kewirausahaan
Tabel 4.3 Proaktif yang Dilakukan Responden
Tabel 4.5 Pengambilan Risiko yang Dilakukan Responden
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi akademis yang berkaitan dengan pengaruh kesadaran wajib pajak, pengetahuan pajak,

Berdasarkan latar belakang tesebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia di Posyandu Gumulan wilayah

Undang-undang ini terdiri dari 15 bab dan 54 pasal yang secara garis besar berisi ketentuan umum, hak, kewajiban dan kewenangan, standar nasional perpustakaan, koleksi

6) Otto Soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gadjah Mada University, Yogyakarta, 2009, hlm 24.. Banyak sekali permasalahan yang timbul akibat penempatan kawasan

proses keputusan pembelian merupakan suatu prilaku konsumen untuk menentukan proses pengembangan keputusan dalam membeli suatu produk yang menjadi keinginan

1. Jika pelanggan suka, mereka akan menetap ke suatu produk atau jasa. Jika pelanggan kecewa, dalam waktu dekat mereka akan meninggalkan produk atau jasa tersebut.

Kota Administratif Bau-Bau dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 61.110 ha, yang merupakan bagian dari Kabupaten Buton, sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang Nomor 13 Tahun

berpengaruh terhadap massa pelepah. Nilai koefisien adalah positif sehingga lebar berpengaruh positif terhadap massa pelepah. 3.1.3 Persamaan Struktural Sub-struktur 1