• Tidak ada hasil yang ditemukan

ILUSTRASI KARTUN SEBAGAI MEDIA DALAM MENYAMPAIKAN KRITIK SOSIAL PADA MEDIA CETAK (Harian Kompas edisi Januari-September 2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ILUSTRASI KARTUN SEBAGAI MEDIA DALAM MENYAMPAIKAN KRITIK SOSIAL PADA MEDIA CETAK (Harian Kompas edisi Januari-September 2015)"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PADA MEDIA CETAK

(Harian Kompas edisi Januari-September 2015)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

SHAIFUL MUSLIM 10541 00290 10

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

(2)
(3)
(4)

xii

HALAMAN SAMPUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR SKEMA ... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Kritik Sosial ... 6

2. Konstruksi Realitas Dalam Media ... 7

(5)

xiii

6. Langkah-langkah Menggambar Ilustrasi ... 10

7. Pengertian Kartun ... 11

8. Karakteristik Kartun ... 13

9. Fungsi dan Peran Kartun ... 14

10. Sejarah Harian Kompas ... 15

B. Kerangka Berfikir ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 19

B. Lokasi Penelitian ... 19

C. Variabel Penelitian ... 19

D. Desain Penelitian ... 20

E. Devinisi Operasional Variabel ... 21

F. Objek dan Subjek Penelitian ... 21

G. Teknik Pengumpulan Data ... 22

H. Teknik Analisis Data ... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Hasil Penelitian ... 24

1. Efektifitas ilustrasi kartun dalam menyampaikan kritik sosial pada harian Kompas edisi Januari-September 2015 ... 24

(6)

xiv

Januari-September 2015) ... 25 3. Maksud dan tujuan yang terkandung dibalik karya ilustrasi kartun

dalam menyampaikan kritik sosial pada media cetak (harian Kompas edisi Januari-September 2015) ... 27 B. Pembahasan ... 28 1. Efektifitas ilustrasi kartun dalam menyampaikan kritik sosial pada

harian Kompas edisi Januari-September 2015 ... 28 2. Konteks situasi yang terdapat dalam karya ilustrasi kartun dalam

menyampaikan kritik sosial pada media cetak (harian Kompas edisi Januari-September 2015) ... 45 3. Maksud dan tujuan yang terkandung dibalik karya ilustrasi kartun

dalam menyampaikan kritik sosial pada media cetak (harian Kompas edisi Januari-September 2015) ... 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 50 B. Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRA-LAMPIRAN

(7)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Wahana kritik sosial seringkali dijumpai diberbagai media komunikasi massa, baik media elektronik maupun media cetak. Seperti layaknya fungsi media massa, kritik dan kontrol biasa dikemas dalam rubrik atau artikel berita. Media cetak terutama surat kabar yang berfungsi memberikan informasi turut menggunakan menggunakan pendekatan humor dalam menyampaikan pesannya kepada pembaca. Bentuk pesan yang disampaikan dengan pendekatan humor dalam surat kabar diantaranya kartun. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik dan paling sering menyoroti masalah politik atau masalah publik. Kartun disajikan sebagai suatu bentuk kritik sosial yang memiliki kadar humor.

Kata kritik berasal dari bahasa Yunani krinein yang berarti mengamati, membanding, dan menimbang. Dalam Ensiklopedia Indonesia, kritik didefinisikan sebagai penilaian (penghargaan), terutama mengenai hasil seni dan ciptaan-ciptaan seni (Tarigan 1985:187). Sementara kata sosial berasal dari bahasa Latin socius berarti kawan, teman, dan masyarakat (Soerjono, 1990). Dari dua pengertian tersebut, kritik sosial didefinisikan sebagai salahsatu bentuk pernyataan pendapat dalam masyarakat dengan fungsi mengontrol jalannya suatu sistem dan struktur sosial.

Kartun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:510) diartikan sebagai gambar dengan penampilan yang lucu berkaitan dengan keadaan yang sedang berlaku (terutama politik). Menurut Biru (2011), kartun merupakan suatu

(8)

Gambar interpretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan suatu pesan secara cepat dan ringkas, atau sesuai sikap terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu. Kartun biasanya mengungkap esensi pesan yang harus disampaikan dan menuangkannya ke dalam gambar sederhana, tanpa detail, dengan menggunakan simbol-simbol, serta karakter yang mudah dikenal dan dimengerti secara cepat.

Pesan yang disampaikan dalam kartun mempunyai ungkapan yang kritis terhadap berbagai permasalahan baik itu yang tersamar maupun yang tersembunyi. Dari sini, dapat kita ketahui bahwa kartun dapat dikatakan sebagai sarana kritik sosial. Kehadiran kartun secara universal telah menjadi alat kontrol yang aktifitasnya cukup berarti disaat saluran kritik lainnya tidak dapat menjalankan fungsinya. Dengan kemampuan visualnya kartun mampu menyampaikan pesan yang terkandung di dalamnya, sehingga mampu menembus berbagai tingkat sosial masyarakat, mulai dari yang buta huruf sampai masyarakat yang bersifat kritis.

Melalui media visual, kritikan-kritikan yang disampaikan secara jenaka tidak begitu dirasa melecehkan atau mempermalukan. Pembaca diajak untuk berfikir, merenungkan, dan memahami pesan-pesan atau maksud yang tersurat dan tersirat dalam gambar tersebut. Seringkali gambar tersebut terkesan lucu karena mengandung unsur humor sehingga orang yang membacanya akan tersenyum bahkan tertawa. Sebagai salah satu bentuk komunikasi untuk menciptakan reaksi terhadap suatu peristiwa tertentu, kartun berfungsi sebagai media dalam menyampaikan pesan atau informasi terhadap berbagai masalah yang sedang

(9)

terjadi dalam masyarakat untuk digali atau dicari isi faktanya.

Selain itu hal-hal yang perlu diketahui oleh pembaca dalam rangka memahami maksud dari wujud kartun tersebut adalah pengetahuan tentang dunia. Pengetahuan tentang dunia dalam ilustrasi kartun pada media cetak adalah pengetahuan tentang dunia sosial masyarakat yang sedang dibicarakan banyak orang, baik yang terjadi di dalam negeri atau luar negeri. Pengetahuan tentang dunia ini dapat diperoleh dengan menyaksikan peristiwanya di televisi, mendengarkannya lewat radio, membaca beritanya di media-media cetak, atau media informasi internet (Kartomiharjo, 2000).

Masyarakat lebih menyukai informasi bergambar jika dibandingkan dengan yang berbentuk tulisan, karena dengan melihat gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Dengan kata lain media gambar merupakan metode yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman, walau gambar tidak disertai dengan tulisan sekalipun.

Media massa cetak yang menjadikan ilustrasi kartun sebagai icon adalah Kompas. Kompas pertama kali terbit pada tanggal 28 Juni 1965 dan karya GM. Sudarta pertama kali muncul di Kompas pada bulan April 1967, ketika naikknya rezim Orde Baru.

Hal yang membuat penulis tertarik terhadap ilustrasi kartun pada media cetak sebagai wujud konkret penelitian karena didalamnya terdapat berbagai macam muatan pemahaman. Untuk dapat memahami muatan yang terdapat dalam kartun tersebut kita harus dapat berfikir kritis. Selain mempelajari gambar dan kata-kata yang terdapat dalam kartun, kita juga harus mengetahui latar belakang gambar

(10)

kartun tersebut mengapa dibuat sedemikian rupa. Mudahnya, untuk mengetahui maksud kartun tersebut, kita perlu mengetahui konteks di luar wujud kartun yang berkaitan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji ilustrasi kartun dengan judul Ilustrasi Kartun Sebagai Media Dalam Menyampaikan Kritik Sosial Pada Media Cetak (Harian Kompas edisi Januari-September 2015).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan di atas dan mengacu pada tujuan yang akan dicapai maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah efektifitas karya ilustrasi kartun dalam menyampaikan kritik

sosial pada media cetak (harian Kompas edisi Januari-September 2015)? 2. Bagaimanakah konteks situasi yang terdapat dalam karya ilustrasi kartun

dalam menyampaikan kritik sosial pada media cetak (harian Kompas edisi Januari-September 2015)?

3. Apakah maksud dan tujuan yang terkandung dibalik karya ilustrasi kartun dalam menyampaikan kritik sosial pada media cetak (harian Kompas edisi Januari-September 2015) berdasarkan hasil penelitian?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, yaitu :

1. Mendeskripsikan bagaimana efektifitas karya ilustrasi kartun dalam menyampaikan kritik sosial pada media cetak (harian Kompas edisi Januari-September 2015).

(11)

2. Menjelaskan konteks situasi yang terdapat dalam karya ilustrasi kartun dalam menyampaikan kritik sosial pada media cetak (harian Kompas edisi Januari-September 2015).

3. Memaparkan maksud dan tujuan yang terkandung dibalik karya ilustrasi kartun dalam menyampaikan kritik sosial pada media cetak (harian Kompas edisi Januari-September 2015).

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai sumbangan pemikiran untuk pengembangan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan ilustrasi kartun.

2. Ilustrasi kartun tidak hanya sebagai hiburan bergambar saja, melainkan bisa menjadi sebuah media bagi kritik dan informasi yang ditampilkan dengan ringan dan sederhana.

(12)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka

1. Kritik sosial

Dalam kehidupan sosial banyak permasalahan sosial yang tidak dapat dihindari oleh manusia, misalnya masalah ekonomi, kemiskinan, kejahatan, dan peperangan. Berbagai permasalahan tersebut mendorong manusia untuk melakukan kritik. Kritik yang menyangkut kehidupan bermasyarakat disebut kritik sosial.

Kata kritik berasal dari bahasa Yunani krinein yang berarti mengamati, membanding, dan menimbang. Dalam Ensiklopedia Indonesia, kritik didefinisikan sebagai penilaian (penghargaan), terutama mengenai hasil seni dan ciptaan-ciptaan seni (Tarigan 1985:187). Kata sosial dalam hal ini berhubungan dengan interaksi dengan masyarakat. Interaksi yang dilakukan warga masyarakat mengacu pada permasalahan yang melibatkan banyak orang dan sering disebut dengan kepentingan umum, manusia sebagai anggota dari suatu masyarakat semestinya mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan individu.

Pendapat lain dikemukakan oleh Soerjono (1990:64), bahwa kata sosial berkaitan dengan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lain.

Kritik sosial merupakan suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk memberikan penilaian terhadap persoalan atau kenyataan sosial yang terjadi dimasyarakat. Kenyataan sosial yang dikritik adalah kenyataan sosial yang

(13)

dianggap menyimpang dalam suatu masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Penilaian tersebut dapat diungkapkan dengan cara mengamati, menyatakan kesalahan, memberi pertimbangan, dan sindiran guna menentukan nilai hakiki suatu masyarakat lewat pemahaman, penafsiran, dari kenyataan-kenyataan yang dapat dipertanggungjawabkan.

2. Konstruksi realitas dalam media

Media massa merupakan suatu sarana dalam menyebarkan informasi kepada publik, karena media massa merupakan suatu organisasi yang terdiri atas susunan yang sangat kompleks dan lembaga sosial yang penting dalam masyarakat. Media massa menyediakan gambaran tentang realitas kehidupan manusia sehari-hari, baik kejadian dari suatu peristiwa, fenomena-fenomena yang sedang berkembang, maupun hal-hal yang ditujukan untuk kesenangan atau hiburan dimana media memposisikan dirinya sebagai penyedia keinginan dan pemuas kebutuhan individu. Salahsatunya adalah ilustrasi kartun yang juga merupakan sebuah proses penyampaian realitas tertentu dari redaksi kepada khalayak dengan tujuan menghibur.

Isi media pada hakikatnya merupakan hasil kontruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan saja sebagai alat merepresentasikan realitas, namun juga menentukan sesuatu yang akan diciptakan oleh bahasa sebagai realitas tersebut. Akibatnya media massa mempunyai peluang yang besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya.

(14)

3. Pengertian seni

Menurut Ki Hajar Dewantara seni adalah hasil keindahan sehingga dapat menggerakkan perasaan indah orang yang melihatnya, oleh karena itu perbuatan manusia mempengaruhi dapat menimbulkan perasaan indah itu sendiri (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Seni).

Menurut Sudarmaji seni adalah segala manifestasi batin dan pengalaman estetis dengan menggunakan media bidang, garis, warna, tekstur, volume, dan gelap terang (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Seni).

Padmapuspita (dalam Bahari. 2008) justru menunjuk kemungkinan besar istilah seni berasal dari bahasa Belanda genieI. Pengertian seni adalah suatu keterampilan yang diperoleh dari pengalaman, belajar, atau pengamatan-pengamatan. Pengertian lainnya adalah sebagai bagian dari pelajaran, salah satu ilmu sastra, dan pengertian jamaknya adalah pengetahuan budaya, pelajaran, ilmu pengetahuan serta suatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan atau keterampilan.

Seni juga berguna bagi keterampilan dan imajinasi kreatif terutama dalam proses produksi karya seni. Batasan seni yang telah banyak dikemukakan oleh para pakar seni dan para filsuf telah disederhanakan oleh Sahman (1993:187) yaitu seni sebagai kemampuan, teknik, atau membuat sesuatu. Seni juga perbuatan atau kegiatan dalam berbagai perumusan yaitu ekspresi, komunikasi, imitasi, desain, interpretasi, subtitusi, atau simbolisasi.

Cabang seni itu sendiri mulai dari seni rupa, seni tari, seni drama, seni sastra, seni musik, dan seni perfilman. Seni rupa merupakan sesuatu yang indah yang

(15)

dapat ditangkap oleh indera kita, yaitu indera mata dan indera peraba. Oleh karena itu pula seni rupa disebut seni visual. Sudarmaji (1979:9) memberikan batasan seni rupa sebagai manifestasi batin dan pengalaman estetis dengan media garis, warna, terkstur, isi, dan ruang.

4. Pengertian ilustrasi

Istilah ilustrasi berasal dari bahasa Latin Ilustrare yang berarti menjelaskan. Penjelasan ini berhunbungan dengan buku pelajaran, buku ilmiah, buku cerita, karya satra, majalah, dan surat kabar. Selain itu, ilustrasi dapat berfungsi untuk menghias halaman buku atau majalah dan surat kabar pada kolom-kolom tertentu. Jadi, gambar ilustrasi merupakan karya seni rupa dua dimensi yang bertujuan untuk memperjelas suatu pengertian.

5. Media gambar ilustrasi a. Media hitam putih

Pada masa lalu, banyak orang menggambar ilustrasi menggunakan trekpen sebagai alat utama dan tinta bak sebagai pewarnanya. Dengan perkembangan teknologi banyak peralatan yang lebih mudah dan praktis, yaitu dengan menggunakan spidol, rapido, pena, bahkan dengan komputer.

Gambar. 1 : Media hitam putih (Sumber : Seni Budaya SMP kelas VIII)

(16)

b. Media pewarna 1) Cat air

Cat air dalam bahasa Belanda disebut water verf sedangkan dalam bahasa Inggris disebut water colour. Menurut arti katanya cat air ialah cat atau bahan yang dipakai untuk mewarnai sesuatu dengan penggunaannya memakai air. Sedangkan menurut sifatnya, cat air terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

a) Transparant water colour adalah cat air yang mempunyai sifat transparan. Artinya, cat ini mempunyai kekuatan untuk memantulkan kembali sinar yang datang melewati pigmen-pigmennya atau dengan kata lain tembus pandang.

b) Nontransparant/Opaque water colour merupakan cat air yang mempunyai sifat tidak tembus pandang karena sinar yang datang dipantulkan langsung oleh pigmen cat air.

2) Pensil warna

Jenis pensil ini banyak mengandung lilin. Biasanya pilihan warnanya sangat banyak namun bahayanya agak sulit digunakan tergantung dari kualitas pensil warnanya.

6. Langkah-langkah menggambar ilustrasi a. Gagasan

Gagasan bersumber dari bahan yang akan diilustrasikan. Setelah mengetahui ragam ilustrasi yang akan digambar dan sudah ada gagasan, tentukanlah adegan apa yang akan digambar, berikut siapa tokoh dan bagaimana suasananya.

(17)

b. Sketsa

Proses menggambar paling awal adalah mensket atau membuat rancanagan gambar (sketsa). Gagasan yang ada dalam pikiran kita tuangkan bersamaan dengan proses mensket.

c. Pewarnaan

Setelah sket dianggap selesai, kita dapat mewarnai. Pewarnaan dalam corak menggambar ekspresi dapat dilaksanakan dengan dua corak, yaitu corak realis dan corak bukan realis.

7. Pengertian Kartun

Kartun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:510) diartikan sebagai gambar dengan penampilan yang lucu berkaitan dengan keadaan yang sedang berlaku (terutama politik). Menurut Biru (2011), kartun merupakan suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan suatu pesan secara cepat dan ringkas, atau sesuai sikap terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu. Kartun biasanya mengungkap esensi pesan yang harus disampaikan dan menuangkannya ke dalam gambar sederhana, tanpa detail, dengan menggunakan simbol-simbol, serta karakter yang mudah dikenal dan dimengerti secara cepat.

Menurut Hidayat (dalam Wigraha, 2008), kartun merupakan gambar dalam satu panel, biasanya gambar manusia tetapi ada kalanya binatang, tumbuhan, atau benda yang dimuat di media cetak untuk mengungkapkan suatu zaman dengan menggunakan bahasa parodi. Penggunaan bahasa parodi dalam kartun membuat peristiwa yang diangkat dalam kartun menjadi semakin menarik perhatian.

(18)

Kartun seringkali mengangkat peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat sehingga tema-tema yang diangkat memperlihatkan kondisi masyarakat. Wigraha (2008) mengemukakan bahwa unsur terpenting dalam kartun adalah gambar yang lucu dan menghibur (mempunyai sifat humor). Kartun dapat dijadikan alternatif dalam menyampaikan kritik terhadap apapun karena dalam kartun terdapat bahasa parodi yang biasanya akan membuat pihak yang disindir tidak tersinggung.

Dalam penggunaannya dalam sebuah media massa, Wijaya (2003) membagi kartun menjadi tiga kelompok, yaitu :

a. Kartun editorial (editorial cartoon), yang digunakan sebagai visualisasi tajuk rencana surat kabar atau majalah. Kartun ini biasanya membicarakan masalah politik atau peristiwa aktual sehingga sering disebut kartun politik (Political cartoon).

Gambar. 2 : Kartun editorial (Sumber :http://karodalnet.blogspot.com)

(19)

b. Kartun murni (gag cartoon), yang dimaksudkan sekedar gambar lucu atau olok-olok tanpa bermaksud mengulas suatu permasalahan atau peristiwa aktual.

Gambar. 3 : Kartun murni

(Sumber : http//:nashirsketch.blogspot.com/2011/07/gag-kartun.html) c. Kartun komik (comic cartoon), merupakan susunan gambar biasanya terdiri dari tiga sampai enam kotak. Isinya adalah komentar humoristic tentang suatu peristiwa atau masalah aktual.

Gambar. 4 : Kartun komik

(20)

8. Karakteristik Kartun

Wigraha (2008) mengemukakan bahwa unsur terpenting dalam kartun adalah gambar yang lucu dan menghibur (mempunyai sifat humor). Kartun dapat dijadikan alternatif dalam menyampaikan kritik terhadap apapun karena dalam kartun terdapat bahasa parodi yang biasanya akan membuat pihak yang yang disindir tidak tersinggung.

Tujuan utama dari kartun adalah menyindir dan memperingatkan. Gambar dan kata-kata yang terdapat dalam kartun berisi mengenai sindiran dan kritikan terhadap peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam kartun umumnya merupakan representasi dari rakyat.

Menurut McCloud (dalam Wigraha), bila dilihat dadri segi grafisnya, kartun memiliki bentuk grafis cenderung menjauh dari realitas. Bentuk grafis dalam kartun merupakan bayangan atau imaji yang terdapat dalam pikiran manusia. Detai-detail dalam gambar kartun ini tidak terlalu diperhatikan sehingga gambar merupakan kreativitas yang dimiliki penciptanya dalam mengungkapkan sesuatu.

9. Fungsi dan peran Kartun

Kartun merupakan media yang multiguna sebab keberadaan kartun tidak hanya menyajikan hiburan dari humor yang terkandung di dalamnya tetapi mempunyai beragam fungsi lain, diantaranya :

1. Kartun sebagai media hiburan yang murah meriah 2. Sebagai media untuk bercerita

3. Media pendidikan

(21)

Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang menyukai keindahan yang diwujudkan dalam bentuk ekspresi. Ekspresi adalah penyaluran hasrat maupun manifestasi dari imajinasi maupun tanggapan terhadap berbagai fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

5. Media refleksi pemikiran, pandangan dan kenyataan visual yang terjadi pada suatu tempat dan satu masa atau zaman yang diwakilinya.

6. Media imperialisme modern

7. Media propaganda (http://www.scribd.com/doc/28669300/Fungsi-Dan-Peran-Kartun#scribd)

10. Sejarah Harian Kompas

Kompas edisi perdana terbit pada tanggal 28 Juni 1965, dengan 20 berita di halaman I, terbit 4 halaman. Terbit sebanyak 4.828 eksemplar dengan harga langganan Rp 500 per bulan (Kompas, 28 Juni 2015).

Pada bulan-bulan pertama Kompas diplesetkan sebagai Kompt Pas Morgen atau “Kompas yang datang dikeesokan harinya”, karena sering telat terbit. Oleh PKI namanya diplesetkan sebagai “Komando Pastor”, sebab tokoh- tokoh pendiri dan perintisnya berasal dari golongan katolik. Meskipun bermula dari orang-orang Partai Katolik, sejak awal, PK Ojong dan Jakob Oetama sepakat minta agar harian Kompas tetap independen. Sebab, menurut keduanya, hanya koran yang independenlah yang akan bisa berkembang dari sisi bisnis maupun redaksionalnya (Oetama, 2011).

Kompas pernah dua kali dilarang untuk terbit (dibredel). Pertama, pada tanggal 2 Oktober 1965, pepelrada Jakarta Raya mengeluarkan larangan terbit

(22)

untuk semua harian, termasuk Kompas. Tanggal 3-5 Oktober Kompas tidak terbit. Larangan itu kemudian dicabut, dan Kompas terbit kembali tanggal 6 Oktober 1965 setelah mengantongi keputusan Penguasa Perang Daerah Nomor Keputusan 04/P/X/1965 (Kompas, 28 Juni 2015). Saat terbit kembali pada 6 Oktober 1965, tiras Kompas menembus angka 23.268 eksemplar. Zaman berganti, Soekarno diganti Jenderal Soeharto. Pada 1999, tiras Kompas mencapai angka lebih dari 600 ribu eksemplar per hari. Penelitian yang dilakukan oleh lembaga riset AC Nielsen tahun 1999 menunjukkan pasar terbesar masih seputar Jakarta 46,77%, Bogor, Tangerang, dan Bekasi 13,02%, Jawa Barat 13.02%, Jawa Tengah, Yogyakarta 6,67%, Jawa Timur 2,04%, Sumatera 8,81%, Kalimantan 2,16%, dan Indonesia Timur 4,23% (Tempo, 1990:80-81).

Pembredelan kedua terjadi 20 Januari 1978. Ketika itu, Kompas bersama sejumlah koran lain dilarang terbit karena pemberitaan-pemberitaan Kompas Pra - Malari 1974 dianggap terlalu bersemangat dalam memberitakan aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa sehingga dianggap terlalu mendorong mahasiswa untuk meningkatkan unjuk rasa. Terbit kembali pada tanggal 6 Februari 1978. Sejak 21 Januari, Kompas dilarang terbit bersama Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi, dan Pos Sore (Kompas, 28 Juni 2015).

Kompas yang kini berkantor di Jakarta Pusat, saat pertama kali cetak memiliki tiras 4.800 eksemplar. Sejak tahun 1969 Kompas merajai penjualan surat kabar secara nasional. Pada tahun 2004, tiras hariannya mencapai 530,000 eksemplar. Bahkan khusus kompas edisi minggu tirasnya mencapai 610.000 eksemplar. Dari sisi jumlah pembaca, koran ini telah mencapai 2,25 juta orang

(23)

diseluruh Indonesia (Rukendi, 2008:184).

Moto “Amanat Hati Nurani Rakyat” di bawah logo Kompas menggambarkan visi dan misi bagi disuarakannya hati nurani rakyat. Kompas ingin berkembang sebagai intuisi pers yang mengedepankan keterbukaan, meninggalkan pengkotakan, latar belakang suku, agama, ras, dan golongan. Ingin berkembang sebagai “Indonesia Mini”, karena dia sendiri adalah menjadi lembaga yang terbuka, kolektif dan ingin ikut serta dalam upaya mencerdaskan bangsa. Rumus bakunya adalah “Humanisme Transendental”.

Visi Kompas adalah menjadi institusi yang memberikan pencerahan bagi perkembangan masyarakat Indonesia yang demokratis dan bermartabat. Serta menjunjung tinggi asas dan nilai kemanusiaan. Sedangkan Misi Kompas adalah mengantisipasi dan merespon dinamika masyarakat secara profesional, sekaligus memberi arah perubahan (Trend Setter) dengan menyediakan dan menyebarluaskan informasi yang terpercaya. Kemudian, Raison d‟etre (fungsi/tujuan) Kompas adalah menjadi hati nurani rakyat, mencerdaskan bangsa, bertanggungjawab terhadap masyarakat (termasuk usaha mengurangi pengangguran). Kompas pun memegang nilai-nilai dasar seperti, menghormati individu (Manusia adalah aset utama, profesionalisme dalam semua aspek usaha, kerjasama dan sinergi, integritas dan kejujuran. Visi- misi serta nilai-nilai tersebut diatas merupakan prinsip yang dipegang Kompas sehingga eksistensinya masih diakui dan tetap diperhitungkan.

(24)

B. Kerangka Pikir

Menggambar ilustrasi adalah suatu proses perpaduan antara gambar bentuk, anatomi dan gambar ekspresi yang tujuan penciptaannya harus mampu menyenangkan, menjelaskan dan menceritakan suatu masalah, peristiwa atau hubungan jurnalistik, perusahaan, toko dan sebagainya. Untuk menghasilkan gambar yang sesuai dengan objek yang digambar atau diceritakan maka dituntut beberapa kemampuan atau keterampilan yaitu kemampuan mengungkap (menangkap) adanya bentuk, komposisi, dan kesatuan tema.

Berikut skema kerangka pikir yang merupakan acuan dalam melakukan penelitian ini, sebagai berikut:

Skema. 1: Kerangka Pikir

ILUSTRASI KARTUN PADA MEDIA CETAK

Penggunaan ilustrasi kartun pada media cetak (harian kompas edisi januari-september 2015)

Hasil Pengklasifikasian Situasi karya ilustrasi kartun dalam menyampaikan kritik sosial pada

media cetak (harian kompas

edisi januari-september 2015)

Tujuan dan makna pembuatan karya

ilustrasi kartun dalam

menyampaikan kritik sosial pada media cetak (harian kompas

edisi januari-september 2015) Efektifitas karya ilustrasi kartun dalam menyampaikan kritik sosial pada media cetak (harian

kompas edisi januari-september

(25)

19 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat memiliki karakteristik, bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya, senyatanya dengan tidak diubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan (Nawawi dan Martini, 1996:174). Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2000) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di wilayah Makassar dan sekitarnya, yang mana informasi tentang koran Kompas diperoleh berdasarkan temuan visual maupun temuan dari informan.

C. Variabel Penelitian

Adapun yang menjadi variabel-variabel dari penelitian ini, adalah :

1. Efektifitas karya ilustrasi kartun dalam menyampaikan kritik sosial pada media cetak (harian Kompas edisi Januari-September 2015).

2. Konteks situasi yang terdapat dalam karya ilustrasi kartun dalam menyampaikan kritik sosial pada media cetak (harian Kompas edisi Januari-September 2015).

(26)

menyampaikan kritik sosial pada media cetak (harian Kompas edisi Januari-September 2015).

D. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana atau struktur yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban atas permasalahan-permasalahan penelitian.

Adapun bentuk desain penelitian ini digambarkan dalam skema seperti di bawah ini :

Skema. 2 : Desain Penelitian

Karya-karya ilustrasi kartun pada media cetak (harian Kompas edisi Januari-September 2015)

Situasi karya ilustrasi kartun dalam menyampaikan kritik

sosial pada media cetak (harian Kompas

edisi Januari-September 2015)

Maksud dan tujuan karya ilustrasi kartun dalam menyampaikan

kritik sosial pada media cetak (harian Kompas edisi

Januari-September 2015)

Penyajian data

Deskripsi data

Kesimpulan

Teknik pengumpulan data Efektifitas karya

ilustrasi kartun dalam menyampaikan kritik

sosial pada media cetak (harian Kompas

edisi Januari-September 2015)

(27)

E. Definisi Operasional Variabel

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang variabel yang akan diteliti, maka berikut ini akan dijelaskan definisi operasional variabel sebagai berikut: 1. Efektifitas ilustrasi kartun di sini adalah keefektifan ilustrasi kartun yang

dijadikan sebagai sarana kritik sosial melalui media cetak Kompas terbitan Januari-September 2015

2. Konteks situasi yang dimaksud adalah kartun tersebut masuk dalam ruang lingkup yang berlaku pada saat itu, seperti konteks politik, ekonomi, seni, budaya atau sosial itu itu sendiri.

3. Maksud dan tujuan penciptaan yang dimaksudkan di sini adalah tujuan utama penciptaan karya tersebut dibuat, seperti sindiran, kritikan, komentar.

F. Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, orang, atau yang menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian. Sifat keadaan dimaksud bisa berupa sifat, kuantitas, dan kualitas yang bisa berupa perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan penilaian, sikap pro-kontra, simpati-antipati, keadaan batin, dan bisa juga berupa proses.

Objek penelitian adalah sasaran atau permasalahan yang akan diteliti. Objek penelitian ini adalah ilustrasi kartun yang mengandung kritik sosial pada koran Kompas dengan jumlah 9 karya ilustrasi kartun.

Subjek penelitian adalah masyarakat sekitar yang dianggap bisa memberikan informasi terkait rumusan masalah.

(28)

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini:

1. Teknik observasi

Observasi dilakukan guna memperoleh data secara langsung terhadap karya ilustrasi kartun yang mengandung kritik sosial pada koran Kompas sebagai analisis. Dalam observasi dilakukan pencatatan-pencatatan tentang data yang didapatkan serta pengambilan dan pengumpulan gambar terkait Ilustrasi kartun yang mengandung kritik sosial pada koran Kompas.

2. Teknik dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data, baik data yang diperoleh dari buku-buku literatur yang relevan dengan objek yang diteliti maupun data yang diperoleh melalui peninjauan dan pengamatan yang telah dilakukan, serta mengambil gambar/foto dengan bantuan kamera untuk keperluan analisis data.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan keterangan objektif melalui pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan rumusan masalah yang diajukan kepada Apresiator.

4. Karya ilustrasi kartun

Karya ilustrasi kartun yang akan diteliti adalah karya ilustrasi kartun yang mengandung kritik sosial yang ada pada media cetak (harian Kompas edisi Januari-September 2015).

(29)

H. Teknik Analisis Data

Data-data yang telah diklasifikasi kemudian dianalisis. Data yang dianalisis adalah data yang dianggap mewakili tujuan penelitian. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah melalui pendekatan pragmatik.

Adapun urutan analisis data sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan gambar kartun.

2. Mengamati kritik sosial karya ilustrasi kartun kemudian memasukkannya pada jenis kritik sosial tertentu, setelah itu dianalisis dengan menggunakan parameter pragmatik untuk mendapatkan kekhasan kritik sosial yang terdapat dalam karya ilustrasi kartun tersebut.

3. Mendeskripsikan maksud kritik sosial dengan alat-alat pragmatik yaitu dengan mempertimbangkan aspek-aspek situasi kritik sosial sehingga dapat ditangkap maksudnya. Pada pendeskripsian dengan menggunakan parameter pragmatik dapat ditemukan bagaimanakah bentuk kritik sosial yang digunakan dalam karya ilustrasi kartun.

(30)

24 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan dibahas hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah yaitu bagaimanakah efektifitas karya ilustrasi kartun dalam menyampaikan kritik sosial pada media cetak (harian kompas edisi januari-september 2015), dan bagaimana konteks situasi yang terdapat dalam karya ilustrasi kartun dalam menyampaikan kritik sosial pada media cetak (harian kompas edisi januari-september 2015), serta apa maksud dan tujuan yang terkandung dibalik karya ilustrasi kartun dalam menyampaikan kritik sosial pada media cetak (harian kompas edisi januari-september 2015). Untuk menjawab permasalahan tersebut diadakan penelitian lapangan yang bertujuan untuk memperoleh data akurat yang berhubungan langsung dengan pokok permasalahan. Data tersebut dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan karya ilustrasi kartun.

Berikut ini peneliti akan mengemukakan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

1. Efektitas karya ilustrasi Kartun dalam menyampaikan kritik sosial pada harian Kompas edisi Januari-September 2015

Wahana kritik sosial seringkali dijumpai di berbagai media cetak, seperti surat

kabar, majalah, dan tabloid. Seperti layaknya fungsi media massa, kritik dan kontrol

sosial biasa dikemas dalam rubrik atau artikel berita. Media cetak terutama surat

kabar yang berfungsi memberikan informasi turut menggunakan pendekatan humor

(31)

Salah satu media cetak yang menggunakan kartun sebagai media dalam

menyampaikan kritik sosial adalah harian Kompas. Kompas menjadikan ilustrasi

kartun sebagai media dalam menyampaikan kritik sosial terhadap kegiatan

masyarakat umumnya dan sebagai bentuk dalam mengapresiasi setiap persoalan.

Kritik yang disampaikan dikemas dalam bentuk humor, sehingga mudah dipahami

oleh masyarakat dan orang yang dikritik tidak tersinggung atas pemberitaan tentang

dirinya.

Kompas menjadikan ilustrasi kartun sebagai ciri khasnya dalam menyampaikan pemberitaannya. Isu-isu yang berkembang dimasyarakat tetapi tidak menjadi hal yang marak dibicarakan oleh masyarakat akan disampaikan dalam bentuk karya ilustrasi kartun. Efektifitas kartun dalam menyampaikan kritik sosial pada media cetak harian Kompas edisi Januari-September 2015 cukup efektif karena ilustrasi kartun ini sendiri telah memiliki penikmat tersendiri. Ini dibuktikan bahwa penjualan koran harian Kompas pada hari weekend lebih banyak dibanding hari-hari lainnya, sementara ilustrasi kartun banyak dimuat dihari weekend tersebut.

2. Konteks situasi yang terdapat dalam karya ilustrasi kartun dalam menyampaikan kritik sosial pada media cetak (harian Kompas edisi Januari-September 2015)

Seorang kartunis harus mengingat setidaknya empat hal teknis. Pertama, harus informatif dan komunikatif. Kedua, harus situasional dengan pengungkapan yang hangat. Ketiga, cukup memuat kandungan humor. Keempat, harus mempunyai gambar yang baik (Pramono dalam Prisma 1996:49). Informatif dan komunikatif maksudnya adalah hal yang diketengahkan dalam kartun merupakan sesuatu yang

(32)

dibutuhkan informasinya oleh pembaca dan informasi tersebut juga bisa dicerna oleh penikmat kartun. Berkaitan dengan hal yang informatif, sesuatu yang diketengahkan pun harus aktual atau sedang banyak dibicarakan oleh banyak orang. Untuk mengurangi ketersinggungan terhadap orang atau tokoh yang dimuat dalam kartun inilah mengapa kartun harus cukup memuat kandungan humor. Gambar yang baik dalam sebuah kartun bertujuan untuk memudahkan dalam memahami makna isinya.

Keempat hal diatas berkaitan dengan pengetengahan konteks dalam sebuah kartun pada media cetak. Konteks yang banyak diketengahkan dalam suatu kartun pada media cetak adalah masalah politik, ekonomi, sosial, budaya. Adapun pendeskripsian data selengkapnya adalah sebagai berikut.

a. Konteks politik

Konteks Politik maksudnya adalah kartun yang berhubungan dengan dunia politik. Politik sendiri berarti “1). Pengetahuan tentang ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tata sistem pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan), 2). Segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain, 3). Kebijakan cara bertindak (dalam menghadapai atau menangani suatu masalah” (KBBI,1990:694).

b. Konteks ekonomi

Konteks ekonomi maksudnya adalah kartun yang berhubungan dengan bidang ekonomi, yaitu bidang yang berhubungan dengan “1). Ilmu asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian, dan perdagangan); 2) Pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan

(33)

sebagainya yang berharga; 3). Tata kehidupan perekonomian (suatu negara); 4). ragam percakapan, urusan keuangan rumah tangga (organisasi, negara)” (KBBI, 1990: 220).

c. Konteks sosial

Konteks sosial maksudnya adalah kartun yang “1). berhubungan dengan masyarakat atau berkenaan dengan masyarakat 2). ragam percakapan, suka memperhatikan kepentingan umum (suka menolong, menderma, dan sebagainya)” (KBBI, 1990:855).

d. Kontek budaya

Budaya dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, lazim disebut “kebudayaan atau sistem budaya, berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dalam pengertian kata buddhi itulah, kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal” (Koentjaraningrat dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia 1990, jilid 3:495).

3. Maksud dan tujuan yang terkandung dibalik karya ilustrasi kartun dalam menyampaikan kritik sosial pada media cetak (harian Kompas edisi Januari-September 2015)

Dalam pencapaian tujuan untuk menggoyang opini publik tersebut ada empat cara yang digunakan, yaitu dengan cara mengkritik objek yang dituju, dengan cara mengomentarinya, dan menyindir. Ketiga cara tersebut tersebut disampaikan dalam bentuk seperti berikut

a. Kartun yang bertujuan mengkritik

Kartun yang bertujuan mengkritik adalah “kartun yang didalamnya terdapat suatu tuturan yang bernada kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai

(34)

uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya” (KBBI, 1990:466).

b. Kartun yang bertujuan mengomentari

Kartun yang bertujuan mengomentari adalah “kartun yang di dalamnya terdapat suatu tuturan yang menuturkan suatu rangkaian penuturan fakta, pendapat, atau hasil pengamatan. Komentar disampaikan secar lisan atau tulisan” (ENI,1990: Jilid 9:53).

c. Kartun yang bertujuan menyindir

Kartun yang bertujuan menyindir adalah “kartun yang di dalamnya terdapat suatu tuturan bernada mencela, mengejek, dan sebagainya kepada seseorang secara tidak langsung atau tidak terus terang. Mengata-ngatai seseorang, tetapi perkataan-perkataan itu ditujukan pada orang lain” (KBBI,1990:466).

B. Pembahasan

1. Efektitas karya ilustrasi Kartun dalam menyampaikan kritik sosial pada harian Kompas edisi Januari-September 2015

Pada pembahasan ini di uraikan tentang karya ilustrasi kartun yang mengandung kritik sosial pada media cetak (harian Kompas edisi Januari-September 2015). Selanjutnya dilakukan analisis terhadap karya-karya ilustrasi kartun yang dimuat pada harian Kompas edisi Januari-September 2015. Usaha-usaha tersebut adalah dengan melakukan analisis karya, konteks situasi penciptaan karya, dan pengungkapan maksud dan tujuan yang terkandung di balik kartun tersebut.

(35)

Gambar. 5 : Mengembalikan BBM Koran Kompas edisi minggu 18 Januari 2015

Karya ilustrasi kartun ini termuat pada koran Kompas edisi minggu 18 Januari 2015. Pada kartun ini menampilkan dua gambar yang berbeda lokasi.

Gambar pertama memperlihatkan karakter Presiden Indonesia yaitu Bapak Joko Widodo yang sedang membacakan pengumuman yang mana pada tangan kanannya memegang michrophone dan tangan kirinya memegang selembar kertas. Tulisan “Mengembalikan BBM keharga semula itu mudah…”. Tulisan pada judul ini menjelaskan bahwa gampang bagi seorang pemimpin untuk menaikkan atau menurunkan harga BBM. Tulisan “pada siang hari ini, kita akan mengumumkan mengenai harga BBM… Bla Bla Bla… Harga premium menjadi 6.600/liter… Bla Bla Bla…”. Tulisan ini merupakan potongan naskah pidato yang disampaikan oleh Bapak Joko Widodo.

(36)

jual beli disebuah pasar tradisional di mana seorang laki-laki (pembeli) tersebut memberikan selembar uang kepada seorang wanita (penjual). Tulisan “Menurunkan harga kebutuhan pokok itu yang susah” pada judul gambar menjelaskan bahwa ketika harga BBM dinaikkan maka semua harga kebutuhan pokok ikut naik tetapi ketika harga BBM diturunkan harga kebutuhan pokok enggan untuk ikut turun. Tulisan “Lho?! nggak ikutan turun, Buu?” yang diucapkan oleh pembeli laki-laki. Tulisan ini menjelaskan tentang seorang pembeli laki-laki yang menanyakan kepada sipenjual soal harga barang yang ia beli. Tulisan “Hehehe Ogah ach…” yang diucapkan oleh seorang wanita (penjual) menjelaskan bahwa mereka para penjual enggan untuk ikut menurunkan harga kebutuhan pokok ketika harga BBM di turunkan.

Pemerintah kembali menurunkan harga bahan bakar minya premium dari Rp. 7.600 menjadi Rp. 6.600 per liter. Namun penurunan ini tidak akan berdampak pada penurunan harga pangan. Sebelumnya, pada awal tahun pemerintahan juga telah menurunkan harga premium dari Rp. 8.500 menjadi Rp. 7.600 per liter. Penurunan harga BBM ini merupakan dampak dari sistem subsidi tetap mulai diterapkan pemerintah. Rendahnya harga minyak dunia membuat subsidi premium dihapus dan solar hanya disubsidi Rp. 1.000 per liter. Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia, I Kadek Dian Sutrisna Artha, mengatakan penurunan harga bahan bakar minyak ini tidak akan membuat harga pangan dan transportasi ikut turun. Dia menambahkan, penurunan harga bahan bakar minyak juga tidak akan menyumbang pada penurunan inflasi.

(37)

Gambar. 6 : Kacamata tembus pandang Koran Kompas edisi minggu 1 Februari 2015

Karya ilustrasi kartun ini termuat pada koran Kompas edisi minggu 1 Februari 2015. Gambar ini memperlihatkan dua lokasi dan waktu yang berbeda. Gambar pertama meperlihatkan gambar tangan yang sedang memegang handphone sambil memperlihatkan tampilan pada handphone tersebut. Tulisan “Beberapa hari yg lalu terima SMS begini…” menjelaskan tentang waktu sms itu diterima.

Tulisan “Jual_”KACAMATA TEMBUS PANDANG” fungsi terlihat polos/transparan untuk segala jenis kain/pakaian & benda tertentu” merupakan isi pesan yang diterima. Tulisan “CS: 085790266200” merupakan nomor yang bisa dihubungi jika ingin memesan. Tulisan http://anekaoptik.weebly.com merupakan alamat website kacamata tersebut. Tulisan “SIM1 – Jan 27” merupakan lokasi pesan tersebut dan waktu pesan tersebut diterima.

Gambar kedua memperlihatkan seorang wanita berambut panjang memegang sebuah handphone sambil berjalan dengan pakaian yang terbuka.

(38)

Gambar ketiga mempelihatkan seorang laki-laki berkacamata yang sedang berdiri sambil memperhatikan wanita yang sedang berjalan. Tulisan “…Dijaman keterbukaan sekarang ini, kayaknya ‘gak perlu kacamata Tembus Pandang Lagi deeh..” merupakan komentar yang disampaikan oleh laki-laki berkacamata tersebut perihal kacamata tembus pandang.

Terdapat banyak penjual yang rajin promosi lewat SMS. Salahsatunya mengenai kacamata tembus pandang yang sempat menggegerkan warga Palembang. Namun ini merupakan salahsatu modus penipuan, pelaku meminta dikirimi uang terlebih dahulu dengan jumlah seharga kacamata tersebut. Namun sampai saat ini kcamata tersebut belum teruji keasliannya.

Gambar. 7 : Saya bernazar

Koran Kompas edisi minggu 22 Februari 2015

Karya ilustrasi kartun ini dimuat pada koran Kompas edisi minggu 22 Februari 2015. Gambar kartun ini menampilkan gambar sepasang suami istri

dimana si suami disuruh mencukur kumisnya oleh si istri. Gambar pertama terlihat seorang wanita yang sedang menegur laki-laki yang berada

(39)

dihadapannya. Laki-laki ini menunjuk kearah wajah khususnya bagian kumisnya. Tulisan “saya bernazar” mengartikan bahwa ada orang mengucapkan nazar atau janji. Tulisan “ cukur sih, pa!!Serem, tauuu…” mengartikan bahwa si wanita (istri) ini menyuruh si laki-laki (suami) untuk mencukur kumisnya karena menurutnya menyeramkan. Tulisan “sebelum pak jokowi mengambil sikap tegas dikemelut KPK-POLRI ini… tidak akan saya cukur! mengartikan bahwa laki-laki (suami) ini sangat mengharapkan Presiden dalam hal ini Bapak Jokowi mengambil sikap tegas dalam menyelesaikan kisruh antara dua instansi penegak hukum yaitu KPK dan POLRI.

Gambar kedua ini menampilkan seorang laki-laki yang sedang menyaksikan tanyangan di televisi dan tampak sebuah tangan yang sedang menyodorkan alat cukur. Gambar yang tampak pada layar televisi adalah Presiden dan Wakilnya yakni Bapak Jokowi dan Bapak H.M. Jusuf Kalla. Pada gambar tersebut Bapak Jokowi tampak sedang menyampaikan sebuah pengumuman ditandai dengan selembar kertas yang dipegannya dan michrophone yang menjuntai kearah mulutnya. Tulisan “ Bla Bla Bla… maka hari ini kami mengusulkan calon kapolri baru yaitu komjen polisi Badrodin Haiti Bla Bla Bla… Bla Bla Bla” mengartikan bahwa presiden dalam hal ini Bapak Jokowi menyampaikan pengumuman mengenai pengganti calon kapolri yang sebelumnya telah dipilih oleh Bapak Jokowi. Penggantinya yaitu komjen polisi Badrodin Haiti. Tulisan “Cukup melegakan…” mengartikan bahwa setidaknya Presiden bisa mengambil keputusan yang tepat dalam menyelesaikan konflik yang terjadi antara KPK dan POLRI. Tulisan “Nih! Hehehe BG „gak jadi dilantik!” mengartikan bahwa

(40)

laki-laki (suami) ini harus memenuhi janjinya manakala Presiden telah mengambil keputusan yang tegas dalam menyelesaikan persoalan antara KPK dan POLRI.

Kartun ini membahas tentang kisruh yang melibatkan dua lembaga penegak hukum yaitu KPK dan POLRI. Kasus ini bermula ketika penetapan tersangka terhadap calon Kapolri yakni Budi Gunawan (BG) yang dilakukan oleh pihak KPK. Tidak terima dengan hal itu maka kubu dari POLRI menyerang balik KPK dengan menetapkan tersangka terhadap wakil ketua KPK. Pertikian ini lantas menjadi konsumsi publik dan menjadi perbincangan dimana-mana dan mengundang sejumlah Ormas melakukan aksi orasi dan menuntut ketegasan presiden dalam menyelsaikan pertikaian ini. Kartun ini mewakili jutaan rakyat Indonesia yang menginginkan kejadian tersebut bisa segera terselesaikan.

Gambar. 8 : Parkir

(41)

Karya ilustrasi kartun ini termuat pada koran Kompas edisi minggu 15 Maret 2015. Pada gambar pertaman terdapat seorang laki-laki dengan rambut

panjang sambil menjulurkan tangan hendak mengambil sesuatu dengan ekspresi bahagia. Tulisan “ Makasih Boos!” mengartikan ucapan terima kasih yang ditujukan kepada seseorang yng telah memberikan uang. Tulisan “Royal dan Dermawan” mengartikan sifat pengendara mobil tersebut. Tulisan “Rp.5000-20.000” mengartikan nomimal uang yang diberikan oleh pengendara mobil tersebut.

Gambar kedua memperlihatkan seorang laki-laki yang menjulurkan tangnnya hendak mengambil sesuatu dengan ekspresi bersiul. Tulisan “Makasih Oom!” mengartikan ucapan terima kasihnya kepada seseorang. Tulisan “Pengertian” mengartikan sebagai sifat pengendara mobil tersebut. Tulisan “Rp. 2000” mengartikan jumlah nominal yang diberikan pengendara mobil tersebut.

Gambar ke tiga menampilkan seseorang dengan rambut panjang sambil menjulurkan tangannya hendak mengambil sesuatu dengan ekspresi kecewa. Tulisan “Seceng?!,Emangnye motor?” mengartikan keluhan yang disampaikan oleh orang tersebut atas apa yang diberikan kepadanya. Tulisan “Agak Pelit..” mengartikan sifat pengendara mobil tersebut. Tulisan “1000 Perak” mengartikan jumlah nominal yang diberikan pengendara mobil tersebut.

Gambar ke empat menampilkan seseorang dengan rambut panjang sambil melemparkan sesuatu ke arah belakang dengan ekspresi geram. Tulisan “Medit banget tuh orang?!” mengartikan keluhan yang disampaikan oleh orang tersebut atas apa yang diberikan kepadanya. Tulisan “Wuich?! Belagu amat tuh , tukang

(42)

parkir” mengartikan ucapan yang disampaikan pengendara mobil saat melihat aktifitas tukang parkir tersebut . Tulisan “500 Perak” mengartikan jumlah nominal yang diberikan pengendara mobil tersebut.

Kurangnya lapangan pekerjaan dan bertambahnya kebutuhan pokok menjadi pemicu banyaknya tukang parkir yang berada diseluruh kawasan Indonesia. Profesi ini dianggap sebagai pekerjaan yang ringan dan menghasilkan banyak keuntungan. Hampir setiap tempat keramaian mulai dari pasar, super market, dan kantor-kantor terdapat tukang parkir dikarenakan kurangnya lahan parkir.

Gambar. 9 : Beras plastik

Koran Kompas edisi minggu 24 Mei 2015

Karya ilustrasi kartun ini termuat pada koran Kompas edisi minggu 24 Mei 2015. Pada kartun ini memperlihatkan dua orang laki-laki dewasa dan satu

orang anak perempuan. Gambar pertama seorang laki-laki dengan rambut panjang dan memakai kacamata sedang menyuap nasi. Tulisan “ Bussyeet?! Menu makan siang Lo Sekarang Ember Plastik yaaa?”. Tulisan ini dimaksudkan sebagai

(43)

pertanyaan laki-laki berkacamata ini kepada laki-laki yang berbadan besar soal apa yang dimakannya.

Gambar kedua mempelihatkan seorang laki-laki bertubuh besar dan berkulit gelap sedang menggigit ember plastik. Tulisan “sama ajak kayak Lo! makan Beras Plastik! Krrauk… krraauukk…” menjelaskan bahwa laki-laki ini menjawab pertanyaan laki-laki yang berkacamata tersebut dan menyamakan apa yang ia makan dengan yang dimakan oleh laki-laki berkacamata tersebut.

Gambar ketiga memperlihatkan seorang anak yang sedang melihat laki-laki yang bertubuh besar dan berkulit gelap tersebut dengan ekspresi bingung. Tulisan “?” diartikan sebagai ungkapan kebingungan yang dirasakan oleh anak perempuan tersebut.

Isu beras plastik pertama kali berembus di media sosial. Saat itu ada seorang warga yang membeli beras dan terasa berbeda saat dimasak. Warga itu mengatakan beras yang ia masak menjadi nasi terlihat tidak seperti biasanya. Warga itu kemudian menyebutkan bahwa beras yang ia beli tercampur dengan beras yang diduga mengandung plastik.

Hasil penelitian di laboratorium forensik Polri, BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan), Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian itu negatif tidak ditemukan unsur plastik dari hasil pemerikasaan laboratorium itu. Sementara itu Kepala BPOM Roy Sparingga menegaskan kasus beras plastik belum pernah ditemukan di Negara lain.

(44)

Gambar. 10 : Menjelang tidur Koran Kompas edisi minggu 30 Mei 2015

Karya ilustrasi kartun ini termuat pada koran Kompas edisi minggu 30 Mei 2015. Pada kartun ini menampilkan gambar seorang ibu dan anaknya yang

sedang terbaring di atas tempat tidurnya.

Gambar pertama memperlihatkan gambar seorang ibu yang sedang membaca sebuah buku dan seorang anak yang terbaring sambil ditemani dengan bonekanya. Pada gambar ini terdapat tulisan “Dulu” pada judulnya, maksudnya menjelaskan masa atau peristiwa pada masa yang telah lampau. Tulisan “Alkisah… Bla Bla Bla… Paktani sangat sedih. Semua ketimun diladangnya habis…”. Tulisan ini menjelaskan tentang sebuah dongeng yang diceritak seorang ibu kepada anaknya sebagai pengantar tidur. Tulisan “kancilnya nakal ya Buu…”. Tulisan ini menjelaskan tentang tanggapan yang disampaikan oleh anak tersebut tentang dongeng yang diceritakan oleh ibunya.

Gambar kedua memperlihatkan seorang ibu dan anaknya yang sedang terbaring di atas tempat tidurnya sambil memegang Gadget (alat komunikasi).

(45)

Tulisan “Kini” pada judul gambar tersebut menjelaskan tentang masa atau pertiwa yang sedang terjadi.

Pada karya ini menceritakan tentang perubahan zaman ketika seorang anak akan tidur. Dalam karya ini memperlihatkan perbedaan yang sangat signifikan bahwa pada masa dulu anak-anak sebelum tidur dibacakan atau diceritakan sebuah dongeng oleh ibunya. Namun dengan perkembangan zaman diera tehnologi seperti saat ini, anak-anak sebelum tidur bukannya diceritakan sebuah dongeng tetapi malah sibuk dengan gadget. Inilah salah satu faktor yang menjadi pemicu kekerasan seksual terhadap anak.

Gambar. 11 : Kebutuhan ekonomi Koran Kompas edisi 7 Juni 2015

Karya ilustrasi ini termuat pada koran Kompas edisi minggu 7 juni 2015. Pada kartun ini menampilkan perbedaan kondisi ekonomi. Gambar pertama menampilkan sepasang suami istri dimana suami baru pulang kerja hendak

(46)

mengganti pakaian kerjanya sedangkan si istri menjemput suaminya sambil memegang tas kantornya. Tulisan “Jika Kebutuhan Ekonomi Sudah Terpenuhi…” mengartikan bahwa keluarga ini dalam hal kebutuhan ekonominya sudah terpenuhi. Tulisan “Papi makin jarang di rumah… Pulang tengah malam terus, kapan punya waktu untuk saya dan anak2? Kalau diturutin terus mah, kerjaan gak ada habisnya, pii…” menjelaskan mengenai keluhan yang dirasakan oleh si istri terhadap suaminya yang selalu pulang tengah malam dan hanya mementingkan pekerjaannya dibandingkan dengan keluarganya.

Gambar kedua menampilkan sepasang suami istri dimana si suami dengan asyiknya dengan aktifitasnya menggosok batu cincin tanpa memperhatikan si istri. Tulisan “Jika Kebutuhan Ekonomi Belum Terpenuhi…” mengartikan bahwa kondisi ekonomi keluarga ini belum terpenuhi. Tulisan “Bang? Tiap hari kerjaan „Lo Cuma ngendon di rumah… “Emangnya saya „ama anak2 mo‟ dikasih makan batu?! Cari kerja, sono …” menjelaskan tentang keluhan si istri yang bosan melihat suaminya hanya tinggal berdiam diri di rumah tanpa pekerjaan selain yang dilakukan hanya menggosok batu cincin tanpa memikirkan nafkah untuk keluarganya. Karya ini menjelaskan bahwa hidup dengan kebutuhan ekonomi yang berkecukupan tidak menjadi sebuah jaminan bahwa keluarga itu akan hidup bahagia. Namun hidup dengan kebutuhan ekonomi yang tidak cukup juga menjadi masalah dalam rumah tangga. Idealnya adalah kebutuhan ekonomi sudah cukup dan ada waktu buat keluarga.

(47)

Gambar. 12 : Kelihatannya Koran Kompas 16 Agustus 2015

Karya ilustrasi ini termuat pada koran Kompas edisi minggu 16 Agustus 2015. Pada kartun ini menampilkan sebuah realitas. Gambar pertama menampilkan dua orang laki-laki dengan karakter yang berbeda. Laki-laki pertama dengan postur tubuh yang besar dengan warna kulit yang gelap dan tampak lagi asyik memainkan gadget miliknya. Laki-laki kedua dengan postur tubuh yang kurus dengan warna kulit lebih terang dan tampak sedang meperhatikan temannya. Tulisan “WuiiicHH?! Baru ganti HP Lagi, niih?!” mengartikan kekaguman laki-laki kedua terhadap gadget milik laki-laki-laki-laki pertama. Tulisan “Hehehe…Yo‟I” mengartikan penegasan atas kekaguman yang disampaikan oleh laki-laki kedua. Tulisan “Lebih canggih niii…” mengartikan sebagai pengungkapan kelebihan dari gadget miliknya. Tulisan “HP (seri yang paling terbaru!) RP. 12 JUTA” mengartikan harga dan type gadget tersebut.

Gambar kedua menampilkan dua orang laki-laki dengan karakter yang berbeda. Laki-laki pertama dengan postur tubuh yang besar tetapi dengan

(48)

ukuran lebih kecil dibanding dengan gadget yang digenggamnya. Laki-laki kedua dengan postur tubuh yang kurus dengan warna kulit lebih terang dan tampak sedang meperhatikan temannya. Tulisan “Eh ce? Kalo mau share Location ‘GIMANA SIH?! Tau „gak „loo?” mengartikan pertanyaan yang ditujukan buat laki-laki kedua. Tulisan „smartphone …..” mengartikan pernyataan sekaligus sindiran atas pertanyaan laki-laki pertama.

Diera modern sekarang ini perkembangan tehnologi semakin pesat. Setiap harinya muncul berbagai produk baru khususnya pada media komunikasi. Semakin meningkatnya kebutuhan manusia akan tehnologi membuat industri-industri khususnya gadget mengembangkan produk miliknya guna memanjakan kebutuhan konsumen.

Gambar. 13 : Modus

Koran Kompas edisi minggu 13 September 2015

Karya ilustrasi ini termuat pada koran Kompas edisi minggu 13 September 2015. Karya ini menampilkan menampilkan gambar seorang bocah laki-laki yang sedang duduk dipinggir jalan dengan pakain yang lusuh. Tampak pada raut wajahnya bocah ini tampak lesuh dengan dahi mengkerut dan terdapat lendir yang

(49)

mengalir dari hidungnya, dagu bertumpu pada telapak tangannya serta tumpukan cobek didepannya. Tulisan “memasang raut wajah/berakting Lesu, Lelah, Susah… untuk menarik empati orang-orang yang melihatnya…(Biasanya, para dermawan membeli cobeknya bukan karena butuh…)”. Tulisan ini menjelaskan tujuan dari ekspresi yang dilakukan oleh bocah tersebut agar dapat menarik minat dan empati dari orang – orang yang melihatnya khususnya para dermawan.

Tulisan “minta-minta berkedok jualan cobek !” Tulisan ini menjelaskan sebuah cara baru atau modus baru dalam hal meminta-minta yaitu dengan cara menjual cobek. Sebagaimana kita telah ketahui bahwa pemerintah melarang untuk memberikan apapun kepada pengemis yang kerjanya hanya meminta-minta. Untuk mensiasati itu menjual cobek digunakan sebagai modus untuk meminta-minta.

Tulisan “Seperti ’sindikat’… Bocah ini hanya korban eksploitasi! Ada ‘Boss’ yang mengatur…”. Tulisan ini menjelaskan bahwa bisa saja bocah ini adalah korban sindikat penculikan anak yang kemudian dipekerjakan oleh seseorang yang diberi gelar Boss. Boss inilah yang mengatur semua pekerjaan anak-anak ini mulai dari tempat, jenis pekerjaanya, serta jumlah setoran yang dihitung perharinya.

Tulisan “Sebenarnya si bocah Cuma duduk-duduk aja di trotoar”. Tulisan ini menjelaskan bahwa sebenarnya bocah ini hanya sekedar istirahat sambil duduk-duduk di pinggir trotoar bukan untuk menjual cobek. Tulisan “Setumpuk cobek yang didrop oleh mobil Si BOSS!”. Tulisan ini menjelaskan bahwa tumpukan cobek yang berada dihadapan bocah tersebut adalah barang yang

(50)

di bawah oleh seorang Boss untuk dijual.

Komisioner Bidang Pendidikan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengatakan memberikan uang kepada peminta-minta anak jalanan akan melanggengkan eksploitasi terhadap anak-anak. Menurut dia, lebih baik masyarakat memberikan sedekahnya melalui lembaga zakat, infaq dan shodaqoh (LAZIS) atau langsung kepada yayasan sosial atau panti asuhan. Menurut Susanto, eksploitasi anak sebagai peminta-minta di jalanan dapat mengakibatkan dampak negatif bagi tumbuh kembang dan karakter anak setelah dewasa.

Sejumlah daerah telah melarang warganya untuk memberikan uang kepada pengemis. Di Jakarta misalnya, terdapat peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2007 tentang ketertiban umum. Pasal 40 perda DKI Jakarta tersebut menyebutkan setiap orang atau badan dilarang menyuruh orang lain untuk menjadi pengemis, pengamen, pedangan asongan dan pengelap mobil serta menjadi pengemis, pengamen, pedagang asonga, dan pengelap mobil. Pasal tersebut juga menyebutkan larangan untuk membeli kepada pedagang asongan atau memberkan sejumlah uang atau barang kepada pengemis, pengamen, dan pengelap mobil.

2. Konteks situasi yang terdapat dalam karya ilustrasi kartun dalam menyampaikan kritik sosial pada media cetak (harian Kompas edisi Januari-September 2015)

Konteks yang diketekangkan dalam penciptaan karya ilustrasi kartun adalah masalah politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

(51)

a. Konteks politik

Konteks politik maksudnya adalah kartun yang berhubungan dengan dunia politik. Mayoritas kartun yang adalah kartun politik. Untuk keefektifan dalam penjelasan berikut penulis deskripsikan yang termasuk.

Gambar 7 (lihat halaman 32) menggambarkan tentang bagaimana permainan politik dari partai pengusung presiden yang menunjuk Budi Gunawan (BG) sebagai calon Kapolri yang tidak lama kemudian ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi oleh KPK. Tidak terima salah satu anggotanya ditetapkan sebagai tersangka polri menyerang balik KPK dengan menahan wakil ketua KPK dan beberapa anggota lainnya. Pada kartun ini juga mengajarkan kepada kita untuk senantiasa memenuhi janji yang telah diucapkan. Bukan cuman omongan dan janji-janji politik saja yang gampang diucapkan tetapi bagaimana kita juga harus bisa memenuhi setiap janji yang telah diucapkan.

b. Konteks ekonomi

Konteks ekonomi maksudnya adalah kartun yang berhubungan dengan bidang ekonomi, yaitu bidang yang berhubungan dengan “a. Ilmu asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang, serta kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian, dan perdagangan);

b. pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan sebagainya yang berharga; c. Tata kehidupan perekonomian (suatu Negara); d. ragam percakapan, urusan keuangan rumah tangga (organisasi, Negara)” (KBBI, 1990:220). Berikut kartun yang berhubungan dengan konteks ekonomi.

(52)

Gambar 11 (lihat halaman 39) menggambarkan tentang dua kehidupan yang berbeda. Mereka hidup dengan kebutuhan ekonomi yang berkecukupan tetapi disibukkan dengan pekerjaan dan lupa soal waktu, lupa akan keluarga. Mereka yang hidup dengan kebutuhan ekonomi yang tidak cukup juga akan menjadi masalah dalam rumah tangga. Idealnya adalah kebutuhan ekonomi sudah cukup dan ada waktu buat keluarga.

c. Konteks sosial

Konteks sosial maksudnya adalah kartun yang “a. berhubungan dengan masyarakat atau berkenaan dengan masyarakat; b. ragam percakapan, suka memperhatikan kepentingan umum (suka menolong, menderma, dan sebagainya” (KBBI, 1990:855). Berikut penulis deskripsikan salah satu kartun yang berkaitan dengan masalah sosial.

Gambar 13 (lihat halaman 42) menggambarkan tentang potret kehidupan anak-anak jalanan yang banyak berkeliaran di ibukota. Hampir setiap Traffic light maupun tempat keramaian dipenuhi dengan anak-anak jalanan yang meminta-minta dengan berbagai cara mulai dari mengamen, mengelap kaca mobil, dan menyodorkan kaleng bekas dengan ekpresi lesuh, lelah dan susah serta dengan pakaian yang lusuh. Kurangnya lapangan pekerjaan dan mahalnya harga kebutuhan pokok serta lemahnya pemerintah dalam menangani hal seperti ini sehingga menjadi pemicu banyaknya anak-anak jalanan. Anak-anak ini kebanyakan dipekerjakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Orang-orang inilah yang biasa disebut Boss.

(53)

d. Konteks budaya

Budaya dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, lazim disebut “kebudayaan atau sistem budaya, berasal dari bahasa sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Menurut Koentjaraningrat (2002: 180), kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik bersama dengan belajar. Timbulnya kebudayaan disebabkan karena interaksi manusia sebagai anggota masyarakat dengan lingkungan sosialnya. Berikut penulis dekripsikan salah satu kartun yang berkaitan dengan konteks budaya.

Gambar 10 (lihat halaman 38) menggambarkan tentang pergeseran budaya. Dalam karya ini memperlihatkan perbedaan yang sangat signifikan bahwa pada masa dulu anak-anak sebelum tidur dibacakan sebuah dongeng oleh ibunya. Namun dengan perkembangan zaman diera tehnologi seperti saat ini, anak-anak sebelum tidur bukannya diceritakan sebuah dongeng tetapi malah sibuk dengan gadget.

3. Maksud dan tujuan yang terkandung dibalik karya ilustrasi kartun dalam menyampaikan kritik sosial pada media cetak (harian Kompas edisi Januari-September 2015)

Dalam pencapaian untuk menggoyang opini publik ada empat cara yang digunakan. Keempat cara tersebut disampaikannya dalam bentuk seperti berikut : a. Kartun yang bertujuan mengkritik

Kartun yang bertujuan mengkritik adalah ”kartun yang di dalamnya terdapat suatu tuturan yang bernada kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai

(54)

pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya” (KBBI, 1990:466).

Data yang penulis contohkan pada analisis sebelumnya adalah kritikan yang disampaikan tokoh laki-laki (lihat gambar 5 halaman 29) yang menanyakan mengapa harga kebutuhan barang pokok tidak ikut diturunkan sedangkan harga BBM sudah diturunkan.

b. Kartun yang bertujuan mengomentari

Kartun yang bertujuan mengomentari adalah kartun yang di dalamnya terdapat suatu tuturan yang menuturkan suatu rangkaian penuturan fakta, pendapat, hasil pengamatan. Komentar disampaikan secara lisan atau tulisan.

Data yang penulis contohkan pada analisis sebelumnya adalah komentar yang disampaikan oleh tokoh laki-laki (lihat gambar 6 halaman 31) bahwa dizaman keterbukaan ini meskipun tanpa kacamata tembus pandangpun kita sudah bisa melihatnya.

c. Kartun yang bertujuan menyindir

Kartun yang bertujuan menyindir adalah “kartun yang di dalamnya terdapat suatu tuturan bernada mencela, mengejek, dan sebagainya kepada seseorang secara tidak langsung atau tidak terus terang. Mengata-ngatai seseorang, tetapi perkataan itu ditujukan pada orang lain” (KBBI, 1990:466).

Data yang penulis contohkan pada analisis sebelumnya adalah sindiran yang disampaikan oleh tokoh laki-laki yang berbadan besar dan berkulit gelap (lihat gambar 9 halaman 36) mengenai beras plastik yang beredar di Indonesia. Secara tidak langsung ia ingin mengatakan bahwa Indonesia adalah Negara yang pandai

(55)

dalam hal pemalsuan, bukan hanya dokumen tetapi elektronik sampai makananpu mampu dipalsukan.

Gambar

ILUSTRASI KARTUN PADA MEDIA  CETAK
ilustrasi kartun dalam  menyampaikan kritik
Gambar  pertama  memperlihatkan  karakter  Presiden  Indonesia  yaitu  Bapak  Joko  Widodo  yang  sedang  membacakan  pengumuman  yang  mana  pada  tangan  kanannya memegang michrophone dan tangan kirinya memegang selembar kertas
Gambar  pertama  meperlihatkan  gambar  tangan  yang  sedang  memegang  handphone  sambil  memperlihatkan  tampilan  pada  handphone  tersebut
+4

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulilah hirobil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa unsur intrinsik dan nilai budaya pada Legenda Sang Kuriang Kesiangan , serta wawancara dengan instruktur

minuman kesehatan dari rempah-rempah dan tanaman obat, salah satu diantaranya telah mendapatkan sertifikat paten Indonesia dengan judul Ko posisi Minuman Kesehatan dari

Langkah kerja pada metode deskriptif dalam penelitian ini adalah melakukan analisis dokumen, yaitu berupa analisis RPP yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran

Adapun persoalan-persoalan dalam penelitian ini adalah melihat bagaimana keberadaan kegiatan industri batu bata (lokasi industri, proses pembuatan batu bata dan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Tahun 2014 ini disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan berbagai program dan

Simpan Rute Tampilan Rute Lokasi Awal Lokasi Akhir Pencarian Perempatan Segmen Jalan Yang Terpilih Segmen dengan Bobot Terkecil Rute Jadi Rute Optimal Mencari Rute Optimal User

Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Menjadi