• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

5.1. Tingkat Kepentingan dan Pengaruh Stakeholders

Analisis tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholders terkait dengan pengembangan ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu identifikasi stakeholders, analisis kepentingan stakeholders, analisis pengaruh stakeholders dan pemetaan stakeholders.

5.1.1. Identifikasi Stakeholders

Hasil identifikasi stakeholders yang terkait dengan pengembangan ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama Papua Barat yang diklasifikasikan ke dalam enam kelompok yakni pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, LSM, perguruan tinggi dan swasta disajikan pada tabel 8. Tabel 8. Stakeholders yang terlibat dalam pengembangan ekowisata di TNTC

berdasarkan level administrasi.

No Stakeholders Prov Kab Distrik Kampung Keterangan

1 BBTNTC √ Pemerintah

2 DinParbud Prov. Papua Barat √ Pemerintah

3 DKP Provinsi Papua Barat √ Pemerintah

4 Dinparbud PO Kab. Teluk

Wondama √

Pemerintah

5 DKP Kab. Teluk Wondama √ Pemerintah

6 Dinhub. Kab. Teluk Wondama √ Pemerintah

7 BP3D Kab. Teluk Wondama √ Pemerintah

8 KLH Kab. Teluk Wondama √ Pemerintah

9 Distrik Roswar √ Pemerintah

10 Distrik Rumberpon √ Pemerintah

11 Distrik Roon √ Pemerintah

12 Kampung Yende √ Masyarakat

13 Kampung Isenebuay √ Masyarakat

14 Tokoh Adat Isenebuay √ Masyarakat

15 Kampung Waprak √ Masyarakat

16 WWF √ LSM

17 YALHIMO √ LSM

18 Konsorsium Mitra Bahari √ LSM

19 Universitas Negeri Papua √ PT

(2)

Balai Besar TNTC (BBTNTC) adalah Unit Pelaksana Teknis yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan pengembangan ekowisata di TNTC sehingga menjadi stakeholders kunci dalam pengelolaannya. Disisi lain, pengembangan ekowisata berhubungan dengan program pemerintah daerah berada pada dinas terkait, baik yang di provinsi maupun di kabupaten yakni Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga di Kabupaten Teluk Wondama dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan di Provinsi Papua Barat.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua Barat dan DKP Provinsi Papua Barat merupakan stakeholders yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekowisata di kawasan TNTC. Kedua instansi ini merupakan stakeholder yang mempunyai kepentingan dan pengaruh terhadap pemanfaatan ruang TNTC yang dikenal dengan istilah zonasi.

Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga , Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Perencanaan Pengendalian Pembangunan Daerah (BP3D), Kantor Lingkungan Hidup, Dinas Perhubungan merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Teluk Wondama yang berkedudukan di ibukota kabupaten. Distrik Roon merupakan distrik yang berkedudukan di kepulauan Auri dan merupakan pemekaran dari Distrik Teluk Dua Iri. Distrik Roswar merupakan distrik pemekaran dari Distrik Rumberpon yang berkedudukan di Pulau Roswar dan Distrik Rumberpon yang berkedudukan di pulau Rumberpoon. Semua stakeholders tersebut adalah perpanjangan tangan Bupati Teluk Wondama untuk melaksanakan misi daerah dalam rangka mencapai visi yang telah ditetapkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Wondama Tahun 2007-2027 yaitu “Terwujudnya Kabupaten Teluk Wondama sebagai Pusat Pariwisata Bahari yang berwawasan lingkungan menuju masyarakat yang sejahtera lahir dan batin, mandiri serta beriman”.

WWF merupakan lembaga non profit yang bekerja dan memiliki program membantu pengelolaan TNTC. WWF merintis program pengelolaan taman nasional bersama pemerintah dan mitra pembangunan lainnya, mendorong pembangunan yang berkelanjutan dengan memperhatikan aspek ekologis dan sosial budaya di Tanah Papua. Lembaga ini memberikan bantuan teknis dan pendanaan sehingga merupakan lembaga donor utama dalam pengelolaan TNTC.

(3)

Yayasan Lingkungan Hidup Manokwari (YALHIMO) merupakan LSM lokal yang memfasilitasi masyarakat dalam pemberdayaan sosial dan ekonomi serta budaya masyarakat di dalam kawasan TNTC. Konsorsium Mitra Bahari merupakan perpanjangan tangan Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai amanat dari Undang-Undang No 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Konsorsium ini berkedudukan di ibukota provinsi sebagai Mitra Kerja Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua Barat. Keanggotaan Konsorsium Mitra Bahari merupakan personal yang berasal dari berbagai kalangan seperti perguruan tinggi, lembaga pemerintah, LSM dan para pemerhati kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. Sekretariat Konsorsium Mitra Bahari Provinsi Papua Barat berkedudukan di Kampus Universitas Negeri Papua cq. Fakultas Perikanan dan Kelautan.

Universitas Negeri Papua (UNIPA) adalah Salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Papua Barat yang berkedudukan di Manokwari. UNIPA sering melakukan berbagai penelitian mengenai sumber daya alam di kawasan TNTC dan menjadikan kawasan TNTC sebagai lokasi Praktek Kerja Lapangan (PKL) bagi mahasiswa tingkat akhir terutama bidang biologi, kehutanan, perikanan dan kelautan.

Kampung Yende, dikenal sebagai kampung tertua di Pulau Roon. Kampung ini merupakan wilayah kerja Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah IV Roon. Kampung Waprak berada di Pulau Roswar, kampung ini telah berubah nama menjadi Saref sejak terjadinya pemekaran kampung di Distrik Roswar dan kampung Waprak menjadi salah satu lokasi pembinaan dari Konsorsium Mitra Bahari dengan berbasis ekowisata bahari. Kampung Isenebuay terletak di Pulau Rumberpon. Masyarakat di kampung ini paling banyak disentuh dengan program-program dari pihak pengelola taman nasional maupun mitra kerja yang ada. Tokoh Adat tinggal di kampung ini bersama-sama masyarakat setempat. Kampung Waprak dan Kampung Isenebuay merupakan wilayah kerja Bidang Pengelolaan TNTC Wilayah III Ransiki.

Kedua puluh instansi tersebut di atas, merupakan stakeholders yang mempunyai keterkaitan terhadap pengembangan ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat. Menurut Race dan Miller (2006)

(4)

pemangku kepentingan (stakeholders) didefinisikan sebagai individu, masyarakat, atau organisasi yang secara potensial dipengaruhi oleh suatu kegiatan atau kebijakan. Dengan kata lain, stakeholders mencakup pihak-pihak yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dan memperoleh manfaat atau sebaliknya dari suatu proses pengambilan keputusan.

5.1.2. Tingkat Kepentingan Stakeholders

Hasil penilaian tingkat kepentingan stakeholders terkait dengan pengembangan ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama disajikan pada 9. Tabel 9 . Tingkat Kepentingan Stakeholders Terhadap Pengembangan Ekowisata

di TNTC Kabupaten Teluk Wondama.

No. Stakeholder Kepentingan Jlh

K1 K2 K3 K4 K5 1 BBTNTC 5 5 5 3 5 23 2 DKP Prov.PB 4 4 4 2 2 16 3 Dinparbud Prov.PB 4 4 5 4 2 19 4 Dinparbud Kab.TW 5 4 5 4 2 20 5 DKP Kab. TW 4 4 4 3 2 17 6 BP3D Kab.TW 5 4 4 4 2 19 7 KLH Kab.TW 3 4 3 2 1 13 8 Dinhub Kab.TW 4 4 3 2 1 14 9 Distrik Roswar 4 4 4 4 2 18 10 Distrik Rumberpon 4 4 3 4 2 17 11 Distrik Roon 4 4 3 3 2 16 12 Kampung Yende 3 4 3 2 2 14 13 Kampung Isenebuay 4 4 4 2 2 16

14 Tokoh Adat Isenebuay 3 4 2 2 2 13

15 Kampung Waprak 4 4 3 2 1 14

16 WWF 4 4 3 3 2 16

17 YALHIMO 3 3 2 1 1 10

18 KMB 4 3 2 2 1 12

19 UNIPA 3 3 2 2 1 11

20 Pengusaha Transportasi laut 2 3 2 2 2 11 Keterangan:

5: Sangat tinggi; 4: tinggi; 3: Cukup tinggi; 2: kurang tinggi; 1: Rendah. K1: Keterlibatan stakeholders terkait pengembangan ekowisata di TNTC. K2: Manfaat pengembangan ekowisata di TNTC bagi stakeholders. K3: Kewenangan stakeholders terkait pengembangan ekowisata di TNTC. K4: Program stakeholders terkait pengembangan ekowisata di TNTC.

K5:Tingkat ketergantungan stakeholders terkait pengembangan ekowisata di TNTC.

Berdasarkan tabel tingkat kepentingan diatas bahwa BBTNTC mempunyai kepentingan sangat tinggi terkait pengembangan ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama dibandingkan dengan stakeholders lainnya. Hal ini

(5)

dapat terjadi karena BBTNTC selaku Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kehutanan memiliki kewenangan dalam penyusunan program pengelolaan TNTC. Salah satu bentuk pengelolaan kawasan TNTC yang dilakukan adalah pemanfaatan sumber daya alam melalui pengembangan ekowisata untuk kesejahteraan masyarakat dalam kawasan. Stakeholders yang mendukung pengembangan ekowisata di TNTC adalah Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Papua Barat, BP3D Kabupaten Teluk Wondama, DKP Provinsi Papua Barat, DKP Kabupaten Teluk Wondama, Distrik Roswar, Distrik Rumberpon, Distrik Roswar, Kampung Isenebuay dan WWF. Stakeholders yang cukup mendukung pengembangan ekowisata adalah Dinas perhubungan Kab. Teluk Wondama, KLH Kab. Teluk Wondama, Kampung Yende, Kampung Waprak, Tokoh adat Isenebuay, YALHIMO, UNIPA dan Pengusaha transportasi laut.

5.1.3. Tingkat Pengaruh Stakeholders

Hasil penilaian tingkat pengaruh stakeholders terkait pengembangan ekowisata di TNTC kabupaten Teluk Wondama disajikan pada tabel 10.

Tabel 10.Tingkat Pengaruh Stakeholders Terkait Dalam Pengembangan Ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama.

No. Stakeholders Pengaruh

P1 P2 P3 P4 P5 Jlh 1 BBTNTC 5 5 5 2 5 22 2 DKP Prov.PB 4 2 4 2 3 15 3 Dinparbud Prov.PB 3 3 4 2 4 16 4 Dinparbud Kab.TW 4 4 4 3 4 19 5 DKP Kab. TW 3 3 4 2 3 15 6 BP3D Kab.TW 4 4 4 3 3 18 7 KLH Kab.TW 2 2 4 2 2 12 8 Dinhub Kab.TW 3 2 3 2 2 12 9 Distrik Roswar 5 5 4 2 2 18 10 Distrik Rumberpon 4 4 4 2 2 16 11 Distrik Roon 4 4 3 3 3 17 12 Kampung Yende 3 3 4 1 3 14 13 Kampung Isenebuay 3 3 4 1 2 13

14 Tokoh adat Isenebuay 3 4 3 3 3 16

15 Kampung Waprak 3 3 4 1 2 13

16 WWF 3 3 4 2 4 16

(6)

Lanjutan tabel 10

18 KMB 3 2 4 2 3 14

19 UNIPA 3 3 3 1 3 13

20 Pengusaha transportasi laut 2 3 3 3 3 14 Keterangan:

5: Sangat tinggi; 4: Tinggi; 3: Cukup tinggi; 2:Kurang tinggi; 1:Rendah.

P1: Kemampuan stakeholders dalam memperjuangkan aspirasinya terkait pengembangan ekowisata di TNTC.

P2: Kontribusi fasilitas yang diberikan oleh stakeholders terkait pengembangan ekowisata.

P3: Kapasitas kelembagaan/SDM yang ditugaskan oleh stakeholders terkait dengan pengembangan ekowisata.

P4: Dukungan anggaran stakeholders yang digunakan terkait pengembangan ekowisata di TNTC.

P5: Kemampuan stakeholders melaksanakan pengembangan ekowisata.

Berdasarkan analisis pengaruh stakeholders bahwa BBTNTC sangat mempengaruhi pengembangan ekowisata di kawasan TNTC. Hal ini dapat terjadi karena kewenangan dan tanggungjawab BBTNTC sesuai dengan Permenhut No. 03/Menhut-II/2007 untuk melakukan pengelolaan kawasan. BBTNTC selaku Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kehutanan cq. Ditjen PHKA berpengaruh dalam penentuan kebijakan berkaitan dengan pengembangan ekowisata di TNTC. Selain itu BBTNTC mempunyai kewajiban untuk melindungi, melestarikan dan memanfaatkan secara lestari sumber daya alam di kawasan TNTC.

Selanjutnya stakeholders yang turut mempengaruhi pengembangan ekowisata di TNTC adalah Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kab. Teluk Wondama, BP3D Kab. Teluk Wondama, Distrik Roswar, Distrik Roon, Dinas pariwisata Provinsi Papua Barat, WWF, Distrik Rumberpon dan Tokoh adat Isenebuay. Stakeholders yang cukup mempengaruhi pengembangan ekowisata di TNTC adalah DKP Provinsi Papua Barat, Kampung Yende, KMB, Kampung Waprak, Dinas Perhubungan Kab. Teluk Wondama, KLH Kab. Teluk Wondama, Kampung Isenebuay, UNIPA dan Pengusaha Transportasi Laut.

Pengaruh stakeholders berkaitan dengan kekuasaan (power) terhadap kegiatan, termasuk pengawasan terhadap keputusan yang telah dibuat dan memfasilitasi pelaksanaan kegiatan sekaligus menangani dampak negatifnya. Pengaruh stakeholders dapat dinilai dengan mengukur besar kecilnya kemampuan stakeholders tersebut mempengaruhi atau memaksa pihak lain untuk mengikuti

(7)

kemauannya. Sumber pengaruh dapat berupa peraturan, uang, opini, informasi, massa, kepemimpinan dan sebagainya (Asikin, 2001).

5.1.4. Klasifikasi Stakeholders Terhadap Pengembangan Ekowisata

Untuk mengklasifikasikan stakeholders terkait dengan pengembangan ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama dilakukan dengan penafsiran matriks kepentingan dan pengaruh stakeholders dengan menggunakan stakeholders grid dengan bantuan Microsoft exel. Hasil analisis stakeholders dikategorikan menurut tingkat kepentingan dan pengaruh yang disajikan seperti gambar 8.

Keterangan :

1: Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih; 2: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua Barat; 3: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua Barat; 4:Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Teluk Wondama; 5: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Teluk Wondama; 6: BP3D Kabupaten Teluk Wondama; 7: Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Teluk Wondama; 8; Dinas Perhubungan Kabupaten Teluk Wondama; 9: Distrik Roswar; 10: Distrik Rumberpon; 11: Distrik Roon; 12: Kampung Yende; 13: Kampung Isenebuay; 14: Tokoh Adat Isenebuay; 15: Kampung Waprak; 16: WWF Indonesia Site Teluk Wondama; 17: YALHIMO; 18: Konsorsium Mitra Bahari; 19: UNIPA Manokwari; 20: Pengusaha Transportasi laut.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 17 18 19 14 20 0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 25.0 0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 25.0 K epet ing a n Pengaruh Kuadran II Key Player Kuadran I Subyek Kuadran III Context setter Kuadran IV Crowd High Low

Gambar 8. Matriks kepentingan dan pengaruh stakeholders terhadap pengembangan ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama.

Hi

gh

L

o

(8)

Posisi kuadaran dapat menggambarkan posisi dan peranan yang dimainkan oleh masing-masing stakeholders terkait pengembangan ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama yaitu: (1) Subyek artinya kepentingan tinggi tetapi pengaruhnya rendah; (2) Key Player artinya kepentingan dan pengaruhnya tinggi; (3) Context setter artinya kepentingan rendah tetapi pengaruhnya tinggi, dan (4) Crowd artinya kepentingan dan pengaruhnya rendah.

Posisi Kuadran I (Subject) ditempati oleh Kantor Lingkungan Hidup Teluk Wondama dan Dinas Perhubungan Kabupaten Teluk Wondama. Kedua stakeholders tersebut memiliki kepentingan yang tinggi terhadap pengembangan ekowisata di TNTC namun pengaruhnya rendah. Kedua stakeholders ini merupakan stakeholders yang penting namun memerlukan pemberdayaan dalam proses pengembangan ekowisata di TNTC. Dinas perhubungan memiliki kepentingan yang lebih tinggi dibandingakn Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Teluk Wondama. Hal ini dapat terjadi karena Dinas perhubungan memiliki tanggungjawab untuk membuka akses atau jalur pelayaran ke distrik-distrik yang ada di kawasan TNTC dan sekaligus sebagai sarana bagi wisatawan di TNTC. Sedangkan Kantor Lingkungan Hidup memiliki tanggungjawab untuk pemanfaatan sumberdaya alam dan pengelolaan lingkungan hidup secara lestari dan berkelanjutan namun Kantor Lingkungan Hidup baru dibentuk pada tahun 2008 sehingga program yang dibuat belum nyata di lapangan.

Posisi pada Kuadran II (Key Players) merupakan kelompok yang paling kritis karena memiliki pengaruh dan kepentingan yang sama-sama tinggi. Terdapat empat belas stakeholders yang menempati posisi pada Key Players yaitu BBTNTC; DKP Provinsi Papua Barat; Dinas Pariwisata dan kebudayaan Provinsi Papua Barat; Dinparbud Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Teluk Wondama; DKP Teluk Wondama; BP3D Teluk Wondama; Distrik Roswar; Distrik Rumberpon; Distrik Roon; Kampung Yende; Kampung Isenebuay; Tokoh Adat Isenebuay; Kampung Waprak; dan WWF . Untuk memastikan keefektifan dan dukungan koalisi terhadap pengembangan ekowisata harus membangun hubungan kerja yang baik dengan stakeholders yang ada di kuadaran II.

Kepentingan Dinas Pariwisata kebudayaan Pemuda dan Olah Raga berada pada urutan terpenting kedua di kuadran II dan pengaruhnya juga pada urutan

(9)

kedua bahkan dari semua stakeholders yang ada. Hal tersebut terjadi karena Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Teluk Wondama memiliki tingkat kemampuan yang sangat tinggi dalam memperjuangkan aspirasi dalam pengembangan ekowisata di TNTC, memiliki kontribusi fasilitas dan kapasitas kelembagaan/SDM serta keterlibatan dalam pengembangan ekowisata yang sangat tinggi dan juga kemampuan yang cukup tinggi dalam pengembangan ekowisata di TNTC.

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Teluk Wondama yang lain yang mempunyai pengaruh yang tinggi dalam pengembangan ekowisata di TNTC adalah BP3D Kabupaten Teluk Wondama dan Distrik Roswar. Stakeholders ini memiliki pengaruh yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan Distrik Rumberpon, Distrik Roon, Kampung Yende dan WWF.

Dinas Pariwisata Kabupaten Teluk Wondama mempunyai pengaruh kedua tertinggi terhadap pengembangan ekowisata. Hal ini terjadi karena Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Teluk Wondama mempunyai kewenangan dalam pengembangan ekowisata di kabupaten Teluk Wondama namun belum ada kewenangan dalam memberikan perijinan bagi para wisatawan yang berkunjung ke kawasan TNTC. BP3D Kabupaten Teluk Wondama dan Distrik Roswar mempunyai kepentingan dan pengaruh yang tinggi terhadap pengembangan ekowisata TNTC. BP3D Kabupaten Teluk Wondama mendukung Gubernur Papua Barat untuk pemanfaatan zona pariwisata yaitu mencanangkan Pulau Roswar sebagai model dalam pengembangan kawasan perikanan berbasis ekowisata.

Kampung Isenebuay terletak di sebelah timur Pulau Rumberpon. Masyarakat di kampung ini paling banyak disentuh dengan program-program dari pihak pengelola taman nasional maupun mitra kerja yang ada. Kepala Suku tinggal di kampung ini bersama-sama masyarakat. Kedua stakeholder ini memiliki kepentingan dan pengaruh yang sama-sama sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena keduanya selalu terlibat dalam proses penetapan zona pariwisata di TNTC. Kedua stakeholders ini selalu memiliki pemahaman yang sama tentang pemanfaatan kawasan di wilayah Isenebuay.

(10)

Kampung Waprak yang berada di Pulau Roswar merupakan stakeholders yang mempunyai pengaruh dan kepentingan yang tinggi. Kampung ini sedang melakukan sasi pemanfaatan sumberdaya alam, sasi tersebut akan dibuka bersama-sama seluruh masyarakat pada saat yang akan ditentukan kemudian. Biasanya sasi dilakukan selama satu tahun atau tergantung kebutuhan. Sasi merupakan kearifan lokal yang sangat baik dan perlu dikembangkan karena merupakan salah satu cara pengelolaan sumberdaya alam yang baik yang telah dilakukan secara turun-temurun oleh nenek moyang masyarakat di Waprak. Selain itu, Kampung Waprak juga telah menyepakati untuk membuat Peraturan Kampung tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup.

Kampung Yende adalah kampung tertua di Pulau Roon. Pulau ini terletak pada jajaran Kepulauan Auri yang memiliki potensi hasil laut yang sangat melimpah. Kepulauan Auri sering menjadi sasaran para tourist mancanegara untuk kegiatan diving dan snorkeling. Itulah sebabnya, Kampung Yende mempunyai kepentingan dan pengaruh yang tinggi terhadap pengembangan ekowisata TNTC. Kampung Yende juga memiliki wisata rohani berupa Gereja tua dan Alkitab peninggalan Belanda yang ditulis dalam bahasa Belanda pada tahun 1898 serta makam misionaris.

Konsorsium Mitra Bahari, Pengusaha Transportasi Laut dan Universitas Negeri Manokwari menempati Kuadran III (Context Setter) artinya ketiga stakeholders ini dapat mempengaruhi pengembangan ekowisata, karena memiliki pengaruh yang tinggi. Para pengusaha transportasi laut umumnya pendatang dari Sulawesi yaitu Suku Buton. Pengusaha ini untuk mengangkut kebutuhan bahan pokok ke distrik-distrik di dalam kawasan TNTC dan sewaktu-waktu bila ada tourist yang menggunakan kapal tersebut akan dilayani. Stakeholders yang berperan pada Context Setter dapat menjadi resiko yang signifikan dan perlu dipantau dan dikelola dengan hati-hati karena dapat memblokir pengembangan ekowisata di TNTC (Groenendijk. 2003).

Posisi pada Kuadran IV (Crowd) adalah Yayasan Lingkungan Hidup (YALHIMO) artinya memiliki kepentingan dan pengaruh rendah terhadap pengembangan ekowisata. Berdasarkan hasil observasi di lapangan bahwa stakeholders ini tidak terlibat secara langsung dengan pengembangan ekowisata

(11)

dilapangan. Stakeholders ini membutuhakan sedikit pengawasan dan evaluasi namun dengan prioritas yang rendah.

Matriks kepentingan dan pengaruh stakeholders dapat berubah tipenya sepanjang waktu dan dampak perubahan tersebut perlu dipertimbangkan (Reed et al. 2009). Stakeholders yang berada pada posisi Key players harus diajak kerjasma karena mempunyai pengaruh dan kepentingan yang tinggi terhadap fenomena pengembangan ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat dan stakeholders yang posisi sebagai Subject perlu dilakukan pemberdayaan, apabila tidak diberdayakan ada kemungkinan mereka melakukan perlawanan dengan membentuk aliansi. Menurut (Groenendjik, 2003) bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam suatu proyek dalam hal ini pengembangan ekowisata di TNTC maka stakeholder yang ada di kuadran I, II dan III adalah merupakan stakeholder inti yang perlu diperhatikan.

5.2. Tingkat Kebutuhan Stakeholders Terkait Pengembangan Ekowisata

Pengembangan ekowisata di TNTC melibatkan beberapa stakeholders baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebutuhan stakeholders tergantung pada tugas pokok dan fungsinya masing-masing terkait dengan pengembangan ekowisata di dalam kawasan TNTC. Kebutuhan stakeholders diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan observasi serta pencermatan terhadap tugas pokok dan fungsinya berdasarkan peraturan yang menjadi dasar hukumnya. Stakeholders yang dianalisis adalah stakeholders yang berperan langsung dalam pengembangan ekowisata di taman nasional saat ini. Kebutuhan stakeholders secara umum sudah sinergis dengan pengembangan ekowisata di TNTC. Hasil identifikasi kebutuhan stakeholders dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih

a. Pendidikan dan pelatihan bagi pegawai baik secara intern di Unit Pelaksana Teknis (UPT) ataupun bekerjasama dengan Balai Diklat Kehutanan, Dinas pariwisata (baik Provinsi maupun Kabupaten), kementerian Lingkungan Hidup;

b. Peningkatan kualitas pegawai dengan studi banding ke kawasan-kawasan yang lebih maju pada bidang ekowisata;

(12)

c. Seminar dan lokakarya yang berhubungan dengan pengelolaan kawasan ekowisata, akan menambah pengetahuan dan wawasan para personil yang bersangkutan;

d. Peningkatkan prasarana dan sarana transportasi, baik dilakukan oleh pemerintah setempat atau pihak swasta, penginapan/akomodasi bagi pengunjung;

e. Perlu promosi dan informasi melalui kerjasama dengan media cetak maupun media elektronik;

f. Net working dengan organisasi lain, pembuatan dan penyebaran booklet, leflet, dan lain-lain;

g. Untuk merangsang pasar domestik perlu ada paket-paket wisata yang bervariasi dan harganya lebih murah yang dikemas sesuai dengan situasi, kondisi dan keinginan pasar domestik maupun luar;

h. Perlu dukungan anggaran yang memadai dalam pengembanagan ekowisata TNTC;

i. Perlu pemberdayaan masyarakat lokal yang tinggal di sekitar kawasan konservasi untuk menyambut program ekowisata;

j. Perlu perlindungan dan pengamanan ODTWA di kawasan TNTC. 2. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua Barat

a. Pemberdayaan masyarakat pesisir untuk dapat menerima program ekowisata di kawasan TNTC;

b. Program pemberdayaan masyarakat pesisir di kawasan TNTC;

c. Peningkatan sumber daya manusia baik secara kualitas maupun kuantitas dalam bidang pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil.

d. Mempersiapkan Rencana Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Perikanan pada Zona Pemanfaatan di TNTC, terkait dengan ada pencanangan Roswar sebagai Model ekowisata oleh Gubernur.

3. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua Barat

a. Membutuhkan data dan informasi dalam rangka pengembangan wisata di TNTC secara khusus dan Provinsi Papua Barat secara umum;

b. Peningkatan sumberdaya manusia baik secara kualitas maupun kuantitas dalam bidang ekowisata;

(13)

c. Pengadaan sarana transportasi wisata baik oleh pemerintah maupun pihak swsata;

d. Pembuatan paket-paket wisata di kawasan Taman Nasional secara khusus dan provinsi Papua secara umum.

4. Dinas Pariwsata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kab. Teluk Wondama a. Perlindungan dan pengamanan kawasan TNTC karena merupakan obyek

dan daya tarik wisata di Kabupaten Teluk Wondama;

b. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Teluk Wondama segera diselesaikan;

c. Perlu mengalihkan alternatif mata pencaharian masyarakat agar tidak merusak kawasan karena kawasan TNTC merupakan tempat mencari masyarakat secara turun temurun;

d. Perda tentang Pengelolaan Wisata di Kab Teluk Wondama perlu segera dibuat sebagai dasar penerimaan PAD dari sektor pariwisata;

e. Koordinasi dengan semua instansi terkait dalam pengelolaan wisata untuk menyamakan persepsi semua stakeholders;

f. Publikasi potensi wisata untuk meningkatkan kunjungan wisatawan;

g. Sosialisasi dan pengawasan potensi wisata termasuk terumbu karang agar tidak rusak;

h. Pembentukan kelompok-kelompok sadar wisata agar masyarakat berpartisipasi dalam mengamankan kawasan mereka sendiri.

i. Peningkatan sumberdaya manusia baik secara kualitas maupun kuantitas dalam bidang ekowisata

j. Pembentukan forum ekowisata di kawasan Taman Nasional Teluk Cenderwasih.

5. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Teluk Wondama

a. Pemberian SIUP dan SIPI di dalam Kawasan TNTC bagi pengusaha penangkap ikan di zona pemanfaatan umum;

b. Perlu penyuluhan tentang pengelolaan Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di TNTC.

c. Pembuatan papan informasi tentang zonasi TNTC terutama zona inti ditiap-tiap kampung;

(14)

d. Anggaran yang memadai dalam pengelolaan kawasan konservasi di TNTC.

6. BP3D Kabupaten Teluk Wondama

a. Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah;

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemda di bidang tata ruang dan prasarana fisik;

c. Perencanaan pembangunan pariwisata sebagai salah satu program prioritas di kabupaten Teluk Wondama;

d. Menjalin kerjasama dengan pengusaha untuk terlibat pengembangan ekowisata di kawasan TNTC.

7. Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Teluk Wondama

a. Perlu peningkatan penyuluhan tentang pengelolaan lingkungan hidup; b. Perlu adanya pengawasan dan monitoring sumber daya alam;

c. Peningkatan sumber daya manusia untuk mendukung Pengawasan sumber daya alam;

d. Perlu sinkronisasi program lintas sektoral terutama pemanfaatan sumberdaya alam sebagai daya tarik tarik dan obyek wisata.

8. Dinas Perhubungan Kabupaten Teluk Wondama

a. Perlu pembangunan dermaga di setiap distrik terutama distrik yang menjadi daerah tujuan wisata;

b. Pengadaan alat tranportasi laut oleh pemerintah maupun pihak swasta. 9. Distrik Roswar

a. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;

b. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundangan; c. Zona pariwisata yang ada di wilyaha Distrik Roswar perlu dikelola dengan

baik.

d. Kesepakatan bersama yang dibuat di Distrik Roswar perlu ditetapkan dalam suatau peraturan kampung.

10. Distrik Rumberpon

(15)

b. Perlu pelatihan masyarakat di distrik Rumberpon tentang pengembangan ekowisata;

c. Forum kolaborasi pengembangan ekowisata sangat dibutuhkan untuk sinkronisasi program antar sektor terkait di lapangan.

11. Distrik Roon

a. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang ekowisata; b. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundangan; c. Forum kolaborasi pengembangan ekowisata sangat dibutuhkan untuk

sinkronisasi program antar sektor terkait di wilayah distrik Roon.

d. Perlu kerjasama antar distrik terkait dalam pengembangan ekowisata diwilayah distrik Roon.

12. Kampung Yende

a. Pelatihan interpreter atau guide bagi masyarakat kampung Yende;

b. Pemberdayaan masyarakat Yende dibidang program ekowisata berupa guide maupun lainnya;

c. Zona pariwisata harus diawasi bersama dengan instansi terkait (Balai, WWF, DKP, Dinas Pariwisata);

d. Perlu pembuatan batas zona inti secara fisik di lapangan agar masyarakat tahu membedakan dengan zona pariwisata.

e. Perlu pengamanan sumber daya alam bersama dengan pihak pengelola kawasan agar tidak dirusak oleh para penangkap ikan yang tidak bertanggungjawab.

13. Kampung Isenebuay

a. Perlu pemberdayaan masyarakat dikampung Isenebuay, agar siap menerima program ekowisata;

b. Kebutuhan ekonomi, sosial budaya dan lingkungan masyarakat harus diperhatikan untuk kesejahteraan masyarakat;

c. Perlu transportasi laut untuk mengamankan sumberdaya alam yang menjadi daya tarik wisata di wilayah kampung Isenebuay.

14. Tokoh Adat Isenebuay

(16)

b. Perlu pembinaan masyarakat adat berkaitan dengan program ekowisata di kawasan TNTC;

c. Perlu kerjasama dengan Balai Besar TNTC dalam perlindungan dan pengamanan kawasan secara bersama-sama sehingga obyek daya tarik wisata tetap terjaga.

15. Kampung Waprak

a. Perlindungan obyek daya tarik wisata alam dan melestarikan lingkungan hidup;

b. Pemberlakuan sasi di wilayah kampung waprak perlu dihargai kampung lain sehingga tidak melanggar kesepakatan adat yang sudah dibuat dan Peraturan Kampung yang sudah disepakati perlu pengesahan oleh Pemda; c. Perlu pemasangan tanda batas zona inti dengan zona pariwisata sehingga

mempermudah dalam pengawasan masyarakat dilapangan. 16. WWF Indonesia Site Teluk Wondama

a. Mendorong pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan aspek ekologis dan sosial budaya;

b. Pemetaan potensi obyek daya tarik wisata di dalam kawasan sebagai bahan dalam menentukan paket-paket wisata.

c. Promosi dan penyebarluasan informasi tentang obyek daya tarik wisata di TNTC .

17. Konsorsium Mitra Bahari

a. Perlu koordinasi yang rutin dengan semua anggota Konsorsium; b. Menyiapkan database Pulau Roswar untuk persiapan desa ekowisata; c. Pemberdayaan masyarakat pesisir melalui pelatihan ketrampilan tentang

pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya alam. 18. YALHIMO

a. Mendorong nilai sosial budaya masyarakat untuk dihargai dalam pengembangan ekowisata di TNTC;

b. Perlu pemberdayaan masyarakat adat selaku pemilik hak ulayat agar terlibat mengelola potensi obyek daya tarik wisata di kawasan TNTC; c. Perlu pengelolaan potensi obyek daya tarik wisata secara berkelanjutan

(17)

19. Universitas Negeri Papua.

a. Perlu kerjasama bidang penelitian dan pemberdayaan masyarakat untuk mendukung program ekowista di kawasan TNTC;

b. Promosi dan pembuatan paket-paket ekowisata di kawasan TNTC; c. Pemberdayaan masyarakat agar bisa menerima program ekowisata;

d. Perlu kerjasama bidang penelitian potensi obyek daya tarik wisata dalam kawasan TNTC;

20. Pengusaha Transportasi Laut

a) Perlu dukungan Dinas perhubungan serta Kepala-kepala Distrik di TNTC tentang pelayaran yang rutinitas dalam kawasan;

b) Perlu peran serta masyarakat dalam menjalin hubungan baik dengan pengusaha transportasi;

Hasil identifikasi kebutuhan stakeholders kemudian dideskripsikan berdasarkan bidang objek daya tarik wisata, bidang sarana dan prasarana, bidang publikasi dan informasi, bidang sumber daya manusia, bidang perencanaan pengembangan ekowisata dan bidang forum ekowisata di TNTC. Rekapitulasi analisis kebutuhan stakeholders disajikan pada tabel 11.

Tabel 11. Rekapitulasi Kebutuhan Stakeholders Terkait dengan Pengembangan Ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama

No Kebutuhan/Aspek Stakeholder

I Objek Daya Tarik Wisata

1. Inventarisasi dan identifikasi ODTW.

BBTNTC, Dinparbud PO KTW, Dinparbud PPB. WWF, UNIPA.

2. Perlindungan dan pengamanan ODTWA.

BBTNTC, DKP KTW, Dinparbud PO KTW, WWF.

II Sarana dan Prasarana

3. Pengembangan sarana dan prasarana ekowisata (shelter, guest house, alat transportasi)

BBTNTC, Dinparbud PO KTW, Dinparbud PPB, Dinhub, PTL.

III. Publikasi dan Informasi

4. Promosi dan publikasi ODTW. BBTNTC, Dinparbud PO KTW, Dinparbud PPB. WWF.

5. Penyusunan paket-paket ekowisata BBTNTC, Dinparbud PO KTW, Dinparbud PBB, WWF.

6. Studi analisis pasar ekowisata BBTNTC, Dinparbud KTW, Dinparbud PPB dan WWF.

7. Penyuluhan sadar wisata kepada masyarakat

BBTNTC, Dinparbud PO KTW, Distrik Roswar, Distrik Roon, Distrik Rumberpoon, WWF, YALHIMO.

(18)

Lanjutan tabel 11.

IV. Sumberdaya Manusia

8 Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM bidang ekowisata.

BBTNTC, Dinparbud PO KTW, Dinparbud PPB, DKP KTW, DKP PPB.

9 Pelatihan pemandu wisata (guide) kepada masyarakat di TNTC

BBTNTC, Dinparbud PO KTW, Distrik Roswar, Distrik Roon, Distrik Rumberpon, YALHIMO, Kpg Waprak, Kpg Isenebuay, Kpg Yende.

10 Pengembangan pendidikan lingkungan hidup baik secara formal maupun informal

KLH KTW dan YALHIMO

11 Pemberdayaan masyarakat berkaitan dengan program ekowisata.

BBTNTC, Dinparbud PO KTW, DKP PPB, DKP KTW, WWF, KMB, YALHIMO, Tokoh adat Isenebuay.

V. Penyusunan pengelolaan ekowisata

12 Penyusunan rencana pengelolaan KP3K berbasis ekowisata.

DKP PPB, DKP KTW dan KMB.

13 Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekowisata TNTC.

BBTNTC

VI Pembentukan Forum

14. Forum ekowisata atau forum kolaborasi ekowisata TNTC

BBTNTC, Dinparbud PO KTW,Dinparbud PPB, DKP KTW, DKP PPB, KMB, KLH KTW.

Keterangan: BBTNTC: Balai Besar Taman Nasional Teluk cenderawasih; Dinparbud PO KTW: Dinas pariwisata dan Kebudayaan pemuda dan Olah Raga Kab. Teluk Wondama; Dinhub: Dinas Perhubungan; DKP : Dinas Kelautan dan Perikanan; Dinparbud PPB: Dinas Pariwisata dan kebudayaan Provinsi Papua Barat; BP3D: Badan Perencanaan Pengendalian Pembangunan Daerah; KLH: Kantor Lingkungan Hidup; KMB: Konsosium Mitra Bahari; YALHIMO: Yayasan Lingkungan Hidup Manokwari; UNIPA: Universitas Negeri Papua; WWF: World Wild Fund for Nature; PTL: Pengusaha Tranportasi Laut; Toad Isenebuay: Kpg: Kampung.

Hasil analisis kebutuhan stakeholders terkait pengembangan ekowisata di TNTC kabupaten Teluk Wondama menunjukkan bahwa ada beberapa persamaan kebutuhan stakeholders karena memiliki tugas pokok dan fungsi yang hampir sama. Stakeholders yang memiliki kebutuhan yang sama adalah BBTNTC, Dinparbud Provinsi Papua Barat; Dinparbud Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Teluk Wondama. Kesamaan kebutuhan stakeholders tersebut adalah promosi dan publikasi ODTW; pengadaan sarana dan prasarana ekowisata; peningkatan sumberdaya manusia dalam bidang ekowisata; inventarisasi dan identifikasi ODTW dan penyuluhan sadar wisata kepada masyarakat. DKP Provinsi Papua Barat dan DKP Kabupaten Teluk Wondama memiliki kebutuhan tentang pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil berbasis ekowisata di kawasan TNTC. KLH Kabupaten Teluk Wondama berkaitan tentang penyuluhan dan pendidikan lingkungan hidup kepada masyarakat dalam kawasan TNTC.

(19)

5.3. Pengembangan Ekowisata TNTC Saat Ini.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dilapangan, kondisi ekowisata saat ini di TNTC di sajikan pada tabel 12.

Tabel 12. Kondisi Ekowisata Saat ini Di TNTC Kabupaten Teluk Wondama

No. Aspek Kondisi Saat ini

1. Wisatawan TNTC menjadi daerah tujuan wisata sejak tahun 2004 sampai sekarang.

Wisatawan mancanegara lebih dominan dari wisata nusantara untuk snorkeling, diving dan menikmati panorama pantai.

2. Akses Belum ada pelayaran rutin dalam kawasan TNTC Wisatawan biasa menggunakan sistim carter kapal

untuk berwisata. 3. Sarana dan

prasarana

Sarana dan prasarana masih terbatas.

Alat transportasi khusus wisatawan belum tersedia. 4. Kebijakan RIPPDA provinsi Papua Barat menetapkan

kawasan TNTC masuk dalam wilayah pengembangan Pariwisata wilayah II dengan obyek wisata bahari.

RIPPDA Kabupaten Teluk Wondama masih dalam tahap proses.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Wondama memetakan kawasan TNTC masuk dalam wilayah pengembangan pariwisata bahari. 5. Ruang dan

Pengembangan ekowisata

TNTC dibagi dalam 6 zona dan pengembangan ekowisata pada zona pariwisata

BBTNTC telah melakukan kesepakatan tentang pengelolaan pariwisata alam dengan Pemda Kabupaten Teluk Wondama.

Pulau Roswar menjadi salah satu pilot project pengembangan ekowisata berbasis masyarakat oleh Provinsi Papua Barat.

Pemerintah dan LSM melakukan pemberdayaan masyarakat terkait program ekowisata.

6. Kerjasama mitra

Pengusaha bidang ekowisata belum ada di TNTC. Pengelolaan ekowisata secara umum masih

ditangani oleh BBTNTC.

Pengelolaan ekowisata secara umum masih ditangani oleh Balai Besar TNTC dengan sarana dan prasarana yang terbatas dan belum ada mitra swasta yang melakukan pengusahan ekowisata di TNTC. Pengembangan ekowisata di TNTC didukung oleh RIPPDA Pemerintah Provinsi Papua Barat dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Wondama.

(20)

5.3.1. Jumlah dan Asal Pengunjung Serta Penerimaan Negara Bukan Pajak dari Pengunjung.

TNTC telah menjadi daerah tujuan wisata sejak tahun 2004 bagi wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Wisatawan mancanegara biasanya untuk diving, snorkeling dan menikmati keindahan laut dan pantai. Bentuk wisata di kawasan TNTC adalah wisata minat khusus bukan wisata massal. Selain daerah tujuan wisata, kawasan ini menjadi sasaran para peneliti dari instansi pemerintah, perguruan tinggi maupun mahasiswa menyangkut keanekaragaman hayati dan juga sosial masyarakat setempat. Berdasarkan data pengunjung tahun 2005-2010 bahwa jumlah wisatawan di TNTC sebanyak 463 orang terdiri dari wisatawan mancanegara sebanyak 287 orang, wisatawan nusantara sebanyak 79 orang dan peneliti sebanyak 97 orang. Jumlah kunjungan tiap tahun sifatnya berfluktuasi. Kunjungan wisatawan mancanegara lebih tinggi bila dibandingkan dengan wisatawan nusantara. Kunjungan yang paling tinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar 116 orang yang terdiri dari wisatawan mancanegara sebanyak 79 orang, wisatawan nusantara sebanyak 35 orang dan peneliti 2 orang. Selanjutnya kunjungan wisatawan mancanegara mengalami penurunan pada tahun 2008, 2009 dan 2010 (BBTNTC, 2011). Histogram pengunjung ke kawasan TNTC dapat disajikan pada gambar 9.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Ju m lah (o rang) Tahun penelitian wisnu wisman Sumber: BBTNTC, 2011.

(21)

Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke TNTC berasal dari berbagai Negara. Data asal wisatawan dari tahun 2005-2010 ada 14 (empat belas) negara yang pernah berkunjung ke TNTC namun setelah dianalisis yang sering berkunjung ke TNTC ada sebanyak 9 (sembilan) negara. Wisatawan yang paling dominan berasal Polandia selanjutnya Swedia dan Amerika (BBTNTC, 2011). Wisatawan yang berkunjung ke TNTC sifatnya berkelompok atau rombongan dan lamanya kunjungan berkisar 1-2 minggu. Saat melakukan wisata di kawasan pada umumnya wisatawan mencarter satu unit kapal dari Manokwari kemudian menuju daerah tujuan wisata di kawasan TNTC. Kegitan wisatawan pada umumnya untuk diving, snorkeling dan pengamatan keindahan pantai serta pengamatan burung-burung laut. Peralatan diving dan snorkeling biasanya dibawah sendiri dan untuk pengisian oksigen bisa dilakukan di Manokwari yaitu di kantor Balai Besar TNTC dan Angktan Laut Manokwari. Jumlah wisatawan berdasarkan asal negara yang sering berkunjung ke kawasan TNTC selama tahun 2005-2010 dapat dilihat pada gambar 10.

Sumber: BBTNTC, 2011

Untuk memonitoring pengunjung ke kawasan TNTC, Balai Besar TNTC memberikan pelayanan berupa Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI) kepada pengunjung dan mengenakan pungutan sesuai peraturan

0 20 40 60 80 100 120 140 160 Juml ah (O ra ng ) Asal Negara jumlah

Gambar 10. Histogram asal wisatawan yang dominan berkunjung ke TNTC sejak tahun 2005-2010.

(22)

perundang-undangan yang berlaku. Sejak tahun 2004 SIMAKSI sudah diberlakukan kepada pengunjung, namun pungutan masuk kawasan berupa Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari pengunjung baru dilakukan sejak tahun 2008-2010. Jumlah PNBP dari pengunjung di TNTC sejak tahun 2008 sampai 2010 sebesar Rp. 30.257.500 (tiga puluh juta dua ratus lima puluh tujuh ribu lima ratus rupiah). Penerimaan terbesar terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp.13.383.500 (tiga belas juta tiga ratus delapan puluh tiga lima ratus ribu rupiah); tahun 2009 sebesar Rp. 11.859.000,- (sebelas juta delapan ratus lima puluh sembilan ribu rupiah) dan tahun 2008 sebesar Rp. 5.015.000,- (lima juta lima belas ribu rupiah). Jumlan penerimaan Negara bukan pajak dari pengunjung ke kawasan TNTC dapat dilihat pada gambar 11.

Sumber: BBTNTC, 2011

Berdasarkan histogram diatas bahwa PNBP lebih besar pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2008 . Hal ini disebabkan karena Penerimaan Negara Bukan Pajak berkaitan erat dengan jumlah pengunjung, lamanya kunjungan dan jenis aktifitas yang dilakukan wisatawan selama berwisata.

-2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000 2008 2009 2010 Ju lah (R p ) Tahun Jumlah (Rp)

Gambar 11. Histogram Jumlah penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari pengunjung di TNTC selama periode tahun 2008-2010.

(23)

5.3.2. Kesepakatan Para Pihak Terkait Pengembangan Ekowisata TNTC

Balai Besar TNTC melakukan semiloka pengelolaan pariwisata alam di kawasan TNTC dengan Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama. Semiloka ini diikuti oleh Badan Perencanaan Pengendalian dan Pembangunan Daerah, Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Kantor Lingkungan Hidup, Polres, Dinas perhubungan dan Infokom, Distrik Roon dan WWF. Kegiatan semiloka menghasilkan beberapa kesepakatan yang perlu ditindaklanjuti oleh para pihak terkait antara lain: peningkatan sumberdaya manusia baik secara kuantitas

maupun kualitas; peningkatan sosialisasi dan penyuluhan sadar wisata; promosi dan pemasaran kepariwisataan; penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Teluk Wondama; Pembentukan Tim Koordinasi pengembangan ekowisata daerah; dukungan anggaran yang memadai dan pengembangan pendidikan lingkungan hidup baik secara formal maupun informal.

5.3.3. Sarana dan Prasarana Ekowisata

Pembangunan sarana prasarana merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung pengembangan ekowisata di kawasan TNTC. Beberapa jenis sarana dan prasarana yang sudah dibangun oleh Pemda Kabupaten Teluk Wondama dan BBTNTC dikawasan TNTC untuk mendukung peningkatkan pengembangan ekowisata antara lain: dermaga kapal dikampung waprak, guest house di kampung waprak dan di pulau Nusrowi, shelter di kampung Tandia, pos-pos

Gambar 12. Semiloka Pengembangan pariwisata alam TNTC di Kab. Teluk Wondama (Dokumentasi saat penelitian)

(24)

pengamanan, alat transportasi pengamanan kawasan, alat komunikasi radio terpadu berupa SSB, pembuatan pipa air minum dan listrik desa.

5.3.4. Pemberdayaan Masyarakat

Pada saat penelitian berlangsung di Kampung Waprak Distrik Roswar, Konsorsium Mitra Bahari (KMB) melakukan pemberdayaan masyarakat berupa pelatihan kepada ibu-ibu tentang membuat makanan ringan dan cara membuat souvenir. KMB merupakan LSM Lokal perpanjangan tangan dari Departemen Perikanan dan Kelautan yang dibentuk oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua Barat. KMB memiliki visi utama adalah melakukan pemberdayaan masyarakat di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. Salah satu program KMB ini adalah pemberdayaan masyarakat berbasis ekowisata di Pulau Roswar.

Gambar 14. Pelatihan kepada ibu-ibu yang dilakukan oleh KMB di Kampung Waprak Distrik Roswar (Dokumetasi saat penelitian)

Gambar 13. Dermaga di Kampung Waprak Distrik Roswar dan Guest house di Pulau Nusrowi Distrik Rumberpon (Dokumentasi saat Penelitian)

(25)

5.3.5. Kegiatan yang Boleh Dilakukan Di Zona Pariwisata TNTC

Untuk mendukung pengembangan ekowisata di zona Pariwisata TNTC agar tetap lestari dan berkelanjutan maka Kepala Balai Besar TNTC mengeluarkan suatu kebijakan mengenai kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan di zona pariwisata. Dengan adanya kebijakan ini maka keberlanjutan obyek daya tarik wisata bisa tetap terjaga dan lestari. Kegiatan yang boleh dilakukan di zona pariwisata dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Kegiatan yang boleh dilakukan di Zona periwisata kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih

No Jenis Kegiatan Zona Pariwisata

1. Menyelam (diving)

2. Snorkeling

3. Wisata √

4. Penelitian √

5. Pendidikan/pengetahuan √

6. Berlayar melintas (tidak berhenti) √

7. Berlabuh √

8. Restorasi dan Pemulihan SDA √

9. Upacara adat, ritual keagamaan √

10. Mancing Tradisional √

11. Pancing tonda √

12. Huhate (pole & line)

13. Rumpon √

Sumber: BBTNTC 2009a.

Sedangkan kegiatan yang tidak boleh dilakukan di zona pariwisata adalah budidaya; menyelam untuk mencari lobster, teripang dan kerang; pembuatan bagan perahu (mobile lift net); pancing ulur; pancing rawai dasar; jaring dasar; bubu dasar; kompresor; akar tuba; sianida dan bom/bahan peledak. Kegiatan tersebut dilarang di zona pariwisata karena dapat merusak obyek daya tarik wisata.

(26)

5.4. Kebijakan Pengembangan Ekowisata

5.4.1. Identifikasi Peraturan Perundangan Terkait Ekowisata

Ekowisata merupakan kegiatan yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumberdaya pariwisata. Masyarakat ekowisata internasional mengartikan sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggungjawab dengan cara mengonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Kebijakan pengembangan ekowisata di Taman Nasional pada umumnya mengutamakan pendekatan pengelolaan keanekaragaman hayati.

Pengembangan ekowisata di kawasan pelestarian alam secara tersirat telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pengembangan ekowisata saat ini sudah mulai berkembang terutama di kawasan-kawasan konservasi namun bila tidak diatur dengan regulasi yang baik akan dapat merusak sumberdaya alam yang ada dan keberlanjutannya akan terbatasi. Pengembangan ekowisata secara khusus diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 tahun 2009 tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah.

Pengembangan ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama harus melibatkan berbagai stakeholders, karena berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku bahwa semua stakeholders mempunyai tugas pokok dan fungsi serta kewenangan masing-masing. Tugas pokok dan fungsi serta kewenangan masing-masing stakeholders kadang-kadang tidak jelas dan bahkan tumpang tindih. Dasar aturan formal dan kebijakan yang digunakan dalam pengelolaan kadang-kadang tidak konsisten bahkan bertentangan satu sama lain. Kebijakan yang ditetapkan merupakan sarana legalisasi semata tanpa dasar-dasar ilmiah yang jelas. Identifikasi peraturan perundang-undangan terkait pengembangan ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama disajikan pada tabel 14.

(27)

Tabel 14.Identifikasi Peraturan Perundang-undangan yang Terkait dengan Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Teluk Cenderawasih

No. Peraturan Isi/Hubungan Dengan Pengembangan

Ekowisata I. Undang-Undang

1. Undang-Undang RI Nomor: 5 Tahun 1990 tentang Konservasi dan Sumber Daya Alam

Hayati dan

Ekosistemnya

Undang-undang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE) yang bersifat nasional mengatur pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia. Undang-undang ini diperlukan sebagai dasar hukum untuk mengatur zona pemanfaatan di kawasan konservasi seperti Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.

Pasal 1 ayat 14 menyebutkan Taman Nasional dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.

2. Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan

Pasal 29 menyebutkan kewenanangan pemerintah provinsi terkait dengan pengembangan pariwisata di provinsi antara lain menyusun dan menetapkan rencana induk pembangunan kepariwisataan provinsi; mengoordinasikan penyelenggaraan kepariwisataan di wilayah provinsi; melaksanakan pendaftaran usaha pariwisata; menetapkan destinasi; memfasilitasi promosi destinasi pariwisata provinsi; memelihara aset provinsi yang menjadi daya tarik wisata dan mengalokasikan anggaran kepariwisataan. Pasal 30 menyebutkan kewenangan

Pemerintah kabupaten antara lain: menyusun dan menetapkan rencana induk pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota; menetapkan destinasi pariwisata; menetapkan daya tarik; melaksanakan pendaftaran usaha pariwisata; mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan kepariwisataan di wilayah kabupaten/kota.

3. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Pasal 19 point (h) menjelaskan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Harus memperhatikan rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana tata ruang wilayah Kabupaten.

(28)

4. Undang-Undang nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Pasal 4 menjelaskan bahwa Tujuan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dilaksanakan adalah:

a. melindungi, mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan;

b. menciptakan keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah dan Pemerintah daerah dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil;

c. memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah serta mendorong inisiatif masyarakat dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil agar tercapai keadilan, keseimbangan, dan keberkelanjutan; dan d. meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat melalui peran serta masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil.

5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan pajak (PNBP)

Pasal 2 ayat 1 point (b) menyebutkan salah satu kelompok penerimaan Negara bukan pajak yaitu Penerimaan dari Pemanfaatan sumber daya alam.

Pasal 2 ayat 3 menyebutkan Jenis penerimaan Negara bukan pajak yang belum tercakup dalam kelompok penerimaan Negara bukan pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditetapkan dengan peraturan menteri. 6. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus di Provinsi Papua.

Pasal 64 menyatakan bahwa pemerintah provinsi Papua berkewajiban melakukan pengelolaan lingkungan hidup secara terpadu dengan memperhatikan penataan ruang, melindungi sumber daya alam hayati, sumber daya non hayati, sumber daya buatan, konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, cagar budaya, dan keanekaragaman hayati serta perubahan iklim dengan memperhatikan hak-hak masyarakat adat dan untuk sebesar-besarnya bagi kesejahteraan penduduk.

(29)

7. Undang-Undang

Nomor: 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pasal 57 menyebutkan pemeliharaan lingkungan hidup dilakukan melalui upaya konservasi sumberdaya alam yang meliputi perlindungan sumber daya alam, pengawetan sumber daya alam dan pemanfaatan sumber daya alam secara lestari.

II. Peraturan Pemerintah

8. Peraturan Pemerintah Nomor 67 tahun 1996 tentang

Penyelenggaraan Kepariwisataan.

Pasal 52 menyebutkan Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan atau potensi seni budaya bangsa, untuk dijadikan sasaran wisata bagi wisatawan yang mempunyai minat khusus. Pasal 53 menyebutkan Pengusahaan objek

dan daya tarik wisata minat khusus diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas, Koperasi atau perseorangan.

Pasal 54 menyebutkan Penyelenggara pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus sekurang-kurangnya harus mempunyai kantor tetap yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung usaha.

9. Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak

Peraturan Pemerintah ini merupakan peraturan pelaksana dari Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Lampiran IIA point (9) Peraturan Pemerintah ini menyebutkan ada 11 (sebelas) sumber PNBP di Departemen Kehutanan.

Salah satu (butir 7) menyebutkan Penerimaan dari pungutan masuk hutan wisata, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata laut.

10. Peraturan Pemerintah Nomor 59 tahun 1998 tentang Tarif atas jenis penerimaan Negara bukan pajak yang berlaku di Dephutbun

Lampiran Peraturan Pemerintah ini menerangkan tarif atas jenis penerimaan Negara Bukan Pajak pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan.

Penerimaan dan pengusahaan pariwisata alam berupa pungutan ijin pengusahaan wisata alam di Indonesia didasarkan pada pembagian 3 (tiga) Rayon yaitu Rayon I, II, dan III.

(30)

11. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Kawasan suaka alam dan Kawasan Pelestarian Alam

PP ini merupakan pengganti PP No.68 Tahun 1998 dan peraturan pelaksana UU No. 5 Tahun 1990 yang mengatur tentang kawasan Taman Nasional dan zona pemanfaatan di Taman Nasional.

Pasal 8 menjelaskan bahwa suatu kawasan ditunjuk sebagai Kawasan Taman Nasional, apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. memiliki sumber daya alam hayati dan ekosistem yang khas dan unik yang masih utuh dan alami serta gejala alam yang baik;

b. memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh;

c. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami; dan

d. merupakan wilayah yang dapat dibagi kedalam zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba dan/ atau zona lainnya sesuai dengan keperluan.

12 Perauturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

Pasal 50 (1) menjelaskan Rencana pola ruang wilayah nasional terdiri atas: a). kawasan lindung nasional; dan b). kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional.

Pasal 51 menjelaskan Kawasan Pelestarian alam atau Taman Nasional adalah salah satu Kawasan Lindung Nasional.

13. Peraturan Pemerintah RI No. 36 tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam

PP ini merupakan peraturan pelaksana dari UU Nomor 5 Tahun 1990, menggantikan PP Nomor 18 tahun 1994.

Pasal 2 menjelaskan Pengusahaan pariwisata alam dilaksanakan sesuai dengan asas konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Pengusahaan pariwisata alam bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan keunikan, kekhasan, keindahan alam dan/atau keindahan jenis atau keanekaragaman jenis satwa liar dan/atau jenis tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional.

(31)

Pasal 5 menyebutkan dalam Taman Nasional dapat dilakukan kegiatan mengunjungi, melihat, menikmati keindahan alam, keanekaragam hayati dan satwa, serta dapat dilakukan kegiatan membangun sarana kepariwisataan.

III. Peraturan Menteri Kehutanan

14. Peraturan Menteri kehutanan

Nomor:P.19/Menhut-II/2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan kawasan pelestarian Alam

Pasal 4 ayat (1) menjelaskan Kolaborasi dalam rangka pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam adalah proses kerjasama yang dilakukan oleh para pihak yang bersepakat atas dasar prinsip-prinsip saling menghormati, saling menghargai, saling percaya dan saling memberikan kemanfaatan.

Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan ini menjelaskan salah satu jenis pengelolaan di Taman Nasional yang dapat dikolaborasikan adalah Pemanfaatan Kawasan (point D) meliputi: 1) Pariwisata alam dan jasa lingkungan berupa studi potensi dan obyek wisata alam dan jasa lingkungan serta Perencanaan aktivitas wisata alam; 2) Pendidikan bina cinta alam dan interpretasi berupa menyusun program interpretasi dan Pengembangan media, sarana-prasarana interpretasi.

15. Peraturan Menteri Kehutanan

Nomor:P.56/Menhut-II/2004 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional

Pasal 1 ayat 6 menjelaskan Zona pemanfaatan adalah bagian taman nasional yang letak, kondisi dan potensi alamnya terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan kondisi/jasa lingkungan lainnya.

Pasal 5 ayat 3 menjelaskan Kriteria zona pemanfaatan meliputi: a). Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau berupa formasi ekosistem tertentu serta formasi geologinya yang indah dan unik; b). Mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin kelestarian potensial dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam; c). Kondisi lingkungan yang mendukung pemanfaatan jasa lingkungan, pengembangan pariwisata alam, penelitian dan pendidikan; d). Merupakan wilayah yang memungkinkan dibangunnya sarana prasarana bagi kegiatan pemanfaatan

(32)

jasa lingkungan, pariwisata alam, rekreasi, penelitian dan pendidikan; e). Tidak berbatasan langsung dengan zona inti. 16. Permenhut Nomor:

P.11/Menhut-II/2007 tentang Pembagian Rayon Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam

Permenhut ini membagi kawasan konservasi di Indonesia kedalam 3 (tiga) Rayon yaitu Rayon I sebanyak 25 unit Taman Nasional, Rayon II sebanyak 12 unit Taman Nasional dan Rayon III sebanyak 13 unit Taman Nasional.

Lampiran Permenhut ini menjelaskan TNTC masuk dalam Rayon II dengan Lokasi Papua.

17. Peraturan Menteri Kehutan Nomor: P.03/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional

Pasal 1 menyebutkan Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional adalah organisasi pelaksana teknis pengelolaan taman nasional yang berada dibawah dan bertanggungjawab secara langsung kepada Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.

Pasal 3 menjelaskan bahwa Dalam melaksanakan tugasnya Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional menyelenggrakan fungsi: a). Penataan zonasi, penyunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan kawasan taman nasional; b). promosi, informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya; c). Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya; d). Kerjasama pengembangan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta pengembangan kemitraan; e). pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan taman nasional; g). Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam. 18. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.48/Menhut-II/2010 tentang pengusahaan pariwisata alam di suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

Pasal 2 menyebutkan Ruang lingkup pengusahaan pariwisata meliputi : a). usaha pariwisata alam; b). peralihan kepemilikan izin; c). kerjasama pariwisata alam; d). pengawasan, evaluasi dan pembinaan; dan e). sanksi.

Pasal 3 ayat (1) menyebutkan Usaha

pariwisata alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a meliputi :a). areal usaha; b. jenis usaha; dan c. pemberian izin usaha.

(33)

IV. Peraturan Menteri Dalam Negeri

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 tahun 2009 tentang Pedoman

Pengembangan Ekowisata di Daerah.

Peraturan ini menjelaskan bahwa dalam rangka pengembangan ekowisata di daerah secara optimal perlu strategi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, penguatan kelembagaan, dan pemberdayaan masyarakat dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial, ekonomi, dan melibatkan pemangku kepentingan.

Pasal 4 menjelaskan bahwa pemerintah daerah dalam mengembangkan ekowisata dilakukan melalui: perencanaan; pemanfaatan dan pengendalian dan dilakukan secara terpadu oleh pelaku ekowisata.

Pasal 14 menjelaskan susunan kepengurusan Tim Koordinasi Ekowisata di provinsi terdiri atas: ketua (Kepala Bappeda Provinsi); Sekretaris (Kepala dinas/lembaga yang membidangi pariwisata); Anggota (Kepala SKPD terkait, assosiasi pengusaha pariwisata, tenaga ahli, akademisi yang berpengalaman, dan masyarakat yang diperlukan.

Pasal 15 bahwa susunan Tim Koordinasi Ekowisata di kabupaten terdiri atas: ketua (kepala Bappeda Kabupaten/kota); Sekretaris (Kepala Dinas/lembaga yang membidangi pariwisata; Anggota (Kepala SKPD terkait, assosiasi pengusaha pariwisata, tenaga ahli, akademisi yang berpengalaman dan masyarakt).

V. Keputusan Menteri 20. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 472/Kpts-II/1993 tentang Penunjukan Kawasan TNTC

Keputusan ini menunjuk Kawasan Teluk Cenderawasih menjadi Taman Nasional Teluk Cenderawasih dengan luas 1.450.500 hektar yang secara administrasi berada di kabupaten Manokwari dan kabupaten Nabire

21. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 8009/Kpts-II/2002 tanggal 29 Agustus 2002 tentang Penetapan Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

Penetapan kawasan Teluk Cenderawasih menjadi TNTC seluas 1.453.000 Ha, dimana sebagian besar kawasannya terdiri dari lautan dan secara administrasi berada di wilayah Kabupaten Nabire dan kabupaten Manokwari.

(34)

22. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 390/Kpts-II/2003

tentang Tata cara kerjasama di bidang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati &Ekosistem.

Pasal 2 menjelaskan Tujuan kerjasama di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya adalah mengoptimalkan upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya baik sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya maupun pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Pasal 3 menjelaskan bahwa Ruang lingkup kegiatan kerjasama dalam bidang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (KSDAH&E) meliputi beberapa hal diantaranya adalah point (e) Pengembangan Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan; dan point (g) Pemberdayaan masyarakat yang terkait dengan upaya KSDAH&E.

VI. Keputusan Menteri Keuangan

23. Keputusan Menteri keuangan Nomor: 656/KMK.06/2001 tentang Tata cara pengenaan,

pemungutan,

penyetoran pungutan dan iuran bidang perlindungan hutan dan konservasi alam

Pasal 1 ayat 1. Menjelaskan bahwa Pungutan dibidang Perlindungan dan Konservasi Alam adalah jumlah nominal tertentu sebagai penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang dikenakan terhadap kegiatan izin pengusahaan pariwisata alam, pungutan masuk objek wisata alam di zona pemanfaatan taman nasional.

Pasal 1 ayat (5) menyebutkan PNBPdi bidang perlindungan hutan dan konservasi alam adalah pungutan yang dikenakan kepada setiap pengunjung dan atau peneliti dan atau pelaku kegiatan dan setiap kendaraan yang memasuki kawasan pelestarian alam.

VII. Peraturan Daerah

24. Peraturan daerah Kabupaten Teluk Wondama Nomor 11 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten Teluk Wondama.

Mengatur tentang RTRW Kabupaten Teluk Wondama.

Pasal 5 menjelaskan Tujuan Umum perencanaan ruang Kab. Teluk Wondama adalah mewujudkan visi pembangunan jangka panjang 2006-2025 yaitu “Terwujudnya Kabupaten Teluk Wondama sebagai pusat pariwisata bahari yang berwawasan lingkungan menuju masyarakat yang sejahtera lahir dan batin, mandiri serta beriman”.

(35)

Pasal 16 ayat (4) menyebutkan Dalam pengembangannya, perencanaan pembangunan Wilayah kabupaten Teluk Wondama terbagi dalam 3 (tiga) Wilayah Pengembangan (WP). Point c menjelaskan bahwa wilayah pengembangan (WP) III meliputi Distrik Windesi, Distrik Wamesa, wilayah daratan Distrik Rumberpon dengan pusat Wilayah pengembangan di Aisandami. Salah satu fungsi WP III ini adalah sebagai pusat kegiatan pariwisata bahari.

VIII. Keputusan dan Peraturan Direktur Jenderal

25. Keputusan Dirjen

PHKA Nomor:

SK.121/IV-KK/2009 tentang Zonasi Taman Nasional Teluk Cenderawasih

Zonasi TNTC terbagi dalam 6 (enam) zona antara lain Zona Inti, Zona perlindungan Bahari/Rimba, Zona Pariwisata, Zona Tradisional, Zona Pemanfaatan Umum dan Zona Khusus. Zona pariwisata merupakan bagian taman

nasional yang letak, kondisi dan potensi alamnya dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan kondisi/jasa lingkungan lainnya.

26 Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan Nomor:SK 192/IV-SET/HO/2006 tentang Ijin Masuk Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru.

Pasal 2 menyebutkan peraturan mengenai ijin masuk kawasan bertujuan untuk menciptakan ketertiban dalam pemanfaatan dan menjaga serta mempertahankan keberdaan kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan taman buru agar dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang ilmu pengetahuan, penelitian, pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Pasal 4 menjelaskan Setiap orang baik

WNI maupun WNA yang masuk Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru untuk kegiatan penelitian, ilmu pengetahuan dan pendidikan, pembuatan film atau video klip, pembuatan photo komersial dan ekspedisi harus terlebih dahulu mendapat ijin masuk kawasan.

IX. Surat Edaran Menteri dalam Negeri

27. Surat Edaran Menteri Dalam negeri Nomor: 660.1/836/V/Bangda tanggal 28 April 2000 perihal Pedoman umum pengembangan

ekowisata daerah

Surat Edaran ini menjelaskan salah satu model dalam pengelolaan sumberdaya, khususnya sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan adalah pengembangan ekowisata yang berbasiskan penguatan peran daerah dan masyarakat.

Gambar

Tabel 8.  Stakeholders  yang  terlibat  dalam  pengembangan  ekowisata  di  TNTC  berdasarkan level administrasi
Tabel 9 . Tingkat Kepentingan Stakeholders Terhadap Pengembangan Ekowisata  di TNTC Kabupaten Teluk Wondama
Tabel  10.Tingkat  Pengaruh  Stakeholders  Terkait    Dalam  Pengembangan  Ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama
Gambar 8. Matriks kepentingan dan pengaruh stakeholders terhadap pengembangan  ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tuliskan jumlah hari kerja dari seluruh pekerjaan selama seminggu yang lalu sesuai dengan hari yang digunakan untuk bekerja dan isikan ke dalam satu kotak yang tersedia. Jumlah

Islam Negeri (IAIN) Salatiga.. Analisis Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Tingkat Sekolah Menengah Atas Kurikulum 2013. Salatiga: Jurusan

Lembar Kerja II (LK-II) Untuk rekapitulasi bobot volume penjualan komoditas spesifik dari 3-4 kualitas/merk yang memiliki volume terbesar.. Direkap dan dihitung oleh staf

7 Untuk itu, bank harus dapat memberikan perlindungan hukum terhadap nasabahnya dalam menggunakan produk barang atau jasa yang diberikan oleh pihak perbankan kepada konsumen

Tingginya angka turnover disuatu organisasi sangat sulit untuk dibendung jika hal-hal yang berpengaruh kepada turnover tidak dikelola dengan baik oleh organisasi

Tipe kajian dalam penelitian ini lebih bersifat deskriptif, karena bermaksud menggambarkan secara jelas (dengan tidak menutup kemungkinan pada taraf tertentu juga

Hasil kajian Mastur (2011) yang melakukan kajian di Kalimantan Timur menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan produksi adalah: 1) program

Analisis potensi bahaya yang paling sering digunakan di lingkungan kerja merupakan upaya untuk pencegahan kecelakaan kerja dengan menggunakan metode Job Safety