• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Tingkat Sekolah Menengah Atas Kurikulum 2013 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Tingkat Sekolah Menengah Atas Kurikulum 2013 - Test Repository"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI KESETARAAN GENDER

DALAM BUKU TEKS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN

BUDI PEKERTI TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS

KURIKULUM 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh:

Umi Khoiriyah

NIM: 111-14-385

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Orang tuaku tercinta bapak Mahfud dan Ibu Sri Yatimah yang selalu

memberikan dukungan dan doa restu kepada penulis.

2. Kakak-kakakku yang senantiasa memberikan semangat, motivasi,

dukungan dan doa kepada penulis.

3. Keluarga besar penulis, atas segala motivasi, dukungan, do‟a restu kepada

penulis, sehingga dapat terselesaikan.

4. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan dukungan dan bantuanya.

5. Teman-teman satu angkatan tahun 2014 yang telah memberikan semangat

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum wr. wb

Alhamdulillahirabbil‟alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam

senantiasa tercurah kepada uswah hasanah Nabi Muhammad SAW yang kita

nantikan syafaatnya di YaumulAkhir. Amin

Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Nilai-nilai Kesetaraan Gender dalam Buku

Teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Tingkat Sekolah Menengah Atas Kurikulum 2013”. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh

gelar sarjana progam studi Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Institut Agama

Islam Negeri (IAIN).

Dalam menyusun skripsi ini penulis telah menerima bantuan dari berbagai

pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

(9)
(10)

x ABSTRAK

Khoiriyah, Umi. Analisis Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Tingkat Sekolah Menengah Atas Kurikulum 2013. Skripsi. Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. Tahun 2018. Pembimbing: Dr. Imam Sutomo, M.Ag.

Kata kunci: Gender, Buku Teks, Pendidikan Agama Islam, SMA Meskipun lembaga konstitusi negara kita telah mengakui adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, namun dalam kenyataannya masih sering terjadi kasus ketidak setaraan. Kesetaraan gender masih jauh dari yang diharapkan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menebitkan buku teks PAI dan Budi Pekerti sebagai buku acuan peserta didik dan guru secara nasional dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Penulisan ini bertujuan mendiskripsikan dan menganalisis isi buku PAI dan Budi Pekerti berdasarkan perspektif gender. Skripsi ini mempertanyakan 1.) bagaimana nilai-nilai kesetaraan gender dalam buku teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMA? Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan/library research,

yaitu data-data yang mendukung penelitian ini berasal dari sumber pustaka. Dalam menghimpun data, penelitian ini mendapatkan dari dua macam sumber, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Penelitian bersifat deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan konsep gender kemudian digunakan untuk menganalisis isi buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaa Penelitian ... 6

E. Kajian Pustaka ... 7

F. Metode Penelitian ... 24

G. Sistematika Pembahasan ... 26

BAB II: BIOGRAFI NASKAH ... 27

BAB III: DESKRIPSI ANATOMI MAUATAN NASKAH ... 36

BAB IV: PEMBAHASAN ... 62

(12)

xii

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 97

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Gender dan Jenis Kelamin ... ... 11

Tabel 3.1 Identitas Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas X ... ... 30

Tabel 3.2 Identitas Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas XI ... 31

Tabel 3.3 Identitas Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas XII ... 32

Tabel 4.1 Ringkasan Analisis Gender Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas X ... 74

Tabel 4.2 Ringkasan Analisis Gender Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas XI .... 85

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Konsultasi

Lampiran 2 Nota Pembimbing

Lampiran 3 Daftar SKK

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebenaran mutlak memang menjadi milik Allah, yang telah

menjadikan kaidah berpasang-pasang sebagai dasar hukum alam raya dan

perkembangannya. Allah menghendaki penciptaan manusia dengan jenis

laki-laki dan perempuan adalah supaya keduanya saling cenderung dan

saling menenteramkan, sehingga tercipta kelangsungan jenis manusia

tersebut. Allah memberikan potensi yang sama dalam mengarungi

kehidupan ini, yaitu fitrah (kebutuhan-kebutuhan hidup), indra dan akal.

Akan tetapi, pada kehidupan manusia, perubahan-perubahan,

apakah ke arah yang lebih baik ataupun kearah yang lebih buruk,

senantiasa terjadi. Akal manusia telah memungkinkan perjalanan

kehidupannya selalu melalui proses konstruksi, dekonstruksi, dan

rekonstruksi. Kita bisa menyaksikan bagaimana pola-pola relasi dan

pembagian peran tanggung jawab antara dua jenis kelamin yang berbeda

ini, yang telah mapan dalam sebuah masyarakat pada suatu masa menjadi

sesuatu yang layak diperdebatkan pada masyarakat lain pada masa yang

lain, sehingga terbentuk pola-pola yang baru, begitu pula seterusnya

(Muslikhati, 2004:12).

Gender merupakan suatu sifat yang diletakkan pada laki-laki dan

perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya. Karena hal

tersebut bersifat bentukan sosial maka gender tidak berlaku untuk

(16)

2

dengan yang lainnya dan bukan merupakan kodrat dari Tuhan (Umar,

1999:40). Di sini perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara

perempuan dan laki-laki merupakan hasil konstruksi sosial dan dan dapat

berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan bukan merupakan kodrat

Tuhan.

Keterlibatan perempuan dan anak-anak dalam aksi bom bunuh diri

di Surabaya pada hari Minggu, 15 Mei 2018 menunjukkan perempuan

berperan aktif dan sangat mungkin memanipulasi anak untuk menjadi

pelaku (https://sains.kompas.com). Solahudin, seorang peneliti yang

terlibat dalam kajian Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial

Universitas Indonesia (UI), menyebut para pelaku sengaja menggunakan

perempuan dan anak untuk menciptakan bias gender

(https://www.era.id/read/0KU3R6-terorisme-keluarga-dan-alasan-gila-di-baliknya). Akibat budaya patriarki yang masih mengental di masyarakat,

perempuan selain dipandang sebagai kelompok rentan dan tak berdaya,

mereka juga dianggap sebagai simbol kemurnian sebuah kelompok.

Asumsi ini membuat kelompok-kelompok teroris memilih mereka sebagai

sandera atau korban berbagai bentuk kekerasan seksual untuk

menyebarkan rasa takut dan memicu penyerahan diri target-target

sebenarnya. Seperti yang dilakukan Boko Haram di Nigeria, kelompok

terorisme di Suriah, Irak, Lebanon, Pakistan dan Afghanistan (Mulia,

2018:2).

Al-Quran telah manjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan tidak

(17)

3

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS. Al-Hujurat [49], 13)

Al-Quran juga telah menjelaskan bahwa hak dan kewajiban itu

setara, sebagai contoh dalam melakukan kebaikan maka itu boleh

dilakukan oleh kaum laki-laki maupun kaum perempuan, karena siapa pun

yang berbuat baik maka akan mendapat ganjaran pahala dari Allah,

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl [16], 97)

Ayat-ayat tersebut diatas mengisyaratkan konsep kesetaraan gender

yang ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik

dalam bidang spiritual maupun urusan karier profesional, tidak mesti

dimonopoli oleh salah satu jenis kelamin saja. Laki-laki dan perempuan

memperoleh kesempatan yang sama meraih prestasi optimal (Umar,

(18)

4

Pendidikan dan gender merupakan rangkaian erat dan saling

mengisi. Karena kebutuhan belajar dasar dalam pelaksanaan pendidikan

adalah kebutuhan setiap manusia, baik laki-laki dan perempuan, dengan

berbagai tingkatan usia. Di sisi lain, pendidikan sebagai proses

transformasi yang dibangun atas budaya, bahasa dan nilai-nilai

spiritualitas kelompok mampu mendorong pendidikan, keadilan sosial,

perlindungan lingkungan, sistem religius, politik dan sosial yang toleran,

menerima nilai-nilai humanis dan hak asasi manusia.

Pendidikan bagi laki-laki dan perempuan adalah gerbang

pembebasan dari kebodohan. Mereka yang berilmu atau berpendidikan

baik laki-laki maupun perempuan mendapatkan penghargaan dari Allah

sejajar kedudukannya dengan malaikat. Akhirnya keduanya berkewajiban

untuk mencari ilmu (Istibsyaroh, 2004:82).

Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan

perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai

manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik,

hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan

nasional serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Dalam era

millenium menuntut adanya perubahan besar yang berkaitan dengan relasi

gender, yaitu suatu hubungan yang mengharuskan kesetaraan peran

laki-laki dan perempuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Shirin (2003:31) menulis:

Gender mainstreaming is the process of assessing the implications for women and men of any planned action, including legislation, policies or programmes, in all areas and at all levels. It is a strategy

(19)

5

integral dimension of the design, implementation, monitoring and evaluation of policies and programmes in all political, economic and

societal spheres so that women and men benefit equally and

inequality is not perpetuated.

Keadilan gender adalah suatu perlakuan adil terhadap perempuan

dan laki-laki. Perbedaan biologis tidak bisa dijadikan dasar untuk

terjadinya diskriminasi mengenai hak sosial, budaya, hukum dan politik

terhadap satu jenis kelamin tertentu. Dengan keadilan gender berarti tidak

ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan

kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.

Bias gender yang terdapat dalam buku teks atau bahan ajar dapat

ditemukan dalam berbagai mata pelajaran di sekolah, termasuk mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam. Penyusunan buku teks mengacu pada

kurikulum 2013 yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang harus

dicapai peserta didik yaitu pada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

yang telah disusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pendidikan Agama Islam yang merupakan instrumen transfer nilai-nilai

agama sesuai dengan al-Qur‟an dan hadis, haruslah menanamkan nilai

keadilan, demokrasi dan menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.

Berdasarkan latar belakang tersebut dan beberapa masalah-masalah

yang muncul dalam bidang pendidikan tentang gender, maka peneliti mengangkat judul “Nilai-nilai Kesetaraan Gender dalam Buku Teks

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Tingkat Sekolah Menengah Atas Kurikulum 2013” sebagai judul penelitian.

(20)

6

1. Bagaimana nilai-nilai kesetaraan gender dalam buku teks Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMA?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui nilai-nilai kesetaraan gender dalam buku teks

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMA.

D. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoretik

Secara teoretik, penelitian ini diharapkan memberikan dampak

positif serta kontribusi bagi pendidikan agama Islam guna

meningkatkan mutu pendidikan pada era sekarang dan menambah

wawasan mengenai gender.

2. Manfaat praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sesuatu

yang berguna terutama bagi penulis, serta bagi calon pendidik dan

pembaca lainnya untuk memperluas pengetahuan mengenai gender.

E. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung penelaahan penelitian yang lebih

komprehensif, maka peneliti berusaha melakukan kajian terhadap

beberapa penelitian yang mempunyai relevansi dengan topik yang

ingin diteliti. Dikarenakan peneliti menggunakan analisis gender, maka

peneliti mengkaji berbagai pustaka yang berkaitan dengan gender dan

(21)

7

Diantara karya-karya yang mendukung kerelevansian

penelitian adalah:

a. Penelitian berjudul: Bias Gender dalam Kurikulum Mata Pelajaran

Fikihdi Madrasah Aliyah Negeri Klaten oleh Iin Saroh Faiqoh,

2009. Dalam tesis ini peneliti meneliti khusus pada bagian

kurikulum dalam mata pelajaran fikih saja di kelas XI semester

genap dan penelitiannya dilakukan di sebuah Madrasah Aliyah

Negeri Klaten.

b. Penelitian berjudul: Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan

Agama Islam dan Kristenoleh Ali Murfi, Jurnal Pendidikan Islam,

Volume III Nomor 2 (Desember 2014). Dalam jurnal ini peneliti

menjelaskan tentang bias gender yang terdapat dalam buku teks

Pendidikan agama Islam 13 secara umum dan termasuk juga di

dalamnya pembahasan tentang bias gender yang terdapat dalam

buku teks pendidikan agama Kristen.

c. Penelitian yang berjudul: “Bias Gender dalam Buku Teks

Pendidikan Agama Islam (Analisis Konten Pada Buku Teks

Pendidikan Agama Islam Kelas XII SMA/SMK) oleh Nurfadhlina,

2016. Dalam tesis ini penelitian ini khusus meneliti bias gender

yang terdapat dalam buku teks Pendidikan Agama Islam pada

kelas XII dengan meneliti beberapa buku dari berbagai penerbit

dan disimpulkan menjadi suatu kesimpulan secara umum

mengenai bias gender yang terdapat dalam buku teks tersebut dan

(22)

8

Perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian relevan

diatas adalah penelitian ini khusus meneliti isi buku Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMA terbitan dari Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014.

2. Kerangka Teori a. Gender

1) Pengertian Gender

Pengertian gender secara etimologis berasal dari bahasa Inggris

gender berarti jenis kelamin. Dalam The New Lexicon Webster‟s

Dictionary (1994:395), gender diartikan sebagai perbedaan yang

tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan

tingkah laku.

Sementara gender secara terminologis adalah suatu konsep

kultural yang berupaya membuat pembedaan dalam hal peran,

perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan

perempuan yang berkembang dalam masyarakat.

The term „gender‟ was first used in linguistics and other areas of

social sciences. In linguistics, the term referred to the grammatical

categories that indexed sex in the structure of human languages. Feminist

theorists of the 1960s and 1970s used the term „gender‟ to refer to the

construction of the categories „masculine‟ and „feminine‟ in society(Sadiqi,

2003:2).

Menurut Aan Oakley dalam Istibsyaroh (2004:59)

genderadalah masalah budaya,merujuk kepada klasifikasi sosial dari

(23)

9

karena waktu dan tempat. Sifat tetap dan jenis kelamin harus diakui,

demikian juga sifat tidak tetap dari gender.

Menurut Robinson (2009:12) Gender is the structure of social

relations that centres on the reproductive arena, and the set of practices

(governed by this structure) that bring reproductive distinctions between

bodies into social processes.

Sedangkan menurut Umar (1999:35)gender adalah suatu

konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki

dan perempuan dilihat dari segi sosial-budaya. Genderdalam arti ini

mendefinisikan laki-laki dan perempuan dari sudut non-biologis.

Sementara menurut Bacchi dan Eveline (2010:68) Gender‟ is

most often referred to as a social and cultural product. However, the

emphasis on sex-disaggregated statistics means that gender tends to get

produced as a part of a person rather than as a „principle of social

organization.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa gender

merupakan cara pandang yang membedakan laki-laki dan perempuan

melalui proses sosial dan budaya yang dikonstruksikan oleh

manusia, melalui proses yang panjang dalam sejarah peradaban

manusia. Gender juga tidak bersifat menetap dan bukan kodrat

Tuhan, sehingga dengan demikian gender dapat berubah-ubah sesuai

kebutuhan dan tuntutan manusia pada zamannya.

Dalam kenyataannya masih banyak masyarakat yang

memahami gender dengan jenis kelamin, padahal keduanya sangat

(24)

10

tanggung jawab yang berbeda antara laki-laki dan perempuan,

sementara jenis kelamin (sex) membicarakan masalah seks laki-laki

dan perempuan dari aspek anatomi biologi meliputi perbedaan

komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi

dan karateristik biologi lainnya, serta bersifat menetap dan kodrat

dari Tuhan (Umar, 1999:35).

Tabel 2.1

Perbedaan Gender dan Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Gender

1. Jenis kelamin bersifat alamiah Gender bersifat sosial budaya dan

merupakan buatan manusia

2. Jenis kelamin bersifat biologis.

Ia merujuk kepada perbedaan

yang nyata dari alat kelamin

dan perbedaan terkait dalam

fungsi kelahiran

Gender bersifat sosial budaya, dan

merujuk kepada tanggung jawab,

peran, pola perilaku, kualitas, dan

lain-lain yang bersifat maskuliin

dan feminim.

3. Jenis kelamin bersifat tetap, ia

akan sama dimana saja

Gender besifat tidak tetap, ia

berubah dari waktu ke waktu, dari

satu kebudayaan ke kebudayaan

lainnya, bahkan dari satu keluarga

ke keluarga lainnya

4. Jenis kelamin tidak dapat

diubah

Gender dapat diubah

(25)

11

Dari tabel di atas jelas sangat berbeda antara seks dan gender,

karena seks hanya membicarakan konsep manusia secara biologis dan

bersifat menetap (kodrat), sementara gender adalah konsep manusia dari

sudut pandang peran, fungsi dantanggung jawab berdasarkan kultur sosial

dan budaya masyarakat, serta mempunyai sifat yang berubah-ubah karena

gender bukanlah kodrat dari Allah.

2) Kesetaraan Gender

Permasalahan gender sebenarnya bukan hanya ditujukan kepada

kaum perempuan semata, tetapi juga kepada laki-laki, walau demikian

yang dianggap mengalami posisi termarginalkan adalah pihak perempuan,

maka perempuanlah yang lebih ditonjolkan dalam pembahasan untuk

mengejar kesetaraan gender yang telah diraih oleh laki-laki beberapa

tingkat dalam peran sosial, terutama di bidangpendidikan karena bidang

inilah diharapkan dapat mendorong perubahan kerangka berpikir,

bertindak, dan berperan dalam berbagai segmen kehidupan sosial.

Agama Islam mempersamakan status pria dengan wanita dalam

aspek-aspek spiritual dan kewajiban-kewajiban keagamaan, mereka

mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Tidak ada perbedaan antara

wanita dengan pria kecuali dengan akhlak yang baik dan yang buruk.

Demikian pula wanita itu mendapat bagian yang sama dalam mendapat

pahala (Fahmi, 1979:179).

Menurut Anwar (2006:20) the Qur‟mn speaks of equality of men and

women in their origin, in their responsibility as created beings in their life on this

earth and in their preparation for eventual resurrection. One may argue that

(26)

12

with ethico-religious responsibilities, it appears to discriminate against women

when dealing with social and legal obligations.

Sedangkan menurut Abdurrahman Wahid (2000:94) Al-Qur'an

memberikan konsep kesetaraan gender. Konsep tersebut adalah pertama,

Al-Qur'an mengakui martabat laki-laki dan perempuan dalam kesejajaran

tanpa membedakan jenis kelamin. Kedua, laki-laki dan perempuan

mempunyai hak dan kewajiban yang sama di segala bidang kehidupan.

Kesamaan antara perempuan dan laki-laki itu terutama dapat

dilihat dari tiga dimensi: pertama dari segi hakikat kemanusiaannya.

Ditinjau dari sudut kemanusiaan, bahwa Islam memberikan kepada

perempuan sejumlah hak untuk meningkatkan kualitas kemanusiaannya,

seperti hak untuk mendapatkan pendidikan,hak berpolitik (political

education), dan hak-hak lainnya yang berkenaan denganurusan publik

(public sector).

Kedua, dari segi ajaran agama Islam mengajarkan bahwa laki-laki

dan perempuan akan mendapatkan balasan ketika melakukan amal sholeh,

dan begitu pulasebaliknya.

Ketiga, dari segi hak-hak dalam keluarga Islam yang memberikan

hak untuk mendapatkan nafkah dan hak waris kepada perempuan,

meskipun jumlahnya tidaksebanyak yang didapatkan oleh laki-laki. Selain

itu perempuan juga mendapat hakuntuk saksi dan mendapatkan mahar.

Perempuan juga mempunyai hak untukmengajukan tuntutan cerai bila ia

menginginkan dan hak untuk menolak poligamikarena merasa tidak

(27)

13

Islam telah memberikan hak-hak kaum perempuan secara adil,

kaum perempuan tidak perlu meminta apalagi menuntut atau

memperjuangkannya, sebagaimana dalam Al-Qur‟an surat Al Ahzab ayat

35.

Artinya: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu´, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (Q.S. Al- Ahzab[33], 35)

Maksud dari ayat di atas, sebagai manusia kedua pihak mempunyai

hak dan kewajiban yang sama, pahala dan kebaikan di hari akhir pun juga

demikian. Setiap individu akan dihisab berdasarkan perbuatan yang

mereka lakukan di dunia.

Jadi kesetaraan gender adalah suatu keadaan dimana perempuan

dan laki-laki sama-sama menikmati status, kondisi atau kedudukan yang

(28)

14

pembangunan di segala aspek kehidupan berkeluarga, berbangsa dan

bernegara.

3) Bias Gender

Darwin dan Kusumasari dalam Nurhaeni (2009:4) mengemukakan

bahwa birokrasi pemerintah belum responsif gender karena menempatkan

perempuan dalam posisi yang marginal, dan salah satu penyebabnya

adalah belum adanya kesadaraan dari pembuat kebijakan ataupun

pimpinan birokrasi publik akan pentingnya pengarusutamaan gender

dalam kebijakan-kebijakan yang dibuat. Komitmen yang yang tidak

konsisten ini dikhawatirkan akan berimplikasi terhadap upaya strategis

yang perlu dilakukan dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.

Gender sebagai konstruksi sosial budaya berkaitan dengan

pembagian peran, tugas dantanggung jawab antara perempuan dan

laki-laki dalam masyarakat yang patriarki cenderung menempatkan perempuan

dalam posisi subordinat laki-laki. Hal tersebut telah tertanam melalui

proses pembiasaan yang terus menerusbaik tingkat keluarga, masyarakat,

media, sekolah maupun kebijakan-kebijakan negara dan diperkuat dengan

interpretasi terhadap agama sehingga pada akhirnya gender dipandang

sebagai ideologi yang diyakini kebenarannya (Nurhaeni, 2009:10).

4) Bias Gender dalam Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang,

hal itu mengingat bahwa melalui pendidikan seseorang dapat memperoleh

pemahaman tentang berbagai hal yang disampaikan melalui kegiatan

(29)

15

Ketimpangan pada hasil pendidikan adalah perbedaan akhir

pendidikan. Ketimpangan pada hasil pendidikan menunjukkan adanya

perbedaan antara laki-laki dan perempuan pada prestasi pendidikan.

Pendidikan selain berfungsi untuk mentransformasikan budaya dari satu

generasi ke generasi berikutnya, juga berfungsi untuk mengubah perilaku

menuju ke arah yang lebih baik. Pendidikan Islam yang seringkali

ditempatkan pada posisi tertuduh sebagai lembaga yang melestarikan

ketidakadilan gender, berkepentingan untuk menampilkan kembali

rumusan keadilan gender dalam ajaran Islam. Ketimpangan akses

pendidikan dapat berdampak pada feminisasi dalam pendidikan (Tafsir,

2008:148).

Berbagai bentuk bias gender yang terjadi dalam berbagai bidang

kehidupan masyarakat, termasuk terpresentasi juga dalam dunia

pendidikan. Bahkan proses dan institusi pendidikan dipandang berperan

besar dalam mensosialisasikan dan melestrikan nilai-nilai dan cara

pandang yang mendasari munculnya berbagai ketimpangan gender dalam

masyarakat.

Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), contoh dari bias gender

dapat ditemukan pemisahan gender dalam jurusan atau program studi

sebagai salah satu bentuk diskriminasi gender secara sukarela ke dalam

bidang keahlian. Pemilihan jurusan-jurusan bagi anak perempuan lebih

dikaitkan dengan fungsi domestik, sementara itu anak laki-laki diharapkan

berperan dalam menopang ekonomi keluarga sehingga harus lebih banyak

(30)

16

pada pendidikan menengah kejuruan menunjukkan masih terdapatnya

stereotype dalam sistem pendidikan yang mengakibatkan tidak

berkembangnya pola persaingan sehat menurut gender. Sebagai contoh,

bidang ilmu sosial pada umumnya didominasi siswa perempuan,

sementara bidang ilmu teknis umumnya didominasi siswa laki-laki.

Dalam kenyataannya masih banyak contoh bias gender yang bisa

ditemukan dalam bidang pendidikan, baik secara lembaga, manajemen,

SDM, kurikulum, dalam proses pembelajaran, bahkan pada buku teks

pelajaran yang digunakan. Atau dengankata lain bahwa dalam pendidikan

disekolah yang dengan seperangkat alat ajar mulai dari media, metode,

serta buku ajar yang menjadi pegangan siswa ternyata masih sarat dengan

bias gender. Dalam buku ajar misalnya sering kita temukan gambar atau

kalimat yang menunjukan ketidak setaraan gender.

5) Kategori Kesetaraan Gender dalam Pembelajaran

Ada 3 (tiga) kategori dalam melihat persoalan terkait dengan relasi

kesetaraan gender dalam pembelajaran, diantaranya:

a. Bias gender yaitu kondisi yang menguntungkan pada salah satu jenis

kelamin yang berakibat munculnya permasalahan gender.

b. Netral gender adalah kondisi yang tidak memihak pada salah satu jenis

kelamin.

c. Responsif gender adalah kegiatan pembangunan yang sudah

memperhatikan berbagai pertimbangan untuk terwujudnya kesetaraan

dan keadilan pada berbagai aspek kehidupan antara laki-laki dan

(31)

17 b. Pendidikan Agama Islam

1) Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Islam secara etimologi berasal dari kata-kata bahasa Arab

yang umumnya digunakan untuk menujukkan istilah pendidikan, yaitu:

tarbiyah, ta‟lim, dan ta‟dib.

Istilah tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu: pertama, rabba yarbu

yang artinya bertambah dan tumbuh. Kedua, rabiya yarba yang artinya

menjadi besar. Ketiga, rabba yarubbu yang artinya memperbaiki,

menguasahi urusan, menuntun, menjaga, dan memelihara (Nahlawi,

1992:31).

Istilah ta‟lim berasal dari kata „allama yang berarti mengajar

(pengajaran), yaitu transfer ilmu pengetahuan (Bawani dan Anshori,

1991:72). Menurut Jalal (1988:27), proses ta‟lim lebih universal dibanding

dengan proses tarbiyah. Ta‟lim merupakan proses yang membawa kepada

tazkiah (pensucian), yaitu pensucian dan pembersihan diri manusia dari

segala kotoran dan menjadikan diri itu berada dalam suatu kondisi yang

memungkinkan untuk menerima al-hikmah serta mempelajari segala hal

yang bermanfaat untuk diketahui. Ta‟lim tidak hanya berhenti pada

pengetahuan berdasarkan prasangka atau yang lahir dari taklid. Ta‟lim

mencakup pengetahuan teoritis, mengulang kajian secara lisan, dan

menyeluruh melaksanakan pengetahuan itu (Jalal, 1988:29).

Istilah ta‟dib berasal dari kata addaba yang artinya mendidik yang

lebih tertuju pada penyempurnaan akhlak atau budi pekerti (Achmadi,

(32)

18

pengakuan secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia

tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dari tatanan

penciptaan sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan

pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan

kepribadian.

Berdasarkan pada ketiga pengertian pendidikan Islam secara etimologi

tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah upaya untuk

menumbuh kembangkan potensi atas fitrah manusia dalam aspek

pengetahuan, sikap, praktis dan akhlak agar mencapai kesempurnaan.

Pengertian Pendidikan Agama Islam menurutSahilun A. Nasir dalam

Syafaat, dkk. (2008:15), Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang

sistematis dan pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama

Islam dengancara sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu

benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam dirinya. Yakni,

ajaran Islam itu benar-benar dipahami, diyakini kebenarannya, diamalkan

menjadi pedoman hidupnya, menjadi pengontrol terhadap perbuatan,

pemikiran, dan sikap mental.

Sedangkan menurut silabus Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

(2016:1) Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan pendidikan

yang secara mendasar menumbuhkembangkan akhlak peserta didik melalui

pembiasaan dan pengamalan ajaran Islam secara menyeluruh (kaffah).

Jadi Pendidikan Agama Islam, yaitu usaha yang berupa pengajaran,

bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat

(33)

19

menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan

masyarakat secara menyeluruh.

2) Landasan Dasar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Landasan dasar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam

Silabus Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (2016:1), berlandaskan

pada aqidah Islam yang berisi tentang keesaan Allah Swt. sebagai sumber

utama nilai-nilai kehidupan bagi manusia dan alam semesta. Sumber

lainnya adalah akhlak yang merupakan manifestasi dari aqidah, yang

sekaligus merupakan landasan pengembangan nilai-nilai karakter bangsa

Indonesia. Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

merupakan pendidikan yang ditujukan untuk dapat menserasikan,

menselaraskan dan menyeimbangkan antara iman, Islam, dan ihsan yang

diwujudkan dalam:

a) Membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada

Allah Swt. serta berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur (Hubungan

manusia dengan Allah Swt.).

b) Menghargai, menghormati dan mengembangkan potensi diri yang

berlandaskan pada nilai-nilai keimanan dan ketakwaan (Hubungan

manusia dengan diri sendiri).

c) Menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat

beragama serta menumbuhkembangkan akhlak mulia dan budi pekerti

luhur (Hubungan manusia dengan sesama).

d) Penyesuaian mental keislaman terhadap lingkungan fisik dan social

(34)

20

Berdasarkan penjelasan di atas, Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti dikembangkan dengan memperhatikan nilai-nilai Islam rahmatan

lilalamin yang mengedepankan prinsip-prinsipIslam yang humanis,

toleran, demokratis, dan multikultural.

3) Tujuan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Pendidikan Agam Islam dan Budi Pekerti dikembangkan dengan

tujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam hal keimanan

dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan

sehari-hari. Tujuan pendidikan ini kemudian dirumuskan secara khusus dalam

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai berikut:

a) Menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian, pembinaan, dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,

serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi

muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada

Allah Swt.

b) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak

mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,

produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga

keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya

agama dalam kehidupan sebagai warga masyarakat, warga negara, dan

warga dunia (Silabus Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti,

2016:1).

(35)

21

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas

(SMA) danSekolah Menengah Kejuruan (SMK) selama ini di duga

belum berjalan secara optimal. Hal ini terlihat dari masih banyaknya

kasus-kasus siswa yang melanggar norma agama, maka dalam rangka

mewujudkan tujuan pendidikannasional dan tujuan pendidikan agama

Islam secara bersamaan, pihak sekolah harus mampu melakukan

perubahan-perubahan, salah satunya adalah dengan melakukan berbagai

inovasi melalui pengembangan kurikulum Agama Islam.

Salah satu komponen yang juga ikut menentukan keberhasilan

pendidikan adalah penggunaan buku teks pelajaran yang tepat dan

memenuhi unsur-unsur kurikulum, harga yang terjangkau, serta dalam

bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Menurut Suwardi, dkk.

(2017:2), isi buku teks perlu disusun secara baik, termasuk gambar yang

ditampilkan dalam buku teks.

Menurut KBBI (2007:172), buku adalah sedangkan ajar adalah

lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Ajar adalah

petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui.

Adapun pengertian buku teks/buku ajar menurut para ahli adalah

sebagai berikut:

a) A.J. Loveridge

Menurut A.J. Loveridge dalam Masnur (2010:50) buku teks adalah

buku sekolah yang memuat bahan yang telah diseleksi mengenai

(36)

22

tertentu dalam kegiatan belajar mengajar dan disusun secara sistematis

dan diasimilasikan.

b) Dedi Supriyadi

Sedangkan menurut Dedi (2001:46), buku teks merupakan media

instruksional yang perannya sangat dominan dikelas dan merupakan

alat yang penting untuk menyampaikan materi kurikulum, dari sinilah

buku sekolah menduduki peranan sentral pada semua tingkatan.

Dari uraian di atas dapat dipahami buku merupakan salah satu

komponen dari berbagai bahan ajar yang sangat berperan penting dalam

pembelajaran.

2) Buku Teks PAI di SMA/SMK

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan

siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan megamalakan agama

Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan dengan

memperhatikan tuntutan untuk menghormati orang lain dalam hubungan

kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan

persatuan nasional. Dengan kata lain, buku teks yang berkualitas adalah

buku sekolah, buku pengajaran, buku ajar, atau buku pelajaran yang

digunakan di sekolah atau lembaga pendidikan dan dilengkapi dengan

bahan-bahan untuk latihan, atau lebih tegasnya di sini adalah buku

pegangan siswa yang sesuai dengan standar nasional dan sesuai dengan

kurikulum yang tersedia. Menurut Suwardi, dkk. (2017:221), buku teks

memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan kognitif dan pemahaman

(37)

23

Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMA

merupakan buku teks utama yang digunakan sebagai bahan ajar di tingkat

sekolah menengah atas, khususnya sekolah-sekolah menengah atas di

Salatiga, hal ini menunjukan bahwa buku tersebut memang sebagai

sumber bahan ajar dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam, di mana

materi-materi yang dibutuhkan terdapat dalam buku tersebut.

F. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research).

penelitian kepustakaan (library research) adalah serangkaian kegiatan

yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca

dan mengolah bahan penelitian.

Dalam penelitian penulis, pendekatan penelitian dengan

menggunakan deskriptif analisis (descriptive of analyze research).

Deskriptif analisis ini mengenai bibliografis yaitu pencarian berupa

fakta, hasil, dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari,

menganalisis, membuat interpretasi serta melakukan generalisasi

terhadap penelitian yang dilakukan (Moleong, 2005:29). Prosedur dari

penelitian ini adalah untuk menghasilkan data deskriptif yang berupa

data tertulis setelah dilakukan analisis pemikiran (content analyze) dari

suatu teks.

Penulis ini menggunakan literatur dan teks sebagai objek utama

analisis, yaitu dalam penelitan ini adalah buku pelajaran Pendidikan

(38)

24

dideskripsikan dengan cara menggambarkan dan menjelaskan teks-teks

dalam buku tersebut dalam perspektif gender dengan menguraikan dan

menganalisis serta memberikan pemahaman teks-teks yang

dideskripsikan.

2. Sumber data

Sumber data merupakan tempat ditemukannya data-data yang

akan ditulis. Adapun sumber data dalam penelitian ini berupa:

a. Data primer

Data primer merupakan literatur yang membahas secara

langsung objek permasalahan pada penelitian ini, yaitu buku

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMA penerbit

dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan penunjang yang dijadikan alat

untuk membantu penelitian, yaitu berupa buku-buku, artikel,

jurnal dll.

3. Metode Pengumpulan data

Karena penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif

maka penggumpulan datanya menggunakan berbagai literatur.

Sehingga, teknik yang relevan untuk digunakan adalah teknik

pengkumpulan data atau dokumentasi berbagai sumber primer

maupun sumber sekunder. Dokumenter juga digunakan dalam

penelitian sosial. Analisis dokumen adalah telaah sistematis atas

(39)

25

beberapa tujuan yang hendak dicapai, salah satunya adalah untuk

menilai perspektif gender yang dimunculkan dalam isi buku.

4. Analisis Data

Adapun tahap-tahap yang peneliti gunakan dalam pengolahan

isi adalah

a. Tahap deskripsi, yaitu menguraikan teks-teks dalam buku

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMA

dalam perspektif gender.

b. Tahap interpretasi, yaitu tahap dimana peneliti menjelaskan

teks-teks dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti tingkat SMA dalam perspektif gender.

c. Tahap analisis, yaitu tahapan peneliti menganalisis buku

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMA

dalam perspektif gender.

d. Kesimpulan, yaitu proses mengambil kesimpulan dari

pembahasan dalam buku Pedidikan Agama Islam Dan Budi

Pekerti tingkat SMA dalam perspektif gender.

G. Sistematika Pembahasan

Proses penulisan skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab guna untuk

mempermudah pembaca dalam memahami isi skripsi ini, diantaranya:

1. Bab I berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian, metode penelitian, kajian pustaka dan sistematika

(40)

26

2. Bab II berisikan biografi naskah yaitu, biografi buku teks Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti terbitan dari Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan tahun 2014.

3. Bab III berisi deskripsi anatomi muatan naskah yaitu, muatan/ isi dari

buku teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terbitan dari

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014.

4. Bab IV berisikan mengenai pembahasan yaitu pembahasan mengenai

nilai-nilai kesetaraan gender buku teks Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti terbitan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

tahun 2014.

(41)

27 BAB II

BIOGRAFI NASKAH A. Identitas Buku

Buku teks PAI dan Budi Pekerti untuk SMA tahun 2014 merupakan buku

pelajaran yang diperuntukan bagi para peserta didik pada tingkat menengah

atas (SMA), yang disusun langsung oleh Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia. Penyusunan buku ini mengacu pada

kurikulum 2013 yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang harus

dicapai peserta didik yaitu pada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang

telah disusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pada setiap awal materi terdapat kolom peta konsep yang menggambarkan

secara umum materi yang akan dibahas, materi yang dikembangkan

dalambuku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ini meliputi: 1) Aqidah

2) Akhlak dan Budi Pekerti 3) Fiqih 4) Sejarah Peradaban Islam 5) al-Qur‟an

dan Hadits.

Gambaran identitas buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti”

dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Identitas Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas X

Judul Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Jenjang SMA/MA/SMK/MAK

Penyusun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(42)

28

Tahun Terbit 2014

Penyedia Penerbit Pusat Kurikulum Perbukuan, Balitbang,

Kemdikbud

Kota Terbit Jakarta

Kontributor Naskah Endi Suhendi Zen dan Nelty Khairiyah

Penelaah Yusuf A. Hasan

Sumber: Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud, 2014)

Gambar 3.1

Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X

Adapun isi atau materi buku dibagimenjadi 12 bab untuk dua semester

berjalan, yaitu semester ganjil dan semester genap, dan setiap bab dijelaskan ke

dalam beberapa sub-bab yang disebut dengan isi buku.

Tabel 3.2

(43)

29

Judul Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Jenjang SMA/MA/SMK/MAK

Penyusun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia

Tahun Terbit 2014

Penyedia Penerbit Pusat Kurikulum Perbukuan, Balitbang,

Kemdikbud

Kota Terbit Jakarta

Kontributor Naskah Mustahdi dan Mustakim

Penelaah Yusuf A. Hasan dan Muh. Saerozi

Sumber: Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud, 2014)

Gambar 3.2

(44)

30

Adapun isi atau materi buku dibagimenjadi 11 bab untuk dua semester

berjalan, yaitu semester ganjil dan semester genap, dan setiap bab dijelaskan ke

dalam beberapa sub-bab yang disebut dengan isi buku.

Tabel 3.3

Identitas Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XII

Judul Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Jenjang SMA/MA/SMK/MAK

Penyusun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia

Tahun Terbit 2015

Penyedia Penerbit Pusat Kurikulum Perbukuan, Balitbang,

Kemdikbud

Kota Terbit Jakarta

Kontributor Naskah Feisal Ghozaly dan HA. Sholeh Dimyathi

Penelaah Dr. Marzuki, M.Ag dan Drs. Yusuf A. Hasan,

M.Ag.

(45)

31

Gambar 3.3

Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas XII

Adapun isi atau materi buku dibagimenjadi 10 bab untuk dua semester

berjalan, yaitu semester ganjil dan semester genap, dan setiap bab dijelaskan ke

dalam beberapa sub-bab yang disebut dengan isi buku.

B. Latar Belakang dan Tujuan Penyusunan Buku

Dalam penyusunan buku teks ajar pasti memiliki latar belakang atau

alasan tertentu yang disampaikan oleh penulis atau penyusun, latar belakang

dan tujuan tujuan dalam buku teks PAI dan Budi Pekerti ini dapat dilihat dari

kata pengantar yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Muhammad Nuh (2004: iii), sebagai berikut:

Misi utama (innama) pengutus nabi adalah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak. Ini dibuktikan bahwa di dalam al-Qur‟an ini digunakan struktur gramatikal yang menunjukkan sikap eksklusif misi pengutusan nabi. Sejalan dengan itu, dijelaskan al-Qur‟an bahwa beliau diutus hanyalah untuk menebarkan kasih sayang kepada semesta alam. Dalam struktur ajaran Islam, pendidikan akhlak adalah yang terpenting. Penguatan akidah adalah dasar. Sementara, ibadah adalah sarana, sedangkan tujuan akhirnya adalah pengembangan akhlak mulia. Nabi saw. Bersabda,”mukmin yang paling

(46)

32

sifat sifat kasih sayang sajalah yang bisa menjadi bukti kekuatan akidah dan kebaiakn ibadah.

Karena itu, pelajaran agama Islam diorientasikan kepada akhlak yang mulia dan hanya penuh kasih sayang kepada sesama muslim, melainkan kepada semua manusia, bahkan kepada segeap unsur alam semesta. Hal ini selaras dengan kurikulum 2013 yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi yang utuh antara pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Peserta didik tidak hanya diharapkan bertambah pengetahuan dan wawasannya, tetapi juga meningkat kecakapan dan ketrampilannya serta semakin mulia karakter dan kepribadianya.

Buku ini menjabarkan minimal yang harus dilakukan siswa ntuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013, siswa diajak menjadi berani untuk mencari sumber lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Peran guru dalam meningkatkan dan menyesuaikan daya serap siswa dengan ketersedian kegiataan pada buku ini sangat penting. Guru dapat memperkaya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam.

Implementasi terbatas kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2013/2014 telah mendapatkan tanggapan yang sangat positif dan masukan yang sangat berharga. Pengalaman tersebut dipergunakan semaksimal mungkin dalam menyiapkan buku untuk implementasi menyeluruh pada tahun ajaran 2014/2015 dan seterusnya. Walaupun demikian, sebagai edisi pertama, buku ini sangat terbuka dan perlu terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Untuk itu, kami mengundang para pembaca memberikan kritik, saran dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya. Atas kontribusi tersebut, kami ucapkan terimakasih. Mudah-mudahan kami dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia Merdeka (2045).

Melihat penyataan diatas yang disampaikan oleh Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan,dapat diketahui bahwa latar belakang

penyusunan buku pendidikan agama Islam dan budi pekerti tahun 2014 ini

adalah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak pada peserta didik yang

dimana hal ini selaras dengan kurikulum 2013 yang telah dirancang untuk

mengembangkan kompetensi yang utuh antara pengetahuan, sikap dan

ketrampilan. Disamping itu adanya penyusunan buku teks pendidikan

(47)

33

pengetahuan, wawasan, meningkatkan kecakapan dan ketrampilan serta

semakin mulia akhlak dan karakternya.

Sedangkan tujuan dari penyusunan buku ini yaitu berusaha untuk

memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang pengetahuan

agamanya, mengaktualisaikan dalam tindakan yang nyata dan sikap

keseharian mereka yang sesuai dengan tuntutan agamanya, baik dalam

ibadah mahdah maupun ibadah ghoiru mahdah, sehingga dapat

memberikan kontribusi yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan

dalam rangka mempersiapkan gerenasi seratus tahun Indonesia Merdeka.

C. Sistematika Buku

Buku ini memiliki ukuran A4 dengan ketebalan vi. Sampul buku dari

ketiga jilid berwarna hijau hijau muda yang membedakan adalah gambar sampul dan kelasnya. Bagian depan bertuliskan “Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti” yang dapat dijelaskan pada pengguna bahwa itu sebagai judul

buku, dibagian pojok kiri atas tertulis kementerian pendidikan dan kebudayaan

Republik Indonesia 2014, yang menunjukkan buku ini diterbitkan oleh

Kemendikbud RI tahun 2014 dan bagian pojok kanan atas tertulis kurikulum

2013. Di bagian pojok bawah sebelah kanan terdapat petunjuk bagi pengguna

buku yaitu untuk menunjukkan kelas dan tingkat jenjangnya.

Kemudian selanjutnya adalah halaman identitas buku yaitu tentang

Undang-Undang hak cipta, penegasan secara tertulis bahwa buku ini adalah

milik Negara dan tidak diperdagangkan, Katalog Dalam Terbitan (KTD),

(48)

34

halaman ini yaitu menjelaskan tentang cetakan buku dan karakter huruf yang

digunakan.

Halaman selanjutnya adalah kata pengantar yang langsung ditulias

oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Muhammad Nuh. Pada kata

pengantar Muhammad Nuh menuliskan tentang struktur dari ajaran Islam,

menjelaskan bahwa pendidikan akhlak adalah yang terpenting dan

pengembangan akhlak mulia adalah hal yang terpenting dalam ajaran Islam

yang diselaraskan dengan kurikulum 2013 yang telah dirancang. Disamping

itu dalam kata pengantar dijelaskan tentang latar belakang dan tujuan

disusunnya buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ini sebagai proses

perbaikan pendidikan di Indonesia, selain itu Mendikbud juga menuliskan

mengundang para pembaca memberikan kritik, saran dan masukan untuk

perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya.

Pada bagian selanjutnya adalah bagian daftar isi, didalamnya berisi tentang

materi-materi yang akan dibahas pada halaman selanjutnya. Dalam daftar isi

tercantum urut dari bab pertama sampai bab terakhir yang dicantumkan

halaman secara urut dilengkapi sub bab perbabnya.

Setelah daftar isi yaitu pembahasan dari materi-materi pendidikan Agama

Islam, setiap materi atau bab diawali dengan halaman judul dan peta konsep

materi pelajaran yang akan dibahas. Kemudian setiap bab terdapat kolom “membuka relung hati” yang berisi cerita atau artikel dilengkapi dengan dalil

dari al-Qur‟an dan hadits beserta terjemahannya yang berkaitan dengan materi

(49)

35

yang berisi materi pembahasan yang menjadi kompetensi inti dan kompetensi dasar dari setiap babnya. Setiap akhir pembahasan terdapat “pesan-pesan

mulia” yang berisi cerita atau kisah inspiratif yang dapat dijadikan motivasi

bagi peserta didik.

Dibagian selanjutnya terdapat rangkuman yang dapat mempermudah

peserta didik untuk memahami point penting dari setiap pembahasan materi yang telah diulas dari setiap babnya dan diakhiri dengan “Evaluasi” berupa

bentuk latihan antara lain uji pemahaman, pilihan ganda, uraian, tugas

individu dan tugas kelompok, sebagaibahan evaluasi bagi peserta didik dalam

pemahaman materi yang telah dipelajari.

Pada bagian akhir buku terdapat daftar pustaka, yaitu daftar buku referensi

atau rujukan buku. Kemudian glosarium yang berisi istilah-istilah yang pada

buku lengkap beserta pengertiannya.

Sampul belakanag yang tertulis judul buku dan tujuan kelas buku tersebut digunakan, bagian pojok kanan atas tertulis “MILIK NEGARA TIDAK

(50)

36 BAB III

DESKRIPSI ANATOMI MUATAN NASKAH

A. Deskripsi Konten Materi

Dalam buku teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat

SMA/MA/SMK/MAK terdiri dari 12 bab untuk kelas X, 11 bab untuk kelas

XI dan 10 bab untuk kelas XII. Disetiap babnya,dilengkapi dengan peta

konsep dan rangkuman materi untuk mempermudah peserta didik dalam

memahami inti dari setiap materi pelajaran. Materi pelajaran yang dipaparkan

dalam buku ini diantaranya meliputi: 1) al-Qur‟an dan hadits 2) aqidah 3)

akhlak dan budi pekerti 4) fiqih 5) Sejarah Peradaban Islam, penyajian pada

buku ini juga terdapat beberapa rubrik yang dijadikan fokus aktivitas peserta

didik dalam memberikan penekanan-penekanan pada aktivitas belajar

mandiri kepada peserta didik yaitu dengan adanya fitur-fitur seperti: peta

konsep, membuka relung hati, memperkaya khazanah peserta didik, aktivitas

siswa, pesan mulia, dan evaluasi.

Deskripsi mengenai konten materi yang terkandung dalam buku

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah sebagai berikut:

1. Buku Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Kelas X

a. Bab 1, pembahasan materi pada bab pertama adalah materi Aqidah dengan tema “Aku Selalu Dekat dengan Allah SWT”. Pada

pembahasan ini meliputi beberapa bagian, antara lain:

1) Berisi peta konsep tentang Iman kepada Allah SWT, membuka

(51)

37

penjelasan materi tentang Iman kepada Allah SWT, makna asmaul

husna: al-Karim, al-Mukmin, al-Wakil, al-Matin, al-Jami‟, al-Adl,

al-Akhir.

2) Berisi tentang hikmah beriman kepada Allah SWT dan kisah inspiratif

yang terkait dengan materi, rangkuman materi yang menjelaskan point

penting dari materi yang telah dipaparkan dan lembar evaluasi yang

berisi latian soal.

3) Berisi nilai-nilai budi pekerti: religius, peduli sosial, peduli

lingkungan, jujur, mandiri, dan kerja keras.

b. Bab II, pembahasan yang disajikan adalah materi Akhlak dan budi pekerti yang bertema “Berbusana Muslim dan Muslimah Merupakan Cerminan

Kepribadian dan Keindahan Diri”. Penyajian materi dituangkan dalam

beberapa penjelasan, meliputi:

1) Berisi peta konsep tentang “Berbusana Muslim dan Muslimah

Merupakan Cerminan Kepribadian dan Keindahan Diri”, membuka

relung hati yaitu wacana yang terkait dengan materi pelajaran,

penjelasan materi berbusana muslim dan muslimah merupakan

cerminan kepribadian dan keindahan diri dilengkapi dengan dalil al-Qur‟an dan hadits beserta artinya.

2) Berisi rangkuman materi yang menjelaskan point penting dari materi

yang telah dipaparkan dan lembar evaluasi yang berisi uji pemahaman.

3) Berisi nilai-nilai budi pekerti: religius, tanggung jawab, peduli sosial

(52)

38

c. Bab III, pembahasan yang disajikan adalah materi Akhlak dan budi pekerti

yang bertema mempertahankan kejujuran sebagai cerminan kepribadian,

penjelasan materi dituangkan dalam beberapa bagian, diantaranya:

1) Berisi peta konsep yang bertema mempertahankan kejujuran sebagai

cermin kepribadian, membuka relung hati yaitu wacana yang sesuai

dengan tema materi pelajaran, mengkritisi sekitar kita, yaitu wacana

dan gambar sebagai fenomena yang muncul didalam masyarakat untuk

memperdalam materi yang akan dikaji.

2) Penjelasan materi mempertahankan kejujuran sebagai cermin

kepribadian dilengkapi dengan dalil al-Qur‟an dan hadits beserta

artinya, pesan-pesan mulia, yaitu kisah inspiratif terkait materi

pelajaran, rangkuman materi yang menjelaskan point penting dari

materi yang telah dipaparkan dan lembar evaluasi yang berisi uji

pemahaman.

3) Berisi nilai-nilai budi pekerti: religius, jujur, peduli sosial, peduli

lingkungan, dan tanggung jawab.

d. Bab IV, pembahasan yang disajikan adalah materi al-Qur‟an dan hadits yang bertema “al-Qur‟an dan Hadis adalah Pedoman Hidupku”, penjelasan

materi dibagi dalam beberapa bagian, diantaranya:

1) Berisi peta konsep yang bertema “al-Qur‟an dan Hadis adalah Pedoman Hidupku”, membuka relung hati yaitu wacana yang sesuai

dengan tema materi pelajaran, mengkritisi sekitar kita yaitu wacana

dan gambar sebagai fenomena yang muncul didalam masyarakat untuk

(53)

39

bertema “al-Qur‟an dan Hadis adalah Pedoman Hidupku” dilengakapi

dengan dalil al-Qur‟an dan hadis beserta artinya,

2) Berisi pesan-pesan mulia yaitu kisah inspiratif yang terkait dengan

tema pelajaran, menerapkan perilaku mulia yaitu contoh yang

tergambar dalam aktivitas sehari-hari sesui dengan tema pelajaran,

rangkuman materi yang menjelaskan point penting dari materi yang

telah dipaparkan dan lembar evaluasi yang berisi uji pemahaman.

3) Berisi nilai-nilai budi pekerti: religius, gemar membaca, rasa ingin

tahu, peduli sosial dan peduli lingkungan.

e. Bab V, pembahasan yang disajikan adalah materi sejarah peradaban Islam yang bertema “Meneladani Perjuangan Rasulullah Saw di Mekah”,

adapun penyajian materinya adalah sebagai berikut:

1) Berisi peta konsep yang bertema “Meneladani Perjuangan Rasulullah

saw di Mekah”, membuka relung hati yaitu wacana yang sesuai

dengan materi pelajaran, mengkritisi sekitar kita yaitu yaitu wacana

dan gambar sebagai fenomena yang muncul didalam masyarakat untuk

memperdalam materi yang akan dikaji.

2) Berisi penjelasan materi yang bertema “Meneladani Perjuangan

Rasulullah saw di Mekah” dilengkapi dengan dalil al-Qur‟an dan hadis

beserta artinya, menerapkan perilaku mulia yaitu perilaku yang dapat

diteladani dari materi yang telah dikaji dalam kehidupan

sehari-hari,rangkuman materi yang menjelaskan point penting dari materi

(54)

40

3) Berisi nilai-nilai budi pekerti: religius, kerja keras, demokratis, peduli

sosial, peduli lingkungan, disiplin dan kreatif.

f. Bab VI, pembahasan yang disajikan adalah materi al-Qur‟an dan hadis dengan tema “Meniti Hidup dengan Kemuliaan”, penjelasan materinya

adalah sebagai berikut:

1) Berisi peta konsep tentang “meniti hidup dengan kemuliaan”,

membuka relung hati yaitu wacana yang sesuai dengan materi

pelajaran, mengkritisi sekitar kita yaitu gejala yang terjadi di

masyarakat kita berkaitan dengan tema materi pelajaran, penjelasan

materi tentang analisis dari surat al-Anfal ayat 72, al-Hujurat ayat 10,

al-Hujurat ayat 12, dilengkapi dengan memahami hukum tajwid

beserta cara membacanya.

2) penjelasan materi tentang pengendalian diri, prasangka baik dan

persaudaraan dalam kehidupan sehari-hari yang dijelaskan dalam surat

al-Anfal ayat 72, al-Hujurat ayat 10, al-Hujurat ayat 12, beserta hadis

yang terkait, pesan-pesan mulia yaitu pelajaran yang terkandung

didalam sebuah cerita yang sesuai dengan materi pelajaran dan

memerapkan perilaku mulia yaitu contoh perilaku yang mencerminkan

sikap sesui dengan tema pelajaran, rangkuman materi yang

menjelaskan point penting dari materi yang telah dipaparkan dan

lembar evaluasi yang berisi uji penerapan dan uji pemahaman.

3) Berisi nilai-nilai budi pekerti: religius, peduli sosial, bersahabat/

(55)

41

g. Bab VII, pembahasan yang disajikan adalah materi Aqidah yang tema “Malaikat Selalu Bersamaku”, penyajian materi dijelaskan dalam

beberapa bagian, diantaranya:

1) Berisi peta konsep dengan tema “Malaikat Selalu Bersamaku”,

membuka relung hati yaitu wacana yang terkait dengan materi

pelajaran, mengkritisi sekitar kita yaitu gambar dan wacana sebagai

fenomena yang muncul didalam masyarakat untuk memperdalam

materi yang akan dikaji, penjelasan materi tentang “Malaikat Selalu Bersamaku” lengkap dengan dalil al-Qur‟an dan hadis berserta

artinya.

2) Berisi pesan-pesan mulia yaitu pelajaran yang terkandung didalam

sebuah cerita yang sesuai dengan materi pelajaran dan memerapkan

perilaku mulia yaitu contoh perilaku yang mencerminkan sikap sesui

dengan tema pelajaran, rangkuman materi yang menjelaskan point

penting dari materi yang telah dipaparkan dan lembar evaluasi yang

berisi uji penerapan dan uji pemahaman.

3) Berisi nilai-nilai budi pekerti: religius, tanggung jawab, disiplin, dan

peduli sosial.

h. Bab VIII, pembahasan yang disajikan adalah materi akhlak dan budi pekerti yang tema “Sayang, Patuh, dan Hormat kepada Orang Tua dan

Guru”, menyajian materinya adalah sebagai berikut:

1) Berisi peta konsep dengan tema “Sayang, Patuh, dan Hormat kepada

Orang Tua dan Guru”, membuka relung hati yaitu wacana dan

(56)

42

yaitu gambar dan wacana sebagai fenomena yang muncul didalam

masyarakat untuk memperdalam materi yang akan dikaji, penjelasan materi tentang “Sayang, Patuh, dan Hormat kepada Orang Tua dan

Guru” lengkap dengan dalil al-Qur‟an dan hadis berserta artinya.

2) Berisi pesan-pesan mulia yaitu pelajaran yang terkandung didalam

sebuah cerita yang sesuai dengan materi pelajaran dan memerapkan

perilaku mulia yaitu contoh perilaku yang mencerminkan sikap sesui

dengan tema pelajaran, rangkuman materi yang menjelaskan point

penting dari materi yang telah dipaparkan dan lembar evaluasi yang

berisi uji penerapan dan uji pemahaman.

3) Berisi nilai-nilai budi pekerti: religius, peduli sosial, jujur,

bersahabat/komunikatif, dan menghargai prestasi.

i. Bab IX, pembahasan yang disajiakan adalah materi fiqih yang tema “Mengelola Wakaf dengan Penuh Amanah”, penyajian materi

dipaparkan beberapa bagian, yaitu sebagai berikut:

1) Berisi peta konsep dengan tema “Mengelola Wakaf dengan Penuh

Amanah”, membuka relung hati yaitu wacana dan gambar yang sesui

dengan materi pelajaran, mengkritisi sekitar kita yaitu gambar dan

wacana sebagai fenomena yang muncul didalam masyarakat untuk

memperdalam materi yang akan dikaji.

2) Berisi penjelasan materi tentang “Mengelola Wakaf dengan Penuh Amanah” lengkap dengan dalil al-Qur‟an dan hadis berserta artinya,

pesan-pesan mulia yaitu pelajaran yang terkandung didalam sebuah

(57)

43

mulia yaitu contoh perilaku yang mencerminkan sikap sesui dengan

tema pelajaran, rangkuman materi yang menjelaskan point penting

dari materi yang telah dipaparkan dan lembar evaluasi yang berisi uji

penerapan dan uji pemahaman.

3) Berisi nilai-nilai budi pekerti: religius, peduli sosial, peduli

lingkungan, dan cinta damai.

j. Bab X, pembahasan yang disajikan adalah materi Sejarah Peradaban

Islam yang bertema “Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah saw dai Madinah”, penjelasan materi dipaparkan dalam beberapa bagian,

yaitu:

1) Berisi peta konsep dengan tema “Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah saw dai Madinah”, membuka relung hati yaitu wacana

dan gambar yang sesui dengan materi pelajaran, penjelasan materi “Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah saw dai Madinah”

dilengkapi dengan dalil al-Qur‟an dan hadits beserta artinya.

2) Berisi menerapkan perilaku mulia yaitu contoh perilaku yang

mencerminkan sikap sesui dengan tema pelajaran, rangkuman

materi yang menjelaskan point penting dari materi yang telah

dipaparkan dan lembar evaluasi yang berisi uji pemahaman.

3) Berisi nilai-nilai budi pekerti: kerja keras, semangat kebangsaan,

peduli sosial, peduli lingkungan, menghargai prestasi dan

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 3.1
Gambar 3.1  Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X
Gambar 3.2 Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas XI
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menghuraikan realiti sebenar aplikasi amalan toleransi beragama dalam kehidupan seseorang Muslim, Mohd Kamil dan Mohd Fauzi (2008) menyatakanbahawa

Dari latar belakang yang telah disebutkan di atas, dapat kita simpulkan bahwasanya buku teks siswa yang digunakan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan

Hal ini sesuai dengan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Supartin dengan judul “Studi PerbandinganIimplementasi Hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran Fisika

Djezed (1983) menyatakan bahwa “letak kaki tumpu, perkenaan kaki pada bola, perkenaan bola pada kaki, titik berat badan, kekuatan otot tungkai dan gerakan lanjutan ( follow trough

Tepung biji nangka memiliki kandungan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur terutama karbohidrat.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tepung biji nangka

Bahan kimia yang ada dalam cat tembok di anataranya adalah kalsium karbonat (CaCo), titanium dioksida (TiO), PVAC (Poly Vinly Acrylic), kaolin, pigmen, dan air.. Kalsium karbonat

Di kalangan masyarakat luas juga berlaku pendapat umum bahwa semakin berpendidikan maka makin baik status sosial seseorang dan penghormatan masyarakat terhadap

Faktor penyebab penurunan muka tanah di Kota Semarang dilakukan per zona dimana ada 4 zona yang dibagi berdasarkan wilayah. Tiap - tiap zona diwakili oleh beberapa titik pengamatan