NILAI-NILAI KESETARAAN GENDER
DALAM BUKU TEKS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN
BUDI PEKERTI TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS
KURIKULUM 2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh:
Umi Khoiriyah
NIM: 111-14-385
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
vi
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Orang tuaku tercinta bapak Mahfud dan Ibu Sri Yatimah yang selalu
memberikan dukungan dan doa restu kepada penulis.
2. Kakak-kakakku yang senantiasa memberikan semangat, motivasi,
dukungan dan doa kepada penulis.
3. Keluarga besar penulis, atas segala motivasi, dukungan, do‟a restu kepada
penulis, sehingga dapat terselesaikan.
4. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan dukungan dan bantuanya.
5. Teman-teman satu angkatan tahun 2014 yang telah memberikan semangat
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum wr. wb
Alhamdulillahirabbil‟alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam
senantiasa tercurah kepada uswah hasanah Nabi Muhammad SAW yang kita
nantikan syafaatnya di YaumulAkhir. Amin
Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Nilai-nilai Kesetaraan Gender dalam Buku
Teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Tingkat Sekolah Menengah Atas Kurikulum 2013”. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh
gelar sarjana progam studi Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Institut Agama
Islam Negeri (IAIN).
Dalam menyusun skripsi ini penulis telah menerima bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
x ABSTRAK
Khoiriyah, Umi. Analisis Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Tingkat Sekolah Menengah Atas Kurikulum 2013. Skripsi. Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. Tahun 2018. Pembimbing: Dr. Imam Sutomo, M.Ag.
Kata kunci: Gender, Buku Teks, Pendidikan Agama Islam, SMA Meskipun lembaga konstitusi negara kita telah mengakui adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, namun dalam kenyataannya masih sering terjadi kasus ketidak setaraan. Kesetaraan gender masih jauh dari yang diharapkan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menebitkan buku teks PAI dan Budi Pekerti sebagai buku acuan peserta didik dan guru secara nasional dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Penulisan ini bertujuan mendiskripsikan dan menganalisis isi buku PAI dan Budi Pekerti berdasarkan perspektif gender. Skripsi ini mempertanyakan 1.) bagaimana nilai-nilai kesetaraan gender dalam buku teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMA? Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan/library research,
yaitu data-data yang mendukung penelitian ini berasal dari sumber pustaka. Dalam menghimpun data, penelitian ini mendapatkan dari dua macam sumber, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Penelitian bersifat deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan konsep gender kemudian digunakan untuk menganalisis isi buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
BAB I: PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Kegunaa Penelitian ... 6
E. Kajian Pustaka ... 7
F. Metode Penelitian ... 24
G. Sistematika Pembahasan ... 26
BAB II: BIOGRAFI NASKAH ... 27
BAB III: DESKRIPSI ANATOMI MAUATAN NASKAH ... 36
BAB IV: PEMBAHASAN ... 62
xii
A. Kesimpulan ... 95
B. Saran ... 95
DAFTAR PUSTAKA ... 97
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Gender dan Jenis Kelamin ... ... 11
Tabel 3.1 Identitas Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas X ... ... 30
Tabel 3.2 Identitas Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas XI ... 31
Tabel 3.3 Identitas Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas XII ... 32
Tabel 4.1 Ringkasan Analisis Gender Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas X ... 74
Tabel 4.2 Ringkasan Analisis Gender Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas XI .... 85
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Konsultasi
Lampiran 2 Nota Pembimbing
Lampiran 3 Daftar SKK
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebenaran mutlak memang menjadi milik Allah, yang telah
menjadikan kaidah berpasang-pasang sebagai dasar hukum alam raya dan
perkembangannya. Allah menghendaki penciptaan manusia dengan jenis
laki-laki dan perempuan adalah supaya keduanya saling cenderung dan
saling menenteramkan, sehingga tercipta kelangsungan jenis manusia
tersebut. Allah memberikan potensi yang sama dalam mengarungi
kehidupan ini, yaitu fitrah (kebutuhan-kebutuhan hidup), indra dan akal.
Akan tetapi, pada kehidupan manusia, perubahan-perubahan,
apakah ke arah yang lebih baik ataupun kearah yang lebih buruk,
senantiasa terjadi. Akal manusia telah memungkinkan perjalanan
kehidupannya selalu melalui proses konstruksi, dekonstruksi, dan
rekonstruksi. Kita bisa menyaksikan bagaimana pola-pola relasi dan
pembagian peran tanggung jawab antara dua jenis kelamin yang berbeda
ini, yang telah mapan dalam sebuah masyarakat pada suatu masa menjadi
sesuatu yang layak diperdebatkan pada masyarakat lain pada masa yang
lain, sehingga terbentuk pola-pola yang baru, begitu pula seterusnya
(Muslikhati, 2004:12).
Gender merupakan suatu sifat yang diletakkan pada laki-laki dan
perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya. Karena hal
tersebut bersifat bentukan sosial maka gender tidak berlaku untuk
2
dengan yang lainnya dan bukan merupakan kodrat dari Tuhan (Umar,
1999:40). Di sini perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara
perempuan dan laki-laki merupakan hasil konstruksi sosial dan dan dapat
berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan bukan merupakan kodrat
Tuhan.
Keterlibatan perempuan dan anak-anak dalam aksi bom bunuh diri
di Surabaya pada hari Minggu, 15 Mei 2018 menunjukkan perempuan
berperan aktif dan sangat mungkin memanipulasi anak untuk menjadi
pelaku (https://sains.kompas.com). Solahudin, seorang peneliti yang
terlibat dalam kajian Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial
Universitas Indonesia (UI), menyebut para pelaku sengaja menggunakan
perempuan dan anak untuk menciptakan bias gender
(https://www.era.id/read/0KU3R6-terorisme-keluarga-dan-alasan-gila-di-baliknya). Akibat budaya patriarki yang masih mengental di masyarakat,
perempuan selain dipandang sebagai kelompok rentan dan tak berdaya,
mereka juga dianggap sebagai simbol kemurnian sebuah kelompok.
Asumsi ini membuat kelompok-kelompok teroris memilih mereka sebagai
sandera atau korban berbagai bentuk kekerasan seksual untuk
menyebarkan rasa takut dan memicu penyerahan diri target-target
sebenarnya. Seperti yang dilakukan Boko Haram di Nigeria, kelompok
terorisme di Suriah, Irak, Lebanon, Pakistan dan Afghanistan (Mulia,
2018:2).
Al-Quran telah manjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan tidak
3
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS. Al-Hujurat [49], 13)
Al-Quran juga telah menjelaskan bahwa hak dan kewajiban itu
setara, sebagai contoh dalam melakukan kebaikan maka itu boleh
dilakukan oleh kaum laki-laki maupun kaum perempuan, karena siapa pun
yang berbuat baik maka akan mendapat ganjaran pahala dari Allah,
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl [16], 97)
Ayat-ayat tersebut diatas mengisyaratkan konsep kesetaraan gender
yang ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik
dalam bidang spiritual maupun urusan karier profesional, tidak mesti
dimonopoli oleh salah satu jenis kelamin saja. Laki-laki dan perempuan
memperoleh kesempatan yang sama meraih prestasi optimal (Umar,
4
Pendidikan dan gender merupakan rangkaian erat dan saling
mengisi. Karena kebutuhan belajar dasar dalam pelaksanaan pendidikan
adalah kebutuhan setiap manusia, baik laki-laki dan perempuan, dengan
berbagai tingkatan usia. Di sisi lain, pendidikan sebagai proses
transformasi yang dibangun atas budaya, bahasa dan nilai-nilai
spiritualitas kelompok mampu mendorong pendidikan, keadilan sosial,
perlindungan lingkungan, sistem religius, politik dan sosial yang toleran,
menerima nilai-nilai humanis dan hak asasi manusia.
Pendidikan bagi laki-laki dan perempuan adalah gerbang
pembebasan dari kebodohan. Mereka yang berilmu atau berpendidikan
baik laki-laki maupun perempuan mendapatkan penghargaan dari Allah
sejajar kedudukannya dengan malaikat. Akhirnya keduanya berkewajiban
untuk mencari ilmu (Istibsyaroh, 2004:82).
Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan
perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai
manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik,
hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan
nasional serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Dalam era
millenium menuntut adanya perubahan besar yang berkaitan dengan relasi
gender, yaitu suatu hubungan yang mengharuskan kesetaraan peran
laki-laki dan perempuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Shirin (2003:31) menulis:
Gender mainstreaming is the process of assessing the implications for women and men of any planned action, including legislation, policies or programmes, in all areas and at all levels. It is a strategy
5
integral dimension of the design, implementation, monitoring and evaluation of policies and programmes in all political, economic and
societal spheres so that women and men benefit equally and
inequality is not perpetuated.
Keadilan gender adalah suatu perlakuan adil terhadap perempuan
dan laki-laki. Perbedaan biologis tidak bisa dijadikan dasar untuk
terjadinya diskriminasi mengenai hak sosial, budaya, hukum dan politik
terhadap satu jenis kelamin tertentu. Dengan keadilan gender berarti tidak
ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan
kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.
Bias gender yang terdapat dalam buku teks atau bahan ajar dapat
ditemukan dalam berbagai mata pelajaran di sekolah, termasuk mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam. Penyusunan buku teks mengacu pada
kurikulum 2013 yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang harus
dicapai peserta didik yaitu pada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
yang telah disusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pendidikan Agama Islam yang merupakan instrumen transfer nilai-nilai
agama sesuai dengan al-Qur‟an dan hadis, haruslah menanamkan nilai
keadilan, demokrasi dan menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.
Berdasarkan latar belakang tersebut dan beberapa masalah-masalah
yang muncul dalam bidang pendidikan tentang gender, maka peneliti mengangkat judul “Nilai-nilai Kesetaraan Gender dalam Buku Teks
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Tingkat Sekolah Menengah Atas Kurikulum 2013” sebagai judul penelitian.
6
1. Bagaimana nilai-nilai kesetaraan gender dalam buku teks Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMA?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui nilai-nilai kesetaraan gender dalam buku teks
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMA.
D. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoretik
Secara teoretik, penelitian ini diharapkan memberikan dampak
positif serta kontribusi bagi pendidikan agama Islam guna
meningkatkan mutu pendidikan pada era sekarang dan menambah
wawasan mengenai gender.
2. Manfaat praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sesuatu
yang berguna terutama bagi penulis, serta bagi calon pendidik dan
pembaca lainnya untuk memperluas pengetahuan mengenai gender.
E. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Untuk mendukung penelaahan penelitian yang lebih
komprehensif, maka peneliti berusaha melakukan kajian terhadap
beberapa penelitian yang mempunyai relevansi dengan topik yang
ingin diteliti. Dikarenakan peneliti menggunakan analisis gender, maka
peneliti mengkaji berbagai pustaka yang berkaitan dengan gender dan
7
Diantara karya-karya yang mendukung kerelevansian
penelitian adalah:
a. Penelitian berjudul: Bias Gender dalam Kurikulum Mata Pelajaran
Fikihdi Madrasah Aliyah Negeri Klaten oleh Iin Saroh Faiqoh,
2009. Dalam tesis ini peneliti meneliti khusus pada bagian
kurikulum dalam mata pelajaran fikih saja di kelas XI semester
genap dan penelitiannya dilakukan di sebuah Madrasah Aliyah
Negeri Klaten.
b. Penelitian berjudul: Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan
Agama Islam dan Kristenoleh Ali Murfi, Jurnal Pendidikan Islam,
Volume III Nomor 2 (Desember 2014). Dalam jurnal ini peneliti
menjelaskan tentang bias gender yang terdapat dalam buku teks
Pendidikan agama Islam 13 secara umum dan termasuk juga di
dalamnya pembahasan tentang bias gender yang terdapat dalam
buku teks pendidikan agama Kristen.
c. Penelitian yang berjudul: “Bias Gender dalam Buku Teks
Pendidikan Agama Islam (Analisis Konten Pada Buku Teks
Pendidikan Agama Islam Kelas XII SMA/SMK) oleh Nurfadhlina,
2016. Dalam tesis ini penelitian ini khusus meneliti bias gender
yang terdapat dalam buku teks Pendidikan Agama Islam pada
kelas XII dengan meneliti beberapa buku dari berbagai penerbit
dan disimpulkan menjadi suatu kesimpulan secara umum
mengenai bias gender yang terdapat dalam buku teks tersebut dan
8
Perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian relevan
diatas adalah penelitian ini khusus meneliti isi buku Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMA terbitan dari Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014.
2. Kerangka Teori a. Gender
1) Pengertian Gender
Pengertian gender secara etimologis berasal dari bahasa Inggris
gender berarti jenis kelamin. Dalam The New Lexicon Webster‟s
Dictionary (1994:395), gender diartikan sebagai perbedaan yang
tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan
tingkah laku.
Sementara gender secara terminologis adalah suatu konsep
kultural yang berupaya membuat pembedaan dalam hal peran,
perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan
perempuan yang berkembang dalam masyarakat.
The term „gender‟ was first used in linguistics and other areas of
social sciences. In linguistics, the term referred to the grammatical
categories that indexed sex in the structure of human languages. Feminist
theorists of the 1960s and 1970s used the term „gender‟ to refer to the
construction of the categories „masculine‟ and „feminine‟ in society(Sadiqi,
2003:2).
Menurut Aan Oakley dalam Istibsyaroh (2004:59)
genderadalah masalah budaya,merujuk kepada klasifikasi sosial dari
9
karena waktu dan tempat. Sifat tetap dan jenis kelamin harus diakui,
demikian juga sifat tidak tetap dari gender.
Menurut Robinson (2009:12) Gender is the structure of social
relations that centres on the reproductive arena, and the set of practices
(governed by this structure) that bring reproductive distinctions between
bodies into social processes.
Sedangkan menurut Umar (1999:35)gender adalah suatu
konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki
dan perempuan dilihat dari segi sosial-budaya. Genderdalam arti ini
mendefinisikan laki-laki dan perempuan dari sudut non-biologis.
Sementara menurut Bacchi dan Eveline (2010:68) Gender‟ is
most often referred to as a social and cultural product. However, the
emphasis on sex-disaggregated statistics means that gender tends to get
produced as a part of a person rather than as a „principle of social
organization.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa gender
merupakan cara pandang yang membedakan laki-laki dan perempuan
melalui proses sosial dan budaya yang dikonstruksikan oleh
manusia, melalui proses yang panjang dalam sejarah peradaban
manusia. Gender juga tidak bersifat menetap dan bukan kodrat
Tuhan, sehingga dengan demikian gender dapat berubah-ubah sesuai
kebutuhan dan tuntutan manusia pada zamannya.
Dalam kenyataannya masih banyak masyarakat yang
memahami gender dengan jenis kelamin, padahal keduanya sangat
10
tanggung jawab yang berbeda antara laki-laki dan perempuan,
sementara jenis kelamin (sex) membicarakan masalah seks laki-laki
dan perempuan dari aspek anatomi biologi meliputi perbedaan
komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi
dan karateristik biologi lainnya, serta bersifat menetap dan kodrat
dari Tuhan (Umar, 1999:35).
Tabel 2.1
Perbedaan Gender dan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Gender
1. Jenis kelamin bersifat alamiah Gender bersifat sosial budaya dan
merupakan buatan manusia
2. Jenis kelamin bersifat biologis.
Ia merujuk kepada perbedaan
yang nyata dari alat kelamin
dan perbedaan terkait dalam
fungsi kelahiran
Gender bersifat sosial budaya, dan
merujuk kepada tanggung jawab,
peran, pola perilaku, kualitas, dan
lain-lain yang bersifat maskuliin
dan feminim.
3. Jenis kelamin bersifat tetap, ia
akan sama dimana saja
Gender besifat tidak tetap, ia
berubah dari waktu ke waktu, dari
satu kebudayaan ke kebudayaan
lainnya, bahkan dari satu keluarga
ke keluarga lainnya
4. Jenis kelamin tidak dapat
diubah
Gender dapat diubah
11
Dari tabel di atas jelas sangat berbeda antara seks dan gender,
karena seks hanya membicarakan konsep manusia secara biologis dan
bersifat menetap (kodrat), sementara gender adalah konsep manusia dari
sudut pandang peran, fungsi dantanggung jawab berdasarkan kultur sosial
dan budaya masyarakat, serta mempunyai sifat yang berubah-ubah karena
gender bukanlah kodrat dari Allah.
2) Kesetaraan Gender
Permasalahan gender sebenarnya bukan hanya ditujukan kepada
kaum perempuan semata, tetapi juga kepada laki-laki, walau demikian
yang dianggap mengalami posisi termarginalkan adalah pihak perempuan,
maka perempuanlah yang lebih ditonjolkan dalam pembahasan untuk
mengejar kesetaraan gender yang telah diraih oleh laki-laki beberapa
tingkat dalam peran sosial, terutama di bidangpendidikan karena bidang
inilah diharapkan dapat mendorong perubahan kerangka berpikir,
bertindak, dan berperan dalam berbagai segmen kehidupan sosial.
Agama Islam mempersamakan status pria dengan wanita dalam
aspek-aspek spiritual dan kewajiban-kewajiban keagamaan, mereka
mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Tidak ada perbedaan antara
wanita dengan pria kecuali dengan akhlak yang baik dan yang buruk.
Demikian pula wanita itu mendapat bagian yang sama dalam mendapat
pahala (Fahmi, 1979:179).
Menurut Anwar (2006:20) the Qur‟mn speaks of equality of men and
women in their origin, in their responsibility as created beings in their life on this
earth and in their preparation for eventual resurrection. One may argue that
12
with ethico-religious responsibilities, it appears to discriminate against women
when dealing with social and legal obligations.
Sedangkan menurut Abdurrahman Wahid (2000:94) Al-Qur'an
memberikan konsep kesetaraan gender. Konsep tersebut adalah pertama,
Al-Qur'an mengakui martabat laki-laki dan perempuan dalam kesejajaran
tanpa membedakan jenis kelamin. Kedua, laki-laki dan perempuan
mempunyai hak dan kewajiban yang sama di segala bidang kehidupan.
Kesamaan antara perempuan dan laki-laki itu terutama dapat
dilihat dari tiga dimensi: pertama dari segi hakikat kemanusiaannya.
Ditinjau dari sudut kemanusiaan, bahwa Islam memberikan kepada
perempuan sejumlah hak untuk meningkatkan kualitas kemanusiaannya,
seperti hak untuk mendapatkan pendidikan,hak berpolitik (political
education), dan hak-hak lainnya yang berkenaan denganurusan publik
(public sector).
Kedua, dari segi ajaran agama Islam mengajarkan bahwa laki-laki
dan perempuan akan mendapatkan balasan ketika melakukan amal sholeh,
dan begitu pulasebaliknya.
Ketiga, dari segi hak-hak dalam keluarga Islam yang memberikan
hak untuk mendapatkan nafkah dan hak waris kepada perempuan,
meskipun jumlahnya tidaksebanyak yang didapatkan oleh laki-laki. Selain
itu perempuan juga mendapat hakuntuk saksi dan mendapatkan mahar.
Perempuan juga mempunyai hak untukmengajukan tuntutan cerai bila ia
menginginkan dan hak untuk menolak poligamikarena merasa tidak
13
Islam telah memberikan hak-hak kaum perempuan secara adil,
kaum perempuan tidak perlu meminta apalagi menuntut atau
memperjuangkannya, sebagaimana dalam Al-Qur‟an surat Al Ahzab ayat
35.
Artinya: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu´, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (Q.S. Al- Ahzab[33], 35)
Maksud dari ayat di atas, sebagai manusia kedua pihak mempunyai
hak dan kewajiban yang sama, pahala dan kebaikan di hari akhir pun juga
demikian. Setiap individu akan dihisab berdasarkan perbuatan yang
mereka lakukan di dunia.
Jadi kesetaraan gender adalah suatu keadaan dimana perempuan
dan laki-laki sama-sama menikmati status, kondisi atau kedudukan yang
14
pembangunan di segala aspek kehidupan berkeluarga, berbangsa dan
bernegara.
3) Bias Gender
Darwin dan Kusumasari dalam Nurhaeni (2009:4) mengemukakan
bahwa birokrasi pemerintah belum responsif gender karena menempatkan
perempuan dalam posisi yang marginal, dan salah satu penyebabnya
adalah belum adanya kesadaraan dari pembuat kebijakan ataupun
pimpinan birokrasi publik akan pentingnya pengarusutamaan gender
dalam kebijakan-kebijakan yang dibuat. Komitmen yang yang tidak
konsisten ini dikhawatirkan akan berimplikasi terhadap upaya strategis
yang perlu dilakukan dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.
Gender sebagai konstruksi sosial budaya berkaitan dengan
pembagian peran, tugas dantanggung jawab antara perempuan dan
laki-laki dalam masyarakat yang patriarki cenderung menempatkan perempuan
dalam posisi subordinat laki-laki. Hal tersebut telah tertanam melalui
proses pembiasaan yang terus menerusbaik tingkat keluarga, masyarakat,
media, sekolah maupun kebijakan-kebijakan negara dan diperkuat dengan
interpretasi terhadap agama sehingga pada akhirnya gender dipandang
sebagai ideologi yang diyakini kebenarannya (Nurhaeni, 2009:10).
4) Bias Gender dalam Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang,
hal itu mengingat bahwa melalui pendidikan seseorang dapat memperoleh
pemahaman tentang berbagai hal yang disampaikan melalui kegiatan
15
Ketimpangan pada hasil pendidikan adalah perbedaan akhir
pendidikan. Ketimpangan pada hasil pendidikan menunjukkan adanya
perbedaan antara laki-laki dan perempuan pada prestasi pendidikan.
Pendidikan selain berfungsi untuk mentransformasikan budaya dari satu
generasi ke generasi berikutnya, juga berfungsi untuk mengubah perilaku
menuju ke arah yang lebih baik. Pendidikan Islam yang seringkali
ditempatkan pada posisi tertuduh sebagai lembaga yang melestarikan
ketidakadilan gender, berkepentingan untuk menampilkan kembali
rumusan keadilan gender dalam ajaran Islam. Ketimpangan akses
pendidikan dapat berdampak pada feminisasi dalam pendidikan (Tafsir,
2008:148).
Berbagai bentuk bias gender yang terjadi dalam berbagai bidang
kehidupan masyarakat, termasuk terpresentasi juga dalam dunia
pendidikan. Bahkan proses dan institusi pendidikan dipandang berperan
besar dalam mensosialisasikan dan melestrikan nilai-nilai dan cara
pandang yang mendasari munculnya berbagai ketimpangan gender dalam
masyarakat.
Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), contoh dari bias gender
dapat ditemukan pemisahan gender dalam jurusan atau program studi
sebagai salah satu bentuk diskriminasi gender secara sukarela ke dalam
bidang keahlian. Pemilihan jurusan-jurusan bagi anak perempuan lebih
dikaitkan dengan fungsi domestik, sementara itu anak laki-laki diharapkan
berperan dalam menopang ekonomi keluarga sehingga harus lebih banyak
16
pada pendidikan menengah kejuruan menunjukkan masih terdapatnya
stereotype dalam sistem pendidikan yang mengakibatkan tidak
berkembangnya pola persaingan sehat menurut gender. Sebagai contoh,
bidang ilmu sosial pada umumnya didominasi siswa perempuan,
sementara bidang ilmu teknis umumnya didominasi siswa laki-laki.
Dalam kenyataannya masih banyak contoh bias gender yang bisa
ditemukan dalam bidang pendidikan, baik secara lembaga, manajemen,
SDM, kurikulum, dalam proses pembelajaran, bahkan pada buku teks
pelajaran yang digunakan. Atau dengankata lain bahwa dalam pendidikan
disekolah yang dengan seperangkat alat ajar mulai dari media, metode,
serta buku ajar yang menjadi pegangan siswa ternyata masih sarat dengan
bias gender. Dalam buku ajar misalnya sering kita temukan gambar atau
kalimat yang menunjukan ketidak setaraan gender.
5) Kategori Kesetaraan Gender dalam Pembelajaran
Ada 3 (tiga) kategori dalam melihat persoalan terkait dengan relasi
kesetaraan gender dalam pembelajaran, diantaranya:
a. Bias gender yaitu kondisi yang menguntungkan pada salah satu jenis
kelamin yang berakibat munculnya permasalahan gender.
b. Netral gender adalah kondisi yang tidak memihak pada salah satu jenis
kelamin.
c. Responsif gender adalah kegiatan pembangunan yang sudah
memperhatikan berbagai pertimbangan untuk terwujudnya kesetaraan
dan keadilan pada berbagai aspek kehidupan antara laki-laki dan
17 b. Pendidikan Agama Islam
1) Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Islam secara etimologi berasal dari kata-kata bahasa Arab
yang umumnya digunakan untuk menujukkan istilah pendidikan, yaitu:
tarbiyah, ta‟lim, dan ta‟dib.
Istilah tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu: pertama, rabba yarbu
yang artinya bertambah dan tumbuh. Kedua, rabiya yarba yang artinya
menjadi besar. Ketiga, rabba yarubbu yang artinya memperbaiki,
menguasahi urusan, menuntun, menjaga, dan memelihara (Nahlawi,
1992:31).
Istilah ta‟lim berasal dari kata „allama yang berarti mengajar
(pengajaran), yaitu transfer ilmu pengetahuan (Bawani dan Anshori,
1991:72). Menurut Jalal (1988:27), proses ta‟lim lebih universal dibanding
dengan proses tarbiyah. Ta‟lim merupakan proses yang membawa kepada
tazkiah (pensucian), yaitu pensucian dan pembersihan diri manusia dari
segala kotoran dan menjadikan diri itu berada dalam suatu kondisi yang
memungkinkan untuk menerima al-hikmah serta mempelajari segala hal
yang bermanfaat untuk diketahui. Ta‟lim tidak hanya berhenti pada
pengetahuan berdasarkan prasangka atau yang lahir dari taklid. Ta‟lim
mencakup pengetahuan teoritis, mengulang kajian secara lisan, dan
menyeluruh melaksanakan pengetahuan itu (Jalal, 1988:29).
Istilah ta‟dib berasal dari kata addaba yang artinya mendidik yang
lebih tertuju pada penyempurnaan akhlak atau budi pekerti (Achmadi,
18
pengakuan secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia
tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dari tatanan
penciptaan sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan
pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan
kepribadian.
Berdasarkan pada ketiga pengertian pendidikan Islam secara etimologi
tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah upaya untuk
menumbuh kembangkan potensi atas fitrah manusia dalam aspek
pengetahuan, sikap, praktis dan akhlak agar mencapai kesempurnaan.
Pengertian Pendidikan Agama Islam menurutSahilun A. Nasir dalam
Syafaat, dkk. (2008:15), Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang
sistematis dan pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama
Islam dengancara sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu
benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam dirinya. Yakni,
ajaran Islam itu benar-benar dipahami, diyakini kebenarannya, diamalkan
menjadi pedoman hidupnya, menjadi pengontrol terhadap perbuatan,
pemikiran, dan sikap mental.
Sedangkan menurut silabus Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
(2016:1) Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan pendidikan
yang secara mendasar menumbuhkembangkan akhlak peserta didik melalui
pembiasaan dan pengamalan ajaran Islam secara menyeluruh (kaffah).
Jadi Pendidikan Agama Islam, yaitu usaha yang berupa pengajaran,
bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat
19
menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan
masyarakat secara menyeluruh.
2) Landasan Dasar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Landasan dasar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam
Silabus Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (2016:1), berlandaskan
pada aqidah Islam yang berisi tentang keesaan Allah Swt. sebagai sumber
utama nilai-nilai kehidupan bagi manusia dan alam semesta. Sumber
lainnya adalah akhlak yang merupakan manifestasi dari aqidah, yang
sekaligus merupakan landasan pengembangan nilai-nilai karakter bangsa
Indonesia. Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
merupakan pendidikan yang ditujukan untuk dapat menserasikan,
menselaraskan dan menyeimbangkan antara iman, Islam, dan ihsan yang
diwujudkan dalam:
a) Membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada
Allah Swt. serta berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur (Hubungan
manusia dengan Allah Swt.).
b) Menghargai, menghormati dan mengembangkan potensi diri yang
berlandaskan pada nilai-nilai keimanan dan ketakwaan (Hubungan
manusia dengan diri sendiri).
c) Menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat
beragama serta menumbuhkembangkan akhlak mulia dan budi pekerti
luhur (Hubungan manusia dengan sesama).
d) Penyesuaian mental keislaman terhadap lingkungan fisik dan social
20
Berdasarkan penjelasan di atas, Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti dikembangkan dengan memperhatikan nilai-nilai Islam rahmatan
lilalamin yang mengedepankan prinsip-prinsipIslam yang humanis,
toleran, demokratis, dan multikultural.
3) Tujuan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Pendidikan Agam Islam dan Budi Pekerti dikembangkan dengan
tujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam hal keimanan
dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan
sehari-hari. Tujuan pendidikan ini kemudian dirumuskan secara khusus dalam
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai berikut:
a) Menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian, pembinaan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,
serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada
Allah Swt.
b) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak
mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,
produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga
keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya
agama dalam kehidupan sebagai warga masyarakat, warga negara, dan
warga dunia (Silabus Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti,
2016:1).
21
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas
(SMA) danSekolah Menengah Kejuruan (SMK) selama ini di duga
belum berjalan secara optimal. Hal ini terlihat dari masih banyaknya
kasus-kasus siswa yang melanggar norma agama, maka dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikannasional dan tujuan pendidikan agama
Islam secara bersamaan, pihak sekolah harus mampu melakukan
perubahan-perubahan, salah satunya adalah dengan melakukan berbagai
inovasi melalui pengembangan kurikulum Agama Islam.
Salah satu komponen yang juga ikut menentukan keberhasilan
pendidikan adalah penggunaan buku teks pelajaran yang tepat dan
memenuhi unsur-unsur kurikulum, harga yang terjangkau, serta dalam
bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Menurut Suwardi, dkk.
(2017:2), isi buku teks perlu disusun secara baik, termasuk gambar yang
ditampilkan dalam buku teks.
Menurut KBBI (2007:172), buku adalah sedangkan ajar adalah
lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Ajar adalah
petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui.
Adapun pengertian buku teks/buku ajar menurut para ahli adalah
sebagai berikut:
a) A.J. Loveridge
Menurut A.J. Loveridge dalam Masnur (2010:50) buku teks adalah
buku sekolah yang memuat bahan yang telah diseleksi mengenai
22
tertentu dalam kegiatan belajar mengajar dan disusun secara sistematis
dan diasimilasikan.
b) Dedi Supriyadi
Sedangkan menurut Dedi (2001:46), buku teks merupakan media
instruksional yang perannya sangat dominan dikelas dan merupakan
alat yang penting untuk menyampaikan materi kurikulum, dari sinilah
buku sekolah menduduki peranan sentral pada semua tingkatan.
Dari uraian di atas dapat dipahami buku merupakan salah satu
komponen dari berbagai bahan ajar yang sangat berperan penting dalam
pembelajaran.
2) Buku Teks PAI di SMA/SMK
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan megamalakan agama
Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati orang lain dalam hubungan
kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional. Dengan kata lain, buku teks yang berkualitas adalah
buku sekolah, buku pengajaran, buku ajar, atau buku pelajaran yang
digunakan di sekolah atau lembaga pendidikan dan dilengkapi dengan
bahan-bahan untuk latihan, atau lebih tegasnya di sini adalah buku
pegangan siswa yang sesuai dengan standar nasional dan sesuai dengan
kurikulum yang tersedia. Menurut Suwardi, dkk. (2017:221), buku teks
memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan kognitif dan pemahaman
23
Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMA
merupakan buku teks utama yang digunakan sebagai bahan ajar di tingkat
sekolah menengah atas, khususnya sekolah-sekolah menengah atas di
Salatiga, hal ini menunjukan bahwa buku tersebut memang sebagai
sumber bahan ajar dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam, di mana
materi-materi yang dibutuhkan terdapat dalam buku tersebut.
F. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research).
penelitian kepustakaan (library research) adalah serangkaian kegiatan
yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca
dan mengolah bahan penelitian.
Dalam penelitian penulis, pendekatan penelitian dengan
menggunakan deskriptif analisis (descriptive of analyze research).
Deskriptif analisis ini mengenai bibliografis yaitu pencarian berupa
fakta, hasil, dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari,
menganalisis, membuat interpretasi serta melakukan generalisasi
terhadap penelitian yang dilakukan (Moleong, 2005:29). Prosedur dari
penelitian ini adalah untuk menghasilkan data deskriptif yang berupa
data tertulis setelah dilakukan analisis pemikiran (content analyze) dari
suatu teks.
Penulis ini menggunakan literatur dan teks sebagai objek utama
analisis, yaitu dalam penelitan ini adalah buku pelajaran Pendidikan
24
dideskripsikan dengan cara menggambarkan dan menjelaskan teks-teks
dalam buku tersebut dalam perspektif gender dengan menguraikan dan
menganalisis serta memberikan pemahaman teks-teks yang
dideskripsikan.
2. Sumber data
Sumber data merupakan tempat ditemukannya data-data yang
akan ditulis. Adapun sumber data dalam penelitian ini berupa:
a. Data primer
Data primer merupakan literatur yang membahas secara
langsung objek permasalahan pada penelitian ini, yaitu buku
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMA penerbit
dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan penunjang yang dijadikan alat
untuk membantu penelitian, yaitu berupa buku-buku, artikel,
jurnal dll.
3. Metode Pengumpulan data
Karena penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif
maka penggumpulan datanya menggunakan berbagai literatur.
Sehingga, teknik yang relevan untuk digunakan adalah teknik
pengkumpulan data atau dokumentasi berbagai sumber primer
maupun sumber sekunder. Dokumenter juga digunakan dalam
penelitian sosial. Analisis dokumen adalah telaah sistematis atas
25
beberapa tujuan yang hendak dicapai, salah satunya adalah untuk
menilai perspektif gender yang dimunculkan dalam isi buku.
4. Analisis Data
Adapun tahap-tahap yang peneliti gunakan dalam pengolahan
isi adalah
a. Tahap deskripsi, yaitu menguraikan teks-teks dalam buku
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMA
dalam perspektif gender.
b. Tahap interpretasi, yaitu tahap dimana peneliti menjelaskan
teks-teks dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti tingkat SMA dalam perspektif gender.
c. Tahap analisis, yaitu tahapan peneliti menganalisis buku
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMA
dalam perspektif gender.
d. Kesimpulan, yaitu proses mengambil kesimpulan dari
pembahasan dalam buku Pedidikan Agama Islam Dan Budi
Pekerti tingkat SMA dalam perspektif gender.
G. Sistematika Pembahasan
Proses penulisan skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab guna untuk
mempermudah pembaca dalam memahami isi skripsi ini, diantaranya:
1. Bab I berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, metode penelitian, kajian pustaka dan sistematika
26
2. Bab II berisikan biografi naskah yaitu, biografi buku teks Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti terbitan dari Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan tahun 2014.
3. Bab III berisi deskripsi anatomi muatan naskah yaitu, muatan/ isi dari
buku teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terbitan dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014.
4. Bab IV berisikan mengenai pembahasan yaitu pembahasan mengenai
nilai-nilai kesetaraan gender buku teks Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti terbitan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
tahun 2014.
27 BAB II
BIOGRAFI NASKAH A. Identitas Buku
Buku teks PAI dan Budi Pekerti untuk SMA tahun 2014 merupakan buku
pelajaran yang diperuntukan bagi para peserta didik pada tingkat menengah
atas (SMA), yang disusun langsung oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Penyusunan buku ini mengacu pada
kurikulum 2013 yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang harus
dicapai peserta didik yaitu pada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang
telah disusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pada setiap awal materi terdapat kolom peta konsep yang menggambarkan
secara umum materi yang akan dibahas, materi yang dikembangkan
dalambuku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ini meliputi: 1) Aqidah
2) Akhlak dan Budi Pekerti 3) Fiqih 4) Sejarah Peradaban Islam 5) al-Qur‟an
dan Hadits.
Gambaran identitas buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti”
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Identitas Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas X
Judul Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Jenjang SMA/MA/SMK/MAK
Penyusun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
28
Tahun Terbit 2014
Penyedia Penerbit Pusat Kurikulum Perbukuan, Balitbang,
Kemdikbud
Kota Terbit Jakarta
Kontributor Naskah Endi Suhendi Zen dan Nelty Khairiyah
Penelaah Yusuf A. Hasan
Sumber: Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud, 2014)
Gambar 3.1
Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X
Adapun isi atau materi buku dibagimenjadi 12 bab untuk dua semester
berjalan, yaitu semester ganjil dan semester genap, dan setiap bab dijelaskan ke
dalam beberapa sub-bab yang disebut dengan isi buku.
Tabel 3.2
29
Judul Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Jenjang SMA/MA/SMK/MAK
Penyusun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia
Tahun Terbit 2014
Penyedia Penerbit Pusat Kurikulum Perbukuan, Balitbang,
Kemdikbud
Kota Terbit Jakarta
Kontributor Naskah Mustahdi dan Mustakim
Penelaah Yusuf A. Hasan dan Muh. Saerozi
Sumber: Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud, 2014)
Gambar 3.2
30
Adapun isi atau materi buku dibagimenjadi 11 bab untuk dua semester
berjalan, yaitu semester ganjil dan semester genap, dan setiap bab dijelaskan ke
dalam beberapa sub-bab yang disebut dengan isi buku.
Tabel 3.3
Identitas Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XII
Judul Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Jenjang SMA/MA/SMK/MAK
Penyusun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia
Tahun Terbit 2015
Penyedia Penerbit Pusat Kurikulum Perbukuan, Balitbang,
Kemdikbud
Kota Terbit Jakarta
Kontributor Naskah Feisal Ghozaly dan HA. Sholeh Dimyathi
Penelaah Dr. Marzuki, M.Ag dan Drs. Yusuf A. Hasan,
M.Ag.
31
Gambar 3.3
Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas XII
Adapun isi atau materi buku dibagimenjadi 10 bab untuk dua semester
berjalan, yaitu semester ganjil dan semester genap, dan setiap bab dijelaskan ke
dalam beberapa sub-bab yang disebut dengan isi buku.
B. Latar Belakang dan Tujuan Penyusunan Buku
Dalam penyusunan buku teks ajar pasti memiliki latar belakang atau
alasan tertentu yang disampaikan oleh penulis atau penyusun, latar belakang
dan tujuan tujuan dalam buku teks PAI dan Budi Pekerti ini dapat dilihat dari
kata pengantar yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Muhammad Nuh (2004: iii), sebagai berikut:
Misi utama (innama) pengutus nabi adalah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak. Ini dibuktikan bahwa di dalam al-Qur‟an ini digunakan struktur gramatikal yang menunjukkan sikap eksklusif misi pengutusan nabi. Sejalan dengan itu, dijelaskan al-Qur‟an bahwa beliau diutus hanyalah untuk menebarkan kasih sayang kepada semesta alam. Dalam struktur ajaran Islam, pendidikan akhlak adalah yang terpenting. Penguatan akidah adalah dasar. Sementara, ibadah adalah sarana, sedangkan tujuan akhirnya adalah pengembangan akhlak mulia. Nabi saw. Bersabda,”mukmin yang paling
32
sifat sifat kasih sayang sajalah yang bisa menjadi bukti kekuatan akidah dan kebaiakn ibadah.
Karena itu, pelajaran agama Islam diorientasikan kepada akhlak yang mulia dan hanya penuh kasih sayang kepada sesama muslim, melainkan kepada semua manusia, bahkan kepada segeap unsur alam semesta. Hal ini selaras dengan kurikulum 2013 yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi yang utuh antara pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Peserta didik tidak hanya diharapkan bertambah pengetahuan dan wawasannya, tetapi juga meningkat kecakapan dan ketrampilannya serta semakin mulia karakter dan kepribadianya.
Buku ini menjabarkan minimal yang harus dilakukan siswa ntuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013, siswa diajak menjadi berani untuk mencari sumber lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Peran guru dalam meningkatkan dan menyesuaikan daya serap siswa dengan ketersedian kegiataan pada buku ini sangat penting. Guru dapat memperkaya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam.
Implementasi terbatas kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2013/2014 telah mendapatkan tanggapan yang sangat positif dan masukan yang sangat berharga. Pengalaman tersebut dipergunakan semaksimal mungkin dalam menyiapkan buku untuk implementasi menyeluruh pada tahun ajaran 2014/2015 dan seterusnya. Walaupun demikian, sebagai edisi pertama, buku ini sangat terbuka dan perlu terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Untuk itu, kami mengundang para pembaca memberikan kritik, saran dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya. Atas kontribusi tersebut, kami ucapkan terimakasih. Mudah-mudahan kami dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia Merdeka (2045).
Melihat penyataan diatas yang disampaikan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan,dapat diketahui bahwa latar belakang
penyusunan buku pendidikan agama Islam dan budi pekerti tahun 2014 ini
adalah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak pada peserta didik yang
dimana hal ini selaras dengan kurikulum 2013 yang telah dirancang untuk
mengembangkan kompetensi yang utuh antara pengetahuan, sikap dan
ketrampilan. Disamping itu adanya penyusunan buku teks pendidikan
33
pengetahuan, wawasan, meningkatkan kecakapan dan ketrampilan serta
semakin mulia akhlak dan karakternya.
Sedangkan tujuan dari penyusunan buku ini yaitu berusaha untuk
memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang pengetahuan
agamanya, mengaktualisaikan dalam tindakan yang nyata dan sikap
keseharian mereka yang sesuai dengan tuntutan agamanya, baik dalam
ibadah mahdah maupun ibadah ghoiru mahdah, sehingga dapat
memberikan kontribusi yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan
dalam rangka mempersiapkan gerenasi seratus tahun Indonesia Merdeka.
C. Sistematika Buku
Buku ini memiliki ukuran A4 dengan ketebalan vi. Sampul buku dari
ketiga jilid berwarna hijau hijau muda yang membedakan adalah gambar sampul dan kelasnya. Bagian depan bertuliskan “Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti” yang dapat dijelaskan pada pengguna bahwa itu sebagai judul
buku, dibagian pojok kiri atas tertulis kementerian pendidikan dan kebudayaan
Republik Indonesia 2014, yang menunjukkan buku ini diterbitkan oleh
Kemendikbud RI tahun 2014 dan bagian pojok kanan atas tertulis kurikulum
2013. Di bagian pojok bawah sebelah kanan terdapat petunjuk bagi pengguna
buku yaitu untuk menunjukkan kelas dan tingkat jenjangnya.
Kemudian selanjutnya adalah halaman identitas buku yaitu tentang
Undang-Undang hak cipta, penegasan secara tertulis bahwa buku ini adalah
milik Negara dan tidak diperdagangkan, Katalog Dalam Terbitan (KTD),
34
halaman ini yaitu menjelaskan tentang cetakan buku dan karakter huruf yang
digunakan.
Halaman selanjutnya adalah kata pengantar yang langsung ditulias
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Muhammad Nuh. Pada kata
pengantar Muhammad Nuh menuliskan tentang struktur dari ajaran Islam,
menjelaskan bahwa pendidikan akhlak adalah yang terpenting dan
pengembangan akhlak mulia adalah hal yang terpenting dalam ajaran Islam
yang diselaraskan dengan kurikulum 2013 yang telah dirancang. Disamping
itu dalam kata pengantar dijelaskan tentang latar belakang dan tujuan
disusunnya buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ini sebagai proses
perbaikan pendidikan di Indonesia, selain itu Mendikbud juga menuliskan
mengundang para pembaca memberikan kritik, saran dan masukan untuk
perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya.
Pada bagian selanjutnya adalah bagian daftar isi, didalamnya berisi tentang
materi-materi yang akan dibahas pada halaman selanjutnya. Dalam daftar isi
tercantum urut dari bab pertama sampai bab terakhir yang dicantumkan
halaman secara urut dilengkapi sub bab perbabnya.
Setelah daftar isi yaitu pembahasan dari materi-materi pendidikan Agama
Islam, setiap materi atau bab diawali dengan halaman judul dan peta konsep
materi pelajaran yang akan dibahas. Kemudian setiap bab terdapat kolom “membuka relung hati” yang berisi cerita atau artikel dilengkapi dengan dalil
dari al-Qur‟an dan hadits beserta terjemahannya yang berkaitan dengan materi
35
yang berisi materi pembahasan yang menjadi kompetensi inti dan kompetensi dasar dari setiap babnya. Setiap akhir pembahasan terdapat “pesan-pesan
mulia” yang berisi cerita atau kisah inspiratif yang dapat dijadikan motivasi
bagi peserta didik.
Dibagian selanjutnya terdapat rangkuman yang dapat mempermudah
peserta didik untuk memahami point penting dari setiap pembahasan materi yang telah diulas dari setiap babnya dan diakhiri dengan “Evaluasi” berupa
bentuk latihan antara lain uji pemahaman, pilihan ganda, uraian, tugas
individu dan tugas kelompok, sebagaibahan evaluasi bagi peserta didik dalam
pemahaman materi yang telah dipelajari.
Pada bagian akhir buku terdapat daftar pustaka, yaitu daftar buku referensi
atau rujukan buku. Kemudian glosarium yang berisi istilah-istilah yang pada
buku lengkap beserta pengertiannya.
Sampul belakanag yang tertulis judul buku dan tujuan kelas buku tersebut digunakan, bagian pojok kanan atas tertulis “MILIK NEGARA TIDAK
36 BAB III
DESKRIPSI ANATOMI MUATAN NASKAH
A. Deskripsi Konten Materi
Dalam buku teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat
SMA/MA/SMK/MAK terdiri dari 12 bab untuk kelas X, 11 bab untuk kelas
XI dan 10 bab untuk kelas XII. Disetiap babnya,dilengkapi dengan peta
konsep dan rangkuman materi untuk mempermudah peserta didik dalam
memahami inti dari setiap materi pelajaran. Materi pelajaran yang dipaparkan
dalam buku ini diantaranya meliputi: 1) al-Qur‟an dan hadits 2) aqidah 3)
akhlak dan budi pekerti 4) fiqih 5) Sejarah Peradaban Islam, penyajian pada
buku ini juga terdapat beberapa rubrik yang dijadikan fokus aktivitas peserta
didik dalam memberikan penekanan-penekanan pada aktivitas belajar
mandiri kepada peserta didik yaitu dengan adanya fitur-fitur seperti: peta
konsep, membuka relung hati, memperkaya khazanah peserta didik, aktivitas
siswa, pesan mulia, dan evaluasi.
Deskripsi mengenai konten materi yang terkandung dalam buku
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah sebagai berikut:
1. Buku Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Kelas X
a. Bab 1, pembahasan materi pada bab pertama adalah materi Aqidah dengan tema “Aku Selalu Dekat dengan Allah SWT”. Pada
pembahasan ini meliputi beberapa bagian, antara lain:
1) Berisi peta konsep tentang Iman kepada Allah SWT, membuka
37
penjelasan materi tentang Iman kepada Allah SWT, makna asmaul
husna: al-Karim, al-Mukmin, al-Wakil, al-Matin, al-Jami‟, al-Adl,
al-Akhir.
2) Berisi tentang hikmah beriman kepada Allah SWT dan kisah inspiratif
yang terkait dengan materi, rangkuman materi yang menjelaskan point
penting dari materi yang telah dipaparkan dan lembar evaluasi yang
berisi latian soal.
3) Berisi nilai-nilai budi pekerti: religius, peduli sosial, peduli
lingkungan, jujur, mandiri, dan kerja keras.
b. Bab II, pembahasan yang disajikan adalah materi Akhlak dan budi pekerti yang bertema “Berbusana Muslim dan Muslimah Merupakan Cerminan
Kepribadian dan Keindahan Diri”. Penyajian materi dituangkan dalam
beberapa penjelasan, meliputi:
1) Berisi peta konsep tentang “Berbusana Muslim dan Muslimah
Merupakan Cerminan Kepribadian dan Keindahan Diri”, membuka
relung hati yaitu wacana yang terkait dengan materi pelajaran,
penjelasan materi berbusana muslim dan muslimah merupakan
cerminan kepribadian dan keindahan diri dilengkapi dengan dalil al-Qur‟an dan hadits beserta artinya.
2) Berisi rangkuman materi yang menjelaskan point penting dari materi
yang telah dipaparkan dan lembar evaluasi yang berisi uji pemahaman.
3) Berisi nilai-nilai budi pekerti: religius, tanggung jawab, peduli sosial
38
c. Bab III, pembahasan yang disajikan adalah materi Akhlak dan budi pekerti
yang bertema mempertahankan kejujuran sebagai cerminan kepribadian,
penjelasan materi dituangkan dalam beberapa bagian, diantaranya:
1) Berisi peta konsep yang bertema mempertahankan kejujuran sebagai
cermin kepribadian, membuka relung hati yaitu wacana yang sesuai
dengan tema materi pelajaran, mengkritisi sekitar kita, yaitu wacana
dan gambar sebagai fenomena yang muncul didalam masyarakat untuk
memperdalam materi yang akan dikaji.
2) Penjelasan materi mempertahankan kejujuran sebagai cermin
kepribadian dilengkapi dengan dalil al-Qur‟an dan hadits beserta
artinya, pesan-pesan mulia, yaitu kisah inspiratif terkait materi
pelajaran, rangkuman materi yang menjelaskan point penting dari
materi yang telah dipaparkan dan lembar evaluasi yang berisi uji
pemahaman.
3) Berisi nilai-nilai budi pekerti: religius, jujur, peduli sosial, peduli
lingkungan, dan tanggung jawab.
d. Bab IV, pembahasan yang disajikan adalah materi al-Qur‟an dan hadits yang bertema “al-Qur‟an dan Hadis adalah Pedoman Hidupku”, penjelasan
materi dibagi dalam beberapa bagian, diantaranya:
1) Berisi peta konsep yang bertema “al-Qur‟an dan Hadis adalah Pedoman Hidupku”, membuka relung hati yaitu wacana yang sesuai
dengan tema materi pelajaran, mengkritisi sekitar kita yaitu wacana
dan gambar sebagai fenomena yang muncul didalam masyarakat untuk
39
bertema “al-Qur‟an dan Hadis adalah Pedoman Hidupku” dilengakapi
dengan dalil al-Qur‟an dan hadis beserta artinya,
2) Berisi pesan-pesan mulia yaitu kisah inspiratif yang terkait dengan
tema pelajaran, menerapkan perilaku mulia yaitu contoh yang
tergambar dalam aktivitas sehari-hari sesui dengan tema pelajaran,
rangkuman materi yang menjelaskan point penting dari materi yang
telah dipaparkan dan lembar evaluasi yang berisi uji pemahaman.
3) Berisi nilai-nilai budi pekerti: religius, gemar membaca, rasa ingin
tahu, peduli sosial dan peduli lingkungan.
e. Bab V, pembahasan yang disajikan adalah materi sejarah peradaban Islam yang bertema “Meneladani Perjuangan Rasulullah Saw di Mekah”,
adapun penyajian materinya adalah sebagai berikut:
1) Berisi peta konsep yang bertema “Meneladani Perjuangan Rasulullah
saw di Mekah”, membuka relung hati yaitu wacana yang sesuai
dengan materi pelajaran, mengkritisi sekitar kita yaitu yaitu wacana
dan gambar sebagai fenomena yang muncul didalam masyarakat untuk
memperdalam materi yang akan dikaji.
2) Berisi penjelasan materi yang bertema “Meneladani Perjuangan
Rasulullah saw di Mekah” dilengkapi dengan dalil al-Qur‟an dan hadis
beserta artinya, menerapkan perilaku mulia yaitu perilaku yang dapat
diteladani dari materi yang telah dikaji dalam kehidupan
sehari-hari,rangkuman materi yang menjelaskan point penting dari materi
40
3) Berisi nilai-nilai budi pekerti: religius, kerja keras, demokratis, peduli
sosial, peduli lingkungan, disiplin dan kreatif.
f. Bab VI, pembahasan yang disajikan adalah materi al-Qur‟an dan hadis dengan tema “Meniti Hidup dengan Kemuliaan”, penjelasan materinya
adalah sebagai berikut:
1) Berisi peta konsep tentang “meniti hidup dengan kemuliaan”,
membuka relung hati yaitu wacana yang sesuai dengan materi
pelajaran, mengkritisi sekitar kita yaitu gejala yang terjadi di
masyarakat kita berkaitan dengan tema materi pelajaran, penjelasan
materi tentang analisis dari surat al-Anfal ayat 72, al-Hujurat ayat 10,
al-Hujurat ayat 12, dilengkapi dengan memahami hukum tajwid
beserta cara membacanya.
2) penjelasan materi tentang pengendalian diri, prasangka baik dan
persaudaraan dalam kehidupan sehari-hari yang dijelaskan dalam surat
al-Anfal ayat 72, al-Hujurat ayat 10, al-Hujurat ayat 12, beserta hadis
yang terkait, pesan-pesan mulia yaitu pelajaran yang terkandung
didalam sebuah cerita yang sesuai dengan materi pelajaran dan
memerapkan perilaku mulia yaitu contoh perilaku yang mencerminkan
sikap sesui dengan tema pelajaran, rangkuman materi yang
menjelaskan point penting dari materi yang telah dipaparkan dan
lembar evaluasi yang berisi uji penerapan dan uji pemahaman.
3) Berisi nilai-nilai budi pekerti: religius, peduli sosial, bersahabat/
41
g. Bab VII, pembahasan yang disajikan adalah materi Aqidah yang tema “Malaikat Selalu Bersamaku”, penyajian materi dijelaskan dalam
beberapa bagian, diantaranya:
1) Berisi peta konsep dengan tema “Malaikat Selalu Bersamaku”,
membuka relung hati yaitu wacana yang terkait dengan materi
pelajaran, mengkritisi sekitar kita yaitu gambar dan wacana sebagai
fenomena yang muncul didalam masyarakat untuk memperdalam
materi yang akan dikaji, penjelasan materi tentang “Malaikat Selalu Bersamaku” lengkap dengan dalil al-Qur‟an dan hadis berserta
artinya.
2) Berisi pesan-pesan mulia yaitu pelajaran yang terkandung didalam
sebuah cerita yang sesuai dengan materi pelajaran dan memerapkan
perilaku mulia yaitu contoh perilaku yang mencerminkan sikap sesui
dengan tema pelajaran, rangkuman materi yang menjelaskan point
penting dari materi yang telah dipaparkan dan lembar evaluasi yang
berisi uji penerapan dan uji pemahaman.
3) Berisi nilai-nilai budi pekerti: religius, tanggung jawab, disiplin, dan
peduli sosial.
h. Bab VIII, pembahasan yang disajikan adalah materi akhlak dan budi pekerti yang tema “Sayang, Patuh, dan Hormat kepada Orang Tua dan
Guru”, menyajian materinya adalah sebagai berikut:
1) Berisi peta konsep dengan tema “Sayang, Patuh, dan Hormat kepada
Orang Tua dan Guru”, membuka relung hati yaitu wacana dan
42
yaitu gambar dan wacana sebagai fenomena yang muncul didalam
masyarakat untuk memperdalam materi yang akan dikaji, penjelasan materi tentang “Sayang, Patuh, dan Hormat kepada Orang Tua dan
Guru” lengkap dengan dalil al-Qur‟an dan hadis berserta artinya.
2) Berisi pesan-pesan mulia yaitu pelajaran yang terkandung didalam
sebuah cerita yang sesuai dengan materi pelajaran dan memerapkan
perilaku mulia yaitu contoh perilaku yang mencerminkan sikap sesui
dengan tema pelajaran, rangkuman materi yang menjelaskan point
penting dari materi yang telah dipaparkan dan lembar evaluasi yang
berisi uji penerapan dan uji pemahaman.
3) Berisi nilai-nilai budi pekerti: religius, peduli sosial, jujur,
bersahabat/komunikatif, dan menghargai prestasi.
i. Bab IX, pembahasan yang disajiakan adalah materi fiqih yang tema “Mengelola Wakaf dengan Penuh Amanah”, penyajian materi
dipaparkan beberapa bagian, yaitu sebagai berikut:
1) Berisi peta konsep dengan tema “Mengelola Wakaf dengan Penuh
Amanah”, membuka relung hati yaitu wacana dan gambar yang sesui
dengan materi pelajaran, mengkritisi sekitar kita yaitu gambar dan
wacana sebagai fenomena yang muncul didalam masyarakat untuk
memperdalam materi yang akan dikaji.
2) Berisi penjelasan materi tentang “Mengelola Wakaf dengan Penuh Amanah” lengkap dengan dalil al-Qur‟an dan hadis berserta artinya,
pesan-pesan mulia yaitu pelajaran yang terkandung didalam sebuah
43
mulia yaitu contoh perilaku yang mencerminkan sikap sesui dengan
tema pelajaran, rangkuman materi yang menjelaskan point penting
dari materi yang telah dipaparkan dan lembar evaluasi yang berisi uji
penerapan dan uji pemahaman.
3) Berisi nilai-nilai budi pekerti: religius, peduli sosial, peduli
lingkungan, dan cinta damai.
j. Bab X, pembahasan yang disajikan adalah materi Sejarah Peradaban
Islam yang bertema “Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah saw dai Madinah”, penjelasan materi dipaparkan dalam beberapa bagian,
yaitu:
1) Berisi peta konsep dengan tema “Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah saw dai Madinah”, membuka relung hati yaitu wacana
dan gambar yang sesui dengan materi pelajaran, penjelasan materi “Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah saw dai Madinah”
dilengkapi dengan dalil al-Qur‟an dan hadits beserta artinya.
2) Berisi menerapkan perilaku mulia yaitu contoh perilaku yang
mencerminkan sikap sesui dengan tema pelajaran, rangkuman
materi yang menjelaskan point penting dari materi yang telah
dipaparkan dan lembar evaluasi yang berisi uji pemahaman.
3) Berisi nilai-nilai budi pekerti: kerja keras, semangat kebangsaan,
peduli sosial, peduli lingkungan, menghargai prestasi dan