• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Pengembangan Diri Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Dabin I Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang T2 942009046 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Pengembangan Diri Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Dabin I Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang T2 942009046 BAB IV"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

47

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Tempat dan Subjek Penelitian

Penelitian ini melibatkan delapan sekolah dasar di wilayah Dabin I Kecamatan Pakis. Responden dalam penelitian ini 18 orang yang terdiri dari 8 orang kepala sekolah, 8 orang guru, dan 2 orang pengawas TK/SD di wilayah Kecamatan Pakis. Jadi masing-masing kepala sekolah diikutkan sebagai responden, sementara guru diambil masing-masing satu orang dari setiap sekolah dasar berdasarkan pengetahuan terhadap program Pengembangan Diri tersebut atas dasar informasi dari kepala sekolahnya.

(2)

48

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dimulai sejak minggu kedua bulan Januari 2012 dengan melakukan survei awal ke beberapa sekolah. Pengambilan data dimulai sejak minggu kedua Januari 2012 tersebut dan berakhir pada awal bulan Mei 2012. Setelah peneliti menyusun pedoman wawancara, Peneliti melakukan wawancara dengan subjek. Sedangkan untuk pengamatan, dilakukan dengan datang di sekolah-sekolah pada saat jam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Diri sesuai jadwal pelajaran pada masing-masing sekolah. Selain itu Peneliti juga melakukan wawancara terhadap beberapa orang siswa untuk mencari informasi tentang pelaksanaan kegiatan Pengembangan Diri di sekolahnya.

Selain melakukan wawancara dan

pengamatan, peneliti juga melakukan studi dokumentasi. Peneliti meminjam dokumen KTSP dari masing-masing sekolah untuk mengetahui apakah Pengembangan Diri sudah dicantumkan di

dalam dokumen KTSP dan bagaimana

(3)

49

inteligensi, bakat, minat; identitas keluarga; riwayat kesehatan; nilai hasil belajar; riwayat pendidikan; pekerjaan orang tua/keluarga; catatan prestasti non akademik siswa, catatan perkembangan fisik (berat dan tinggi badan) dan lain-lain. Buku rapor juga menjadi perhatian Peneliti untuk mengetahui bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa ditulis sebagai laporan kepada pihak-pihak yang memerlukan, terutama orang tua siswa.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam kegiatan ini Peneliti merangkum hasil wawancara, pengamatan dan studi dokumentasi untuk mengambil data yang diperlukan yaitu

pemahaman subjek tentang pengertian

Pengembangan Diri dan kebijakan pemerintah mengenai Pengembangan Diri, penyususan panduan pelaksanaan Pengembangan Diri, pelaksanaan Pengembangan Diri, dan kendala-kendala dalam pelaksanaannya. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Konsepsi tentang Pengembangan Diri di Sekolah

(4)

50

[image:4.516.86.432.90.638.2]

Pengembangan Diri. Hanya Pengawas Satuan Pendidikan TK/SD (11%) yang sudah memahami pengertian Pengembangan Diri sesuai yang dimaksud dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 (KTSP). Beberapa pemahaman tersebut tampak pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2. Pemahaman Responden terhadap Pengertian Pengembangan Diri

Pengembangan Diri

Sesuai KTSP

Sebagai

Pembia-saan

Sebagai Ekstra-kurikuler

Sebagai Layanan Konseling

f 2 6 10 0

Prosentase 11 33 56 0

Dari tabel di atas dapat diketahui

pemahaman respoden tentang konsep

Pengembangan Diri yaitu:

(5)

51

membuang sampah pada tempatnya,

pemeriksaan rambut, gigi dan kuku, menggunakan WC dengan benar, melakukan upacara bendera, senam bersama, berpakaian bersih dan rapi, berbahasa yang baik dan sopan, rajin membaca, dan lain-lain.

b. Pengembangan Diri adalah kegiatan ekstrakurikuler saja. Sebagian besar sebanyak 56% subjek memahami Pengembangan Diri sebagai kegiatan pengembangan bakat dan minat siswa berupa kegiatan Pramuka, seni, dan olah raga prestasi. Subjek dapat menjelaskan sedikit mengapa kegiatan tersebut masuk Pengembangan Diri. Beberapa guru memandang bahwa olah raga masuk dalam Pengembangan Diri karena banyak nilai yang dapat diperoleh dengan kegiatan olah raga prestasi. Misalnya melatih sportivitas, kejujuran, kedisiplinan, kerjasama, dsb. Dalam kegiatan kepramukaan, juga banyak kegiatan yang berkaitan pengembangan kepribadian siswa, misalnya kejujuran, kedisiplinan, toleransi, kerjasama, dsb. Sementara di bidang seni membuat siswa dapat menghargai keindahan, kebudayaan orang lain, dan melatih kedisiplinan juga. c. Tidak ada guru dan kepala sekolah (0%) yang

(6)

52

menyatakan bahwa layanan konseling memang merupakan salah satu tugas guru selain mengajar. Menurut mereka, membimbing siswa memang salah satu tugas pendidik (UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 39 ayat 2). Subjek kurang menyadari/memahami bahwa salah satu cara Pengembangan Diri siswa adalah dengan kegiatan Layanan Konseling. Konsep layanan konseling seperti dalam buku panduan Pengembangan Diri belum dipahami dengan baik. Menurut hasil wawancara, layanan konseling dipahami sebagian besar subjek secara sempit. Mereka berpendapat bahwa layanan konseling hanya dalam hal memberikan nasehat serta teguran terhadap siswa yang berkelakuan buruk. Kegiatan semacam itulah yang dipahami sebagai kegiatan konseling. Hal ini nampak dari salah satu pernyataan responden sebagai berikut:

“kalau yang namanya bimbingan konseling itu ya kegiatan guru dalam menasehati dan menegur siswa yang melanggar aturan di sekolah saja. Kesalahan siswa di rumah bukanlah tanggung jawab guru di sekolah. Jadi guru hanya bertanggung jawab atas perilaku siswa di sekolah saja”.

(7)

53

masih sangat terbatas, karena apa yang dilakukan oleh guru baru merupakan salah satu dari layanan konseling. Guru kelas belum mampu melaksanakan kegiatan konseling sebagaimana layaknya konselor seperti yang dimaksud dalam buku Model dan Contoh Pengembangan Diri di Sekolah Dasar (Puskur: 2007), yang meliputi layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten, konseling perorangan, konseling kelompok, konsultasi, dan layanan mediasi serta kegiatan pendukung berupa aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, tampilan kepustakaan, dan alih tangan kasus.

Diantara jenis-jenis layanan konseling tersebut yang sudah dilaksanakan oleh guru adalah kunjungan rumah. Kunjungan rumah itupun hanya dilakukan sesekali ketika ada masalah pada siswa yang dikunjungi. Misalnya siswa tidak masuk beberapa hari tanpa ada ijin, membuat kenakalan yang cukup serius di sekolah, dan sebagainya.

(8)

54

lomba pada bidang kepramukaan, olah raga dan seni, serta bidang akademik seperti lomba olimpiade sains dan matematika. Lomba di bidang yang berkaitan dengan layanan konseling belum pernah ada. Perhatian pemerintah daerah untuk mendukung kegiatan layanan konseling, seperti penyediaan konselor pada masing-masing sekolah atau beberapa sekolah, atau sosialisasi penyelenggaraan layanan konseling di sekolah dasar sampai saat ini masih belum ada.

(9)

55

Upacara; Pesta Siaga; Lomba Tingkat II (LT-II Pramuka Penggalang); Lomba Siswa Teladan; Lomba Mata Pelajaran Agama dan Seni Islami (MAPSI) dan Lomba Dokter Kecil. Dari Dinas

Pariwisata Kabupaten Magelang,

menyelenggarakan Festival Gerak Lagu Dolanan yang merupakan agenda rutin tiap tahun.

(10)

56

Kadangkala ada beberapa sekolah yang beruntung menemukan siswa-siswa berbakat baik dalam bidang akademik, keolahragaan maupun di bidang seni. Apalagi dari rumah sudah ada pembinaan (diikutkan les oleh orang tuanya atau di masyarakat sekitar terdapat wahana pengembangan bakat seperti adanya perkumpulan seni atau adanya sarana prasarana olahraga). Dengan waktu pembinaan yang relatif singkat, sekolah sudah mampu melahirkan juara-juara di tingkat kecamatan maupun di tingkat lebih atas. Sayangnya keberuntungan ini tidak selalu berpihak setiap tahun di sekolah tersebut sehingga tidak setiap tahun bisa melahirkan juara. Terdapat satu sekolah yang sering menjadi langganan juara di berbagai lomba. Hal ini bukan karena penyelenggaraan program Pengembangan Diri yang baik, namun lebih dikarenakan banyaknya sumber daya siswa (jumlah siswanya banyak) yang memungkinkan banyak pilihan siswa yang berpotensi. Selain itu, keintensifan waktu pembinaan, dan kemampuan sekolah menghadirkan pelatih ahli di bidangnya sehingga mampu mendukung lahirnya juara-juara pada masing-masing lomba.

(11)

57

Diri tersebut. Hal ini terlihat tidak adanya rutinitas pembinaan di sebagian besar sekolah. Sesungguhnya jika sekolah merasa bahwa Pengembangan Diri itu penting bagi bekal siswa dalam meniti kehidupan, penyelenggaraan tidak harus ketika akan ada lomba saja, tetapi rutin terprogram secara baik.

Ada juga guru yang menyatakan bahwa keikutsertaan pada lomba-lomba yang diadakan oleh pemerintah daerah karena adanya keterpaksaan mengikuti. Pihak sekolah malu karena dana BOS yang dapat untuk membiayai kegiatan tersebut sudah tersedia. Dalam hal persiapan lomba inipun tidak semua guru mau menyiapkan secara serius karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, waktu, dan fasilitas.

2. Pelaksanaan Pengembangan Diri Siswa di Sekolah Dasar

(12)

58

[image:12.516.87.431.75.651.2]

sarana. Baru ada dua SD yang mempunyai mushalla sendiri. Bagi yang belum memiliki, biasanya memanfaatkan ruang di sekolah yang kosong atau ke masjid terdekat. Untuk kegiatan spontan dan keteladanan, semua SD sudah melaksanakannya.

Tabel 3. Bentuk Pelaksanaan Pengembangan Diri Tidak Terprogram

No Nama SD Rutin Spontan Keteladanan

1 Pakis V (sudah

mempunyai mushala)

V V

2 Bawang V (sudah mempunyai

mushala)

V V

3 Rejosari V V V

4 Losari V V V

5 Wiropati V V V

6 Banyusidi V V V

7 Gejayan V V V

8 Krasak V V V

(13)

59

slogan-slogan tertulis yang bisa dibuat baik oleh siswa maupun guru, kegiatan tersebut sudah bisa dilakukan.

Pengembangan Diri yang terprogram membutuhkan perencanaan, penyelenggaraan, penilaian, dan pengawasan yang cukup rumit

secara administratif maupun dalam

pelaksanaannya maka sebagian besar SD belum melaksanakan dengan maksimal. Diantara banyak kegiatan Pengembangan Diri yang terprogram tersebut bagian yang dirasa oleh guru dan kepala sekolah sulit dilaksanakan adalah dalam penyusunan rencana program layanan konseling dan ekstrakurikuler. Selama ini memang sekolah telah diakui melaksanakan kegiatan layanan konseling dan ekstra kurikuler, tetapi kegiatan tersebut tidak diprogramkan dengan baik, sekedar berjalan. Dari hasil penelusuran atas pedoman salah satu pelaksanaan program Pengembangan Diri, yaitu pramuka belum ada jadwal program kerja secara rinci. Memang buku pedoman pembinaan kepramukaan sudah ada di masing-masing sekolah tetapi jadwal pencapaian target-target pada masing-masing kegiatan atau pertemuan, tidak ada.

(14)

60

a. Pelaksanaan Layanan Konseling dan Layanan Kegiatan Pendukung Konseling

Hasil penelitian tentang layanan konseling dan kegiatan pendukung konseling di sekolah dasar di wilayah Dabin I Kecamatan Pakis dibagi dalam empat hal yaitu perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan.

1) Perencanaan

Dalam perencanaan kegiatan layanan konseling, masih terbatas pada pencantuman layanan dalam dokumen KTSP. Dari 8 sekolah di Dabin 1 Kecamatan Pakis yang diteliti, perencanaan program yang disusun secara tahunan, semesteran, bulanan, dan mingguan, bahkan sampai harian belum ada yang menyusun. Akan tetapi semua sekolah telah mencantumkan Pengembangan Diri secara terjadwal pada masing-masing kelas dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (termasuk di dalamnya ekstrakurikuler).

(15)

61

program Pengembangan Diri dengan baik. Dari kenyataaan di atas nampak bahwa

sekolah belum mampu menyusun

perencanaan layanan konseling dan kegiatan pendukungnya dengan baik. Semua sekolah belum menyusun Satuan Layanan (SATLAN), Satuan Pendukung (SATKUNG) dan Laporan Pelaksanaan Program (LAPELPROG) untuk layanan konseling.

(16)

62

bimbingan, buku laporan kenaikan/ kelulusan, dan lain-lain. Ini menunjukkan kurangnya perhatian baik kepala sekolah maupun guru akan pentingnya layanan konseling.

2) Pelaksanaan

[image:16.516.87.430.79.536.2]
(17)
[image:17.516.87.436.125.635.2]

63

Tabel 4. Penggunaan Alokasi Waktu untuk Pengembangan Diri

dalam Jadwal Kelas

No Nama SD Alokasi

Waktu Penggunaan

1 Pakis 2 jp hari Sabtu

Kegiatan

ekstrakurikuler 2 Bawang 2 jp hari

Sabtu

Kegiatan

ekstrakurikuler 3 Rejosari 2 jp hari

Sabtu

Kegiatan akademik, kegiatan ekstra kalau akan lomba saja

4 Losari 2 jp hari Sabtu

Kegiatan akademik, kegiatan ekstra kalau akan lomba saja

5 Wiropati 2 jp hari Sabtu

Kegiatan akademik, kegiatan ekstra kalau akan lomba saja

6 Banyusidi 2 jp hari Jumat

Kegiatan akademik, ekstra Pramuka hari Jumat tapi di luar jam reguler, ekstra yang lain kalau akan lomba saja

7 Gejayan 2 jp hari Jumat

Kegiatan akademik, kegiatan ekstra kalau akan lomba saja

8 Krasak 2 jp hari Sabtu

Kegiatan

ekstrakurikuler

(18)

64

wilayah Dabin I Kecamatan Pakis nampak pelaksanaan konseling belum maksimal. Realitas implementasi layanan Konseling di SD di wilayah Dabin I Kecamatan Pakis jauh dari apa yang seharusnya bisa diterapkan di tingkat pendidikan dasar. Semua SD baru melaksanakan sebagian dari bidang layanan konseling dan kegiatan pendukung konseling. Layanan konseling tersebut dilakukan oleh guru kelas biasanya dalam bentuk bimbingan individual dan klasikal. Layanan konseling belum dilakukan secara rutin sesuai jadwal yang ada, yaitu dua jam pelajaran perminggu untuk Pengembangan Diri yang dibagi dalam dua kegiatan yaitu layanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler.

(19)

65

untuk usia mereka (bimbingan pribadi-sosial), ketika masa-masa menghadapi ulangan atau ujian (bimbingan belajar) serta masa-masa persiapan memilih sekolah lanjutan yang sesuai (bimbingan karier).

(20)

66

Untuk layanan kegiatan pendukung konseling masih sebagian saja yang terlaksana, seperti aplikasi instrumentasi yang pernah dilakukan di SD-SD di wilayah Dabin I Kecamatan Pakis adalah tes IQ. Tes ini dilakukan oleh pihak luar sekolah, namun kegiatan ini tidak dilaksanakan secara rutin/berkala. Selain itu, terdapat dua SD (itupun hanya pada kelas tertentu) yang sudah melakukan tes sosiometri setiap pergantian tahun ajaran. Hal ini dapat dilihat pada papan pajangan yang ada di dalam kelas. Himpunan data berupa data masing-masing siswa (terdapat dalam buku Daftar Kelas masing-masing guru) sudah ada di semua sekolah. Kunjungan rumah (sebagian kecil guru membuat buku kunjung) juga merupakan kegiatan pendukung yang sudah dilakukan hampir di seluruh SD di wilayah Dabin I Kecamatan Pakis. Untuk kegiatan konferensi kasus, tampilan kepustakaan, dan alih tangan kasus, belum ada SD yang melakukan.

(21)

67

setiap siswa. Padahal, setiap siswa pasti memiliki permasalahan meskipun tingkatan kesulitan masalah yang mereka hadapi berbeda-beda. Masih banyak guru di sekolah dasar hanya memperhatikan kemampuan akademik siswa tanpa melihat latar belakang yang dimiliki siswa. Jika ada siswa yang selalu mendapat nilai jelek, yang dilakukan guru adalah melakukan perbaikan nilai melalui remedial test atau remedial teaching saja. Rata-rata guru di wilayah Dabin I Kecamatan Pakis jarang yang melakukan penelusuran terhadap latar belakang atau penyebab masalah siswa tersebut. Atau ketika guru mengetahui latar belakang keluarga seorang siswa yang bermasalah, bukan layanan konseling yang dicoba untuk diberikan oleh guru ataupun pihak sekolah namun terkadang justru terkesan tidak mau tahu atau tidak tahu tindakan apa yang sebaiknya dilakukan.

(22)

68

Hampir semua guru mengusulkan adanya guru khusus yang diangkat untuk hal tersebut. Mereka juga mengusulkan apabila kegiatan konseling harus ditangani oleh guru kelas, pemerintah dihimbau untuk mengadakan training atau workshop yang cukup intensif tentang hal tersebut. Dalam pada itu semua guru juga merasa berat jika tugas tentang pembimbingan layaknya konselor tersebut diserahkan kepada mereka. Mereka mengusulkan agar ada seorang guru bimbingan dan konseling di setiap sekolah.

3) Penilaian

(23)

69

cara menuliskan nilai layanan konseling untuk siswa, dan memang dalam memberikan layanan konseling, guru belum melakukan penilaian terhadap siswa yang dibimbing.

Hampir semua guru dan kepala sekolah yang terpikir bagi siswanya adalah bagaimana kegiatan di sekolah dapat mendukung sedemikian rupa sehingga nilai ujian akhir khususnya Ujian Nasional adalah yang terbaik. Dengan kata lain, nilai akademik masih tetap dipandang sebagai hal terpenting oleh pihak guru atau kepala sekolah. Hal ini nampak pada jawaban salah satu guru atas pertanyaan peneliti tentang tidak adanya nilai rapor pada kegiatan Pengembangan Diri di sekolahnya.

“Memangnya harus diisi ya nilai

Pengembangan Diri? Saya belum pernah mengisinya. Lha wong menghitung nilai pelajaran saja kalau pas membuat rapor sudah repot kok. Nggak usah ditambah

kegiatan macam-macam. Yang penting

nantinya anak-anak bisa lulus semua, kalau bisa ya dengan nilai yang baik.”

(24)

70

diberikan kepada siswanya. Rata-rata hanya membicarakan kenakalan atau keistimewaan siswanya, akan tetapi tidak sekaligus mencari solusi penanganannya. Evaluasi terhadap keterlaksanaan program layanan kurang diperhatikan. Hal ini terbukti dari penyelenggaraan kegiatan yang tidak begitu banyak perubahan dari waktu ke waktu sehingga tidak nampak perubahan perilaku pada siswa yang mendapat layanan konseling.

4) Pengawasan

(25)

71

b. Pelaksanaan Layanan Kegiatan

Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler sebagai bagian tak terpisahkan dari proses pembelajaran di sekolah tentunya memerlukan dukungan dari

berbagai komponen. Anwar dalam

Hermansyah (2004) mengemukakan beberapa

komponen yang diperlukan dalam

pembelajaran yaitu (1) sumber daya manusia (kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, dan siswa), (2) kurikulum dan bahan pembelajaran, (3) sarana dan prasarana, (4) alat bantu belajar, dan (5) sumber-sumber pembiayaan operasional pendidikan.

(26)

72

1) Perencanaan

Hasil kajian di Dabin I Kecamatan Pakis menunjukkan bahwa dari 8 sekolah dasar, baru terdapat 2 jenis kegiatan ekstra yang dilakukan oleh sekolah. Kedua jenis kegiatan ekstra tersebut adalah krida yang bentuknya Pramuka, senam dan Paskibra, serta latihan/lomba keberbakatan/prestasi di bidang olahraga, seni dan keagamaan. Hal ini disebabkan eleh keterbatasan kemampuan guru dalam menerjemahkan aspek-aspek kegiatan yang termasuk dalam kegiatan ekstrakurikuler dan terbatasnya jumlah dan kemampuan guru.

(27)

73

2) Pelaksanaan

Semua SD telah mengalokasikan

waktu khusus untuk kegiatan

ekstrakurikuler pada jam Pengembangan Diri. Rata-rata di hari Sabtu dan ada yang di hari Jumat. Pada hari tersebut terdapat tiga SD yang telah menyelenggarakan beberapa kegiatan ekstrakurikuler yaitu drumband untuk kelas 4-6, latihan keberbakatan /prestasi (renang, volley dan bulu tangkis) untuk kelas 1- 6, latihan paskibra, senam dan Pramuka. Sementara itu, SD-SD yang lain mencantumkan waktu khusus kegiatan ekstrakurikuler pada jadwal namun belum melaksanakan sesuai yang tercantum. Rata-rata hanya melakukan kegiatan senam dan latihan Paskibra yang setiap hari Senin selalu digunakan untuk melaksanakan upacara bendera. Kegiatan ekstra tersebut rata-rata diampu oleh guru kelas maupun guru mapel (olahraga dan agama), namun ada dua SD yang sudah mengalokasikan dana khusus untuk mendatangkan pelatih dari luar yaitu pelatih drumband dan pelatih Pramuka.

(28)

74

ada SD di wilayah Dabin I Kecamatan Pakis yang menyelenggarakannya. Hal ini dikarenakan keterbatasan guru dan kepala sekolah dalam memahami konsep jenis kegiatan tersebut. Misalnya, Guru dan Kepala Sekolah belum memahami secara mantap tentang kegiatan karya ilmiah dan seminar/lokakarya/pameran/bazaar apa yang bisa dilakukan dan cocok untuk anak Sekolah Dasar. Di samping itu juga karena keterbatasan kemampuan guru dan kepala sekolah untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut.

(29)

75

Tiap tahun di masing-masing SD selalu mampu meraih prestasi dalam even-even lomba. Ada yang baru mencapai tingkat kecamatan, namun ada yang sudah sampai di tingkat propinsi. Kenyataan ini sangat kontras dengan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yang belum maksimal. Ternyata, sebagian besar SD mampu berprestasi karena untuk menghadapi lomba, sekolah memilih beberapa siswa berbakat untuk dilatih secara intensif. Oleh karena hanya siswa-siswi tertentu saja yang mendapat pelatihan, tentu saja ini merugikan bagi sebagian besar siswa di sekolah tersebut karena mereka tidak terlayani bakat dan minatnya.

(30)

76

Dabin I Kecamatan Pakis telah membuat buku tersebut karena dibutuhkan dalam akreditasi.

[image:30.516.87.432.116.630.2]

Sebagian besar sekolah dasar di wilayah Dabin I Kecamatan Pakis masih belum mengalokasikan dana khusus penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler. Baru dua SD yang menganggarkan untuk pembiayaan kegiatan ekstrakurikuler. SD-SD yang lain hanya menganggarkan dana transportasi dan akomodasi lomba.

Tabel 5. Pembiayaan Kegiatan Ekstrakurikuler

No Nama SD Alokasi Dana Penggunaan

1 Pakis Menganggarkan Honor pelatih, biaya kegiatan rutin, sarana prasarana, transportasi dan akomodasi lomba

2 Bawang Menganggarkan Honor pelatih, biaya kegiatan rutin, sarana prasarana, transportasi dan akomodasi lomba

3 Rejosari Menganggarkan transportasi dan akomodasi lomba

(31)

77

No Nama SD Alokasi Dana Penggunaan

5 Wiropati Menganggarkan transportasi dan akomodasi lomba

6 Banyusidi Menganggarkan transportasi dan akomodasi lomba

7 Gejayan Menganggarkan transportasi dan akomodasi lomba

8 Krasak Menganggarkan transportasi dan akomodasi lomba

Anggaran biaya untuk sarana dan prasarana kegiatan ekstrakurikuler biasanya menjadi satu dengan anggaran untuk pembelajaran di kelas. Misalnya, peralatan olahraga. Biasanya alat olahraga digunakan untuk pembelajaran dan juga untuk sarana kegiatan ekstrakurikuler. Meskipun jenis alatnya lengkap, namun kurang dalam jumlah. Rasio jumlah alat dengan jumlah siswa tidak sebanding. Hal ini menunjukkan bahwa alokasi dana yang tersedia untuk kegiatan ekstrakurikuler masih terbatas, belum teranggar secara maksimal.

3) Penilaian

(32)

78

kegiatan wajib atau kegiatan pilihan/ fakultatif. Temuan menunjukkan bahwa memang semua SD di Dabin I tersebut belum ada penilaian bagi siswa peserta kegiatan. Untuk penilaian keikutsertaan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler maupun catatan kemajuan siswa di masing-masing sekolah, belum ada. Di dalam rapor pun belum ada penilaian untuk Pengembangan Diri seperti dicontohkan dalam buku panduan Model dan Contoh Pengembangan Diri di Sekolah Dasar terbitan Puskur tahun 2007. Pada kolom penilaian Pengembangan Diri, rata-rata kosong (tidak diisi) sebagaimana penilaian layanan konseling. Hal ini juga dikarenakan ketidaktahuan guru tentang cara menuliskan nilai Pengembangan Diri, dan memang dalam menyelenggarakan Pengembangan Diri siswa belum dinilai.

4) Pengawasan

(33)

79

lanjut yang memungkinkan terjadi peningkatan mutu layanan maupun mutu prestasi. Kalaupun ada, hanya dalam hal mengintensifkan kegiatan pelatihan jika akan ada lomba. Hal ini dikarenakan keterbatasan dana untuk membiayai kegiatan ekstrakurikuler dan keterbatasan sarana maupun fasilitas yang mendukung.

3. Kendala-kendala dalam Penyelenggaraan Pengembangan Diri di Sekolah

Berdasarkan hasil wawancara, terdapat kendala-kendala dalam penyelenggaraan program Pengembangan Diri yang meliputi pemahaman terhadap konsep Pengembangan Diri, penyusunan program, dan pelaksanaan program. Kendala-kendala tersebut adalah:

- Tidak adanya panduan pelaksanaan Program Pengembangan Diri di sekolah di wilayah Dabin I Kecamatan Pakis, sehingga baik Kepala Sekolah maupun guru hanya melaksanakan kegiatan Pengembangan Diri sesuai pengetahuan mereka masing-masing. - Kurangnya sosialisasi tentang bagaimana

(34)

80

- Sebagian besar guru tidak memandang penting program Pengembangan Diri secara rutin tetapi lebih mementingkan kegiatan akademik.

- Guru dan Kepala Sekolah merasa beban mengajar dan administrasi sudah terlalu banyak sehingga tidak merasa penting untuk menyusun program Pengembangan Diri.

- Orientasi Pengembangan Diri (khususnya kegiatan ekstrakurikuler) masih pada kepentingan sekolah belum memihak kepada siswa. Kegiatan tidak rutin pun telah membuahkan hasil (prestasi dalam lomba), sehingga sekolah-sekolah merasa kurang perlu bersusah payah menyelenggarakan Pengembangan Diri dengan baik. Alhasil, siswa tidak terbina dengan baik, atau hanya siswa-siswa tertentu saja yang memperoleh pembinaan.

- Sekolah terkendala dalam menentukan jenis kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai, tenaga pembimbing, juga sarana prasarana. Sekolah juga merasa repot apabila mengelola kegiatan ekstrakurikuler yang terlalu banyak sesuai bakat dan minat siswa.

(35)

81

Dari hasil penelitian di atas, tentang pemahaman konsep Pengembangan Diri yang beragam, kebijakan pemerintah yang baru mendukung pada salah satu jenis kegiatan Pengembangan Diri, keberagaman pelaksanaan Pengembangan Diri pada masing-masing sekolah serta kendala-kendala dalam pelaksanaan Pengembangan diri, ternyata penyebab paling mendasar adalah tidak adanya buku pedoman di masing-masing sekolah dan kurangnya sosialisai tentang penyelenggaraan Pengembangan Diri dari pemerintah sampai ke tingkat sekolah.

Oleh karena itu, para guru dan kepala sekolah diharapkan proaktif mencari buku pedoman pelaksanaan Pengembangan Diri, bisa dengan cara mengunduh di internet. Pemerintah sebaiknya mensosialisasikan pelaksanaan Pengembangan Diri sampai kepada pelaku di sekolah (dalam hal ini, guru) agar guru mempunyai pemahaman yang benar tentang

Pengembangan Diri sehingga mampu

(36)

82

Gambar

Tabel 2. Pemahaman Responden terhadap Pengertian Pengembangan Diri
Tabel 3. Bentuk Pelaksanaan Pengembangan Diri Tidak Terprogram
tabel berikut.
Tabel 4. Penggunaan Alokasi Waktu untuk Pengembangan Diri dalam Jadwal Kelas
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kosntelasi isi pendidikan seni yang cenderung mengafirmasi dua patron sentralistis secara dominan, yakni pertama Barat dan kedua adalah lokal-etnik, yakni terutama

Conversely, according to EU Intrastat data, which reflects Romanian Customs data (e.g. direct and indirect shipments), Romanian importers sourced upwards of $121 million of U.S..

The age related changes in concentrations of plasma testosterone and bulk and trace elements in the testes, epididymides and accessory glands are shown in Table 1.. Plasma

The general form of the parameter is: BBOX=lcc1,lcc2,…,lccN,ucc1,ucc2,…uccN[,crsuri] where lcc means Lower Corner Coordinate, ucc means Upper Corner Coordinate and crsuri means the

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari Nazara yang berjudul “Faktor- Faktor yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan Kolostrum Kepada Bayi Baru Lahir di Desa Sifalaete

telah sampai pada tahap klarifikasi dan pembuktian kualifikasi, untuk meneliti kembali dan membuktikan kebenaran dari isian dokumen pasca kualifikasi yang saudara

Dalam rangka pelaksanaan Kegiatan Koordinasi Penyusunan Master Plan Pengendalian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Pekerjaan Penyusunan Kajian Lingkungan

Terkait media komunikasi antara asisten dan instruktur, Ulum menjelaskan bahwa selama ini asisten telah dilibatkan dalam proses revisi modul yang disusun oleh instruktur. “yang