• Tidak ada hasil yang ditemukan

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat Indonesia pada daging sapi segar dan berkualitas beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh berbagai aspek diantaranya, meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi yang seimbang, pertambahan penduduk serta meningkatnya pendapatan masyarakat. Pemenuhan kebutuhan daging sapi berasal dari sapi lokal, sapi impor dan daging impor. Daging sapi lokal di Indonesia pada umumnya berasal dari Sapi Peranakan Ongole (PO), Sapi Madura dan Sapi Bali. Sapi Bali banyak digunakan sebagai sapi penghasil daging karena mampu beradaptasi terhadap lingkungan baru baik terhadap suhu, pakan, dan penyakit. Sapi Bali juga memiliki tingkat fertilitas yang tinggi, mampu menghasilkan presentase karkas sebesar 52-57,7% (Payne dan Rollinson, 1973) lebih tinggi dibandingkan dengan Sapi Ongole sebesar 51,9% dan Sapi Madura 52,5% (Moran, 1979) serta memiliki daging berkualitas baik dengan kadar lemak rendah kurang dari 4% dan tidak memiliki marbling (Handiwirawan dan Subandriyo, 2004).

Produktivitas seekor sapi dapat dikatakan baik apabila menghasilkan karkas yang banyak dengan kualitas yang baik. Karkas adalah bagian tubuh ternak yang telah disembelih hingga keluar semua darah dan cairan tubuh serta dipisahkan dari kepala, kaki, kulit, dan jeroan. Persentase karkas yang tinggi pada umumnya berasal dari ternak yang mempunyai ukuran badan yang besar dan panjang. Persentase karkas yaitu rasio antara bobot karkas dengan bobot potong. Bobot karkas diketahui setelah ternak disembelih dan menjadi karkas. Bobot

(2)

potong adalah bobot ternak yang ditimbang sesaat sebelum dilakukan penyembelihan.

Pemotong atau jagal melakukan pendugaan persentase karkas melalui pengukuran tubuh ternak sebelum disembelih. Hal ini dilakukan untuk mengatasi keterbatasan fasilitas timbangan dilapangan. Pendugaan persentase karkas yang dihasilkan dengan mengukur panjang badan dan lebar dada sudah dilaporkan oleh peneliti sebelumnya, akan tetapi data pengukuran dimensi tubuh khususnya panjang badan dan panjang kelangkang untuk menduga persentase karkas Sapi Bali belum banyak dilaporkan.

Hasil penelitian yang sudah ada menunjukkan adanya hubungan antara ukuran-ukuran tubuh Sapi Bali terhadap bobot badan yang dihasilkan, sementara itu informasi mengenai hubungan panjang badan dan panjang kelangkang dengan persentase karkas Sapi Bali belum banyak dilaporkan. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelititan mengenai “Hubungan Panjang Badan dan Panjang Kelangkang dengan Persentase Karkas Sapi Bali”.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Berapa besar derajat hubungan antara panjang badan dan panjang kelangkang dengan persentase karkas Sapi Bali.

2. Bagaimana bentuk hubungan antara panjang badan dan panjang kelangkang dengan persentase karkas Sapi Bali.

3. Bagaimana model pendugaan terbaik untuk menentukan persentase karkas Sapi Bali berdasarkan panjang badan dan panjang kelangkang.

(3)

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui besar derajat hubungan panjang badan dan panjang kelangkang dengan persentase karkas Sapi Bali.

2. Mengetahui bentuk hubungan panjang badan dan panjang kelangkang dengan persentase karkas Sapi Bali.

3. Mengetahui model pendugaan terbaik untuk menentukan presentase karkas Sapi Bali berdasarkan panjang badan dan panjang kelangkang.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi penelitian selanjutnya. Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah dapat menjadi acuan bagi selektor pada perusahaan dan pemotong atau jagal dalam menduga Sapi Bali siap potong yang memiliki persentase karkas tinggi berdasarkan pada ukuran panjang badan dan panjang kelangkang.

1.5 Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan dan perkembangan telah dimulai pada saat sebelum lahir dan setelah lahir. Pertumbuhan tulang, otot, dan lemak setelah lahir memiliki laju pertumbuhan yang berbeda. Pertumbuhan tulang memiliki laju yang sangat pesat dan terus meningkat pada saat ternak lahir sampai umur 10 bulan, kemudian mengalami penurunan hingga berumur 20 bulan. Pertumbuhan otot memiliki laju pertumbuhan maksimum saat umur 5-15 bulan. Pada saat dewasa tubuh, pertumbuhan lemak meningkat seiring pertambahan umur (Aberle dkk., 2001). Rata-rata pertumbuhan tulang pada bagian tubuh yang berbeda relatif proporsional walaupun ada sebagian yang tumbuhnya lebih lambat (Field, 2007). Pertumbuhan

(4)

jaringan otot yang cepat akan berhubungan dengan pertambahan bobot badan dan pembentukan daging pada setiap bagian tubuh sapi

Konformasi tubuh dan ukuran tubuh ternak yang baik sangat ditentukan oleh pertumbuhan dan perkembangan tulang. Laju pertumbuhan tulang terjadi sangat pesat pada saat lahir hingga umur sapih apabila dibandingkan dengan laju pertumbuhan otot dan lemak. Tulang dibentuk dari suatu jaringan ikat yang disebut tulang rawan. Setelah tulang rawan terbentuk, terjadilah proses pembentukan tulang sejati (Aberle dkk., 2001).

Rangka adalah suatu kesatuan sistem yang tersusun dari banyak tulang yang menunjang terbentuknya tubuh sebagai tempat melekatnya otot. Daging adalah otot yang melekat pada kerangka, kecuali urat daging bagian bibir, hidung, dan telinga, yang berasal dari hewan yang sehat sewaktu dipotong (Muchtadi dkk., 2010). Rangka berkaitan langsung dengan karkas, karena kerangka merupakan tempat melekatnya daging atau otot.

Panjang badan berhubungan dengan panjang rangka tulang belakang. Panjang badan merupakan jarak lurus dari bagian proximal tonjolan tulang siku (humerus) (Field, 2007) atau dari sendi bahu (antara os scapula – os humerus) (Santosa, 2006) sampai tonjolan tulang duduk (tuber ischii). Tulang belakang pada sapi yang berhubungan dengan karkas terdiri atas bagian vertebrae torachis,

vertebrae lumbalis, dan vertebrae sacralis. Pada bagian-bagian tersebut melekat

otot-otot yang dikonversikan menjadi daging dan berkontribusi pada persentase karkas. Daging yang melekat pada bagian vertebrae torachis, vertebrae lumbalis, dan vertebrae sacralis kemudian akan terbagi menjadi bagian-bagian daging seperti chuck, rib, loin, dan rump (Tatum, 2007). Perlekatan daging yang

(5)

maksimum pada bagian chuck, rib, dan loin akan mengakibatkan peningkatan persentase karkas.

Panjang badan memiliki proporsi yang besar dalam pertumbuhan. Panjang badan akan mengakibatkan massa otot pada area longisimus dorsi meningkat. Panjang badan juga akan mengakibatkan peningkatan deposisi lemak seiring bertambahnya umur dan mengakibatkan peningkatan persentase karkas (Aberle dkk., 2001).

Panjang kelangkang merupakan jarak antara bagian anterior pangkal paha (tuber coxae) (Field, 2007) sampai tonjolan tulang duduk (tuber ischii) dengan menggunakan kaliper (Santosa, 2006). Panjang badan dan lebar kelangkang dapat digunakan sebagai variabel ukuran tubuh untuk menduga bobot badan dengan koefisien determinasi sebesar 82,9%. Setiap peningkatan panjang kelangkang sapi Bali jantan sebesar satu cm akan meningkatkan bobot badan Sapi Bali jantan sebesar 1,31 kg (Bugiwati, 2007). Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin panjang kelangkang maka akan semakin memperluas permukaan rangka sebagai tempat melekatnya daging. Bagian tersebut memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap persentase karkas yang dihasilkan.

Evaluasi akhir dari suatu produksi penggemukan sapi adalah persentase karkas. Produktivitas ternak dapat dikatakan baik apabila menghasilkan persentase karkas yang tinggi. Persentase karkas (dressing percentage) diperoleh dengan membandingkan berat karkas dengan bobot potong (Santosa, 2006). Persentase karkas yang berbeda pada seekor ternak dipengaruhi oleh bentuk dan panjang pertulangan. Panjang karkas dan bobot karkas akan dipengaruhi oleh ukuran tubuh ternak yang dibentuk oleh panjang tulang punggung. Pertumbuhan panjang tulang punggung mengakibatkan perkembangan

(6)

panjang tubuh, yang disertai peningkatan bobot tubuh. Penelititan mengenai hubungan panjang badan dan panjang kelangkang terhadap bobot badan Sapi Bali memberikan hasil yang signifikan (Bugiwati dan Rahim, 2009). Korelasi antara panjang badan dengan bobot karkas pada Sapi Baggara menunjukan hasil yang positif yaitu sebesar 0,44 dengan panjang badan 127 cm dan bobot karkas sebesar 223 kg (Abdelhadi dkk., 2011). Keadaan ini cukup memberi petunjuk, bahwa apabila terjadi perkembangan panjang tubuh maka bobot badan akan bertambah yang diikuti pula dengan pertambahan bobot karkas (Ensminger, 1969). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa panjang badan dengan panjang kelangkang memiliki hubungan sebagai tolak ukur untuk menentukan persentase karkas. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dapat disusun suatu hipotesis bahwa terdapat hubungan positif antara panjang badan dan panjang kelangkang dengan persentase karkas Sapi Bali.

1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan selama 21 hari mulai tanggal 26 Oktober 2015 sampai dengan tanggal 15 November 2015 di Rumah Potong Hewan Teluk Pucung milik Pemerintah Kota Bekasi, Jalan Raya Perjuangan RT 3 RW 2 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Bekasi Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan agar pembahasan permasalahan di atas dapat terarah, sehingga ruang lingkup pembahasan hanya sebatas mengetahui

“ Pemerintah Daerah diwajibkan mengalokasikan pemanfaatan 1 % (Satu Perseratus) dari APBD Tahun 2009 untuk Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota guna mendukung peran

Apakah orang tuamu selalu memberikan penghargaan, baik berupa pujian atau hadiah untuk memberikan semangat agar prestasi yang kamu peroleh lebih baik?. Pernahkah orang

Oleh karena itu, dengan selesainya laporan tugas akhir ini maka penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh biaya minimum dengan membuat suatu perencanaan pada proses distribusi material apabila ada beberapa lokasi sumber dan

Agar torsi yang dihasilkan motor DC magnet permanen dapat memenuhi kebutuhan torsi pengadukan peningkatan kecepatan, pengaturan dilakukan dengan mengurangi sudut penyalaan

PP ditentukan dengan menghitung waktu yang diperlukan agar akumulasi arus kas berubah dari nilai negatif menjadi nilai positif dimana keuntungan dari investasi telah sama dengan

Mata kuliah ini mengkaji tentang Struktur kristal, difraksi sinar X, ikatan kristal, getaran kisi-kisi, kristal satu dimensi, model Einstein, model Dbye,