• Tidak ada hasil yang ditemukan

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

GUBERNUR JAWA TIMUR

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 77 TAHUN 2017

TENTANG

PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BY LAWS) RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER PAMEKASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 29 ayat (1) huruf r Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Peraturan Internal (Hospital By Laws) Rumah Sakit Umum Mohammad Noer Pamekasan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Timur (Himpunan Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

(2)

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 9. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 10. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan

Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135);

(3)

16.Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5340);

17. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 28 Tahun 2004 tentang Akuntabilitas Pelayanan Publik;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal;

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal;

22. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159.b/Menkes/Per II/1988 tentang Rumah Sakit;

23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 47/MENKES/PER/I/ 2010 tentang Perizinan Rumah Sakit;

24. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/MENKES/PER/III/ 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit;

25. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755/Menkes/PER/IV/

2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit; 26. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 11 Tahun 2016

tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah;

27. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 82 Tahun 2009 tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Provinsi Jawa Timur;

28. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 69 Tahun 2010

tentang Pedoman Teknis Penetapan Jasa Layanan Bagi Pejabat Pengelola, Pegawai dan Dewan Pengawas Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Daerah Provinsi Jawa Timur;

(4)

29. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 30 Tahun 2013 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Pegawai Badan Layanan Umum Daerah Non PNS;

30. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 19 Tahun 2015 tentang Tarif Layanan dan Pemakaian Kekayaan Daerah pada Badan Layanan Umum Daerah Unit Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur;

31. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 104 Tahun 2016 tentang Nomenklatur, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BY LAWS) RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER PAMEKASAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Jawa Timur.

2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur.

3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur.

4. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 5. Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Umum Mohammad Noer

Pamekasan.

6. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah Unit Pelaksana Teknis Rumah Sakit Umum Mohammad Noer Pamekasan.

7. Direktur adalah Kepala UPT Rumah Sakit Umum Mohammad Noer Pamekasan sekaligus merupakan Pimpinan BLUD.

8. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat

BLUD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

(5)

9. Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah yang

selanjutnya disingkat PPK-BLUD adalah Pola Pengelolaan

Keuangan BLUD yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sepagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya.

10. Tata Kelola Korporasi (Corporate/Hospital Bylaws) adalah peraturan yang mengatur hubungan antara pemilik dengan Dewan Pengawas, Pejabat Pengelola dan Staf Medis Rumah Sakit beserta fungsi, tugas, tanggung jawab, kewajiban, kewenangan dan haknya masing-masing.

11. Tata Kelola Staf Medis (Medical Staff Bylaws) adalah peraturan yang mengatur tentang fungsi, tugas, tanggungjawab, kewajiban, kewenangan dan hak dari Staf Medis di Rumah Sakit.

12. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara nyata dan tegas diatur dalam lini organisasi yang terdiri dari Direktur Rumah Sakit, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Pelayanan Medik dan Kepala Seksi Upaya Kesehatan Masyarakat dan Penelitian Pengembangan.

13. Kelompok Jabatan Fungsional adalah pelaksana operasional dari tugas dan fungsi UPT Rumah Sakit Umum Mohammad Noer Pamekasan yang dalam melaksanakan tugasnya dikoordinasikan oleh Pejabat Fungsional.

14. Koordinator Pejabat Fungsional, adalah Pejabat Fungsional yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit Umum Mohammad Noer Pamekasan.

15. Kelompok Kerja Jabatan Fungsional Medis adalah kelompok kerja sebagai pelaksana operasional bidang Pelayanan Medis pada UPT Rumah Sakit Umum Mohammad Noer Pamekasan yang melaksanakan tugas sesuai profesi dan kewenanganya. 16. Kelompok Kerja Jabatan Fungsional Penunjang Medis adalah

kelompok kerja sebagai pelaksana operasional Pelayanan Penunjang Medis pada UPT Rumah Sakit Umum Mohammad Noer Pamekasan yang melaksanakan tugas sesuai profesi dan kewenangannya.

17. Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seseorang dalam rangka promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

18. Staf Medis Fungsional yang selanjutnya disingkat SMF adalah kelompok dokter yang bekerja dibidang medis dalam jabatan fungsional.

(6)

19. Unit pelayanan adalah unit yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan dan pelayanan penunjang medik, meliputi: instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap, unit gawat darurat, instalasi radiologi, instalasi laboratorium, instalasi farmasi, instalasi gizi dan lain-lain.

20. Komite Medis adalah wadah profesional medis yang keanggotaannya berasal dari Ketua Kelompok Staf Medis Fungsional dan/atau yang mewakili.

21. Komite Keperawatan adalah wadah profesional medis yang keanggotaannya berasal dari Ketua Kelompok Staf Keperawatan Fungsional dan/atau yang mewakili.

22. Dokter Mitra adalah dokter yang direkrut oleh pihak UPT Rumah Sakit Umum Mohammad Noer Pamekasan karena keahliannya, berkedudukan sejajar dengan Rumah Sakit, bertanggung jawab secara mandiri dan bertanggung gugat secara proporsional sesuai dengan kesepakatan atau ketentuan yang berlaku di UPT Rumah Sakit Umum Mohammad Noer Pamekasan.

23. Staf Keperawatan Fungsional adalah kelompok perawat yang bekerja dibidang keperawatan dalam jabatan fungsional di UPT Rumah Sakit Umum Mohammad Noer Pamekasan.

24. Satuan Pengawas Internal yang selanjutnya disingkat SPI adalah perangkat rumah sakit yang bertugas melakukan pengawasan dan pengendalian internal dalam rangka membantu Direktur Rumah Sakit Umum Mohammad Noer Pamekasan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan dan pengaruh lingkungan sosial sekitarnya (social responsibility) dalam menyelenggarakan bisnis yang sehat dan memuaskan masyarakat.

25. Koordinator adalah pelaksana sebagian tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Pelayanan Medik dan Kepala UKM dan Litbang serta bertanggung jawab pada kepada masing-masing atasan langsung yang membawahi, dan dibawah kelompok kerjanya terdapat Sub Koordinator. 26. Koordinator Jabatan Fungsional adalah Pejabat Teknis non

struktural, sebagai Penanggung Jawab Kegiatan Sub Bagian Medis, Penunjang Medis dan Keperawatan.

27. Instalasi adalah unit terkecil kelompok jabatan fungsional yang langsung memberikan pelayanan tertentu kepada masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung secara berkesinambungan dan pada tempat/lokasi yang relatif tetap.

(7)

- 7 -

28. Tenaga administrasi adalah orang atau sekelompok orang yang bertugas melaksanakan administrasi perkantoran guna menunjang pelaksanaan tugas-tugas pelayanan.

29. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah Pegawai Negeri Sipil pada Rumah Sakit Umum Mohammad Noer Pamekasan yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan-undangan kepegawaian.

30. Pegawai bukan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Pegawai BLUD Non PNS adalah tenaga yang berkedudukan bukan pegawai negeri sipil yang direkrut oleh UPT Rumah Sakit Umum Mohammad Noer Pamekasan berdasarkan formasi kebutuhan.

BAB II

TATA KELOLA KORPORASI Bagian Kesatu

Ruang Lingkup Pasal 2

Peraturan Gubernur ini mengatur mengenai Tata Kelola Rumah Sakit terdiri dari Tata Kelola Korporasi dan Tata Kelola Staf Medis, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan Tata Kelola Rumah Sakit.

Bagian Kedua Prinsip Tata Kelola

Pasal 3

(1) Tata Kelola Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 merupakan peraturan internal Rumah Sakit, yang didalamnya memuat:

a. struktur Organisasi; b. prosedur Kerja;

c. pengelompokan tugas dan fungsi-fungsi yang logis; dan d. pengelolaan sumber daya manusia.

(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, menggambarkan posisi jabatan, pembagian tugas, fungsi, tanggung jawab, kewenangan dan hak dalam organisasi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(3) Prosedur kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, menggambarkan hubungan dan mekanisme kerja antar posisi jabatan dan fungsi dalam organisasi.

(8)

(4) Pengelompokan fungsi logis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, menggambarkan pembagian yang jelas dan rasional antara fungsi pelayanan dan fungsi pendukung yang sesuai dengan prinsip pengendalian intern dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan organisasi.

(5) Pengelolaan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, merupakan pengaturan dan kebijakan yang jelas mengenai sumber daya manusia yang berorientasi pada pemenuhan secara kuantitatif dan kualitatif untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi secara efisien, efektif, dan produktif.

Pasal 4

(1) Tata Kelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menganut prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Transparansi; b. Akuntabilitas; c. Resposibilitas; dan d. Independensi.

(2) Transparansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, merupakan asas keterbukaan yang dibangun atas dasar kebebasan arus informasi agar informasi secara langsung dapat

diterima bagi yang membutuhkan sehingga dapat

menumbuhkan kepercayaan.

(3) Akuntabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, merupakan kejelasan fungsi, struktur, sistem yang dipercayakan

pada Rumah Sakit agar pengelolaannya dapat

dipertanggungjawabkan kepada semua pihak.

(4) Responsibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, merupakan kesesuaian atau kepatuhan di dalam pengelolaan organisasi terhadap bisnis yang sehat serta perundang-undangan.

(5) Independensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, merupakan kemandirian pengelolaan organisasi secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip bisnis yang sehat. (6) Akuntabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d

diwujudkan dalam perencanaan, evaluasi dan laporan/ pertanggungjawaban dalam sistem pengelolaan keuangan, hubungan kerja dalam organisasi, manajemen SDM, pengelolaan aset, dan manajemen pelayanan.

(9)

BAB III

TATA KELOLA KORPORASI Bagian Kesatu

Falsafah, Visi, Misi, Tujuan Strategis Nilai-Nilai Dasar, Identitas dan Lambang

Pasal 5

(1) Dalam rangka mencapai pelayanan yang optimal dan

profesional, Rumah Sakit mempunyai falsafah memberikan pelayanan kesehatan paru dengan mengutamakan kualitas pelayanan, dengan kemampuan ekonomi lemah, melayani masyarakat sepenuh hati dan ikhlas dan tanpa memandang suku, ras, agama dan golongan.

(2) Untuk mewujudkan falsafah sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) Rumah Sakit mempunyai visi menjadi Rumah Sakit Umum Unggulan Paru Berstandar Nasional dengan Pelayanan Prima.

(3) Untuk mencapai visi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

Rumah Sakit mempunyai misi:

a. memberikan pelayanan professional, modern, bermutu, dan terbaik dibidang penyakit paru dengan biaya terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat;

b. mengembangkan kemampuan professional sumber daya manusia guna meningkatkan mutu pelayanan dibidang penyakit paru; dan

c. menggalang kerja sama kemitraan dengan berbagai pihak dalam hal pelayanan, rujukan, pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan paru masyarakat.

(4) Untuk mencapai visi dan misi sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dan ayat (3), Rumah Sakit mempunyai tujuan strategis yaitu: a. mewujudkan sinkronisasi antara kebijakan nasional dan

daerah;

b. meningkatkan kuantitas tenaga medis spesialistik dan paramedis disertai dengan peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan;

c. mengembangkan, menambah dan memelihara sarana dan prasarana peralatan medis (medical equipment), utamanya yang berkaitan dengan teknologi tinggi;

d. meningkatkan pelayanan dengan membuka spesialis/sub spesialis dan melengkapi sarana dan prasarana secara mencukupi;

e. meningkatkan kecepatan, ketepatan, keramahan dan efisiensi serta melakukan kerjasama dengan pelayanan kesehatan lokal dan nasional;

(10)

f. melakukan efisiensi dan efektifitas pelayanan pada semua unit kerja dan unit kegiatan; dan

g. melaksanakan akuntabilitas pelayanan dengan secara berkesinambungan melakukan audit medis, audit keuangan dan gugus kendali mutu.

(5) Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

Rumah Sakit dilandasi dengan nilai-nilai dasar Melayani dengan SEHATI (Senyum, Empaty, Harmonis, Aman, Terpercaya dan Imtaq).

(6) Dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat Rumah Sakit

menerapkan motto Kepercayaan Anda adalah Amanah Bagi Kami.

(7) Identitas dan Logo Rumah Sakit sebagaimana tercantum dalam

Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Gubernur ini.

Bagian Kedua

Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Rumah Sakit Pasal 6

(1) Rumah Sakit berkedudukan sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Direktur yang bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

(2) Rumah Sakit mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan di bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif penyakit dalam bentuk upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan.

(3) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Rumah Sakit mempunyai fungsi:

a. penyusunan rencana dan program rumah sakit; b. pelaksanaan ketatausahaan;

c. pengawasan dan pengendalian operasional rumah sakit; d. pelayanan medis penyakit;

e. penyelenggaraan pelayanan penunjang medis dan non medis;

f. pelaksanaan pelayanan kesehatan umum masyarakat; g. penyelenggaraan pelayanan dan asuhan keperawatan;

h. penyelenggaraan pelayanan rujukan pasien, spesimen, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan program;

i. penyelenggaraan koordinasi dan kemitraan kegiatan rumah sakit;

j. penyelenggaraan penelitian, pengembangan (litbang) dan pendidikan dan pelatihan (diklat);

(11)

k. pelaksanaan monitoring dan evaluasi program;

l. pelaksanaan pembinaan wilayah di bidang teknis; dan

m. pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) baik Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) maupun Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) di dalam gedung maupun di luar gedung di wilayah kerjanya.

Bagian Ketiga

Kedudukan Pemerintah Daerah Provinsi Pasal 7

(1) Pemerintah Provinsi bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup, perkembangan dan kemajuan rumah sakit sesuai dengan

yang diharapkan oleh masyarakat.

(2) Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah Provinsi berwenang:

a. menetapkan peraturan tentang Tata Kelola Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;

b. mengangkat dan memberhentikan Pejabat Pengelola, Pejabat Struktural dan Dewan Pengawas;

c. membentuk Tim Pembina Dewan Pengawas; dan

d. melakukan evaluasi dan/atau meminta laporan mengenai kinerja Rumah Sakit baik menyangkut kinerja keuangan maupun non keuangan.

(3) Pemerintah Provinsi bertanggungjawab menutup defisit anggaran Rumah Sakit yang bukan karena kesalahan dalam pengelolaan dan setelah di audit secara independen.

Bagian Keempat Pejabat Pengelola

Paragraf 1 Susunan

Pasal 8

(1) Pejabat Pengelola Rumah Sakit terdiri atas: a. Direktur;

b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha; c. Kepala Seksi Pelayanan Medik; dan

d. Kepala Seksi Usaha Kesehatan Masyarakat dan Penelitian Pengembangan (UKM dan Litbang).

(12)

(2) Susunan Pejabat Pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan perubahan, baik jumlah maupun jenisnya, setelah melalui analisis organisasi guna memenuhi tuntutan perubahan.

(2) Perubahan komposisi Pejabat Pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Gubernur.

Paragraf 2 Direktur

Pasal 9

Direktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Kepala Dinas terhadap operasional dan keuangan Rumah Sakit secara umum dan keseluruhan.

Pasal 10

Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Direktur meliputi:

a. seorang dokter yang memenuhi kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan dan pengalaman dibidang perumahsakitan;

b. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan usaha guna kemandirian Rumah Sakit;

c. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah menjadi pemimpin perusahaan yang dinyatakan pailit; dan

d. Bersedia membuat Surat Pernyataan Kesanggupan untuk menjalankan praktik bisnis yang sehat di Rumah Sakit.

Pasal 11

(1) Dalam hal Direktur berasal dari unsur Pegawai Negeri Sipil (PNS), maka yang bersangkutan merupakan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dan barang daerah.

(2) Dalam hal Direktur berasal dari unsur non Pegawai Negeri Sipil, maka yang bersangkutan bukan merupakan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dan barang daerah.

(3) Dalam hal Direktur bukan merupakan pengguna anggaran/ kuasa pengguna anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka yang menjadi pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dan barang daerah adalah Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Pelayanan Medik dan/atau Kepala Seksi UKM dan Litbang.

(13)

Pasal 12

Direktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 mempunyai tugas dan kewajiban:

a. memimpin dan mengurus Rumah Sakit Umum sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan senantiasa berusaha meningkatkan daya guna dan hasil guna;

b. memelihara, menjaga dan mengelola kekayaan Rumah Sakit; c. mewakili Rumah Sakit di dalam dan di luar pengadilan;

d. melaksanakan kebijakan pengembangan usaha dalam mengelola Rumah Sakit sebagaimana yang telah digariskan;

e. memperhatikan pengelolaan Rumah Sakit dengan berwawasan lingkungan;

f. menyiapkan Rencana Strategis Bisnis (RSB) dan Rencana Bisnis Anggaran (RBA) Rumah Sakit;

g. mengadakan dan memelihara pembukuan serta administrasi Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

h. menyiapkan laporan tahunan dan laporan berkala; dan

i. menyampaikan dan mempertanggungjawabkan kinerja

operasional serta keuangan Rumah Sakit. Pasal 13

Dalam menjalankan tugas dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Direktur mempunyai fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis dibidang pelayanan kesehatan;

b. pelayanan penunjang dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dibidang pelayanan kesehatan;

c. penyusunan rencana dan program, monitoring, evaluasi dan pelaporan dibidang pelayanan kesehatan;

d. pelayanan medis;

e. pelayanan penunjang medis dan non medis; f. pelayanan keperawatan;

g. pelayanan rujukan;

h. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan;

i. pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat;

j. pengelolaan akuntansi dan keuangan;

k. pengelolaan urusan kepegawaian, hukum, hubungan masyarakat, organisasi dan tata laksana, serta rumah tangga, perlengkapan dan umum.

l. perumusan kebijakan teknis dibidang pelayanan kesehatan;

(14)

m. pelayanan penunjang dalam penyelanggaraan pemerintahan daerah dibidang pelayanan kesehatan; dan

n. penyusunan rencana dan program, monitoring, evaluasi dan pelaporan dibidang pelayanan kesehatan.

Pasal 14

Dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 13, Direktur mempunyai kewenangan:

a. memberikan perlindungan kepada dokter dengan

mengikutsertakan dokter pada asuransi tanggung gugat profesional;

b. menetapkan kebijakan operasional Rumah Sakit;

c. menetapkan peraturan, pedoman, petunjuk teknis dan prosedur tetap Rumah Sakit;

d. mengangkat dan memberhentikan pegawai Rumah Sakit Umum sesuai peraturan perundang-undangan;

e. menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan hak dan kewajiban pegawai Rumah Sakit sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. memberikan penghargaan pegawai, karyawan dan profesional yang berprestasi tanpa atau dengan sejumlah uang yang besarnya tidak melebihi ketentuan yang berlaku;

g. memberikan sanksi yang sifatnya mendidik sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;

h. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi kepada Gubernur;

i. mendatangkan ahli, profesional konsultan atau lembaga independen apabila diperlukan;

j. menetapkan organisasi pelaksana dan organisasi pendukung dengan uraian tugas masing-masing;

k. menandatangani perjanjian dengan pihak lain untuk jenis perjanjian yang bersifat teknis operasional pelayanan; dan

l. mendelegasikan sebagian kewenangan kepada jajaran di bawahnya serta meminta pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dari Kepala Sub Bagian Tata Usaha, dan Kepala Seksi.

Pasal 15

Direktur mempunyai tanggung jawab menyangkut hal-hal sebagai berikut:

a. kebenaran kebijaksanaan Rumah Sakit;

b. kelancaran, efektifitas dan efisiensi kegiatan Rumah Sakit;

c. kebenaran program kerja, pengendalian, pengawasan dan pelaksanaan serta laporan kegiatannya; dan

d. meningkatkan akses, keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan.

(15)

Paragraf 3

Kepala Sub Bagian Tata Usaha Pasal 16

Kepala Sub Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b merupakan pejabat struktural dibawah Direktur, bertindak sebagai Pejabat Keuangan.

Pasal 17

Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Kepala Sub Bagian Tata Usaha meliputi:

a. seorang yang memenuhi kriteria keahlian, integritas,

kepemimpinan dan pengalaman dibidang keuangan dan/atau akuntansi, umum dan keadministrasian;

b. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan usaha guna kemandirian keuangan, pelayanan umum dan administrasi yang profesional;

c. mampu melaksanakan koordinasi dilingkup kerja yang menjadi tanggung jawabnya;

d. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah menjadi pemegang keuangan perusahaan yang dinyatakan pailit; e. berstatus Pegawai Negeri Sipil;

f. bersedia membuat surat pernyataan kesanggupan untuk menjalankan prinsip pengelolaan keuangan yang sehat di Rumah Sakit; dan

g. memenuhi syarat administrasi kepegawaian bagi yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil.

Pasal 18

Kepala Sub Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 mempunyai tugas:

a. menyusun perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan surat menyurat, urusan rumah tangga, kehumasan dan protokol, kearsipan serta perpustakaan;

b. menyusun perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi administrasi kepegawaian serta pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM);

c. menyusun perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi administrasi dan penatausahaan dan pengelolaan keuangan;

(16)

d. menyusun perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi perlengkapan peralatan kantor dan aset;

e. menyusun perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pengelolaan, tata laksana dan tata kelola organisasi, peraturan perundang-undangan serta perizinan operasional serta peralatan penunjang medis dan non medis; dan

f. menyusun perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pelayanan penunjang yang meliputi pengelolaan Instalasi Pemeliharaan Sarana, Instalasi Pengelolaan Limbah dan lingkungan serta Laundri/linen, ambulans, gudang, pengelolaan gas medik, penanggulangan kebakaran, teknik dan pemeliharaan fasilitas serta pengelolaan air bersih.

Pasal 19

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Kepala Sub Bagian Tata Usaha dibantu oleh Koordinator Kelompok Kerja Keuangan, Koordinator Kelompok Kerja Umum dan Administrasi serta Koordinator Kelompok Kerja Sumber Daya Manusia (SDM).

Pasal 20

(1) Koordinator Kelompok Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 diangkat dan di berhentikan oleh Direktur.

(2) Koordinator Kelompok Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas dan fungsi sesuai dengan bidangnya dan bertanggung jawab kepada Direktur melalui Kepala Sub Bagian Tata Usaha.

Paragraf 4

Kepala Seksi Pelayanan Medik Pasal 21

Kepala Seksi Pelayanan Medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c merupakan pejabat struktural dibawah Direktur bertindak sebagai Pejabat Teknis.

Pasal 22

Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Kepala Seksi Pelayanan Medik adalah:

a. seorang dokter atau sarjana kesehatan lain yang memenuhi kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan dan pengalaman di bidang pelayanan;

(17)

b. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan pelayanan yang profesional;

c. mampu melaksanakan koordinasi di lingkup pelayanan Rumah Sakit;

d. berstatus PNS; dan

e. bersedia membuat surat pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan dan mengembangkan pelayanan Rumah Sakit.

Pasal 23

Kepala Seksi Pelayanan Medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 mempunyai tugas:

a. menyusun perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program pelayanan medis, keperawatan dan penunjang;

b. mengelola kegiatan pelayanan medis yang meliputi pelayanan gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, pelayanan kamar operasi serta pelayanan lainnya sesuai kebutuhan dan perkembangan di masyarakat;

c. mengelola kegiatan pelayanan Keperawatan yang meliputi asuhan keperawatan dan/atau asuhan kebidanan dalam pelayanan gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, pelayanan kamar operasi serta pelayanan keperawatan lainnya sesuai kebutuhan dan perkembangan di masyarakat;

d. mengelola kegiatan pelayanan penunjang yang meliputi penunjang medis dan penunjang klinis yang terdiri dari rawat intensif, farmasi, radiologi, laboratorium, sanitasi, Bagian Pusat Pelayanan Sterilisasi (Central Sterilization Services Department), rekam medik, rehabilitasi medik, gizi dan jasa boga, pemulasaraan jenazah serta pelayanan penunjang lainnya sesuai kebutuhan dan perkembangan di masyarakat; e. mengelola data dan informasi yang berkaitan dengan

pelayanan medis, keperawatan dan penunjang; dan

f. mengkoordinasi kegiatan peningkatan mutu pelayanan medis, pelayanan keperawatan dan penunjang.

Paragraf 5

Seksi Upaya Kesehatan Masyarakat dan Penelitian dan Pengembangan

Pasal 24

Seksi Upaya Kesehatan Masyarakat dan Penelitian dan Pengembangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf d merupakan pejabat struktural dibawah Direktur bertindak sebagai Pejabat Teknis.

(18)

Pasal 25

Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Kepala Seksi UKM dan Litbang adalah:

a. seorang dokter atau sarjana kesehatan lain yang memenuhi kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan dan pengalaman di bidang pelayanan;

b. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan pelayanan yang profesional;

c. mampu melaksanakan koordinasi di lingkup pelayanan Rumah Sakit;

d. berstatus PNS; dan

e. bersedia membuat surat pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan dan mengembangkan pelayanan di Rumah Sakit.

Pasal 26

Kepala Seksi Upaya Kesehatan Masyarakat dan Penelitian dan Pengembangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 mempunyai tugas:

a. menyusun perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program kesehatan sesuai dengan program prioritas;

b. mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan UKM di wilayah binaan;

c. mengkoordinasikan, menyelenggarakan serta memfasilitasi kegiatan pendidikan, penelitian dan pengembangan program pelayanan kesehatan;

d. mengkoordinasikan penyusunan perencanaan, monitoring dan evaluasi program;

e. menyusun perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pelayanan penunjang yang meliputi Instalasi Pembuangan Limbah dan pengelolaan lingkungan, Gizi, serta UKM;

f. melaksanakan dan mengkoordinasi Survey Kepuasan

Masyarakat;

g. mengelola Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit;

h. mengelola data dan informasi yang berkaitan dengan kegiatan program dan pelayanan Rumah sakit;

i. menyusun dan menganalisa program kerjasama di bidang pendidikan, pelatihan, penelitian dan pelayanan kesehatan termasuk sarana dan SDM;

j. menyusun dan menganalisa laporan tahunan dan profil rumah sakit; dan

k. menyusun perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program promosi serta pelayanan publik Rumah Sakit.

(19)

Paragraf 6

Pengangkatan Pejabat Pengelola Pasal 27

(1) Pengangkatan dalam jabatan dan penempatan Pejabat Pengelola Rumah Sakit ditetapkan berdasarkan kompetensi dan kebutuhan praktik bisnis yang sehat.

(2) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keahlian berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam tugas jabatan.

(3) Kebutuhan praktik bisnis yang sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kesesuaian antara kebutuhan jabatan, kualitas dan kualifikasi sesuai kemampuan keuangan Rumah Sakit.

(4) Pejabat Pengelola Rumah Sakit diangkat dan diberhentikan dengan Keputusan Gubernur.

Paragraf 7

Pemberhentian Pejabat Pengelola Pasal 28

Pejabat Pengelola dapat diberhentikan karena: a. meninggal dunia;

b. berhalangan secara tetap selama 3 (tiga) bulan berturut-turut; c. tidak melaksanakan tugas dan kewajiban dengan baik;

d. melanggar misi, kebijakan atau ketentuan-ketentuan lain yang telah digariskan; dan

e. mengundurkan diri karena alasan yang patut. Bagian Kelima

Koordinator Pejabat Fungsional Pasal 29

(1) Selain Pejabat Pengelola, di Rumah Sakit juga diangkat Koordinator Pejabat Fungsional untuk membantu pelaksanaan tugas Kepala Sub bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi.

(2) Koordinator Pejabat Fungsional mempunyai tugas sebagai berikut: a. menyusun rencana pelayanan medis, penunjang medis dan non medis dengan mempertimbangkan rekomendasi dari komite-komite yang ada di Rumah Sakit;

(20)

b. melaksanakan kegiatan pelayanan medis, penunjang medis dan non medis sesuai dengan RBA;

c. memonitor pelaksanaan kegiatan pelayanan medis, penunjang medis dan non medis;

d. mempertanggungjawabkan kinerja operasional di bidang pelayanan medis, penunjang medis dan non medis; dan

e. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Direktur.

(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai fungsi: a. pengkoordinasian penyiapan perumusan kebijakan teknis,

pelaksanaan dan pelayanan administrasi dan teknis di bidang pelayanan medis;

b. pengkoordinasian penyiapan perumusan kebijakan teknis, pelaksanaan dan pelayanan administrasi dan teknis di bidang pelayanan keperawatan;

c. pengkoordinasian penyiapan perumusan kebijakan teknis, pelaksanaan dan pelayanan administrasi dan teknis di bidang pelayanan penunjang; dan

d. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Direktur. Pasal 30

(1) Dalam melaksanakan tugas Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional dibantu oleh Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional Medis, Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional Keperawatan dan Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional Penunjang Medis.

(2) Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional Medis, Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional Keperawatan dan Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional Penunjang Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Direktur. (3) Koordinator kelompok sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

mempunyai tugas dan fungsi sesuai dengan bidangnya dan bertanggung jawab kepada Direktur melalui Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 31

Syarat untuk dapat diangkat menjadi Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional adalah:

a. seorang dokter, sarjana kesehatan/teknis lainnya yang memenuhi kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan dan pengalaman di bidang pelayanan;

(21)

b. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan pelayanan yang profesional;

c. mampu melaksanakan koordinasi di lingkup pelayanan Rumah Sakit;

d. berstatus PNS atau NON PNS;

e. bersedia membuat surat pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan dan mengembangkan pelayanan di Rumah Sakit; dan

f. memenuhi syarat administrasi kepegawaian bagi yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil.

Bagian Keenam Dewan Pengawas

Paragraf 1 Pembentukan

Pasal 32

(1) Dewan Pengawas dibentuk dengan Keputusan Gubernur atas usulan Direktur melalui Kepala Dinas Kesehatan.

(2) Jumlah Anggota Dewan Pengawas ditetapkan sebanyak 3 (tiga) orang yang terdiri dari 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota dan 2 (dua) orang anggota.

(3) Dalam hal Ketua berhalangan tetap, maka Gubernur mengangkat salah satu anggota Dewan Pengawas untuk menjadi Ketua hingga masa jabatan berakhir.

(4) Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Gubernur.

Paragraf 2

Tugas dan Kewajiban Pasal 33

(1) Dewan Pengawas bertugas melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan Rumah Sakit yang dilakukan oleh Pejabat Pengelola sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Dewan Pengawas berkewajiban:

a. memberikan pendapat dan saran mengenai RBA yang diusulkan oleh Direktur;

b. mengikuti perkembangan kegiatan Rumah Sakit dan memberikan pendapat serta saran kepada Gubernur terhadap setiap masalah yang dianggap penting bagi pengelolaan Rumah Sakit;

(22)

c. melaporkan kepada Gubernur tentang kinerja Rumah Sakit; d. melakukan evaluasi dan penilaian kinerja baik keuangan

maupun non keuangan, serta memberikan saran dan catatan-catatan penting untuk ditindaklanjuti oleh pejabat pengelola Rumah Sakit;

e. memonitor tindak lanjut hasil evaluasi dan penilaian kinerja; dan

f. melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Gubernur. (3) Dewan Pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada

Gubernur secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam satu tahun dan sewaktu-waktu apabila diperlukan.

Paragraf 3 Keanggotaan

Pasal 34

(1) Anggota Dewan Pengawas terdiri dari unsur-unsur:

a. pejabat pada Perangkat Daerah yang berkaitan dengan kegiatan Rumah Sakit;

b. pejabat di lingkungan satuan kerja pengelola keuangan daerah; dan

c. tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan Rumah Sakit.

(2) Pengangkatan anggota Dewan Pengawas tidak bersamaan waktunya dengan pengangkatan Pejabat Pengelola.

(3) Kriteria menjadi anggota Dewan Pengawas, yaitu:

a. memiliki dedikasi dan memahami masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan Rumah Sakit, serta dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya;

b. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi anggota Direksi atau Komisaris, atau Dewan Pengawas yang dinyatakan bersalah sehingga menyebabkan suatu badan usaha pailit atau tidak pernah melakukan tindak pidana yang merugikan daerah; dan

c. mempunyai kompetensi dalam bidang manajemen keuangan, sumber daya manusia dan mempunyai komitmen terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik.

(23)

Paragraf 4 Masa Jabatan

Pasal 35

(1) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan selama 5 (lima) tahun, dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.

(2) Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum waktunya oleh Gubernur.

(3) Pemberhentian anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila:

a. tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik; b. tidak melaksanakan ketentuan perundang-undangan;

c. terlibat dalam tindakan yang merugikan Rumah Sakit; atau d. dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan tindak

pidana dan/atau kesalahan yang berkaitan dengan tugasnya melaksanakan pengawasan atas Rumah Sakit.

Paragraf 5 Sekretaris

Pasal 36

(1) Gubernur dapat mengangkat Sekretaris Dewan Pengawas untuk mendukung kelancaran tugas Dewan Pengawas.

(2) Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan anggota Dewan Pengawas.

Paragraf 6 Biaya Pasal 37

Segala biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas Dewan Pengawas termasuk honorarium Anggota dan Sekretaris Dewan Pengawas dibebankan pada Rumah Sakit dan dimuat dalam RBA.

Bagian Ketujuh Organisasi Pelaksana

Paragraf 1 Instalasi Pasal 38

(1) Guna terwujudnya penyelenggaraan kegiatan pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta pengembangan dibentuk instalasi yang merupakan unit pelayanan non struktural.

(24)

(2) Instalasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit.

(3) Instalasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipimpin oleh Kepala instalasi yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Rumah Sakit.

(4) Kepala Instalasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mempunyai tugas dan kewajiban merencanakan, melaksanakan monitoring dan evaluasi, serta melaporkan kegiatan pelayanan di instalasinya masing-masing.

(5) Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Instalasi dibantu oleh tenaga fungsional dan/atau tenaga non fungsional.

(6) Kepala instalasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

bertanggung jawab kepada Direktur melalui Koordinator

Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 39 Instalasi di Rumah Sakit meliputi: a. Instalasi Rawat Jalan;

b. Instalasi Rawat Inap; c. Instalasi Gawat Darurat;

d. Instalasi High Care Unit (HCU); e. Instalasi Bedah Sentral;

f. Instalasi Laboratorium; g. Instalasi Radiologi; h. Instalasi Farmasi;

i. Instalasi Rekam Medik dan Informasi; j. Instalasi Kesehatan Lingkungan; k. Instalasi Administrasi Pasien; l. Instalasi Gizi;

m. Instalasi Pemeliharaan Sarana Prasarana Rumah Sakit; dan n. Instalasi Pemulasaraan Jenazah.

Pasal 40

(1) Instalasi Rawat Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf a merupakan tempat untuk melakukan kegiatan pelayanan pada Unit Rawat Jalan.

(2) Instalasi Rawat Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Poli Bedah; b. Poli Anak;

c. Poli Penyakit Dalam;

(25)

d. Poli Kebidanan dan Kandungan; e. Poli Gigi dan Mulut;

f. Poli Saraf;

g. Poli Paru, yang terdiri dari;

1. Poli Tuberculosis (Directly Observed Treatmen) DOTS; 2. Poli Asma/Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). h. Poli Rehabilitasi Medis dan Fisiotherapi.

Pasal 41

(1) Instalasi Rawat Inap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf b merupakan tempat untuk melakukan kegiatan pelayanan di Unit Rawat Inap.

(2) Instalasi Rawat Inap, meliputi : a. Kelas Utama;

b. Kelas I;

c. Kelas II; dan d. Kelas III.

Pasal 42

Instalasi Gawat Darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf c merupakan tempat untuk melakukan kegiatan pelayanan kegawatdaruratan.

Pasal 43

High Care Unit (HCU) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf d merupakan unit pelayanan di Rumah Sakit bagi pasien dengan kondisi stabil dari fungsi respirasi, hemodinamik, dan kesadaran namun masih memerlukan pengobatan, perawatan dan pemantauan secara ketat.

Pasal 44

Instalasi Bedah Sentral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf e merupakan salah satu bagian dari sistem pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, yang penting dalam hal memberikan

pelayanan kepada pasien yang memerlukan tindakan

pembedahan, baik untuk kasus-kasus bedah terencana (elektif) maupun untuk kasus-kasus bedah darurat/segera (cito).

(26)

Pasal 45

(1) Instalasi Laboratorium sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf f merupakan tempat untuk melaksanakan kegiatan pelayanan pemeriksaan laboratorium.

(2) Instalasi Laboratorium sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Pemeriksaan Biologi; dan b. Pemeriksaan Kimia.

Pasal 46

Instalasi Radiologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf g merupakan tempat untuk melaksanakan kegiatan pelayanan pemeriksaan Radiologi.

Pasal 47

Instalasi Farmasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf h merupakan tempat untuk melakukan kegiatan pelayanan penyimpanan, penyediaan, penyaluran, peracikan obat-obatan dan bahan kimia.

Pasal 48

Instalasi Rekam Medik dan Informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf i merupakan tempat untuk melakukan kegiatan penatausahaan pengelolaan rekam medis penderita baik untuk pelayanan di Instalasi Rawat Jalan maupun Instalasi Rawat Inap dan informasi mengenai kegiatan pelayanan Rekam Medik di Rumah Sakit.

Pasal 49

Instalasi Kesehatan Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf j menjalankan tugas pokok dan fungsi bidang kesehatan lingkungan sebagai upaya dalam pengelolaan, pengolahan, pengawasan, dan pengendalian masalah kesehatan lingkungan di Rumah Sakit.

Pasal 50

(1) Instalasi Administrasi Pasien sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf k merupakan tempat untuk melakukan kegiatan berkaitan dengan pelayanan administrasi pasien di Instalasi Rawat Jalan maupun di Instalasi Rawat Inap.

(27)

(2) Instalasi Administrasi Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. Unit Pelayanan Pasien Umum; dan

b. Unit Pelayanan Pasien yang ditanggung asuransi. Pasal 51

Instalasi Gizi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf l merupakan tempat untuk melakukan pelayanan penyediaan, pengolahan, penyaluran makanan dan minuman, terapi gizi dan konsultasi gizi.

Pasal 52

(1) Instalasi Pemeliharaan Sarana Prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf m merupakan tempat untuk melakukan kegiatan pemeliharaan peralatan medis, non medis, bangunan gedung, air, gas, dan pengolahan sampah serta limbah.

(2) Instalasi Pemeliharaan Sarana Prasarana Rumah Sakit meliputi :

a. Unit Pemeliharaan Sarana dan Prasarana; b. Unit Penyehatan Lingkungan; dan

c. Unit Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Pasal 53

Instalasi Pemulasaraan Jenazah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf n merupakan Instalasi yang menyelenggarakan pelayanan pemulasaraan jenazah dan forensik terhadap jenazah yang berasal dari dalam atau dari luar Rumah Sakit.

Pasal 54

(1) Pembentukan dan perubahan instalasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 didasarkan atas analisis organisasi dan kebutuhan.

(2) Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis instalasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan secara tertulis kepada Gubernur.

Paragraf 2

Kelompok Jabatan Fungsional Pasal 55

(1) Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang terbagi atas berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai bidang keahliannya.

(28)

(2) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja yang ada. (3) Kelompok jabatan fungsional bertugas melakukan kegiatan sesuai

dengan jabatan fungsional masing-masing yang berlaku.

(4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Paragraf 3 Staf Medis Fungsional

Pasal 56

(1) SMF merupakan kelompok dokter yang bekerja di bidang medis dalam jabatan fungsional.

(2) SMF sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas melaksanakan diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan, penyuluhan, pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi kedokteran.

(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) SMF menggunakan pendekatan tim dengan tenaga profesi terkait.

Bagian Kedelapan Organisasi Pendukung

Paragraf 1

Satuan Pengawas Intern Pasal 57

(1) Guna membantu Direktur dalam bidang pengawasan internal dan monitoring dibentuk SPI.

(2) Tugas SPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. mengawasi pelaksanaan dan operasional Rumah Sakit;

b. menilai pengendalian pengelolaan/pelaksanaan kegiatan Rumah Sakit; dan

c. memberikan saran perbaikan kepada Direktur.

(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) SPI mempunyai fungsi:

a. pengawasan terhadap segala kegiatan di lingkungan Rumah

Sakit;

b. penelusuran kebenaran laporan atau informasi tentang penyimpangan yang terjadi; dan

c. pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat pengawas fungsional.

(4) SPI berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur . (5) SPI dibentuk dengan Keputusan Direktur.

(29)

Paragraf 2 Komite Medis

Pasal 58

(1) Guna membantu Direktur dalam mengawal dan menjamin mutu pelayanan medis agar sesuai dengan standar pelayanan dan untuk memberi wadah bagi profesional medis dibentuk Komite Medis.

(2) Komite Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai otoritas dalam organisasi Staf Medis.

(3) Susunan, fungsi, tugas dan kewajiban, serta tanggung jawab dan kewenangan Komite Medis diuraikan lebih lanjut dalam Bab Tata Kelola Staf Medis.

Paragraf 3 Komite Keperawatan

Pasal 59

(1) Guna membantu Direktur Rumah Sakit dalam menyusun Standar Pelayanan Keperawatan dan memantau pelaksanaannya, mengatur kewenangan (previlege) perawat, mengembangkan pelayanan keperawatan, program pendidikan, pelatihan dan penelitian serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, dibentuk Komite Keperawatan.

(2) Dalam menjalankan tugasnya Komite Keperawatan wajib menjalin kerjasama yang harmonis dengan komite medis, Manajemen Keperawatan dan instalasi terkait.

(3) Komite Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan wadah non struktural yang berada dibawah serta bertanggungjawab kepada Direktur.

Pasal 60

(1) Susunan Komite Keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 terdiri dari:

a. Ketua;

b. Wakil Ketua; c. Sekretaris; dan d. Anggota.

(2) Komite Keperawatan dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan Direktur.

(30)

Bagian Kesembilan Tata Kerja

Pasal 61

Dalam melaksanakan tugasnya setiap koordinator dan penanggung jawab instalasi di lingkungan Rumah Sakit wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sikronisasi dan pendekatan fungsional (cross functional approach) secara vertikal dan horisontal baik internal maupun eksternal.

Pasal 62

Setiap koordinator dan penanggung jawab instalasi wajib mengawasi bawahannya dan apabila terjadi penyimpangan wajib mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 63

Setiap koordinator dan penanggung jawab instalasi bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahan dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.

Pasal 64

Setiap koordinator dan penanggung jawab instalasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan serta menyampaikan laporan berkala pada waktunya.

Pasal 65

Setiap laporan yang diterima oleh koordinator dan penanggung jawab instalasi dari bawahan wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan perubahan untuk menyusun laporan lebih lanjut dan untuk memberi petunjuk kepada bawahan.

Pasal 66

Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi, Koordinator Kelompok Kerja dan Penanggung jawab Instalasi wajib menyampaikan laporan berkala kepada atasannya.

Pasal 67

Dalam menyampaikan laporan kepada atasannya tembusan laporan lengkap dengan semua lampirannya disampaikan pula kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja.

(31)

BAB IV

TATA KELOLA STAF MEDIS Bagian Kesatu

Staf Medis Paragraf 1 Keanggotaan

Pasal 68

(1) Keanggotaan Staf Medis merupakan hak khusus (previlege) yang dapat diberikan kepada dokter yang secara terus menerus mampu memenuhi kualifikasi, standar dan persyaratan yang ditentukan. (2) Keanggotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan

tanpa membedakan ras, agama, warna kulit, jenis kelamin, keturunan, status ekonomi dan pandangan politisnya.

Pasal 69

Untuk dapat bergabung dengan Rumah Sakit sebagai staf medis, seorang dokter harus memiliki kompetensi yang dibutuhkan, Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktik (SIP), kesehatan jasmani dan rohani yang laik (fit) untuk melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya serta memiliki perilaku dan moral yang baik.

Pasal 70

Untuk dapat diangkat atau diangkat kembali sebagai staf medis Rumah Sakit seorang dokter harus mengajukan permohonan kepada Direktur dan selanjutnya Direktur berdasarkan pertimbangan dari Komite Medis dapat mengabulkan atau menolak permohonan tersebut.

Paragraf 2 Kategori Pasal 71

(1) Pengelompokan kategori SMF berdasarkan jenis kompetensi meliputi :

a. Dokter umum; b. Dokter gigi;

c. Dokter spesialis; dan d. Dokter gigi spesialis.

(2) Kategori SMF sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan status kepegawaian meliputi :

a. Dokter tetap (organik); dan b. Dokter tamu (non organik);

(32)

(3) Dokter tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, yakni dokter sebagai pegawai tetap berkedudukan dan bekerja untuk Rumah Sakit serta bertanggung jawab pada Direktur dengan kualifikasi sesuai dengan kompetensi dibidangnya serta mempunyai hak dan kewajiban sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Dokter tamu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, yakni dokter sebagai pegawai tidak tetap karena reputasi atau keahliannya diundang secara khusus oleh Direktur untuk menangani atau membantu menangani kasus yang tidak dapat ditangani oleh SMF lain yang ada dengan kualifikasi sesuai dengan kompetensi dibidangnya serta mempunyai hak dan kewajiban sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 72

Bagi Staf Medis Tetap (Organik) yang sudah pensiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 dapat diangkat kembali sebagai Staf Medis Mitra sepanjang dibutuhkan dan memenuhi persyaratan.

Pasal 73

(1) Tujuan umum pengorganisasian SMF untuk meningkatkan mutu pelayanan medis di Rumah Sakit.

(2) Tujuan khusus pengorganisasian SMF meliputi:

a. tercapainya kerjasama yang baik antara SMF, pemilik dan Direktur;

b. tercapainya sinergi antara manajemen dan SMF untuk kepentingan pasien; dan

c. terciptanya tanggung jawab SMF terhadap mutu pelayanan medis.

Pasal 74

(1) Penempatan dokter ke dalam kelompok SMF ditetapkan oleh Direktur atas usul komite medis yang dilengkapi perjanjian kerja masing–masing dokter untuk mewujudkan kejelasan fungsi, tugas dan kewenangannya.

(2) Kelompok SMF secara administratif bertanggung jawab kepada Direktur sedangkan secara fungsional sebagai profesi bertanggung jawab kepada Komite Medis melalui ketua kelompok Staf Medis.

(33)

Paragraf 3 Syarat Penerimaan

Pasal 75

Untuk dapat bekerja di Rumah Sakit sebagai staf medis, dokter spesialis, dokter umum, atau dokter gigi harus memenuhi persyaratan:

a. memiliki kompetensi yang dibutuhkan; b. memiliki STR dan SIP;

c. sehat jasmani dan rohani;

d. memiliki prilaku dan moral yang baik; dan

e. telah melalui proses kredensialing dan program orientasi di rumah sakit.

Paragraf 4 Kewenangan Klinik

Pasal 76

(1) Setiap Dokter yang diterima sebagai staf medis di Rumah Sakit diberikan kewenangan klinik oleh Direktur setelah memperhatikan rekomendasi dari Komite Medis.

(2) Penentuan kewenangan klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas jenis ijazah/sertifikat yang dimiliki Staf Medis.

(3) Dalam hal kesulitan menentukan kewenangan klinik maka Komite Medis dapat meminta informasi atau pendapat dari Kolegium terkait.

Pasal 77

Kewenangan klinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 dievaluasi terus menerus untuk menentukan apakah kewenangan tersebut dapat dipertahankan, diperluas, dipersempit atau dicabut.

Pasal 78

(1) Dalam hal seorang staf medis menghendaki agar kewenangan kliniknya diperluas, staf medis yang bersangkutan harus mengajukan permohonan kepada Direktur dengan menyebut alasannya serta melampirkan bukti berupa sertifikat pelatihan dan/atau pendidikan yang dapat mendukung permohonannya.

(34)

(2) Direktur berwenang mengabulkan atau menolak permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah mempertimbangkan rekomendasi Komite Medis.

(3) Setiap permohonan perluasan kewenangan klinik yang dikabulkan atau ditolak harus dituangkan dalam Keputusan Direktur dan disampaikan kepada pemohon.

Pasal 79

Kewenangan klinik sementara dapat diberikan kepada Dokter Pengganti dengan memperhatikan rekomendasi dari Komite Medis.

Pasal 80

Dalam keadaan darurat atau terjadi bencana yang menimbulkan banyak korban, semua staf medis Rumah Sakit diberikan kewenangan klinik untuk untuk melakukan tindakan penyelamatan diluar kewenangan klinik yang diberikan sepanjang yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk melakukannya.

Paragraf 5 Pembinaan

Pasal 81

(1) Dalam hal staf medis dinilai kurang mampu atau melakukan tindakan klinik yang tidak sesuai dengan standar pelayanan sehingga menimbulkan kecacatan dan/atau kematian, Komite Medis dapat melakukan penelitian.

(2) Dalam hal hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membuktikan kebenaran penilaian, Komite Medis dapat mengusulkan kepada Direktur agar staf medis yang bersangkutan diberikan sanksi administrasi.

(3) Pemberlakuan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dituangkan dalam Keputusan Direktur dan disampaikan kepada Staf Medis yang bersangkutan dengan tembusan kepada Komite Medis.

(4) Dalam hal staf medis tidak dapat menerima sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yang bersangkutan dapat mengajukan sanggahan secara tertulis dalam waktu 15 (lima belas) hari sejak diterimanya Keputusan, untuk selanjutnya Direktur Rumah Sakit memiliki waktu 15 (lima belas) hari kerja untuk menyelesaikan dengan cara adil dan seimbang dengan mengundang semua pihak yang terkait.

(5) Penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bersifat final. Paragraf 6

(35)

Paragraf 6 Pengorganisasian

Pasal 82

Semua dokter yang bertugas memberikan pelayanan/praktik kedokteran di Rumah Sakit termasuk di unit pelayanan yang melakukan kerjasama operasional dengan Rumah Sakit, wajib menjadi anggota staf medis Rumah Sakit.

Pasal 83

(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal

82, staf medis dikelompokkan sesuai bidang

spesialisasi/keahliannya atau menurut cara lain berdasarkan pertimbangan khusus.

(2) Setiap Kelompok Staf Medis paling sedikit terdiri atas 2 (dua) orang dokter dengan bidang keahlian sama.

(3) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dipenuhi, dapat dibentuk kelompok Staf Medis yang terdiri atas dokter dengan keahlian berbeda dengan memperhatikan kemiripan disiplin ilmu atau tugas dan kewenangannya.

Pasal 84

(1) Kelompok Staf Medis dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih oleh anggotanya.

(2) Ketua Kelompok Staf Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dijabat oleh dokter organik atau dokter mitra.

Pasal 85

(1) Pemilihan Ketua Kelompok Staf Medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 diatur dengan mekanisme yang disusun oleh Komite Medis.

(2) Proses pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melibatkan Komite Medis dan Direktur.

(3) Ketua Kelompok Staf Medis hasil pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Direktur. (4) Masa bakti Ketua Kelompok Staf Medis 3 (tiga) tahun dan dapat

dipilih kembali untuk 1 ( satu ) kali periode berikutnya, berturut-turut.

(36)

Pasal 86

Fungsi staf medis Rumah Sakit adalah sebagai pelaksana pelayanan medis, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan dibidang medis.

Pasal 87

Tugas staf medis Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 adalah sebagai berikut:

a. melaksanakan kegiatan profesi yang komprehensif meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif;

b. membuat rekam medis sesuai fakta, tepat waktu dan akurat; c. meningkatkan kemampuan profesi melalui program pendidikan

dan pelatihan berkelanjutan;

d. menjaga agar kualitas pelayanan sesuai standar profesi, standar pelayanan medis, dan etika kedokteran; dan

e. menyusun, mengumpulkan, menganalisa, dan membuat laporan pemantauan indikator mutu klinik.

Pasal 88

Tanggungjawab Kelompok Staf Medis Rumah Sakit meliputi:

a. memberikan rekomendasi melalui Ketua Komite Medis kepada Direktur terhadap permohonan penempatan dokter baru untuk mendapatkan surat keputusan;

b. melakukan evaluasi atas tampilan kinerja praktek dokter berdasarkan data yang komprehensif;

c. memberikan rekomendasi melalui Komite Medik kepada Direktur terhadap permohonan penempatan ulang dokter untuk mendapatkan keputusan;

d. memberikan kesempatan kepada dokter untuk mengikuti pendidikan dokter berkelanjutan;

e. memberikan masukan melalui Komite Medis kepada Direktur mengenai hal-hal yang berkaitan dengan praktik kedokteran; f. memberikan laporan secara teratur minimal sekali setiap tahun

melalui Ketua Komite Medis kepada Direktur tentang hasil pemantauan indikator mutu klinik, pelaksanaan program pengembangan staf, dan lain-lain yang dianggap perlu; dan

g. melakukan perbaikan standar operasional prosedur serta dokumen-dokumen yang terkait.

(37)

Pasal 89

Kewajiban Kelompok Staf Medis sebagai berikut:

a. menyusun standar operasional prosedur pelayanan medis, meliputi bidang administrasi, manajerial dan bidang pelayanan medis;

b. menyusun indikator mutu klinis; dan

c. menyusun uraian tugas dan kewenangan untuk masing-masing anggotanya.

Paragraf 7 Penilaian

Pasal 90

(1) Penilaian kinerja yang bersifat administratif dilakukan oleh Direktur.

(2) Evaluasi yang menyangkut keprofesian dilakukan oleh Komite Medis.

(3) Staf medis yang memberikan pelayanan medik dan menetap di unit kerja tertentu secara fungsional menjadi tanggung jawab Komite Medis, khususnya dalam pembinaan masalah keprofesian.

Bagian Kedua Komite Medis

Paragraf 1 Pembentukan

Pasal 91

Guna membantu Rumah Sakit dalam mengawal mutu layanan kesehatan berbasis keselamatan pasien maka dibentuk komite medis, yang merupakan satu-satunya wadah profesional di Rumah Sakit yang memiliki otoritas tertinggi dalam organisasi staf medis.

Pasal 92

(1) Komite Medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ditetapkan dengan Keputusan Direktur dengan masa kerja selama 3 (tiga) tahun.

(2) Komite Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur.

(38)

Paragraf 2 Susunan

Pasal 93

Susunan Komite Medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 terdiri dari : a. Ketua; b. Wakil Ketua; c. Sekretaris; dan d. Anggota. Pasal 94

(1) Persyaratan untuk menjadi Ketua Komite Medis adalah : a. mempunyai kredibilitas yang tinggi dalam profesinya;

b. menguasai segi ilmu profesinya dalam jangkauan, ruang lingkup, sasaran dan dampak yang luas;

c. peka terhadap perkembangan Rumah Sakit; d. bersifat terbuka, bijaksana dan jujur;

e. mempunyai kepribadian yang dapat diterima dan disegani dilingkungan profesinya; dan

f. mempunyai integritas keilmuan dan etika profesi yang tinggi. (2) Ketua Komite Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan dengan Keputusan Direktur. Pasal 95

(1) Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Wakil Ketua Komite Medis adalah dokter organik atau dokter mitra yang dipilih secara demokratis oleh kelompok staf medis.

(2) Wakil Ketua Komite Medis diangkat dengan Keputusan Direktur. (3) Wakil Ketua Komite Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat menjadi Ketua Sub Komite Medis. Pasal 96

(1) Sekretaris Komite Medis dipilih oleh Ketua Komite Medis. (2) Sekretaris Komite Medis dijabat oleh seorang Dokter organik. (3) Sekretaris Komite Medis dapat menjadi Ketua dari salah satu Sub

Komite.

(4) Dalam menjalankan tugasnya, Sekretaris Komite Medis dibantu oleh tenaga administrasi/staf sekretariat purna waktu.

(39)

Pasal 97

Anggota Komite Medis terdiri dari semua Kelompok Staf Medis dan/atau yang mewakili.

Paragraf 3

Tugas, Fungsi, Tanggung jawab dan Kewajiban Pasal 98

Komite Medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 mempunyai tugas:

a. membantu Direktur menyusun Standar Pelayanan Minimum dan memantau pelaksanaannya;

b. membina etika profesi, disiplin profesi dan mutu profesi;

c. mengatur kewenangan klinik masing-masing Kelompok Staf Medis;

d. membantu Direktur menyusun Peraturan Tata Kelola Staf Medis (Medical Staff Bylaws) serta memantau pelaksanaannya;

e. membantu Direktur menyusun kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan medikolegal;

f. melakukan koordinasi dengan Kelompok Staf Medis Fungsional dalam melaksanakan pemantauan dan pembinaan pelaksanaan tugas Kelompok Staf Medis;

g. meningkatkan program pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan dalam bidang medis;

h. melakukan monitoring dan evaluasi mutu pelayanan medis; dan i. memberikan laporan kegiatan kepada Direktur.

Pasal 99

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 Komite Medis mempunyai fungsi pengarahan (steering) dalam pemberian pelayanan medis, yang rinciannya adalah sebagai berikut: a. memberikan saran kepada Direktur atau Pokja Fungsional

Pelayanan;

b. mengkoordinasikan atau mengarahkan kegiatan pelayanan medis; c. menangani hal-hal berkaitan etika profesi; dan

d. menyusun kebijakan pelayanan medis sebagai standar yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh staf medis.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

(1) Bidang Perhubungan Laut dan Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf e, mempunyai tugas menyusun

Masyarakat Tradisional adalah masyarakat perikanan tradisional yang masih diakui hak tradisionalnya dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan atau kegiatan lainnya

Menurut Cascio Quality Of Work Life dapat diartikan menjadi dua pandangan, pandangan pertama menyebutkan bahwa Quality Of Work Life merupakan sekumpulan keadaan dan praktek dari

Data harga saham PT United Tractors menunjukkan plot yang mengikuti fungsi eksponensial, oleh karena itu dalam penulisan tugas akhir ini penulis akan menggunakan

Tingkat Kesehatan Fiskal Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah dari Sisi Pendapatan dan Belanja Tahun 2017.. ANALISIS

Hasil analisis menjelaskan bahwa motivasi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebelum dan sesudah pembentukan bapelluh di Sumatera Utara berpengaruh secara positif

Penelitian IV untuk mengetahui dosis/level tepung daun beluntas dan lama pemberian pakan perlakuan terhadap performa itik betina tua (berumur 12 bulan), kandungan gizi

• Mengumpulkan data dengan cara membaca dari berbagai sumber berkaitan dengan pertanyaan yang telah disampaikan meliputi prinsip kerja alternator, jenis alternator, cara