• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PAPARAN KARBON MONOKSIDA DAN KELUHAN KESEHATAN PADA PARA PEDAGANG DI PAJAK USU (PAJUS) KOTA MEDAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PAPARAN KARBON MONOKSIDA DAN KELUHAN KESEHATAN PADA PARA PEDAGANG DI PAJAK USU (PAJUS) KOTA MEDAN SKRIPSI"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PAPARAN KARBON MONOKSIDA DAN KELUHAN KESEHATAN PADA PARA PEDAGANG

DI PAJAK USU (PAJUS) KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh

ELA ASRINI ZENDRATO NIM. 151000396

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(2)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ELA ASRINI ZENDRATO NIM. 151000396

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(3)

i

Judul Skripsi : Analisis Paparan Karbon Monoksida dan Keluhan Kesehatan pada Para Pedagang di Pajak USU (Pajus) Kota Medan

Nama Mahasiswa : Ela Asrini Zendrato Nomor Induk Mahasiswa : 151000396

Departemen : Kesehatan Lingkungan

Menyetujui Pembimbing:

(dr. Surya Dharma, M.P.H. ) NIP. 195804041987021001

Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.) NIP. 196803201993082001

Tanggal Lulus: 24 Juli 2019

(4)

Telah diuji dan dipertahankan Pada tanggal: 24 Juli 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : dr. Surya Dharma, M.P.H.

Anggota : 1. Ir. Evi Naria, M.Kes.

2. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M.

(5)

iii

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Paparan Karbon Monoksida dan Keluhan Kesehatan pada Para Pedagang di Pajak USU (Pajus) Kota Medan” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2019

Ela Asrini Zendrato

(6)

Abstrak

Pajak USU (Pajus) adalah sebuah pasar yang menyediakan berbagai kebutuhan mahasiswa seperti alat tulis, baju, sepatu, aksesoris HP dan lain sebagainya.

Daerah Pajus selalu padat kendaraan bermotor, sehingga menghasilkan gas karbon monoksida yang dapat menyebabkan keluhan kesehatan. Karbon monoksida dapat membahayakan jantung, otak, dan paru-paru. Jika karbon monoksida terhirup dengan kadar tinggi dapat menyebakan kematian dan jika dengan kadar yang lebih rendah dan berlangsung secara terus menerus dapat membahayakan jantung dan otak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar karbon monoksida di udara ambien dan keluhan kesehatan para pedagang di Pajus. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Jumlah sampel sebanyak 40 pedagang dipilih dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang berusia 20-30 tahun (60%), jam kerja 5-10 jam (72,5%), dan sebagian besar pedagang bekerja <1 tahun (45%).

Kadar CO tertinggi berada di titik III sebesar 1973,6 µg/Nm3 masih memenuhi standar baku mutu berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999. Pedagang yang mengalami keluhan kesehatan adalah 77,5% antara lain adalah keluhan pusing, sakit kepala, nyeri di dada, penglihatan kabur, sesak nafas, mual, muntah dan pingsan. Disarankan kepada para pedagang di Pajus untuk menggunakan masker untuk mengurangi efek karbon monoksida.

Kata kunci: Kadar karbon monoksida (CO), keluhan kesehatan

(7)

v Abstract

Pajak USU (Pajus) is a market that provides a variety of student needs such as stationery, clothing, shoes, cell phone accessories and etc. Pajus areas that are densely packed with motor vehicles emitted carbon monoxide can cause health complaints. Carbon monoxide can harm the heart, brain and lungs. If carbon monoxide inhaled with high levels is deadly and with lower levels and continuously can harm the heart and brain. This study aims to analyze carbon monoxide exposure in air ambient and health complaints among traders at Pajus.

This research was a descriptive. Total sample of 40 traders was selected by purposive sampling method. The results found that most of the traders were 20-30 years old (60%), working for 5-10 hours (72,5%), and traders mostly worked <1 year (45%). The highest CO level at point III is 1973,6 μg / Nm3 still meets the quality standards based on PP No. 41 of 1999. Traders had health complaints was 77,5%, including dizziness, headaches, pain in the chest, vision blurred, breathless, nausea, vomiting and fainting. It is recommended for traders in Pajus to use mask to reduce the side effects of carbon monoxide.

Keywords: Carbon monoxide (CO) level, health complaints

(8)

Kata Pengantar

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala hikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Paparan Karbon Monoksida dan Keluhan Kesehatan pada Para Pedagang di Pajak USU (Pajus) Kota Medan” guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucpan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M., selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU dan Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. dr. Surya Dharma, M.P.H., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk , saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ir. Evi Naria, M.Kes., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. dr. Rahayu Lubis M.Kes. Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

(9)

vii

7. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah diajarkan selama ini kepada penulis.

8. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terkhusus Dian Afriyanti.

9. Keluarga tercinta, ayahanda Hasrat Zendrato, ibu Marlina Gea, abang Timotius Zendrato dan kakak Ciptani Putri Zendrato yang telah memberikan dukungan doa dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian.

10. Teman-teman dan sahabat yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang memberikan motivasi serta mendukung penulis dalam doa sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyajian skripsi ini.

Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Juli 2019

Ela Asrini Zendrato

(10)

Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi viii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Tujuan umum 5

Tujuan khusus 5

Manfaat Penelitian 5

Tinjauan Pustaka 6

Pengertian Lingkungan Hidup dan Pencemaran Lingkungan 6

Lingkungan hidup 6

Pencemaran lingkungan 6

Pencemaran Udara 7

Pengertian pencemaran udara 7

Sumber pencemaran udara 9

Jenis-jenis pencemaran udara 9

Komponen pencemaran udara 11

Faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran udara 13

Pengaruh Bahan Pencemar Udara 14

Pengaruh terhadap kesehatan 14

Pengaruh terhadap lingkungan sekitar 14

Karbon Monoksida 16

Efek karbon monoksida terhadap kesehatan 16

Sumber karbon monoksida 17

Baku mutu udara ambien untuk CO 18

Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan 19

Landasan Teori 23

Kerangka Konsep 25

(11)

ix

Metode Penelitian 27

Jenis dan Rancangan Penelitian 27

Lokasi dan Waktu Penelitian 27

Populasi dan Sampel 27

Variabel dan Definisi Operasional 28

Metode Pengumpulan Data 29

Metode Pengukuran 29

Metode Analisis Data 29

Hasil Penelitian 30

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 30

Karakteristik Responden 30

Keluhan Kesehatan 32

Distribusi responden berdasarkan keluhan kesehatan 32 Distribusi responden berdasarkan jenis keluhan kesehatan 32 Distribusi responden berdasarkan waktu terjadi keluhan kesehatan 33

Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida 33

Kadar karbon monoksida 33

Nilai asupan (intake) harian 35

Keluhan Kesehatan Berdasarkan Karakteristik Responden 36 Keluhan kesehatan berdasarkan umur responden 36 Keluhan kesehatan berdasarkan lama bekerja responden 36 Keluhan kesehatan berdasarkan jam kerja responden 37

Pembahasan 39

Karakteristik Responden 39

Kadar Karbon Monoksida (CO) di Pajus Kota Medan Tahun 2019 40

Penanaman pohon 41

Nilai Asupan (intake) Harian 41

Durasi Paparan 42

Keterbatasan Penelitian 42

Kesimpulan dan Saran 43

Kesimpulan 43

Saran 43

Daftar Pustaka 44

Daftar Lampiran 47

(12)

Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Kriteria Udara Bersih dan Udara Tercemar Menurut WHO 7 2 Baku Mutu Udara Ambien Nasional

7 3 Jenis-Jenis Pencemaran Udara

10 4 Perkiraan Presentasi Komponen Pencemar Udara dari

Sumber Pencemar Transportasi di Indonesia 12

5 Sumber Pencemaran yang Menghasilkan Bahan Pencemar

Udara 12

6 Baku Mutu Udara Ambien Nasional Karbon Monoksida

18 7 Pengaruh Konsentrasi CO di Udara dan Pengaruhnya pada

Tubuh Bila Kontak Terjadi pada Waktu yang Lama 18 8 Manifestasi Klinis Keracunan Karbon Monoksida

19 9 Uraian Langkah Identifikasi Bahaya

20 10 Variabel dan Definisi Operasional

28 11 Distribusi Pedagang Pajus Berdasarkan Karakteristik

Responden 30

12 Distribusi Pedagang Pajus Berdasarkan Keluhan Kesehatan

32 13 Distribusi Pedagang Pajus Berdasarkan Jenis Keluhan

Kesehatan 32

14 Distribusi Pedagang Pajus Berdasarkan Waktu Terjadi

Keluhan Kesehatan 33

15 Hasil Pengukuran Karbon Monoksida di Pajus Kota Medan

Tahun 2019 34

16 Distribusi Responden Berdasarkan Nilai Asupan (Intake)

Harian 36

(13)

xi

No Judul Halaman

17 Tabulasi Silang antara Umur Responden dengan Keluhan

Kesehatan Pedagang Pajus Kota Medan Tahun 2019 36 18 Tabulasi Silang Antara Lama Bekerja Responden dengan

Keluhan Kesehatan Pedagang Pajus Kota Medan Tahun

2019 37

19 Tabulasi Silang Antara Jam Kerja Responden dengan Keluhan Kesehatan Pedagang Pajus Kota Medan Tahun

2019 37

(14)

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka konsep 25

2 Peta Pajus 27

(15)

xiii

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Lembar Kuisioner 47

2 Hasil Penelitian 49

3 Surat Selesai Penelitian 50

4 Dokumentasi Penelitian 51

5 Output SPSS 53

(16)

Daftar Istilah

ARKL Analisis Risko Kesehatan Lingkungan BPS Badan Pusat Statistik

CO Karbon Monoksida

COHb Karboksihemoglobin IKU Indeks Kualitas Udara NDIR Non Dispersive Infra Red RfC Reference Concentrations RfD Reference Dose

RQ Risk Quotients

SNI Standar Nasional Indonesia WHO World Health Organization

(17)

xv

Riwayat Hidup

Penulis bernama Ela Asrini Zendrato berumur 21 tahun, dilahirkan di Gunungsitoli pada tanggal 05 November 1997. Penulis beragama Kristen Protestan, anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H. Zendrato dan Ibu M. Gea.

Pendidikan formal dimulai di SDN Tulumbaho Tahun 2003-2009, kemudian sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Gunungsitoli Tahun 2009- 2012, sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Gunungsitoli Tahun 2012-2015, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juli 2019

Ela Asrini Zendrato

(18)

Pencemaran yang terjadi di lingkungan hidup dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu masuk atau dimasukkannya zat, makhluk hidup, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh aktivitas manusia sehingga melebihi standar baku mutu lingkungan hidup yang telah ditentukan. Pencemaran udara adalah suatu keadaan menurunnya kualitas udara sehingga tidak berfungsi sesuai dengan peruntukanya sebagai akibat dari masuknya atau dimasukannya suatu elemen lain ke dalam udara oleh aktivitas manusia ataupun proses alam (Chandra, 2014). Menurut WHO (2000) peningkatan 4-8% angka kematian secara global disebabkan oleh paparan partikel yang terdapat di udara dan sekitar 1,5 miliar atau 25% dari populasi dunia masih terpapar udara yang sudah tercemar.

Pencemaran udara di Indonesia memiliki tingkat yang sudah melebihi standar baku mutu terkhusus daerah metropolitan yang disebabkan oleh emisi berbagai transportasi. Hampir setiap tahun terjadi pembakaran hutan untuk pembukaan lahan perkebunan dan pertanian akibatnya setiap tahun asap tebal menutupi banyak daerah bahkan sampai ke negara lain (Chandra, 2014). Untuk menilai kualitas udara dapat dilihat dari nilai Indeks Kualitas Udara (IKU). Dari tiga belas parameter kualitas udara, hanya emisi nitrogen oksida (NOx) dan karbon monoksida (CO) yang digunakan dalam penilaian IKU. Nilai IKU berada di antara 0 sampai dengan 96,18. Kota Gorontalo (96,18), adalah kota yang mendapat nilai IKU terbaik, kemudian diikuti oleh beberapa kota antara lain

(19)

2

Ambon (95,95), Ternate (94,29), Tanjung Pinang (88,25) dan Pangkal Pinang (86,94). Kota dengan nilai IKU sama dengan 0 ada beberapa yaitu DKI Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Pekanbaru, Medan. Hal ini menunjukan bahwa daerah dengan jumlah penduduk yang banyak, serta tempat terbuka hijau yang semakin sedikit karena pembangunan pemukiman yang banyak, serta dengan segala aktivitas sosial ekonominya yang tinggi, sarana dan prasarana wilayah, gedung-gedung kantor dan kawasan industri, mempunyai kualitas udara yang lebih rendah dibandingkan kota lainnya (BPS, 2012).

Kota-kota besar yang padat penduduk dan banyak industri merupakan tempat paling banyak terjadi polusi udara (Wiryono, 2013). Sumber pencemaran udara di kota metropolitan paling banyak berasal dari emisi kendaraan bermotor.

Dalam penelitian Tarigan (2009) tentang perkiraan gas buang kendaraan bermotor di Medan di dapatkan bahwa persentase gas buang polutan CO yang paling banyak berasal dari sepeda motor sedangkan untuk SO2 dan NOx berasal dari gas buang kendaraan truk di ruas Jalan Medan-Tg. Morawa, Medan-Binjai, dan Medan-Tembung.

Karbon monoksida adalah gas yang tidak memiliki warna, tidak memiliki aroma, tidak menyebabkan iritasi, tidak memiliki rasa dan bisa ditemukan di udara luar dan dalam ruangan. Karbon monoksida berasal dari pembakaran yang tidak sempurna, misalnya knalpot, peralatan gas, tungku dan lain sebagainya.

Karbon monoksida dapat membahayakan jantung, otak, dan paru-paru. Jika karbon monoksida terhirup dengan kadar tinggi dapat menyebakan kematian dan jika dengan kadar yang lebih rendah dan berlangsung secara terus menerus dapat

(20)

membahayakan jantung dan otak (U.S. Departemen of Health and Human Services, 2012). Di dalam tubuh karbon monoksida mempunyai afinitas 250 kali lebih besar dibandingkan dengan oksigen. Hal ini menyebabkan terjadinya hipoksia. Adapun 15% dari total CO berinteraksi dengan mioglobin, sitokrom dan sitokrom oksidasi yang mempunyai dampak masing-masing. Patofisiologi keracunan karbon monoksida berbeda terhadap masing-masing organ tubuh yang dipengaruhi. Pada jantung akan terjadi gangguan irama jantung dan insufisiensi koroner yang menyebabkan infark jantung, pada otak akan mengalami gangguan fungsi otak tergantung dari lama area yang terganggu dan di dalam darah akan terjadi peninggkatan kadar COHb yang menyebabkan penurunan kemampuan mengangkut oksigen dalam darah (Winata, 2010).

Mahayana, Suyasa, dan Laksmiwati (2012) menemukan bahwa juru parkir yang bekerja di jalan gajah mada Denpasar mengalami peningkatan konsentrasi karboksihemoglobin berdasarkan lama pemaparan gas karbonmonoksida, yang semakin lama semakin tinggi. Dalam penelitian Veronika, Nuraini, dan Ashar (2014) tentang analisis kadar PM10 dan CO di terminal Amplas Medan diketahui bahwa ada keluhan gangguan pernafasan akut terhadap petugas dinas perhubungan yang berada di luar ruangan. Keluhan batuk adalah yang paling banyak dialami. Dari beberapa penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa gas karbon monoksida sangat mempengaruhi kesehatan.

Dalam penelitian Prabhandhari (2014) tentang polutan udara lima kota metropolitan di Indonesia, konsentrasi CO udara Kota Medan melampaui batas baku mutu yaitu 18150 μg/m3/24 jam pada Tahun 2008. Pajak USU terletak di

(21)

4

jalan Jamin Ginting Kota Medan selalu padat kendaraan dan sering terjadi kemacetan. Pajak USU (Pajus) adalah sebuah pasar yang menyediakan berbagai kebutuhan mahasiswa seperti alat tulis, baju, sepatu, aksesoris HP dan lain sebagainya. Pasar ini sangat diminati oleh banyak orang dan bukan hanya mahasiswa saja karena harganya sangat terjangkau. Dalam penelitian Putri (2017) volume tertinggi kendaraan parkir di badan jalan depan Pajus adalah 807 unit kendaraan bermotor keluar masuk selama 7 jam penelitian. Dapat diperkirakan bahwa para pedagang yang berada di dekat jalan raya terpapar karbon monoksida dengan kadar karbon monoksida yang tinggi setiap harinya yang berasal dari emisi kendaraan bermotor karena transportasi adalah salah satu sumber pencemar yang utama (Wiryono, 2013). Berdasarkan beberapa data yang telah disebutkan di atas maka peneliti mengambil judul penelitian “Analisis Paparan Karbon Monoksida dan Keluhan Kesehatan Pada Para Pedagang di Pajak USU (Pajus) Kota Medan”

Perumusan Masalah

Pajus selalu padat oleh kendaraan bermotor sehingga menyebabkan meningkatnya kadar karbon monoksida di udara. Para pedagang yang berada di dekat jalan raya sering terpapar karbon monoksida setiap harinya. Akibat dari paparan tersebut mempunyai potensi berdampak pada kesehatan para pedagang.

Permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini adalah analisis kadar karbon monoksida dan keluhan kesehatan para pedagang di Pajus.

(22)

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Mengetahui kadar konsentrasi karbon monoksida di udara ambien dan keluhan kesehatan para pedagang di Pajus.

Tujuan khusus. Penelitian ini memiliki beberapa tujuan khusus yaitu : 1. Menghitung rerata konsentrasi CO di daerah Pajus.

2. Menghitung rerata laju asupan CO di udara yang masuk ke dalam tubuh para pedagang Pajus di dekat jalan raya melalui inhalasi.

3. Menghitung rerata durasi paparan CO pada pedagang Pajus di dekat jalan raya 4. Mengetahui keluhan kesehatan para pedagang di Pajus.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan dan pemberian pemikiran kepada pedagang Pajus dekat jalan raya.

2. Sebagai masukan informasi bagi peneliti lainnya mengenai analisis kadar karbon monoksida dan keluhan kesehatan para pedagang di Pajus.

3. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang mengenai analisis kadar karbon monoksida dan keluhan kesehatan para pedagang di Pajus.

(23)

6

Tinjauan Pustaka

Pengertian Lingkungan Hidup dan Pencemaran Lingkungan

Lingkungan hidup. Pengertian lingkungan hidup yang tercantum dalam UU RI No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup adalah bahwa lingkungan hidup merupakan suatu kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang memberi pengaruh pada kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Pencemaran lingkungan. Pengertian pencemaran lingkungan dalam UU RI No. 23 Tahun 1997 pasal 1 ayat 12 tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup dinyatakan bahwa, “pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh aktivitas manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya”.

Pengelolaan lingkungan hidup yang baik akan membuat kehidupan manusia sejahtera. Adapun tujuan pengelolaan hidup adalah sebagai berikut : 1. Manusia dan lingkungan hidupnya memiliki hubungan yang selaras sebagai

tujuan membangun manusia seutuhnya.

2. Sumberdaya dapat dikelola dengan baik dan dimanfaatkan secara bijaksana.

3. Manusia sebagai pengelola dan pemelihara lingkungan hidup dapat terwujud.

4. Pembangunan dengan memperhatikan dampak lingkungan dapat terlaksana.

(24)

5. Negara dapat terlindungi dari dampak aktivitas Negara lain yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan (Sunu, 2001).

Pencemaran Udara

Pengertian pencemaran udara. Pencemaran udara adalah suatu keadaan menurunnya kualitas udara sehingga tidak berfungsi sesuai dengan peruntukknya sebagai akibat dari masuknya atau dimasukkannya suatu elemen lain ke dalam udara oleh aktivitas manusia ataupun proses alam (Chandra, 2014). Menurut PP Nomor 41 Tahun 1999, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh aktivitas manusia, sehingga melewati standar baku mutu udara yang telah ditetapkan.

Tabel 1

Kriteria Udara Bersih dan Udara Tercemar Menurut WHO

Parameter Udara Bersih Udara Tercemar

Bahan partikel 0,01-0,02 mg/m3 0,07-0,7

SO2 0,003-0,02 ppm 0,02-2 ppm

CO < 1 ppm 5-200 ppm

NO2 0,003-0,02 ppm 0,02-0,1 ppm

CO2 310-330 ppm 350-700 ppm

Hidrokarbon <1 ppm 1-20 ppm

Sumber : Holzworth & Cormick, 1976:690 dalam Mukono (2010) Tabel 2

Baku Mutu Udara Ambien Nasional

No. Parameter Waktu Pengukuran

Baku Mutu Metode Analisis Peralatan 1 SO2

(Sulfur Dioksida)

1 Jam 900 ug/Nm3 Pararosanilin Spektrofotometer 24 Jam 365 ug/Nm3

1 Tahun 60 ug/Nm3 2 CO

(Karbon Monoksida)

1 Jam 30000 ug/Nm3 NDIR NDIR Analyzer

24 Jam 10000 ug/Nm3

1 Tahun -

(bersambung)

(25)

8

Tabel 2

Baku Mutu Udara Ambien Nasional

No. Parameter Waktu Pengukuran

Baku Mutu Metode Analisis Peralatan 3 NO2

(Nitrogen Dioksida)

1 Jam 400 ug/Nm3 Saltzman Spektrofotometer 24 Jam 150 ug/Nm3

1 Tahun 100 ug/Nm3 4 O3

(Oksidan)

1 Jam 235 ug/Nm3 Chemiluminescent Spektrofotometer 1 Tahun 50 ug/Nm3

5 HC (Hidro karbon)

3 Jam 160 ug/Nm3 Flame Ionization Gas Chromatogarfi

6 PM10 (Partikel <

10 um )

24 Jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol

PM2,5 (*) 24 Jam 65 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol (Partikel <

2,5 um)

1 Tahun 15 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol 7 Total

Suspended Partikulat (Debu)

24 Jam 230 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol

1 Tahun 90 ug/Nm3 8 Pb

(Timah Hitam)

24 Jam 2 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol 1 Tahun 1 ug/Nm3 Ekstraktif

Pengabuan

AAS 9 Dustfall

(Debu Jatuh )

30 Hari 10 Ton/km2 /Bulan (Pemukiman)

Gravimetric Cannister

20 Ton/km2 /Bulan (Industri) 10 Total

Fluorides (as F)

24 Jam 3 ug/Nm3 Spesific Ion Electrode

Impinger atau Countinous Analyzer 90 Hari 0,5 ug/Nm3

11 Fluor Indeks

30 Hari 40 u g/100 cm2 dari kertas Limed Filter

Colourimetric Limed Filter

12 Khlorine &

Khlorine Dioksida

24 Jam 150 ug/Nm3 Spesific Ion Electrode

Impinger atau Countinous Analyze 13 Sulphat

Indeks

30 Hari 1 mg SO3/100 cm3 dari Lead Peroksida

Colourimetric Lead Peroxida Candle Sumber : PP No 41 Tahun1999

*1 mg/m3 = 0,001 ppm; 1 ppm = 1000 mg/m3

(26)

Sumber pencemaran udara. Pencemaran udara bersumber dari berbagai hal yang ada di sekitar manusia dan lingkungan.. Beberapa pendapat tentang sumber dari pencemaran udara diuraikan di bawah ini.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999. Pencemaran

udara bersumber dari segala upaya dan/atau aktivitas yang menghasilkan bahan pencemar ke udara sehingga udara kehilangan fungsinya.

Menurut Chandra (2014). Sumber dari pencemaran udara adalah alam

dan aktivitas manusia seperti berikut :

Alam. Pencemaran yang bersumber dari aktivitas alam, misalnya : hutan terbakar, aktivitas gunung aktif, dan sebagainya.

Aktivitas manusia. Pencemaran yang bersumber dari aktivitas manusia, seperti Bekas pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor menghasilkan gas CO, CO2, NO, karbon, hidrokarbon, aldehide, dan Pb. Limbah industri : kimia, metalurgi, tambang, pupuk dan minyak bumi. Bekas pembakaran dari gas alam, batubara, dan minyak, seperti asap, debu, dan sulfurdioksida. Lain-lain, seperti pembakaran sisa pertanian, hutan, sampah, dan limbah reaktor nuklir.

Jenis-jenis pencemaran udara. Pencemaran udara memiliki berbagai jenis yang dapat dikelompokan dalam beberapa kelompok. Beberapa pendapat tentang jenis-jenis pencemaran udara dan pengelompokannya diuraikan di bawah ini.

Sunu (2001). Jenis-jenis pencemaran udara di kelompokkan menjadi lima dalam tabel di bawah ini :

(27)

10

Tabel 3

Jenis-Jenis Pencemaran Udara

Pencemaran Udara Jenis

Menurut bentuk 1. Gas

2. Partikel

Menurut tempat 1. Ruangan (indoor)

2. Udara Bebas (outdoor) Gangguan kesehatan 1. Iritansia

2. Aspeksia 3. Anestesia 4. Toksis

Susunan kimia 1. Anorganik

2. Organik

Menurut asalnya 1. Primer

2. Sekunder

Sumber : Woodwell, 1973 ; Tollison, 1987; Ryadi, 1982; Sitepoe, Mangku 1997 dalam Sunu (2001)

Mukono (2010). Pencemaran udara dikelompokan berdasarkan bahan

pencemar udara yaitu terbagi atas dua kelompok :

Polutan primer. Polutan primer adalah pencemar yang dihasilkan langsung dari sumbernya, dapat berbentuk polutan gas dan partikel. Polutan gas, terdiri dari: senyawa karbon, senyawa sulfur, senyawa nitrogen dan senyawa halogen.

Sedangkan partikel dapat berbentuk zat padat atau suspensi aerosol cair. Partikel bersumber dari proses kondensasi, dispersi (misalnya dengan cara menyemprot) maupun erosi bahan tertentu. Partikel dapat berupa asap, debu, uap dan kabut.

Asap merupakan komponen karbon yang sangat halus dan sering dikatakan sebagai jelaga. Asap merupakan hasil dari pembakaran yang tidak sempurna.

Debu merupakan partikel padat yang berasal dari pecahan suatu bahan dan dapat juga dihasilkan oleh manusia atau alam. Uap merupakan partikel padat bersumber dari proses sublimasi, distilasi atau reaksi kimia. Kabut merupakan partikel cair

(28)

dari reaksi kimia dan kondensasi uap air. Secara garis besar partikel dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan ukurannya, yaitu partikel debu kasar (diameter nya >10 mikron), partikel debu, uap, dan asap, (diameternya antara 1-10 mikron), dan aerosol, (diameternya < 1 mikron)

Polutan sekunder. Polutan sekunder pada umumnya dari dua atau lebih bahan kimia di udara yang bereaksi, seperti reaksi foto kimia. Contoh dari hal tersebut antara lain yaitu terjadinya disosiasi NO2 karena adanya sinar matahari yang membentuk fotokimia oksidan NO dan radikal oksigen. Proses reaksi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: konsentrasi relatif dari bahan reaktan, kondisi iklim, derajat fotoaktivasi, topografi lokal dan adanya embun. Sifat fisik dan kimia dari polutan sekunder ini tidak konstan. Contoh dari polutan sekunder adalah formaldehid, Peroxy Acyl Nitrat (PAN), dan ozon.

Komponen pencemaran udara. Komponen pencemaran udara yang berpengaruh paling banyak adalah Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NOx), Belerang oksida (SOx), Hidro Karbon(HC), dan partikel. Komponen pencemaran udara ini dapat mempengaruhi udara sekaligus diwaktu yang sama maupun sendiri-sendiri. Daerah perkotaan pada umumnya banyak tercemar oleh komponen pencemar tersebut karena segala aktivitas industri, teknologi dan lalu lintas yang padat. Persentasi komponen pencemar udara di Indonesia dari sumber pencermar transportasi sebagai berikut :

(29)

12

Tabel 4

Perkiraan Persentasi Bahan Pencemar Udara dari Sumber Pencemar Transportasi di Indonesia

Pencemar Presentase (%)

CO 70,50

NOx 8,89

SOx 0,88

HC 18,34

Partikel 1,33

Total 100,00

Sumber : Wardhana (2004)

Menurut mukono (2010), parameter bahan pencemar udara yang perlu diperhatikan untuk daerah perkotaan dan industri adalah parameter gas SO2, CO, NO2, dan partikel debu. Bahan pencemar tersebut berkaitan dengan penyakit saluran pernapasan. Sumber pencemar udara dapat menunjukkan jenis bahan pencemarnya. Seperti terdapat di bawah ini :

Tabel 5

Sumber Pencemaran yang Menghasilkan Bahan Pencemar Udara

Sumber Pencemar HC CO2 CO SO2 NO NO2

Sumber Stasioner + + + + + +

Proses Industri + + + + + +

Sampah Padat + + + + + +

Pembakaran sisa pertanian + + + - + +

Transportasi + + + + + +

Bahan bakar batubara + + + + + +

Bahan bakar minyak + + + + + +

Bahan bakar gas alam - + - - - -

Bahan bakar kayu - + - - + +

Incinerator + + + + + +

Kebakaran hutan + + + - + +

Keterangan : (+) = Menghasilkan ; (-) = Tidak menghasilkan

Sumber : Esmen, 1989; Graedel & Cratzen, 1989; Masters, 1991 dalam Mukono (2010)

(30)

Faktor- faktor yang mempengaruhi pencemaran udara. Faktor yang mempengaruhi terjadinya pencemaran udara di lingkungan disebabkan oleh beberapa aspek, antara lain meteorologi, iklim dan topografi.

Meterologi dan iklim. Variabel yang tergolong faktor metereologi dan

iklim, antara lain :

Temperatur. Dinamika susunan udara dengan temperatur rendah ke suatu daerah industri secara tiba-tiba bisa mengakibatkan temperatur inversi. Artinya, udara dengan temperatur rendah akan terjebak di suatu kawasan tersebut dan tidak dapat keluar sehingga cenderung menghentikan bahan pencemar tetap berada di kawasan tersebut sehingga konsentrasi bahan pencemar daerah tersebut semakin tinggi dari waktu ke waktu dan tidak mengalami pertukaran udara sama sekali.

Arah dan kecepatan angin. Angin yang kencang menyebabkan bahan pencemar terbang ke segala arah sehingga dapat mempengaruhi kualitas udara daerah lainnya bahkan udara negara tetangga. Contohnya kebakaran hutan di Indonesia mengakibatkan kabut asap di negara Malaysia dan Singapura.

Sedangkan, jika kecepatan angin lemah, bahan pencemar akan menimbun di suatu kawasan sehingga mempengaruhi kualitas udara daerah kawasan tinggal yang ada di lokasi pencemaran udara.

Hujan. Bahan pencemar udara cenderung dilarutkan oleh air hujan. Daerah industri yang memanfaatkan batu bara sebagai sumber energinya merupakan sumber pencemar udara sekelilingnya. Pembakaran batu bara membentuk gas sulfurdioksida, jika gas tersebut bersatu dengan air hujan menghasilkan asam sulfat sehingga air hujan menjadi asam, biasa dikatakan hujan asam.

(31)

14

Topografi, variabel yang tergolong dalam faktor topografi antara lain :

Dataran rendah. Pencemaran udara terjadi di dataran rendah karena angin cenderung membawa bahan pencemar terbang ke segala arah.

Pegunungan. Daerah pegunungan sering mengalami temperatur inversi dan udara dingin yang terjebak menghentikan bahan pencemar tetap di kawasan tersebut.

Lembah. Aliran angin di lembah sangat kurang sehingga tidak menyebabkan bahan pencemar berpindah, namun keaadan ini mengakibatkan bahan pencemar tetap di permukaan bumi.

Pengaruh Bahan Pencemar Udara

Pengaruh terhadap kesehatan. Gas dan partikel di udara mengakibatkan abnormalitas tubuh atau gangguan pada tubuh. Pada umumnya hal tersebut dapat berbentuk antara lain : sakit kronis maupun akut, penyakit yang tersembunyi, bisa mengurangi usia, menghalangi pertumbuhan dan perkembangan, menggangu fungsi fisiologis dari : Paru, saraf, transpor oksigen oleh hemoglobin dan kemampuan sensorik, gangguan penampilan, misalnya pada : aktivitas atlet, aktivitas motorik, aktivitas belajar, iritasi sensorik, penimbunan bahan berbahaya dalam tubuh dan rasa tidak nyaman, karena faktor bau ( Mukono, 2010).

Pengaruh terhadap lingkungan sekitar. Bahan pencemar udara memiliki pengaruh terhadap kondisi fisik atmosfir, factor ekonomi dan vegetasi.

Hal ini diuraikan di bawah ini.

Pengaruh terhadap kondisi fisik atmosfer. Pengaruh negatif bahan pencemar udara terhadap keadaan fisik atmosfer antara lain adalah : gangguan

(32)

jarak pandang (visibility), memberikan warna tertentu pada atmosfer, mempengaruhi susunan dari awan, mempengaruhi keasamaan air hujan dan mempercepat pemanasan atmosfer.

Pengaruh terhadap faktor ekonomi. Pengaruh negatif bahan pencemar

udara terhadap faktor yang berkaitan dengan ekonomi antara lain : biaya rehabilitasi meningkat karena rusaknya bahan (keropos), meningkatkan biaya pemeliharaan (pelapisan, pengecatan), meningkatnya biaya pemulihan kesehatan.

Pengaruh terhadap vegetasi. Pengaruh negatif bahan pencemar udara

terhadap kehidupan vegetasi antara lain ialah : perubahan struktur, warna, dan kerusakan fisiologi sel daun dan sel tumbuhan lainnya, mempengaruhi pertumbuhan ekologi tumbuhan, mempengaruhi proses reproduksi tumbuhan mempengaruhi susunan komunitas tumbuhan, adanya penumpukkan materi pencemaran pada vegetasi tertentu sehingga mempengaruhi kehidupan serta morfologi vegetasi tersebut (misalnya lumut kerak).

Pengaruh terhadap kehidupan binatang. Proses penumpukan suatu

bahan pencemar dan keracunan bahan berbahaya dapat mempengaruhi kehidupan binatang. Misalnya, migrasi burung karena udara ambien terpapar oleh gas SO2.

Efek estetik. Munculnya bau di lingkungan merupakan efek dari adanya

pencemaran udara mempengaruhi estetika lingkungan. Selain itu, terjadinya perubahan warna pada suatu bahan dan bahan yang rentan rusak akibat lapisan debu merupakan efek estetik.

(33)

16

Karbon Monoksida

Karbon monoksida adalah gas yang tidak memiliki warna, tidak mengakibatkan iritasi, tidak memiliki bau, tidak memiliki rasa dan terdapat di udara luar dan dalam ruangan (U.S. Departemen of Health and Human Services, 2012).

Efek karbon monoksida terhadap kesehatan. Bahaya utama dari karbon monoksida adalah kecenderungannya mengikat hemoglobin sehingga menghasilkan karboksihemoglobin (COHb). Karbon monoksida bersama-sama dengan oksigen dapat mengikat hemoglobin tetapi karbon monoksida jauh lebih stabil mengikat hemoglobin dibandingkan dengan oksigen. Kondisi tersebut mengakibatkan hemoglobin lebih gampang mengikat karbon monoksida dan sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi darah sebagai pembawa oksigen.

Toksisitas karbon monoksida di pengaruhi oleh konsentrasi karboksihemoglobin, lamanya terpapar, aktivitas metabolis selama paparan dan keadaan penyakit yang mendasarinya. Otak dan jantung adalah organ dengan tingkat metabolis tertinggi sehingga sangat rentan terjadinya hipoksia dan manifestasi toksik. Dalam beberapa studi dikatakan bahwa COHb meningkat dalam aliran darah jantung menyebabkan orang dengan penyakit jantung koroner kekurangan suplai oksigen ke jantung. Meningkatnya kadar COHb dan ketidakseimbangan antara oksigen yang diperlukan jantung dengan oksigen di aliran darah menyebakan keracunan lokal, anoksia, dan stroke hemoragik (Goldfrank, 1941).

Hemoglobin + O2 ----> O2Hb (Oksihemoglobin) Hemoglobin + CO ----> COHb (Karboksihemoglobin)

(34)

Ikatan Karbon Monoksida dengan darah dibandingkan ikatan oksigen dengan darah jauh lebih stabil. Karboksihemoglobin lebih stabil 140 kali dibandingkan oksihemoglobin. Kondisi tersebut mengakibatkan darah lebih gampang mengikat gas CO sehingga mengakibatkan fungsi penting darah sebagai pembawa oksigen terganggu. Gas karbon monoksida dapat terbentuk melalui proses antara lain : pembakaran bahan bakar fosil dengan udara yang reaksinya lebih dari kebutuhan stoikhiometris, terbentuknya gas CO dari reaksi antara karbon dioksida (CO2) dan karbon (C) pada suhu tinggi, CO2 terurai kembali menjadi CO dan oksigen pada suhu tinggi (Wardhana, 2004).

Sumber karbon monoksida. Karbon monoksida dihasilkan oleh pembakaran BBM, batu bara, dan sampah serta lahan/hutan; kegiatan rumah tangga dalam memasak menggunakan bahan bakar minyak, tungku pemanas menggunakan minyak, batu bara, arang, atau kayu bakar; serta aktivitas merokok.

Hasil pembakaran yang tidak sempurna akan membentuk karbon monoksida.

(Suyono, 2014).

Di Amerika Serikat (1969) diprediksi bahwa kendaraan bermotor dapat memproduksi kira-kira 97 ribu ton gas karbon monoksida yang merupakan 65%

dari seluruh karbon monoksida yang dihasilkan manusia.Karbon monoksida sebanyak 60% ditemukan di kota besar dan wilayah perkotaan. Sebagai gambaran adalah kadar gas karbon monoksida 141 ppm di jalan bebas hambatan New York dan 147 ppm di Los angeles sewaktu kendaraan macet pada jam ramai (Mukono, 2008).

(35)

18

Baku mutu udara ambien untuk CO. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun1999 tentang pengendalian pencemaran udara, nilai baku mutu untuk karbon monoksida adalah :

Tabel 6

Baku Mutu Udara Ambien Nasional Karbon Monoksida Parameter Waktu Pengukuran Baku Mutu Metode

Analisis

Peralatan Karbon

Monoksida (CO)

1 Jam 30.000 µg/Nm3 NDIR NDIR

Analyzer

24 Jam 10.000 µg/Nm3

1 Tahun -

Sumber : PP No 41 Tahun1999

Karbon monoksida yang terdapat di udara akan terhirup oleh manusia dan berikatan dengan hemoglobin. Semakin tinggi konsentrasi karbon monoksida maka semakin besar pengaruhnya bagi tubuh.

Tabel 7

Pengaruh Konsentrasi CO di Udara dan Pengaruhnya pada Tubuh Bila Kontak Terjadi pada Waktu yang Lama

Konsentrasi CO di Udara (ppm)

Konversi CO Dalam mg/m3

Konsentrasi COHb Dalam Darah (%)

Gangguan pada Tubuh

3 3, 44 0, 98 Tidak ada

5 5, 73 1, 3 Belum begitu

terasa

10 11, 45 2, 1 Sistem syaraf

sentral

20 22, 9 3, 7 Panca indera

40 45, 81 6, 9 Fungsi jantung

60 68, 71 10, 1 Sakit kepala

80 91, 62 13, 3 Sulit bernafas

100 114, 52 16, 5 Pingsan-kematian

Sumber : Wardhana, 2004

(36)

Tabel 8

Manifestasi Klinis Keracunan Karbon Monoksida Manifestasi Klinis Keracunan Karbon Monoksida Sakit kepala

Mual Pusing Lemah Sakit dada Dispnea

Penglihatan kabur Muntah

Ataxia Kebingungan Pingsan Distritmia Iskemia miokard Takipnea

Sumber : Goldfrank, 2007

Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 876 Tahun 2001 tentang analisis dampak kesehatan lingkungan, ARKL adalah suatu pendekatan untuk mengamati seberapa besarnya risiko suatu bahan pencemar dengan mengidentifikasi masalah lingkungan yang sudah diketahui kemudian mengaitkannya dengan penetapan risiko pada kesehatan manusia yang berhubungan dengan masalah lingkungan bersangkutan. Analisis risiko kesehatan biasanya berkaitan dengan masalah lingkungan saat ini atau di masa lalu (misalnya: lokasi tercemar).

Langkah- langkah analisis risiko. Analisis risiko dilakukan dalam empat langkah yaitu identifikasi bahaya, evaluasi dosis respon, pengukuran pemajanan dan penetapan risiko. Hal ini diuraikan di bawah ini.

Langkah pertama : identifikasi bahaya. Mengetahui pengaruh negatif

(37)

20

memastikan standar serta data-data yang mendukungnya. Tahapan ini mengidentifikasi agen risiko spesifik yang berbahaya dari lingkungan dan gejala kesehatan yang dapat terjadi.

Tabel 9

Uraian Langkah Identifikasi Bahaya

Pertanyaan Uraian

Apa Agen risiko spesifik yang berbahaya

Penjelasan tentang agen risiko bahan kimia atau senyawa kimia yang berbahaya secara jelas.

Di media lingkungan yang mana agen risiko ditemukan :

Penjelasan tentang media lingkungan dimana agen risiko ditemukan ; apakah di udara ambien, air, tanah, biota, hewan, dll.

Seberapa besar kadar agen risiko di media lingkungan

Penejelasan tentang kadar hasil pengukuran di media lingkungan Apa gejala kesehatan yang potensial Uraian gejala kesehatan / gangguan

kesehatan yang berhubungan dengan agen risiko

Sumber : Direktorat Jenderal PP dan PL Kementerian Kesehatan Tahun 2012 Langkah kedua : evaluasi “dose – response”. Langkah setelah melakukan

identifikasi bahaya adalah analisis dosis- respons adalah mencari nilai RfD, RfC, SF dari agen risiko dan mencari tahu setiap dampak yang memungkinkan terjadi pada tubuh manusia diakibatkan oleh agen risiko. Analisis dosis-respon dapat menggunakan nilai dari literature yang sudah tersedia. Langkah analisis dosis respon ini dimaksudkan untuk : memahami bagaimana terjadinya pemajanan dari suatu agen risiko dapat masuk ke dalam tubuh manusia, memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang terjadi sebab peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko yang masuk ke dalam tubuh dan mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC) atau slope factor (SF) dari agen risiko tersebut.

RfD dan RfC adalah nilai yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman pada

(38)

efek non karsinogenik suatu agen risiko, sedangkan SF (slope factor) adalah referensi untuk nilai yang aman pada efek karsinogenik.

Langkah ketiga : pengukuran pemajanan. Taksiran besaran, frekuensi,

dan lamanya pemajanan pada manusia oleh suatu bahan melalui semua jalur dan menghasilkan perkiraan pemajanan numerik. Data yang dipakai dalam perhitungan adalah data primer atau data sekunder dan hipotesis berdasarkan pertimbangan logis atau menggunakan nilai default yang sudah ada. Untuk menghitung Intake (asupan) menggunakan rumus sebagai berikut :

Perhitungan Intake

I =

𝐶 𝑥 𝑅 𝑥 𝑡𝐸 𝑥 𝑓𝐸 𝑥 𝐷𝑡 𝑊𝑏 𝑥 𝑡𝑎𝑣𝑔

Keterangan :

I = asupan (intake), mg/kg/hari

C = konsentrasi risk agent, mg/M3 untuk medium udara, mg/L untuk air minum, mg/kg untuk makanan atau pangan

R = laju asupan atau konsumsi, m3/jam untuk inhalasi, L/hari untuk air minum, g/hari untuk makanan. (nilai default: 0,83 m3/jam (dewasa) dan 0,5 m3/jam (6-12 tahun))

tE = Waktu pajanan, jam/hari fE = Frekuensi pajanan, hari/tahun

Dt = Durasi pajanan, tahun (real timeatau proyeksi, 30 tahun untuk nilai default residensial)

Wb = Berat badan, kg

(39)

22

tavgv = perioda waktu rata-rata (Dt×365 hari/tahun untuk zat nonkarsinogen, 30 tahun × 365 hari/tahun untuk zat karsinogen)

Langkah keempat : penetapan risiko. Informasi daya racun dan

pemajanan disatukan kedalam “Perkiraan Batas Atas” risiko kesehatan yang terkandung dalam suatu bahan.

Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ). Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan / membagi intake dengan RfC atau RfD. Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut :

RQ

=

𝐼

𝑅𝑓𝐶

Keterangan :

RQ : Risk Quotien

I : asupan (intake), mg/kg/hari

RfC : Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Nilai Intake, RfD atau RfC setiap agen risiko harus spesifik begitu juga untuk jalur pemajanannya. Jika nilai RQ>1 maka perlu dilakukan pengendalian resiko. Sedangkan, jika nilai RQ<1 pengendalian resiko tidak perlu dilakukan tetapi nilai tersebut perlu dipertahankan agar tidak melampaui angka satu.

Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR). Untuk mengetahu karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan antara intake dengan SF. Persamaan untuk menetapakan nilai adalah sebagai berikut :

ECR = I x SF

(40)

Keterangan :

ECR : Excess Cancer Risk

I : asupan (intake), mg/kg/hari

SF : Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Baik CSF maupun Intake harus spesifik untuk bentuk spesi kimia risk agent dan jalur pajanannya. Karena secara teoritis karsinogenisitas tidak memiliki ambang batas maka risiko dinyatakan tidak bisa diterima bila E-6<ECR<E-4.

Kisaran angka E-6 s/d E-4 dipungut dari nilai default karsinogenistas US-EPA (1990).

Kajian dampak lingkungan terhadap kesehatan masyarakat masih banyak dilakukan menggunakan studi epidemiologi, sedangkan penggunaan ARKL masih sangat jarang. Selama beberapa waktu yang lama studi epidemiologi telah menjadi cara investigasi penyakit infeksi di masyarakat (WHO 1983). Hal ini bisa menyebabkan banyak yang berpikir bahwa hanya studi epidemiologi yang menjadi cara untuk mengkaji dampak lingkungan terhadap kesehatan (Rahman, 2007).

Landasan Teori

Karbon monoksida adalah gas yang tidak memiliki warna, tidak menyebabkan iritasi, tidak berbau, tidak berasa dan dapat ditemukan di udara luar dan dalam ruangan (U.S. Departemen of Health and Human Services, 2012).

Bahaya utama dari karbon monoksida adalah kecenderungannya mengikat hemoglobin sehingga menghasilkan karboksihemoglobin (COHb). Karbon monoksida bersama-sama dengan oksigen dapat mengikat hemoglobin tetapi

(41)

24

Karbon monoksida jauh lebih stabil mengikat hemoglobin dibandingkan dengan oksigen. Kondisi tersebut mengakibatkan hemoglobin lebih gampang mengikat karbon monoksida dan sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi darah sebagai pembawa oksigen. Toksisitas karbon monoksida di pengaruhi oleh konsentrasi karboksihemoglobin, lamanya terpapar, aktivitas metabolis selama paparan dan keadaan penyakit yang mendasarinya. Otak dan jantung adalah organ dengan tingkat metabolis tertinggi sehingga sangat rentan terjadinya hipoksia dan manifestasi toksik. Dalam beberapa studi dikatakan bahwa COHb meningkat dalam aliran darah jantung menyebabkan orang dengan penyakit jantung koroner kekurangan suplai oksigen ke jantung. Meningkatnya kadar COHb dan ketidakseimbangan antara jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh jantung dengan oksigen yang terdapat dalam aliran darah menyebakan keracunan lokal, anoksia, dan stroke hemoragik (Goldfrank, 1941).

Hemoglobin + O2 ----> O2Hb (Oksihemoglobin) Hemoglobin + CO ----> COHb (Karboksihemoglobin)

Karbon monoksida yang terikat dengan darah jauh lebih stabil dibandingkan ketika oksigen terikat dengan darah. Ikatan karbon monoksida dengan dara lebih stabil 140 kali dibandingkan ikatan oksigen dengan darah. Hal ini mempengaruhi fungsi darah sebagai pengangkut oksigen karena darah cenderung berikatan dengan karbon monoksida.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara, nilai baku mutu untuk karbon monoksida adalah sebagai

(42)

berikut : 30.000 ug/Nm3 dengan pengukuran 1 jam dan 10.000 ug/Nm3 dengan pengukuran 24 jam.

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 876 Tahun 2001 tentang analisis dampak kesehatan lingkungan, ARKL adalah suatu pendekatan untuk mengamati seberapa besarnya risiko suatu bahan pencemar yang dimulai dengan mengidentifikasi masalah lingkungan yang telah diketahui dan mengaitkan penetapan risiko pada kesehatan manusia yang berhubungan dengan masalah lingkungan yang bersangkutan. Analisis risiko kesehatan biasanya berkaitan dengan masalah lingkungan saat ini atau di masa lalu (misalnya: lokasi tercemar).

Kerangka konsep

Gambar 1. Kerangka konsep Kadar CO di Udara Ambien

Laju Asupan

Frekuensi Pajanan

Durasi Pajanan

Keluhan Kesehatan

(43)

26

Metode Penelitian

Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat gambaran tentang konsentrasi karbon monoksida dan keluhan kesehatan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Pajus yang terletak di jalan Jamin Ginting Kota Medan.

Waktu penelitian. Waktu penelitian dilakukan selama satu bulan atau lebih yang dimulai pada bulan April- Mei 2019.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua pedagang Pajus yang berada di dekat jalan raya dengan total 75 pedagang di 40 toko.

Sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah sampel pedagang dan sampel udara. Keduanya diuraikan sebagai berikut.

Sampel pedagang. Penentuan sampel untuk penelitian ini menggunakan

teknik purposive sampling karena responden yang dipilih berdasarkan kriteria- kriteria yang telah ditentukan. Sampel sebanyak 40 pedagang berdasarkan jumlah took yang berada di dekat jalan raya. Adapun karakteristik responden dalam penelitian ini ditentukan dengan kriteria sebagai berikut :

1. Pedagang yang berjualan dengan jarak 3 meter dari jalan raya.

2. Pedagang yang berjualan selama 3 bulan atau lebih.

(44)

Sampel udara. Karbon Monoksida diukur dengan menggunakan metode

analisa iodine pentoksida. Langkah-langkah pengambilan sampel disesuaikan dengan standar SNI 19-7119.6-2005 bagian 6 tentang penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambient yaitu area dengan konsentrasi pencemar yang tinggi. Daerah yang didahulukan untuk dipantau hendaknya daerah-daerah dengan konsentrasi pencemar yang tinggi. Selain itu, area harus mewakili seluruh wilayah studi. Informasi kualitas udara di seluruh wilayah harus diperoleh agar kualitas udara diseluruh wilayah dapat dipantau (dievaluasi). Berdasarkan pertimbangan di atas peneliti menentukan akan mengambil empat titik sampel pengukuran udara.

Gambar 2. Peta Pajus

350 m

Titik 1

Titik 3

Titik 4 Titik 2

(45)

28

Variabel dan Definisi Operasional Tabel 10

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel Definisi Skala

ukur Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Konsentrasi

Karbon Monoksida udara ambien

Konsentrasi agen risiko (CO) pada media udara

Rasio Iodine Pentoksida

Sensor Optik µg/Nm3

Pajanan personal CO (intake)

Jumlah CO yang terhirup oleh pedagang

Rasio Exposure Assessment

Persamaan intake I = 𝐶 𝑥 𝑅 𝑥 𝑡𝐸 𝑥 𝑓𝐸 𝑥 𝐷𝑡

𝑊𝑏 𝑥 𝑡𝑎𝑣𝑔

mg/kg/hari

Waktu Pajanan (tE)

Periode waktu sampel terpajan CO dihitung

berdasarkan jumlah jam pedagang berada di lokasi penelitian dalam satu hari

Rasio Kuesioner Wawancara Jam/hari

Frekuensi Pajanan (fE)

Jumlah hari pemajanan CO yang diterima oleh pedagang dalam satu tahun dikurangi lama responden meninggalkan lokasi penelitian

Rasio Kuesioner Wawancara Hari/Tahun

Durasi pajanan (Dt)

Lamanya waktu terpajan oleh CO di lokasi penelitian

Rasio Kuesioner Wawancara Tahun

Laju Inhalasi (R)

Volume udara yang dihirup per jam

Rasio Rumus perhitungan laju inhalasi

Dewasa : 0,83 m3/jam anak anak 6-12 tahun) : 0,5 m3/jam

mg/m3

Keluhan kesehatan

Keluhan yang dirasakan para pedangang di Pajus yaitu batuk, flu, sakit kepala, sesak nafas

Rasio Kuesioner Wawancara -

(46)

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti. Dalam penelitian ini pengukuran yang di lakukan adalah kadar karbon monoksida dalam udara ambient menggunakan metode analisa iodine pentoksida dan data waktu paparan, frekuensi paparan, durasi paparan dan data individu dengan wawancara peneliti dengan responden di lokasi penelitian.

Data sekunder. Data sekunder adalah data yang mendukung sebelum melakukan penelitian. Data sekunder berupa data-data pendukung yang diperoleh dari buku, referensi jurnal dan skripsi.

Metode Pengukuran

Pengukuran karbon monoksida dilakukan dengan menggunakan metode analisa iodine pentoksida. Karbon monoksida diukur pada pukul 16.00 WIB selama satu jam dengan pertimbangan bahwa pada waktu seperti ini daerah Pajus sangat padat kendaraan. Pengukuran mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999.

Untuk mengetahui adanya keluhan kesehatan, dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan kategori sakit kepala, sesak nafas, mual, muntah, penglihatan kabur, pingsan, pusing dan lain sebagaimya.

Metode Analisa Data

Data yang diperoleh akan di olah dan disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis dan bandingkan dengan baku mutu udara ambien menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999.

(47)

30

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di pajak USU atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pajus, terletak di jalan Jamin Ginting, Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

Pajus adalah sebuah pasar yang menyediakan berbagai kebutuhan mahasiswa seperti alat tulis, baju, sepatu, aksesoris HP dan lain sebagainya. Pasar ini sangat diminati oleh banyak orang dan bukan hanya mahasiswa saja karena harganya sangat terjangkau. Setiap hari daerah ini padat kendaraan sehingga rawan kemacetan yang disebabkan oleh banyaknya para pembeli yang datang ke Pajus dan tempat parkir kendaraan yang mengambil ruas jalan raya. Pajus terletak di sepanjang jalan raya jamin ginting sepanjang 350 km yang berada di antara gang kamboja dan gang senina jalan jamin ginting. Jumlah pedagang yang berada di dekat jalan raya adalah 40 orang.

Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diteliti meliputi, jenis kelamin, umur, lama kerja, dan kebiasaan merokok. Distribusi responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 11

Karakteristik Responden di Pajus

Karakteristik Responden n %

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

17 23

42,5 57,5 Umur

15-64 Tahun 40 100,0

(bersambung)

(48)

Tabel 11

Karakteristik Responden di Pajus

Karakteristik Responden n %

Lama bekerja (Tahun)

< 1 Tahun 1-3 Tahun 4-6 Tahun

>6 Tahun

8 13 4 5

45,0 32,5 10,0 12,5 Lama Bekerja (Jam)

<8 Jam 8-10 Jam

>10 Jam

4 27 9

10,0 67,5 22,5 Merokok

Ya Tidak

11 29

27,5 72,5

Tabel 11 menunjukkan bahwa responden lebih banyak adalah perempuan sebanyak 23 orang (57,5%) dan laki-laki sebanyak 17 orang (42,5%). Berdasarkan umur, diketahui bahwa semua responden berada dikelompok umur 15-65 tahun sebanyak 40 orang (100%). Kelompok umur ini merupakan usia produktif menurut badan pusat statistika.

Berdasarkan lama bekerja diketahui bahwa pedagang paling banyak bekerja di Pajus selama kurang dari setahun sebanyak 18 orang (45%), kemudian yang berkerja 1-3 tahun sebanyak 13 orang (32,5%), kemudian yang bekerja lebih dari 6 tahun sebanyak 5 orang (12.5%) dan yang paling sedikit adalah pedagang yang bekerja 4-6 tahun sebanyak 4 orang (10%). Berdasarkan jam kerja diketahui bahwa pedagang paling banyak bekerja 8-10 jam dalam satu hari yaitu sebanyak 27 orang (67,5%), kemudian pedagang yang bekerja lebih dari 10 jam dalam satu hari sebanyak 9 orang (22,5%) dan yang paling sedikit adalah pedagang yang bekerja kurang dari 8 jam sehari sebanyak 4 orang (10%).

(49)

32

Berdasarkan kebiasan merokok diketahui bahwa pedagang sebagian besar tidak merokok sebanyak 29 orang (72,5%), dan yang merokok sebanyak 11 orang (27,5%).

Keluhan Kesehatan

Distribusi responden berdasarkan keluhan kesehatan. Distribusi responden berdasarkan keluhan kesehatan dapat dilihat pada tabel 12 di bawah ini.

Tabel 12

Distribusi Pedagang Pajus Berdasarkan Keluhan Kesehatan

Keluhan Kesehatan n Persentase (%)

Ya 31 77,5

Tidak 9 22,5

Total 40 100,0

Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang mengalami keluhan kesehatan yaitu sebanyak 31 orang (77,5%), sedangkan yang tidak mengalami keluhan kesehatan sebanyak 9 orang (22,5%).

Distribusi responden berdasarkan jenis keluhan kesehatan. Distribusi responden berdasarkan jenis keluhan kesehatan dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13

Distribusi Pedagang Pajus Berdasarkan Jenis Keluhan Kesehatan

Keluhan Kesehatan Ya Tidak Total

Sakit Kepala 23 (74,2%) 8 (25,8%) 31 (100%)

Sesak Nafas 4 (12,9%) 27 (87,1%) 31 (100%)

Mual 4 (12,9%) 27 (87,1%) 31 (100%)

Pusing 26 (83,9%) 5 (16,1%) 31 (100%)

Nyeri di dada 6 (19,4%) 25 (80,6%) 31 (100%)

Penglihatan Kabur 6 (19,4%) 25 (80,6%) 31 (100%)

Muntah 1 (3,2%) 30 (96,8%) 31 (100%)

Pingsan 1 (3,2%) 30 (96,8%) 31 (100%)

(50)

Tabel 13 menunjukan bahwa keluhan kesehatan yang paling banyak dialami oleh para pedagang di Pajus adalah keluhan pusing yaitu sebanyak 26 orang (83,9%), kemudian keluhan sakit kepala sebanyak 23 orang (74,2%), kemudian keluhan nyeri di dada dan penglihatan kabur masing-masing sebanyak 6 orang (19,4%), kemudian keluhan sesak nafas dan mual masing-masing sebanyak 4 orang (10%), dan yang paling sedikit adalah keluhan muntah dan pingsan masing-masing sebanyak 1 orang (3,2%).

Distribusi responden berdasarkan waktu terjadi keluhan kesehatan.

Distribusi responden berdasarkan waktu terjadi keluhan kesehatan dapat dilihat pada tabel 14 di bawah ini.

Tabel 14

Distribusi Pedagang Pajus Berdasarkan Waktu Terjadi Keluhan Kesehatan Waktu Terjadi Keluhan Kesehatan Ya Tidak Total

Pada saat bekerja 28 (90,3%) 3 (9,7%) 31 (100%)

Sepulang bekerja 12 (38,7%) 19 (61,3%) 31 (100%) Pada saat tidak bekerja 5 (16,1%) 26 (83,9%) 31 (100%)

Tabel 14 menunjukkan bahwa hampir semua pedagang di Pajus mengalami keluhan kesehatan pada saat bekerja sebanyak 28 orang (90,3%), kemudian sebanyak 12 orang (30%) mengalami keluhan kesehatan sepulang bekerja dan sebanyak 5 orang (12,5%) mengalami keluhan kesehatan saat tidak bekerja.

Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida

Kadar karbon monoksida. Untuk mengetahui kadar karbon monoksida di Pajus Kota Medan dilakukan pengukuran dengan menggunakan metode analisa

Gambar

Gambar 1. Kerangka konsep   Kadar CO di Udara Ambien
Gambar 2. Peta Pajus
Gambar 1. Melakukan wawancara terhadap para pedagang Pajus
Gambar 3. Lokasi pengambilan sampel udara

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “ HUBUNGAN LAMA PAPARAN GETARAN TANGAN DENGAN KELUHAN KESEHATAN PADA PEKERJA CUKUR RAMBUT DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN 2015 ” ini tidak akan terlepas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : a) konsentrasi CO (Karbon Monoksida) yang terdapat di udara pada Kecamatan Medan, (b) hubungan kepadatan lalu-lintas

Tesis yang berjudul “ PENGARUH PAPARAN GAS METANA (CH 4 ), KARBON DIOKSIDA (CO2), DAN HIDROGEN SULFIDA (H2S) TERHADAP KELUHAN GANGGUAN PERNAPASAN PEMULUNG DI TEMPAT

Hubungan Paparan Gas Karbon Monoksida dengan Tekanan Darah Pekerja di Workshop Bagian Mekanik dan Karoseri PT Rosalia Indah Transport Karanganyar, Diploma 4 Keselamatan dan

Secara geografis, Pajak USU terletak di pusat Jalan Jamin Ginting Padang Bulan Medan, terdapat ratusan pedagang yang berjualan di Pajak USU, tidak hanya menjual alat – alat tulis

Berdasarkan uraian diatas akan bahaya- bahaya yang ditimbulkan oleh Karbon Monoksida maka peneliti akan menghitung berapa besar risiko yang akan diperoleh anak

ANALISIS KONSENTRASI CO (KARBON MONOKSIDA) UDARA AMBIEN DARI SUMBER KENDARAAN BERMOTOR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL METI-LIS DI KAWASAN BALAI KOTA, MEDAN.. Isra’

Berdasarkan uraian diatas akan bahaya- bahaya yang ditimbulkan oleh Karbon Monoksida maka peneliti akan menghitung berapa besar risiko yang akan diperoleh anak