• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. INDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. INDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

2. INDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Media Audio Visual

Pengertian Media Audio Visual dilihat dari etimologinya “kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar, maksudnya sebagai perantara atau alat menyampaikan sesuatu”. Sejalan dengan pendapat di atas, AECT (Association For Education Communication Technology) mendefinisikan bahwa “ media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan informasi”. “Audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi), meliputi media yang dapat dilihat dan didengar”.

2.1.2. Pengertian Film

Seiring perkembangan zaman film sudah sangat beragam, namun pada dasarnya memaknai film adalah hal sederhana, Menurut Gatot Prakoso Film adalah gambar hidup, hasil dari seenggok seluloid, yang diputar dengan mempergunakan proyektor dan ditembakkan kelayar, yang dipertunjukkan di gedung bioskop (Prakoso, 1997:32). Film memiliki unsur yaitu gerak. Gerak intermiten proyektor, gerak yang mekanismenya dalam mengelabuhi mata manusia, memberikan kesan bergerak dari obyek diam dalam seluloid, Perubahan gerak itu bisa berupa metamorfosis, dari suatu bentuk yang membentuk hasil final yang mungkin berupa interval panjang, yang akhirnya menjadi kesatuan yang utuh, antara perubahan bentuk pertama hingga akhir film, maka akan menjadi sesuatu yang bermakna. Sedangkan isi dari film akan berkembang kalau sarat dengan pengertian-pengertian atau simbol-simbol dan berasosiasikan suatu pengertian serta mempunyai konteks dengan lingkungan yang menerimanya, dan film yang banyak mempergunakan simbol, tanda dan icon akan menantang

(2)

penerimanya, untuk semakin berusaha mencernakan makna dan hakekat dari film itu. Sedangkan dalam buku Memahami Film (2008: 10) Himawan Pratista, menjelaskan bahwa film adalah salah satu sarana komunikasi massa, selain jaringan radio, televisi dan telekomunikasi. Film membawa pesan-pesan komunikasi untuk diperlihatkan pada penonton, sesuai yang ingin diberikan oleh sutradara, entah dalam drama, horor, komedi dan action.

2.1.3. Jenis - Jenis Film

Film dikelompokkan pada jenis film cerita, film berita, film dokumenter dan film kartun (Effendy, 2003:210)

2.1.3.1. Film Cerita

Film cerita (story film) adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan didistribusikan sebagai barang dagangan. Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi artistinya.

2.1.3.2. Film Berita

Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar- beanr terjadi. Karena sifatnya berita maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita. Kriteria berita itu adalah penting dan menarik.

2.1.3.3. Film Dokumenter

Film dokumenter didefenisikan oleh Robert Flaherty sebagai ”karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality) berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan, maka film dokumenter adalah hasil interpretasi pribadi (pembuatnya mengenai kenyataan tersebut).

(3)

2.1.3.4. Film Kartun

Film kartun (cartoon film) dibuat untuk konsumsi anak-anak, dan dapat dipastikan kita semua mengenal tokoh Donald bebek (Donald duck), Putri Salju (Snow White), Miki Tikus (Mickey Mouse) yang diciptakan oleh seniman Amerika Serikat Walt Disney. Sebagian film kartun, sepanjag film in diputarkan akan membuat kita tertawa karena kelucuan dari tokoh-tokohnya.

2.1.3.5. Film Dokumenter

Dokumenter adalah suatu dokumen konkret dari suatu kejadian yang mengandung unsur faktual dan nilai,untuk kemudian di bentuk menjadi sebuah cerita yang menarik (Nugroho, 2007:33). Dokumenter pertama kali disebut yang untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Namun, tiga puluh tahun kemudian, kata ‘dokumenter’ kembali digunakan oleh pembuat film dan kritikus film asal inggris John grierson dalam review tentang film moana (1926). Grierson berpendapat bahwa dokumenter merupakan cara kreatif dalam mempresentasikan realitas (susan Hayward,key concept in cinema studies,1996,hal 72). Tak sedikit pihak yang menentang Grierson pada saat itu, akan tetapi pendapatnya tetap relevan sampai pada saat ini. Pengertian lain film dokumenter adalah sebuah film yang menggambarkan kejadian nyata, kehidupan dari seseorang, suatu periode dalam kurun sejarah, atau barangkali sebuah rekaman dari suatu cara hidup makhluk dokumenter berbentukrangkuman perekaman fotografi berdasakan kejadian nyata dan akurat(Prakoso,1997:15). Dalam produksi film terdapat 2 elemen pokok yang dipadukan yakni, visual dan audio.

2.1.4. Jenis Film Dokumenter

Dibagi menjadi tujuh jenis yaitu biografi, sejarah, laporan perjalanan, ilmu pengetahuan, investigasi, rekontruksi, Association Picture Story.

(4)

1. Laporan Perjalanan


Jenis yang satu ini bisa dikatakan dengan istilah lain, yaitu travelogue, travel film, travel documentary, dan adventures film. Bisa dikatakan jenis film dokumenter yang satu ini adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi. Dan seiring dengan perkembangannya, membahas banyak yang disesuaikan dengan pesan dan gaya yang ingin disampaikan.

2. Sejarah


Sedikit sulit membuat jenis film dokumenter sejarah ini. Karena bagaimanapun genre sejarah menjadi salah satu yang sangat bergantung pada referensi peristiwa, sebab keakuratan data sangat dijaga dan sebisa mungkin tidak boleh ada yang salah dalam pemaparannya.

3. Biografi


Jenis film dokumenter ini bercerita tentang seseorang, entah dia yang dikenal oleh masyarakat luas, yang memiliki keunikan, kehebatan, atau mungkin aspek lainnya. Jenis biografi ini pun terbagi lagi menjadi beberapa golongan antaralain, potret yaitu mengupas human interest seseorang, biografi yaitu mengupas kronologis seseorang misalnya lahir hingga meninggal atau kesuksesan seseorang, dan yang terakhir adalah profil biasanya membahas aspek positif dari sang tokoh.

4. Rekonstruksi


Film dokumenter jenis ini mencoba memberi gambaran ulang terhadap peristiwa yang terjadi secara utuh. Ada kesulitan sendiri dalam mempresentasikan kepada penonton sehingga harus dibantu dalam proses rekonstruksinya. Peristiwa yang bisa dibuat rekonstruksinya adalah peristiwa kriminal, bencana, dan lainnya.

Rekontruksi juga dilakukan tidak dengan pemain, lokasi, kostum, make up, dan lighting yang persis dengan aslinya. Yang ingin dicapai dari rekonstruksi adalah

(5)

proses terjadinya peristiwa di mana bisa dilakukan shoot live action atau bantuan animasi.

5. Investigasi


Jenis dokumenter ini memang kepanjangan dari investigasi jurnalistik.

Peristiwa yang diangkat umumnya pristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam, misalnya korupsi dalam penanganan bencana, jaringan mafia suatu negara, atau yang lainnya. Terkadang, dokumenter ini membutuhkan rekonstruksi untuk membantu memperjelas suatu peristiwa.

6. Ilmu Pengetahuan


Jenis film dokumenter ini bisa dibilang sangat dekat dengan masyarakat Indonesia, seperti film Dari Desa Ke Desa atau Flora dan Fauna. Jenis ini juga terbagi lagi menjadi dua sub genre, yaitu film dokumenter sains dan film instruksional.

7. Association Picture Story


Jenis film dokumnter ini dipengaruhi oleh film eksperimental. Sesuai dengan namanya, film ini mengandalkan gambar-gamba yang tidak berhubungan namun ketika disatukan dengan editing maka makna yang muncul akan ditangkap penonton melalui asosiasi yang terbentuk di benak mereka.

2.1.6. Tahapan Pembuatan Film

Proses pembuatan film pada dasarnya dibagi menjadi empat tahap yaitu Development (pengembangan ide dan konsep), pra produksi, produksi,dan paska produksi.

2.1.6.1. Pengembangan ide dan konsep (Development)


Tahap ini adalah awal mulainya dari pembuatan film dokumenter yang berisi pencarian dan pengumpulan ide - ide kreatif tentang isu yang menarik untuk

(6)

di angkat menjadi karya audio visual. Setelah itu melakukan riset melalui diskusi, wawancara dengan narasumber untuk mengembangkan ide konsep. Kemudian setelah merasa cukup, tahap selanjutnya adalah penulisan naskah berdasarkan hasil riset dan wawancara oleh narasumber yang telah dilakukan.

2.1.6.2. Pra Produksi

Tahap ini adalah lanjutan dari pengembangan ide dan konsep yaitu perencanaan produksi yang berisi proses produksi ditetapkan, seperti jangka waktu kerja, kesiapan naskah, pemilihan talent, lokasi shooting, alokasi dana, jenis dan jumlah peralatan, dan hal lainnya yang berpengaruh saat produksi nantinya.

2.1.6.3. Produksi

Tahap ini adalah tahap dimana semua ide dan konsep rancangan dari dua tahap sebelumnya akan dilakukan. Dari materi mentah berupa narasi menjadi gambar dan suara yang mampu bercerita. Orang yang memegang kendali atau bertanggung jawab dalam proses ini adalah sutradara.

2.1.6.4. Paska Produksi

Tahap ini adalah pengolahan hasil yang didapatkan selama proses produksi yaitu rekaman yang akan di editing, scoring music, color grading, penambahan efek, penataan suara. Proses tersebut di bagi menjadi tiga tahapan yaitu:

• Offline Editing


Offline editing merupakan proses dimana editor menyatukan hasil produksi berupa pengambilan gambar dan menyesuaikannya dengan urutan script.

Selain melakukan editing urutan shot, dilakukanlah editing audio, voice over, musik, dan komponen- komponen pendukung lainnya.

• Online Editing


Online editing merupakan proses dimana editor melakukan editing secara

(7)

cermat dan teliti, menambahkan sentuhan artistik seusai apa yang telah disetujui sutradara dan tim kreatif, semisal transisi gambar yang menarik agar menjadi rangkaian cerita yang berarah, pewarnaan hasil footage (color grading), Materi sound mentah juga ikut dimasukkan sesuai dengan penggalan cerita berdasarkan clip atau footage. 


• Scoring dan Mixing


Proses ini merupakan proses dimana composer, sound engineer menyempurnakan semua elemen audio berupa musik, voice over, dan sound effect yang telah dibuat, kemudian menyatukannya dengan materi visual, dan menjadikannya suatu kesatuan karya audio visual yang siap untuk dipublikasikan.

2.1.6.5. Distribusi

Distribusi merupakan tahap paling akhir dalam sebuah produksi film, pada tahap ini film akan disalurkan untuk penonton. Terdapat beberapa cara penyaluran film antara lain: bioskop, pemutaran alternatif, festival dan media seperti DVD, dan media pendukung lainnya. Untuk proses perancangan karya audio visual ini, proses distribusi akan disalurkan melalui media seperti, Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook.

Perpaduan 2 elemen antar visual dan audio dalam film dapat dibedah menjadi 3 unsur yakni, Shot, Scene, dan Sequence

2.1.7. Shot

Shot merupakan hasil pengambilan gambar atau merekam. Shot terhitung mulai dari tombol record pada kamera ditekan sampe pada cut atau kamera berhenti merekam. Shot juga seringkali dikenal dengan istilah take. Ada juga yang dinamakan re-shoot atau re-take, dimana proses pengambilan gambar harus diulang karena terjadi kesalahan teknis, tidak sesuai standart artistik yang ingin dicapai sutradara atau (DOP) director of photography.

(8)

2.1.7.1. Sudut Pengambilan Gambar (camera angle)

Teknik pengambilan gambar sangat bervariasi dalam film, semakin berkembangnya teknologi semakin bervariasi juga shot yang dimuat dalam sebuah film. Namun, dilihat dari sudut pengambilan terbagi menjadi beberapa macam, sebagai berikut;

a. Low Angle

Sudut pengambilan dari arah bawah objek, sehingga kesan objek menjadi membesar.

b. Frog Eye

Teknik mengambil gambar dengan ketinggian kamera sejajar dengan dasar (alas) kedudukan objek atau dengan ketinggian yang lebih rendah dari dasar (alas) kedudukan objek.

c. Eye Level

Sudut pengambilan gambar sejajar dengan objek (antara objek dengan subjek sama tingginya).

d. High Angle

Sudut pengambilan dari atas objek, sehingga kesan objek jadi mengecil.

e. Bird Eye

Sesuai dengan namanya Bird Eye (mata burung), teknik pengambilan gambar yang dilakukan oleh juru kamera dengan ketinggian kamera di atas ketinggian objek yang direkam.

f. Over Shoulder

Shoot ini merupakan versi close-up dari slanted shot, sehingga seakan- akan objek lain di shot dari bahu objek utama.

(9)

g. Slanted

Jenis shoot ini merupakan perekaman dengan sudut tidak frontal dari depan atau frontal dari objek samping, melainkan dari sudut 45 derajat dari objek, sehingga objek yang lain ikut masuk ke dalam bingkai rekam.

2.1.7.2. Scene

Scene atau adegan merupakan segmen kecil dalam sebuah film yang dirangkai dengan latar atau setting dimana adegan terjadi berdasarkan storyline dari film tersebut. Scene terdiri dari single shot ataupun lebih yang digabung untuk menopang rangkaian peristiwa suatu film.

2.1.7.3. Sequence

Sequence atau sekuen adalah satu rangkaian utuh peristiwa yang terdiri dari gabungan scene dan shot-shot. Sequence merupakan segmen besar dalam suatu film guna menopang storyline film tersebut. Sequence dapat berlangsung pada satu setting atau lebih.

2.1.7.4. Mise-En-Scene

Mise -en- Scene pertama kali muncul sebagai istilah film dalam kritik oleh Cahiers du Cinema. Istilah berbahasa Prancis ini diadaptasi dari seni panggung yang memiliki arti ‘penempatan di panggung’. Pada dasarnya Mise-en-scene adalah segala aspek yang yang direkam dan dimuat dalam layar dalam suatu produksi film. Mise- en- scene berfungsi seba- gai naratif visual dalam suatu film.

Unsur-unsur dalam rancangan Mise -en- Scene terdiri dari;

a. Aktor

Aktor merupakan orang yang memerankan karakter dalam cerita suatu film. Aktor berperan dalam penyampaian ekspresi serta pesan utama dalam sebuah film kepada penonton.

(10)

b. Setting (Latar)


Setting merupakan bagian penting dalam film yang berperan dalam memberi informasi tentang lokasi dan waktu dalam suatu film.

c. Kostum

Kostum merupakan unsur estetik visual yang merepresentasikan latar waktu, tempat, maupun karakteristik aktor.

d. Blocking

Bloking merupakan penempatan, pergerakan aktor yang diatur agar terlihat lebih estetik dan harmonis.

e. Lighting

Lighting sangat berperan penting dalam aspek visual suatu film, bukan hanya berperan penerang dalam visual tetapi Lighting juga dapat menentukan mood suatu adegan.

2.1.8. Sinematografi

Sinematografi secara umum adalah seni melukis gerak dengan cahaya, bagi pelakon sinematografi atau yang biasa disebut sineas, sinematografi bukan hanya sekedar mengambil gambar sebuah adegan tetapi, mengatur bagaimana adegan itu disampaikan melalui jarak, sudut, ketinggian, dan durasi.

Sinematografi merupakan hal teknis yang sangat menentukan bagaimana reaksi penonton terhadap suatu karya visual. Setelah segala unsur dalam Mise-En-Scene sudah terbentuk tugas sineas adalah memberikan nyawa kepada setiap unsur- unsur tersebut agar dapat dirasakan penonton. Sinematografi mencakup hal teknis dalam visual seperti, warna, gerak gambar, pencahayaan serta penggunaan lensa dan visual effect.

(11)

2.1.9. Suara

Sama halnya dengan sinematografi, suara merupakan elemen penting dapat sebuah film. Jika sinematografi merupakan penyampaian visual dari sebuah film, suara bersifat menompang visualisasi tersebut. Suara juga berperan dalam penyampaian pesan dan merangkai cerita dalam film, suara terdiri dari dialog, musik, dan sound effect. Dialog dapat berupa komunikasi antar karakter maupun komunikasi antara karakter dengan penonton melalui sebuah narasi. Musik merupakan iringan lagu atau melodi yang berperan mengekspresikan mood dalam penggalan film. Sedangkan sound effect merupakan hasil suara dari objek yang ada dalam film maupun diluar latar film tersebut.

2.2. Tinjauan Permasalahan Tentang Objek Perancangan 2.2.1. Tinjauan Permasalahan

Kampung kapasan yang mayoritas adalah etnis Tionghwa yang jago bela diri (kungfu) sudah dikenal sejak dulu sebelum masa kemerdekaan. Pada saat pemerintahan Belanda yang berada di Surabaya mereka memetakan banyak tempat untuk berbagai jenis etnis yang ada di Surabaya yaitu ada etnis arab, tionghwa, jawa, dan madura. Kemudian kampung kapasan ini dikenal sebagai kampung kungfu dikarenakan orang - orang Tionghwa yang jago bela diri berkumpul membentuk kelompok sendiri untuk melawan Belanda tersebut.

Tragedi yang terjadi di Batavia yaitu pembantaian etnis Tionghwa menjadi salah satu penyebabnya. Oleh karena itu etnis Tionghwa yang tinggal di kapasan dalam ini dikenal juga orangnya bajingan karena disalah gunakan bela diri tersebut untuk kepentingan diri sendiri seperti perkelahian terhadap kampung kampung lainnya untuk menunjukan kesombongan dan mencari nama supaya disegani oleh orang - orang ditempat lain pada saat generasi selanjutnya. Tetapi yang sebenarnya orang - orang tua dahulu tidak pernah mengajarkan untuk menyalah gunakan bela diri tersebut untuk kepentingan sendiri melainkan untuk membela diri sendiri dan menjaga warga kampung kapasan dalam. Kemudian saat perjuangan kemerdekaan kampung kapasan ini juga ikut bantu dalam memperjuangkan bangsa Indonesia.

(12)

Hingga akhirnya dapat memulihkan nama kampung kungfu tersebut yang dahulunya bajingan sekarang bisa rukun terhadap yang lain. Sampai di jaman sekarang memang sudah tidak ada lagi kampung kungfu yang berada di kapasan ini dikarenakan tidak ada lagi penerus ilmu bela diri tersebut. Disebabkan takutnya di kemudian hari di salah gunakan seperti jaman dulu. Ornamen- ornamen yang menandakan kampung kungfu tersebut juga sudah hilang tetapi masih ada beberapa yang tersimpan di bunker gedung tua kapasan dalam.

Sebelum bencana kebakaran yang terjadi pada tanggal 8 Desember 2018 tahun lalu masih ada beberapa peninggalan dari jejak kampung kungfu seperti pedang, buku, gulungan (scroll), boneka kayu, dan lain - lain habis kebakar dalam satu malam. Narasumber sekaligus warga asli kapasan dalam dan ahli kungfu berpendapat bahwa apa yang terjadi di masa lalu menjadi pembelajaran dan ambil nilai positif nya sehingga bisa memberi dampak yang baik untuk generasi berikutnya yaitu kerukuran terhadap semua orang tanpa memandang ras suku etnis agama dan lain - lainnya serta menjaga kerukunan tersebut sehingga menjadi contoh bagi masyarakat yang ada di kota Surabaya dan kota besar lainnya.

Kampung kapasan dalam memiliki banyak sekali sejarah - sejarah yang tidak dapat dilupakan. Semua kejadian yang ada di kampung tersebut memiliki makna yang dalam sehingga kampung tersebut menjadi salah satu contoh kerukunan dalam keberagaman suku yaitu ras etnis Tionghwa dengan ras lainnya oleh karena budaya kampung kungfu yang pernah hidup pada masanya. Maka dari itu sudah sepatut nya kita khususnya daerah Surabaya mengangkatnya untuk dijadikan perhatian masyarakat melalui jejak sejarah kampung tersebut.

2.2.2. Fakta - Fakta di Lapangan

Penulis melakukan wawancara sebagai riset / data kepada narasumber yang merupakan warga asli kampung kapasan dalam dan ahli bela diri kungfu sebagai berikut;

• Apa pengaruh budaya kampung kungfu terhadap kampung kapasan pada jaman sekarang?

(13)

Sisa - sisa budaya kampung kungfu di kampung kapasan pada jaman sekarang adalah kenangan, generasi kami, dan bela diri senam, serta sifat gotong royong dan kerukunan yang tertanam di warga kampung kapasan dalam ini.

• Bagaiman respon masyarakat Surabaya dengan adanya akulturasi budaya kampung kungfu dengan budaya jaman sekarang di kapasan dalam?

Masyarakat Surabaya kurang memperhatikan dan masih tidak tahu akan akulturasi budaya yang ada pada kampung kapasan dalam ini, yang mereka tahu hanyalah klenteng Boen Bio saja yang merupakan klenteng tua dan salah satu sejarah pecinan di Surabaya.

• Bagaimana peran pemerintah terhadap akulturasi budaya di kampung kapasan dalam ?

Pemerintah masih membantu mendukung kegiatan - kegiatan yang dilakukan dari akulturasi budaya yang ada di kampung kapasan ini seperti Sedekah Bumi yang dilakukan setahun sekali untuk memperingati hari rasa syukur kita dua kebudayaan yang tinggal di tanah jawa ini terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rezeki melalui bumi berupa segala bentuk hasil bumi.

• Bagaimana antusiasme generasi muda sekarang terhadap budaya kampung kungfu?

Oleh karena jaman sekarang yang lebih modern dan tidak ada lagi ketertarikan dalam bela diri kungfu serta tidak diajarkan bela diri kungfu ke generasi muda maka antusias anak muda terhadap budaya kungfu sangat kurang di perhatikan, tetapi sifat - sifat seperti kerukunan dan keharmonisan terhadap sesama warga sekitar dan masyarakat masih diajarkan selalu karena itu simbolik dan sisa - sisa yang diturunkan oleh budaya kampung kungfu.

(14)

2.2.3. Data Visual

Gambar 2.4 Suasana kota Batavia abad 17 sebelum

kerusuhan

Gambar 2.2 Klenteng Boen Bio pada tahun 1935 Gambar 2.1 Pembantaian

orang - orang Tionghwa pada tahun 1740

Gambar 2.3 Peristiwa dibakarnya rumah sakit

orang Tionghwa

(15)

2.2.4. Analisis Masalah

Dari fakta - fakta yang telah dipaparkan, kampung kungfu sekarang sudah menjadi budaya di jaman sekarang. Karena pada saat kampung kungfu itu masih ada banyak kejadian yang dipaparkan oleh narasumber bahwa kampung kungfu itu memiliki sifat - sifat yang buruk pada jamannya. Sehingga bilamana masih hidup sampai sekarang mungkin ada lagi kerusuhan yang dibuat oleh kampung kungfu tersebut.

2.2.5. Simpulan

Peran atau perjalanan kampung kungfu hingga sekarang yang sudah menjadi sejarah budaya patut untuk di lestarikan karena dari budaya tersebut menghasilkan salah satu contoh kampung yang memiliki sifat kerukunan yang baik terhadap sesama yang berbeda etnis, ras, dan agama. Dengan begitu diharapkan dengan adanya perancangan film dokumenter ini dapat membantu mengedukasi, menambah wawasan generasi muda, dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan kampung kungfu di jaman sekarang.

2.2.6. Usulan Pemecahan Masalah

Dengan masalah yang telah dipaparkan penulis mengusulkan bahwa pemecahan masalah adalah melalui perancangan media audio visual dalam bentuk film dokumenter dengan genre investigasi sejarah yang dikemas semenarik mungkin dan mengandung pesan yang edukatif sehingga dapat mengetahui yang sebenarnya tentang budaya kampung kungfu di kapasan dalam tersebut.

Gambar

Gambar 2.4 Suasana kota  Batavia abad 17 sebelum

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan beberapa penelitian diatas dengan penelitian ini adalah ada penelitian yang menggunakan faktor emosional dan rasional sebagai bagian dari pemasaran untuk menarik

Perlu dilakukan pengujian daya antijamur minyak atsiri dan ekstrak limbah simplisia sisa destilasi rimpang kunir putih ( Kaempferia rotunda Linn.) dengan metode

Faktor penyesuaian belok kanan hanya berlaku untuk pendekat tipe P, jalan dua arah, lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk.. Dapat dihitung menggunakan Persamaan 3.5

Penggunaan Ca polystyrene sulfonate yang diberikan pada pasien gagal ginjal kronik hiperkalemia Rawat Inap di RSUD Kabupaten Sidoarjo terkait dosis, rute,

Sebagai dokumen perencanaan tahunan daerah, dihasilkan melalui tahapan arahan bupati, forum SKPD, dan melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Berdasarkan jenis sindrom nefrotik, hasil penelitian ini menunjukan bahwa bahwa distribusi jenis sindrom nefrotik pada penderita sindrom nefrotik yang mengalami

Untuk penelitian ini hanya sampai pada tataran kognitif saja, dimana dampak yang ditimbulkan oleh media hanya menyangkut pada area kesadaran dan pengetahuan,

Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu (Januari-Mei 2014), secara kumulatif jumlah penumpang yang berangkat dari seluruh pelabuhan